Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

KASUS KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR

DI KECAMATAN MENTEWE, KABUPATEN TANAH BUMBU


KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2010

Helminthiasis Cases among Elementary School Students


in Mentewe Sub-District, Tanah Bumbu District
South Kalimantan, 2010

Dina Bisara dan Mardiana'


'Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Email: dina_lolong@ yahoo.com

Diterima: 22 April 2014; Direvisi: 21 Agustus 2014; Disetujui: 8 September 2014

ABSTRACT

Helminthiasis is one disease that has become a public health problem in Indonesia that is closely linked to
environmental conditions. Helminthiasis in a district varies greatly depending on several factors , such as
moisture, soil conditions, hygiene sanitation and age group. Primary school age .children are the most
frequently infected by helminthiasis, because they are often relating to land that are infected by
helminthiasis. The purpose of this study is to find out helminthiasis cases on the primary school children
and to evaluate Knowledge Attitude and Practice ( KAP ) of residential community around the former coal
mining in Mantewe Sub -district, Tanah Bumbu South Kalimantan in 2010 . The design of this study was
crossectional. Examination of fecal samples on research site was done by direct inspection on glass objects
using a liquid logol 2 % . The research found that among 106 primary school children, 18 children (17 %)
was infected by helminthiasis, with the parasite rate by Ascaris lumbricodes 7 children (38.9 %), Trichuris
trichiura 2 children (11.1%), hookworm 3 children ( 16.7 % ), and mix infection 5 children (27.8 % ),
namely ; 3 children with two types of worms with Asc . lumbricoides and T. trichiura and 2 children with
two species of worms Asc . lumbricoides and hookworm . In addition, there was another type of worm
found in 1 child, namely Hymenolepis nana. This survey also found that 98,5% of respondens have ever
heard about helminthiasis however the parents considered that helminthiasis was not dangerous issue. The
conclusion of this study found helminthiasis among primary school students were Ascaris lumbricoides
worms, T trichiuria , Hymenolepis nana and hookworm. Knowledge, attitudes and behavior of society
towards treatment, and prevention of helminthiasis was very poor.

Keywords: Helminthiasis . KAP (Konwledge„4ttitude and Practice), Elementary School Students

ABSTRA K

Kecacingan merupakan salah sate penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Prevalensi kecacingan di suatu daerah sangat
bervariasi tergantung dari beberapa faktor antara lain kelembaban, kondisi tanah, higiene sanitasi,
kelompok umur yang diperiksa. Usia sekolah dasar merupakan golongan yang sering terkena infeksi
kecacingan karena sering berhubungan dengan tanah yang tercemar telur cacing. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kasus kecacingan pada anak sekolah dasar serta mengetahui Pengetahuan Sikap
dan Perilaku (PSP) masyarakat di sekitar pemukiman bekas penambangan batubara di Kecamatan
Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan rancangan crossectional. Pemeriksaan sampel tinja di lokasi penelitian dilakukan dengan
pemeriksaan secara langsung pada kaca benda dengan menggunakan cairan logol 2 %. Dari hasil penelitian
didapatkan pada 106 anak sekolah dasar yang diperiksa, sebanyak 18 anak (17 %) positif kecacingan,
dengan parasite rate 7 anak (38,9 %) Ascaris lumbricoides, 2 anak (11,1%) Trichuris trichiura, 3 anak
(16,7%) cacing tambang, 5 anak mix (27,8 %) yaitu ; 3 anak detemukan dengan dua jenis cacing
Asc.lumbricoides dan T. trichiura serta 2 anak detemukan dengan dua species cacing Asc. lumbricoides dan
cacing tambang. Selain ketiga jenis cacing di atas juga ditemukan sate jenis cacing pada 1 anak yaitu
Hvmenolepis nana. Pengetahuan respoden tentang kecacingan di Kecamatan Mentewe sebesar 98,5%
menyatakan pernah mendengar tentang kecacingan. Daerah penelitian banyak anak-anak mereka yang
masih usia sekolah dasar mengalami kecacingan tetapi tidak dianggap berbahaya oleh orang tua mereka.
Kesimpulan dari penelitian ini, kecacingan pada murid SD yang ditemukan yaitu cacing Ascaris

255
Jurnal F,kulogi Kesetiatan Vol. 13 No 3. September 2014: 255-264

lumbricoides, T trichiuria, Hymenotepis nano dan cacing tambang . Pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap cars pengobatan, pencegahan kecacingan, menunjukkan bahwa masih sangat kurang.

Kata kunci: Kecacingan, PSP Masyarakat, Murid Sekolah Dasar

PENDAHULUAN masyarakat perlu dipelajari untuk dapat


menentukan cara-cara pencegahan. Di daerah
Kecacingan merupakan salah satu
endem is dengan insidens Ascaris dan
penyakit yang masih menjadi masalah
Trichuris tinggi, terjadi penularan secara
kesehatan masyarakat di Indonesia yang
terus menerus. Transmisi ini dipengaruhi
berhubungan erat dengan kondisi lingkungan.
oleh berbagai hal yang menguntungkan
Prevalensi kecacingan di suatu daerah sangat
parasit, seperti keadaan tanah dan iklim yang
bervariasi tergantung dari beberapa faktor
sesuai. Di Indonesia prevalensi Ascariasis
antara lain kelembaban, kondisi tanah,
dan Trikuriasis tinggi, terutama pada anak-
higeine sanitasi, kelompok umur yang
anak, dengan frekuensi antara 60-90%. Hal
diperiksa, teknik pemeriksaan dan kebiasaan
ini dikarenakan kurangnya pemakaian
penduduk setempat. Prevalensi dan intensitas
jamban keluarga menimbulkan pencemaran
kecacingan masih tinggi terutama pada balita,
tanah dengan tinja di sekitar rumah, di bawah
anak sekolah dasar (SD) serta orang yang
pohon, di tempat mencuci dan di tempat
dalam pekerjaannya sering berhubungan
pembuangan sampah. Telur yang dikeluarkan
dengan tanah seperti petani, pekerja
bersama tinja akan berkembang baik pada
perkebunan dan pertambangan sekitar
jenis tanah liat, kelembaban tinggi, dan
80-90%. Penyebaran ,penyakit ini adalah
terlindung dari sinar matahari langsung.
terkontaminasinya tanah dengan tinja yang
Keadaan ini sangat baik untuk
mengandung telur cacing. Telur tumbuh
berkembangnya telur menjadi bentuk
dalam tanah liat, lembab dan tanah dengan
infektif Prevalensi cacing tambang biasanya
suhu optimal ± 30° C. lnfeksi cacing terjadi
lebih tinggi pada golongan umur dewasa.
bila telur yang infektif masuk melalui mulut
Tingginya prevalensi dipengaruhi oleh
bersama makanan atau minuman yang
aktivitas pekerjaan seperti yang bekerja di
tercemar atau melalui tangan yang kotor.
perkebunan dan di pertambangan dengan
Berdasarkan data WHO (World Hrealth
mengolah tanah tanpa rnemakai alat
Organization) diketahui bahwa kejadian
pelindung seperti sepatu boot atau sarung
kecacingan di dunia masih tinggi yaitu
tangan. Cacing tambang umumnya
I miliar orang terinfeksi cacing Ascaris
memerlukan tanah pasir yang gembur, dan
lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi
bercampur humus serta terlindung dari sinar
Trichuris trihiura dan 740 juta orang
matahari langsung untuk perkembangan
terinfeksi Hookworm (Depkes RI, 2007,
telurnya sehingga menjadi infektif. infeksi
WHO, 2011). Tinggi rendahnya frekuensi
akibat cacing tersebut dapat mengakibatkan
kecacingan berhubungan erat dengan
terjadinya anemia, gangguan gizi,
kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan
pertumbuhan dan kecerdasan. Apabila terjadi
dari anak tersebut, sumber infeksi kecacingan
infeksi terus menerus akan menurunkan
terutama berasal dari lingkungan rumah. Hal
kualitas sumber daya manusia. lnfeksi dapat
ini berkaitan erat dengan keadaan
terjadi pada semua umur, balk pada balita,
lingkungan, .gizi, perilaku dan tingkat sosial
anak-anak ataupun orang dewasa. lnfeksi
ekonomi masyarakat.
paling banyak terjadi pada anak sekolah
Manusia merupakan hospes beberapa dasar karena anak pada usia tersebut paling
spesies nematoda usus, sebagian besar dari banyak kontak dengan tanah (Merit Y, at al.
nematoda tersebut menyebabkan masalah 2001, Depkes 2006).
kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara
Kecacingan banyak ditemukan di
spesies yang ditularkan melalui tanah (soil
daerah dengan kelembaban tinggi terutama
transmitted helminths) yang terpenting bagi
pada kelompok masyarakat dengan
manusia adalah Ascaris lumbricoides,
kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang
Trichuris trichiura, Necator americanus dan
kurang balk. Salah satu penyakit kecacingan
Ancylostoma duodenale. Dampak infeksi
adalah penyakit cacing usus yang ditularkan
cacing yang ditularkan melalui tanah pada

256
Kastis kecacingan pada nutrid...Wina B & Mardiana)

melalui tanah atau sering disebut soil tentu akan memberikan rasa aman dan
transmitted helminths. Jenis cacing yang nyaman bagi anak untuk bermain. Pada
terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lingkungan masyarakat pedesaan, seorang
luinhricoides), cacing tambang (Ancylostoma anak bermain di halaman rumah, di kebun
duudenale dan Necutor americanus) dan bersama teman sebaya merupakan hal yang
cacing cambuk (Trichuris trichiura). sangat wajar terjadi. Dalam kaitannya dengan
kebiasaan anak bermain di kebun, perlu
Faktor-faktor risiko yang
diwaspadai kemungkinan anak terpapar oleh
berpengaruh terhadap terjadinya ' infeksi
cacing tambang yang memang membutuhkan
cacing tambang adalah faktor karakteristik
media tanah untuk perkembangbiakannya
(meliputi : umur, jenis kelamin, imunitas),
(WHO, 2011).
faktor lingkungan fisik (meliputi tekstur
tanah, kelembaban tanah, adanya lahan Keadaan lingkungan yang
pertan ian/perkebunan, kondisi sanitasi kelembaban tinggi di sekitar pemukiman
sekolah, kondisi sanitasi rumah), faktor penduduk banyak di temukan di Kalimantan,
biologis (meliputi : keberadaan cacing karena daerah umumnya terdiri dari rawa-
tambang pada kotoran anjing dan kucing, rawa sehingga tanah di sekitarnya akan
keberadaan cacing tambang pada tanah menjadi lembab dan disertai dengan keadaan
halaman rumah), faktor sosial ekonomi lingkungan yang kurang sehat. Untuk
(meliputi : pekerjaan, pendidikan, dan mengetahui kejadian kecacingan pada anak
penghasilan), faktor perilaku (meliputi : murid sekolah dasar di Kalimantan Selatan
kebiasaan tidak memakai alas kaki di maka dilakukan penelitian di daerah
sekolah, di rumah dan saat bermain, Kabupaten Tanah Bumbu.
kebiasaan bermain di tanah, perilaku
Kabupaten Tanah Bumbu temasuk
pengobatan mandiri), faktor budaya (meliputi
kabupaten baru di Provinsi Kalimantan
: budaya pemeliharaan anjing/kucing, budaya
Selatan. Secara geografis Kabupaten Tanah
bermain tanpa alas kaki, budaya defekasi di
Bumbu terletak di antara 2°52'- 3°47'
sembarang tempat) dan faktor lain, yaitu ada
Lintang Selatan dan 1 15°15' - 116° 04' Bujur
tidaknya program pemberantasan penyakit
Timur. Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
kecacingan pada anak sekolah. Faktor-faktor
berbatasan: sebelah Utara dan Timur dengan
yang dapat menyebabkan endemi cacing usus
Kabupaten Kotabaru, sebelab Selatan dengan
adalah faktor alam yang mendukung yaitu:
Laut Jawa, sebalah Barat dengan Kabupaten
Iklim tropik sangat menunjang pertumbuhan
Banjar dan Kabupaten Tanah Laut. Menurut
telur dan larva. Tanah liat merupakan tanah
laporan Dinkes Tanah Bumbu ditemukan
yang sesuai untuk pertumbuhan cacing
penderita cacing tambang pada anak usia
gelang dan cacing cambuk, sedangkan tanah
sekolah dasar yang selama ini hanya
pasir untuk cacing tambang. Kelembaban
ditemukan pada orang dewasa (Profil Tanah
yang tinggi menunjang pertumbuhan telur.
Bumbu, 2004-2005).
Sinar matahari dan angin dapat mempercepat
pengeringan dan menyebarkan telur cacing Untuk memahami faktor-faktor dari
cambuk dalam debu (WHO, 2011). perubahan lingkungan di daerah pemukiman
sekitar bekas penambangan batubara, maka
Pengaruh lain adalah lingkungan
dilakukan penelitian faktor risiko lingkungan
rumah merupakan tempat berinteraksi paling
biologi untuk mengetahui pengetahuan, sikap
lama dari anggota keluarga termasuk di
dan perilaku masyarakat terhadap kecacingan
dalamnya adalah anak. Kondisi lingkungan
pada anak sekolah dasar, juga dilakukan
rumah yang baik dalam hal sanitasi akan
pengambilan sampel tinja murid sekolah
membantu meminimalkan terjadinya
SDN Emil Baru di Kecamatan Mentewe,
gangguan kesehatan bagi penghuninya. Anak
Kabupaten Tanah Bumbu. Tujuan penelitian
usia sekolah merupakan anggota keluarga
mengetahui kasus kecacingan pada anak
yang masih harus mendapatkan pengawasan
sekolah dasar dan Pengetahuan, Sikap serta
dalam aktifitas kesehariannya. Dalam hal
Perilaku (PSP) masyarakat di lokasi
kesehatan, perilaku bermain merupakan hal
penelitian.
yang penting diperhatikan dalam kaitannya
dengan kondisi sanitasi lingkungan rumah.
Kondisi sanitasi lingkungan rumah yang baik

257
.lurnal Lkologi Kesehatan Vol. I Ylx10 3. September 2014 : 255-264

BAHAN DAN CARA udara pada kaca benda. Kemudian diperiksa


Pengumpulan sampel tinja dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran
di SDN Emil Baru Kecamatan Mentewe obyektif 10 dan 40 kali.
Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Untuk pemeriksaan sampel tinja di
Selatan, dari bulan Pebruari s/d November lokasi penelitian bisa dilakukan dengan
2010. Pengambilan tinja dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung dengan
cara membagikan pot plastik ukuran kecil menggunakan cairan logol 2 %. Pemeriksaan
pada setiap murid mulai dari kelas satu sediaan langsung yaitu, sebanyak ± 0,2 gr
sampai kelas enam sekolah dasar. Setelah sampel tinja yang diambil dengan
sampel tinja terkumpul lalu keesokan harinya menggunakan tusuk gigi lalu diletakkan pada
pot tinja yang sudah diberi forrrialin 5%, kaca benda yang telah di tetes larutan logol 2
diambil oleh petugas kesehatan untuk % kemudian diratakan. Setelah rata ditutup
diperiksa ada tidaknya telur cacing di dalam dengan cover glass langsung diperiksa di
tinja. bawah mikroskop dengan pembesaran
obyektif 10 dan 40 kali (Depkes RI, 2004).

Cara pemeriksaan sampel tinja :


Sampel tinja diambil dari pot plastik HASIL
dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian Survei kecacingan pada anak-anak
di masukkan ke dalam tabung reaksi yang usia sekolah dasar di Kecamatan Mantewe,
telah diisi dengan cairan MgSO4 sebanyak dari 200 pot tinja yang dibagikan, yang
10 ml. Tinja dihancurkan dengan alat mengembalikan dan diperiksa sebanyak 106
pengaduk sehingga hOmogen, lalu tabung pot tinja (53%). Hasil pemeriksaan tinja dari
reaksi disentrifugasi selama 5 menit dengan 106 slide, sebanyak 18 (17%) slide tinja
kecepatan 2.000 rpm. ke dalam tabung positif telur cacing (Tabel I). Ditemukannya
ditambahkan cairan MgSO4 sampai telur cacing pada anak-anak usia sekolah
mencapai leher tabung, dan ditutup dengan (SD) di kecamatan ini menunjukkan bahwa
kaca penutup kemudian didiamkan selama sanitasi lingkungan dan kesadaran akan
kurang lebih 30 menit. Setelah itu kaca kebersihan pribadi pada anak-anak masih
penutup yang telah menyentuh permukaan kurang, karena pada umumnya anak-anak di
cairan dari sampel tinja di dalam tabung daerah penelitian hampir setiap hari selalu
reaksi diambil, kemudian diletakkan di atas bermain di halaman rumah dan halaman
kaca benda dengan posisi kaca penutup yang sekolah dengan tidak memakai alas kaki atau
terdapat cairan ditutup kebawah ditempel sandal serta seringnya tangan mereka kontak
perlahan lahan agar tidak ada gelembung langsung dengan tanah.

Tabel 1. Spesimen yang positif telur cacing pada anak SD di


Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan Tahun 2010
Lokasi Slide diperiksa Positif telur cacing
Kec. Mantewe 106 18 (17%)

Pada Tabel 2, dari pemeriksaan yang cacing Asc. lumbricoides dan cacing
dilakukan terhadap 106 slide yang diperiksa tambang. Selain ketiga jenis cacing di atas
di dapatkan 18 anak (17 %) positif juga ditemukan satu jenis cacing pada 1 anak
kecacingan, dengan parasite rate 7 anak yaitu Hymenolepis nana.
(38,90. %) Ascaris lumbricoides, 2 anak
(1 1,10 %) Trichuris trichiura, 3 anak Salah satu cara penularan cacing
(16,70 %) cacing tambang, 5 anak mix (27,80 usus adalah melalui kuku yang tercemar oleh
%) yaitu ; 3 anak ditemukan dengan dua jenis telur cacing yang infektif, terutama pada
cacing Asc. lumbricoides dan T. trichiura anak usia prasekolah dan anak sekolah dasar
serta 2 anak detemukan dengan dua spesies (SD) yang sehari-hari bermain dan kontak
dengan tanah. Pada penelitian ini walaupun

258
•Kasus kecacingan pada murid...(Dino B & Mardiana)

yang diharapkan tidak maksimal karena besar (BAB) di sembarang tempat. Ditunjang
keterbatasan waktu dilapangan namun, dengan lingkungan yang kurang bersih, serta
terlihat bahwa di Kecamatan Mantewe tanah yang lembab ternpat anak-anak sehari-
persentase anak sekolah dasar yang positif hari bermain tanpa alas kaki. Lingkungan di
A. lumbricoides sebesar 38,90 % dan yang lokasi penelitian ini sebagian besar rumah
mix sebesar 27,80 % (ditemukan dua jenis penduduk adalah rumah panggung, karena
cacing). Di Kecamatan Mantewe penduduk kondisi pemukiman adalah tanah rawa-rawa,
umumnya tidak mempunyai jamban pribadi, sehingga halaman di sekitar rumahpun
sehingga banyak anak-anak yang buang air lembab.

Tabel 2. Persentase positif kecacingan pada anak SD di Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah
Bumbu, Kalimantan Selatan Tahun 2010
Slide C.t mix Ket
Lokasi Positif A.I T.t
diperiksa
Kecamatan 106 18(17%) 7(38,9%) 2(11,1%) 3(16,7%) 5(27,8%) 1(H.nana)
Mantewe
Keterangan:
A.1= Ascaris lumbricoides
T.t -= Trichuris trichiura
C.t = Cacing tambang
H.n = Hynienolepis nana

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) penyebabnya karena sering kontak dengan
Masyarakat tanah, 96 (48,0%) responden penyebabnya
dari kuku yang kotor, 45(22,5%) responden
Pada Tabel 3, Sebanyak 197
menyatakan karena telur cacing yang tertelan
responden (98,5%) menyatakan pernah bersama makanan, dan 8(4,0%) responden
mendengar tentang kecacingan dan hanya 3
dengan alasan BAB sembarang tempat,
(1,5%) responden yang menyatakan belum hanya 8(4,0%) responden menjawab tidak
pernah mendengar tentang kecacingan.
tahu. Dilihat dari pengetahuan reponden
Responden menjawab pernah mendengar
tentang penyebab kecacingan, ternyata sudah
kecacingan, karena di daerah penelitian cukup banyak yang sudah tahu dikarenakan
banyak anak-anak , mereka yang masih usia di daerah mereka pernah dilakukan
sekolah dasar mengalami kecacingan tetapi
pemeriksaan tinja. Kebiasaan anak-anak
tidak dianggap berbahaya bagi orang tua
BAB di sembarang tempat dan bermain di
mereka. Kondisi ini didukung dengan
halaman rumah tanpa' alas kaki tetap tidak
lingkungan yang kurang bersih serta tidak
diperhatikan oleh orang tua mereka karena
adanya jamban peribadi bagi setiap keluarga.
sering ditinggal bekerja.
Banyak anak-anak yang BAB disembarang
tempat, sehingga akan mengakibatkan Pengetahuan responden tentang
terjadinya kontaminasi/ tercemarnya tanah jenis-jenis cacing, sebesar 93 (46,5%)
dengan tinja yang mengandung telur cacing. responden menyebut cacing gelang, sebesar
Responden juga mengetahui berbagai tanda- 90 (45,45%) responden menyebut cacing
tanda orang kecacingan, sebanyak 165 pita, sebanyak 23,5% responden menyebut
responden (82,5%) menyatakan dengan cacing kremi, dan masing-masing 23
tanda-tanda perut membuncit, 47(23,5%) (11,5 %) dan 10 (5,0%) menyebut .cacing
menyatakan tidak nafsu makan, 77(38,5%) tambang dan cacing cambuk, serta 38
badan kurus, 33(16,5%) muka pucat, dan (19,0%) menjawab tidak tahu. Dalam hal ini
lainnya 23(11,5%). Dari jawaban responden responden umumnya lebih banyak yang
ternyata mereka cukup memahami tanda- mengetahui jenis cacing gelang dan cacing
tanda pada anak yang mengalami kecacingan. pita dibanding dengan jenis cacing lainnya.
Pengetahuan penyebab terjadi kecacingan, Umumnya anak-anak responden banyak yang
111(55,5%) responden menyatakan menderita askariasis yaitu terinfeksi cacing

259
Jurnal kkologi keschatan Vol. 13 No 3. Sepik:mho:2014 : 255-264

Ascaris lambricoides, yang biasa mereka Menurut pengetahuan responden


sebut dengan cacing gelang. Hal ini didukung tentang cara mencegah kec'acingan. Sebanyak
dengan lingkungan yang kurang bersih dan 85,0 % menjawab mencuci tangan sebelum
tanah yang gembur serta lembab. makan, 20,0 % responden menyatakan bahwa
sayur harus dimasak atau dicuci bersih,
Responden juga tahu jenis cacing
14.5 % responden menyatakan bahwa air
pita, karena di daerah penelitian ada anak
minum harus dimasak Iebih dahulu sebelum
yang dari hasil pemeriksaan tinja ditemukan
diminum. Masing-masing hanya 9% dan 8%
telur cacing pita. Untuk mengetahui ini
responden menyatakan bahwa memakai alas
apakah dari makanan atau dari tanah yang
kaki dan menjaga kebersihan terutama pada
tercemar/tnengandung telur cacing tersebut
anak-anak. Kebersihan perorangan dan
masih perlu diteliti lebih lanjut.
sanitasi lingkungan juga sangat berperan
dalam penularan kecacingan.

Tabel 3. Pengetahuan responden tentang kecacingan di Kec.Mentewe Kab.


Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan tahun 2010
No. Pengetahuan Responden Jumlah N
1. Tentang Kecacingan 200
Pernah mendengar 197 98,5
Tidak pernah 3 1,5
2 Ciri-ciri kecacingan 200
Perot buncit 165 82,5
Tidak nafsu makan 47 23,5
Badan kurus 77 38,5
Muka pucat 33 16,5
Lainnya 23 11,5
3 Penyebab kecacingan 200
Sering kontak dengan tanah 111 55,5
Kuku kotor 96 48,0
Telur cacing tertelan 45 22,5
BAB sembarang 8 4,0
Lainnya 8 4,0
4 Jenis-jenis cacing 200
Cacing gelang 93 46,5
Cacing pita 90 45,0
Cacing kremi 47 23,5
Cacing tambang 23 11,5
Cacing cambuk 10 5,0
Tidak tahu 38 19,0
5 Cara mencegah kecacingan 200
Cuci tangan sebelum makan 170 85,0
Sayur dimasak/cuci bersih 41 20,5
Air minum dimasak 29 14,5
Memakai alas kaki 18 9,0
Menjaga kebersihan 16 8,0

Dari pernyataan sikap responden terhadap upaya pencegahan terhadap


terhadap pencegahan kecacingan dengan penyakit kecacingan adalah sebesar 162
membiasakan mencuci tangan sebelum (81,0%) dan responden yang bersikap kurang
makan dan membiasakan memotong kuku positif terhadap upaya pencegahan penyakit
serta memakai alas kaki terutama pada anak. kecacingan sebesar 38(19,0%) (Tabel 4).
Responden yang rnemiliki sikap positif

260
Kasus kecacingan pada m LIrid...(Dina B & Martliana )

Tabel 4. Sikap responden terhadap pencegahan kecacingan di Kecamatan


Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan Tahun 2010
Sikap terhadap kecacingan dapat dicegah Jumlah
dengan mencuci tangan N=200 100%
Positif 162 81,0
Kurang pqsitif 38 19,0

PEMBAHASAN kejadian infeksi cacing usus ini ditemukan


sebanyak 48 % pada anak dengan infeksi
Anak usia sekolah dasar merupakan
cacing tambang sebanyak 24,1 %. Jumlah
anak yang memiliki frekuensi bermain relatif
kejadian tidak mengalatni penurunan setelah
tinggi, balk di sekolah maupun di rumah.
dilakukan pengobatan dengan rentang waktu
Perilaku bermain ini tentu tidak dapat
sembilan bulan (KemKes, 2013). Pada
dilepaskan dari terjadinya kontak dengan
penelitian ini, hanya 1 orang murid SD yang
tanah halaman sekolah. Tinggi rendahnya
terinfeksi Hymenolepis nana. Cacing ini
fekuensi kecacingan berhubungan erat
termasuk jenis cacing pita pendek, yang daur
dengan kebersihan pribadi dan sanitasi
hidup tidak mempunyai hospes perantara.
lingkungan menjadi sumber infeksi. Telur
Hospesnya adalah manttsia dan tikes, cacing
dapat melekat pada sayuran dan tertelan bila
ini menyebabkan penyakit himenolepiasis.
sayur tidak di cuci atau di masak. Selain itu
Infeksi kebanyakan terjadi secara Iangsung
telur juga bisa terkontaminasi pada
dari tangan ke mulut, hal ini sering terjadi
anak-anak yang sering bermain di tanah
terutama pada anak-anak. Dari laporan
tanpa mencuci tangan sebelum makan. Tidak
penelitian yang dilakukan di Kabupaten
ada transmisi langsung dari orang keorang
Nunukan, Kalimantan Timur ditemukan anak
atau infeksi dari tinja segar, karena telur yang
SD yang positif cacing tambang 1.57 % dan
keluar bersama tinja membutuhkan waktu
positif cacing Hymenolepis nana 0,79 %,
sekitar tiga minggu untuk matang dalam
tetapi yang terbanyak ditemukan adalah
tanah sebelum menjadi infektif (WHO, 2013)
cacing Ascaris lumbricoides (Lukman Waris
Dari penelitian ini ditemukan 3 anak dkk., 2010).
(16,17 %) positif terinfeksi cacing tambang,
Bila anak-anak bermain di tanah,
yang sangat membahayakan bagi
tangan mereka akan kontak langsung dengan
perkembangan anak tersebut. Cacing
tanah yang mengandung telur yang infektif
tambang merupakan salah satu cacing yang
maka anak akan terinfeksi telur tersebut.
dapat menyebabkan kehilangan darah bagi
Begitu pula dengan cacing Trichuris
penderita sehingga sangat memungkinkan
trichiura umumnya sering ditemukan
terjadinya anemia. Teijadinya anemia diduga
bersamaan dengan infeksi Asc. lumbricoides.
karena adanya bekas gigitan cacing tambang
Berbeda dengan cacing tambang, cacing ini
pada dinding usus yang relatif sulit menutup
sering ditemukan pada penduduk terutama
akibat adanya enzim cacing yang memiliki
yang di perkebunan atau di pertambangan.
sifat sebagai antikoagulan sehingga darah
Untuk menghindari infeksi dapat dicegah
sukar membeku.
dengan memakai sandal atau sepatu bila
Angka kejadian infeksi cacing keluar rumah. Hal ini sesuai dengan
tambang dibandingkan dengan infeksi cacing penelitian yang di lakukan di lima wilayah
perut Iainnya memang relatif lebih kecil, DKI Jakarta, ternyata anak sekolah dasar di
namun apabila dicermati dampak dari infeksi Wilayah Jakarta Utara dari hasil sampel tinja
cacing tambang tampaknya menjadi masalah yang diperiksa banyak terinfeksi cacing
yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih Asc. lumbricoides, persentase yang positif
serius. Kejadian infeksi cacing tambang pada Ascaris lumbricoides sebanyak 80%.
suatu wilayah biasanya sating menyertai Tingginya persentase tersebut dikarenakan
antara 3 spesies cacing usus penyebabnya, lingkungan sekolah dasar mereka berdekatan
yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris dengan tempat pembuangan sampah, yang
trichiura dan cacing tambang. Di Ekuador, menjadi tempat anak-anak bermain sehari-

261
Kesehatan Vol. 13 No 3, September 2014: 255-264

hari karena tidak ketiadaan tempat bermain. sesuai untuk pertumbuhan larva
Kadang kala mereka dari bermain langsung (Onggowaluyo JS, 2001).
membeli makanan/jajan yang dijual di sekitar
Pengetahuan masyarakat tentang
sekolah mereka, tanpa mencuci tangan
kecacingan pada penelitian ini, yang pernah
sebelum memakan jajanan ,yang dibeli
mendengar sebanyak 197 (98,5%), citi-ciri
(Mardiana, 2008). Penelitian yang pernah di
kecacingan adalah perut buncit sebanyak 165
lakukan di Desa Suka Kabupaten Karo
(82,5%), penyebab kecacingan dengan tanah
Sumatera Utara, melaporkan bahwa kejadian
111 (55,5%), jenis cacing yang umum
infeksi cacing tambang juga ditemukan pada
diketahui cacing gelang sebanyak 93
anak sekolah sebesar 55, 20 %, (Ginting SA.
(46,5%), dan cara mencegah kecacingan
2008). Dari beberapa penelitian tersebut
-dengan cuci tangan sebelum makan 170
ternyata cacing tambang bukan hanya
(85.0%). Pengetahuan yang baik tentang
ditemukan pada orang dewasa saja, namun
suatu penyakit akan mengurangi tingginya
saat ini juga ditemukan pada usia anak
kejadian akan penyakit terebut, namun masih
sekolah dasar. Keadaan seperti ini
ada sebagian masyarakat tidak tahu tentang
berhubungan erat dengan lingkungan
kecacingan.
sehingga diindikasikan bahwa faktor resiko
berupa lingkungan sangat berperan terhadap Sikap terhadap kecacingan, mencuci
transmisi penularan cacing tambang. tangan responden positif 80%, yang berarti
mereka menganggap bahwa perlu melakukan
Lingkungan rumah merupakan
cuci tangan sebelum makan. Namun dalam
tempat berinteraksi paling lama dari anggota
kesehariannya masih banyak anak-anak habis
keluarga termasuk di dalamnya adalah anak.
bermain tanpa cuci tangan langsung
Kondisi lingkungan rumah yang baik dalam
memegang makanan. Pengetahuan yang baik
hal sanitasi akan membantu meminimalkan
akan mempengaruhi sikap dan perilaku
terjadinya gangguan kesehatan bagi
seseorang.
penghuninya. Anak usia sekolah dasar
merupakan anggota keluarga yang masih Program penyuluhan untuk
harus mendapatkan pengawasan dalam pemberantasan kejadian kecacingan perlu
aktifitas kesehariannya.,Untuk hal kesehatan, digalakkan melalui orang tua murid yang
perilaku bermain merupakan hal yang diintegrasikan dengan program kesehatan
penting diperhatikan dalam kaitannya dengan lain. seperti program PHBS (Perilaku Hidup
kondisi sanitasi lingkungan rumah. Kondisi Bersih dan Sehat). Program penyuluhan
sanitasi lingkungan rumah yang baik tentu kesehatan disamping men ingkatkan
akan memberikan rasa aman dan nyaman pengetahuan orang tua, para guru diharapkan
bagi anak untuk bermain. Pada lingkungan akan meningkatkan kesadaran mereka untuk
masyarakat pedesaan, seorang anak bermain melakukan upaya pencegahan dan
di halaman rumah, di kebun bersama teman pengobatan secara mandiri.
sebaya tetangga merupakan hal yang sangat
Perilaku buang air besar tidak di
wajar terjadi. Dalam kaitannya dengan
jamban, menyebabkan terjadinya pencemaran
kebiasaan anak bermain di kebun, perlu
tanah oleh telur cacing tambang sehingga
diwaspadai kemungkinan anak terpapar oleh
meningkatkan resiko terinfeksi terutama pada
cacing tambang yang memang membutuhkan
orang atau anak — anak yang tidak memakai
media tanah untuk perkembangbiakannya
alas kaki. Hasil penelitian menunjukkan
(Jalaluddin, 2009, Altiara, S. 2010). Insiden
bahwa anak yang tinggal pada lingkungan
kecacingan akibat cacing tambang cukup
rumah dengan tanah halaman rumah
tinggi di Indonesia, kasus penyakit ini
terkontaminasi telur cacing tambang
banyak ditemukan di daerah pedesaan,
memiliki resiko terinfeksi larva cacing
khususnya pada pekerja di daerah
tambang sebesar 13,00 kali lebih besar
perkebunan yang kontak langsung dengan
dibanding anak yang tinggal pada lingkungan
tanah. Penyebaran infeksi cacing tambang ini
rumah tanpa kontaminasi telur cacing
berhubungan erat dengan kebiasaan Buang
tambang. (Sumanto D,2010, Wati MSE.
Air Besar (BAB) di tanah. Kondisi tanah
2011).
yang gembur, berpasir dan temperatur sekitar
23 - 32°C merupakan tempat yang paling

262
Kasus kecacingan pada murid...(Dina B & Nldrdiar ❑ ,

Masih tingginya prevalensi Saran


kecacingan pada anak sekolah dapat Untuk meningkatkan pengetahuan
disebabkan karena masih kurang kesadaran khususnya mengenai pengobatan, cara
masyarakat dalam menerapkan pola hidup pencegahan dan penanggulangan kecacingan,
bersih dan sehat, sulitnya mendapatkan air perlu melakukan penyuluhan terhadap
bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang masyarakat dan para guru SD mengingat
baik. Hal ini temasuk salah satu dari program kecacingan adalah berbasis lingkungan serta
pengendalian penyakit dan penyehatan bersifat lokal spesi ► k.
lingkungan. Penyakit kecacingan atau biasa
disebut cacingan masih dianggap sebagai hal Saran untuk Sekolah
sepele oleh sebagian besar masyarakat Upaya peningkatan pendidikan
Indonesia. Padahal jika dilihat dampak kesehatan di sekolah harus lebih ditingktakan
jangka panjangnya, kecacingan menimbulkan terutama mengenain penyakit kecacingan
kerugian yang cukup besar bagi penderita baik dari segi frekuensi, materi ataupun
dan keluarganya. Kecacingan dapat metode yang diberikan melalui program UKS
menyebabkan anemia, lesu, prestasi di sekolah, agar tingkat pengetahuan murid
belajar menurun. Qnak usia sekolah dasar lebih tinggi. sehingga murid dapat berperan
merupakan anak yang memiliki frekwensi aktif dalam upaya pencegahan dan
bermain relatif tinggi, baik di sekolah pemberantasan penyakit kecacingan.
maupun di rumah. Perilaku bermain ini tentu Para guru agar meningkatkan
tidak dapat dilepaskan dari terjadinya kontak pemberian pemberian pendidikan kesehatan,
dengan tanah halaman sekolah. dalam hal ini pendidikan tentang pencegahan
dan pemberantasan penyakit kecacingan serta
lebih memperhatikan kebiasaan murid schari-
KESIMPULAN DAN SARAN hari ketika berada di sekolah, seperti
Kesimpulan memperhatikan kebersihan tangan dan kuku
murid.
Dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini, cacing yang ditemukan pada Memberikan informasi kepada
kasus kecacingan pada murid SDN Emil masyarakat mengenai faktor risiko yang
Baru adalah cacing Ascaris lumbricoides, berpengaruh terhadap terjadinya infeksi
T. irichiuria, Hymenolepis nana dan cacing cacing tambang, sehingga masyarakat dapat
tambang . mengetahui dan melakukan upaya
pencegahan.
Pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap cara pengobatan,
pencegahan kecacingan, menunjukkan bahwa Saran untuk Dinas Kesehatan dan Instansi
masih sangat kurang. Terkait Lainnya
Sebagian masyarakat sudah Pemberian penyuluhan dan poster
memaham i cara pencegahan dan
mengenai upaya pencegahan dan
penanggulangan supaya tidak terjangkit pemberantasan penyakit kecacingan kepada
kecacingan, namun belum bisa menerapkan tiap murid dalam rangka meningkatkan
perilaku hidup bersih karena masih banyak pengetahuan para siswa mengenai
anak-anak yang mengidap kecacingan. pencegahan dan pemberantasan penyakit
Kejadian kecacingan tidak hanya kecacingan.
dipengaruhi oleh salah satu aspek higiene Sebagai bahan informasi berkaitan
yaitu kebersihan kuku, tetapi juga dengan faktor risiko yang mempengaruhi
dipengaruhi oleh aspek sanitasi lingkungan kejadian infeksi cacing tambang sehingga
dan aspek higiene perorangan lainnya seperti dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan bagi Puskesmas Emil Baru dalam program
dan selalu menjaga,kebersihan lingkungan. penanggulangan infeksi cacing tambang pada
anak.

263
Jurnal Ekologi Kcsehatan Vol. 13 No 3. September 2014 : 255-264

UCAPAN TERIMA KASIH Kota Lhokseumawe. Program Pasca Sarjana. USU.


Medan
Pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang Lukman Wads, dkk. (2010). Laporan Epidemiologi
sebesar besarnya kepada Kepala Badan Kecacingan di Wilayah Lintas Batas
Indonesia - Malaysia. Kabupaten Nunukan
Penelitian dan Pengeinbangan Kesehatan, Provinsi Kalimantan Timur 2010.
yang telah memberikan kesempatan untuk Mardiana, Djarismawati. 2008. Prevalensi racing usus
dilakukan penelitian ini, Kepala Puslitbang pada siswa sekolah dasar wajib belajar
Ekologi dan Status Kesehatan, yang telah peleyanan gerakan terpadu pengentasan
kemiskinan daerah kumuh di Wilayah DK1
memfasi I itasi pelaksanaan penel itian ini.
Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. 7(2): 769-
Ucapan terima kasih juga disampaikan 774
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merid Y, at a1.2001. Intestinal helminthic infection
Tanah Bumbu, Kepala Loka P2B2 among children at lake Awassa area, South
Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Ethiopia. Etrop. J. Health Day. 2001; 15. P.
31-38
Selatan, Kepala Puskesmas Kecamatan Onggowaluyo JS. 2001. Parasitologi Medik I
Mantewe dan Kepala Puskesmas Desa Emil (Helm i ntologi ) : Pendekatan Aspek
Baru yang telah memberikan bantuan tenaga lndentilikasi. Diagnosis dan Klinik. EGC.
pada waktu berlangsungnya penelitian. Tak Hal. 11-3 1 .
pada Balita di RW 03 Kelurahan Panggung Kota Tegal
lupa ucapan terima kasih kami sampaikan
Tahun 2010. Universitas Negeri Semarang
kepada semua anggota tim peneliti yang telah Protil Tanah Bumbu Tahun 2004-2005 (data sekunder
membantu selama berlangsungnya penelitian BAPPEDA TANBU)
hingga selesainya laporan akhir penelitian ini Sumanto D. (2010). Faktor Risiko Infeksi Cacing
Tambang pada Anak Sekolah (Studi Kasus
Kontrol di Desa Rejosari, Karangawen,
Demak. Tesis.Program Studi Magister
DAFTAR PUSTAKA Epidemiologi Pasca Sarjana Universitas
Altiara, S. (2010). Hubungan antara Sanitasi Diponegoro.
Lingkungan Rumah dengan Kejadian terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar
Cacingan di Kecamatan Blang Mangat
Departemen Kesehatan R.I. (2007). Direktorat Jendral Wati MSE. (2011). Hubungan Perilaku Hidup Bersih
PP&PL, Pedoman Pengendalian Cacingan dan Sehat (PHBS) dengan kejadian
Departemen Kesehatan RI. (2006). Profil Kesehatan Kecacingan pada Siswa SDN Bangkal
Indonesia. 3Kecamatan Cempaka. Karya Tulis Ilmiah.
Depertemen Kesehatan RI. (2004). Pedoman Umum Kalimantan Selatan, Universitas Larhbung
Program Nasional Pemberantasan Cacing di Mangkurat
Era Desentralisai. Jakarta. Depkes RI. WHO (2013). Soil transmitted helminth infections.
Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. (2010). Laporan hito:Pwww.who.int/rnediacentreilactsheets/fs
bulanan program kecacingan Dinas 366/en/. I Oktoher 2013.
Kesehatan Kota Banjarbaru. WHO/1. (2(111). Soil transmitted helminthes. Intestinal
Ginting A. (2008). Faktor-faktor yang berhubungan Worms (http/www.who.int/intestinal
dengan kejadian kecacingan pada anak worms/en) , 18 November 2011.
sekolah dasar di desa tertinggal Kecamatan WHO/2.(201 I) Prevention and control of
Pangukuran Kabupaten samosir. Skripsi. schistosomiasis and soil-transmitted
Medan: Universita§ Sumatrera Utara helminthiasis.
Jalaluddin. (2009). Pengaruh Sanitasi Lingkungan, (www.who.int/entity/wormcontrol/documentsj
Personal Hygiene dan Karakteristik Anak oint_statements/en/ppc_uniceffinalreport).
Kementerian Kesehatan RI. Ditjen PP dan PL (2013) . September 2011
Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan WHO/3. (2011). World Health Organization and
Lingkungan. partners unveil new coordinated approach to
Kharis Faridan, Lenie Marlinae & Nelly AL Audhah. treat millions suffering from neglected
(2013). Faktor-faktor yang berhubungan tropical diseases.
kejadian kecacingan pada siswa Sekolah http://vvww.who.int/mediacentre/news/release
Dasar Negeri Cempaka 1 Kota s/2006/pr60/erilindexl.html. September 2011
Banjarbaru.Jurnal Buski.(Epidemiology and
Zoonosis Journal) Vol. 4, No.3, Juni 2013.

264

You might also like