Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

JOURNAL READING

KOMPLIKASI SINUSITIS DI RUMAH SAKIT TERSIER: JENIS,


KARAKTERISTIK PASIEN, DAN HASIL

DISUSUN OLEH:

PETER DARMAATMAJA S. G99162143


APRILLA DWI UTAMI G99172042
GILANG SUKMA MUHAMAD G99172081
JESSICA ADRIANE G99172094
SHANTY FITRIA ANDRIANI G99172152

PEMBIMBING:

dr. PutuWijayaKandhi, Sp.T.H.T.-K.L. (K)

KEPANITERAAN KLINIK/PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK,
BEDAH KEPALA, DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2018
The Complications of Sinusitis in a Tertiary Care Hospital: Types, Patient
Characteristics, and Outcomes

Saisawat Chaiyasate, Supranee Fooanant, Niramon Navacharoen, Kannika


Roongrotwattanasiri, Pongsakorn Tantilipikorn, and Jayanton Patumanond

International Journal of Otolaryngology, Vol 2015

CRITICAL APPRAISAL

General Description
1. Design : review
2. Subject : 1665 patients having sinusitis
3. Title : interesting, concise and straightforward
4. Authors : clearly written constitution and there are correspondence
address
5. Abstract : clear and appropriate
6. Introduction : consist of three paragraph and it contains purpose of the
study

Level of Evidence

P-I-C-O Analysis
1. Population : sinusitis patients with complications
2. Intervention : no intervention
3. Comparison : the complication of sinusitis (adjusted for age, gender and
comorbidities)
4. Outcome : the treatment depended on the number and type of the
complication

V-I-A Analysis
1. Validity :
a. The method of this study was an article review, so the chance for the
occurrence of biases are high
b. This study has already focused on prevention and treatment dysphagia
in head and neck cancer
c. This study has included enough relevant and important studies with 38
references paper
2. Importance :
a. The review showed optimization of long-term swallowing on
patients with head and neck cancer. Which the most evidence-based
strategies are maintaining an oral diet and performing prophylactic
swallowing exercise
b. The reader is confident in the truth of the results of this review
because the authors had elaborated and analyzed all the results well
and had provided the correspondence address
3. Applicability :
a. Maintaining an oral diet and performing prophylactic swallowing
exercise suggested in this review may be applicable locally to
prevent dysphagia
KOMPLIKASI SINUSITIS DI RUMAH SAKIT TERSIER: JENIS,
KARAKTERISTIK PASIEN, DAN HASIL

Diterjemahkan dari

The Complications of Sinusitis in a Tertiary Care Hospital: Types, Patient


Characteristics, and Outcomes

Saisawat Chaiyasate, Supranee Fooanant, Niramon Navacharoen, Kannika


Roongrotwattanasiri, Pongsakorn Tantilipikorn, and Jayanton Patumanond

International Journal of Otolaryngology, Vol 2015

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari komplikasi sinusisis pada rumah


sakit rujukan dan hasil perawatan sesuai tipe komplikasi berdasarkan data dari
tahun 2003-2012 didapatkan 85 pasien yang masuk dalam kriteria, 50 laki laki
(58,8%), 14 kasus lebih kurang berusia 15 tahun dan 27 pasien (31,7%) memiliki
lebih dari satu komplikasi. Komplikasi tersering yaitu tipe orbital (100% pada anak
dan 38% pada dewasa). Setelah dilakukan pengobatan, semua anak dan 45 pasien
dewasa (63,4%) sembuh, 8 pasien dewasa meninggal (11,3%) serta 18 pasien
dewasa sembuh dengan faktor komorbiditas (25,3%). Pasien dengan lebih dari satu
komplikasi memberikan hasil klinis yang buruk. Ketika dilakukan perbandingan
antara tipe komplikasi berdasarkan usia, jenis kelamin dan faktor komorbiditas,
komplikasi intracranial memiliki resiko kematian tertinggi. Hasil dari perawatan
tergantung pada jumlah dan tipe komplikasi. Komplikasi intracranial memiliki hasil
klinis paling buruk.

Pendahuluan

Sinusitis, penyakit yang seringditemukan di THT, berkembangpada 0,5-2%


pasien yang
mengalamiinfeksipadasalurannapasatas.Padapenyakitinijarangterjadikomplikasi.K
omplikasihanyaterjadipada 3,7-20% pasien yang mengalami sinusitis akut.
Komplikasipada sinusitis dapatdibedakanmenjadi 3 tipe, yaitu: local
(osseus), orbital danintrakranial. Komplikasi yang seringterjadiadalahtipe orbital
(60-75%), diikutidenganintrakranial (15-20%), dantipelokal (5-10%).

Banyakpenelitianmelaporkanbahwa paresis nervuskranialis di etmoidalis posterior


atausphenoiditistidakmunculpadakomplikasitipe orbital
dankranial.Meskipunbegitu,
neuropatioptiksendirimerupakansalahsatukomplikasidari sinusitis
kronik.Padapenelitian yang dilakukanpadapasien sinusitis di Thailand tahun 1997-
2002 ditemukan 8,2% pasienmengalamikomplikasi, tetapi sinusitis
frontalisbukanpenyebabterseringterjadinyakomplikasiintrakranial,
danpadapasieninineuropatikranialtidakmunculberasamaandengan meningitis
atauabsesotak.
Tujuandaripenelitianterbaruadalahuntukmenentukankomplikasipada sinusitis di
rumahsakitdanhasildaritatalaksana yang diberikansesuaidengantipekomplikasinya.

Bahan dan Metode

Studi retrospektif telah dilakukan pada pasien sinusitis yang dirawat di


Rumah Sakit Universitas Chiang Mai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.
Data pasien sinusitis dengan komplikasi dan jadwal operasi mereka telah ditinjau,
dikumpulkan dan dikelompokkan sebagai berikut.

1655 pasien sinusitis


skrining diagnosis

61 kasus dieksklusi: 17 kasus


146 kasus suspek
komplikasi dengan data
komplikasi ditinjau
inkomplit, 25 kasus sinusitis
jamur, 13 kasus mucocele (tanpa
sinusitis sebelumnya), 6 kasus
85 kasus komplikasi tumor
Gambar 1: Alur Studi

1) Komplikasi lokal termasuk selulitis wajah, abses wajah, osteomielitis, dan


mucocele/mukopiocele yang terjadi setelah operasi pada sinus atau adanya
riwayat sinusitis.
2) Komplikasi orbital dibagi menjadi 5 kelompok; edema inflamasi, selulitis
orbital, abses subperiosteal, abses orbital, thrombosis sinus cavernosa.
3) Komplikasi intrakranial dibagi menjadi meningitis, abses otak (epidural
dan subdural), abses intracerebral, dan thrombosis sinus dural (sinus
cavernosa dan sinus sagitalis superior).
4) Penulis mengklasifikasikan nervus kranial palsy sebagai komplikasi
tersendiri.
Data karakteristik pasien, organisme yang terlibat, dan hasil pengobatan
dikumpulkan. Kultur anaerob tidak tersedia dalam aturan rutin kegawat daruratan
dalam rumah sakit.
Data dianalisa menggunakan program STATA versi 11.0 (Perusahaan
STST, Texas, USA). Uji probabilitas digunakan untuk proporsi komplikasi antara
kelompok umur dan regresi logistik multinominal digunakan untuk hasil.
Komite Etik Penelitian Fakultas Keokteran Universitas Chiang Mai
menyetujui protokol studi.

Hasil
Terdapat sebanyak 146 kasus komplikasi sinusitis dari 1655 pasien dengan
penyakit sinusitis. Sisanya telah dilakukan operasi sinus karena kegagalan terapi
medikamentosa pasien sinusitis. Setelah melakukan peninjauan terhadap riwayat
pasien, didapatkan 85 pasien (5,1%) yang dimasukkan ke dalam penelitian ini.
Gambar 1. menunjukkan 61 kasus yang dikecualikan, termasuk 17 kasus dengan
data yang tidak lengkap (lima kasus mukokel, delapan kasus komplikasi ke mata,
satu kasus meningitis dengan komplikasi ke mata, satu kasus trombosis sinus
kavernosus, satu kasus dengan komplikasi intracranial dan mata, dan satu kasus
abses serebelum dengan trombosis sinus kavernosus), 25 kasus sinusitis karena
jamur, 13 kasus mukokel tanpa riwayat sinusitis (empat kasus dengan riwayat
cedera kepala dan 9 kasus tanpa adanya gangguan hidung), dan enam kasus tumor.
Diagnosis komplikasi dibuat berdasarkan pada temuan klinis dan pemeriksaan CT-
Scan. Pungsi lumbal dan pemeriksaan cairan likuorserebrospinalis dilakukan pada
pasien dengan kecurigaan meningitis. Seluruh kasus diterapi secara empiris dengan
antibiotik intravena sesuai dengan organisme yang telah ditentukan pada penelitian
ini. Drainase pada sinus yang terlibat, dengan atau tanpa komplikasi dilakukan
untuk seluruh kasus kecuali satu kasus dewasa dengan meningitis yang membaik
melalui perawatan medis saja.
50 pria (58,8%) dan 35 wanita (35%) dimasukkan dalam penelitian ini.
Empat belas pasien merupakan anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun (16,5%)
dan 71 pasien adalah orang dewasa (83,5%). Rata-rata usia adalah 43,5 (±23,3),
dengan rentang usia 1 bulan sampai 81 tahun. Secara keseluruhan, 27 pasien
terdapat lebih dari satu komplikasi (Tabel 1). 25 pasien (29,4%) mempunyai paling
sedikit satu kondisi medis yang mempengaruhi sistem imunitas pasien yaitu
diabetes mellitus (18,8%), gagal ginjal kronis (8,2%), keganasan (5,9%), penyakit
hati kronis (3,5%), dan infeksi HIV (2,4%). Komplikasi yang paling sering terjadi
adalah komplikasi orbital (Tabel 1).
Tabel 1. Tipe Komplikasi Sinusitis
Tipe
Pasien (%) Penjelasan
Komplikasi
Lokal: 14
9 kasus mukokel, 2 kasus selulitis wajah, 2 kasus
abses wajah, dan 1 kasus osteomyelitis
Orbital: 16
5 kasus selulitis periorbital, 5 kasus selulitis
orbital, dan 6 kasus abses subperiosteal (SPOA)
Intrakranial: 13
5 kasus meningitis, 2 kasus meningitis dengan
abses frontal, 1 kasus abses temporal, 1 kasus abses
otak tengah dan kelumpuhan nervus kranialis VII
1 58 (68,3%)
(UMNL), dan 4 kasus meningitis dengan
komplikasi lain
Kelumpuhan Nervus Kranialis: 15
2 kasus kelumpuhan nervus kranialis II
4 kasus kelumpuhan nervus kranialis III
1 kasus kelumpuhan nervus kranialis IV
3 kasus kelumpuhan nervus kranialis VI
1 kasus kelumpuhan nervus kranialis III, IV
1 kasus kelumpuhan nervus kranialis III, VI
3 kasus kelumpuhan nervus kranialis III, IV, VI
3 kasus mukokele
2 kasus dengan SPOA dan 1 kasus dengan
2 17 (20%)
neuropati optic
8 kasus SPOA
4 kasus dengan kelumpuhan nervus kranialis
(terbatasnya EOM pada seluruh arah dan gangguan
penglihatan)
3 kasus dengan selulitis/ abses wajah
1 kasus dengan osteomyelitis
4 kasus selulitis periorbital/ orbital dengan abses/
selulitis wajah
1 kasus selulitis orbital dan trombosis vena ophtalmica
superior dengan meningitis
1 kasus trombosis sinus sigmoid dan transversus
dengan kelumpuhan nervus kranialis VI bilateral
6 kasus trombosis kavernosus
3 kasus nervus kranialis II, III, IV, VI
1 kasus nervus kranialis II, VI
1 kasus nervus kranialis III, VI
3 8 (9,4%)
1 kasus nervus kranialis II, VII
1 kasus abses orbital dan wajah dengan kebutaan
1 kasus selulitis orbital, abses scalp, abses kelenjarair
mata, trombosis sinus sagittalis superior
2 kasus trombosis sinus kavernosus dengan abses atau
4 2 (3%)
selulitis wajah.
SPOA= subperiosteal abses, UMNL= upper motor neuron lesion, CN= cranial
nerve, EOM= extraocular movement.

Terdapat 15 kasus CN palsy tanpa adanya komplikasi. Sembilan pasien mengalami


sphenoiditis unilateral atau bilateral, empat pasien dengan pansinusitis yang juga
termasuk sinus sphenoid, satu pasien dengan ethmoiditis, dan satu pasien dengan
sinusitis maxillaris dan sinusitis frontalis.
Sebanyak 29 kasus dengan komplikasi lokal tersering adalah selulitis
wajah atau abses (15 kasus), diikuti mukokel (12 kasus) dan osteomielitis (dua
kasus). Semua komplikasi lokal kecuali mukokel termasuk sinus maxillaris dengan
atau tanpa keterlibatan sinus yang lain.
Pada kelompok komplikasi orbital (41 kasus), abses subperiosteal
merupakan komplikasi paling banyak (16 kasus), diikuti dengan selulitis orbital (10
kasus), selulitis periorbital (8 kasus), trombosis sinus kavernosus (6 kasus), dan
abses orbital (satu kasus).
Pada 24 kasus dengan komplikasi intrakranial, sebanyak 5 pasien
mempunyai lebih dari satu komplikasi intrakranial. Kejadian komplikasi
intrakranial terdiri dari 13 kasus meningitis, 5 kasus abses otak (temporal, frontal,
otak tengah dan pons, epidural, dan sepanjang sinus sagittalis superior), dan 11
kasus dengan trombosis sinus venosus dural (8 kasus trombosis sinus kavernosus,
2 kasus trombosis sinus sigmoid dan sinus transversus, dan satu kasus sinus
sagittalis superior). Terdapat pula komplikasi intrakranial yang jarang seperti
trombosis arteri karotis interna, perdarahan intraventrikular, dan hidrosefalus.
Daerah sinus yang paling sering terlibat pada komplikasi intrakranial
adalah sinus sphenoid, baik itu komplikasi tunggal (10 kasus) ataupun berbarengan
dengan sinus ethmoidalis posterior (4 kasus). Terdapat 6 kasus pansinusitis yang
terjadi pada komplikasi intrakranial, tiga kasus berupa komplikasi ke sinus frontalis
saja atau kombinasi dengan sinus ethmoidalis, dan satu kasus yang tidak tercatat
sinus mana yang terlibat. Temuan sistemik yang terjadi yaitu sepsis, disseminated
intravascular coagulation (DIC), gagal napas akut, dan kerusakan hepar.
Berkenaan dengan usia, semua anak memiliki komplikasi orbital, tiga
kasus dengan komplikasi lokal dan satu kasus dengan meningitis (Tabel 2).
Tabel 2. Tipe Komplikasi Berdasarkan Kelompok Usia
Tipe Komplikasi Usia < 15 tahun Usia ≥ 15 tahun p value
(14 pasien) (71 pasien)
Lokal (29 pasien) 5 (35,7%) 24 (33,8%) 1,000
Orbital (41 pasien) 14 (100%) 27 (38,0%) < 0,001
Intrakranial 1 (7,1%) 23 (32,4%) 0,100
(24 pasien)
Kelumpuhan saraf 3 (21,4%) 27 (38,0%) 0,360
kranialis (30 pasien)
Setelah dilakukan terapi, sebanyak 14 anak (100%), dan 45 orang dewasa
(63,4%) sembuh total. Sebanyak 8 pasien dewasa meninggal (11,8%), dan 18 pasien
dewasa sembuh dengan penurunan morbiditas (25,3%) setelah keluar dari rumah
sakit. Dari seluruh kasus dengan morbiditas, pasien dengan keterbatasan dalam
gerakan ekstraokuler pulih dalam waktu dua bulan setelah dilakukan follow-up (8
kasus), tetapi gangguan penglihatan (5 kasus), deformitas/ kelemahan wajah (2
kasus), dan hemiparesis (3 kasus) tidak dapat dipulihkan. Tujuh dari delapan kasus
kematian mempunyai komplikasi intrakranial seperti trombosis sinus venosus dan
meningitis dengan sepsis, dan pada kasus lain dijumpai selulitis orbita dan sepsis.
Hasil dari kultur darah tersedia pada lima kasus dari delapan kasus kematian, dua
di antaranya tidak teridentifikasi organismenya, sementara tiga kasus teridentifikasi
kuman Chryseobacterium indologenes, Staphylococcus aureus (MRSA),
danMicrococcus spp.
Regresi logistik multinomial digunakan untuk analisis hasil jumlah dan
tipe komplikasi sesuai golongan usia, jenis kelamin dan faktor komorbiditas seperti
diabetes, penyakit hati, penyakit ginjal kronis, keganasan dan infeksi HIV. Kasus-
kasus dengan lebih banyak jenis komplikasi berdampak pada klinis pasien yang
lebih buruk (Tabel 3.). Di antara berbagai jenis komplikasi, komplikasi intrakranial
memiliki tingkat morbiditas yang signifikan (p= 0,042), begitu pula dengan tingkat
mortalitas (p= 0,020) (Tabel 4.).
Tabel 3. Risiko (odds ratio dan 95% interval kepercayaan) tampilan klinis yang
buruk (pemulihan dengan morbiditas atau kematian) dari keseluruhan tipe
komplikasi, melalui analisis dengan regresi logistik multinomial

Tampilan
Odds Ratio 95% Interval Kepercayaan p value
Klinis Buruk
Pulih dengan
2,49 1,15 5,37 0,020
morbiditas
Meninggal 3,27 1,24 8,63 0,017
Jumlah total tipe komplikasi= kombinasi jumlah banyaknya tipe komplikasi
sinusitis (lokal, orbital, komplikasi intrakranial, dan kelumpuhan saraf kranialis),
rentang 1 sampai 4.
Disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan faktor komorbid : diabetes, penyakit
hati, gagal ginjal kronik, keganasan dan infeksi HIV
Kultus pus berhasil diperoleh pada 60 kasus (70,1%), 24 kasus di
antaranya tidak menunjukkan adanya mikroorganisme. Pada 36 kasus dengan
spesimen positif, ditemukan organisme tunggal ataupun multipel, termasuk tujuh
kasus koagulase negatif Staphylococcus (11,7%), lima kasus S. aureus (8,3%), satu
kasus Methicillin-Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) (1,7%), tujuh kasus
Streptococcus spp. (11,7%), lima kasus Pseudomonas aeruginosa (8,3%), lima
kasus Klebsiella (8,3%), tiga kasus Enterococcus spp. (5%), tiga kasus
Enterobacter spp. (5%), tiga kasus Diphteroid bacilli (5%), dan empat kasus
Acinetobacter spp. (6,7%), tambahan kasus termasuk Haemophilus influenza,
Neisseria spp., Corynebacteriumspp., Pasteurellaspp., E coli, Citrobacterkoseri,
Proteus spp., Aeromonashydrophila, and Burkholderiapseudomallei.
Tabel 4. Risiko (odds ratio dan 95% interval kepercayaan) tampilan klinis yang
buruk (pemulihan dengan morbiditas atau kematian) dari sinusitis, diklasifikasikan
dengan tipe komplikasi sinusitis, melalui analisis dengan regresi logistik
multinomial.
Tampilan Klinis
Buruk dan Tipe Odds Ratio 95% Interval Kepercayaan p value
Komplikasi
Pemulihan dengan
morbiditas
Lokal 1,67 0,33 8,40 0,534
Orbital 1,58 0,42 5,97 0,466
Intrakranial 4,61 1,06 20,08 0,042
Kelumpuhan
3,55 0,85 14,82 0,082
saraf kranialis
Kematian
Lokal 1,02 0,04 28,18 0,990
Orbital 4,82 0,15 156,26 0,376
Intrakranial 106,55 2,06 5512,16 0,020
Kelumpuhan
0,75 0,02 23,94 0,872
saraf kranialis
Disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, dan faktor komorbid : diabetes, penyakit
hati, gagal ginjal kronik, keganasan dan infeksi HIV.
Diskusi

Komplikasi sinusitis terus terjadi meskiantibiotik tersedia di seluruh dunia


dan tidak selalu menghasilkan kesembuhan lengkap.Hasil yang ditunjukkan pada
Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwakomplikasi yang paling umum adalah
komplikasi orbital,yang sesuai dengan temuan penelitian sebelumnya [9-12].
Namun, di rumah sakit kami, selulitis orbital danabses subperiosteal lebih sering
ditemukan daripadaselulitis periorbital yang sebelumnya dilaporkan. Hal ini
merupakanhasil dari respon terhadap antibiotik yang digunakan dalam
periorbitalselulitis, yang memperbaiki penyakit dan tidak memerlukanrujukan
bedah dari rumah sakit lain. Selanjutnya, pada perbandingan jenis-jenis komplikasi
pada kelompok usia yang berbeda, komplikasi orbital secara signifikan lebih sering
pada anak-anak (𝑃<0,001), dilihat pada Tabel 2.
Komplikasi kedua yang paling sering terjadi dalam penelitian ini adalah Cranial
Nerve Palsy, diikuti oleh komplikasi lokal. Penelitian lain sebelumnya, telah
melaporkan komplikasi intrakranial menjadi komplikasi yang paling sering terjadi
kedua [2, 3]. Perbedaandalam temuan ini dapat dijelaskan oleh proporsiorang
dewasa yang tinggi dalam penelitian ini, tingkat keparahan penyakit, dan kasus
sinus yang membutuhkan rujukan bedah, seperti pada awalpenelitian kami, operasi
sinus sphenoid tidak dilakukan dirumah sakit lokal lainnya. Tabel 1 menunjukkan
15 kasus dengan CN palsy baik single atau dalam kombinasi denganjenis
komplikasi yang lain. Penjelasan potensial untuk hasil ini bisa terjadi karena
kebersihan yang buruk, etnis, dan perbedaan bentuk craniofacial complex dan
cranial base. Misalnya, sudut basis cranii yang besar dalam populasi Asia[13–16].
Sebagaimana, basiscranium mempengaruhi bentuk cranium [13], hal itu juga
mempengaruhi ketebalan tulang dan konfigurasineurocranium serta penampilan
wajah. Fitur-fitur ini juga dapat mempengaruhi jalur untuk penyebarandari infeksi
dan peradangan ke pembuluh darah, tulang,dan saraf kranial. Hal ini didukung oleh
faktabahwa sinusitis sphenoid, yang memiliki prevalensi 1–2,7%menurut literatur,
umumnya ditemukan di Asia, juga dalam penelitian ini [5-7, 17-20]. Lebih dari itu,
seperti dalam penelitian sebelumnya [8], sinus sphenoid dibandingkansinus frontal
adalah sumber paling umum dari komplikasi Intrakranial diPenduduk Thailand.
Tabel 4. Risiko keluaran klinis buruk (pulih dengan morbiditas atau kematian) dari
sinusitis, dikelompokkan berdasarkan jenis komplikasi, dianalisa
dengan regresi logistik.

Keluaran Odds Ratio 95%CI Nilai P


klinis yang
buruk dan
jenis
komplikasi
Pulih dengan morbiditas
Lokal 1.67 0.33 8.40 0.534
Orbital 1.58 0.42 5.97 0.466
Intrakranial 4.61 1.06 20.08 0.042
CN Palsy 3.55 0.85 14.82 0.082

Kematian
Lokal 1.02 0.04 28.18 0.999
Orbital 4.82 0.15 156.26 0.376
Intrakranial 106.55 2.06 5512.16 0.020
CN Palsy 0.75 0.02 23.94 0.872
Dalamsatustudiliteratur,
hasilperawatannyadilaporkanbervariasisesuaidengankomplikasi: 6%
daripasiendengankomplikasi Intrakranialmeninggal (mulaidari 0 hingga16%) dan
23% dinonaktifkan (berkisardari 0 hingga 46%) [21].Dalampenelitian kami,
tingkatkematiankeseluruhanadalah 11,3%, sedangkan 29%
daripasiendengankomplikasi Intrakranialmeninggal.
Angkainilebihtinggimungkinmerupakanhasildariterjadinyakomplikasisistemiksepe
rti sepsis ataudarikeparahankomplikasi
Intrakranial,keduanyaakanmenanggungpemantauandanperbaikandenganperawatan
medis.
Ketikajeniskomplikasidibandingkan(disesuaikandenganusia, jeniskelamin,
dankomorbiditas), komplikasi Intrakranial adalahsatu-satunyakomplikasi yang
signifikansecara statistic memilikihasilklinis yang buruk,
yaitupemulihandenganmorbiditas(𝑃 = 0,042), dankematian (𝑃 = 0,020) (Tabel 4).
Penemuan-penemuaninimengkonfirmasihal-
haldaripenelitiansebelumnyadanseharusnyaditargetkanuntukmeningkatkanhasilpe
ngobatanpadapasiendengankomplikasi sinusitis.

Simpulan

Komplikasi orbital adalah komplikasi paling sering pada anak-anak dan


orang dewasa. Selain itu, pada pasien dewasa,CN palsy terjadi baik sendiri atau
dengan kombinasi dengan jenis komplikasi yang lain.Hasil dari perawatan
tergantung pada jumlahdan jenis-jenis komplikasi, dengan hasil yang paling
burukterjadi pada kasus dengan komplikasi Intrakranial.

Konflik Kepentingan
Para penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan
mengenai publikasi makalah ini.

You might also like