Professional Documents
Culture Documents
Art2008 CPH
Art2008 CPH
PERKEMBANGANKEMATANGANGONAD
DAN TIPE PEMIJAHAN IKAN SELAIS (Ompok hypophthalmus)
DI RAWABANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU
[Development of gonad maturity and spawning pattern of Ompok hypophthalmus
in floodplain ofKampar Kiri River, Riau]
ABSTRACf
The main objective of the study was to determine gonad maturity development and spawning pattern of 0. hypophthalmus in
floodplain of Kampar Kiri River. Samples were collected from June to December 2006 on a monthly basis. Biological samples were
collected from a total of 474 0. hypophthalmus of which 249 females and 224 males were confirmed by macroscopic and
histological analysis. Five gonad maturity stages were described based on the macroscopic and histological analysis. The dynamics -
of oocyte development of 0. hypophthalmus, indicated a synchronism of maturation. Oocyte diameter distribution suggested that•
this species could be grouped as total spawner and iteroparous species.
Key words: gonad maturation, spawning_pattern, 0. hypophthalm_us, Kampar Kiri River, iteroparous.
93
Djadja Subardja Sjafei, Charles P.H. Simanjuntak & MF. Rahardjo- Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pemijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau
Sungai Kampar Kiri dengan berbagai alat tangkap okuler untuk mengukur diameter telur. Pengukuran
seperti jaring insang eksperimental, perangkap diameter telur dilakukan pada tiga bagian gonad, yaitu
(sempirai), pancing dan rawai. lkan yang tertangkap bagian depan, tengah dan bagian belakang dari gonad
segera diawetkan dalam larutan formalin 10%. Setiap ikan betina TKG II, III, dan IV; masing-masing
ikan contoh diukur panjang totalnya sampai milimeter sebanyak I 00 butir telur dengan menggunakan
terdekat dan ditimbang bobotnya sampai gram mikroskop (perbesaran 4x I 0). Pola persebaran diameter
terdekat. Penentuan jenis kelamin ikan dilakukan telur digunakan sebagai dasar penentuan pola
berdasarkan ciri seksual primer. Ciri seksualitas primer pemijahan ikan.
diamati dengan cara menseksi dan melihat perbedaan
gonad antara ikan jantan dan ikan betina (testis dan HASILDANPEMBAHASAN
ovarium). Tingkat kematangan gonad (TKG) Perkembangan Kematangan Gonad
ditentukan secara morfologis mencakup wama, bentuk Gonad ikan selais jantan mulai berkembang
dan ukuran gonad. Perkembangan gonad ikan secara setelah mencapai ukuran 167 mm; sedangkan gonad
k_ualitatif ditent~kan dengan mengamati tingkat ikan betina mulai berkembang pada saat ikan berukuran
kematangan gonad berdasarkan morfologi gonad 91 rom. Perkembangan ovarium dan testis ikan selais •
seperti yang dikemukakan Sukendi (200 1). yang diamati secara morfologi dan histologi ditetapkan
Pengamatan histologi t~stes dan ovarium dalam lima tahap perkembangan, yaitu. TKG I (awal
dilakukan untuk m~lih~t perbedaan secara histologi pertuml?uhan), TKG II (berkembang), TKG ill (dewasa),
setiap tingkat kematangan gonad ikan. Pengambilan TKG IV (matang) dan TKG V (salin). Perkembangan
gonad ikanjantan dan b~tina tersebut dilakukan pada kematangan gonad ikan selais jantan secara morfologi
ikan yang masih segar. Pembuatan preparat histologi dan histologi disajikan pada Gambar 1 dan 2.
gonad berpedoman kepada metoda mikro_teknik Tingkat perkembangan testis I (awal
(Gunarso, 1989). Gambar,anhistologi gonad (ovarium pertumbuhan) berbentuk buli-buli kecil yang halus dan
dan testis) ik;an selais.~erpedomankepada Takashima . berwaf!ia putih susu bening. Secara P.istologis tingkat
& Hibiya (1995) serta modifikasi yang telah dilakukan perkembangan testis I terlihat jaringan ikat lebih
Siregar (199_9) t~rhadap ikan_ Pangasius dominan. Spermatogonium melekat di membran sel dan
hypophthalmus; .sukendi (200 1) terhadap ikan Mystus sebagian telah berkembang menjadi spermatosit primer.
nemufus; dan Marraro et al. (2005) pada ikan Di rawa banjiran sungai Kampar Kiri ikan selais jantan
Trichomycterus corduvense. yang memiliki tingkatkematangan gonad ini berukuran
Pengamatan sediaan ovarium dilakukan antara 70-220 mm. Menurut Dahle et al. (2003) tingkat
dengan mikroskop binokuler yang diberi mikrometer ini dinamakan belum matang (immature); sedangkan
Gambar 1. Morfologi perkembangan kematangan testis ikan selais (0. hypophthalmus) jantan di rawa banjiran
Sungai Kampar Kiri (setelah dipreservasi denganformalin 4%)
94
Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 8, Nomor 2, Desember 2008
Gam bar 2. Gambaran histologi perkembangan gonad ikan selais (0. hypophthalmus) jantan
Keterangan: Spg= Spermatogonium; Ji = Jaringan ikat gonad; Sps = Spermatosit; Spt = Spermatid;
Spz = Spermatozoa; Lb = Lubus. Pewamaan dengan hematoksilin dan eosin ·
Suwanjarat et al. (2005) menyebutnya sebagai fase spermatosit sekunder. Spermatid sudah mulai terlihat
istirahat (resting stage). dan letaknya menyebar di dalam tubulus. Tingkat
Perkembangan testis II (berkembang) terlihat kematangan ini ditemukan pada kisaran ukuran 170-
dari ukuran testis lebih besar dan kelompok buli-buli 320 mm. Pada tingkat perkembangan-ini proses
yang kecil mengisi 115 dari rongga perut. Berwarna spermatozoa mulai berjalan dan menurut Dahle et al.
putih susu bening dengan permukaan licin. Dari sisi (2003) tingkat ini dinamakan pematangan (maturing).
histologi terlihat bahwajaringan ikat semakin sedikit Perkembangan testis IV (matang) dicirikan
dan kantung tubulus mulai diisi oleh spermatosit dengan ukuran testis semakin membesar dan mengisi
primer. Spermatosit berada agak jauh dari membran 113 dari rongga perut. Kelompok buli-buli semakin
basal. Selisih ukuran spermatosit dan spermatogonium besar dan pejal dan berwarna putih susu pekat. Dilihat
sangat kecil. Tingkat kematangan testis ini ditemukan dari preparat histologi nampak bahwa spermatid sudah
pada ikan yang berukuran 120-270 mm. Dahle et al. mulai memenuhi tubulus. Terjadi proses
(2003) mendapatkan hal yang sama pada ikan Gadus spermiogenesis (spermatid menjadi spermatozoa).
morhua. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa pada Pada akhir spermiogenesis, spermatozoa dilepaskan
stadia ini masih ditemukan spermatogonium dalam ke dalam lumen tubulus. Ikan mulai matang gonad pada
jumlah yang sedikit karena telah berkembang menjadi ukuran 214 mm. Pada ikan Gadus morhua tahap ini
spermatosit. Hal senada juga ditemukan oleh dicirikan dengan terjadinya proses spermiogenesis
Suwanjarat et a/. (2005) pada ikan Oxyeleotris (Spermiating) dan spermatozoa telah mengisi rongga
marmora/us. lobular dan saluran sperma (Dahle et al., 2003).
Perkembangan testis III ( dewasa) Tahap perkembangan testis V (salin) secara
ditunjukkan dengan ciri kelompok buli-buli yang morfologi ditunjukkan dengan mengempisnya buli-buli
semakin me&besar dan telah mengisi I /4 dari rongga berwama putih bening dan pada bagian tertentu kosong
perut. Secara histologi spermatosit primer berkurang karena sperma telah dikeluarkan pada saat pemijahan.
karena sebagian besar telah berkembang menjadi Pengamatan secara histologis tidak dapat ditunjukkan
95
Djculja Subardja Sjafei, Charles PH. Simanjuntak & M.F. Rahtmijo- Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pemijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau
Gam bar 3. Morfologi perkembangan kematangan ovarium ikan selais ( 0. hypophthalmus) betina di rawa banjiran
Sungai Kampar Kiri (setelah dipreservasi denganformalin 4%)
berhubung sampel yang kurang baik. Dahle et a!. (2003) pada Gambar 3 dan 4. Tingkatperkembangan ovarium
dan Suwanjarat et al. (2005) menyatakan bahwa pada I (awal pertumbuhan) dicirikan bahwa ovarium
tingkat perkembangan salin (spent) masih dijumpai berwarna putih kekuningan dengan permukaan yang
spermatogonium yang akan berkembang menjadi lie in. Ukuran ovarium relatifkecil dan berbentuk oval
spermatosit, spermatid dan spermatozoa untuk dan ganda. Butir telur belum terlihat oleh mata
pemijahan berikutnya. Selanjutnya dinyatakan pula telanjang. Secara histologi ovarium didominasi oleh
bahwa pada fase ini rongga lobular telah banyak yang oogonium. Beberapa oogonium mulai berkembang
kosong dan sisa-sisa spermatozoa diserap kembali. menjadi oosit primer. Inti sel berbentuk bulat, berada
Perkembangan kematangan gonad ikan di tengah dan dikelilingi oleh sitoplasma. Ukuran inti
selais betina secara morfologi dan histologi disajikan sel (nukleus) dan jumlah anak inti (nukleolus) selalu
96
Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 8, Nomor 2, Desember 2008
bertambah. Tingkat kematangan ini ditemukan pada kecoklatan dan lebih gelap. Butir telur telah terlihat
ikan yang berukuran 70-120 mm. Pada ikan karena selaput gonad transparan dengan diameter
Trichomycterus corduvense, tahap awal pertumbuhan berkisar antara 0,30-1,225 mm. Pada proses pematangan
ovarium dicirikan dengan oosit yang kecil dan telur ini terjadi penyusutan volume telur. Kondisi ini
transparan. Memiliki basophilic cytoplasm dalam dapat dipahami karena proses vitelogenesis
jumlah yang besar. Diameter nukleus 9,3 J.liD. Tahap (pembentukan kuning telur) dengan bantuan hormon
perkembangan ovarium ini disebut fase immature 17 B-estradiol telah berhenti dan dilanjutkan oleh
(Marraro eta/., 2005). proses pematangan telur (Nagahama eta/., 1995 dalam
Perkembangan ovarium II (berkembang) Heiden et al., 2006; Tyler & Sumpter, 1996).
terlihat dari ovarium berwarna kuning terang. Butir Dilihat dari sisi histologi ovarium fase IV
telur mulai terlihat oleh mata telanjang dengan kisaran didominasi oleh ootid dan ovum. Vitellogenesis telah
diameter antara 0,375-1,20 mm dan hampir mengisi selesai; inti bermigrasi ke tepi mendekati mikropil dan
sepertiga dari rongga perut. Berdasarkan pengamatan melebur ke dinding sel. Ikan selais betina matang
preparat histologi terlihat bahwa oogonium sebagian gonad pertama kali pada ukuran panjang total115 mm.
besar telah berkembang menjadi oosit primer. Kantung lkan yang berada pada tahap perkembangan ini1
kuning telur mulai terbentuk di lapisan perifer merupakan ikan yang siap untuk melakukan pemijahan.
sitoplasma (dekat membran sel). Proses ini disebut Tahap'1ilatartg pada ikan Trichomycterus corduvense
sebagai tahap awal vitellogenesis. Tingkat diawali dengan berakhirnya proses vitelogenesis
kematangan ini ditemukan pada ikan yang berukuran sainpai akhlr masa pematangan dan siap untuk
70-270 mm. Pada ikan Trichomycterus corduvense fase melakukan pemijahan (Marraro eta/., 2005).
ini disebut maturation (Marraro eta/., 2005). Tahap perkembangan ovarium V (salin)
Perkembangan ovarium III (dewasa) secara morfologi dicirikan dengan warna gonad masih
ditunjukkan dengan ciri bahwa ovarium berwarna sama dengan tahap perkembangan ovarium IY. Ovarium
kuning terang. Butir telur mulai terlihat oleh mata bagian posterior telah mengempis karena telur telah
telanjang dengan diameter berukuran berkisar antara dikeluarkan pada saat pemijahan. Ovarium berisi butir
0,3 75-1 ,20 mm dan hampir mengisi sepertiga dari rongga telur sisa dan terdapat cairan/p1asma warna merah.
perut. Secara histologi terlihat bahwa jumlah oosit Pengamatan secara histologi menunjukkan bahwa
primer semakin bertarnbah dan letaknya mendekati dinding folikel te_lah pecah dan sel telur telah
lumen ovarium. Di beberapa bagian masih tampak dikeluarkan. Telur~telur yang tidak dikeluarkan saat
oogonium. Sebagian oosit sekunder telah berkembang pemijahan mengalami atresia dan beberapa oogonium
menjadi ootid. Butir kuning telur (yolk egg) dan sudah mulai terlihat (Tyler & Sumpter, 1996). Dahle et
vacuo Ia minyak menyebar mulai dari inti sel mengarah a/. (2003) dan Marraro eta/. (2005) menamakan tingkat
ke tepi. Tingkat kematangan ini ditemukan pada ikan ini dengan spent (lepas salin).
yang berukuran panjang total 70-270 mm. Pada tahap
ini proses vitelogenesis masih berlangsung dan teljadi Sebaran Diameter Telur dan Pola Pemijahan
akumulasi kuning telur sehingga diameter oosit Sebaran diameter telur ikan selais dibagi ke
semakin besar. Pada tahap ini juga dimulai fase dalam 10 kelompok ukuran (Tabel 1 dan Gambar 5).
pematangan (maturtrg) (Dahle eta/., 2003). Diameter telur ikan selais bervariasi antara 0,25-1,225
Perkembangan ovarium N (matang) dicirikan mm. Pada TKG II diametertelurberkisarantara0,25-
dengan ovarium bertambah besar, mengisi dua pertiga 0,75 mm dengan frekuensi terbesar pada selang ukuran
rongga perut dan mendesak usus ke bagian depan. 0,44-0,53 mm. Pada TKG III berkisar0,375-1,20 mm
Bentuk ovarium bulat oval dengan lekukan yangjelas dengan frekuensi terbesar pada se1ang 0,84-0,93 mm.
di bagian anterior dan tengah, menandakan bahwa Pada TKG N berkisar 0,30-1,225 min dengan frekuensi
pasangan organ menyatu. Warna menjadi kuning terbesar pada selang 0,94-1,03 mm.
97
Djadja Subardja Sjafei, Charles P.H. Simanjuntak & M.F. Rahardjo - Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pemijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau
Tabell. Persentase sebaran diameter telur ikan selais ( 0. hypophthalmus) berdasarkan tingkat kematangan gonad
Kode Persentase
Kelompok Ukuran (mm)
TKGII TKG III TKGIV
0,24-0,33 A 11,34 1,01
0,34-0,43 B 23,71 1,03 2,02
0,44-0,53 c 42,27 4,12 2,02
0,54-0,63 D 19,59 5,16 3,03
0,64-0,73 E 2,06 6,19 4,04
0,74-0,83 F 1,03 14,43 6,06
0,84-0,93 G 29,89 17,17
0,94-1,03 H 20,62 31,31
1,04- 1,13 16,49 26,26
1,14- 1,23 J 2,06 8,08
98
Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 8, Nomor 2, Desember 2008
99
Djadja Subardja Sjafei, Charles P.H. Simanjuntak & M.F. Rahardjo - Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pernijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau.
with notes on. rare, Cryptic spesies. Treubia (Teleostei, Gobiidae). Songklanakarin..J. Sci.
34:59-74. Techno/., 27 (1): 425-436.
Rao, T.A., and S.V. Sharma. 1984. Reproductive biology Sukendi. 2001. Biologi reproduksi dan
of Mystus vittatus (Bloch) (Bagridae: pengendaliaruiya dalam upaya pembenihan
Siluriformes) from Guntur, Andhra Pradesh. ikan baung (Mystus nemurus CV) di perairan
Hydrobiologia 119.21-26. Sungai Kampar, Riau. Disertasi. Program
Simanjuntak, C.P.H., M.F. Rahardjo, dan S. Sukimin. Pascasarjana IPB. Bogor.
2006. Iktiofauna rawa banjiran Sungai Takashima, F., and T. Hibiya. 1995. An atlas of fish
Kampar Kiri. Jurnal lktiologi Indonesia histology: normal and phatological features.
6(2):73-80. Second Edition. Kodansha Ltd. Tokyo.
Simanjuntak, C.P.H. 2007. Reproduksi Ikan Selais, Torang, M., and T. Buchar. 2000. Concept for
Ompok hypophthalmus (Bleeker) berkaitan sustainable development of local fish
dengan perubahan hidromorfologi perairan resource in Central Kalimantan. pp: 471-480.
rawa di banjiran Sungai Kampar Kiri. Tesis. in: Proceedings oflntemational Symposium
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. on Tropical Peatlands. Bogor, 22-23 •
Simanjuntak, C.P.H., M. F. Rahardjo, danS. Sukimin. November 1999. Hokkaido University &
2008. Musimpemijahan dan fekunditas ikan Indonesian Institute of Sciences.
selais (Oinpok hypophthalmus) di rawa Tyler, C.R., and Sumpter, JP. 1996. Oocyte growth and
banjiran Sungai Kampar Kiri. Jurnal development in teleosts. Reviews in Fish
Perikanan (J. Fish Sci.) X (2): 25 i -260. Biology and Fisheries 6:287-318.
Siregar, M. 1999. Stimulasi perkembangan gonad bakal Utomo, A.D., S. Adjie, dan Asyari. 1990. Aspek bioiogi
induk betina ikan jambal siam, Pangasius ikan lais di perairan Lubuk Lampan Sumateia
hypophtl:zalmus F, dengan hormon HCG. Selatan. Buletin Penelitian Perikanan
Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Darat 2 (9): 105-111.
Suwanjarat, J.,T. Affiomsakun, L. Thongboon and P. Weber, M, and L.F. de Beaufort 1913. The fishes ofIndo-
Boonyoung. 2005. Seasonal changes of Australian Archipelago. IL Malacopterygii,
spermatogenesis in the male sand goby Myctophoidea, Ostariophysi: I. Siluroidea. E.
Oxyeleotris marmoratus ·Bleeker, 1852 J. Brill Ltd Leiden.
100