Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN VIII

TITRASI ALKALIMETRI

OLEH

NAMA : MISRAN ASROFIL

STAMBUK : F1C1 17 051

KELOMPOK : I (SATU)

ASISTEN : MUH. IHRAM BASRI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kimia analitik semakin pesat seiring dengan berjalannya

waktu. Sebagai seorang ahli kimia diharapkan kita mampu mengikuti

perkembangan tersebut. Ketekunan dalam memahami berbagai aspek dalam ilmu

kimia harus benar–benar melekat dalam diri. Dari hal–hal yang mungkin terlihat

sederhana namun dalam kajiannya sangat luas. Seperti satu kata yang identik

dengan analitik yaitu analisis.

Analisis berasal dari bahasa latin yaitu analusys yang berarti melepaskan.

Secara umum analisis dapat diartikan usaha pemisahan satu-kesatuan materi

bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat diketahui lebih

lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis kualitatif

dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut identifikasi zat,

yaitu unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh, sedangkan analisis

kuantitatif adalah analisa mengenai penentuan berapa zat tertentu ada di dalam

suatu sampel. Salah satu bagian dari analisis secara kuantitatif yaitu analisis

volumetri.

Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada pengukuran volume dalam

pelaksanaan analisanya. Analisis Volumetri disebut juga Titrimetri karena proses

analisanya berupa titrasi, dimana larutan standar (pereaksi) sebagai titran yang

ditempatkan di dalam buret yang digunakan untuk mentitrasi larutan yang akan

ditentukan jumlah analitnya. Titrasi merupakan metode analisis kimia yang cepat,

akurat dan banyak digunakan menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam
larutan. Dimana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain yang konsentrasinya

diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang

tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus

berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi

samping.

Salah satu analisis volumetri adalah titrasi netralisasi yang terdiri dari

asidimetri dan alkalimetri. Fokus pembahasannya sesuai dengan judul praktikum

yaitu titrasi alkalimetri. Titrasi alkalimetri adalah titrasi terhadap asam dengan

larutan baku basa sebagai larutan standar. Berdasarkan latar belakang tersebut

maka dilakukan percobaan titrasi alkalimetri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah percobaan titrasi alkalimetri adalah bagaimana

menentukan kadar asam asetat dengan larutan baku NaOH?

C. Tujuan

Tujuan percobaan titrasi alkalimetri adalah untuk menentukan kadar asam

asetat dengan larutan baku NaOH.

D. Manfaat

Manfaat dari percobaan titrasi alkalimetri mengetahui penentuan kadar

asam asetat dengan larutan baku NaOH.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk

menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan

dalam titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mampu

menunjukkan titik akhir dari titrasi. Indikator merupakan penanda yang

menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada analisis volumetrik. Suatu zat

dapat dikatakan sebagai indikator titrasi asam basa jika dapat memberikan

perubahan warna sampel (Sinta., 2016).

Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan

asam maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion

hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-

asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (PP).

Indikator ini merupakan indikator sintetis yang terbatas dan biaya produksi yang

tinggi. Indikator fenolftalein (PP) digunakan sebagai indikator pembanding dalam

proses titrasi basa kuat-asam kuat, dengan nilai standar deviasi (SD) yang

diperoleh sebesar 0,036. Standar deviasi (SD) dilakukan dari hasil pencatatan

volume titran yang diperoleh dari proses titrasi berulang. Standar deviasi yang

dihasilkan mendekati nol dikatakan mempunyai nilai kecermatan yang tinggi pada

proses titrasi berulang (Fitri dkk., 2016).

Peralatan yang biasanya digunakan dalam titrasi adalah buret. Jika larutan

asam dititrasi dengan larutan basa, titik ekuivalen, titik di mana jumlah asam &

basa yang sama secara kimia telah dicampur, dapat ditemukan dengan

menggunakan indikator. Hal ini memungkinkan untuk analisis kuantitatif dari


konsentrasi asam atau basa yang tidak diketahui konsentrasinya. Indikator sintetik

memiliki kelemahan tertentu seperti biaya tinggi, ketersediaan & polusi kimia,

maka indikator alami yang diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti bunga,

buah, daun, dll. Akan lebih menguntungkan. Semua indikator pH, seperti kertas

lakmus, berubah warna tergantung pada apakah mereka menyumbangkan atau

menerima proton, (asam adalah donor proton & basa adalah akseptor proton).

Oleh karena itu, indikator pH adalah asam atau basa. Indikator bekerja karena

mereka adalah asam lemah yang ketika berada dalam solusi, berada dalam

kesetimbangan dengan basisnya (Abhyangshree., 2016).

Hasil titrasi asam lemah dengan basa kuat dengan menggunakan indikator

fenolftalein sebagai indikator pembanding, menunjukkan pH di atas 9,10

berwarna merah muda, diantara pH 5,70-9,10 terjadi perubahan sedikit demi

sedikit dari tidak berwarna menjadi merah, di atas pH 9,10 berwarna merah muda.

Pada titrasi basa kuat-asam kuat, basa lemah-asam kuat dan sebaliknya, titik

ekivalen yang terjadi pada saat titrasi berlangsung tidak akan dapat diamati secara

visual (dengan mata), karena perubahan warna dari suatu indikator baru bisa

teramati pada saat mol titran lebih besar dari pada mol titrat, sehingga yang bisa

teramati pada saat titrasi adalah titik akhir titrasi (Siti., 2010).

Penurunan konsentrasi analitik atau jumlah mol substansi titrasi digunakan

perhitungan stoikiometrik. Hasil analitis yang diturunkan lebih akurat dan bebas

dari kesalahan sistematis. Ketika volume titran persis sama dengan volume titrat

yang telah ditambahkan, maka dapat diasumsikan sebagai titik ekivalen.

Sedangkan perubahan warna indikator digunakan sebagai sinyal untuk


menghentikan titrasi. Ketika dihentikan, pH larutan diindikasikan dengan pH

akhir bertepatan dengan nilai pH yang membatasi interval transisi dari indikator.

Untuk lebih spesifik, untuk titrasi alkalimetrik, pH akhir bertepatan dengan batas

atas dari interval transisi indikator. Volume larutan titran yang digunakan untuk

mencapai pH akhir adalah volume titik akhir yang dapat dibaca dari buret ketika

titrasi Asam-Basa berakhir (Francesco., 2014).


III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan titrasi alkalimetri dilaksanakan pada hari Selasa, 27 November

2018 pukul 07.00-09.55 WITA bertempat di Laboratorium Nanoteknologi,

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan


1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan titrasi alkalimetri adalah batang

pengaduk, labu ukur 100 mL, gelas kimia 10 mL, buret, gelas ukur 100 mL, labu

ukur 50 mL, erlenmeyer, pipet tetes, buret, statif dan klem.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan titrasi alkalmetri adalah

aquades, larutan NaOH 0.1 N, asam asetat CH 3COOH, dan indikator

penolftalein.

C. Prosedur Kerja
CH3COOH

- dipipet 10 mL asam asetat yang akan


ditentukan kadarnya
- dimasukan dalam labu ukur 100 mL
- diencerkan dengan aquades sampai tanda
tera.
- dihitung kadar asam asetat dalam sampel

100 mL larutan CH3COOH

- dipipet 50 mL kedalam erlenmeyer 250 mL


- ditambahkan 3-4 tetes phenolptalein
- dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N
sampai terbentuk warna merah muda
- dicatat volume NaOH yang digunakan
- dilakukan triplo
- dihitung kadar asam asetat dalam sampel

Hasil Pengamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Titrasi asam asetat dengan NaOH

No. Perlakuan Hasil

1. 10 mL CH3COOH + 100 mL
Aquades

2. NaOH 0.1 N dimasukan ke


dalam buret

3. 50 mL CH3COOH Volume NaOH yang digunakan


dimasukan ke dalam adalah 40 mL
erlenmeyer di titrasi dengan
NaOH

2. Reaksi

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

3. Analisis Data
Penentuan kadar asam asetat dalam sampel

Diketahui : N NaOH = 0,1 N

V NaOH total = 50 mL

V NaOH digunakanan = 40 mL

V CH3COOH = 40 mL

Mr NaOH = 40 g/mol

Mr CH3COOH = 60 g/mol

Dalam 100 ml sample asam asetat

100 ml
x VNaOH x NNaOH x Mr. Asam asetat
50 ml

100 ml
= x 40 mL x 0,1 N x 60
50 ml

= 2 x 40 mL x 0,1 N x 60

= 80 mL x 0,1 M x 60

= 480 mg 0,48 g = 0,048 %

B. Pembahasan.

Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang

dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana

penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui

konsentrasinya secara tepat.

Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui

konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan

standar atau titran, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya


diletakkan di erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit. Titran

ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana

titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi

dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Jika volume larutan

standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam

larutan yang belum diketahui dapat dihitung.

Praktikum Titrasi alkalimetri dilakukan dengan mengukur volume titran

untuk mencapai titik eqivalen, artinya ekivalen pereaksi–pereaksi sama. Reaksi

yang terjadi disebut reaksi netralisasi. Percobaan penentuan kadar asam asetat

dalam sampel dilakukan dengan menitrasi asam asetat yang sudah diencerkan

dengan larutan NaOH 0,1 N. Pengenceran asam asetat dengan air untuk

mempermudah titrasi karena sudah terionisasi. NaOH dalam hal ini bertindak

sebagai titran yang kemudian peletakannya yaitu di buret. Sebelum dititrasi

dengan NaOH, larutan titrat dalam hal ini CH3COOH terlebih dahulu ditetesi

indikator phenolptalein. Indikator ini bertujuan agar saat titik ekivalen terjadi,

pengamatannya menjadi lebih mudah. Dipilih indikator phenolptalein sebab titik

akhir eqivalen terjadi saat suasana larutan basa sebab titrasi ini adalah titrasi basa

kuat NaOH terhadap asam lemah CH3COOH. Titrasi kemudian dilakukan secara

perlahan – lahan.

Titik akhir titrasi ditunjukan oleh perubahan warna dari bening menjadi

merah muda. Perubahan warna ini terjadi saat volume NaOH 40 mL. Pengaruh

perubahan warna disebabkan adanya kelebihan NaOH dalam larutan campuran,

khususnya ion – ion hidroksida yang mampu menggeser kesetimbangan larutan


indikator phenolptalein kesebelah kanan sehingga terjadi perubahan warna

larutan.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan titrasi alkalimetri dengan menggunakan larutan

baku NaOH terhadap kadar asam asetat (CH 3COOH) dengan volume NaOH yang

digunakan sebanyak 40 mL didapatkan kadar CH3COOH sebanyak 480 mg atau

0,48 g atau 48%.


DAFTAR PUSTAKA

Apriani F., Nora I., Lia D., 2016, Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia Trifolia
(L.) Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa Kuat Asam Kuat,
JKK 5(4).

Mane A. N., Dhanashri S. K., Vinayak B. K., 2016, Use Of Combretum Indicum
Flower Extract As A Natural Indicator In Acid-Base Titration. International
Journal of Institutional Pharmacy and Life Sciences 6(3).

Nuryanti S., Sabirin M., Chairil A., Tri J. R., 2010, Indikator Titrasi Asam-Basa
Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L). Agritech 30(3).

Ratnasari S, Dede S, Vina A. 2016. Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa
(Rhoeo Discolor) Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Chimica et Natura
Acta 4(1).

Salvatore F dan Maria M., S. 2014, An Attractive Way of Developing the Concept
of Systematic Titration Error of Visual Acid-Base Titrations (on the Basis of
Logarithmic Acid-Base Diagrams). World Journal of Chemical Education
2(1).

You might also like