Professional Documents
Culture Documents
ID Hubungan Antara Variasi Iklim Dengan Kej PDF
ID Hubungan Antara Variasi Iklim Dengan Kej PDF
ID Hubungan Antara Variasi Iklim Dengan Kej PDF
Abstract: Puskesmas Bandarharjo is one area that has the incidence of asthma
is quite high numbered at 596 cases in 2015. The climate can affect respiratory
diseases including asthma. Climate conditions in Semarang during 2002-2011
has changes including air temperature increased an average of 0.1°C annually
and the humidity has increased an average of 1.6% annually.The purpose of this
research was to analyze the relationship between climate variabilities are the
incidence of asthma in Puskesmas Bandarharjo Semarang during 2011-
2015.The research was cross sectional research. Data of climate obtained from
Indonesian Agency for Meteorological, Climatological and Geophysics of
Semarang, at the station of taking in Tanjung Mas. Data of asthma incidence was
taken in Puskesmas Bandarharjo. Statistical analysis using rank Spearman with
α = 0.05.The results showed that the average air temperature during 2011-2015
was amounted 28.1°C, the average humidity was 76.1%, t he average rainfall was
180.3 mm/month. There was a negative correlation between variation in
temperature with the incidence of asthma (p = 0.251 and r = -0.151), there was a
positive correlation between the humidity with the incidence of asthma (p = 0.264
and r = 0.146), there was a positive correlation between rainfall and the incidence
of asthma (p = 0.369 and r = 0.118). The research concluded that there was no
correlation between Climate variations with the incidence of asthma and
increased incidence of asthma was negatively correlated with an air temperature
enhancement in Puskesmas Bandarharjo in Semarang during 2011-2015
134
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
Perubahan iklim pada dasarnya menjadi lebih parah, salah satunya
adalah fenomena timbal balik dengan asma. Asma adalah gangguan inflamasi
pemanasan global yang menyebabkan kronis yang kompleks dan dicirikan
peningkatan suhu udara dan curah dengan beberapa gejala, kerusakan
hujan disuatu daerah.1Indonesia berada saluran aliran udara napas, saluran
pada zona iklim tropis karena posisi napas yang terlalu peka dan
lintangnya yang terletak antara 6°LU- inflamasi.10Prevalensi asma di
11°LS. Suhu di Indonesia dengan Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan
daerah dataran pantai memiliki rata-rata Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013
28°C, daerah pedalaman dan gunung sebesar 4,5% dan di Jawa tengah
rata-rata 26°C, dan daerah pegunungan sebesar 4,3%.11
yang lebih tinggi 23°C.Bentuk wilayah
Indonesia berupa kepulauan yang METODE PENELITIAN
dikelilingi laut mengakibatkan rata-rata Penelitian ini merupakan
kelembapan udara tinggi, bahkan pada penelitian observational research
musim kemaraupun kelembapan dengan rancangan cross sectional..
relatifnya masih di atas 70%–80%.2 Sampel dalam penelitian ini adalah
Kondisi iklim di Kota Semarang semua data penderita asma sepanjang
tahun 2002-2011 mengalami perubahan tahun 2011-2015 yang berkunjung dan
yaitu diantaranya suhu udara di wilayah tercatat pada buku registrasi di
Kota Semarang mengalami kenaikan Puskesmas Bandarharjo Kota
rata-rata 0,1oC setiap tahunnya, Semarang.Variabel dalam penelitian ini
kelembaban udara juga mengalami terdiri dari variabel bebas berupa variasi
kenaikan rata – rata sebesar 1,6 % iklim (suhu udara, kelembaban udara,
setiap tahun.3 curah hujan) dan variabel terikat berupa
Rina Nur Fitriani (2008) kejadian asma. Data penyakit asma dari
menemukan bahwa penularan data bulanan penyakit di Puskesmas
beberapa penyakit sangat dipengaruhi Bandarharjo sedangkan data iklim dari
oleh faktor iklim. Parasit dan vektor Badan Meteorologi, Klimatologi dan
penyakit sangat peka terhadap faktor Geofisika Kota Semarang dengan titik
iklim, khususnya suhu, curah hujan, pengambilan di Tanjung Mas.Analisis
kelembaban, permukaan air, dan data menggunakan uji Korelasi Rank
kecepatan angin.4Perubahan iklim Spearman.
dapatmenyebabkan seperti kualitas
udara semakinburuk. Beberapa studi
telahmenunjukkan bahwa polusi udara HASIL PENELITIAN
secara konsisten dikaitkan dengan efek A. Kasus Asma
kesehatan yang merugikan dan memiliki Tabel.1 Jumlah Kasus Asma
dampak terukur pada
penyakitpernapasan,penyakit
kardiovaskular dan stroke.5,6,7,8,9
Perubahan iklim dapat
menyebabkan penyakit pernapasan
135
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
136
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Kelembaban Udara
80
(dalam hundreds)
70 0,7
70
Kasus Asma
0,28
Kasus Asma
SUHU 60 0,6 KELEM
60 UDARA
BABAN
(C) 50 0,5 UDARA
50 0,27
(%)
40 40 0,4
KEJADI
0,26 AN 30 0,3
30
ASMA
20 0,2 KEJADI
20 AN
0,25
ASMA
10 10 0,1
0 0,24 0 0
Januari 2011
Januari 2012
Januari 2013
Januari 2014
Januari 2015
Januari 2011
Januari 2012
Januari 2013
Januari 2014
Januari 2015
Bulan (2011-2015)
Bulan (2011-2015)
Gambar 1. Pola Distribusi Kasus Asma
dan Suhu Gambar 2. Pola Distribusi Kasus Asma
Gambar diatas menunjukkan dan Kelembaban
grafik antara kasus asma dan suhu Gambar diatas menunjukkan
udara. Jika di perhatikan pola dari suhu grafik antara kasus asma dan suhu
udara dan kasus asma terlihat udara.Grafik keduanya menunjukkan
berlawanan. Terdapat beberapa pola pola yang sama, apabila kelembaban
yang menunjukkan peningkatan kasus meningkat maka kejadian asma akan
asma diikuti dengan penurunan suhu meningkat, begitu sebaliknya.
udara, begitu sebaliknya. 3. Pola Distribusi Asma dengan
2. Pola Distribusi Asma dengan Curah Hujan
Kelembaban Udara
137
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Udara Hubu
Distribusi Asma dan Curah ngan
Hujan Tidak
100 12 Curah (+) Ada
0,118 0,369
90 Hujan Positif Hubu
60
CURAH dari analisis bivariat antara variabel
50 6 HUJAN variasi iklim dengan kejadian asma di
40 (mm) Kota Semarang tahun 2011-2015.
4 Setelah dilakukan analisis dapat
30
disimpulkan bahwa semua variabel
20 KEJADI
2 AN tidak memiliki hubungan yang signifikan
10 ASMA dengan kejadian asma.
0 0 Tanda positif dan negatif pada
nilai koefisien korelasi menunjukkan
Januari 2011
September 2011
Januari 2013
September 2013
Mei 2014
Januari 2015
September 2015
Mei 2012
138
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dan nyaman. Suhu udara yang dapat 2005 di Semarang, menemukan bahwa
menyebabkan asma adalah ketika suhu kejadian asma dipengaruhi oleh faktor
udara dingin, Penelitian Marks dkk makanan, faktor genetik dan keterkaitan
melaporkan bahwa udara dingin dapat antar alergi (rhinitis).16Alergi makanan
mencetuskan serangan asma dengan seringkali terdiagnosis sebagai salah
cara meningkatkan hiperesponsivitas satu pencetus asma, penelitian
saluran napas yang menyebabkan membuktikan alergi makanan sebagai
penyempitan di saluran pernafasan pencetus bronkokontriksi pada 2%-5%
(bronkokonstriksi) dan menimbulkan anak dengan asma. 17 Faktor genetik,
gejala sesak dan mengi.12 telah dibuktikan oleh banyak penelitian
Indonesia merupakan negara bahwa bila kedua orang tua menderita
tropis yang hanya ada dua musim, tidak penyakit alergi, maka kemungkinan
seperti negara lain yang memiliki empat 60% anaknya akan menderita penyakit
musim sehingga kelembaban di alergi, baik asma, rhinitis, dermatitis
Indonesia kurang variatif dan rata-rata atopi atau bentuk alergi lainnya. Bila
kenaikan atau penurunannya setiap salah satu orang tua menderita penyakit
bulan hanya berbeda sedikit tidak alergi, maka kemungkinan 40% anak
mencapai 5%. Sedangkan pada mereka akan menderita alergi. Apabila
penelitian di Eropa di 57 kota dalam 12 kedua duanya tidak terkena penyakit
negara, prevalensi asma baru alergi, maka kemungkinan 15%
bertambah 2,7% apabila kelembaban menderita penyakit alergi.18
relatifnya meningkat sebesar 10%.13
Menurut Badan Meteorologi KESIMPULAN
Klimatologi dan Geofisika Kota 1. Sepanjang tahun 2011-2015 suhu
Semarang, curah hujan dikatakan tinggi udara di Kota Semarang cenderung
apabila kadar curah hujan sebesar 301- konstan setiap bulannya sehingga
400 mm.14 Curah hujan yang tinggi fluktuasinya tidak terlalu terlihat,
dapat meningkatkan kadar spora jamur karena kenaikan rata-rata suhu
dan pollen di udara yang dapat memicu udara setiap tahunnya hanya 0,1Ԩ.
timbulnya asma apabila kedua alergen Rata-rata suhu udara adalah
tersebut terhirup. Menurut Ayres, dkk sebesar 28,1Ԩ dengan rata-rata
mengatakan bahwa curah hujan yang tertinggi adalah 28,3Ԩ yang terjadi
tinggi akan membuat rumah menjadi di tahun 2015 dan rata-rata
lembab yang menjadikan sanitasi dan terendah sebesar 28,1% di tahun
sirkulasi udara kurang baik merupakan 2011-2013.
penyebab penyakit pernafasan salah 2. Sepanjang tahun 2011-2015 rata-
satunya asma.15 Kota Semarang rata kelembaban udara di Kota
memiliki rata-rata curah hujan sebesar Semarang sebesar 76,1% dengan
180,3 mm (curah hujan menengah) kelembaban tertinggi di tahun 2013
sehingga hal ini menjadi sebab curah sebesar 77,2% dan kelembaban
hujan kurang berpengaruh terhadap terendah sebesar 74,8 di tahun
jumlah kasus asma di Kota Semarang. 2015.
Asma merupakan salah satu 3. Sepanjang tahun 2011-2015 rata-
penyakit yang memiliki banyak faktor rata curah hujan di Kota Semarang
risiko. Dalam penelitian ini, tidak adanya cenderung tinggi yaitu sebesar
hubungan yang signifikan antara variasi 180,3% dengan rata-rata tertinggi
iklim dengan kejadian asma di adalah 202,6 di tahun 2013 dan
Semarang dapat disebabkan karena terendah 127,7% di tahun 2015.
adanya faktor lain. Seperti penelitian 4. Kejadian asma di Kota Semarang
yang dilakukan oleh Dale Habiby tahun selama tahun 2011-2015 cenderung
139
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
140
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
13. Moore VC. Development and 16. Habiby, Dale. 2005. Prevalensi dan
validation of a diagnostic tool for Faktor Riziko Alergi Pada Anak Usia
occupational asthma based on serial 6-7 Tahun di Semarang.Tesis.
lung function measurements. A Universitas Diponegoro Semarang
thesis. Institute of Occupational and 17. Devalia JL. Ruznak C, Davies RJ.
Environmental Medicine The Allergen/sIrritant interaction – its
University of Birmingham 2010 role in sensitization and allergic
disease. Allergy 1998; 53: 335-45
14. Badan Meteorologi Klimatologi dan 18. Ramailah S. Asma Mengetahui
Geofisika. Data Unsur Iklim Kota Penyebab, Gejala dan Cara
Semarang Tahun 2002-2015 Penanggulangannya,Bhuana Ilmu
15. Ayres JG, Forberg B, Annesi- Populer, Gramedia. Jakarta. 2006
Maesano I, Dey R, Ebi KL, Helms
141