Efek Terapi Musik Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Desa Taraman Sragen Jawa Tengah

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 11

“KOSALA” JIK. Vol. 3 No.

2 September 2015

EFEK TERAPI MUSIK UNTUK MENURUNKAN TEKANAN


DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI DESA TARAMAN
SRAGEN JAWA TENGAH

Oleh :
Diyono , Putri Mawarni 2
1

Abstract

Background: Hypertension is often called the "silent killer" (killer stealth),


because often people with hypertension chronically ill without experiencing
clinically overt disease. The prevalence of hypertension in Indonesia reached
31.7% of the population aged 18 years and above. Of that amount, 60% of
hypertension patients have complications of stroke. While the rest of developing
heart disease, kidney failure, and blindness. Hypertension is the third leading
cause of death after stroke and tuberculosis, accounted for 6.8% of the
proportion of causes of death in all age groups in Indonesia. Management of
hypertension can be nonpharmacological therapy such is music therapy
Objective: (1) determine the classification of hypertension in the village
Taraman Sragen (2) determine the blood pressure in patients with hypertension
in the village Taraman Sragen before given music therapy. (3) determine the
blood pressure in patients with hypertension in the Village Sragen Taraman after
the given music therapy (4) the effect of music therapy on reduction of blood
pressure in patients with hypertension.
Methode: This type of research is analytic quasi - experimental design
Research Subjects: The study population was patients with hypertension in the
village of Taraman Sragen. A large population of 33 people who suffer from
hypertension. Be obtained through the total sampling technique respondents
who met the inclusion criteria as much as 20 respondents. Effect of music
therapy was analysed by Paired T-Test with SPSS18.
Results: (1) Classification of systolic hypertension is lightweight category 75%,
the category was 25%, and the average category mild hypertension (2) The
classification of hypertensive diastolic including mild 20%, moderate 55%,
severe 25%, and the average including moderate hypertension category (3)
blood pressure before being given music therapy for systolic average 150.5
categorized as mild and diastolic average 100.5 including medium category (4)
systolic blood pressure after being given music therapy average 130 (high
normal category) and for diastolic average 88 including the normal category (5)
Results of statistical test with Paired T-Test showed that a significant effect of
music therapy in decrease or reduced sistolic and diastolic blood pressure (sig =
0,000)
Conclusion: Music therapy significant influence in decrease blood pressure (sig
= 0,000).

Keywords: Music Therapy and Blood Pressure

PENDAHULUAN mengalami komplikasi pada organ-


Hipertensi sering disebut sebagai organ vital seperti jantung, otak
“silent killer” (pembunuh siluman), ataupun ginjal. (Triyanto, 2014)
karena seringkali penderita Menurut Riskesda (Riset Kesehatan
hipertensi bertahun-tahun tanpa Daerah), sebagaimana dikutip oleh
merasakan sesuatu gangguan atau Triyanto (2014), prevalensi hipertensi
gejala. Tanpa disadari penderita di Indonesia mencapai

1
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

31,7% dari populasi usia 18 tahun ke TUJUAN PENELITIAN


atas. Dari jumlah itu, 60% penderita Tujuan umum penelitian ini adalah
hipertensi mengalami komplikasi untuk mengetahui pengaruh terapi
stroke. Sedangkan sisanya musik terhadap penurunan tekanan
mengalami penyakit jantung, gagal darah pada penderita hipertensi di
ginjal, dan kebutaan. Hipertensi Desa Taraman Sragen. Adapun
sebagai penyebab kematian ke-3 tujuan khusus adalah untuk
setelah stroke dan tuberculosis, mengetahui klasifikasi hipertensi,
jumlahnya mencapai 6,8% dari tekanan darah pada penderita
proporsi penyebab kematian pada hipertensi di Desa Taraman Sragen
semua umur di Indonesia. sebelum diberikan terapi musik, dan
Secara garis besar, pengobatan mengetahui tekanan darah pada
hipertensi dibagi dalam dua kategori, penderita hipertensi di Desa
yaitu pengobatan non-farmakologis Taraman Sragen sesudah diberikan
dan pengobatan farmakologis. terapi musik.
Pengobatan non-farmakologis
METODE PENELITIAN
merupakan pengobatan tanpa obat-
obatan yang diterapkan pada Penelitian ini merupakan penelitian
penderita hipertensi. Pengobatan eksperimen semu atau quasi
farmakologis dilakukan pada eksperiment dengan rancangan pre
hipertensi dengan tekanan darah post eksperimental, untuk
140/90 mmHg atau lebih. (Junaidi, mengetahui pengaruh pemberian
2010) terapi musik terhadap penurunan
Salah satu penanganan non- tekanan darah pada penderita
farmakologis yang dapat diterapkan hipertensi. Pengaruh atau efek dari
untuk menurunkan tekanan darah terapi musik diketahui dengan cara
pada penderita hipertensi adalah membandingkan tekanan darah
terapi musik. Menurut Potter (2005) sistolik dan diastolik sebelum dan
sebagaimana dikutip oleh Triyanto setelah diberi terapi musik. Populasi
(2014), terapi musik adalah teknik penelitian ini adalah 33 warga
yang digunakan untuk penyembuhan masyarakat Desa Taraman Sragen
suatu penyakit dengan yang menderita hipertensi. Sampel
menggunakan bunyi atau irama atau responden yang peneliti peroleh
tertentu. Jenis musik yang berdasar kriteria inklusi dan
digunakan dalam terapi musik dapat ekslusi adalah sebanyak 20
disesuaikan dengan keinginan, responden. Hal ini terjadi karena ada
misalnya musik klasik, beberapa responden yang
instrumentalia, musik berirama mengalami hipertensi, tetapi sedang
santai, orchestra dan musik modern mengkonsumsi obat penurun
lainnya. tekanan darah, usia lebih dari 70
Dari latar belakang yang diuraikan tahun dan ada yang mengalami
diatas maka rumusan masalah pada gangguan pendengaran sehingga
penelitian ini adalah “Apakah ada tidak masuk sebagai kriteria inklusi
pengaruh terapi musik terhadap sebagai responden. Data yang
penurunan tekanan darah pada sudah terkumpul akan dianalisa
penderita hipertensi di Desa menggunakan paired t test dengan
Taraman Sragen tahun 2015”. bantuan program SPSS for Windows
Seri 18, dengan tingkat signifikansi p
= 0,05.

2
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

HASIL PENELITIAN 3. Karakteristik responden


Penelitian telah dilaksanakan pada berdasarkan status riwayat atau
tanggal 14 Maret 2015 sampai lamanya hipertensi
dengan 05 April 2015, dilaksanakan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penderita
di Desa Taraman Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Sragen Hipertensi Berdasarkan Riwayat Lamanya
Propinsi Jawa Tengah. Hipertensi

Karakteristik Responden Lamanya f (%)


1. Berdasarkan Jenis Kelamin Hipertensi
Tidak Tahu 13 65
Tabel 1. Distribusi Frekuensi < 1tahun 3 15
Penderita Hipertensi 1 – 5 tahun 2 10
Berdasarkan Jenis Kelamin 6 – 10 tahun 0 0
>10 tahun 2 20
Jenis Kelamin f (%) Jumlah 20 100
Laki-laki 9 45 Tabel 3 memberikan informasi
Perempuan 11 55
Jumlah 20 100 bahwa ternyata berdasarkan
riwayat lamanya hipertensi yang
Tabel 1 menunjukkan bahwa dialami responden, mayoritas
hipertensi lebih banyak dialami atau 65% atau 13 responden
oleh responden perempuan yaitu mengatakan tidak tahu, dan yang
11 atau 55,00% dibanding laki – paling sedikit adalah pada
laki yang hanya sebesar 45,00% kategori lama hipertensi 6 – 10
atau 9 responden. tahun yaitu 0%.
4. Karakteristik responden
2. Karakteristik berdasarkan
kelompok umur berdasarkan riwayat keluarga
Karakterisitik responden berdasar atau keturunan
usia, hipertensi paling banyak Berdasar riwayat atau keturunan
diderita pada kelompok warga keluarga dengan hipertensi
usia 46 – 50 tahun sebanyak 7 menunjukkan bahwa ternyata
responden atau 35,00% dan yang paling banyak hanya 20% atau 4
paling sedikit adalah pada responden yang mengatakan ada
kelompok umur 40 – 45 tahun riwayat keluarga dengan
yaitu 3 responden atau 15,00%. hipertensi sedangkan sisanya 16
atau 80% responden tidak
Tabel 2. Distribusi Frekuensi mempunyai riwayat keluarga
Penderita Hipertensi dengan hipertensi.
Berdasarkan Usia
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penderita
Kelompok f (%) Berdasarkan Riwayat Keluarga atau
Umur (th) Keturunan
40 - 45 3 15
46 - 50 7 35 Riwayat F (%)
51 – 55 5 25 Keturunan
56 - 60 5 25 Ada 4 20
Jumlah 20 100 Tidak Ada 16 80
Jumlah 20 100

3
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

5. Karakteristik responden Hasil Penelitian


berdasarkan riwayat kebiasaan 1. Tekanan darah sistolik sebelum
hidup atau hobi diberikan terapi musik

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tabel 7. Distribusi Frekuensi Takanan


Penderita Hipertensi Berdasarkan Darah Sistolik Sebelum Diberi Terapi
Riwayat Kebiasaan Hidup (Hobi) Musik

Kebiasaan f (%) Kategori f (%)


Hidup (Hobi) Normal 0 0
Merokok 2 10 Normal Tinggi 0 0
Begadang 3 15 Ringan 15 75
Positip (Sehat) 4 20 Sedang 5 25
Tidak punya 11 55 Berat 0 0
Jumlah 20 100 Sangat Berat 0 0
Jumlah 20 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa Hasil analisa univariat sebagai
berdasar riwayat kebiasaan hidup
atau hobi yang dimiliki oleh berikut :
responden paling banyak adalah
tidak punya hobi yang spesifik Mean Median Max Min Std
yaitu 11 responden atau 55% dan 150,5 150 160 140 6,86
yang paling sedikit adalah
kebiasaan merokok sebanyak 2 2. Tekanan darah diastolik sebelum
atau 10% responden. diberi terapi musik
6. Karakteristik responden Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tekanan
berdasarkan riwayat pengobatan Darah Diastolik Sebelum Diberi Terapi
atau terapi Musik
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kategori f (%)
Penderita Hipertensi Berdasarkan Normal 0 0
Riwayat Pengobatan atau Terapi Normal 0 0
Tinggi
Pengobatan/Terapi f (%)
Ringan 4 20
Dibiarkan 14 70 Sedang 11 55
Obat Medis 2 10 Berat 5 25
Herbal 2 10 Sangat Berat 0 0
Kombinasi 2 10 Jumlah 20 100
Jumlah 20 100 Hasil analisa univariat sebagai
Tabel 6 memperlihatkan bahwa berikut :
berdasar pengobatan atau terapi
hipertensi, paling banyak hanya
Mean Median Max Min Std
dibiarkan yaitu 14 atau 70%
100,5 100 110 90 6,86
responden dan sisanya diberikan
terapi obat medis, herbal, dan
kombinasi obat medis dan herbal
masing - masing sebanyak 2 atau
10% responden.

4
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

3. Tekanan darah sistolik setelah 5. Pengaruh terapi musik terhadap


diberi terapi musik tekanan darah
Test normalitas data
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Hasil uji normalitas data dengan
Tekanan Darah Sistolik Setelah Kolmogorov Smirnov test,
Diberi Terapi Musik menunjukkan nilai signifikansi
(sig) menunjukkan semuanya
Kategori f (%)
lebih besar dari 0,05 sehingga
Normal 15 75 dapat menggunakan statistik
Normal Tinggi 5 25 parametri
Ringan 0 0
Sedang 0 0 Paired samples correlations
Berat 0 0 TD Sig
Sangat Berat 0 0 Sistole pre dan sistoel 0,73
Jumlah 20 100 post terapi musik
Diastole pre dan 0,93
Hasil Univariat sebagai berikut : diastole post terapi
musik
Mean Median Max Min Std
130 130150 110 11,25 Nilai paired samples correlations
tersebut menunjukkan sig > 0,05
4. Tekanan darah diastolik setelah yang berarti tidak ada pengaruh
terapi musik atau korelasi antara tekanan
darah sebelum dan sesudah
Tabel 10. Distribusi Frekuensi
dilakukan terapi musik. Hasil
Tekanan Darah Diastolik Setelah
tersebut menunjukkan tekanan
Diberi Terapi Musik darah sebelum dan sesudah
Kategori f (%) terapi musik tidak saling
Normal 9 45 berhubungan atau ada
Normal Tinggi 0 0 perbedaan.
Ringan 6 30
Paired Samples T-Test tekanan
Sedang 5 25
darah sistole
Berat 0 0
Sangat Berat 0 0 Mean t Sig
Jumlah 20 100 Sistole Sistole
Hasil analisis univariat sebagai
Pre Post
berikut : 150,50 130,00 8,731 0,000

Mean Med Max Min Std Hasil tersebut menunjukkan


88 90 100 80 8,34 terdapat perbedaan yang
signifikan nilai tekanan darah
Tabel 11. Tabel Perubahan Tekanan sistolik antara sebelum dan
Darah Sebelum dan Sesudah Terapi sesudah dilakukan terapi musik,
Musik dimana nilai t = 8,731 > dari nilai t
tabel dengan sig = 0,000.
Perubahan Sistol Diastol
tekanan
darah f % f %
Turun 19 95 15 75
Tetap 1 5 4 20
Meningkat 0 0 1 5

5
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

Paired samples T-Test tekanan 140 mmHg dan atau tekanan


darah diastole darah diastolik ≥ 90 mmHg.

Mean t Sig 2. Tekanan Darah Setelah


Diastol Diastole Diberikan Terapi Musik
e Pre Post Berdasar data hasil penelitian
100,50 88,00 5,22 0,000 menunjukkan bahwa tekanan
darah sistolik dan diastolik
Hasil tersebut menunjukkan mengalami penurunan. Dari 20
terdapat perbedaan yang responden tekanan darah sistolik
yang menurun sebanyak 19
signifikan nilai tekanan darah
responden atau 95%, tetap 1
sistolik antara sebelum dan
respoden atau 5% dan yang
sesudah dilakukan terapi musik,
meningkat tidak ada atau 0%.
dimana nilai t = 5,225 > dari nilai t
Sedangkan pada tekanan darah
tabel dengan sig = 0,000.
diastolik yang mengalami
PEMBAHASAN penurunan 15 responden atau
75%, tetap 4 responden atau 20%
1. Tekanan Darah Sebelum dan yang mengalami peningkatan
Diberikan Terapi Musik
1 responden atau 5%.
Berdasar hasil penelitian seperti
Secara kategori tekanan darah
terlihat pada tabel 7 dan 8
sistolik setelah terapi musik yang
menunjukkan bahwa rata – rata
termasuk kategori normal
responden mengalami hipertensi atau
tekanan darah di atas
sebanyak 15 responden atau
normal, baik tekanan darah 75%, normal tinggi 5 responden
sistolik maupun diastolik. Untuk atau 25% sedangkan yang
tekanan darah sistolik, data temasuk kategori hipertensi
menunjukkan dari 20 responden ringan, sedang, maupun berat
terdapat 15 responden atau 75% tidak ada. Pada kategori tekanan
mengalami hipertensi ringan dan darah diastole yang termasuk
5 responden atau 25% grade normal 9 responden atau
mengalami hipertensi sedang. 45%, ringan 6 responden atau
Demikian juga untuk tekanan 30%, dan yang grade sedang
darah diastolik terdapat 4 atau sebanyak 5 responden atau
20% responden mengalami 25%.
hipertensi ringan, 11 atau 55% Data – data tersebut
responden mengalami hipertensi menunjukkan bahwa tekanan
sedang dan 5 atau 25% darah baik sistolik maupun
responden mengalami hipertensi diastolik setelah terapi musik rata
berat. Data – data tersebut – rata menunjukkan penurunan,
menunjukkan bahwa sebagian yaitu sebelum terapi musik rata –
besar responden mengalami rata sistolik 150,5 menurun
hipertensi. Hal ini sesuai dengan menjadi 130. Sedangkan pada
pengertian hipertensi menurut komponen tekanan darah
Udjianti (2010), yang diastolik juga menunjukkan
menjelaskan bahwa hipertensi penurunan dari sebelum terapi
atau tekanan darah tinggi adalah musik 100,5 menurun menjadi
suatu peningkatan abnormal 88.
tekanan darah arteri secara
terus-menerus lebih dari satu 3. Pengaruh Terapi Musik Terhadap
periode dengan tekanan darah Penurunan Tekanan Darah Hasil
sistolik ≥ penelitian ini menunjukkan
bahwa terapi musik efektif
menurunkan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik. Hasil uji

6
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

Paired T-Test untuk tekanan menunjukkan penurunan, yaitu


darah sistolik antara sebelum dan untuk sistolik dari 150,5 turun
setelah dilakukan terapi musik menjadi 130, demikian juga
adalah sig = 0,000, demikian juga diastolik juga turun dari 100,5
utuk tekanan darah diastolik juga menjadi 88. Demikian juga untuk
menunjukkan nilai sig = 0,000. nilai maksimal dan minimal
Hasil tersebut juga dikuatkan tekanan darah juga mengalami
dengan nilai t lebih besar dari t penurunan untuk sistolikdari 160
tabel yang berarti terdapat dan 140 menurun menjadi 150
perbedaaan nilai rata – rata dan 110. Hal ini juga terjadi pada
antara sebelum dan sesudah tekanan diastolik dari 110 dan 90
diberikan perlakukan yaitu terapi menurun menjadi 100 dan 80.
musik. Disamping itu nilai Paired Hasil analisis univariat tersebut
samples correlations untuk memberikan bukti bahwa tekanan
tekanan darah sistolik sebelum darah pada responden setelah
dan setelah perlakuan (0,73) dan diberi perlakuan mengalami
tekanan darah diastolik (0,93) penurunan atau lebih rendah dari
adalah lebih besar dari 0,05 yang sebelum diberi perlakuan.
berarti nilai tekanan darah Hipertensi atau tekanan darah
sebelum dan setelah diberi tinggi adalah suatu peningkatan
perlakuan adalah berbeda atau abnormal tekanan darah arteri
tidak ada hubungan. secara terus-menerus lebih dari
Dengan nilai rata – rata (means) satu periode dengan tekanan
tekanan darah sistolik setelah darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
perlakukan sebesar 130,00 lebih atau tekanan darah diastolik ≥ 90
kecil dari nilai rata – rata sebelum mmHg. (Udjianti, 2010) Secara
diberi terapi musik yaitu 150,50 fisiologis tekanan darah
menunjukkan bahwa terapi musik dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor
efektif untuk menurunkan tekanan utama yaitu curah jantung
darah sistolik. Tekanan darah (cardiac output) dan tahanan
sistol adalah suara yang pembuluh darah. Tekanan darah
terdengar saat pengukuran akan naik jika terjadi kenaikan
dengan stetoskop yang muncul salah satu atau dari kedua
saat menutupnya katub komponen tersebut. (Pearce,
trikuspidalis dan katub 2010)
bikuspidalis jantung. (Pearce, Salah satu terapi yang mulai
2010) Demikian juga untuk nilai dikembangkan adalah terapi
tekanan darah diastol musik. Hasil penelitian ini
menujukkan nilai rata – rata membuktikan secara empirik
setelah diberi perlakuan dengan bahwa musik merupakan salah
terapi musik lebih rendah satu terapi yang cukup efektif
daripada sebelum diberi terapi dalam menurunkan tekanan
musik yaitu dari 100,50 turun darah. Menurut Aizid (2011) terapi
menjadi 88,00. Tekanan darah adalah musik sebagai suatu
diastol adalah bunyi yag muncul usaha yang berupa bantuan dari
pada saat katub aorta dan proses terencana dengan
pulmonal menutup secara menggunakan musik sebagai
bersamaan. (Pearce, 2010). media penyembuhan bagi anak
Hasil analisa univariat juga yang mengalami
mendukung kesimpulan di atas. hambatan dalam masa
Nilai median (nilai tengah) setelah pertumbuhan dan
diberikan terapi musik baik sistolik perkembangannya,
maupun diastolik juga penyembuhan bagi para

7
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

penderita penyakit lansia, stroke, tersebut ada maka akan terjadi


atau stress dan mencerdaskan peningkatan tekanan darah.
otak. Pada penelitian ini penderita Terapi musik dapat memberikan
hipertensi secara teratur dan suasana rileks dan damai
terencana diminta atau diberikan sehingga dapat membuat denyut
terapi musik berupa musik jantung normal dan tahanan
tradisional yaitu musik campursari pembuluh darah juga normal,
atau keroncong sesuai yang sehingga tekanan darah dapat
disukai responden. Pada tahap menurun menjadi normal. Musik
awal peneliti mengukur tekanan juga dapat menimbulkan reaksi
dan mencatat tekanan darah psikologis yang dapat mengubah
responden. Kemudian secara suasana hati dan kondisi emosi,
mandiri ataupun dengan bantuan yang dapat membuat
pengawasan dari keluarga pendengarnya relaks sehingga
responden diminta untuk dapat menghilangkan stres,
mendengarkan musik campur sari mengatasi kecemasan,
atau keroncong dengan tape memperbaiki mood, dan
recorder atau CD Player selama menumbuhkan kesadaran
10 – 15 menit sebanyak 2 kali spiritual. (Aizid, 2011)
pada waktu longgar atau istirahat. Hasil penelitian ini juga sesuai
Kegiatan ini dilakukan selama 6 dengan penelitian terdahulu dari
(enam) hari berturut – turut. Murni (2010) yang melakukan
Selama terapi tersebut responden penelitian dengan judul efektifitas
tidak mengkonsumsi obat terapi musik klasik dalam
penurun tekanan darah baik dari menurunkan tekanan darah pada
medis maupun herbal dengan penderita hipertensi di Desa
pola makan biasa sehari – hari Pandau Jaya, wilayah kerja
atau tidak diet. Setelah tindakan Puskesmas Simpang Tiga
tersebut maka peneliti kembali Marpoyan. Dengan jumlah
melakukan pengukuran tekanan sampel 30 orang, dimana 15
darah dari responden. Hasil orang sebagai kelompok
pengukuran menunjukkan nilai eksperimen dan 15 kelompok
rata – rata tekanan darah pasien kontrol, dan dianalisa
setelah perlakuan lebih rendah menggunakan dependent dan
daripada sebelum perlakukan. independent T test, menunjukkan
Menurut Setyoadi dan rata-rata tekanan darah arteri
Kushariyadi (2011), musik (MAP) sebelum dan setelah
tradisional seperti bunyi tambur, terapi adalah 118,6 dan 112,3,
genta, dan gamelan jawa dapat dan nilai p value = 0,000 yang
memberi ketenangan hidup dan berarti terjadi penurunan tekanan
psikis. Tekanan darah dapat darah setelah diberikan
mengalami peningkatan jika intervensi. Perbedaan penelitian
terjadi peningkatan denyut ini dengan penelitian dari Murni
jantung (heart rate) dan (2010) terletak pada komponen
penyempitan pembuluh darah. yang dianalisis yaitu MAP (Mean
Peningkatan denyut jantung dapat Arterial Pressure) dan adanya
meningkatkan curah jantung, kelompok kontrol sebagai
sedangkan penyempitan pembanding dari kelompok
pembuluh darah dapat perlakuan.
meningktakan tekanan atau Penelitian lain yang juga
tahanan pembuluh darah. Seperti memberikan hasil yang sama
yang disampaikan Pearce (2010), dengan penelitian ini adalah
jika salah satu atau kedua faktor penelitian Suherly, Ismonah, dan

8
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015

Meikawati (2013). Penelitian rata 130 (normal tinggi) dan untuk


dengan judul perbedaan tekanan diastolik rata – rata 88 termasuk
darah pada pasien hipertensi kategori normal tinggi.
sebelum dan sesudah pemberian 5. Hasil uji statistik dengan Paired
terapi musik klasik di RSUD T-Tes menunjukkan bahwa terapi
Tugurejo Semarang. Dengan musik berpengaruh secara
rancangan one group pre test – signifikan dalam menurunkan
post test pada 28 responden tekanan darah (p=0,000).
dengan teknik accidental
sampling, menunjukkan hasil uji SARAN
Wilcoxon untuk tekanan darah 1. Untuk masyarakat dapat
sistolik dan diastolik adalah p = mempertimbangkan untuk
0,000 (< 0,05) yang berarti melakukan terapi musik dalam
terdapat perbedaan tekanan upaya menurunkan tekanan
darah sistolik dan diastolik pada darah.
pasien sebelum dan sesudah 2. Untuk perawat hendaknya terapi
pemberian terapi musik klasik. musik dapat dijadikan sebagai
Komponen yang membedakan salah satu terapi alternatif dalam
dari penelitian ini dengan perawatan pasien hipertensi.
penelitian Suherly, Ismonah, dan 3. Bagi institusi pendidikan
Meikawati (2013) adalah pada hendaknya memasukkan terapi
jenis uji statistik yaitu musik dalam kurikulum
menggunakan uji Wilcoxon. pembelajaran pada mahasiswa.
Berdasar hasil peneltian tersebut 4. Bagi peneliti selanjutnya hasil
memberikan bukti secara empirik penelitian ini dapat digunakan
dan ilmiah bahwa terapi musik sebagai data awal dalam
dapat secara efektif menurunkan pengembangan penelitian
tekanan darah. Untuk itu terapi selanjutnya tentang manfaat
musik dapat direkomendasikan terapi musik dan perawatan
sebagai salah satu alternatif hipertensi.
perawatan pada pasien yang
DAFTAR PUSTAKA
mengalami hipertensi.
Aizid, Rizem. Sehat dan Cerdas
KESIMPULAN dengan Terapi Musik.
1. Klasifikasi hipertensi berdasar Yogyakarta: Laksana, 2011.
tekanan darah sistolik adalah
Dalimartha, Setiawan, et al. Care Your
kategori ringan 75%, kategori
Self Hipertensi. Jakarta :
sedang 25%, dengan rata – rata
termasuk kategori hipertensi Penebar Plus+, 2008.
ringan.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Riset
2. Klasifikasi hipertensi berdasar
Keperawatan dan Teknik
tekanan darah diastolik yang
termasuk ringan 20%, sedang Penulisan Ilmiah. Jakarta:
55%, berat 25%, dengan rata – Salemba Medika, 2008.
rata termasuk kategori hipertensi
Metode Penelitian
sedang.
3. Tekanan darah sebelum diberi Keperawatan dan Teknik
terapi musik untuk sistolik rata – Analisis Data. Jakarta:
rata 150,5 (ringan) dan diastolik Salemba Medika, 2009.
rata – rata 100,5 termasuk
Junaidi, Iskandar. Hipertensi.
kategori sedang.
4. Tekanan darah setelah diberikan Jakarta: PT Bhuana Ilmu
terapi musik untuk sistolik rata – Populer, 2010.

9
“KOSALA” JIK. Vol. 3 No. 2 September 2015
Muttaqin, Arif. Murni. “Efektivitas Terapi Musik

Pengantar Asuhan Klasik dalam Menurunkan


Keperawatan Klien dengan Tekanan Darah pada
Gangguan Sistem Penderita Hipertensi”. 2010.
Kardiovaskular: Pengantar Diakses tanggal 19
dan Teori. Jakarta : Salemba Desember 2014.
Medika, 2009. Suherly, Muhammad, Ismonah dan
Natalina, Dian. Terapi Musik Bidang
Wulandari Meikawati.
Keperawatan. Jakarta: Mitra “Perbedaan Tekanan Darah
Wacana Media, 2013. pada Pasien Hipertensi
Pearce, Evelyn. Sebelum dan Sesudah
Anatomi dan Pemberian Terapi Musik
Fisiologi untuk Paramedis. Klasik di RSUD Tugurejo
Alih Bahasa Sri Yuliani Semarang”. 2013. Diakses
Handoyo. Jakarta: Gramedia, tanggal 19 Desember 2014.
2010.
Price, Sylvia Anderson and Lorraine 1
Dosen AKPER Panti Kosala
Mc Carty Wilson.
Patofissiologi: Konsep Klinis 2 Surakarta
Proses Penyakit. Edisi 6 Mahasiswa AKPER Panti
Volume 2. Jakarta: EGC. Kosala Surakarta
2005 .

Setyoadi dan

Kushariyadi.

Terapi
Modalitas Keperawatan pada
Klien Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika, 2011.

Smeltzer, Suzanne C. Dan Brenda


G. Bare. Keperawatan
Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi VIII. Alih
Bahasa Kuncara et al.
Jakarta: ECG, 2010.

Triyanto, Endang. Pelayanan


Keperawatan bagi Penderita
Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014.

Udjianti, Wajan Juni. Keperawatan


Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika, 2010.
10

You might also like