Professional Documents
Culture Documents
Kesehatan: Minggu, 13 Maret 2016
Kesehatan: Minggu, 13 Maret 2016
Kesehatan: Minggu, 13 Maret 2016
DHF
Laporan Pendahuluan
DHF ( Dengue haemorhagic fever )
A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty (betina) (Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (PADILA, 2012)
B. Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk
aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vector yang kurang
berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
C. Klasifikasi
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji
turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
D. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes dan
menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala,
mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang
berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan.
Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau sequential infection of
hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga menimbulkan
konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:
(PADILA, 2012)
E. Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories. Berikut ini
tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
a. Diagnose klinis
Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah pada
kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva
(perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis
(muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah
Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai
80mmHg atau lebih rendah
Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan), lemah,
mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b. Diagnose laboratories
Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga
100.000/mmHg
(Resti, 2014)
F. Pemeriksaan diagnostic
a. Darah lengakap
b. Kimia darah
SGOT/SGPT meningkat
Umum meningkat
pH darah meningkat
c. Urinalis
(Doenges, 2000)
G. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter
basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
H. Komplikasi
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena,
petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri
perut yang hebat.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda
– tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki
serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Panas
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit
pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu
makan,perdarahan spontan.
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya
penyakit herediter (keturunan).
c. Aktivitas
Aktivitas/istirahat
Sirkulasi
Integritas ego
Tanda : gelisah
Eliminasi
Gejala : diare
Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan
akhir-akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan,
tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga
mulut
Hygiene
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi
Perdarahan
d. Pemeriksaan fisik
System pernapasan
System cardivaskular
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-
jari.
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah
dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri
saat kencing, kencing berwarna merah
System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan
nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu
makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis),
berak darah (melena).
System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada
grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/
perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan
pada kulit.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
hipoproteinemia
hiponatremia dan
hipokalemia
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai
pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi keperawatan
Dapat menurunkan
demam
Temperature
Peningkatan suhu
Regulation
tubuh akan
Beri banyak menyebabkan
minum ( ± 1-1,5 penguapan tubuh
liter/hari) sedikit meningkat sehingga
tapi sering perlu diimbangi
Pemberian cairan
I.V sangat penting
bagi klien yang
mengalami deficit
volume cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
klien.
Dengan suasana
gembira pasien
dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya
terhadap nyeri.
Obat analgesik
Analgetic dapat menekankan
administration rasa nyeri.
Berikan analgesik
sesuai tipe dan
beratnya nyeri .
Timbang berat
badan klien tiap Berat badan
hari. merupakan salah
satu indicator
Monitor mual
pemenuhan nutrisi
dan muntah
berhasil.
pasien
Untuk mengetahui
status nutrisi
pasien.
Keterlibatan
keluarga untuk
segera melaporkan
jika terjadi
perdarahan
terhadap pasien
sangat membantu
tim perawatan
untuk segera
melakukan
tindakan yang tepat
untuk acuan
melakukan tindak
Syok managemen
lanjut terhadap
Cek hemoglobin, perdarahan.
hematokrit,
Untuk mengetahui
trombosit
adanya asodosis
Monitor gas metabolik.
darah dan
oksigenasi
Memberi
ketenangan kepada
klien dengan
berserah diri
kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Daftar Pustaka
Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin, H. K., & Hardhi. (2013).Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Medi
Action Publishing.
Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Desember 27, 2015, from Tersemangat:
http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-pendahuluan-dengue-hemoragic.html
Smeltzer, & Suzanne, C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (8 ed.). Jakarta:
EGC.
Posting Komentar
›
Beranda
Mengenai Saya
liez lisnawati
aku orang biasa yang hidup di antara orang-orang yang luar biasa, aku lahir dari
keluarga sederhana yang hidup di desa kecil yang nyaman.
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.