Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM


PENETAPAN KAWASAN RAWAN BANJIR
DI KABUPATEN BANDUNG BAGIAN SELATAN

Emi Sukiyah1)
Agus Didit Haryanto2)
Zufialdi Zakaria3)
1) Lab. Geomorfologi dan Penginderaan Jauh, Jurusan Geologi, FMIPA, Universitas Padjadjaran
2) Lab. Geokimia, Jurusan Geologi, FMIPA, Universitas Padjadjaran
3) Lab. Geologi Teknik, Jurusan Geologi, FMIPA, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
Problem of research are physical base aspects that to participate in the appointment area of
flood tenderness. The objective of the research is to study aspects in appointment area of flood
potency with GIS technology. Research methodology used is induction method.
Result of the research on five physical base aspects analysis are rainfall, slope, landuse, stage
of river and lithology that shows south part of Bandung regency are tenders to flood disaster. Based
on total scores calculation from analysis result, the area can be classified in to four areas that are
area of flood tenderness with 73-96 scores, area of flood potency with 54-71 scores, area of rather
safe with 36-53 scores, and area of safe with 0-35 scores.
The area of flood tenderness located at north of Margaasih subdistrict, east-northeast Soreang
subdistrict, Ketapang subdistrict, south Dayeuhkolot subdistrict centre of Pameungpeuk subdistrict,
east Bojongsoang subdistrict, north Ciparay subdistrict, Majalaya subdistrict, and north Paseh
subdistrict. The area of flood potency commonly located around the area of flood tenderness. The safe
area commonly located on hilly topography and areas that are far from river valley, mainly big rivers
( i.e. Citarum river). Area is located at east and south of the study area to the border with Garut
regency.
Result of appointment area from flood potency analysis using GIS does not differ with true field
data. That area often knocked down annualy floods.

ABSTRAK
Permasalahan yang diteliti dalam penilitian ini berupa aspek fisik dasar yang berperan dalam
menentukan kawasan rawan banjir. Maksud penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek-aspek yang
terkait penetapan kawasan berpotensi banjir dengan memanfaatkan teknologi SIG. Pola pikir dalam
menyelesaikan permasalahan menggunakan metode induksi.
Hasil penelitian terhadap lima aspek fisik dasar yang dianggap berperan dalam penetapan
kawasan berpotensi banjir, yaitu curah hujan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, orde sungai dan
litologi menunjukkan bahwa sebagian kawasan di Kabupaten Bandung bagian selatan memang rawan
bencana banjir. Berdasarkan perhitungan skor total hasil analisis, daerah tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi empat kawasan, yaitu kawasan rawan banjir mempunyai skor 73-96,
kawasan berpotensi banjir mempunyai skor 54-71, kawasan yang agak aman dari banjir mempunyai
skor 36-53, dan kawasan aman dari banjir mempunyai skor 0-35.
Kawasan rawan banjir terdapat di sebagian Kecamatan Margaasih bagian utara, Soreang
timur-timur laut, Ketapang, Dayeuhkolot bagian selatan, Pameungpeuk bagian tengah, Bojongsoang
bagian timur, Ciparay bagian utara, Majalaya, dan Paseh bagian utara. Daerah yang berpotensi banjir
umumnya berada di sekitar wilayah rawan banjir. Daerah yang relatif aman umumnya menempati
topografi perbukitan dan jauh dari lembah sungai, terutama sungai-sungai besar (misalnya
S.Citarum). Wilayah tersebut berada di bagian timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten
Garut.
Hasil analisis penetapan kawasan banjir menggunakan Sistem Informasi Geografis tidak terlalu
jauh berbeda dengan kondisi di lapangan. Seperti sudah kita ketahui bahwa daerah tersebut memang
merupakan langganan banjir tahunan.

26
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

PENDAHULUAN yaitu suatu kondisi yang


memungkinkan mengambil keputusan
Pesatnya perkembangan teknologi
untuk pemecahan suatu masalah.
di bidang informasi memberi
Secara garis besar langkah-
kemudahan bagi para peneliti untuk
langkah metode penelitian yang digu-
melakukan analisis data. Banyaknya
nakan dalam penelitian ini adalah
aspek yang harus dianalisis khu-
sebagai berikut (Gambar 2):
susnya untuk penetapan kawasan
1. Inventarisasi dan preparasi para-
rawan banjir menjadi sesuatu yang
meter yang berperan menim-
mudah untuk dilaksanakan dengan
bulkan banjir.
memanfaatkan tenologi ini.
2. Memberikan bobot dan nilai ter-
Permasalahan yang diteliti dalam
hadap parameter yang berperan
penilitian ini berupa aspek fisik dasar
menimbulkan banjir.
yang berperan dalam menentukan
3. Memberikan penilaian terhadap
kawasan rawan banjir.
kondisi lahan ditinjau dari ber-
Wilayah Bandung bagian selatan
bagai parameter yang diduga
merupakan wilayah perbukitan berba-
berperan.
tasan dengan Kabupaten Garut yang
4. Melakukan superimpose diantara
melandai ke arah utara membentuk
berbagai parameter yang telah
pedataran sebagai pusat cekungan.
ditetapkan.
Sungai-sungai mengalir bersumber
5. Analisis hasil superimpose.
dari perbukitan di bagian selatan
6. Pengambilan keputusan untuk
menuju ke arah pedataran bermuara
pemecahan masalah (dalam hal ini
di S.Citarum yang menampung pula
penentuan kawasan berpotensi
aliran air permukaan dari sungai-
banjir).
sungai yang bersumber di perbukitan
di bagian utara. Parameter yang digunakan dalam
Berdasarkan fenomena tersebut analisis untuk pemecahan permasa-
dapat diduga bahwa wilayah di lahan penetapan kawasan berpotensi
bagian tengah cekungan merupakan banjir meliputi litologi, penggunaan
wilayah berpotensi banjir cukup besar lahan, curah hujan, kemiringan
bila dibandingkan dengan wilayah lereng, dan aspek orde sungai.
lainnya pada cekungan tersebut. Pemilihan parameter tersebut dida-
Penelitian berlokasi di kawasan sarkan pada perkiraan bahwa aspek
Kabupaten Bandung bagian selatan tersebut secara fisik cukup berpe-
dengan alasan bahwa sebagian ngaruh terhadap terjadinya banjir
daerah di wilayah ini hampir setiap disamping kemudahan perolehan
tahun merupakan kawasan yang data, karena dalam penelitian ini
mengalami bencana banjir (Gambar yang ditekankan adalah metode
1). Berbagai penanganan telah dila- analisisnya. Masing-masing para-
kukan namun banjir tetap melanda meter diberi bobot sesuai dengan
kawasan tersebut. kepentingannya yang berkisar dari 0
(nol) hingga 5 (lima) (Howard &
Remson, 1978). Selanjutnya setiap
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
unsur dalam masing-masing para-
Metodologi penelitian yang diguna- meter diberi nilai sesuai dengan
kan dalam penelitian ini adalah kondisinya. Superimpose dilakukan
metode induksi. Tahap pertama, dengan memanfaatkan GIS software
memberikan penilaian terhadap berformat data vektor. Hasil super-
parameter-parameter yang diduga impose terhadap data parameter
berperan dalam pemecahan suatu yang berperan dapat dimunculkan
masalah, selanjutnya melakukan atau dikonversikan dalam bentuk
analisis dan berakhir pada target grafis yang mewakili data spasial.

27
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

Tahap-tahap yang dilakukan dalam berkisar antara 1500–1750 mm.


analisis dengan teknik superimpose Semakin ke selatan curah hujan
adalah sebagai berikut: semakin tinggi yaitu mencapai lebih
1. Input data, yaitu mengubah data dari 4000 mm/tahun (Gambar 3).
dari format manual berupa lem- Hasil analisis terhadap peta topo-
baran peta dan data lainnya ke grafi diperoleh klasifikasi kemiringan
dalam format penyimpanan data lereng (Van Zuidam, 1985) yang
digital. terdapat di daerah penelitian, yaitu
2. Editing dan pengaturan struktur (Gambar 4):
data dalam format penyimpanan 1. Daerah pedataran berkemiringan
yang sesuai. lereng kurang dari 2%, meliputi
3. Analisis data dengan teknik super- wilayah Bojongsoang, Katapang,
impose (overlay) Dayeuhkolot, Majalaya, dll.
4. Pengaturan output data layout. 2. Daerah agak landai berkemiringan
5. Pencetakan data output lereng antara 3%-7%, meliputi
wilayah Cipaku, Banjaran, dll.
Peralatan dan bahan yang dibu-
3. Daerah landai dengan kemiringan
tuhkan untuk mendukung penelitian
lereng antara 8%-13%, meliputi
ini adalah:
wilayah Pangalengan, Lemburawi,
1. Peta topografi Edisi 2 AMS skala
dll.
1:50.000, lembar 4421-I, 4421-II,
4. Daerah agak terjal berkemiringan
4422-II, 4521-I, 4521-III, 4521-
lereng 14%-20%, meliputi wilayah
IV, 4522-II, dan 4522-III.
Pasirjambu, Kertasari, dll.
2. Peta Geologi skala 1:100.000,
5. Daerah terjal berkemiringan lereng
Lembar Garut dan Pameungpeuk
21%-55%, meliputi wilayah Pacet,
serta Lembar Bandung.
sebagian Pangalengan, sebagian
3. Peta penggunaan lahan
Pasirjambu, dll.
4. Peta curah hujan
5. Peralatan survey lapangan Keadaan topografi secara tak
6. Komputer beserta periferalnya langsung merupakan kendala aktif
7. Printer BJC- 5100 atas penggunaan lahan. Tampak
8. Scanner CanoScan N640P ex daerah pedataran merupakan pusat
9. Perangkat lunak SIG Mapinfo versi dari berbagai sektor kehidupan,
6.0 seperti misalnya permukiman, perko-
taan, pesawahan dan kebun palawija.
Sedangkan daerah perbukitan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
pegunungan umumnya merupakan
Wilayah Kabupaten Bandung mem- kebun-kebun, tanah tegalan, perke-
punyai iklim bervariasi (BPS, 2000), bunan permanen, hutan produksi dan
yaitu terdiri atas tipe iklim A bersifat hutan lindung (Gambar 5).
lembab dan menempati daerah Aliran sungai di daerah penelitian
pegunungan tinggi, tipe iklim B umumnya bersumber dari dua arah
bersifat cukup lembab terdapat di yaitu dari utara mengalir ke selatan
daerah baratdaya Kabupaten dan dari selatan mengalir ke utara,
Bandung, serta tipe iklim yang dengan kuala di daerah pedataran
bersifat tidak terlalu kering terdapat yaitu sungai Citarum. Sungai-sungai
di daerah timurlaut Kabupaten tersebut membentuk pola sub-trelis
Bandung. Curah Hujan rata-rata dan dendritik ditunjukkan oleh
adalah 2000 mm hingga 2500 mm cabang anak-anak sungai, sedangkan
setahun. Di daerah Dayeuhkolot, pola radier ditemukan di daerah
curah hujan berkisar antara 1750– pegunungan. Orde sungai cukup
2000 mm, sedangkan daerah–daerah bervariasi (Gambar 6), dibagian hulu
Cimahi, Batujajar dan Padalarang umumnya sungai-sungai berorde

28
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

antara 1-2, di bagian tengah antara 2. Bobot 4 (empat) artinya tinggi


orde 3-4, dan relatif di sekitar kepentingannya.
S.Citarum sebagai tempat bermua- 3. Bobot 3 (tiga) artinya sedang
ranya sungai-sungai tersebut di kepentingannya.
bagian tengah cekungan Bandung 4. Bobot 2 (dua) artinya rendah
umumnya berorde antara 5-6. Orde kepentingannya.
sungai sangat berperan terhadap 5. Bobot 1 (satu) artinya sangat ren-
besarnya volume air yang dialirkan dah kepentingannya.
oleh suatu sungai. Semakin besar 6. Bobot 0 (nol) artinya tidak
orde sungai maka akan semakin penting.
banyak sumber masukan air permu-
Demikian juga untuk nilai di-
kaannya sehingga akan menambah
berikan dalam format angka yang
volume air yang ditampung oleh
berkisar pada 0 (nol) hingga 5 (lima)
sungai tersebut. Sungai-sungai di
yaitu:
daerah Bandung, baik yang berhulu
1. Nilai 5 (lima) artinya sangat tinggi.
di utara dan selatan, seluruhnya
2. Nilai 4 (empat) artinya tinggi.
bermuara ke Sungai Citarum. Jum-
3. Nilai 3 (tiga) artinya sedang.
lahnya kurang lebih 172 batang
4. Nilai 2 (dua) artinya rendah.
sungai, 40%-nya mengalirkan air
5. Nilai 1 (satu) artinya sangat
terus menerus sepanjang tahun.
rendah.
Secara umum batuan yang menyu-
6. Nilai 0 (nol) artinya tidak mampu.
sun daerah penelitian dicirikan oleh
hasil kegiatan gunungapi dan Penilaian terhadap kondisi aspek
endapan sedimen marin berumur litologi diberikan sesuai dengan
Oligosen hingga endapan berumur kemampuannya dalam menentukan
Holosen & Resen (Gambar 7). Batuan wilayah rawan banjir. Secara lengkap
tertua berupa batuan sedimen penilaian terhadap kondisi aspek
berumur Oligosen-Miosen, bersifat litologi dapat dilihat pada Tabel 2.
keras karena kompaksinya yang Demikian juga penilaian terhadap
sudah berlangsung selama jutaan kondisi aspek penggunaan lahan yang
tahun, tersebar di bagian utara secara lengkap dapat dilihat pada
daerah penelitian. Batuan yang lebih Tabel 3. Curah hujan rata-rata
muda berupa batuan terobosan, tahunan di cekungan Bandung bagian
batuan vulkanik dan batuan sedimen tengah cukup bervariasi dari yang
berumur Mio-Pliosen, tersebar di sangat rendah di bagian barat daya
bagian utara dan tengah daerah hingga cukup tinggi di bagian selatan.
penelitian. Batuan gunungapi yang Penilaian terhadap kondisi aspek cu-
berumur muda yaitu Plio-Plistosen rah hujan dapat dilihat pada Tabel 4.
dan Kuarter tersebar di bagian Penilaian terhadap kondisi kemiringan
tengah dan selatan daerah penelitian lereng diberikan sesuai dengan
(Alzwar dkk., 1992; Silitonga, 1973). kemampuannya. Secara lengkap
Pemberian bobot dan nilai pada penilaian terhadap kondisi aspek
aspek yang terkait dalam analisis kemiringan lereng dapat dilihat pada
untuk suatu tujuan ditentukan Tabel 5. Penilaian terhadap orde
berdasarkan tingkat kepentingan dan sungai diberikan sesuai dengan
kondisi aspek yang bersangkutan. kemampuannya, dalam hal ini untuk
Bobot berupa angka (numeric) yang analisis wilayah banjir. Secara
memiliki rentang dari 0 (nol) hingga 5 lengkap penilaian terhadap kondisi
(lima) yaitu: aspek orde sungai dapat dilihat pada
1. Bobot 5 (lima) artinya sangat Tabel 6.
tinggi kepentingannya. Aspek-aspek yang berkaitan de-
ngan penentuan kawasan berpotensi

29
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

banjir selanjutnya dianalisis dengan sungai-sungai sudah melebihi am-


cara tumpang-tindih (overlay) melalui bang batas, dll. Daerah yang relatif
operasi matematika penjumlahan aman umumnya menempati topografi
terhadap hasil kali bobot dan nilai. perbukitan dan jauh dari lembah
Ketersediaan informasi dan data sungai, terutama sungai-sungai besar
aspek kemampuan lahan adalah (misalnya S.Citarum). Wilayah ter-
bervariasi sehingga jumlah total sebut berada di wilayah timur dan
penilaian terhadap seluruh aspek selatan berbatasan dengan Kabu-
tergantung dari jumlah aspek yang paten Garut.
dianalisis. Oleh karena itu perlu Pelumpuran dapat berlangsung
kiranya untuk menyeragamkan nilai sebagai akibat pengikisan permukaan
akhir menggunakan perhitungan pada lereng-lereng penggalian bahan
statistik metode pola distribusi galian golongan c yang dapat diamati
normal. Hasil perhitungan terhadap di kaki lereng, kemudian terha-
data skor hasil superimpose adalah nyutkan aliran permukaan ke tempat
sbb.: yang lebih rendah dan biasanya
meningkat di musim hujan. Demikian
n = 6.285
halnya dengan penggalian pasir,
x min = 0 kerikil, dan kerakal sungai seperti di
x max = 96 S.Citarum dan S.Cisangkuy. Tinggi-
Σx = 279.451 nya tingkat pelumpuran mengakibat-
X rata-rata = 44,4632 kan pendangkalan sungai sehingga
varians = 319,19 daya tampung sungai menjadi
stand. dev. = 17,8659 semakin kecil sekaligus akan
mengakibatkan banjir. Perluasan dae-
rah banjir akan meningkat apabila
Berdasarkan hasil perhitungan
terjadi hujan besar karena air sungai
yang ditampilkan pada Tabel 7, maka
dari anak–anak S.Citarum tidak
diperoleh klasifikasi lahan sbb.
tersalurkan dengan cepat. Sistem
(Gambar 8): daerah rawan banjir
drainase yang kurang baik maupun
mempunyai skor 73-96, daerah
akibat penumpukan sampah juga
berpotensi banjir mempunyai skor
dapat menyebabkan pendangkalan
54-71, daerah yang agak aman dari
dan menimbulkan banjir jika terjadi
banjir mempunyai skor 36-53, daerah
hujan besar.
yang aman dari banjir mempunyai
Bila penyebaran kawasan banjir
skor 0-35.
yang dihasilkan dari hasil analisis
Di kawasan Kabupaten Bandung
menggunakan Sistem Informasi
bagian selatan, daerah yang rawan
Geografis dalam penelitian ini diban-
banjir meliputi Kecamatan Margaasih
dingkan dengan kondisi nyata di
bagian utara, Soreang timur-timur
lapangan, maka hasilnya tidak jauh
laut, Ketapang, Dayeuhkolot bagian
berbeda. Kawasan Dayeuhkolot, Bo-
selatan, Pameungpeuk bagian te-
jongsoang, dll. memang setiap musim
ngah, Bojongsoang bagian timur,
penghujan mengalami banjir. Jadi
Ciparay bagian utara, Majalaya,
metode yang digunakan dalam
Paseh bagian utara. Wilayah rawan
penelitian ini cukup memadai untuk
banjir umumnya menempati wilayah
dikembangkan.
di sekitar sungai berorde tinggi.
Daerah yang berpotensi banjir
umumnya berada di sekitar wilayah KESIMPULAN DAN SARAN
yang rawan banjir. Biasanya banjir Kesimpulan hasil penelitian “Apli-
terjadi bila salah satu faktor memiliki kasi Sistem Informasi Geografis
anomali nilai, misalnya hujan terlalu dalam Penetapan Kawasan Rawan
deras dan tiba-tiba, sedimentasi di

30
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

Banjir di Kabupaten Bandung Bagian di kawasan yang berpotensi dan


Selatan” adalah: rawan banjir untuk antisipasi
1. Sistem informasi geografis meru- kemungkinan terjadinya bencana
pakan salah satu metode yang banjir.
dapat digunakan untuk analisis
berbagai tema terkait dengan
UCAPAN TERIMA KASIH
obyek spasial, diantaranya untuk
menentukan kawasan rawan atau Terima Kasih yang tak terhinga
aman bencana banjir. kami ucapkan kepada:
2. Parameter litologi, kemiringan a. Lembaga Penelitian Universitas
lereng, curah hujan, penggunaan Padjadjaran yang telah membantu
lahan, dan perkembangan orde pendanaan penelitian ini melalui
sungai dapat digunakan untuk Dana DIKS Universitas Padjadjaran
analisis penentuan lokasi rawan Tahun Anggaran 2003.
banjir. b. Dekan Fakultas MIPA Universitas
3. Berdasarkan hasil analisis, wilayah Padjadjaran beserta jajarannya.
Kabupaten Bandung dapat dike- c. Rekan-rekan sejawat yang telah
lompokkan menjadi 4 (empat) memberi masukan.
kelas yang terkait dengan banjir,
yaitu daerah rawan banjir, daerah
DAFTAR PUSTAKA
berpotensi banjir, daerah agak
aman dan daerah aman dari Alzwar, M., N.Akbar dan S.Bachri.
banjir. 1992. Geologi Lembar Garut dan
4. Daerah rawan banjir umumnya Pameungpeuk, Jawa. Pusat
menempati wilayah di bagian utara Penelitian dan Pengembangan
daerah penelitian, terletak di Geologi, Bandung.
sekitar sungai berorde tinggi
BPS. 2000. Kabupaten Bandung
dengan kemiringan lereng datar
Dalam Angka. Kerjasama BPS
hingga hampir datar. Sedangkan
Kabupaten Bandung dengan
daerah yang berpotensi banjir
BAPEDDA Tingkat II Kabupaten
umumnya berada di bagian tengah
Bandung.
dan menempati lembah-lembah
sungai muda dengan kemiringan Howard, A.D. dan I. Remson. 1978.
lereng agak landai. Daerah yang Geology in Environmental
aman dari banjir umumnya berada Planning. Mc Graw-Hill Inc., San
di wilayah lereng atau perbukitan Fransisco.
dengan kemiringan lereng agak
Silitonga, P.H. 1973 Peta Geologi
terjal hingga terjal dan jauh dari
Lembar Bandung, Djawa, Skala
sungai-sungai berorde tinggi.
1:100.000. PPPG, Bandung.
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-
maka saran yang dapat dikemukakan
Interpretation in Terrain Analysis
adalah:
and Geomorphologic Mapping.
1. Masyarakat sebaiknya tidak men-
Smits Publishers The Hague, ITC,
dirikan bangunan-bangunan per-
The Netherlands.
manen pada sempadan-sempadan
sungai, yaitu pada radius tertentu ………… .1962. Peta Topografi skala
dari tubuh sungai (biasanya 100- 1:50.000, lembar 4421-I, 4421-
200 m). Kawasan ini umumnya II, 4422-II, 4521-I, 4521-III,
merupakan daerah limpah banjir 4521-IV, 4522-II, dan 4522-III.
sehingga sebaiknya dihindari. Edisi 2 US Army Map Service, Far
2. Pemerintah daerah setempat seba- East.
iknya selalu melakukan monitoring

31
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

Tabel 1. Penggolongan satuan peta kemiringan lereng (Van Zuidam, 1985)

KEMIRINGAN LERENG (%) PENAMAAN


0-2 Datar / hampir datar
3-7 Agak landai
8 - 13 Landai
14 - 20 Agak terjal
21 - 55 Terjal

Tabel 2. Penilaian aspek litologi di wilayah Bandung bagian selatan


LITOLOGI BOBOT NILAI BOBOT X NILAI
Batuan gunungapi berumur Kuarter 3 2 6
Batuan terobosan berumur Mio-Pliosen 3 4 12
Batuan sedimen berumur Oligo-Miosen 3 5 15
Batuan gunungapi berumur Mio-Pliosen 3 4 12
Batuan sedimen berumur Mio-Pliosen 3 3 9
Batuan gunungapi berumur Plio-Plistosen 3 3 9

Tabel 3. Penilaian aspek landuse di wilayah Bandung bagian selatan


PENGGUNAAN LAHAN BOBOT NILAI BOBOT X NILAI
Industri 5 4 20
Padang Rumput 5 3 15
Hutan 5 0 0
Kebun campuran 5 3 15
Perkebunan 5 1 5
Sawah 5 5 25
Tegalan 5 3 15
Permukiman 5 3 15

Tabel 4. Penilaian aspek curah hujan di wilayah Bandung bagian selatan


CURAH HUJAN
KLASIFIKASI BOBOT NILAI BOBOT X NILAI
(MM/TH)
4000-4500 Sangat tinggi 3 5 15
3500-4000 Tinggi 3 5 15
3000-3500 Agak tinggi 3 4 12
2500-3000 Sedang 3 3 9
2000-2500 Rendah 3 2 6
1500-2000 Sangat rendah 3 1 3

Tabel 5. Penilaian aspek kemiringan lereng di wilayah Bandung bagian selatan


KEMIRINGAN LERENG
KLASIFIKASI BOBOT NILAI BOBOT X NILAI
(%)
21 – 55 Terjal 5 0 0
14 – 20 Agak terjal 5 1 5
8 – 13 Landai 5 2 10
3–7 Agak landai 5 3 15
0–2 Datar 5 5 25

32
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

Tabel 6. Penilaian aspek orde sungai di wilayah Bandung bagian selatan


ORDE SUNGAI BOBOT NILAI BOBOT X NILAI
Sungai orde 1 5 1 5
Sungai orde 2 5 2 10
Sungai orde 3 5 3 15
Sungai orde 4 5 4 20
Sungai orde 5 5 5 25
Sungai orde 6 5 5 25

Tabel 7. Hasil perhitungan batas kelas dengan metode pola distribusi normal
BATAS BATAS RENTANG
KELAS X RATA-RATA STAN.DEV.
BAWAH ATAS KELAS
1 44,4632 17,8659 17,66435 0 - 17
2 44,4632 17,8659 17,66435 35,53025 18 - 35
3 44,4632 17,8659 35,53025 53,39615 36 - 53
4 44,4632 17,8659 53,39615 71,26205 54 - 71
5 44,4632 17,8659 71,26205 >71

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian

33
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

ASPEK 1 ASPEK 2 ASPEK 3 ASPEK 4

PEMBOBOTAN & PENILAIAN ASPEK

ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

SUPERIMPOSE

ANALISIS & KLASIFIKASI SKOR

VISUALISASI GRAFIS

Gambar 2. Skema metodologi penelitian

Gambar 3. Peta penyebaran curah hujan di wilayah Kab. Bandung bagian selatan

34
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

Gambar 4. Peta kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Bandung bagian selatan

Gambar 5. Peta penggunaan lahan di wilayah Kab.Bandung bagian selatan

35
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

Gambar 6. Peta jaringan sungai di wilayah Kabupaten Bandung bagian selatan

Gambar 7. Peta penyebaran litologi di wilayah Kab.Bandung bagian selatan

36
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 2, Nomor 1, Januari 2004: 26-37

Gambar 8. Peta penyebaran kawasan banjir di Kab. Bandung bagian selatan

37

You might also like