Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

BAB V

KONSEP RANCANGAN

5.1. Tema Rancangan

Sebuah perancangan karya arsitektur yang berkualitas perlu adanya sebuah


proses dimana rancangan tersebut diwujudkan. Dalam proses mewujudkan karya
tersebut agar menjadi karya yang baik adalah dengan menentukan tema obyek
rancang tersebut agar menghasilkan sebuah rancangan yang unik. Tema juga
membuat perancangan menjadi lebih mudah dan spesifik dalam penerapannya
agar lebih mudah diterima dan dapat merespon konteks yang ada.

5.1.1. Pendekatan Tema


Tema perancangan pada bangunan ini diambil dari faktor yang sudah
dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu merespon pada permasalahan yang ada,
issue yang diangkat, serta tujuan dibangunnya Surabaya Vertical Farm. Beberapa
fakta, issue, dan goal akan dipaparkan berikut ini sebagai arahan untuk
menyimpulkan sebuah tema rancangan:
 Fakta
Tingginya pertambahan penduduk di Kota Surabaya menyebabkan
beberapa permasalahan yang berdampak pada lingkungan, seperti:
 krisis lahan tempat tinggal - beralihfungsi lahan pertanian dan
RTH menjadi bangunan,
 intensitas kendaraan tinggi - polusi udara meningkat dan
kemacetan,
 adanya program urban farming (2009) yang berkonsentrasi
pada pertanian kota dengan menyasar permukiman warga guna
menambah RTH di permukiman guna mendukung penghijauan
kota, dan
 Penghijauan di Surabaya yang baik dan berhasil sehingga
mendapatkan Penghargaan Green City dari PBB.
 Issue
Bagaimana cara mendukung pemerintah Surabaya dalam segi
penghijauan kota (program uban farming) dan mendukung penghargaan
Green City dari PBB yang tidak hanya berfungsi menambah RTH namun
dapat sebagai fasilitas edukasi berbasis wisata kota di Surabaya?
 Goal
Menciptakan sebuah fasilitas umum sebagai salah satu alternatif
baru dalam meningkatkan RTH di Surabaya dan penghargaan Green City
yang tidak hanya menambah RTH namun juga membawa manfaat dan
merespon konteks yang ada melalui fasilitas Surabaya Vertical Farm.

Tema yang digunakan dalam fasilitas umum ini merupakan hasil dari
respon terhadap permasalahan-permasalahan desain yang berasal dari latar
belakang kasus, interpretasi kasus, analisis fungsi, analisis tapak dan analisis
lahan. Pendekatan tema rancangan merupakan sarana atau cara untuk membantu
proses dalam transformasi ide perancangan dari konsep menuju penerapan dalam
bangunan. Rancangan Surabaya Vertical Farm ini dipilih sebagai bentuk
penerapan respon dari permasalahan yang ada yaitu sebagai alternatif baru dalam
upaya meningkatkan RTH dan merespon konteks lainnya seperti program urban
farming sebagai bentuk wujud edukasi bagi masyarakat dalam hal teknologi
pertanian yang cocok diterapkan di kota besar seperti Surabaya.
Dengan adanya rancangan ini diharapkan dapat menjadi solusi dan
alternatif baru sebagai wujud dari fasilitas yang tidak hanya meningkatkan RTH
namun juga dapat membawa manfaat lainnya seperti tempat edukasi bagi
masyarakat, sebagai wisata kota yang baru, serta dapat mendukung apresiasi dari
PBB kepada Kota Surabaya.
5.1.2. Penentuan Tema Rancangan
Dari beberapa fakta, issue, dan goal yang telah dipaparkan, maka
disimpulkan sebuah tema rancangan yang dapat digunakan sebagai langkah dalam
perancangan yang biasa disebut sebagai gagasan tema. Tema tersebut adalah
Paradoxical Urbanism. Menurut Antoniades (1992) dalam Poetics of
Architecture: Theory of Design, menyebutkan bahwa paradoks adalah sebuah cara
untuk menyalurkan kreativitas dengan cara yang berbeda karena berisi sebuah
kontradiksi atau pertentangan terhadap dua hal yang berbeda. Teori paradoks ini
juga digunakan oleh berbagai filsuf, kritikus, dan lainnya sebagai sarana untuk
mengilustrasikan sebuah kritik sambil menyarankan sebuah alternatif pada kritik
tersebut.
Dari penjelasan tersebut, tema paradoks yang diangkat dalam perancangan
fasilitas ini merupakan wujud dalam kritik sosial masyarakat dan pola kehidupan
bagi masyarakat di kawasan urban. Tingginya laju pertumbuhan pembangunan
yang ada selama ini yang sebagian besar hanya mengubah fungsi lahan tanpa
memikirkan solusi, sehingga muncul permasalahan seperti RTH yang semakin
berkurang di kota-kota besar. Dari masalah tersebut maka rancangan ini
menggunakan tema “Paradoxical Urbanism”.

5.2. Pendekatan Perancangan


Dari hasil fakta aupun issue yang telah dijelaskan, maka perihal tersebut
dapat dijadikan sebagai dasar dalam acuan proses penentuan konsep perancangan.
Berdasarkan konteks tersebut, maka pendekatan perancangan pada rancangan ini
dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan secara tampilan/langgam dan pendekatan
secara bentuk. Pendekatan secara langgam merespon terkait dengan kondisi iklim
yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, sehingga pada rancangan ini
menggunakan langgam expose structure yang diaplikasikan pada fasade/kulit
bangunan.
Sedangkan pendekatan yang digunakan pada perancangan ini (bentuk)
lebih ditekankan pada faktor pendekatan analogi. Menurut Broadbent (1973)
dalam Design in Architecture menyebutkan bahwa pendekatan analogi tidak
hanya menjiplak sebuah benda yang sudah ada, namun dibutuhkannya sebuah
proses agar dapat mengasilkan sebuah bentukan baru yang masih memiliki
kemiripan baik visual maupun pesan yang terkandung dari sumber analoginya.
Penganalogian sebuah tema Paradoxical Urbanism yaitu keterbalikan
yang diangkat dari fungsi bangunan analogi, dimana bangunan umunya dihuni
dan digunakan manusia sebagai pengguna utama, namun didalam bangunan ini
peran tumbuhan yang menjadi pengguna utama bangunan dan manusia yang
bekerja guna merawat tumbuhan yang ada didalam bangunan ini.

5.3. Metode Perancangan


Dari tema dan pendekatan perancangan yaitu pendekatan analogi, dimana
pendekatan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu analogi personal, analogi langsung,
dan analogi simbolik. Analogi personal yaitu analogi yang mana seorang arsitek
membayangkan dirinya sendiri sebagai obyek analogi dari permasalahan dalam
desain. Analogi langsung yaitu analogi yang menggunakan fakta dari lapangan
sebagai obyek analoginya. Sedangkan analogi simbolik yaitu penggunaan makna
yang diterapkan didalam desain bangunan.
Dari ketiga pembagian analogi tersebut, maka fasilitas Surabaya Vertical
Farm ini menggunakan metode perancangan analogi langsung. Metode ini dipilih
karena merupakan metode yang paling mendekati dan sesuai dengan tema yang
dipilih. Analogi langsung merupakan analogi yang menggunakan proses baik
fakta yang ada di lapangan guna mendapatkan bentuk dan konsep dari
perancangan tersebut.
Proses analogi secara langsung pada perancangan ini mengaitkan antara
fakta yang ada dan tema yang dipilih yaitu Paradoxical Urbanism yang
digambarkan pada diagram dibawah ini.
Gambar 5.1. Proses Metode Analogi pada Ide Bentuk Bangunan
Sumber: Analisa Penulis, 2018

Obyek analogi yang digunakan adalah bangunan bertingkat yang terdapat


pada kawasan urban. Bangunan yang digunakan sebagai hunian atau tempat
aktivitas yang ditujukan kepada manusia dan merubah fungsi ruang pada
lingkungan (RTH menjadi bangunan) yang berdampak buruk, dianalogikan dan
dibayangkan menjadi sebuah bangunan yang muncul dan tidak merusak fungsi
RTH yang dihuni, difungsikan, dan tanaman yang beraktivitas dan sebagai
pengguna bangunan.

5.4. Konsep Rancangan


Konsep perancangan dari Surabaya Vertical Farm ini merupakan respon
dan solusi terhadap dari permasalahan-permasalahan yang ada pada fakta
lapangan yang dikaitkan dengan tema serta pendekatan perancangan. Faktor-
faktor tersebut kemudian dirumuskan menjadi sebuah konsep yang harapannya
dapat merespon sesuai konteks yang ada agar tujuan dari pembangunan fasilitas
ini dapat tercapai.

5.4.1. Konsep Bentuk Masa Bangunan

Konsep bentuk bangunan ini merupakan salah satu dari penerapan tema
Paradoxical urbanism. Konsep ini merupakan wujud dari keterbalikan dan
“pembeda” pola bangunan di sebuah kawasan urban.

Gambar 5.2. Pengaplikasian Tema Paradoxical Urbanism pada Bangunan


Sumber: Analisa Penulis, 2018

Penggunaan bentuk geometri yang berbeda (lingkaran) pada kawasan


urban (persegi) merupakan salah satu wujud dari penerapan tema paradoks pada
sisi bentuk bangunan sehingga terlihat mencolok dan berbeda dari bentuk
bangunan di sekitar tapak.

5.4.2. Konsep Tampilan Bangunan


Tampilan bangunan menerapkan langgam expose structure dan
menggunakan konsep berupa penggunaan material dan teknologi modern guna
merespon konteks terutama yang berkaitan dengan iklim. Mengingat site terletak
di lingkungan perumahan dan terpapar sinar matahari yang cukup banyak, maka
penggunaan sunscreen (exposed) pada bangunan diaplikasikan hampir pada
keseluruhan sisi guna mengurangi intensitas cahaya matahari. Penggunaan
sunscreen ini selain dapat digunakan sebagai pereduksi sinar matahari, juga dapat
membiaskan cahaya sehingga dapat digunakan sebagai sumber penerangan alami
pada siang hari dan mengalirkan udara. Sementara pada musim penghujan respon
terhadap curah hujan yaitu menerapkan penadah air (exposed) yang nantinya air
tersebut akan digunakan pada bangunan ini.

Gambar 5.3. Konsep Tampilan Bangunan Terhadap Respon Iklim


Sumber: Analisa Penulis, 2018

Selain itu, bentuk bangunan ini juga merespon konteks disekitarnya


yang berkaitan dengan posisi dari tapak perancangan ini. Penggunaan unsur
ikonik pada sisi atas bangunan guna sebagai penanda.

Ikonik

Gambar 5.4. Respon Bangunan Terhadap Lingkungan


Sumber: Analisa Penulis, 2018
5.4.3. Konsep Ruang Dalam
Secara umum konsep ruang dalam di fasilitas ini merespon konteks yang
berhubungan dengan iklim. Pada area hidroponik, bentuk setiap lantai dibuat pola
agar sirkulasi udara dan pencahayaan lebih maksimal. Selain itu, pada area ini,
tidak menggunakan dinding masif, melainkan dinding pembatas seperti pagar agar
udara luar yang melewati secondary skin dapat masuk kedalam bangunan. Selain
itu tidak adanya dinding masif ini membuat cahaya dapat masuk kedalam sebagai
pencahayaan alami dan sumber energi bagi tanaman.
Bentuk bangunan yang merupakan single building menjadikan konsep
sirkulasi pada ruangan didesain secara vertikal. Konsep sirkulasi ini menggunakan
dua jenis akses, yaitu secara manual menggunakan tangga yang diterapkan pada
masa dengan bentuk lingkaran, dan penggunaan lift sebagai sarana sirkulasi secara
vertikal pada area hidroponik (lantai 2-7).

Gambar 5.5. Diagram Konsep Ruang Dalam


Sumber: Analisa Penulis, 2018

Untuk ruang dalam pada bagian lantai 1 dan 2 menggunakan konsep


tatanan ruang pada umumnya, berupa dinding masif sebagai pembatas ruang, Pada
bagian dinding dalam, menggunakan material kaca agar cahaya dapat masuk
kedalam bagunan guna pencahayaan alami pada siang hari, penggunaan tangga
sebagai sirkulasi vertikal antar lantai, dan penggunaan aspek-aspek umum lainnya.

Gambar 5.6. Ilustrasi Penggunaan Pagar pada Ruang Dalam di Area Hidroponik
Sumber: Analisa Penulis, 2018

5.4.4. Konsep Ruang Luar

Konsep ruang luar di pada perancangan fasilitas Surabaya Vertical Farm


ini adalah memperbanyak RTH berupa taman, kebun, dan ruang terbuka lainnya
yang berkonsep hidroponik sebagai wujud dari implementasi fungsi dan citra
bangunan ini.

Gambar 5.7. Diagram Konsep Ruang Luar


Sumber: Analisa Penulis, 2018
Pembagian ruang luar dibagi menjadi dua, yaitu sisi utara yang berdekatan
dengan akses utama digunakan sebagai area parkir kendaraan. Sedangkan sisi
selatan digunakan sebagai perluasan area RTH yang dapat digunakan sebagai area
bersantai bagi masyarakat sekitar maupun pengunjung bangunan ini dan sebagian
digunakan sebagai tempat parkir karyawan.

5.4.5. Konsep Struktur dan Material

Penerapan struktur pada bangunan Surabaya Vertical Farm ini dibagi


menjadi dua, yaitu pada masa berbentuk lingkaran memakai struktur rangka balok
dan kolom cor beton dengan tulangan baja dengan menggunakan pola
grid.Sedangkan pada masa hidroponik menggunakan baja profil. Pada bagian
tengah masa hidroponik menggunakan core atau inti sebagai unsur penguat
bangunan mengingat bangunan ini merupakan tipe bangunan tinggi (high rise
building). Pada inti bangunan / core dimanfaatkan sebagai sirkulasi vertikal
dengan adanya lift, tangga darurat, dan saluran ME.

Gambar 5.8. Diagram Konsep Struktur Utama Bangunan


Sumber: Analisa Penulis, 2018

Penerapan konsep struktur plat lantai pada bangunan ini menggunakan


struktur plat lantai beton bertulang dan mengaplikasikan lantai parkit yang
mempunyai rongga atau jarak antara plat dengan parkit. Konsep ini merupakan
penerapan dari studi analisa yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya. Rongga
tersebut nantinya akan diisi dengan pipa-pipa air sebagai sumber pengairan pada
area hidroponik.

Gambar 5.9. Diagram Lantai Parkit pada Area Hidroponik


Sumber: Analisa Penulis, 2018

5.4.6. Konsep Utilitas dan Instalasi Kebakaran


Sistem utilitas penyediaan air bersih secara keseluruhan yang digunakan
sebagai penunjang bangunan seperti MCK, toilet, dan area lainnya menggunakan
air kota (PDAM) dengan menggunakan sistem tandon air yang terletak pada
bagian atas dan bawah mengingat bangunan ini merupakan bangunan bertingkat
(high rise building).
Sistem pembuangan air kotor dan kotoran seperti pada umumnya akan
disalurkan langsung dan kemudian dibuang menuju saluran pematusan.
Sedangkan buangan dari toilet akan dibuang di septic tank, kemudian diserapkan
dalam tanah melalui sumur resapan.
Pada penanganan air hujan, di bangunan ini terdapat penadah air hujan
yang terletak pada atap bangunan. Penadah ini nantinya akan menyimpan air
hujan pada tandon air yang akan digunakan seperti pada sistem instalasi
kebakaran berupa sprinkler yang akan menyebar di seluruh ruangan. Selain itu, air
ini juga digunakan pada sprinkler yang otomatis berfungsi pada saat siang hari
yang berguna untuk mengurangi suhu panas di ruangan hidroponik.
Gambar 5.11. Konsep Penadah Air Hujan
Sumber: mui-lplhsda.org, 2018

Instalasi kebakaran gedung yang ada pada fasilitas ini menggunakan


sistem keamanan yang sudah diterapkan secara umum. Adapun sistem
pencegahan dan penanggulangannya yaitu:
1. Merencanakan dan menyediakan tangga dan pintu darurat,
2. Menyediakan peralatan pemadam kebakaran di seluruh ruangan,
seperti:
a. Sprinkler dengan smoke detector yang bekerja secara otomatis
dengan membunyikan fire alarm yang ditempatkan di setiap
ruangan.
b. Fire Extinguiser khususnya diletakkan di ruang dapur, ruang
ME, atau ruangan yang terdapat panel listrik.
c. Fire Hydrant ditempatkan di ruang luar dengan sumber air
yang berasal dari pipa induk PDAM, tanki-tanki air, dan
waduk yang berada di dekat lokasi tapak.

5.4.7. Konsep Mekanikal Elektrikal


Untuk sistem mekanikal elektrikal di dalam bangunan ini terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu:
5.4.7.1. Konsep Penghawaan
Secara umum konsep penghawaan untuk ruangan yaitu dengan
memperhatikan ketinggian lantai bangunan yang cukup guna mendapatkan
kenyamanan thermal didalam bangunan, memiliki bukaan ventilasi silang sebagai
jalur pertukaran udara alami, dan lain sebagainya.
Dalam perancangan fasilitas ini konsep penghawaan dibagi menjadi dua,
yaitu pada area bawah (bangunan umum) dan area hidroponik. Pada area bawah
sebagian besar menggunakan sistem penghawaan buatan (AC) mengingat adanya
ruangan-ruangan yang cenderung membutuhkan penghawaan buatan, seperti
pengelola, ruang edukasi, area retail, dll. Sedangkan pada area hidroponik
menggunakan sistem penghawaan alami dengan penerapan secondary skin guna
mendukung tanaman yang terdapat pada area tersebut dan merespon iklim.
5.4.7.2. Konsep Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam proses
perancangan baik secara fungsi maupun faktor pendukung estetika bangunan.
Pencahayaan pada bangunan dirancang untuk memenuhi faktor keberhasilan dan
keberlangsungan kegiatan didalam suatu bangunan.
Pada bangunan ini menggunakan dua jenis pencahayaan, yaitu
pencahayaan alami dan buatan. Pada keseluruhan bangunan, di siang hari akan
menggunakan pencahayaan alami dengan membuat bukaan-bukaan yang
terkonsep sejalan dengan ventilasi silang agar mendapatkan manfaat yang
maksimal. Penggunaan material kaca pada bangunan ini juga diaplikasikan guna
mendukung cahaya yang masuk. Sedangkan pada malam hari menggunakan
pencahayaan buatan berupa penggunaan lampu yang diaplikasikan pada
keseluruhan bangunan guna mendukung kegiatan maupun digunakan pada saat
keadaan darurat.
Sedangkan penggunaan pencahayaan pada Ruang PFAL (Laboratorium
Tanaman) selalu menggunakan pencahayaan buatan seperti LED dan ruang yang
tertutup tanpa adanya cahaya alami guna mendukung kegiatan yang ada didalam
laboratorium tesebut.
Gambar 5.12. Penggunaan LED pada PFAL
Sumber: codema.nl, 2018

5.4.7.3. Konsep Transportasi Vertikal


Alat transportasi pada bangunan ini terbagi menjadi dua, yaitu alat
transportasi secara mekanik dan manual. Penggunaan alat transportasi secara
mekanik yaitu penerapan lift yang menghubungkan antar ruang secara vertikal
pada area bawah dan area hidroponik (lantai 2-7). Sedangkan alat transportasi
manual berupa tangga yang menghubungkan antara lantai 1 dan 2 bangunan.
5.4.7.4. Konsep Jaringan Listrik dan Genset
Sumber utama bangunan yang berupa listrik pada bangunan ini diperoleh
dari pelayanan listrik oleh PLN seperti bangunan pada umumnya. Sedangkan
penggunaan sumber listrik cadangan pada bangunan ini menggunakan genset yang
tersedia pada bangunan ini yang diletakkan pada ruang ME yang terpisah dengan
bangunan utama.
5.4.7.5. Instalasi Penangkal Petir
Penggunaan instalasi penangkal petir sangat dibutuhkan bagi bangunan
yang mempunyai ketinggian lebih dari dua lantai guna menunjang faktor
keamanan pada saat musim penghujan. Pada bangunan ini instalasi penangkal
petir tersedia dan dipasang sesuai pada umumnya, yaitu terletak pada atap
bangunan yang kemudian disalurkan menggunakan konduktor menuju ke
grounding (bawah tanah).
5.4.7.6. Konsep Jaringan Telekomunikasi dan PABX
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada bangunan ini
menggunakan jaringan telekomunikasi yang dilayani oleh PT. Telkom.
Sambungan jaringan ini menggunakan jaringan kabel yang disalurkan melalui
tiang-tiang yang berada di sisi jalan dan sudah tersedia pada eksisiting tapak.

5.4.8. Konsep Sistem Akustik pada Ruang Edukasi


Pada bangunan Surabaya Vertical Farm ini terdapat sebuah ruang yang
digunakan sebagai ruang edukasi. Ruang ini mempunyai ciri seperti ruang kelas
auditorium pada umumnya, sehingga membutuhkan konsep peredaman suara
khusus agar gema pada ruang dapat diredam dan suara yang dihasilkan dapat
merata serta kedap suara pada luar ruangan.
Pada ruangan ini menggunakan ketentuan dinding yang lebih tebal dari
dinding lainnya guna meredam suara. Selain itu, penggunaan material peredam
suara sangat disarankan. Material yang digunakan pada ruangan ini yaitu yumen.
Yumen (Wood Wool Cement Board) adalah perpaduan serat kayu dan semen yang
menghasilkan papan dengan bidang datar yang bermotif natural.

Gambar 5.13. Yumen Board


Sumber: kaskus.id, 2018

Penggunaan material yumen pada ruangan ini selain dapat meredam suara
dengan baik, juga karena material yang ramah lingkungan, yaitu perpaduan semen
dan serutan kayu serta tambahan selulosa serat kayu pinus, aman bagi kesehatan
karena bisa terurai bila terhisap oleh manusia.

You might also like