Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

SOP SUCTION
I. Pengertian
Suction adalah proses pengeluaran cairan atau lendir dari mulut, hidung atau trakea
pada klien yang tidak dapat mengeluarkan secret secara spontan.
II. Tujuan
Mempertahankan jalan nafas serta membersihkan secret pada klien yang tidak dapat
batuk secara adekuat.

III. Persiapan Alat


1. Portable, dengan selang penghubung dan konektor Y, jika dibutuhkan
2. Kateter steril sesuai ukuran
3. Kateter Yankauer
4. Aquadest/air normal salin serta Baskom steril (Alcohol 70%, NaCl 0,9%)
5. Handscoon steril
6. Handscoon bersih
7. Kasa steril
8. Handuk
9. Jalan nafas oral atau nafas jika diperlukan
10. Masker
11. Penutup mata (google)
12. Oksigen dan perlengkapannya
13. Ambubag
14. Selang oksigen
15. Kom berisi air bersih
16. Stetoskop
17. Bengkok
18. Spuit steril 5 cc
19. Kasa steril

IV. Prosedur
1. Lakukan pemeriksaan auskultasi paru-paru
2. Informasikan pada klien mengenai prosedur yan akan dilakukan
3. Atur kekuatan alat penghisap (suction)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

4. Cuci tangan
5. Lakukan pemeriksaan fungsi vital
6. Berikan oksigen awal (praoksigenisasi 100%)
7. Pakai sarung tangan atau gunakan pinset
8. Siapkan kateter suction steril
9. Siapkan kasa alcohol sebanyak 2-3 lembar
10. Hubungkan kateter dengan selang suction yang telah diprogram
11. Buka konektor tube atau trakeostomi dan lakukan desinfeksi dengan alkohol
12. Masukan kateter ke dalam trakea dalam keadaan tidak mengisap
13. Dorong kateter sampai karnia, lalu tarik kurang lebih 1 cm, kemudian tarik kembali
kateter secara perlahan dengan gerakan memutar dan dalam posisi menghisap
14. Lakukan penghisapan selama 10 detik, tidak boleh lebih
15. Bersihkan kateter dengan kasa alkohol lalu bilas dengan NaCl 0,9 % atau aqua
steril/aquadest
16. Bersihkan alat-alat

V. Prosedur Kerja
1. Tutup pintu atau sampiran
2. Posisikan klien dengan benar
3. Jika klien berada dalam keadaan sadar penuh dengan refleks muntah fungsional,
maka untuk penghisapan oral, posisikan klien semifowler dengan kepala
menoleh ke satu sisi, sedangkan untuk penghisapan nasal, posisikan klien
semifowler dengan leher hiperekstensi
4. Jika klien berada dalam keadaan tidak sadar, maka pengisapan dilakukan dengan
posisi berbaring miring dan mengahadap perawat
5. Berikan handuk di atas bantal atau di bawah dagu klien
6. Pilih tekanan dan tipe unit pengisapan yang tepat untukklien. Untuk unit
pengisapan dinding, tekanan 110-150 mmHg untuk orang dewasa, sedangkan
95-110 mmHg untuk anak-anak dan 50-95 mmHg untuk bayi
7. Cuci tangan setelah melakukan tindakan.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

a. Kriteria Yankauer
 Kenakan handscoon bersih
 Hubungkan satu selang penghubung dengan mesin pengisap dan ujung lain
dengan kateter pengisap Yankauer. Isi mangkuk dengan air.
 Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik. Perhatikan apakah alat dapat
mengisap sejumlah air dari mangkuk.
 Pindahkan masker oksigen, jikaterpasang.
 Masukkan karakter ke dalam mulut sepanjang garis gusi ke faring. Gerakkan
katetermengelilingi lubang mulut sampai secret terangkat.
 Dorong klien untuk batuk. Angkat masker oksigen.
 Bersihkan kateter dalam air di dalam mangkuk atau baskom.
 Sampai selang penghubung bersih dari sekresi. Matikan penghisap
 Kaji kembali status pernafasan klien.
 Angkat handuk, letakan dikantong kotor untuk dicuci. Lepaskan handscoon
dan buang ke bengkok.
 Reposisikan klien posisi sim mampu mendorong drainase dan harus digunakan
jika klien mengalami penurunan tingkat kesadaran.
 Buang air yang tersisa ke dalam wadah yang tersedia.
 Tempatkan selang penghubung di daerah kering dan bersih.
 Cuci tangan.

b. Pengisap Nasofaring dan Nasotrakea


 Siapkan peralatan penghisap dan atur regulator fakum pada tekanan negative
yang sesuai.
 Jika diindikasikan, tambahkan oksigen sampai 100% atau sesuai program
dokter.
 Hubungkan satu ujung selang konektor ke mesin pengisap dan tempatkan
ujung lain di lokasi yang nyaman.
 Apabila menggunakan peralatan pengisap maka lakukan hal-hal berikut:
1) Buka kemasan kateter. Apabila terdapat kasa, maka letakkan kasa
tersebut didada klien atau gunakan handu.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

2) Buka kemasan kateter pengisap tanpa menyentuh permukaan dalam


kemasan.
3) Buka bungkusan baskom steril dan tempatkan dimeja samping tempat
tidur. Berhati-hatilah agar tidak menyentuh bagian dalam baskom. Isi
baskom dengan normal salin steril sekitar 100ml.
 Buka pelumas. Tekanan dengan kuat pemasang kateter steril yang terbuka
tersebut tanpa menyentuh.
 Gunakan masker dan pelindung mata.
 Kenakan handscoon steril pada kedua tangan atau kenakan handscoon bersih
pada tangan yang tidak dominan dan handscoon steril pada tangan dominan.
 Angkat kateter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh
permukaan yang tidak steril. Angkat selang penghubung dengan tangan yang
tidak dominan. Masukan kateter kedalam selang.
 Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik, dengan mengisap sejumlah
norman salin dari baskom.
 Lumasi 6-8 cm kateter distal dengan pelumas larut air.
 Angkat peralatan pemberi oksigen, jika terpasang dengan tangan tidak
dominan. Tanpa melakukan pengisapan, dengan perlahan tapi cepat,
insersikan kateter dengan ibu jari dan jari telunjuk dominan ke dalam hidung
dengan gerakan sedikit miring kearah bawah atau melalui mulut saat klien
menghirup napas. Jangan memaksakan selang masuk melalui hidung.
1) Pengisapan faring dilakukan dengan cara menginsersikan kateter
dengan jarak dari ujng hidung sampai dasar lobus telinga. Insersikan
kateter pada orang dewasa sepanjang 16 cm, pada anak yang lebih
besar sekitar 8-12 cm, serta pada bayi dan anak-anak kecil sekitar 4-8
cm.
 Lakukan pengisapan secara intermiten dalam 10 detik dengan meletakkan dan
mengangkat ibu jari tangan yang tidak dominan dari lubang fentilasi kateter
dan dengan perlahan mengeluarkan kateter sambil memutarnya kedalam dan
keluar diantara ibu jari dan jari telunjuk dominan. Dorong klien untuk batuk.
Tempatkan kembali peralatan oksigen, jika memungkinkan.
 Bilas kateter dan selang penghubung dengan normal salin dengan bersih.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

c. Jalan napas buatan


 Cuci tangan
 Siapkan dan nyalakan peralatan pengisap dan atur regulator vakum untuk
menetapkan tekanan negative yang sesuai.
 Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin pengisap dan
tempatkan ujung lain di tempat yang nyaman.
 Apabila menggunakan peralatan pengisap, maka lakukan hal-hal berikut:
1) Buka kemasan peralatan. Apabila tersedia kasa steril, letakkan kasa
tersebut di dada klien.
2) Buka kemasan kateter pengisap. Jangan biarkan kateter pengisap
menyentuh permukaan yang tidak steril.
3) Letakkan baskom steril yang terbuka atau tidak terbungkus di meja
pada sisi tempat tidur. Isi baskom dengan normal salin steril sekitar
100 ml.
 Kenakan pelindung wajah dan mata
 Kenakan sarung tangan steril pada setiap tangan atau kenakan sarung tangan
tidak steril pada tangan yang tidak dominan dan sarung tangan steril pada
pada tangan dominan.
 Angkat kaeteter pengisap dengan tangan dominan tanpa menyentuh
permukaan yang steril. Angkat selang penghubung dengan tangan yang tidak
dominan. Masukkan kateter ke dalam selang.
 Pastikan peralatan berfungsi baik, depat diketahui dengan cara mengisap
sejumlah normalsalin dari baskom.
 Angkat humidifier (yang berfungsi untuk melembapkan) atau pemberi oksigen
dengan tangan yang tidak dominan.
 Hiperventilasi/oksigenasi klien sebelum melakukan pengisapan dengan
menggunakan kantong resusitasi (ambu) atau mekanisme menarik nafas pada
ventilator mekanik.
 Tanpa melakukan pengisapan, dengan lembut tetapi ceoat insersikan kateter
dengan ibu jari dan jari telunjuk yang dominan ke dalam jalan napas buatan
(waktu mengatasi kateter yang paling baik dilakukan adalah pada saat
inspirasi).
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

1) Lakukan pengisap trakea dengan melakukan insersi kateter, pada


orang dewasa sepanjang 20-24 cm, pada anak-anak yang lebih besr
sepanjang 14-20 cm, dan pada anak-anakkecil dan bayi sepanjang 8-
14 cm.
2) Pemberian posisi, untuk beberapa keadaan, tolehkan kepala klien ke
kanan. Posisi ini dapat memudahkan perawat pengisapan batang
utamabronkus kanan. Apabila tahanan terasasetelah melakukan
insersi kateter sampaijarak yang direkomendasikan, tarik kembali 1
cm sebelum melakukan pengisapan.
 Masukkan kateter sampai tahan kembali terasa, kemudian tarik kembali1 cm.
 Melakukan pengisapan secara intermiten dengan menempatkan dan
mengangkut ibu jari tangan yang tidak dominan dari lubang ventilasi kateter
dan dengan perlahan tarik kateter dengan sekaligus memutarnya ke depan
dan kebelakang di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan dominan. Anjurkan
klien untuk batuk.
 Tempatkan kembali peralatan oksigenasi. Dorongklien untuk melakukan napas
dalam.
 Bilas kateter dan selang penghubung dengan normal salin sampai bersih.
Lakukan pengisap secara kontinu.
 Ulangi langkah suction seperti telah dijelaskan sebelumnyasesuai keperluan,
untuk membersihkan secret. Berikan waktu yang cukup (minimal 1 menit
penuh) antara fase pengisapan untuk ventilasi dan reoksigenasi.
 Kaji status kardiopulmonar di antara fase pengisapan.
 Apabila jalan napas buatan danpohon trakeobronkial telah cukup bersih dari
sekresi. Lakukan pengisapan faring, oral, dan nasal untuk membersihkan jalan
napas atas dari sekresi. Setelah dilakukan pengisapan ini, maka kateter
terkontaminasi, jangan menginsersikan kateter kembali ke dalamselang
endotrakea atau trakeostomi.
 Lepaskan kateter dari selang penghubung. Gulung kateter mengelilingi jari
tangan yang dominan. Lepaskan sarung tangan dengan menariknya dari dalam
keluar, sehingga kateter tetap di dalam handscoon. Tarik handscoon yang lain
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN

TELP : (021) 5522250 – (021) 55733740


JL. Dr. SITANALA - TANGERANG 15121 FAX : (021) 5522250

dengan cara yang sama. Buang ke dalam wadah yang sesuai. Matikan
peralatan pengisap.
 Angkat handuk dan tempatkan di kantong kotor atau angkat kasa dan buang
di wadah yang tersedia.
 Atur kembali posisi klien ke dalam wadah yang tersedia. Apabila baskomyang
sekali pakai, buang ke tempat yang telah disediakan, apabila baskom akan
dipergunakan kembali, tempatkan di ruang tempat peralatan kotor.
 Lepaskan pelindung wajah dan mata.
 Cuci tangan.
 Persiapkan peralatan untuk pengisapan selanjutnya.
 Observasi klien untuk memastikan adanya sekret di jalan napas ataupun oral,
dan klien tidak gelisah.
 Dokumentasikan jumlah, konsistensi, campuran, warna dan bau sekret, serta
respon klien terhadap prosedur. Catat status pernapasan sebelum dan setelah
pengisapan.

Referensi :
Poltekkes Kemenkes Maluku . 2011. Penuntun Praktikum Keteerampilan Kritis II untuk
Mahasiswa D-3 Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

You might also like