Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal lktio/ogi Indonesia, Volume 8, Nomor 2, Desember 2008

PERKEMBANGANKEMATANGANGONAD
DAN TIPE PEMIJAHAN IKAN SELAIS (Ompok hypophthalmus)
DI RAWABANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU
[Development of gonad maturity and spawning pattern of Ompok hypophthalmus
in floodplain ofKampar Kiri River, Riau]

Djadja Subardja Sjafei', Charles P.H. Simanjuntaka, M.F. Rahardjo2


1
Masyarakat Iktiologi Indonesia
2
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK-IPB
* e-mail: charles_phs@ipb.ac.id

ABSTRACf
The main objective of the study was to determine gonad maturity development and spawning pattern of 0. hypophthalmus in
floodplain of Kampar Kiri River. Samples were collected from June to December 2006 on a monthly basis. Biological samples were
collected from a total of 474 0. hypophthalmus of which 249 females and 224 males were confirmed by macroscopic and
histological analysis. Five gonad maturity stages were described based on the macroscopic and histological analysis. The dynamics -
of oocyte development of 0. hypophthalmus, indicated a synchronism of maturation. Oocyte diameter distribution suggested that•
this species could be grouped as total spawner and iteroparous species.

Key words: gonad maturation, spawning_pattern, 0. hypophthalm_us, Kampar Kiri River, iteroparous.

PENDAHULUAN beda antar spesies ikan terkait erat dengan


Ikan Ompok hypophthalmus yang tersebar perkembangan oosit di dalam ovari. Berdasarkan
di pulau Sumatera dan Kalimantan dikenal dengan dinamika pengaturan ovari, Wallace dan Selman ( 1981)
beberapa nama daerah seperti selais, selais danau, lais da/am Murua dan Saborido-Rey (2003)
dan lais bantut (Weber & Beaufort, 1913; Pulungan et mengemukakan ada tiga tipe pemijahan ikan, yakni (I) .
al., 1985; Utomo et al., 1990; Torang & Buchar, 2000; Sipkronous, yaitu seluruh oosit berkembang dan
Rachmatika et al., 2006). Ikan ini merupakan salah satu diovulasikan pada waktu yang sama. Ovari seperti ini
jenis ikan ekonomis penting yang terdapat di Sungai dapat ditemukan pada ikan teleostei yang
Kampar .Kiri, Riau (Simanjuntak et al., 2006). Tingginya pemijahannya hanya sekali dan kemudian mati; (2)
permintaan pasar memicu terjadinya kelebihan tangkap Sinkronous berkelompok, yaitu ikan yang memiliki dua
terhadap spesies ini. Hal ini terlihat dari semakin populasi oosit. Oosit yang besar dikeluarkan pada
menurunnya: basil tangkapan dari tahun ke tahun. Di musim pemijahan pertama dan selanjutnya oosit yang
sisi lain, informasi penting dan mendasar seperti kecil akan dikeluarkan pada saat musim pemijahan
biologi ikan ini di alam belum pemah diungkap (Ng, berikutnya; (3) Asinkronous, yaitu kelompok ikan
2003). yang tidak memiliki populasi oosit yang dominan pada
Tahap perkembangan gonad catfish baik seluruh tahap perkembangan oosit
secara morfologi dan histologi berbeda antar spesies. Pada kajian ini, tujuan utama diarahkan untuk
Berdasarkan pengamatan morfologi dan histologi, menentukan perkembangan kematangan gonad dan
perkembangan testis dan ovarium ikan ikan Mystus pola pemijahan ikan selais di daerah rawa banjiran
vittatus (Rhao & Sharma, 1984); Pa~gasius Sungai Kampar Kiri. Manfaat penelitian ini dapat
hypophthalmus (Siregar, 1999); ikan Mystus nemurus dijadikan sebagai acuan untuk manajemen dan
(Sukendi, 2001) terbagi dalam lima tahap; C/arias konservasi ikan selais di Sungai Kampar Kiri.
gariepinus dalam lima dan enam tahap (Cek & Yilmaz,
2007); dan ovarium ikan Trichomycterus corduvense BAHANDANMETODE
betina terbagi dalam lima tahap (Marraro eta/., 2005). Penangkapan ikan dilakukan setiap bulan
Demikian pula halnya tipe pemijahan ikan berbeda- dari Juni- Desember 2006 di perairan rawa banjiran

93
Djadja Subardja Sjafei, Charles P.H. Simanjuntak & MF. Rahardjo- Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pemijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

Sungai Kampar Kiri dengan berbagai alat tangkap okuler untuk mengukur diameter telur. Pengukuran
seperti jaring insang eksperimental, perangkap diameter telur dilakukan pada tiga bagian gonad, yaitu
(sempirai), pancing dan rawai. lkan yang tertangkap bagian depan, tengah dan bagian belakang dari gonad
segera diawetkan dalam larutan formalin 10%. Setiap ikan betina TKG II, III, dan IV; masing-masing
ikan contoh diukur panjang totalnya sampai milimeter sebanyak I 00 butir telur dengan menggunakan
terdekat dan ditimbang bobotnya sampai gram mikroskop (perbesaran 4x I 0). Pola persebaran diameter
terdekat. Penentuan jenis kelamin ikan dilakukan telur digunakan sebagai dasar penentuan pola
berdasarkan ciri seksual primer. Ciri seksualitas primer pemijahan ikan.
diamati dengan cara menseksi dan melihat perbedaan
gonad antara ikan jantan dan ikan betina (testis dan HASILDANPEMBAHASAN
ovarium). Tingkat kematangan gonad (TKG) Perkembangan Kematangan Gonad
ditentukan secara morfologis mencakup wama, bentuk Gonad ikan selais jantan mulai berkembang
dan ukuran gonad. Perkembangan gonad ikan secara setelah mencapai ukuran 167 mm; sedangkan gonad
k_ualitatif ditent~kan dengan mengamati tingkat ikan betina mulai berkembang pada saat ikan berukuran
kematangan gonad berdasarkan morfologi gonad 91 rom. Perkembangan ovarium dan testis ikan selais •
seperti yang dikemukakan Sukendi (200 1). yang diamati secara morfologi dan histologi ditetapkan
Pengamatan histologi t~stes dan ovarium dalam lima tahap perkembangan, yaitu. TKG I (awal
dilakukan untuk m~lih~t perbedaan secara histologi pertuml?uhan), TKG II (berkembang), TKG ill (dewasa),
setiap tingkat kematangan gonad ikan. Pengambilan TKG IV (matang) dan TKG V (salin). Perkembangan
gonad ikanjantan dan b~tina tersebut dilakukan pada kematangan gonad ikan selais jantan secara morfologi
ikan yang masih segar. Pembuatan preparat histologi dan histologi disajikan pada Gambar 1 dan 2.
gonad berpedoman kepada metoda mikro_teknik Tingkat perkembangan testis I (awal
(Gunarso, 1989). Gambar,anhistologi gonad (ovarium pertumbuhan) berbentuk buli-buli kecil yang halus dan
dan testis) ik;an selais.~erpedomankepada Takashima . berwaf!ia putih susu bening. Secara P.istologis tingkat
& Hibiya (1995) serta modifikasi yang telah dilakukan perkembangan testis I terlihat jaringan ikat lebih
Siregar (199_9) t~rhadap ikan_ Pangasius dominan. Spermatogonium melekat di membran sel dan
hypophthalmus; .sukendi (200 1) terhadap ikan Mystus sebagian telah berkembang menjadi spermatosit primer.
nemufus; dan Marraro et al. (2005) pada ikan Di rawa banjiran sungai Kampar Kiri ikan selais jantan
Trichomycterus corduvense. yang memiliki tingkatkematangan gonad ini berukuran
Pengamatan sediaan ovarium dilakukan antara 70-220 mm. Menurut Dahle et al. (2003) tingkat
dengan mikroskop binokuler yang diberi mikrometer ini dinamakan belum matang (immature); sedangkan

Gambar 1. Morfologi perkembangan kematangan testis ikan selais (0. hypophthalmus) jantan di rawa banjiran
Sungai Kampar Kiri (setelah dipreservasi denganformalin 4%)

94
Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 8, Nomor 2, Desember 2008

Gam bar 2. Gambaran histologi perkembangan gonad ikan selais (0. hypophthalmus) jantan
Keterangan: Spg= Spermatogonium; Ji = Jaringan ikat gonad; Sps = Spermatosit; Spt = Spermatid;
Spz = Spermatozoa; Lb = Lubus. Pewamaan dengan hematoksilin dan eosin ·

Suwanjarat et al. (2005) menyebutnya sebagai fase spermatosit sekunder. Spermatid sudah mulai terlihat
istirahat (resting stage). dan letaknya menyebar di dalam tubulus. Tingkat
Perkembangan testis II (berkembang) terlihat kematangan ini ditemukan pada kisaran ukuran 170-
dari ukuran testis lebih besar dan kelompok buli-buli 320 mm. Pada tingkat perkembangan-ini proses
yang kecil mengisi 115 dari rongga perut. Berwarna spermatozoa mulai berjalan dan menurut Dahle et al.
putih susu bening dengan permukaan licin. Dari sisi (2003) tingkat ini dinamakan pematangan (maturing).
histologi terlihat bahwajaringan ikat semakin sedikit Perkembangan testis IV (matang) dicirikan
dan kantung tubulus mulai diisi oleh spermatosit dengan ukuran testis semakin membesar dan mengisi
primer. Spermatosit berada agak jauh dari membran 113 dari rongga perut. Kelompok buli-buli semakin
basal. Selisih ukuran spermatosit dan spermatogonium besar dan pejal dan berwarna putih susu pekat. Dilihat
sangat kecil. Tingkat kematangan testis ini ditemukan dari preparat histologi nampak bahwa spermatid sudah
pada ikan yang berukuran 120-270 mm. Dahle et al. mulai memenuhi tubulus. Terjadi proses
(2003) mendapatkan hal yang sama pada ikan Gadus spermiogenesis (spermatid menjadi spermatozoa).
morhua. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa pada Pada akhir spermiogenesis, spermatozoa dilepaskan
stadia ini masih ditemukan spermatogonium dalam ke dalam lumen tubulus. Ikan mulai matang gonad pada
jumlah yang sedikit karena telah berkembang menjadi ukuran 214 mm. Pada ikan Gadus morhua tahap ini
spermatosit. Hal senada juga ditemukan oleh dicirikan dengan terjadinya proses spermiogenesis
Suwanjarat et a/. (2005) pada ikan Oxyeleotris (Spermiating) dan spermatozoa telah mengisi rongga
marmora/us. lobular dan saluran sperma (Dahle et al., 2003).
Perkembangan testis III ( dewasa) Tahap perkembangan testis V (salin) secara
ditunjukkan dengan ciri kelompok buli-buli yang morfologi ditunjukkan dengan mengempisnya buli-buli
semakin me&besar dan telah mengisi I /4 dari rongga berwama putih bening dan pada bagian tertentu kosong
perut. Secara histologi spermatosit primer berkurang karena sperma telah dikeluarkan pada saat pemijahan.
karena sebagian besar telah berkembang menjadi Pengamatan secara histologis tidak dapat ditunjukkan

95
Djculja Subardja Sjafei, Charles PH. Simanjuntak & M.F. Rahtmijo- Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pemijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

Gam bar 3. Morfologi perkembangan kematangan ovarium ikan selais ( 0. hypophthalmus) betina di rawa banjiran
Sungai Kampar Kiri (setelah dipreservasi denganformalin 4%)

Gam bar 4. Histologi perkembangan gonad ikan selais ( O.hypophthalmus) betina


Keterangan: Og =Oogonium; Si = Sitoplasma; N= Nukleus; Os = Oosit; Ot =Ootid; Ov =Ovum; Y g = granula kuning
telur; df= din ding folikel; A= Atresia. Pewarnaan dengan hematoksilin dan eosin

berhubung sampel yang kurang baik. Dahle et a!. (2003) pada Gambar 3 dan 4. Tingkatperkembangan ovarium
dan Suwanjarat et al. (2005) menyatakan bahwa pada I (awal pertumbuhan) dicirikan bahwa ovarium
tingkat perkembangan salin (spent) masih dijumpai berwarna putih kekuningan dengan permukaan yang
spermatogonium yang akan berkembang menjadi lie in. Ukuran ovarium relatifkecil dan berbentuk oval
spermatosit, spermatid dan spermatozoa untuk dan ganda. Butir telur belum terlihat oleh mata
pemijahan berikutnya. Selanjutnya dinyatakan pula telanjang. Secara histologi ovarium didominasi oleh
bahwa pada fase ini rongga lobular telah banyak yang oogonium. Beberapa oogonium mulai berkembang
kosong dan sisa-sisa spermatozoa diserap kembali. menjadi oosit primer. Inti sel berbentuk bulat, berada
Perkembangan kematangan gonad ikan di tengah dan dikelilingi oleh sitoplasma. Ukuran inti
selais betina secara morfologi dan histologi disajikan sel (nukleus) dan jumlah anak inti (nukleolus) selalu

96
Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 8, Nomor 2, Desember 2008

bertambah. Tingkat kematangan ini ditemukan pada kecoklatan dan lebih gelap. Butir telur telah terlihat
ikan yang berukuran 70-120 mm. Pada ikan karena selaput gonad transparan dengan diameter
Trichomycterus corduvense, tahap awal pertumbuhan berkisar antara 0,30-1,225 mm. Pada proses pematangan
ovarium dicirikan dengan oosit yang kecil dan telur ini terjadi penyusutan volume telur. Kondisi ini
transparan. Memiliki basophilic cytoplasm dalam dapat dipahami karena proses vitelogenesis
jumlah yang besar. Diameter nukleus 9,3 J.liD. Tahap (pembentukan kuning telur) dengan bantuan hormon
perkembangan ovarium ini disebut fase immature 17 B-estradiol telah berhenti dan dilanjutkan oleh
(Marraro eta/., 2005). proses pematangan telur (Nagahama eta/., 1995 dalam
Perkembangan ovarium II (berkembang) Heiden et al., 2006; Tyler & Sumpter, 1996).
terlihat dari ovarium berwarna kuning terang. Butir Dilihat dari sisi histologi ovarium fase IV
telur mulai terlihat oleh mata telanjang dengan kisaran didominasi oleh ootid dan ovum. Vitellogenesis telah
diameter antara 0,375-1,20 mm dan hampir mengisi selesai; inti bermigrasi ke tepi mendekati mikropil dan
sepertiga dari rongga perut. Berdasarkan pengamatan melebur ke dinding sel. Ikan selais betina matang
preparat histologi terlihat bahwa oogonium sebagian gonad pertama kali pada ukuran panjang total115 mm.
besar telah berkembang menjadi oosit primer. Kantung lkan yang berada pada tahap perkembangan ini1
kuning telur mulai terbentuk di lapisan perifer merupakan ikan yang siap untuk melakukan pemijahan.
sitoplasma (dekat membran sel). Proses ini disebut Tahap'1ilatartg pada ikan Trichomycterus corduvense
sebagai tahap awal vitellogenesis. Tingkat diawali dengan berakhirnya proses vitelogenesis
kematangan ini ditemukan pada ikan yang berukuran sainpai akhlr masa pematangan dan siap untuk
70-270 mm. Pada ikan Trichomycterus corduvense fase melakukan pemijahan (Marraro eta/., 2005).
ini disebut maturation (Marraro eta/., 2005). Tahap perkembangan ovarium V (salin)
Perkembangan ovarium III (dewasa) secara morfologi dicirikan dengan warna gonad masih
ditunjukkan dengan ciri bahwa ovarium berwarna sama dengan tahap perkembangan ovarium IY. Ovarium
kuning terang. Butir telur mulai terlihat oleh mata bagian posterior telah mengempis karena telur telah
telanjang dengan diameter berukuran berkisar antara dikeluarkan pada saat pemijahan. Ovarium berisi butir
0,3 75-1 ,20 mm dan hampir mengisi sepertiga dari rongga telur sisa dan terdapat cairan/p1asma warna merah.
perut. Secara histologi terlihat bahwa jumlah oosit Pengamatan secara histologi menunjukkan bahwa
primer semakin bertarnbah dan letaknya mendekati dinding folikel te_lah pecah dan sel telur telah
lumen ovarium. Di beberapa bagian masih tampak dikeluarkan. Telur~telur yang tidak dikeluarkan saat
oogonium. Sebagian oosit sekunder telah berkembang pemijahan mengalami atresia dan beberapa oogonium
menjadi ootid. Butir kuning telur (yolk egg) dan sudah mulai terlihat (Tyler & Sumpter, 1996). Dahle et
vacuo Ia minyak menyebar mulai dari inti sel mengarah a/. (2003) dan Marraro eta/. (2005) menamakan tingkat
ke tepi. Tingkat kematangan ini ditemukan pada ikan ini dengan spent (lepas salin).
yang berukuran panjang total 70-270 mm. Pada tahap
ini proses vitelogenesis masih berlangsung dan teljadi Sebaran Diameter Telur dan Pola Pemijahan
akumulasi kuning telur sehingga diameter oosit Sebaran diameter telur ikan selais dibagi ke
semakin besar. Pada tahap ini juga dimulai fase dalam 10 kelompok ukuran (Tabel 1 dan Gambar 5).
pematangan (maturtrg) (Dahle eta/., 2003). Diameter telur ikan selais bervariasi antara 0,25-1,225
Perkembangan ovarium N (matang) dicirikan mm. Pada TKG II diametertelurberkisarantara0,25-
dengan ovarium bertambah besar, mengisi dua pertiga 0,75 mm dengan frekuensi terbesar pada selang ukuran
rongga perut dan mendesak usus ke bagian depan. 0,44-0,53 mm. Pada TKG III berkisar0,375-1,20 mm
Bentuk ovarium bulat oval dengan lekukan yangjelas dengan frekuensi terbesar pada se1ang 0,84-0,93 mm.
di bagian anterior dan tengah, menandakan bahwa Pada TKG N berkisar 0,30-1,225 min dengan frekuensi
pasangan organ menyatu. Warna menjadi kuning terbesar pada selang 0,94-1,03 mm.

97
Djadja Subardja Sjafei, Charles P.H. Simanjuntak & M.F. Rahardjo - Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pemijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

Tabell. Persentase sebaran diameter telur ikan selais ( 0. hypophthalmus) berdasarkan tingkat kematangan gonad
Kode Persentase
Kelompok Ukuran (mm)
TKGII TKG III TKGIV
0,24-0,33 A 11,34 1,01
0,34-0,43 B 23,71 1,03 2,02
0,44-0,53 c 42,27 4,12 2,02
0,54-0,63 D 19,59 5,16 3,03
0,64-0,73 E 2,06 6,19 4,04
0,74-0,83 F 1,03 14,43 6,06
0,84-0,93 G 29,89 17,17
0,94-1,03 H 20,62 31,31
1,04- 1,13 16,49 26,26
1,14- 1,23 J 2,06 8,08

Pergeseran grafik sebaran frekuensi telur ikan 50

selais ke arah kanan menunjukkan bahwa semakin


besar TKG maka diameter telur akan semakin besar.
Sebaran diameter telur tersebut hanya inemiliki satu
modus yang bergerak ke kanan. Gambaran ini
mengindikasikan bahwa ika11 selais mengeluarkan
A B C D E F G H J
tehir-telurnya serentak saat musim pemijahan.
Berdasarkan pola sebaran diameter telur, pola
50
pemijaban ikan selais termasuk kategori kelompok ikan
40
group synchronous (Murua & Saborido-Rey, 2003)
C TKGIII
atau dikenal Juga sebagai ikan pemij ah serentak (total ·u;
c:
30
Q)

spwaner). Strategi reproduksi ikan selais dengan ~ 20


~
memijah di awal musim penghujan (awal masa LL
10

penggenangan) di rawa banjiran dengan pola pemijah


seren~ merupakan mekanisme tingkah laku induk A B C D F G H

ikan supaya juwana ikan selais yang akan menetas


dapat bertumbuh dengan baik selama masa 50

penggenangan yang tidak lama (Simanjuntak, 2007; 40

Simanjuntak et al., 2008). Pola serupajuga ditemukan


pada kelompok catfish lainnya seperti pada ikan
Chrysichthys auratus (lkomi & Odum, 1998).
Telur yang masih tersisa di dalam ovarium
A B C D E F G H J
akan diserap kembali (atresia) dan sebagian akan
Kelompok ukuran diameter telur
berkembang untuk musim pemijahan berikutnya (Tyler
Gam bar 5. Grafik sebaran diameter telur ikan selais
& Sumpter, 1996). Fenomena ini merupakan ciri
(0. hypophthalmus) pada tiap tingkat kematangan
kelompok ikan iteroparous, yakni kelompok ikan yang
gonad
memijah beberapa kali selama hidupnya seperti yang Keterangan:
ditemukan pada ikan Amphilius natalensis (Marriot A (0,24-0,33 mm), B (0,34-0,43 mm), C (0,44-0,53 mm),
D (0,54- 0,63 mm), E (0,64-0,73 mm), F (0,74-0,83 mm),
et a/., 1997); Dicentrarchus labrax (Asturiano et al., G (0,84-0,93 mm), H (0,94-1,03 mm), I (1,04-1,13 mm),
2002), dan Characidium sp (Mazzoni et al., 2002). J (1,14-1,23 mm)

98
Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 8, Nomor 2, Desember 2008

KESIMPULAN Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat


Inti sari yang dapat diambil dari kajian Antar Universitas Ilmu Hayat, lnstitut
"Perkembangan kematangan gonad dan tipe pemijahan Pertanian Bogor. Bogor.
ikan selais (Ompok hypophthalmus) di rawa banjiran Heiden, T.K., M.J. Carvan III 1 and R.J. Hutz. 2006.
Sungai Kampar Kiri, Riau" adalah perkembangan Inhibition of Follicular Development,
kematangan gonad ikan selais jantan dan betina v :irelbgenesis, and Serum 17~-Estradiol
dikelompokkan dalam lima tahap berdasarkan analisis Concentrations in Zebrafish Following
makroskopik dan histologi, yaitu awal pertumbuhan, Chronic, Sublethal Dietary Exposure to
berkembang, dewasa, matang dan salin. Dinamika 2,3,1,8-Tetrachlorodibenzo-p-
perkembangan oosit ikan selais menunjukkan pola Dioxin.Toxico/ogical Sciences 90(2):490-499.
kematangan_ yang sinkronous serta berdasarkan Ikomi, RB., and 0. Odum. 1998. Studies on aspects of
distribusi diameter oosit, spesies ini dikelompokkan the ecology of the catfish Chrysichthys
sebagai pemijah serentak dan ikan iteroparous. auratus Geoffrey St. Hilaire (Osteichthyes;
Bagridae) in the River Benin (Niger Delta,
Nigeria). Fisheries Research 35:209-218.
UCAPANTERIMAKASlli Marraro, F., M.A. Bistoni, and M. Carranza. 2005~
Terima kasih kepada The Indonesian Spawning season, ovarian development and
International Education Foundation (liEF) yang fecundity of fe-male Trichomycterus
disponsori oleh Ford Fow-i(lationatas dukungan dana corduvense (Osteichthyes, Siluriformes).
yang diberikan lewat Culture and Society in Indonesia Hydrobiologia 534:223-230.
Scholarship 2005 sehingga penelitian ini dapat Marriott, M.s., A.J. Booth, and P.H. Skelton. 1997.
terlaksana. . Reproductive and feeding biology ofthe Natal
mountain catfish, Amphilius natalensis
DAFfARPUSTAKA (Siluriformes: Amphiliidae). Environmental
Asturiano, J.F., L.A. Sobera, J. Ramos, D.E. Kime, S. Bio/ogyofFishes49: 461-470.
Carriloanuy. 2002. Group-:synchronous Mazzoni, R., E.P. Caramachi, and N. Fenerich-Verani.
ovarian development, ovulation, spermiation 2002. Reproductive biology of a
in the European sea oiiss (Dicentrarchus - Characidiinae (Osteichthyes, Characidae)
labrax L.) could be regulated by shifts in from the Ubatiba River, Marica- RJ. Braz. j
gonadal steroidogenesis. Sci.Mar., 63 (3): Bioi., 62 (3): 487-494.
273-282. Murua, H., and F. Saborido-Rey. 2003. Female
Cek, S., and E. Yilmaz. 2007. Gonad Development and reproductive strategies of marine fish species
Sex Ratio of Sharptooth Catfish (Clarias of The North Atlantic. J. Northw. At/. Fish.
gariepinus Burchell, 1822) Cultured under Sci. 33:23-31.
Laboratory Conditions. Turk J Zoo/. 31:35- Ng, H.H. 2003. A review of the Ompok hypophthalmus
46. group of silurid catfishes with the description
Dahle, R., GL. Taranger, 0. Karlsen, O.S. Kjesbu, and of a new species from South-East Asia.
B. Norberg. 2003. Gonadal development and Journal ofFish Biology 62: 1296--1311.
associated changes in liver size and sexual Pulungan, C.P., M. Ahmad, Y.l. Siregar,A. Ma'amoen,
steroids during the reproductive cycle of dan H. Alawi. 1985. Morfometrik ikan selais
captive male and female Atlantic cod (Gadus Siluroidea dari Kecamatan Kampar Kiri
morhua b.). Comparative Biochemistry and Kabupaten Kampar, Riau. Pusat Penelitian
Physiology Part A. 136:641-653. Universitas Riau, Pekanbaru. Riau.
Gunarso, W. 1989. Bahan pengajaran mikrotekriik. Rachmatika, c;A. Munim, and G W. Dewantoro. 2006.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Fish diversity in the Tesso Nilo area, Riau

99
Djadja Subardja Sjafei, Charles P.H. Simanjuntak & M.F. Rahardjo - Perkembangan Kematangan Gonad
dan Tipe Pernijahan Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau.

with notes on. rare, Cryptic spesies. Treubia (Teleostei, Gobiidae). Songklanakarin..J. Sci.
34:59-74. Techno/., 27 (1): 425-436.
Rao, T.A., and S.V. Sharma. 1984. Reproductive biology Sukendi. 2001. Biologi reproduksi dan
of Mystus vittatus (Bloch) (Bagridae: pengendaliaruiya dalam upaya pembenihan
Siluriformes) from Guntur, Andhra Pradesh. ikan baung (Mystus nemurus CV) di perairan
Hydrobiologia 119.21-26. Sungai Kampar, Riau. Disertasi. Program
Simanjuntak, C.P.H., M.F. Rahardjo, dan S. Sukimin. Pascasarjana IPB. Bogor.
2006. Iktiofauna rawa banjiran Sungai Takashima, F., and T. Hibiya. 1995. An atlas of fish
Kampar Kiri. Jurnal lktiologi Indonesia histology: normal and phatological features.
6(2):73-80. Second Edition. Kodansha Ltd. Tokyo.
Simanjuntak, C.P.H. 2007. Reproduksi Ikan Selais, Torang, M., and T. Buchar. 2000. Concept for
Ompok hypophthalmus (Bleeker) berkaitan sustainable development of local fish
dengan perubahan hidromorfologi perairan resource in Central Kalimantan. pp: 471-480.
rawa di banjiran Sungai Kampar Kiri. Tesis. in: Proceedings oflntemational Symposium
Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. on Tropical Peatlands. Bogor, 22-23 •
Simanjuntak, C.P.H., M. F. Rahardjo, danS. Sukimin. November 1999. Hokkaido University &
2008. Musimpemijahan dan fekunditas ikan Indonesian Institute of Sciences.
selais (Oinpok hypophthalmus) di rawa Tyler, C.R., and Sumpter, JP. 1996. Oocyte growth and
banjiran Sungai Kampar Kiri. Jurnal development in teleosts. Reviews in Fish
Perikanan (J. Fish Sci.) X (2): 25 i -260. Biology and Fisheries 6:287-318.
Siregar, M. 1999. Stimulasi perkembangan gonad bakal Utomo, A.D., S. Adjie, dan Asyari. 1990. Aspek bioiogi
induk betina ikan jambal siam, Pangasius ikan lais di perairan Lubuk Lampan Sumateia
hypophtl:zalmus F, dengan hormon HCG. Selatan. Buletin Penelitian Perikanan
Tesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Darat 2 (9): 105-111.
Suwanjarat, J.,T. Affiomsakun, L. Thongboon and P. Weber, M, and L.F. de Beaufort 1913. The fishes ofIndo-
Boonyoung. 2005. Seasonal changes of Australian Archipelago. IL Malacopterygii,
spermatogenesis in the male sand goby Myctophoidea, Ostariophysi: I. Siluroidea. E.
Oxyeleotris marmoratus ·Bleeker, 1852 J. Brill Ltd Leiden.

100

You might also like