Paper Abortus New

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas (dapat hidup
diluar rahim), dimana masa gestasi belum mencapai 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram.
Aborsi adalah fakta yang hingga kini menjadi kontroversi, tidak hanya di
Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia bahkan di negara Amerika yang sering
dijadikan ikon negara pendukung utama liberalisme.
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak
aman, 70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8
kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi
tidak aman) dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang.
Angka kejadian aborsi di dunia menurut data WHO tahun 2000, dua
pertiga dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan di dunia akan berakhir
dengan aborsi di sengaja.
Dua puluh juta diantaranya dilakukan secara tidak aman. Sedangkan di
Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah
abortus di Indonesia masih cukup besar.
Perkiraan setiap tahun di Indonesia terjadi 16,7 sampai dengan 22,2
abortus provokatus perseratus kelahiran hidup. Selama dalam satu dekade terakhir
tahun 1990 sampai 1999 kasus-kasus abortus provokatus di Indonesia yang
tergolong spektakuler dan berhasil di ungkap serta diselesaikan lewat jalur hukum.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas (dapat hidup
diluar rahim), dimana masa gestasi belum mencapai 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram.

2.2 Etiologi
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya
disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 – 12
minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.
a. Faktor ovofetal :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan
bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau
terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar
belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus,
terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.
b. Faktor maternal :
Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik
maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu
lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan
uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat
dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus
meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu:
1. Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
50%-60% kasus keguguran.

2
2. Faktor ibu:
a. Kelainan endokrin (hormonal) misalnya hipertiroid, diabetes melitus.
b. Faktor imunologi, misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid
syndrome.
c. Infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes dan klamidia.
d. Kelemahan otot leher rahim
e. Kelainan bentuk rahim.
3. Faktor Ayah: kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat
menyebabkan abortus.

Selain 3 faktor di atas, faktor penyebab lain dari kehamilan abortus adalah:
1. Faktor genetik
Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling sering
menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih
dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan
beberapa tipe abnormalitas genetik.

2. Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15
% wanita dengan abortus spontan yang rekuren. Adanya kelainan anatomis ini
dapat diketahui dari pemeriksaan ultrasonografi (USG), histerosalfingografi
(HSG), histeroskopi dan laparoskopi (prosedur diagnostik). Dari pemeriksaan
USG sekaligus juga dapat mengetahui adanya suatu mioma terutama jenis
submukosa. Mioma submukosa merupakan salah satu faktor mekanik yang dapat
mengganggu implantasi hasil konsepsi.

3. Faktor endokrin
a. Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20 % kasus.

3
b. Insufisiensi fase luteal (fungsi corpus luteum yang abnormal dengan tidak
cukupnya produksi progesteron).
c. Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium
merupakan faktor kontribusi pada keguguran. Kenaikan insiden abortus bisa
disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi progesteron.
Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus
luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus, karena
progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormone tersebut
secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian
turut berperan dalam peristiwa kematiannya.

4. Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella,Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan
dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga
sebagai penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma,
Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif
yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan.
Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur
yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.

5. Faktor imunologi
Terdapat antibodikardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang plasenta sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya
aliran darah dari plasenta tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti
signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain: antibodi
antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin. Adanya penanda ini
meskipun gejala klinis tidak tampak dapat menyebabkan abortus spontan yang
berulang. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen
antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin
mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.

4
6. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan
ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan
abortus; sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal dunia tanpa
melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit
liver/ ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui anamnesa yang baik.
Penting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang pernah
menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan adekuat.
Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan laboratorium
seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal untuk menilai
apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes melitus yang kemudian
dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti persalinan prematur.

7. Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisisensi salah satu/semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.

8. Faktor psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan
keadaan mental akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap
terjadinya abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
penting dalam menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat
kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat
membantu. Pada penderita ini, penyebab yang menetap pada terjadinya abortus
spontan yang berulang masih belum dapat dipastikan. Akan lebih baik bagi
penderita untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan
yang mungkin menyebabkan abortus yang berulang tersebut, sebelum penderita
hamil guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya.

5
2.3 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga menjadi benda asing dalam uterus,
keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan <8 minggu hasil konsepsi ini biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vilis korealis belum menembus desidu lebih dalam. Sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan.
Pada kehamilan >14 minggu umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban
pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak
banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap. hasil konsepsi pada abortus
dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk ada kalanya kantong amniom kosong
atau tampak didalam benda kecil tanpa bentuk yang jelas (Blighed ovum)
mungkin pula janin telah mati lama (Missed abortion).

2.4 Klasifikasi Abortus


Klasifikasi abortus adalah sebagai berikut :
1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis.
2. Abortus provocatus (buatan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis
atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu,
misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks.
Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli
kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.
b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.

6
2.5 Pembagian Abortus Menurut Gambaran Klinis
Berikut ini berbagai macam abortus sesuai dengan gejala,tanda, proses
patologi yang terjadi:
2.5.1 Abortus Iminens (Threatened abortion)
Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama
kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta
dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan,
sekitar setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus. Abortus
iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu
mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari
atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri
punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma
serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus
iminens karena dapat memberikan perdarahan pada vagina. Pemeriksaan
spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks,
sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi.

2.5.2 Abortus Insipiens (Inevitable abortion)


Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan
perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri
karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari
pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan
dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat
menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya
sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan
kontraindikasi.

2.5.3 Abortus Inkomplit dan Komplit


Abortus inkomplit didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah
lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan
plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan

7
ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang
dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan
berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu
merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi
lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplit. Pada keadaan ini kuretasi
tidak perlu dilakukan. Pada abortus komplit, perdarahan segera berkurang setelah
isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti
sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah
selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Jika 10 hari setelah abortus
masih ada perdarahan, abortus inkomplit atau endometritis pasca abortus harus
dipikirkan.

2.5.4 Abortus Tertunda (Missed Abortion)


Abortus tertunda (missed abortion) yaitu keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu
(8 minggu atau lebih) setelah janin mati. Saat terjadi kematian janin terdapat
sedikit perdarahan pervaginam sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens.
Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban
dan maserasi janin.

2.5.5 Abortus Habitualis (Reccurent Abortion)


Abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut
atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa,
dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu,
disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak
sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis
juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.

2.5.6 Abortus Septik (Septic abortion)


Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering

8
ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang
kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Antara
bakteri yang dapat menyebabkan abortus septik adalah seperti Escherichia coli,
Enterobacter aerogenes, Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan
Staphylococci.

2.6 Abortus Tertunda (Missed Abortion)


Abortus tertunda (missed abortion) yaitu keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu
(8 minggu atau lebih) setelah janin mati. Pada beberapa kasus, saat terjadi
kematian janin terdapat perdarahan per vaginam dengan jumlah sedikit sehingga
menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya rahim tidak membesar,
tetapi semakin mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin.
Perdarahan dengan kehamilan muda disertai dengan hasil konsepsi telah
mati hingga 8 minggu lebih, dengan gejala dijumpai amenore, perdarahan sedikit
yang berulang pada permulaanya serta selama observasi fundus tidak bertambah
tinggi, tetapi bertambah rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan belakang
menghilang diiringi dengan reaksi yang menjadi negative pada 2 – 3 minggu
sesudah fetus mati, servik masih tertutup dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien
merasa perutnya kosong.

A. Faktor predisposisi
Sama dengan etiologi abortus secara umum yaitu:
1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau
alkohol.

9
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi
menahun.
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.

B. Gejala & Tanda


Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun
kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru
merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda – tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang (payudara mengecil kembali).
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang
kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.

Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Pada
pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah 2-3 minggu dari
terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan
uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak
beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda – tanda kehidupan.
Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan
kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena
hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan
evakuasi dan kuretase.

2.7 Diagnosa Abortus


Menurut WHO, setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua
daripada tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya
abortus:

10
i. Perdarahan pada vagina.
ii. Nyeri pada abdomen bawah.
iii. Riwayat amenorea

Anamnesa :
- Perdarahan bisa ada atau tidak
- kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu ibu merasakan perut dan
payudara mengecil kembali

Pemeriksaan obstetric :

- Fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan


- Bunyi jantung janin tidak ada
- Vaginal Toucher : serviks tertutup dan terdapat sedikit darah

Pemeriksaan penunjang :

- Plano test : negatif


- USG : didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil,
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada
tanda – tanda kehidupan
- Laboratorium : terjadi penurunan Hb (Anemia)

2.8 Penatalaksanaan
Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan
keluarganya secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat
menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase
dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena
penderita umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau
mati.
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat
dilakukan secara langsung dengan melalukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari

11
20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan
kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian
infuse intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose
5% tetesan 20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit
dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh.
Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi
diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil
keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin.
Pada dekade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan
prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion.
Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol
secara sublingual sebanyak 400mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam
jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi
pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.
Kemungkinan penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar
mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding uterus biasanya sudah
lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah
segar atau fibrinogen. Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infuse
intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul dari abortus adalah:
a. Perdarahan Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan
yang telah mencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding
uterus sehingga sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan
pembekuan darah. Akan terjadi perdarahan gusi, hidung atau dari tempat
terjadinya trauma. Gangguan pembekuan tersebut disebabkan oleh koagulopati

12
konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia sehingga pemeriksaan studi koagulasi
perlu dilakukan pada missed abortion.

b. Infeksi dan sepsis

2.10 Prognosis
Mayoritas pada penderita yang mengalami abortus mempunyai prognosa
yang tergantung pada cepat atau tidaknya kita mendiagnosa dan mencari
etiologinya.

13
LAPORAN KASUS OBSTETRI
STATUS ORANG SAKIT

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Anugrah Desa Sampali
Tanggal masuk : 18-04-2016
Pukul : 02:22 WIB

Identitas Suami
Nama suami : Tn. A
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Anugrah Desa Sampali

II. ANAMNESA
Ny. N, 35 tahun ,G7P4A2, Jawa, Islam, SMA, IRT, i/d Tn. A, 36 tahun,
Mandailing, Wiraswasta, datang ke RS Haji Medan dibawa oleh suami pada
tanggal 18-04-2016 , jam 02:22 WIB dengan :

KU : Keluar darah dari kemaluan

Telaah : Keluar darah dari kemaluan di rasakan pasien sejak 4 jam SMRS,
Pasien juga mengatakan sudah 2 kali mengganti duk. Keluar darah dari

14
kemaluan sudah dirasakan pasien sejak 5 hari yang lalu, awalnya darah
yang keluar merah segar, namun sekarang darah berwarna merah
kecoklatan. Pasien juga merasakan tidak ada pergerakan janin sejak 3
hari yang lalu. Keluar air yang berwarna jernih dari kemaluan (+) ,
riwayat keluar lendir campur darah (+), riwayat keluar jaringan dari
kemaluan (-). 1 minggu yang lalu pasien mengalami demam dan
meminum obat namun sekarang pasien sudah tidak mengeluhkan demam.
Riwayat merokok (-), Riwayat berhubungan seksual dengan suami (-),
riwayat trauma/jatuh selama hamil (-), riwayat dikusuk selama hamil (+),
riwayat minum jamu selama hamil (+), BAB (+) normal, BAK (+)
normal.

RPT/RPO : -

HPHT : 10-12-2015

TTP : 17-09-2016

Perkiraan usia kehamilan : 18 minggu 2 hari

Riwayat Operasi :-

RIWAYAT HAID :

• Menarche : 13 tahun

• Lama haid : 7 hari

• Siklus Haid : 28 hari

• Volume : 2-3x ganti duk (pembalut)/hari

• Dysmenorrhea : (-)

• Fluor Albus : (-)

15
• Hamil Kembar : (-)

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan :


1. Perempuan, aterm, PSP, Bidan, Klinik, 16 tahun, sehat
2. Perempuan, aterm, PSP, Bidan, Klinik, 14 tahun, sehat
3. Abortus
4. Laki – Laki, aterm, PSP, Bidan, Klinik, 10 tahun, sehat
5. Perempuan, atrem, PSP, Bidan, Klinik, 7 tahun, sehat
6. Abortus
7. Hamil ini

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status present
Sens : CM Anemis : (-/-)
TD : 110/70 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 86 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,50 C Oedem : (-)
TB : 155 cm
BB : 62 kg

B. Status Generalisata
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba, TVJ tidak meningkat
Thorak : Cor : Bunyi Jantung normal, reguler, bunyi tambahan (-)
Pulmo: Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen : distensi (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat (+), oedem (-/-)

16
C. Status obstetri
Abdomen : Simetris
Fundus uteri : (-)
Punggung : (-)
Bagian terbawah : (-)
Turunnya : (-)
HIS : (-)
DJJ : (-) x/menit

IV. PEMERIKSAAN DALAM


Tanggal : 18-04-2016
Jam : 02:35 WIB
Dokter : PPDS
Indikasi : Menilai adekuasi panggul dan pembukaan cervix
Pembukaan : (-)
Cervix : Tertutup

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS (Tanggal 18-04-2016)
KK terisi baik
Fetal Movement : (-)
Fetal Heart Rate : (-)
- Kesimpulan : IUFD (18w)

Hasil laboratorium tanggal 18-04-2016 pukul 10.00 wib


Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 11,6 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 3,8 3,9 - 5,6 10*5/µl

17
Hitung leukosit 9.600 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 34,7 36-47 %
Hitung trombosit 245,000 150,000-450,000 /µl

Index eritrosit
MCV 91,5 80 – 96 fL
MCH 33,1 27 – 31 pg
MCHC 36,3 30 – 34 %

Hitung jenis leukosit


Eosinofil 2 1–3 %
Basofil 0 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 65 53–75 %
Limfosit 28 20–45 %
Monosit 5 4–8 %

Kimia Klinik Satuan Nilai Rujukan


Glukosa Darah Sewaktu : 96 mg/dL < 140

Diagnosa
- Missed Abortus

Lapor Supervisor dr. H. Anwar, Sp.OG


Advis:
- IVFD RL 20 gtt/i + Sintosinan  mulai 4 gtt/i  15 menit naik 4gtt/i 
maintenance di 40 gtt/i
Rencana :

- Induksi persalinan

18
LAPORAN PERSALINAN

- Operator : PPDS
- Tanggal : 18/04/2016
- Jam : 13.05 WIB

Langkah-langkah persalinan :
- Ibu dibaringkan di meja ginekologi dengan posisi litotomi
- Pada his yang adekuat, ibu dipimpin mengedan
- Lahir janin secara in toto, BJ : 100gr
- disusul dengan lahirnya plasenta secara spontan
- Evaluasi perdarahan, kesan tidak aktif
- Keadaan umum ibu post persalinan spontan pervaginam : stabil

Diagnosa:
- Post Partus Spontan Pervaginam a/I Missed Abortus

Terapi:
- Cefadroxyl 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Grahabion 2 x 1
- Metergin 3 x 500 mg

Follow Up Tgl 19-04-2016 pukul 06.00 WIB


S : -
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 110/90 mmHg Ikterik : -/-
HR : 80x/menit Dyspnoe :-
RR : 20x/menit Sianosis :-
T : 36,7ºC Oedem :-
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal

19
P/V : (-), lokhia rubra (+)
TFU : 4 jari dbu, kontraksi kuat
BAK : (+)
BAB : (-)
Flatus : (+)
A: Post Partus Spontan Pervaginam a/i Missed Abortus + NH2
P:
- Cefadroxyl 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Grahabion 2 x 1
- Metergin 3 x 500 mg

Follow Up Tgl 20-04-2016 pukul 06.00 WIB


S : -
O: Sensorium : Compos Mentis Anemis : -/-
TD : 120/90 mmHg Ikterik : -/-
HR : 86x/menit Dyspnoe :-
RR : 20x/menit Sianosis :-
T : 36,9ºC Oedem :-
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+) normal
P/V : (-), lokhia rubra (+)
BAK : (+)
BAB : (+)
Flatus : (+)
A: Post Partus Spontan Pervaginam a/i Missed Abortus + NH3
P:
- Cefadroxyl 2 x 500 mg
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- Grahabion 2 x 1
- Metergin 3 x 500 mg
R : PBJ

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas (dapat hidup
diluar rahim), dimana masa gestasi belum mencapai 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram.
Abortus yang terjadi pada minggu pertama kehamilan umumnya
disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 –
12minggu), abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal. Penyebab
abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu faktor janin, ibu dan ayah.
Pembagian Abortus Menurut Gambaran Klinis dibagi menjadi abortus
iminens, abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit, abortus tertunda,
abortus habitualis dan abortus septik.
Komplikasi yang dapat terjadi dari abortus seperti perdarahan, syok,
emboli udara, infeksi dan sepsis. Prognosa pada abortus tergantung pada cepat
atau tidaknya mendiagnosa dan mencari etiologi dari abortus yang terjadi.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Riyanto A, 2010, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, Mulia Medika,


Yogjakarta.
2. World Heath Organization. Making Pregnancy Safer. Diakses tanggal 1 Mei
2016.http://www.who.int/making_pregnancy_safer/topics/maternal_mortality
/en/index.html.
3. Manuaba I.B. 2006, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan , EGC,Jakarta.
4. Sarwono S, 2005, Il Kebidanan, EGC, Jakarta.
5. Cunningham F.Gary et al, 2006, Obstetri Williams edisi 21 Vol 1, EGC:
Jakarta, hal 625-649; 688-698.
6. Prawiroharjo S, 2009, Ilmu Kebidanan, EGC, Jakarta.
7. Mansjoer, 2006 Asuhan Kehamilan, EGC, Jakarta.

22

You might also like