Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Jurnal Kesehatan Reproduksi (ISSN 2087-703X) - Vol 7, No. 3, (2016), pp.

185-197
Gambaran Perilaku Wanita ………… (Mizna Sabilla dan Iram Barida Maisya)

GAMBARAN PERILAKU WANITA DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI


STRERILISASI WANITA DI PAMULANG, KOTA TANGERANG SELATAN

The Description of Women’s Behaviour to use Contraceptive Female Sterilization


In Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan City

Mizna Sabilla1, Iram Barida Maisya2


1
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2
Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat
E-mail: miznabilla@gmail.com

Abstract

Background: TFR in Indonesia since 2002 stagnanted at 2.6. CPR trends Indonesia are increasing but most
short term family planning methods. The use of female sterilization contraception in Indonesia is only 2.3%. The
female sterilization in Banten province is ranked lowest in Java.
Objective: to obtain a description of the user behaviour of sterilization contraception
Methods: The design of this study was a RAP (Rapid Assessment Procedure). The informant were 12 wife EFA
who used and did not use female sterilization and 14 key informants. Data collection used in-depth interviews
and document review. Data is analyzed with content analysis.
Result: Behaviour of contraceptive use of female sterilization in Puskesmas Pamulang working area due to
medical indication. Support factors include better knowledge, confidence in contraceptive use, positive attitudes
and perception of pregnancy risk. Enabling factors include service availability of services and distance
perceptions to contraceptive services do not affect contraceptive use, and the cost is affordable and they have
access to good information. Reinforcing factors include husband support and advice from doctors.
Conclusion: Behaviour of contraceptive use of female sterilization in Puskesmas Pamulang working area due to
medical indication. Supporting factors are knowledge, attitude, perception of pregnancy risk, belief, and
husband support. Inhibiting factors are expensive cost perception, lack of access to information and lack of
support of health workers (PLKB and Midwife).

Keywords: Female Sterilization, Family Planning, Contraception

Abstrak

Latar belakang: Angka kelahiran (TFR) di Indonesia sejak tahun 2002 stagnan pada 2,6. Tren CPR di
Indonesia meningkat namun sebagian besar metode Keluarga Berencana jangka pendek. Penggunaan
kontrasepsi sterilisasi wanita di Indonesia hanya 2,3% dan sterilisasi wanita di Provinsi Banten terendah di
Pulau Jawa.
Tujuan: memperoleh gambaran perilaku pengguna kontrasepsi sterilisasi di wilayah penelitian
Metode: Rancangan penelitian adalah RAP (Rapid Assesment Procedure). Informan adalah 12 istri Pasangan
Usia Subur (PUS) yang menggunakan dan tidak menggunakan sterilisasi wanita dan 14 informan kunci.
Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Analisis data dengan content analysis.
Hasil: Penggunaan serilisasi wanita sebagian besar karena indikasi medis. Faktor pendukung meliputi
pengetahuan yang lebih baik, yakin terhadap penggunaan kontrasepsi, sikap positif dan persepsi positif terhadap
risiko kehamilan. Faktor pemungkin meliputi ketersediaan pelayanan dan persepsi jarak ke pelayanan
kontrasepsi tidak mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, dan biayanya cukup terjangkau serta memiliki akses
informasi yang baik. Faktor pendorong meliputi dukungan suami dan saran dari dokter.
Kesimpulan: Perilaku penggunaan kontrasepsi sterilisasi wanita di wilayah kerja Puskesmas Pamulang karena
indikasi medis. Faktor pendukungnya yaitu pengetahuan, sikap, persepsi risiko kehamilan, keyakinan, dan
dukungan suami. Faktor penghambatnya yaitu persepsi biaya mahal, kurangnya akses informasi dan tidak
adanya dukungan petugas kesehatan (PLKB dan Bidan).

Kata kunci: Sterilisasi wanita, keluarga berencana, kontrasepsi

Naskah masuk: 28 Febuari 2017 Review: 24 Maret 2017 Disetujui terbit: 31 Juni 2017

185
Gambaran Perilaku Wanita Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

PENDAHULUAN meningkatnya Angka Penggunaan Kontrasepsi


atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
World Population Data Sheet 2013 menurut SDKI sejak tahun 1991-2012.1
melaporkan bahwa Indonesia menduduki Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari angka
peringkat ke lima di dunia dalam estimasi kesertaan ber KB cara modern seperti implant,
jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 249 strerilisasi wanita, strerilisasi pria, Alat
juta.1 Hal ini dapat terlihat pula dari Angka Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kondom,
Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia sejak suntikan dan pil cenderung meningkat dari
tahun 2002 hingga 2012 menunjukkan angka 47,5% menjadi 57,9%.6 Peningkatan angka
menetap sebesar 2.6 menurut laporan Survei ber-KB juga ditunjukkan oleh hasil Riskesdas
Demografi dan Kependudukan Indonesia tahun 2010 dan 2013, yaitu proporsi
(SDKI)2 dan hal ini berarti belum mencapai perempuan kawin usia 15-49 tahun yang ber
target Rencana Pembangunan Jangka KB pada tahun 2010 sebesar 55,8% meningkat
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 menjadi 59,7% pada tahun 2013.8
sebesar TFR 2,3%.3 Upaya-upaya
pengendalian jumlah penduduk melalui Kendati CPR terus meningkat, saat ini
program Keluarga Berencana hingga saat ini pelaksanaan program KB masih mengalami
masih terus dilakukan. Salah satunya menjadi hambatan, salah satunya dikarenakan masih
target indikator Sustainability Develpment banyak pasangan usia subur (PUS) yang
Goals (SDG’s) pada tahun 2030 untuk belum penjadi peserta KB. Pasangan usia
menjamin akses menyeluruh (universal subur adalah pasangan suami istri dimana sang
access) terhadap pelayanan kesehatan seksual, istri merupakan wanita usia reproduktif (15-49
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.4 tahun). Dari jumlah PUS keseluruhan di
Indonesia yaitu sebesar 45.972.185, tercatat
Angka kelahiran yang tinggi dapat berdampak PUS yang bukan peserta KB sebanyak
pada kesehatan ibu, dengan indikator Angka 13.063.866 pasangan atau 28,42 persen.9
Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan hasil Survei Terdapat beberapa faktor penyebab mengapa
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI perempuan dalam PUS enggan menggunakan
di Indonesia masih tinggi yaitu 305 per alat kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat
100.000 kelahiran hidup.5 Kematian ibu tidak ditinjau dari berbagai segi yaitu pelayanan KB,
akan terjadi apabila seorang ibu tidak hamil, ketersediaan alat kontrasepsi, penyampaian
oleh karena itu kehamilan terutama kehamilan konseling maupun komunikasi, informasi dan
yang berisiko dapat menjadi jalan menuju edukasi (KIE) dan hambatan budaya.10
kematian ibu apabila kehamilan tersebut tidak
dikelola dengan baik. Untuk menurunkan Riskesdas 2013 menyatakan bahwa dari 59,3%
kejadian kematian ibu, maka kehamilan perlu pengguna KB modern, diperoleh proporsi
diatur agar tidak terjadi kehamilan yang penggunaan suntikan sebesar 34,4%, pil KB
berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi 13,9%, IUD 4,3%, implan 3,5%, strerelisasi
kehamilan.6 Salah satu kehamilan berisiko wanita 2,3%, diafragma 0,1%, kondom 0,7%
adalah kehamilan pada usia terlalu muda dan dan strerilisasi pria 0,1%.8 Dari berbagai
terlalu tua serta kehamilan yang sudah terlalu metode tersebut, proporsi KB suntik
banyak dan terlalu dekat.7 merupakan yang tertinggi, sedangkan
penggunaan strerilisasi wanita menunjukkan
Keluarga berencana adalah upaya mengatur angka yang rendah, padahal pada usia 30
kelahiran anak, jarak dan usia ideal tahun ke atas penggunaan metode hormonal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui dapat menyebabkan pola haid yang irregular
promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak sehingga dapat menyamarkan perdarahan yang
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkaitan dengan masalah ginekologis.11 Bagi
berkualitas. Program KB sudah dicanangkan WUS diatas 30 tahun dianjurkan
sejak tahun 1970 di Indonesia dan terus menggunakan strerilisasi wanita karena
mengalami perkembangan dan perbaikan dari termasuk ke dalam usia berisiko untuk
masa ke masa sehingga cukup berhasil dalam mengalami kehamilan, seperti hipertensi,
melaksanakan programnya. Salah satu jantung dan penyakit kronis lain. Oleh sebab
keberhasilannya ditunjukkan dengan itu sebaiknya tidak diberikan obat kontrasepsi

186
Gambaran Perilaku Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

yang menambah kelainan tersebut.7 Selain itu, METODE


sterilisasi dianjurkan karena kegagalannya
merupakan angka kegagalan yang terendah Penelitian ini dilakukan dengan metode
dari berbagai metode kontrasepsi yaitu 0,04% kualitatif. Rancangan penelitian yang
per 100 wanita.12 digunakan adalah Rapid Assesment
Procedures (RAP).15 Penelitian ini dilakukan
Hasil pendataan keluarga tahun 2013 di wilayah Puskesmas Pamulang, kelurahan
menunjukkan bahwa dari beberapa wilayah di Pamulang Timur karena pengguna kontrasepsi
Indonesia, pulau Jawa memiliki jumlah WUS strerilisasi terbanyak. Penelitian dilaksanakan
terbanyak yaitu 39.450.915 wanita,9 namun pada bulan Oktober-November 2015.
prevalensi penggunaan KB modern dari semua Pemilihan informan dalam penelitian ini
propinsi di wilayah pulau Jawa belum ada satu dilakukan dengan teknik purposive sampling,
pun yang mencapai target MDG’s 2015. yaitu sampel dipilih sesuai kriteria yang sudah
Berdasarkan Riskesdas 2013 penggunaan ditentukan dan sesuai topik penelitian serta
metode sterilisasi wanita di provinsi Banten berdasarkan prinsip kesesuaian
berada di tingkat ke 2 terendah yaitu 1,5%.8 (appropriatness), kecukupan (adequency) dan
Penggunaan sterilisasi di Kota Tangerang saturasi (saturation).16 Pemilihan informan
Selatan menempati peringkat ke 4 sebesar dilakukan melalui pendekatan kepada
1,4%.13 Dari 25 Puskesmas di Kota Tangerang organisasi Puskesmas, bidan penanggung
Selatan, penggunaan sterilisasi wanita di jawab program KB, PLKB dan kader untuk
Puskesmas Pamulang menempati peringkat ke memperoleh data informan yang sesuai dengan
10 sebesar 0,4%.14 Tujuan penelitian ini untuk kriteria.
melihat gambaran penggunaan kontrasepsi
sterilisasi wanita di wilayah Puskesmas Penelitian ini menggunakan teori perilaku
Pamulang Kota Tangerang Selatan untuk Lawrence Green dan Health Belief Model.
memperoleh informasi mendalam dari Dari kedua teori tersebut dan hasil penelitian
penggunaan kontrasepsi strerilisasi wanita. terdahulu, disusun kerangka konsep dengan
Dengan diketahuinya masalah penggunaan variabel independen antara lain faktor
kontrasepsi tersebut diharapkan dapat predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi
menyusun rancangan program untuk risiko kehamilan, keyakinan), faktor
meningkatkan cakupan penggunaan Metode pemungkin (ketersediaan pelayanan
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), kontrasepsi, persepsi biaya, persepsi jarak ke
khususnya sterilisasi wanita sehingga dapat tempat pelayanan kontrasepsi, akses
menurunkan TFR dan mencegah kehamilan informasi) dan faktor pendorong
berisiko yang dapat mengakibatkan kematian (dukungan/saran tenaga kesehatan) seperti
ibu. dalam gambar 1.

Faktor predisposing:
Pengetahuan
Sikap
Persepsi risiko kehamilan
Keyakinan

Faktor enabling:
Ketersediaan pelayanan kontrasepsi Penggunaan Kontrasepsi
Persepsi biaya Sterilisasi Wanita
Persepsi jarak ke tempat pelayanan
kontrasepsi
Akses Informasi

Faktor reinforcing:
Dukungan suami Gambar 1
Dukungan/Saran tenaga kesehatan

187
Gambaran Perilaku Wanita Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

Gambar 1. Kerangka Konsep


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini (SMK)/Madrasah Aliyah (MA). Wilayah ini
menggunakan wawancara mendalam dan terdapat 69 Posyandu, 1 Rumah Sakit, 2
telaah dokumen. Wawancara mendalam Rumah Bersalin swasta dan 27 BPS (Bidan
dilakukan melalui tatap muka dengan Praktek Swasta).
informan dengan menggunakan pedoman Karakteristik informan dan informan kunci
wawancara mendalam yang telah di uji coba
Jumlah informan penelitian tidak mengalami
terlebih dahulu. Informan utama (Istri PUS)
perubahan dari rencana awal. Informan dalam
diwawancarai tentang semua variabel
penelitian ini terdiri dari 6 orang yang
penelitian (perilaku penggunaan sterilisasi,
menggunakan kontrasepsi strerilisasi wanita
faktor predisposisi, pemungkin dan
dan 6 orang yang tidak menggunakan
pendorong). Informan kunci (suami)
kontrasepsi strerilisasi wanita. Usia informan
diwawancarai tentang perilaku, pengetahuan,
yang menggunakan kontrasepsi strerilisasi
dukungan suami dan dukungan tenaga
wanita antara 29-39 tahun, sedangkan yang
kesehatan. Informan kunci yaitu Petugas
tidak menggunakan usia antara 36-48 tahun.
Lapangan KB (PLKB) dan Bidan diwawancari
Jumlah anak dari kedua kelompok informan
tentang ketersediaan pelayanan kontrasepsi,
tersebut seluruhnya >2, yaitu 3-4 anak.
akses Informasi dan dukungan tenaga
kesehatan. Jumlah informan dalam penelitian Tingkat pendidikan pengguna kontrasepsi
ini setelah saturasi diperoleh 12 orang, yaitu 6 strerilisasi wanita seluruhnya berpendidikan
istri PUS yang menggunakan kontrasepsi menengah dan tinggi (tamat SMA dan S1),
sterilisasi wanita dan 6 orang yang tidak sedangkan pada informan yang tidak
menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita. menggunakan cukup bervariasi, 2 orang tidak
Selain itu juga diperoleh 14 informan kunci, tamat SD, 4 orang lainnya tamat SMA.
yaitu 12 orang suami, 1 orang PLKB dan 1 Sebagian informan yang menggunakan
orang bidan Puskesmas. Telaah dokumen kontrasepsi strerilisasi wanita bekerja (dosen
dilakukan dengan menganalisis dokumen yang dan swasta), sebagian lainnya sebagai ibu
berkaitan dengan laporan KB. rumah tangga. Informan yang tidak
menggunakan kontrasepsi strerilisasi wanita
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara
hampir seluruhnya ibu rumah tangga, hanya 1
manual. Data dikumpulkan dengan direkam
orang yang bekerja.
dengan alat perekam dan dicatat dalam catatan
lapangan (field note). Setelah itu menuliskan Informan kunci dalam penelitian ini adalah
hasil wawancara menjadi transkrip suami, PLKB dan bidan Puskesmas Pamulang.
wawancara. Data kemudian direduksi dengan Suami informan seluruhnya berusia diatas 35
memilih hal-hal yang pokok, dicari pola sesuai tahun, pendidikan SMA dan perguruan tinggi,
unsur penelitian, mengeluarkan data yang hampir seluruhnya bekerja sebagai karyawan
tidak sesuai, kemudian data dikategorikan. swasta. PLKB berusia 24 tahun, tingkat
Data dianalisis dengan teknik analisis isi pendidikan Diploma 3 (DIII) kebidanan. Bidan
(content analysis). Puskesmas berusia 30 tahun, pendidikan DIII
kebidanan.
HASIL
Perilaku penggunaan kontrasepsi
Gambaran umum lokasi penelitian
strerilisasi wanita
Puskesmas Pamulang berada di sebelah timur
Hampir semua informan yang menggunakan
Kota Tangerang Selatan, terletak di wilayah
kontrasepsi strerilisasi wanita dan informan
Kecamatan Pamulang dengan jumlah
kunci (suami) menyatakan bahwa penggunaan
penduduk 115.017 jiwa yang terdiri dari
strerilisasi atas saran dokter karena mereka
57.921 laki-laki dan 57.096 perempuan dan
mengalami gangguan kesehatan saat
kepadatan penduduk 7,02 jiwa/km. Sebagian
kehamilan seperti hipertensi, perdarahan dan
besar penduduk dalam rentang usia subur yaitu
sudah operasi caesar 3 kali yang berisiko
usia 15-49 tahun. Tingkat pendidikan paling
tinggi untuk hamil dan melahirkan kembali,
banyak tamat Sekolah Menengah Atas
sedangkan selebihnya atas keinginan sendiri
(SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan

188
Gambaran Perilaku Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

karena berisiko yaitu berusia 38 tahun, jumlah dengan yang diikat masih bisa, kalo dipotong
anak >2 dan merasa jumlah anak sudah cukup tidak bisa” (WS5)
seperti kutipan berikut :
Sedangkan informan yang tidak menggunakan
“Saya di steril sekalian sesar, karena pas kontrasepsi strerilisasi wanita, hampir
hamil itu hipertensi terus sampai 150,170. seluruhnya mengetahui bahwa metode
Dari mulai kontrol di bidan udah disaranin kontrasepsi strerilisasi wanita dengan cara
melahirkan sesar. Pas ke dokter tensi masih diikat dan tidak mengetahui pada bagian mana.
tinggi, kata dokternya ini berisiko bu, pas Hanya 1 orang yang mengetahui bahwa
mau lahiran dokternya manggil kita untuk kontrasepsi strerilisasi wanita dilakukan
diperiksa lagi, tensi masih tinggi, usia juga dengan cara mengikat atau memotong saluran
udah 35, akhirnya disaranin steril soalnya
telur.
kalo hamil lagi beresiko tinggi, ya akhirnya
“engga tau cuma pernah dengar katanya
disteril”(WS2)
diiket, tapi engga tau diiket apanya,
rahimnya ya?”(WNS1)
“Dulu pas lahiran disrerilnya....soalnya
mamanya pas hamil tinggi terus tensinya kan
“streril mah yang di perut ya? Yang diiket
sama dokter disaranin sesar, pas mau lahiran
tali peranakannya ya?aku karena enggak
diperiksa lagi masih tinggi, takut nanti malah
pernah make jadi enggak tahu ya” (WNS4)
kenapa-napa kalau hamil lagi, dokternya
nyaranin disteril” (SWS2)
Seluruh informan yang menggunakan
“Saya pakai steril itu...usia 38, pas lahiran kontrasepsi strerilisasi wanita mengetahui
anak ketiga, sekalian sesar. Memang kita keunggulan kontrasepsi ini yaitu lebih aman,
sempet ada pikiran apa mau disteril ya, tidak ada efek samping, menstruasi lancar,
karena enggak pengen punya anak lagi, sangat efektif karena dapat mencegah
sudah cukup, dan sudah cukup tua juga kan kehamilan untuk seumur hidup, tidak perlu
umurnya, khawatir resiko kalau hamil lagi. lagi menggunakan alat kontrasepsi lainnya,
Pas mau lahiran nanya ke dokter, dijelasin tidak perlu kontrol dan tidak mengganggu
sama dokter, didiskusiin sama suami, dan aktivitas seksual. Lebih dari separuh informan
akhirnya disteril.”(WS1) juga menyatakan tidak ada kelemahan dalam
penggunaan kontrasepsi ini. Mereka juga
“Istri saya disteril pas melahirkan anak
ketiga... sudah cukup punya 3 anak, 2 mengetahui bahwa yang dianjurkan untuk
perempuan 1 laki-laki, enggak mau nambah menggunakan kontrasepsi tersebut adalah
lagi.”(SWS1) wanita yang berusia diatas 35 tahun, anaknya
lebih dari 2 atau 3 keatas, atau usia 40 tahun
Faktor predisposisi dengan 1 anak, sudah 3 kali operasi sesar,
Pengetahuan memiliki penyakit hipertensi, gangguan
kehamilan dan risiko kesehatan bila hamil
Hampir semua informan yang menggunakan lagi.
kontrasepsi strerilisasi wanita mengetahui
bahwa metode kontrasepsi sterilisasi wanita Sedangkan pada informan yang tidak
dilakukan dengan cara mengikat atau menggunakan kontrasepsi, Lebih dari separuh
memotong saluran telur dan hanya 1 informan infroman tidak mengetahui keunggulan
yang tidak tahu pada bagian mana yang diikat penggunaan kontrasepsi strerilisasi, hanya
atau dipotong. Meskipun demikian semua beberapa informan menyatakan
informan mengetahui bahwa dengan mengikat keunggulannya yaitu sangat efektif untuk
saluran telur dapat hamil kembali sedangkan mencegah kehamilan.
memotong saluran telur tidak dapat hamil
kembali seperti kutipan berikut : Sikap
“saya sih taunya caranya diiket dan dipotong Seluruh informan yang menggunakan
saluran telur perempuan. Kalau gak mau kontrasepsi sterilisasi wanita memiliki sikap
punya anak lagi dipotong, tapi kalau kira-kira yang positif terhadap kontrasepsi tersebut yang
masih mau punya anak lagi diikat saja” (WS1)
ditunjukkan dengan perasaan tidak takut,
“Ada 2 cara ya diikat dan dipotong saluran nyaman, efektif, dan setuju untuk digunakan
telurnya, kalo misalnya mau hamil lagi, pada wanita dengan usia >35 tahun, jumlah

189
Gambaran Perilaku Wanita Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

anak >2 dan berisiko bila hamil lagi seperti hipertensi kaya saya tensinya tinggi terus pas
kutipan berikut: hamil.”(WS2)
“Dengan MOW menjadi lebih aman dan “Anaknya jadi banyak, harus tanggung
nyaman, karena tidak ada benda yang jawab..”(WNS1)
dimasukkan dalam tubuh, tidak was-was
hamil lagi. Pokoknya sangat efektif karena
setelah sekali dilakukan tindakan dapat
digunakan untuk seumur hidup.”(WS3)
Keyakinan
“ya mungkin bisa disarankan disteril ya
MOW, soalnya kalo hormonal usia 35 gak Seluruh informan yang menggunakan
terlalu sehat ya, gak cocok untuk hormonal. kontrasepsi sterilisasi wanita yakin terhadap
Kalo anak lebih dari 2 risiko juga ya.”(WS4) penggunaan kontrasepsi tersebut sebagai
metode KB yang sangat efektif serta yakin
yang dimaksud dengan MOW adalah Medis untuk menggunakannya sedangkan seluruh
Operasi Wanita) atau sterilisasi wanita. informan yang tidak menggunakan kontrasepsi
Sedangkan seluruh informan yang tidak sterilisasi wanita tidak yakin untuk
menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita menggunakan kontrasepsi tersebut karena
bersikap negatif terhadap kontrasepsi tersebut takut, khawatir mahal, larangan agama dan
yang ditunjukkan dengan rasa takut, ribet, dan kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi
tidak setuju untuk digunakan pada wanita tersebut. Berikut beberapa kutipan
dengan usia >35 tahun, jumlah anak >2 dan pernyataannya:
berisiko bila hamil lagi seperti kutipan berikut:
“Yakin, angka kegagalannya cuma 0,000,
“Ribet amat, saya juga takut jarang, intinya paten lah ya.”(WS4)
dioperasi.”(WNS3)
“enggak deh kayaknya, ya takut juga,
“enggak juga soalnya cocok-cocokan aja biayanya juga takutnya mahal karena
sih itu, kayak aku cocoknya suntik ya suntik dioperasi.”(WNS1)
aja.”(WNS4)
“enggak, karena gak boleh dalam
Persepsi risiko kehamilan agama.”(WNS6)
Seluruh informan yang menggunakan
Faktor pemungkin
kontrasepsi sterilisasi wanita berpendapat
Ketersediaan pelayanan kontrasepsi
bahwa kehamilan pada usia tua dan jumlah
anak >2 dapat terjadi risiko kehamilan, Seluruh informan baik yang menggunakan
persalinan dan kesehatan, seperti rahimnya maupun tidak menggunakan kontrasepsi
lemah, perdarahan, dan hipertensi. Sedangkan sterilisasi wanita menyatakan ketersediaan
pada informan yang tidak menggunakan pelayanan kontrasepsi sterilisasi wanita di
kontrasepsi sterilisasi wanita hanya 1 orang wilayah Pamulang hanya berada di rumah
yang memiliki persepsi terhadap risiko sakit yang memiliki fasilitas bedah. Ada pula
kehamilan tersebut. Berikut beberapa kutipan yang menambahkan bahwa di Puskesmas
pernyataannya: dapat dilakukan dalam kegiatan safari KB,
sedangkan menurut PLKB saat ini tidak ada di
“Usia di atas 35 tahun termasuk resiko
kehamilan, bisa selama kehamilan terjadi
program safari KB sterilisasi wanita. Berikut
hambatan dan saat persalinan ada kendala, beberapa kutipan pernyataannya:
kalau jumlah anak lebih dari 2, organ “Di rumah sakit. ...sudah cukup karena rumah
reprodusksinya sudah sering hamil, jadi sakit di sini sudah cukup banyak, bisa di RS,
beresiko, rahimnya jadi lemah, bisa RS bersalin.”(WS1)
perdarahan saat melahirkan. Kontrasepsi
yang cocok adalah sterilisasi atau MOW “Rumah sakit. ...di Pamulang udah banyak
ya.”(WS3) rumah sakit, misalkan di RS BH, V, SA,
banyak ya.”(WS3)
“Kalau sudah 35 ya, harus pakai kontrasepsi
ya, steril, sama dokter dimarahin kita kalau “....dan kalau gak salah juga ada pelayanan
sudah 35 enggak pakai KB, berisiko, entar ya di Puskesmas,.. yang safari KB itu.”(WS4)

190
Gambaran Perilaku Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

“tahun lalu MOW ada, malah sebelum MOP “Biaya steril mahal seperti sesar. Bisa
MOW dulu yang digalakin, makanya banyak sampai 20 jutaan ya.”(WNS6)
kan tahun lalu, nah tahun lalu susah nyarinya,
tahun sekarag orang mungkin udah pada tau Akses informasi
dan nanyain MOW, tapi programnya gak
ada.” (PL) Seluruh informan yang menggunakan
kontrasepsi sterilisasi wanita menyatakan
mendapat informasi mengenai kontrasepsi
Persepsi jarak ke pelayanan kesehatan
sterilisasi wanita dari dokter kandungan
tempat mereka memeriksakan kandungan,
Seluruh informan baik yang menggunakan
selain itu mereka juga mendapat informasi dari
maupun tidak menggunakan kontrasepsi
sumber lain, yaitu buku dan internet.
sterilisasi wanita menyatakan jarak dari rumah
Sedangkan pada informan yang tidak
ke pelayanan kontrasepsi sterilisasi wanita,
menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita,
yaitu rumah sakit di wilayah Pamulang dekat
seluruhnya menyatakan tidak mendapat
dan terjangkau karena sudah banyak
informasi tentang kontrasepsi sterilisasi wanita
kendaraan umum. Berikut kutipan
dari bidan atau PLKB, ada yang hanya
pernyataannya:
mendengar dari tetangga, ada yang dari
“Terjangkau. tapi mungkin sekitar 15-30 internet dan selebihnya belum pernah
menit. Tidak ada hambatan, karena sudah mendengar tentang sterilisasi wanita. berikut
banyak RS, banyak kendaraan, angkutan kutipan-kutipan pernyataannya:
umum.”(WS1) “Dari media dan dari dokter
kandungan.”(WS1)
“Terjangkau ya, deket banget dari sini, 3
km. Kayaknya gak ada hambatan juga, RS “dari dokter kandungan.”(WS2)
kan di sini banyak ya, deket-deket
juga.”(WS6) “Belom pernah sih dikasih tau tentang steril,
denger-denger dari orang-orang aja, tapi gak
“Terjangkau lah, sudah cukup, deket ya, 5
jelas gimana-gimananya.”(WNS1)
menit. Deket-deket di sini mah, ke gaplek
bisa, SA, banyak.”(WNS1)
Faktor pendorong
Persepsi Biaya Dukungan suami
Seluruh informan yang menggunakan
Lebih dari separuh informan yang kontrasepsi sterilisasi wanita menyatakan
menggunakan menggunakan kontrasepsi mendapat dukungan dari suami dan suami
sterilisasi wanita menyatakan biaya sangatlah mempengaruhinya dalam
penggunaan kontrasepsi (Rp. 1.000.000,- - Rp. penggunaan kontrasepsi sterilisasi ini,
5.000.000,-) tersebut terjangkau, selebihnya sedangkan pada informan yang tidak
menyatakan mahal. Pada informan yang tidak menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita
menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita tidak mendapat dukungan untuk menggunakan
separuhnya menyatakan mahal seperti operasi kontrasepsi sterilisasi wanita, dengan alasan
caesar separuhnya lagi tidak mengetahui kesehatan dan larangan agama. Berikut
biayanya. Berikut kutipan pernyataannya: beberapa kutipan pernyataannya:
“emmm...dulu sekitar 4-5 jutaan sudah sama
sesar, terjangkau.”(WS2) “Suami mendukung, tempat tukar pikiran
mau KB apa, mau punya anak lagi apa
“Kalo gak salah biaya steril sekitar 1 atau 2 gak, sampai membuat keputusan untuk
jutaan. Sebenernya terjangkau gak disteril. Pas mau disteril ya nemenin,
terjangkau ya, kalau disiapin mah nganterin, bayarin. Pokoknya suami sangat
terjangkau, tapi kalau dadakan ya segitu mah berpengaruh, kan memilih untuk disteril
lumayan mahal.”(WS4) juga hanya berdua. Diskusi
berdua.”(WS1)
“spiral aja setahu saya 350-an ya apalagi
itu,mahal ya. Kalau bisa gratis mungkin akan “Saya mendukung, ngasih persetujuan, kan
lebih banyak yang pakai ya.”(WNS1) tanda tangan sebelum dioperasi, ...saya

191
Gambaran Perilaku Wanita Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

bayarin, yang nganter juga nemenin di PEMBAHASAN


sana, ya pokoknya support yang terbaik
untuk istri.”(SWS1) Fokus penelitian ini mengenai perilaku
penggunaan kontrasepsi sterilisasi wanita
“...malah bapak mah nyuruhnya gak boleh
dengan menggabungkan teori perilaku
KB, KB itu ora sehat gitu. Ya dia mah kaga
suka, kalo masuk obat gitu macem-macem, Lawrence Green dan Health Belief Model serta
katanya emang bagus apa pake-pake obat dengan hasil studi mengenai penggunaan
gitu? Jadi dia mah mending KB dewek dia kontrasepsi. Metode penelitian ini
dah tu, daripada lu disuntik, kaga demen menggunakan RAP, yaitu metode penilaian
dari dulu go.”(WNS2) cepat untuk menggali informasi yang
mendalam dari suatu permasalahan terkait
(Bapak malah nyuruhnya tidak boleh KB, pelayanan kesehatan, termasuk mensintesis
KB itu tidak sehat. Ya dia memang tidak data kesehatan, keyakinan dan persepsi
suka, kalau masuk obat macam-macam, tentang penggunaan pelayanan kesehatan dan
katanya memangnya pakai obat itu bagus?
baik digunakan untuk pengembangan
Jadi lebih baik saya pakai KB sendiri saja
daripada disuntik, dia memang tidak suka program.15
dari dulu.)
Faktor Predisposisi
“Udah tua, kagak usah KB dah, kagak Pengetahuan
sehat, KB sendiri aja.”(SWNS2)
Hampir seluruh informan yang menggunakan
Dukungan tenaga kesehatan kontrasepsi sterilisasi wanita pengetahuannya
tentang kontrasepsi sterilisasi wanita lebih
Seluruh informan yang menggunakan
baik daripada informan yang tidak
kontrasepsi sterilisasi wanita menyatakan
menggunakan kontrasepsi tersebut. Hal ini
mendapat dukungan dari dokter kandungan
sejalan dengan hasil penelitian Rahmania
dengan memberi informasi dan menyarankan
bahwa pengetahuan berhubungan dengan
untuk dilakukan tindakan sterilisasi
penggunaan kontrasepsi sterilisasi wanita.17
dikarenakan ada indikasi medis, sedangkan
Menurut Green pengetahuan merupakan salah
pada informan yang tidak menggunakan
satu faktor predisposisi yang mempengaruhi
kontrasepsi sterilisasi wanita tidak mendapat
seseorang dalam berperilaku, pengetahuan
dukungan baik berupa informasi maupun saran
merupakan domain yang sangat penting dalam
dari bidan ataupun PLKB. Berikut beberapa
terbentuknya tindakan seseorang (overt
kutipannya:
behavior) tapi tidak selalu merubah perilaku,
“Saya disteril sekalian sesar, karena pas sehingga akan berhubungan bila didukung
hamil itu hipertensi terus sampai 150, 170. oleh sikap, persepsi dan keyakinan.18
Dari mulai kontrol di bidan udah disaranin
melahirkan sesar. Pas ke dokter, tensi masih
Sikap
tinggi, kata dokternya ini beresiko bu, harus
disesar, pas mau lahiran dokternya manggil Seluruh informan yang menggunakan
kita untuk diperiksa lagi, tensi masih tinggi, kontrasepsi sterilisasi wanita memiliki sikap
usia juga udah 35, akhirnya disaranin steril yang positif terhadap kontrasepsi tersebut. Hal
soalnya kalo hamil lagi beresiko tinggi, ya ini disebabkan mereka memiliki pengetahuan
akhirnya disteril.”(WS2)
yang baik mengenai kontrasepsi tersebut.
“Belom pernah sih dikasih tahu tentang
Sebaliknya, pada informan yang tidak
steril.”(WNS1) menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita
lebih dari separuh informan bersikap negatif.
“.... gak kalau di Puskesmas, di Posyandu Sikap yang negatif tersebut disebabkan
iya. Aku gak penyuluhan ke orang banyak, kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi
tapi kadang konseling ke ibu-ibu yang sterilisasi. Seperti penelitian Herlinawati,
datang, aku tanya pakai KB apa, itu aja. dkk19 di Medan dan penelitian Rahmania17 di
Kalau MOW kita juga bingung, , kalau nge- Semarang bahwa ada hubungan antara sikap
gembar-gemborin MOW ini lho, sekarang dengan pemilihan kontrasepsi sterilisasi
harus pakai MOW, enggak..karena MOW kita
wanita.
gak ada program di safari KB sekarang”(PL)

192
Gambaran Perilaku Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

Persepsi Risiko Kehamilan maka perlu adanya sosialisasi dari Tokoh


Agama (TOGA) dan Tokoh Masyarakat
Seluruh informan yang menggunakan
(TOMA) terkait penggunaan metode
kontrasepsi sterilisasi wanita berpendapat
kontrasepsi ini kepada masayarakat luas.
bahwa kehamilan pada usia tua dan jumlah
anak >2 dapat terjadi risiko kehamilan,
Faktor Pemungkin
persalinan dan kesehatan, seperti rahimnya
Ketersediaan Pelayanan Kontrasepsi
lemah, perdarahan, dan hipertensi. Persepsi
Sterilisasi Wanita
yang positif tersebut karena mereka memiliki
pengetahuan yang yang baik mengenai Seluruh informan baik yang menggunakan
kontrasepsi sterilisasi wanita. Hal ini sejalan maupun tidak menggunakan kontrasepsi
dengan penelitian Moh. Faozi bahwa terdapat sterilisasi wanita menyatakan ketersediaan
hubungan antara persepsi dengan penggunaan pelayanan kontrasepsi sterilisasi wanita di
kontrasepsi sterilisasi wanita.20 Menurut wilayah Pamulang hanya berada di rumah
WHO, individu yang menganggap diri mereka sakit yang memiliki fasilitas bedah. Ada pula
tidak berisiko tinggi untuk hamil, mungkin yang menambahkan bahwa di Puskesmas
akan menggunakan kontrasepsi yang kurang dapat dilakukan dalam kegiatan safari KB.
efektif.10 Dalam penelitian ini mereka yang Dalam penelitian ini, ketersediaan pelayanan
memiliki persepsi risiko tinggi bila hamil, kontrasepsi sterilisasi wanita yang hanya ada
maka akan menggunakan kontrasepsi yang di rumah sakit menyebabkan pelayanan
sangat efektif, yaitu sterilisasi. tersebut kurang menjangkau masyarakat,
khususnya masyarakat menengah ke bawah,
Keyakinan karena akan berkaitan dengan faktor biaya.
Apabila sterilisasi bisa diadakan di dalam
Seluruh informan yang menggunakan
kegiatan Safari KB dengan bebas biaya tentu
kontrasepsi sterilisasi wanita yakin terhadap
akan lebih menjangkau masyarakat, terutama
penggunaan kontrasepsi tersebut sebagai
masyarakat yang ingin disterilisasi namun
metode KB yang sangat efektif serta yakin
memiliki keterbatasan biaya. Hal tersebut
untuk menggunakannya sedangkan seluruh
dapat dilakukan sebab berdasarkan hasil
informan yang tidak menggunakan kontrasepsi
penelitian ini diperoleh banyak ibu-ibu yang
sterilisasi wanita tidak yakin untuk
ingin disterilisasi, namun terkendala program
menggunakan kontrasepsi tersebut karena
safari KB saat ini yang sedang tidak
takut, khawatir mahal, larangan agama dan
mengadakan pelayanan kontrasepsi sterilisasi
kurangnya pengetahuan mengenai kontrasepsi
wanita karena kurang dimintai. Kurangnya
tersebut. Seperti hasil penelitian Kustriyanti,
peminat pada program tersebut dikarenakan
dkk yaitu ada hubungan keyakinan dengan
kurangnya sosialisasi tentang sterilisasi wanita
pemilihan alat kontrasepsi.21 Menurut
kepada masyarakat. Salah satu contoh kegiatan
Bertrand, keyakinan merupakan salah satu
sterilisasi wanita gratis di Kabupaten Bandung
kunci penerimaan KB.22 Penggunaan
pada Februari 2017 yang diadakan oleh Dinas
kontrasepsi sterilisasi wanita dalam penelitian
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,
ini diperbolehkan sebab berdasarkan
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
pertimbangan medis dari dokter dan
Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung
merupakan kondisi darurat yaitu jika tidak
bekerjasama dengan Tim dokter dari Rumah
dilakukan dapat membahayakan jiwa ibu atau
Sakit Angkatan Udara (RSAU) Dr. M.
anaknya ketika terjadi kehamilan lagi. hal
Salamun dan Badan Koordinasi Keluarga
tersebut sesuai dengan Komisi Fatwa Majelis
Berencana Nasional (BKKBN). Sebelum
Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Daerah
dilakukan kegiatan, terlebih dahulu dilakukan
Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta yang
sosialisasi oleh kader di Posyandu untuk
menyatakan sterilisasi wanita dapat dilakukan
menjaring akseptor sterilisasi.24 Berdasarkan
berdasarkan pertimbangan medis dari dokter
pengalaman tersebut, sebelum melaksanakan
yang profesional dan bersifat amanah, bahwa
program safari KB sterilisasi gratis
apabila yang bersangkutan hamil atau
sebaiknyadilakukan sosialisasi terlebih dahulu,
melahirkan akan membahayakan jiwanya dan
salah satunya melalui kader Posyandu.
atau anaknya.23 Berdasarkan fatwa MUI yang
menyatakan bahwa sterilisasi wanita
diperbolehkan dengan pertimbangan medis

193
Gambaran Perilaku Wanita Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

Persepsi Jarak ke Pelayanan Kontrasepsi ayat 1 disebutkan bahwa “Dalam hal Peserta
Sterilisasi Wanita memerlukan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan atas indikasi medis, Fasilitas
Seluruh informan baik yang menggunakan
Kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke
maupun tidak menggunakan kontrasepsi
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan
sterilisasi wanita menyatakan jarak dari rumah
terdekat sesuai dengan Sistem Rujukan yang
ke pelayanan kontrasepsi sterilisasi wanita
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
dekat dan terjangkau. Dengan demikian jarak
undangan.”26 Mengenai biaya pelayanan
tidak mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
sterilisasi seperti dalam penelitian Purba
(Permenkes) No 59 Tahun 2014 tentang
bahwa jarak bukan suatu hal yang dapat
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
menghambat seseorang untuk mendapatkan
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan,
alat kontrasepsi, sehingga meskipun jarak ke
tertulis dalam lampiran tarif yaitu kode INA
rumah sakit terbilang dekat dan terjangkau
CBGs O-6-11-I, O-6-11-II, dan O-6-11-III
namun belum tentu membuat orang untuk
(Prosedur Persalinan Vaginal dengan
menggunakan kontrasepsi sterilisasi. Jika
sterilisasi &/Dilatasi & Kuret Ringan, sedang,
mereka membutuhkan alat kontrasepsi tersebut
berat), sedangkan untuk wanita yang tidak
maka mereka tidak akan mempermasalahkan
bersalin dapat digunakan kode W-1-12-I
jarak ke rumah sakit, meskipun sebenarnya
(Rawat Inap)/W-2-12-0(Rawat
jarak merupakan suatu kondisi yang
Jalan)(Prosedur Operasi membuka tuba yang
mempengaruhi seseorang dalam melakukan
terhalang/terganggu).27 Artinya, apabila ada
suatu tindakan.25 Dalam penelitian ini,
indikasi medis, baik ada tindakan persalinan
meskipun jaraknya dekat namun karena
atau tidak, maka dapat dilakukan operasi
kurangnya sosialisasi dan informasi tentang
sterilisasi dengan sistem rujukan dan biaya
sterilisasi kepada masyarakat menyebabkan
ditanggung pemerintah. Oleh sebab itu, perlu
rendahnya penggunaan kontrasepsi tersebut.
adanya sosialisasi pada masyarakat tentang
pembiayaan pelayanan sterilisasi wanita yang
Persepsi Biaya
dapat ditanggung pemerintah melalui program
Lebih dari separuh informan yang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Selain itu
menggunakan menggunakan kontrasepsi juga dapat dilakukan sosialisasi terdahulu
sterilisasi wanita menyatakan biaya apabila ingin mengadakan program Safari KB
penggunaan kontrasepsi tersebut terjangkau, sterilisasi agar dapat menjaring target yang
sedangkan pada informan yang tidak sesuai.
menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita
separuhnya menyatakan mahal seperti operasi Faktor Pendorong
caesar separuhnya lagi tidak mengetahui Akses Informasi
biayanya. Dalam penelitian ini, seluruh
Seluruh informan yang menggunakan
informan yang disterilisasi menyatakan
kontrasepsi sterilisasi wanita menyatakan
biayanya terjangkau sebab melakukan
mendapat informasi mengenai kontrasepsi
sterilisasi sekaligus persalinan dengan operasi
sterilisasi wanita dari dokter kandungan, buku
Caesar. Mereka menilai walaupun metode KB
dan internet. Pada informan yang tidak
ini memerlukan biaya awal yang lebih tinggi
menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita,
karena namun tetap lebih hemat daripada
seluruhnya menyatakan tidak mendapat
metode KB non-MKJP.10
informasi tentang kontrasepsi sterilisasi wanita
Informan yang menilai biaya sterilisasi wanita dari bidan atau PLKB bahkan ada yang belum
ini mahal berharap ada pelayanan gratis bagi pernah mendengar tentang kontrasepsi
masyarakat kurang mampu. Mengenai hal ini, tersebut. Dengan demikian akses informasi
pelayanan sterilisasi wanita dapat ditanggung mengenai apa itu sterilisasi, keunggulan dan
pemerintah di Fasilitas Kesehatan Rujukan kelemahannya, lebih baik pada pengguna
Tingkat Lanjut (FKRTL) atas rujukan dari sterilisasi wanita daripada yang tidak
fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). disterlisasi. Hal ini sesuai dengan Analisa
Hal ini dijelaskan dalam Permenkes No 71 Lanjut SDKI 2007 tentang Faktor Yang
Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka
pada Jaminan Kesehatan Nasional pasal 15 Panjang (MKJP) oleh BKKBN bahwa akses

194
Gambaran Perilaku Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

informasi memiliki hubungan yang bermakna Suami yang istrinya menggunakan kontrasepsi
dengan pemakaian kontrasepsi MKJP.28 Oleh sterilisasi memiliki pengetahuan yang cukup
sebab itu, untuk memperluas penyebaran baik mengenai kontrasepsi sterilisasi sehingga
informasi sterilisasi sebaiknya DPMP3AKB dapat memberi dukungan kepada istrinya
(Dinas Pemberdayaan Masyarakat dalam penggunaan kontrasepsi tersebut,
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak sedangkan pada suami yang istrinya tidak
dan keluarga berencana) kota Tangerang menggunakan kontrasepsi sterilisasi kurang
Selatan dapat melakukan sosialisasi dan mengetahui tentang alat kontrasepsi sterilisasi
pelatihan kepada kader, Toga dan Toma agar sehingga menyebabkan kurangnya dukungan
dapat membantu menyebarkan informasi kepada istrinya dalam penggunaan kontrasepsi
tentang kontrasepsi sterilisasi wanita kepada tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
warganya melalui posyandu, majelis taklim, Muniroh, dkk bahwa suami yang tidak
dan forum warga lainnya baik kepada ibu-ibu mengetahui tentang alat kontrasepsi MOW
maupun bapak-bapak. Pengembangan media sehingga tidak memberi dukungan pada istri.29
promosi seperti pamflet dan poster juga Oleh sebab itu, penyebaran informasi tentang
diperlukan untuk menunjang kegiatan sterilisasi wanita sebaiknya tidak hanya
penyuluhan kepada masyarakat. diberikan pada ibu-ibu tetapi juga bapak-bapak
melalui forum warga seperti majelis taklim
Dukungan Suami
atau pertemuan RW.
Seluruh informan yang menggunakan
Dukungan Tenaga Kesehatan
kontrasepsi sterilisasi wanita menyatakan
mendapat dukungan dari suami dan suami Seluruh informan yang menggunakan
sangatlah mempengaruhinya dalam kontrasepsi sterilisasi wanita menyatakan
penggunaan kontrasepsi sterilisasi ini, mendapat dukungan dari dokter kandungan
sedangkan pada informan yang tidak dengan memberi informasi dan menyarankan
menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita untuk dilakukan tindakan sterilisasi
tidak mendapat dukungan. Para informan dikarenakan terdapat indikasi untuk
(istri) dan informan kunci (suami) menyatakan menggunakannya seperti usia, jumlah anak 3-
dukungan yang diberikan suami terhadap istri 4, dan gangguan kesehatan yaitu hipertensi,
antara lain: menjadi tempat diskusi, memberi perdarahan, sudah operasi Caesar 3 kali.
persetujuan, membuat keputusan, membiayai, Sedangkan pada informan yang tidak
mengantar dan menemani ke pelayanan menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita
kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian tidak mendapat dukungan baik berupa
Muniroh di Kecamatan Puger, Jember, bahwa informasi maupun saran dari bidan ataupun
dukungan suami terhadap istri dalam PLKB. Kurangnya dukungan bidan dan PLKB
pemakaian kontrasepsi berupa: dukungan pada masyarakat luas terhadap penggunaan
emosional seperti komunikasi yang baik kontrasepsi sterilisasi wanita dikarenakan
(diskusi) antara suami istri; dukungan tidak dapat dilakukan di Puskesmas, harus
penghargaan seperti memberi persetujuan diputuskan oleh dokter dan harus ada indikasi,
terhadap istri untuk menggunakan salah satu khususnya gangguan kesehatan yang apabila
alat kontrasepsi; dukungan instrumental hamil lagi dapat membahayakan ibu dan
mencakup bantuan langsung sesuai yang bayinya sehingga mengharuskan ibu tersebut
dibutuhkan individu seperti suami bersedia menggunakan kontrasepsi sterilisasi wanita.
menyediakan biaya untuk penggunaan metode Seperti dalam buku Panduan Praktis Pelayanan
kontrasepsi sterilisasi wanita, bersedia Kontrasepsi bahwa sterilisasi dapat digunakan
mengantarkan istri ke fasilitas kesehatan untuk pada wanita yang pada kehamilannya akan
penggunaan alat kontrasepsi sterilisasi menimbulkan risiko kesehatan yang serius.30
wanita.29 Menurut Hartanto, suami-istri
haruslah bersama-sama dalam memilih metode Selain itu, informan yang menggunakan
kontrasepsi terbaik, pemakaian kontrasepsi, sterilisasi memperoleh informasi yang jelas
membiayai pengeluaran kontrasepsi dan dari dokter, sedangkan informan yang tidak
memperhatikan tanda-tanda bahaya pemakaian menggunakan sterilisasi tidak memperoleh
kontrasepsi.8 informasi mengenai sterilisasi wanita di
Puskesmas ataupun Posyandu. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan bidan dan PLKB

195
Gambaran Perilaku Wanita Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

setempat bahwa di Puskesmas dan Posyandu informan. Tak lupa kepada Prof. Dr. Sudarti
tidak dilakukan penyuluhan, namun tidak Kresno, SKM, MA selaku konsultan penelitian
menjelaskan tentang sterilisasi dikarenakan ini.
saat ini tidak ada pelayanan sterilisasi wanita
dalam program Safari KB dari BKKBN. DAFTAR PUSTAKA
Oleh sebab itu, sebaiknya PLKB dan bidan
tetap menyebarkan informasi mengenai 1. Kemenkes RI. Infodatin: Situasi dan
sterilisasi kepada masyarakat agar ibu-ibu Analisis Keluarga Berencana. 2014. Pusat
yang berisiko dapat menggunakannya, Data dan Informasi Kementerian
sementara yang tidak berisiko bisa Kesehatan RI. Diakses dari:
menggunakan MKJP lain seperti IUD dan http://www.depkes.go.id
implan. Seperti anjuran Depkes, bahwa pada 2. Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi
usia 30 tahun ke atas yang sedang dalam fase Keluarga Berencanan Nasional,
mengakhiri kehamilan, dapat menggunakan Departemen Kesehatan, Macro
IUD dan implan sebagai pilihan KB kedua dan International. Survei Demografi dan
ketiga.11 Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta:
KESIMPULAN 2013;16
3. Kementerian Negara Perencanaan
Faktor yang mendukung penggunaan
Pembangunan Nasional (Bappenas). Buku
sterilisasi wanita antara lain pengguna
I Agenda Pembangunan Nasional. 2014;1–
kontrasepsi sterilisasi wanita mempunyai
289. Diakses dari:
pengetahuan lebih baik, yakin terhadap
perpustakaan.bappenas.go.id
penggunaan kontrasepsi, bersikap positif
4. UNEP, UNDP. Report Indocators and
terhadap kontrasepsi tersebut dan memiliki
Data Mapping to Measure Sustainable
persepsi positif terhadap risiko kehamilan.
Development Goals (SDGs) Targets. Case
Sedangkan faktor pemungkin meliputi
of Indonesia 2015. 2015.
ketersediaan pelayanan dan persepsi jarak ke
5. Badan Pusat Statistik (BPS). Profil
pelayanan kontrasepsi sterilisasi wanita tidak
Penduduk Indonesia Hasil Supas 2015.
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi,
2015-273 p. diakses dari:
pengguna kontrasepsi sterilisasi wanita
https://www.bps.go.id
menyatakan biayanya cukup terjangkau dan
6. Kemenkes RI. Rencana Aksi Nasional
memiliki akses informasi yang baik. Faktor
Pelayanan Keluarga Berencana Tahun
pendorong antara lain dukungan suami dan
2014-2015. Jakarta: Direktorat Jendral
saran dari dokter (tenaga kesehatan).
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
SARAN 2013
7. Depkes RI. Buku Pedoman Petugas
Untuk DPMP3AKB (Dinas pemberdayaan Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana.
masyarakat pemberdayaan perempuan Jakarta: 1993.
perlindungan anak dan keluarga berencana) 8. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar
kota Tangerang Selatan diharapkan (National Health Survey) 2013. Kemenkes
mengadakan pelatihan lintas sektor (tokoh RI. 2013;(1):1–303.
agama, PKK, pendidikan) untuk melakukan 9. BKKBN. Profil Hasil Pendataan Keluarga
penyuluhan kepada masyarakat. Selain itu Tahun 2013. Jakarta: 2014.
perlu dilakukan sosialisasi tentang pembiayaan 10. Andria. Faktor – Faktor Yang
pelayanan sterilisasi wanita yang dapat Mempengaruhi Pasangan Usia Subur
ditanggung pemerintah melalui program JKN, (PUS) Tidak Menggunakan Alat
sosialisasi apabila ingin melakukan Safari KB Kontrasepsi Di Dusun II Desa Tanjung
dan pengembangan media promosi kontrasepsi Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten
sterilisasi wanita. Deli Serdang. 2013. Jurnal Maternity and
Neonatal. 1 (2). Diakses dari
UCAPAN TERIMA KASIH http://id.portalgaruda.org
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada 11. WHO. Ragam Metode Kontrasepsi. EGC.
Kepala Puskesmas Pamulang, para kader Jakarta: 2007.
Posyandu Puskesmas Pamulang, dan seluruh

196
Gambaran Perilaku Penggunaan ………… (Mizna Sabilla,Iram Barida)

12. Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana Kecamatan Banyumanik Semarang. Stikes


Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Widya Husada Semarang. 2013. Diunduh
Harapan. 2004. dari http://jurnal.unimus.ac.id
13. Dinkes Propinsi Banten. Profil Kesehatan 22. Bertrand, Jane T. Audience Research for
Propinsi Banten Tahun 2012. Banten: Improving Family Planning
2013. Communication Programs. Community
14. Puskesmas Pamulang. Profil Puskesmas and Family Study Center. University of
Pamulang Tahun 2014. Tangerang Chicago. 1980. Diakses dari
Selatan: 2015 http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNAAK992
15. Scrimshaw, Nevin dan Gary Gleason. .pdf
Rapid Assesment Procedures - Qualitative 23. MUI Provinsi DKI Jakarta. Fatwa Seputar
Methodologies for Planning and Vasektomi dan Tubektomi. 2014. Diakses
Evaluation of Health Related Programmes. dari http://www.muidkijakarta.or.id
INDFC. 1992. 24. Humas Pemkab Bandung. Layanan Gratis
16. Kresno, Sudarti dkk. Aplikasi Kualitatif Akseptor MOP dan MOW. 2017. Tersedia
dalam Pencegahan dan Pemberantasan di http://www.jabarprov.go.id .
Penyakit Menular. FKM UI dan Depkes 25. Purba, Junita T. Faktor-Faktor Yang
RI. Jakarta: 1999 Mempengaruhi Pemakaian Alat
17. Rahmania, Dwiana. Beberapa Faktor yang Kontrasepsi Pada Istri PUS Di Kecamatan
Berhubungan dengan Pemilihan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu
Kontrasepsi Metode Operatif Wanita Tahun 2008. Tesis. Medan: USU. 2009.
(MOW) pada Akseptor Keluarga 26. Menteri Kesehatan RI. Permenkes No 71
Berencana (KB) di Desa Bejalen Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Kecamatan Ambarawa Kabupaten pada Jaminan Kesehatan Nasional. 2013.
Semarang. Karya Ilmiah. Sekolah Tinggi 27. _____________________. Permenkes No
Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran. 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif
2014. Diakses dari Pelayanan Kesehatan dalam
http://perpusnwu.web.id Penyelenggaraan Program Jaminan
18. Green & Kreuter. Health Education Kesehatan. 2014
Planning : A Diagnostic Approach. 28. Asih, Leli dan Oesman Hadriah. Analisa
Mayfield Publish Company. 1980. Lanjut SDKI 2007 tentang Faktor Yang
19. Herlinawati, dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi
Berhubungan dengan Pemakaian Jangka Panjang (MKJP). Penerbit KB dan
Kontrasepsi Tubektomi pada Wanita Kesehatan Reproduksi. BKKBN. 2009.
Pasangan Usia Subur di RSUD Dr 29. Muniroh, dkk. Dukungan Sosial Suami
Pirngadi Medan Tahun 2012. Medan: Terhadap Istri untuk Menggunakan Alat
Universitas Sumatra Utara. 2012. Diakses Kontrasepsi Medis Operasi Wanita
dari http://jurnal.usu.ac.id (MOW) (Studi Kualitatif pada Pasangan
20. Faozi, Much. Umar. Faktor-Faktor yang Usia Subur Unmet Need di Kecamatan
Berhubungan dengan Pemilihan Puger Kabupaten Jember). e-Jurnal
Tubektomi Pada Pasangan Usia Subur Pustaka Kesehatan (II) (1) 66-71. 2014.
(PUS) di Kabupaten Purbalingga. Tesis. Diakses dari
Universitas Gadjah Mada. 2001. Diakses http://download.portalgaruda.org
dari http://etd.repository.ugm.ac.id 30. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Panduan
21. Kustriyanti, dkk. Faktor-Faktor yang Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2.
Berhubungan dengan Pemilihan Alat Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur di Prawirohardjo. 2006.
Puskesmas Ngesrep Kelurahan Ngesrep

197

You might also like