Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Proses Pemisahan Total Suspended Solid (TSS)

Menurut Juliana 2013, Salah satu proses yang dilakukan untuk pengolahan air
baku menjadi air bersih adalah proses koagulasi, yang termasuk dalam metode
pengolahan secara kimiawi. Proses koagulasi merupakan proses pengumpulan
partikel-partikel penyusun kekeruhan yang tidak dapat diendapkan secara
gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar sehingga dapat diendapkan dengan
cara pemberian bahan kimia koagulan. Kesulitan utama dalam proses koagulasi
ini adalah menetukan dosis optimum koagulan (zat pengendap) Bahan kimia yang
biasa digunakan pada proses ini adalah PAC, Alum, FeCl3. Tetapi dalam
perencanaanya akan menggunakan koagulan alami seperti serbuk biji asam jawa,
biji kelor, dan kulit udang. Biasanya setelah dilakukan proses koagulasi ini, maka
TSS akan berkumpul dan mengendap bersama. Untuk itu diperlukan proses
selanjutnya yang disebut sebagai proses sedimentasi.

2.2. Proses Pemisahan Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical


Oxygen Demand (COD)
Untuk mengatasi penurunan BOD dan COD yang terdapat dalam limbah
cair domestik dapat menggunakan proses aerasi dengan penambahan
bakteri EM4. Aerasi adalah proses dilakukannya kontak antara air dan udara
baik dengan cara natural maupun dengan desain mekanis untuk
meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Proses aerasi yang
merupakan proses pengolahan secara biologis dengan adanya penambahan
EM 4, menjadi proses sangat penting karena pada pengolahan air limbah
domestik memanfaatkan bakteri aerob untuk mereduksi zat organik dalam
air limbah domestik, khususnya BOD dan COD.
Menurut Edahwati (tahun), Proses ini merupakan suatu usaha
penambahan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air limbah, agar
proses oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan dengan baik.
Dalam prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air
limbah, yaitu :

a. Memasukkan udara ke dalam air limbah;


Yaitu proses memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air limbah
melalui benda porous atau nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di tengah–
tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan kontak gelembung udara
tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen akan berjalan
lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada dasar bak
aerasi. Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang
dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.

b. Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen


Adalah cara mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran
baling–baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari
pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas dan dengan terangkatnya
maka air limbah akan mengadakan kontak langsung dengan udara
sekitarnya.

2.3. Proses Pemisahan Kadar Besi (Fe)


Penuruann kadar besi (Fe) dalam air limbah domestik salah satunya dengan
menggunakan proses fitoremediasi, Fitoremediasi adalah penggunaan tanaman
untuk mengekstrak, mengakulumasi dan / atau detoksifikasi polutan dan
merupakan teknik baru dan kuat untuk membersihkan lingkungan. Tumbuhan
adalah agensia ideal untuk perbaikan tanah dan air, karena sifat genetik tanaman
yang unik baik dari aspek biokimia maupun fisiologisnya. (MEMON, 2001 dalam
Sidauruk, 2015). Fitoremediasi adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan berbagai mekanisme yang pada tanaman hidup untuk mengubah
komposisi kimia dari matriks tanah tercemar di mana mereka tumbuh. Pada
dasarnya, ini adalah penggunaan tanaman hijau untuk pembersihan tanah yang
terkontaminasi, sedimen, atau air.

Keuntungan utama dari aplikasi teknik fitoremediasi dibandingkan dengan sistem


remediasi lainnya adalah kemampuannya untuk menghasilkan buangan sekunder
yang lebih rendah sifat toksiknya, lebih bersahabat dengan lingkungan serta lebih
ekonomis. Kelemahan fitoremedisi adalah dari segi waktu yang dibutuhkan lebih
lama dan juga terdapat kemungkinan masuknya kontaminan ke dalam rantai
makanan melalui konsumsi hewan dari tanaman tersebut (Sidauruk, 2015).
Pada proses fitoremediasi kami menggunakan tanaman eceng gondok.
Penyerapan nutrient dalam jumlah besar mengakibatkan eceng gondok tersebut
menyerap logam-logam dalam air atau bahkan senyawa racun. Eceng gondok
berkemampuan untuk memindahkan logam dari air karena akarnya bertindak
sebagai kutub negatif. Kebanyakan logam yang berada dalam air merupakan ion
positif. Dalam rentang waktu pengamatan selama 5 hari dan semakin banyak
jumlah rumpun maka semakin banyak akar yang menyerap logam besi (Fe) di
dalam air limbah tersebut (Djenar, 2005).

2.4. Proses Pemisahan Deterjen


Menurut Yuliati. 2006, Proses koagulasi – flokulasi merupakan salah satu cara
pengolahan limbah cair untuk menghilangkan partikel-partikel yang terdapat
didalamnya. Koagulasi diartikan sebagai proses kimia fisik dari pencampuran
bahan koagulan ke dalam aliran limbah dan selanjutnya diaduk cepat dalam
bentuk larutan tercampur. Flokulasi adalah proses pembentukan flok pada
pengadukan lambat untuk meningkatkan saling hubung antar partikel yang goyah
sehingga meningkatkan penyatuannya (aglomerasi).
Proses saling mengikat antar partikel atau terjadinya pembentukan flok dapat
dijelaskan dalam berbagai macam teori. Pertama, pembentukan flok terjadi karena
adanya tumbukan partikel koloid dengan koagulan (sweep coagulation). Kedua,
pembentukan flok terjadi karena terjadi penetralan/pemuatan partikel koloid yang
dilanjutkan dengan adanya gaya tarik menarik antar partikel. Ketiga, pembentukan
penghubung polimer (inter particle bridging). Pemahaman terjadinya proses
pembentukan flok tersebut tergantung dari macam koagulan yang ditambahkan
dalam proses tersebut.

Pada tahap Pengolahan limbah deterjen dengan metode koagulasi-flokulasi,


kami menggunakan koagulan kapur dan PAC. Koagulan kapur yang akan
digunakan berupa CaO yang merupakan bahan mudah larut dalam air dan
menghasilkan gugus hidroksil yaitu Ca(OH) Kapur (lime). Pada pengolahan air
kotor, kapur dapat mengurangi kandungan bahan-bahan organic (Rahimah, 2016).

2.5. Proses Pemisahan Minyak dan Lemak


Laut adalah air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra.
Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material
lainnya seperti garam-garaman, zat-zat terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh
96,5% air murni. Zat terlarut terdiri dari bahan-bahan anorganik padat
yang mengandung berbagai ion-ion. Ion-ion ini adalah klor, natrium,
belerang ( sebagai sulfat), magnesium, kalsium, kalium
Pengurangan minyak dan lemak dalam air limbah domestik dapat
menggunakan proses pencampuran air laut dengan air limbah domestik
untuk menurunkan kadar minyak dan lemak. Air laut yang mempunyai
salinitas 3,4% merupakan medium pendispersi yang mempunyai ion kuat,
sehingga air luat mampu merusak stabilitas ikatan hidrogen antara minyak
limbah dengan air. Semakin banyak jumlah kandungan garam pada air laut
maka semakin baik kemampuan air laut dalam memisahkan minyak dan air
pada limbah cair CPO (Daulay, 2011). Hal ini sejalan dengan Achmad
dalam Daulay (1990) bahwa bahan yang memiliki kandungan garam
(salinitas) sekitar 2-5% sampai jenuh dapat memecah ikatan hydrogen
minyak dan air.

Daftar pustaka

Yuliati, S. (2006). Proses Koagulasi–Flokulasi Pada Pengolahan Tersier Limbah Cair PT.
Capsugel Indonesia.

Daulay, H. B., Dhani, Y., & Yulianti, R. (2011). KAJIAN AWAL PEMANFAATAN AIR
LAUT UNTUK EKSTRAKSI LIMBAH CAIR CPO DALAM MENURUNKAN KADAR
MINYAK DAN LEMAK, ANGKA BOD, ANGKA COD SERTA NILAI pH. Jurnal
Agroindustri, 1(1), 45-54.

Catur, W. (2008). Penurunan BOD dan COD limbah industri kertas dengan air laut
sebagai koagulan. Jurnal Rekayasa Perencanaan, 4(2).

Djenar, NS dan Budiastuti, H., (2008), Absorpsi Polutan Amoniak Di Dalam Air
Tanah Dengan Memanfaatkan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes), Jurnal Spektrum Teknologi Vol. 15 No. 2 Oktober 2008.

Sidauruk, L., & Sipayung, P. (2015). Fitoremediasi lahan tercemar di kawasan industri
Medan dengan tanaman hias. Pertanian Tropik, 2(2).

Rahimah, Z., Heldawati, H., & Syauqiah, I. (2018). Pengolahan limbah deterjen dengan
metode koagulasi-flokulasi menggunakan koagulan kapur dan PAC. Konversi, 5(2), 13-
19.

Edahwati, L., & Suprihatin, D. (2013). Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, Dan Filtrasi
Pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 1(2).

Permatasari, T. J., & Apriliani, E. (2013). Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses
Penjernihan Air. Jurnal Sains dan Seni ITS, 2(1), A6-A11.

You might also like