Desi Rahmawati

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

Peran Pesantren Dalam Pembentukan Akhlak

Desi Rahmawati
Iain Metro Lampung
e-mail: Desiiarchilia@gmail.com

Abstract
Islamic boarding school is a traditional education that students live
tigether and study under the guidance of a teacher called kiyai, ustad/ustadzah
and have a dormitory for student residence called santri.
Islamic boarding schools can also be called education institutions, starting
from the level of MI,MTS, and MA. For parents who entrust their children to the
campus is to instil in their children about religius knowledge. About god behavior,
so that later they will have the morality of kharimah. Islamic boarding schools as
one of the best institutions that function as a generation of knowledgable and
moral muslims. Moral are temperament of human nature and behavior in
everyday life. Morals in islam are divided inti theree forms, namely: Moral toward
Allah, Moral toward fellow humans and morals toward the environment.
The manifestation of morals in life can be seen from human behavior in
everyday life. Human behavior, some are good, some are bad.Because morality is
deeply embedded in one`s soul, so that is has become his personality. Al-Qur`an is
always based, that good and bad morals will reflect on themsselves according to
their formation and formation.
Morals are the result of the effeorts of education and training, toward the
spiritual potential found humans. This shows that morals really need, towards the
spiritual potential found in humans. This shows that morals really need to be
fostered, in the formation pf morals need to be well designed, systenatically and
carried out seriously. In sincerity coaching will bring results in the form of the
formation of muslim individuals who are noble.
Keyword: Role, Boarding School, Moral Formation

1
Abstrak
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para
siswanya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan guru yang
disebut dengan kiyai,ustad/ustadzah dan memmpunyai asrama untuk
tempat tinggal siswa yang disebut dengan santri.
Pesantren bisa disebut juga dengan temapt pendidikan, yang
dimulai dari tingkatan MI, MTS, maupun MA. Bagi orang tua yang
menitipkan anaknya dipesantren adalah untuk menanamkan kepada
anaknya tentang pengetahuan agama, tentang perilaku yang baik, agar
nantinya mempunyai akhlakul kharimah.Pesantren sebagai salah satu
lembaga terbaik yang berfungsi sebagai mencetak generasi muslim yang
berilmu dan berakhlak.Akhlak adalah suatu perangai tabiat dan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak dalam islam terbagi
menjadi tiga bentuk yaitu: Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap
sesama manusia dan akhlak terhadap lingkungan.
Perwujudan akhlak dalam kehidupan dapat dilihat dari perilaku
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku manusia, ada yang
bersifat baik ada pula yang bersifat buruk. Karena perbuatan akhlak
tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi
kepribadiannya. Al-qur`an selalu mlandaskan, bahwa akhlak baik dan
buruk akan memantul pada diri sendiri sesuai dengan pembentukan dan
pembinaannya.
Akhlak merupakan hasil usaha dari pendidikan dan pelatihan,
terhadap potensi rohaniyah yang terdapat dalam diri manusia. Hal ini
menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dalam pembinaan
tersebut akhlak perlu dirancang dengan baik, secara sistematik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Dalam kesungguhan pembinaan
akan membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang
berakhlak mulia.

2
Kunci : Peran, Pesantren, Pembentukan Akhlak

A. Pendahuluan
Dunia pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam
dimana di dalamnya belajar ilmu agama. Seperti kitab-kitab klasik, dan
kitab-kitab syariat lainnya. Dan pada perkembangan pondok pesantren
yang mengalami kemajuan yang tidak hanya membahas pada pengkajian
agama atau kitab-kitab kalsik, akan tetapi terhadap ilmu-ilmu umum yang
bisa di pelajari dalam pendidikan pesantren.
Pesantren berasal dari kata pe-santri-an dimana kata santri sebagai
murid sedangkan kata pondok berasal dari kata “Funduq’ yang berarti
penginapan atau bisa diartikan pesantren.
Tempat yang tepat untuk membangun akhlak remaja kita adalah pondok
pesantren, dimana pondok pesantren lah yang mempunyai tempat aman,
damai, dan tentram, jauh dari penyimpangan perilaku yang buruk, karena
di pesantren kita diajarkan untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan
apa yang telah diajarkan oleh Nabi muhammad saw.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa banyak hal yang telah terjadi
diakalangan remaja, yaitu merosotnya nilai-nilai moral dalam kehidupan
para remaja, tawuran pelajar, maraknya peredaran narkoba, adanya
remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal, dan tindakan-tindakan
tidak terpuji lainnya. Berbagai permasalahan terjadi, jika tidak segera
ditangani dan diantisipasi maka problem dan krisis itu bisa mengarah
pada bergesernya karakter (jati diri) para remaja generasi penerus bangsa.
Dari karakter positif ke negatif .
Belakangan ini banyak sekali masalah penyimpangan perilaku yang
terjadi diklangan remaja, karena kurangnya pengetahuan tentang
keagamaan dan kurang penanaman nilai-nilai agama sejak dini. Disini
peran orang tua sangat penting dalam terbentuknya karakter seorang

3
anak, maka tidak jarang jika banyak oang tua yang menginginkan
anaknya berperilau baik dan sopan dengan menitipkan anaknya
kepondok pesantren.
Disini peran pesantren sangat penting dalam terbentuknya akhlak
remaja, karena pesantren ini adalah lembaga yang merupakan wujud
proses wajar perkembangan sistem pendidikan yang berbasis menamkan
nilai-nilai keagamaan.

B. Pengertian pesantren dalam pembentukan akhlak


Pondok pesantren berasal dari dua kata yaitu, pondok dan
pesantren. Pondok berasal dari bahasa arab “Funduq” yang artinya
adalah tempat menginap, atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari
bahasa Tamil, dari kata santri, diimbuhi awalan pe dan akhiran yang
berarti para penuntut ilmu.
Menurut istilah pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Menurut Abdurrahman Wahid pesantren adalah :
Sebuah kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari
kehidupan disekitarnya. Dalam kompleks itu terdiri beberapa buah
bangunan rumah kediaman pengasuh (di daerah bahasa jawa disebut
kyai, di daerah berbahasa sunda ajegan, dan didaerah berbahasa madura
nun atau bendara, disingkat ra); sebuah surau atau mesjid, tempat
pengajaran diberikan (bahasa arab madrasah, yang juga terlebih sering
mengandung konotasi sekolah); dan asrama tempat tinggal para siswa
pesantren.

4
Dalam kamus besar bahasa indonesia, pesantren diartikan sebagai
asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji.1
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pesantren adalah
sebuah tempat dimana para santri belajar pada seorang ustad/ustadzah
untuk memperdalam atau memperoleh ilmu, yang lebih utama adalah
ilmu-ilmu agama, yang diharapkan nantinya menjadi bekal bagi santri
dalam menghadapi kehidupan di dunia maupun di akhirat.
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan yang
sama dengan pendidikan agama islam yakni mencapai akhlak yang
sempurna, yaitu dapat menciptakan seorang muslim yang ber akhlak
mulia seperti suri teladan yang dicontohkan pada pribadi Nabi
muhammad saw. Masyarakat yang mempunyai nilai-nilai hakiki
(kebenaran al-qur`an) dan asasi dari berbgai bentuk, baik melalui
ceramah, maupun dialog interaktif. Oleh karena itu tidak diragukan lagi
ustad/ustadzah dapat memainkan peran sebagai agen pembangunan
dengan menyampaikan pesan-pesan pembangunan dakwah-dakwahnya,
Baik secara lisan ataupun tindakan (uswah hasanah)
Dalam pendidikan yang ada di pesantren memiliki basis sosial yang
jelas karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Misi pesantren
pada umumnya yaitu hidup dari, oleh, dan untuk rakyat. Visi ini yang
menuntut adanya peran dan fungsi pondok pesantren yang sejalan
dengan situasi dan kondisi masyarakat. Kemudian sebagai komunitas ,
pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menyadari bahwa pesantren
merupakan kekuatan sosial yang berjumlah cukup besar.
Pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan
akhlak seseorang, Karena pembelajaran dipesantren berbeda dengan

1 M. Ali Mas`udi, “Peran Pesantren Dalam Pembentukan Karakter Bangsa,” Jurnal


Paradigma 2, no. 1 (November 2015).

5
pembelajaran pada umumnya, di pondok pesantren pembelajaran lebih
mendalami tentang pengetahuan agama, dan mengembangkan
pengetahuan mereka dengan mempelajari ilmu hadits, akidah akhlak,
nahwu, sorof, bahkan dari para santri ada yang mengembangkan
kecerdasan menghafal ayat al-qur`an.
Dalam pembinaan yang ada di pondok pesantren, dengan
lingkungan yang ada dimasyarakat biasanya akan bertentangan dengan
agama disebabkan karena pengaruh lingkungan yang cenderung pada
penyimpangan perilaku keagamaan, dan kelalaian tingkah laku. Yang
berbeda dengan kebiasaan mereka dilingkungan masyarakat, lingkungan
keluarga, ataupun lingkungan sekolah umum. Kelalaian tingkah laku
tersebut pada prinsipnya di karenakan, peranan moral agama yang
kurang, pengaruh kebudayaan yang negatif dari luar, tidak ada tokoh
yang ideal dan berwibawa dalam keluarga dan masyarakat (uswatun
hasanah) , kurangnya bimbingan pengarahan dan pengawasan untuk
berkembang baik. 2
Dari faktor-faktor terebut terdapat penyimpangan dalam pembinaan
akhlak yang ada dimasyarakat ataupun keluraga. Faktor tersebut yang
mengakibatkan penyimpangan akhlak dari aturan-atruran agama. Maka
sedini mungkin kita perlu mengusahakan untuk menanggulangi
penyimpangan akhlak yang ada diekitar kita dengan pembinaan akhlak
agama yang baik, dan bermoral.
Agar dalam hidup manusia senantiasa mengikuti jalan yang benar
hendaknya hidup sesuai dengan fitrah. Maka dari itu kita perlu
mendalami pendidikan agama islam sebagai pijakan dan landasan belajar.
Dengan pelaksanaan yang beraneka ragam bentuknya, memungkunkan
ajaran islam telah diresapi dan hiyati maknanya. Sehingga akan lebih

2 Zulhimma, “Dinamika Pengembangan Pondok Pesantren Di Indonesia,” Jurnal


Darul Ilmi 1, no. 2 (2013).

6
cepat membentuk sikap dan karakteristik seseorang. Sebagai upaya
penerus generasi bangsa kita mempunyai kepribadian luhur dan
bertanggung jawab. Maka perlu ditanamkan sejak diini pendidikan
agama, karena seorang remaja yang masih dalam keadaan mencari jati dir
dengan menuruti apa yang ia inginkan sesuka hatinya, apabila tidak
mendapatkan bimbingan serta lingkungan yang mendukung terhadap
perkembangannya maka dapat menimbulkan kelainan tingkah laku,
sehingga dapat menjelma dalam bentuk kenakalan remaja.
Dan pesantren adalah tempat yang tepat untuk membina akhlak
seseorang, pesantren dengan cara hidupnya yang bersifat kolektif,
merupakan salah satu perwujudan atau wajah dari semangat dan tradisi
kegotongroyongan nilai-nilai keagamaan seperti ukhwah (persaudaraan),
ta`awun (tolong menolong), ittihad ( persatuan thalabul ilm (menuntut
ilmu), ikhsan, jihad, taat (patuh kepada allah, rasul, ulama, kiyai, sebagai
penerus nabi dan mereka yang diakui sebagai pemimpin.Dalam program
yang ada dipondok pesantren ustad/ustadzah lah yang membimbing
santri dalam mengembangkan pengetahuan dan pembentukan akhlah
santri.

C. Elemen-Elemen Pesantren
Dalam pembentukan akhlak mereka diajarkan untuk meneladani
akhlak dari nabi muhammad saw. Dalam bentuk pembinaan yang ada
dipesantren tidak lepaas dari elemen-elemen yang membantu,
keberhasilan tujuan yang akan dicapai. Menurut Zamakhsyari, elemen
dasar pokok pondok terdiri dari masjid, pengajaran kitab-kitab, sebuah
asrama pendidikan islam, dimana para santrinya tinggal dan belajar
dibawah bimibingan seseorang yang lebih dikenal dengan ustad/kiyai,
ustadzah, guru. Asrama untuk para santri tersebut berada dalam
lingkungan kompleks pesantre. Dimana kiya/ustad bertempat tinggal

7
dilingkungan pesantren yang juga menyediakan sebuah masjid untuk
beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan-kegiatan keagamaan
lainnya.3
Selain asrama, masjid adalah elemen yang tidak dapat dipisahkan
dengan pesantren karena bisa dianggap sebagai tempat yang paling tepat
untuk mendidik para santri, terutama dalam praktik shalat lima waktu,
khutbah sembahyang jum`at, dan mengajarka kitab-kitab klasik.
Pengajaran kitab-kitab klasik terutama karangan para ulama yang
menganut paham syafi`iyah yang merupakan satu-satunya pengajaran
formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuannya adalah
untuk mendidik calon-calon ulama.
Elemen pesantren lainnya adalah santri, bisa disebut dengan
seseorang yang sedang belajar menuntut ilmu, dan tinggal dalam
pesantren, untuk mempelajari kitab-kitab islam, akidah akhlak, ushul
fikih, tafsir, dan pengajaran keagamaan lainnya.
Elemen yang terakhir adalah kiyai/ustad , kiyai merupakakan
element yang paling penting dari suatu pesantren. Karena kiyai lah yang
dianggap mempunyai ilmu pengetahuan agama yang tinggi sehingga
dapat membantu pembinaan akhlak santri dipesantren.
Dalam tradisi yang ada di pesantren dikenal dua kelompok santri,
pertama santri mukim, yaitu santri yang biasanya datang dari daerah-
daerah yang jauh dari lingkungan pesantren dan menetap di pesantren.
Kedua santri kalong, yaitu santri yang biasanya tidak menetap di
pesantren (kecuali malam hari kadang ada santrii yang menginap
dipesantren). Mode pengajaran yang ada dipesantren adalah sebagai
berikut :

3 H.A. Rodli Makmun, “Pembentukan Karakter Berbasis Pendidikan Pesantren,”


Cendikia 12, no. 2 (Juli 208M).34-55

8
a. Pengajaran kitab kuning, Kitab kitab klasik yang diajarkan bisa
dekelompokkan menjadi delapan, yaitu nahwu, dan sharaf, fikih, ushul
fikih, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf, etika, dan cabang keilmuan lain seperti
tarikh, dan balagah. Dan yang delapan ini digolongkan menjadi tiga, yaitu
kitab-kitab dasar, (kalau dalam ilmu nahwu adalah kitab jurumiyah),
kitab-kitab menegah ( contoh kitab imriti dan muttamiyah) dan kitab-kitab
besar (contoh alfiyyah atau Ibn `Aql) . Berbeda dengan pembinaan pada
pendidikan pada umumnya, dipesantren lebih mendalam lagi tentang
mempelajari ilmu agama dari dasar-dasar hingga tingkatan ilmu yang
lebih tinggi.
Dengan mempelajari ilmu akhlak, akan mempermudah bagi kiyai
untuk menerapkan perilaku yang baik kepada santri, karena tidak hanya
materi saja yang didaptka tetapi mereka diajarkan untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan
pesantren .
b. Pengajaran dakwah, di pesantren santri akan diajarkan bagaimana
berdakwah yang baik dan benar. Dalam pembelajaran tersebut biasanya
akan dibagi kelompok perkelas untuk mengasah mental, dan keberanian.
c. Pengajaran tentang sikap gotong royong, yang dilaksanakan setiap
hari libur, para kiyai/ustad mengkordinir santri untuk bekerja dan peduli
terhadap lingkungan. Dengan begitu mereka akan sadar betapa
pentingnya kebersihan dalam lingkungan.
d. Pengajaran tentang kepemimpinanDalam kepemimpinan ini
daharapkan agar siswa bisa mempunyai sifat adil dan bijaksana dalam
menghadapi suatu persoalan tertentu.
Di dalam pesantren tersebut, seorang kiyai/ustad akan memilih
seseorang untuk dijadikan pemimpin, pemimpin tersebut yang disebut
sebagai pengurus pondok, yang biasa disebut osis (jika dalam pendidikan
pada umumnya) dipesantren disebut dengan mudabirah,

9
e. Pengajaran imlak/khot Yaitu pengajaran tentang seni, disini para
santri diajarkan untuk menulis arab, dengan berbagai macam penulisan
arab. Tujuannya adalah untuk mengembang kan keterampilan yang ada
pada diri seseorang
f. Pengajaran hafalan (muhafazah)Yaitu kegiatan belajar santri
dengan cara menghafal suatu materi tertentu, seperti menghafal ayat suci
al-qur`an, nazhm-nazhm, nahwu,sharaf, tajwid, dan fiqih, dibawah
bimbingan pengawasan kiyai/ustad. Para santri diberi tugas menghafal
kemudian menyetorkannya kepada kiyai/ustad.

D. Tujuan pondok pesantren


Tujuan dibentuknya pesantren adalah untuk mencetak ulama yang
menguasai ilmu-ilmu agama, mendidik muslim yang dapat melaksanakan
syariat agama, dan mendidik agar objek memiliki ketrampilan dasar yang
relevan dengan terbentuknya masyarakat beragama.4 Dari tujuan yang
telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa tujuan dibentuknya pesantren
adalah untuk menciptakan generasi yang memiliki keterampilan dalam
bidang agama, menjadi orang yang mempunyai prinsip keagamaan yang
kuat, dan terbentuknya akhlakul karimah, seperti yang diharapkan.

E. Pengertian Pembentukan Akhlak


Kata akhlak berasal dari khuluq, jamaknya khuluqun menurut
lughat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, dan tabiat.
Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentan
baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan manusia, dan
menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.5

4 Deded Sulaiman, “Manajement Pendidikan Pesantren Modern Dalam


Pembentukan Karakter Anak,” Jurnal al-Fikrah 1, no. 2 (Juli 2013).54-76
5 Syarifah Habibah, “Akhlak Dan Etika Dalam Islam,” Jurnal Pesona Dasar 1

(oktober 2015): 73–87.

10
Imam Al-Ghazali dalam ihya ulummuddin menyatakan bahwa
“akhlak ialah suatu daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan
mendorong dalam perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran dan diwujudkan dalam tingkah laku dan
perbuatan.Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati
tempat yang penting, sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa,
jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung kepada bagaimana
akhlaknya.
Pembentukan akhlak ialah pendidikan budi pekekrti serta akhlak,
kedalam jiwa setiap individu yang sama dengan tujuan pendidikan islam.
Akhlak secara fitrah manusia adalah bai, namun dapat berubah menjadi
buruk apabila manusia itu lahir dari keluarga yang tabiatnya kurang baik,
lingkunganya buruk, pendidikan tidak baik dan kebiasaan-kebiasaan
tidak baik sehingga menghasilkan akhlak yang buruk.
Tujuan utama pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap
muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan
menyerahkan diri kepada-Nya. Akhlak adalah hasil dari pendidikan,
latihan, pembinaan, serta perjuangan keras dan sungguh-sungguh,
seandainya akhlak itu tidak bisa menerima perubahan, maka batala fungsi
wasiat, nasihat, dan pendidikan, dan tidak ada fungsinya.6
Dengan demikian pembentukkan akhlak dapat diartikan sebagai
usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, yang dimulai
dari keluarga, sekolah formal, serta pondok pesantren.
Dalam pembentukan akhlakul karimah perlu adanya pembinaan
akhlak, yang merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Imam

6 Mustopa, “Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat,” Jurrnal Pendidikan 8,


no. 2 (Otober 2015).25

11
Al-Ghazali menyatakan bahwa kepribadian manusia itu pada dasarnya
dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. 7
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembentukan akhlak seseorang itu
berasal dari diri masing-masing seseorang, tergantung keinginan dn niat
pada diri masing-masing. Akhlak baik akan tertanam dengan sempurna
jika kita selalu istiqomah berada dijalan yang benar jalan yang diridhai
Allah swt.
Manusia bisa menjadi manusia yang berkarakter, apabila telah
diajarkan pembentukan akhlak yang baik sejak dini, di pondok pesantren
telah diajarkan pembentukan akhlak secara optimal agar penerus anak
bangsa menjadi seseorang yang berakhlak dan beragama baik. setidaknya
ada beberapa rukun dalam pembentukan akhlak baik yang harus
ditanamkan sejak dini, diantaranya adalah: yang pertama, Pembiasaan
dan pembudayaan yang baik. Dalam kebiasaan tidak hanya terpaku pada
perilaku, akan tetapi pembiasaan bisa berasal dari pemikiran yang positif
dan perasaan positif. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan adalah hal
yang sangat pentng, karena sering sekali kita jumpai orang berbuat dan
berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata. Di pondok pesantren,
seseorang ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, contoh yang
diajarkan di pondok pesantren adalah, bangun tepat waktu,
membersihkan tempat tidur, shalat di masjid untuk para santri ustad, dan
ustadzah, kebiasaan diajarkan untuk membaca al-qur`an setiap selesai
shalat lima waktu, berdzikir setelah shalat, Menjalankan shalat sunah,
puasa sunnah, dan lain sebagainnya. Dengan adanya pembiasaan dapat
mendorong percepatan perilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang
akan berjalan lamban. Sebab sebelum melakukukan sesuatu harus

7 eko setiawan, “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al-Ghazali,”


Jurnal Kependidikan 5 (Mei 2017).30

12
memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukannya.8 Kedua,
mempelajari hal-hal yang baik. Pembelajaran yang dilakukan dipondok
pesantren ialah pemberian pemahaman dan pengetahuan seseorang
tentang nilai-nilai, manfaat rasionalisasai, dan akibat dari nilai baik yang
dilakukan. Di pondok pesantren pemberian pengetahuan lebih intensif,
karena tidak hanya pemahaman ilmu global saja akan tetapi memberikan
pemahama tentang ilmu agama, pemahaman tentang cara berperilaku
yang baik, kepada orang tua, teman, saudara, tetangga, dan terhadap
lingkungan. Ketiga, Moral feeling dan loving yang artinya merasakan dan
mencintai yang baik, pola pikir yang positif terhadap nilai-nilai kebaikan
dan merasakan manfaat dari berperilaku yang baik itu. Keempat, Moral
acting ( tindakan yang baik). Dalam moral acting awal memulai
pembiasaan, kemudian berfikir berpengetahuan tentang kebaikan,
berlanjut merasa cinta dengan kebaikan, lalu tindakan pengalaman
kebaikan yang pada akhrinya membentuk karakter seseorang. 9 Kelima,
Keteladanan (moral medel) dan lingkungan sekitar. Setiap orang butuh
keteladanan dari lingkungan sekitarnya, karena manusia lebih banyak
mencontoh dari apa yang ia lihat dan alami. Dalam lingkup sekitar
pesantren, santri meniru keteladanan dari ustad/ustadzah mereka, teman
dan lingkungan.10
Pembentukan karakter (akhlak) kegamaan di pesantren meupakan
salah satu kegiatan pokok untuk membentuk mental santri agar memiliki
pribadi yang bermoral, akhlak yang baik dan bersusila. Pembentukan
karakter keagamaan menimbulkan keimanan, kejujuran, hormat, sopan,

8 M. Imam Pamungkas, “Akhlak Muslim Membangu Karakter Generasi Muda,”


Jurnal Pendidikan Universitas Garut 8, no. 1 (2014): 38–53.
9 Adnan Mahdi, “Sejarah Dan Peran Pesantren Dalam Pendidikan Di Indonesia,”

Jurnal Islamic Review 2, no. 1 (April 2013).


10 Ainna Khoiron Nawali, “Hakikat, Nilai-Nilai Dan Strategi Pembentukan

Karakter (Akhlak) Dalam Islam,” TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam 1, no. 2 (30 Juli
2018): 105–26.

13
perbuatan, dan akhlak. Pembinaan tersebut cara yang bagus dalam
pembinaan sikap mental dan kepribadian santri khususnya dan manusia
pada umumnya.11
Dalam pembentukan akhlak di pesntren pada umumnya
mendapatkan pendidikan untuk menambah pengetahuan mereka tentang
agama, diluar jam formal. Selain program kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus juga ada tata tertib dan aturan yang berlaku dalam rangka
pembentukan karakter santri, diantara program yang ada dipesantren
pada umumnya adalah Pengkondisian shalat berjamaah tujuannya adalah
untuk membentuk karakter santri agar terbiasa salat lima waktu dimasjid
secara berjamaah astepat pada waktunya . Sumber akhlak dan dasar
akhlak. Dalam membimbing manusia, Allah swt telah mengutus nabi
muhammad saw, untuk menyempurnakan akhlak manusia. Bersamaan
dengan diutusnya nabi muhammad saw, Allah swt juga menurunkan
kitab-Nya yaitu Al-qur`an kitab suci ini yang berisi aturan dan ketentuan
Allah swt untuk kita. Dengan demikian jika kita ingin berakhlak sesuai
dengan ketentuan Allah swt maka kita harus merujuk pada al-qur`an dan
as-sunnah.
Setiap kali disebut kata akhlak, maka yang dimaksud dengan akhlak
adalah yang didasarkan pada al-qur`an dan al-sunnah, bukan yang
lainnya.12 Di dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang menerangkan
tentang akhlak yaitu terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap( rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. Berikut ini juga
firman Allah yang berhubungan dengan akhlak yaitu Q.s. Al-Maidah ayat

11 Suwarno, “Pondok Pesantren Dan Pembentukan Karakter Santri,” Oasis :Jurnal


Ilmiah Kajian Islam 2, no. 1 (Agustus 2017).32
12 Hestu Nugroho Warasto, “Pembentukan Akhlak Siswa,” Jurnal Mandiri: Ilmu

Pengetahuan Ilmu Dan Teknologi 2, no. 1 (1 Juni 2018).26

14
15-16 yang artinya”Hai ahli kitab sesungguhnys telah datang kepadamu Rasul
kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-kitab yang kamu sembunyikan
dan banyak (pula yang) dibiarkannya. sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. 16 dengan kitab iyulah Allah
menunjukkan orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kejalan keselamatan,
dan dengan kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjukki
mereka kejalan yang lurus.
Maka penting sekali akhlak dalam kehidupan sehari-hari tanpa
adanya akhlak yang baik mungkin kita sering sekali marah terhadap hal-
hal sepele dan susah mengendalikan emosi. Dalam membentuk akhlakul
karimah nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan diajarkan yakni, menurut
Ratna Megawangi ada 9 : yang pertama, cinta kepada Allah swt, dan
seluruh ciptaannya. Mencintai allah dengan sepenuh hati, meyakini ke-
Esaan allah swt, termasuk nilai yang perlu dimiliki, tanpa adanya iman
cinta kepada allah tidak akan pernah berhasil membentuk karakter yang
sempurna, dengan menjaga seluruh ciptaan allah mengasihi dan
menyayangi ciptaan-Nya. Kedua, kemandirian dan tanggung jawab.
Perlu adanya kemandirian yang ditanamkan dalam diri seseorang, rasa
tanggung jawab jika ia diberikan suatau kepercayaan. Ketiga, Kejujuran,
amanah, dan bijaksana. Dipesantren seseorang diajarkan sikap jujur, jujur
dalam segala hal, baik perkataan, perbuatan, yang dilakukannya sehari-
hari, amanah ketika menyampaikan pesan. Ketiga, hormat dan santun.
Hormat dan santun kepada orang yang lebih tua, menghargai pemimpin,
teman sekitarnya. Keempat, dermawan suka menolong, dan gotong
royong. Diajarkannya sikap dermahan, tidak kikir, membantu teman jika
mengalami kesusahan, bergotong royong dengan lingkungan sekitarnya.
Kelima, Percaya diri, kreatif, pekerja keras. Memiliki sikap yang pekerja
keras, tanpa putus asa, kreatif dalam segala bidang pembelajaran, percaya

15
diri dengan kemampuan yang dimiliki. Kelima, kepemimpinan dan
keadilan. Keenam, baik dan rendah hati, tidak sombong, selalu rendah
hati, baik kepada siapapun. Ketujuh, Toleransi, kedamaian dan kesatuan.
Menghargai perbedaan setiap makhluk ciptaan allah. Tetap menyayangi
meskipun berbeda, dengan ditanamkan nilai tersebut akan muncul hidup
yang damai ketenangan dalam suatu masyarakat, bersatu dengan
kerukunan. 13

F. Peran pesantren dalam pembentukan akhlak


Bagi santri yang lama tinggal dipondok, mungkin telah melalui suka
duka hidup menjadi santri, yang penuh dengan rintangan, hal itu tidak
menyurutkan semngat santri karena bagi mereka ilmu pengetahuan
agama lah yang lebih penting.
Peran pesanten dalam pembentukan akhlak sangat lah banyak,
dimana para santri diajarkan mengaji, dan mengkaji ilmu agama, para
santri diajarkan mengamalkan serta bertanggung jawab atas apa yang
telah dipelajari. Pesantren juga mengajarkan tentang nilai-nilai
kesederhanaan, sikap dermahan, saling menyayangi terhadap sesama
manusia, maupun lingkungan sekitar. Menanamkan nilai-nilai
kepribadian yang baik, semangat kerjasama, dan solidaritas.
Banyak hal yang akan didapatkan dalam pembinaan akhlak yang
ada dipesantren. Strategi pesantren untuk membentuk akhlakul karimah
adalah dengan ibdak bi nafsik yaitu ustad memberi contoh secara langsung
kepada santri tentang bagaimana berakhlakul karimah. Apabila
ditemukan pelanggran akhlakul karimah maka santri akan mendapatkan
teguran/ pendekatan. Apabila tidak ada perubahan pada anak maka
maka ada laporan atau kerjasama dengan orang tua.

“Pendidikan Akhlak sebagai Tuntutan Masa Depan Anak | Zainudin |


13

Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam,” diakses 2 Desember 2018, 26

16
Faktor yang paling dominan dalam pembentukan akhlak di dalam
proses pembelajaran adalah contoh langsung yang diberika ustad kepada
santri tentang cara bersikap, beretika, dan berakhlakul kharimah (lisanul
haal afsohu min lisaaan al maqol)14
Peran seorang ustad/ustadzah selain sebagai mudariris dan mu`alim
juga sebagai muadibb, sehingga seorang ustad/ustadzah bisa
memberikan uswah/contoh dalam akhlakul karimah. Sedangkan
tanggung jawab ustad/ustadzah dalam membentuk karakter santri yang
berakhlakul karimah adalah panggilan panggilan ruhani untuk bisa
mendidik santri sehingga memiliki akhlakul karimah.
Dalam pembinaan akhlakul karimah untuk terciptanya karakter-
karakter yang berakhlak mulia maka perlu nya mendesain pendidikan
yang bermutu dipesantren, dengan seiring berkembangnya zaman, maka
pesantren tidak kalah tertinggal dengan pendidikan-pendidikan umum
yang telah sukses mencapai pendidikan yang bermutu. Maka tidak salah
jika mutu dalam pendidikan pesantren lebih ditingkatkan lagi dari
sebelumnya, yang tadinya bersifat lebih tradisional kini semakin modern
dan tersusun rapi. Pengembangan keterampilan dan pengolahan minat
bakat akan dibina sesuai dengan karakter masing-masing.
Dalam pengembangan desain mutu pendidikan, yang akan
dijalankan oleh pihak pesantren adalah memahami kekuatan dan
kelemahan yang dimilkinya, serta mampu menganalisa peluang dan
tantangan yang ada. Para pengasuh ustad dan pengurus pesantren
lainnya berupaya untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang

14Mukhammad Abdullah, “Kontribusi Pendidikan Agama Terhadap Pendidikan


Multikultural, Pendidikan Kewarganegaraan, Dan Pendidikan Karakter Bangsa: Studi
Terhadap Ideologi Pendidikan Islam Di Indonesia,” Didaktika Religia 3, no. 1 (24 Januari
2015) 32

17
dimilki serta mencoba untuk mengeliminasi kelemahan dan tantangan
yang ada.15
Sebagai seorang muslim tentu kita menginginkan kebaikan di dunia
maupun di akhirat, keduanya bisa didapatkan dengan ilmu agama islam.
Dengan memasuki pondok pesantren diharapkan mendapatkan
kepahaman dalam agama allah swt. Melatih kemandirian, karena hidup
pondok para santri diajarkan hidup mandiri, yang biasnya sehari-hari
dengan orang tua, namun ketika berada di pondok mereka jauh dengan
orang tua. Itulah pelajaran atau pendidika untuk melaksanakan hidup
mandiri, melatih menghadapi persoalan, kehidupan manusia itu tidak
lepas dari persoalan. Tidak hanya persoalan ekonomi saja, akan tetapi
persoalan yang dihadapi disekitar lingkungan pondok misalnya, belum
merasakan kenyamanan, atau belum betah, adaptasi untuk betah itu juga
persoalan yang harus dihadapi. Jika dihadapi dengan sabar, insya allah
akan merasa nyaman dan merasa betah.
Begitulah peran pesantren dalam pembentukan akhlak seseorang,
yang dilalui dengan berbagai strategi dan metode pembinaan agar dapat
tercapai fungsi dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pondok.
Dan keteika seseorang keluar/lulus pondok akhlak yang telah
diajarkan bisa tertanam di dalam diri seseorang tersebut, dengan
keistiqomahan hati yang membuat nya tidak tergoyah dengan kenikmatan
yang ada di dunia.

G. Kesimpulan
Dari penjelasan yang dipaparkan diatas dapat diketahui peran
pesantren dalam pembentukan akhlak seseorang memiliki pola
pendidikan yang berbeda dengan pola pendidikan pada umumnya. Di

15 Ijudin, “Pengembangan Konsep Mutu Pendidikan Pondok Pesantren,” Jurnal


Pendidikan UNIGA 9, no. 1 (20 Februari 2017): 15–32.

18
pesantren akan mendapat pengawasan yang ketat, menyangkut tata
norma, atau nilai terutama tentang perilaku. Bimbingan dan norma belajar
supaya cepat pintar dan selesai boleh dikatakan hampir tidak ada. Jadi
pendidikan yang ada di pesantren titik tekannya bukan pada aspek
kognitif, tetapi justru pada aspek afektif, dan psikomotorik.
Dengan perkembangan zaman dan banyak nya penyimpangan
moral pembinaan yang ada dipesantren sangat penting, karena berbeda
dengan pembentukan akhlak yang ada dilingkungan masyarakat,
maupun keluarga.
Dengan posisi ini, dunia pesantren tampil dengan teladan yang
indah, dengan kontribusi nilai-nilai keteladanan dan dalam memproduksi
anak-anak bangsa yang berkarakter. Merujuk pada ajaran islam awal, jauh
sebelum kewajiban shalat, puasa, haji, dan zakat, diperintahkan oleh allah,
kesempurnaan akhlak yang pertama diserukan. Dalam semangat ajaran
dasar islam maka pesantren tentu harus menjadi agen pertama dalam
membangun karakter anak dalam arti sesungguhnya.

Referensi
Abdullah, Mukhammad. “Kontribusi Pendidikan Agama Terhadap
Pendidikan Multikultural, Pendidikan Kewarganegaraan, Dan
Pendidikan Karakter Bangsa: Studi Terhadap Ideologi Pendidikan
Islam Di Indonesia.” Didaktika Religia 3, no. 1 (24 Januari 2015).

Adnan Mahdi. “Sejarah Dan Peran Pesantren Dalam Pendidikan Di


Indonesia.” Jurnal Islamic Review 2, no. 1 (April 2013).

Deded Sulaiman. “Manajement Pendidikan Pesantren Modern Dalam


Pembentukan Karakter Anak.” Jurnal al-Fikrah 1, no. 2 (Juli 2013).

eko setiawan. “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al-


Ghazali.” Jurnal Kependidikan 5 (Mei 2017).

H.A. Rodli Makmun. “Pembentukan Karakter Berbasis Pendidikan


Pesantren.” Cendikia 12, no. 2 (Juli 208 M).

19
Hestu Nugroho Warasto. “Pembentukan Akhlak Siswa.” Jurnal Mandiri:
Ilmu Pengetahuan Ilmu Dan Teknologi 2, no. 1 (1 Juni 2018).

Ijudin. “Pengembangan Konsep Mutu Pendidikan Pondok Pesantren.”


Jurnal Pendidikan UNIGA 9, no. 1 (20 Februari 2017)

M. Ali Mas`udi. “Peran Pesantren Dalam Pembentukan Karakter Bangsa.”


Jurnal Paradigma 2, no. 1 (November 2015).

M. Imam Pamungkas. “Akhlak Muslim Membangu Karakter Generasi


Muda.” Jurnal Pendidikan Universitas Garut 8, no. 1 (2014)

Mustopa. “Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat.” Jurrnal


Pendidikan 8, no. 2 (Otober 2015).

Nawali, Ainna Khoiron. “Hakikat, Nilai-Nilai Dan Strategi Pembentukan


Karakter (Akhlak) Dalam Islam.” TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan
Islam 1, no. 2 (30 Juli 2018)

“Pendidikan Akhlak sebagai Tuntutan Masa Depan Anak | Zainudin |


Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam.” Diakses 2 Desember 2018.

Suwarno. “Pondok Pesantren Dan Pembentukan Karakter Santri.”


Oasis :Jurnal Ilmiah Kajian Islam 2, no. 1 (Agustus 2017).

Syarifah Habibah. “Akhlak Dan Etika Dalam Islam.” Jurnal Pesona Dasar 1
(oktober 2015)

Zulhimma. “Dinamika Pengembangan Pondok Pesantren Di Indonesia.”


Jurnal Darul Ilmi 1, no. 2 (2013).

20

You might also like