Konsep Dasar Keperawatan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

PENGARUH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

Dosen pengampu

Ns. Lantin Sulistyorini, S.Kep, M.Kep

oleh :

NUR OKTAVIA RHOSANI

NIM 172310101192

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
Jurnal I

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI BAGI TUMBUH


KEMBANG ANAK THE IMPORTANCE OF CHILDHOOD EDUCATION
FOR CHILD DEVELOPMENT

Tatik Ariyanti PGPAUD Universitas Muhammadiyah Purwokerto

ABSTRACT

The childhood are in gold period in along the age range human development. This
period is sensitive period, during this period the children specifically receptive
stimulating from the environment. At this time the children is ready doing various
activity in order to understanding and mastering the environment. The gold age is
period where the children start to receive various stimulation and various
education efforts from their environment both intentional or unintentional. At this
sensitive period occurred maturation of physical and psychic function so that
ready to response and realite all development task which be expected appear at
their pattern of behavior in daily. The education at childhood basically encompass
all efforts and action which do educatiors and parents in treatment process,
nurture, and education at children with creates an aura and the environment where
the children able to explore experience which give chance to them to knowing and
understand study experience which obtaining from environment, through
observing, imitating, and experimenting which takes place repeatedly and involve
all potential and child intelligence.

ABSTRAK

Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah
anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada
masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan
menguasai lingkungannya. Usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai
peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari
lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah
terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga siap merespon dan
mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada
pola perilakunya sehari-hari. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya
meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan pendidik dan orang tua
dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan
menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman
yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami
pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati,
meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan
melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.

Pendahuluan

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan unik. Anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir, daya cipta,
bahasa dan komunikasi, yang tercakup dalam kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan agama
atau religius (RQ), sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan
dasar – dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya
(Mansur, 2011:vii).

Proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan


tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak
melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan
aktivitas dan rasa ingin tahu (curiousity) secara optimal (semiawan, 2007:19).
Montessori dalam Hainstock, 1999:12) menyatakan bahwa pada rentang usia lahir
sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa di mana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai
rangsangan. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan
psikis, anak telah siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa
peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan
perkembangan anak secara individual. Masa ini juga merupakan masa peletak
dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, bahasa, gerak-
motorik, dan sosio emosional pada anak usia dini.

Pembahasan I. Pendidikan Anak Usia Dini 1. Jalur Penyelenggaraan Pendidikan


Anak Usia Dini

Berdasarkan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional


dinyatakan bahwa Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enem
tahun yag dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal
1 ayat 14). Penyelenggaraan Pendidikan Aanak Usia Dini dapat dilakukan dalam
bentuk formal, nonformal dan informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki
kekhasan tersendiri. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini pada jalur formal
adalah Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis. Penyelenggaraan
pendidikan bagi anak usia dini pada jalur nonformal diselenggarakan oleh
masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri, khususnya bagi anak-anak
yang dengan keterbatasannya tidak terlayani di pendidikan formal (TK dan RA).
Pendidikan dijalur informal dilakukan oleh keluarga atau lingkungan. Pendidikan
informal bertujuan memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai budaya,
nilai moral, etika dan kepribadian, estetika serta meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
(Yuliani Nurani,2011:21-22).Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Satuan
pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang
memeberikan layanan pendidikan bagi anak usia baru lahir sampai dengan 6
tahun. Di Indonesia ada beberapa lembaga pedidikan anak usia dini yang selama
ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu :

1. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul thfal (RA) TK atau RA


merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur formal yang
menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, yang terbagi menjadi dua
kelompok: Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan Kelompok B untuk anak
usia 5-6 tahun.

2. Kelompok Bermain (Play Group) Kelompok bermain merupakan salah


satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggaraan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak
usia 2 sampai dengan 4 tahun. 3. Taman Penitipan Anak (TPA) Taman penitipan
anak salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal
yang menyelenggarakan program pendidikan dan sekaligus pengasuhan dan
kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana
pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak
memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab
lainnya (Yuliani Nurani, 2011:22-24).Landasan Pendidikan Anak Usia Dini
Landasan Yuridis

Pendidikan anak usia dini merupakan bagian bagian dari pencapaian


tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 2
Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan
bahwa “ setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dalam UU NO.
23 Thaun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa
“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya”. Dalam UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1, pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada
pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa “(1) pendidikan
anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) pendidikan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
dan/atau informal, (3) pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK,
RA< atau bentuk lain yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan nonformal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan
yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) ketentuan mengenaipendidikan
anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat
(4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya
melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik.
Standar manusia yang “baik” berbeda antara masyarakat, bangsa atau negara,
karena perbedaan pandangan filsafat yang menjadi keyakinannya. Perbedaan
filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi
atau tujuan pendidikan. Bangsa Indonesia yang menganut falsafat Pancasila
berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan
pendidikan yaitu menjadikan manusia Indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia
juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung
dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu”.
Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak
individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak
sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendapatkan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan
diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, sehingga kelak menjadi anak bangsa yang diharapkan. Bangsa
Indonesia yang menganut falsafat Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan
manusai pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan
manusia Indonesia seutuhnya. Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut
maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan,
pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses
pendidikan yang berlangsung. Landasan Keilmuan Konsep keilmuan PAUD
bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin
ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu, diantaranya:
psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora,
kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan otak
manusia. Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia
dini merupakan masa peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu
makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya memberikan konstribusi
yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan
berpengaruh besar pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan
perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang
menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada
waktu manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam Semiawan, 2004:27)
kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100-200 milyard sel otak yang siap
dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan
optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang
terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi
otak (Yuliani Nurani, 2011:10). 4. Karateristik Pendidikan Anak Usia Dini
Pernyataan para ahli itu menegaskan pendidikan anak usia dini memang memiliki
karakter atau ciri khusus yang membedakannya dari pendidikan yang akan
dialami anak pada tahap selajutnya yaitu pendidikan dasar. Karakter atau ciri
khusus itu adalah : a. Menumbuhkembangkan seluruh segi kemanusian anak
didik, dalam konteks kecerdasan ini berarti mengembangkan kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ),
kecerdasan majemuk dan bentuk-bentuk kecerdasan lainnya. b. Mendahulukan
aktivitas yang mendorong partisipasi aktif anak agar anak didik merasakan
berbagai pengalaman yang melibatkan seluruh aspek kemanusiaannya, psikis dan
fisik, jiwa raga dan seluruh indranya. c. Menjadikan bermain sebagai roh bagi
proses pembelajaran karena bagi anak yang sedang tumbuh bermainbelajar. d.
Menjadikan seni dan pendidikan fisik sebagai menu utama yang dilaksanakan
dalam suasana yang penuh kegembiraan, menyenangkan dan bebas (Ihsana El-
Khuluqo, 2015 : xiii). 5. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini Secara umum tujuan
pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak
dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

Secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini adalah : 1. Agar anak
percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai sesamanya. 2.
Agar anak mampu mengelola ketrampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik
kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan sensorik. 3. Anak
mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat
berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan
belajar. 4. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan
masalah dan menemukan hubungan sebab akibat. 5. Anak mampu mengenal
lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan menghargai
keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri yang
positif dan control diri. 6. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada,
berbagai bunyi, serta menghargai kreatif.(Yuliani Nurani, 2011:42-43) 6. Prinsip-
prinsip Pendidikan Anak Usia Dini Terdapat sejumlah prinsip pembelajaran pada
pendidikan anak usia dini, adalah sebagai berikut:

a. Anak sebagai pembelajar aktif Pendidikan hendaknya mengarahkan


anak untuk menjadi pembelajar yang aktif. Pendidikan yang dirancang
secara kreatif akan menghasilakan pembelajar yang aktif. Anak-anak akan
terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek pengetahuan,
ketrampilan,dan kemampuan melalui berbagai aktivitas mengamati,
mencari, menemukan, mendiskusi-kan, menyimpulkan dan mengemuka-
kan sendiri berbagai hal yang ditemukan pada lingkungan sekitar. Proses
pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu
pada aktivitas belajar anak secara aktif atau yang dikenal dengan Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA = Student Active Learning).

b. Anak belajar melalui sensori dan panca indera Anak belajar melalui
sensori dan panca indera menurut pandangan dasar Montessori yang
meyakini bahwa panca indera adalah pintu gerbang masuknya berbagai
penegtahuan ke dalaam otak manusia (anak), karena perannya yang sangat
strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk
berkembang sesuai dengan fungsinya.

c. Anak membangun pengetahuan sendiri Sejak lahir anak diberi berbagai


kemampuan. Dalam konsep ini anak dibiarkan belajar melalui
pngalamanpengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak lahir
dan pengetahuan yang telah anak dapat selama hidup. Konsep ini
diberikan agar anak dirangsang untuk menambah pengetahuan yang telah
diberikan melalui materi-materi yang disampikan oleh guru dengan
caranya sendiri. Anak diberikan fasilitas yang dapat menunjang untuk
membangun pengetahuannya sendiri.

d. Anak berpikir melalui benda konkret Anak lebih mengingat suatu


bendabenda yang dapat dilihat, dipegang lebih membekas dan dapat
diterima oleh otak dalam sensasi dan memory (long term memory dalam
bentuk simbol-simbol).anak diharapkan dapat berpikir melalui media
(bendabenda konkret) atau yang terdekat dengan anak secara langsung.
Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-
benda yang bersifat konkret (nyata).

e. Anak belajar dari lingkungan Pendidikan merupakan usaha sadar yang


dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak mengembang-kan
potensi secara optima sehingga anak mampu beradaptsai dengan
lingkungannya. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa esensi
yang hakiki dari tujuan akhir pendidikan adalah kemampuan anak
melakukan adaptasi dengan lingkungan dalam arti luas. Dengan demikian
tujuan pendidikan seharusnya menjadi dasar untuk mengarahkan berbagai
proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan
lingkungan.

Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) terdapat


prinsipprinsip utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut :

a. Mengutamakan kebutuhan anak, Kegiatan pembelajaran pada anak


harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak.Anak usia dini
adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan
fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan
sosioemosional.

b. Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar, Bermain


merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak
untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil
kesimpulan mengenai benda disekitarnya.

c. Lingkungan yang kondusif dan menentang, Lingkungan harus


diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan,
sekaligus menentang dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan
yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

d. Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain, Pembelajaran


anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang
dilakukan melalui tema. Tema yang harus dibangun harus menarik dan
dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual.Hal ini
dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep serta mudah
dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi
anak didik.

e. Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup


(lifeskills). Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui
berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk
menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab, serta memiliki
disiplin diri.

f. Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber


belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan
alam sekitar atau bahanbahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik, guru,
dan orang tua.

g. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.Pembelajaran bagi


anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap,dimulai dari konsep
yang sederhana dan dekat dengan anak.Agar konsep dapat dikuasai dengan
baik,hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
berulang kali (Novan Ardy Wiyani, 2014:32-34).

II. Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama
dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan rasa ingin tahu
terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, mereka seolah-olah tak pernah
berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin
tahu secara alamiah, merupakan mahluk sosial, unik, kaya dengan fantasi,
memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial
untuk belajar. Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Anak usia dini berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Pada masa ini proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa
yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak (Yuliani Nurani,
2011:6) Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK
diantaranya oleh Bredecam & Copple Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk,
2005:1.12-1.13) sebagai berikut:

1. Anak bersifat unik

2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan

3. Anak bersifat aktif dan energik

4. Anak itu egosentris

5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal

6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang

7. Anak umumnya kaya dengan fantasi

8. Anak masih mudah frustasi

9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak


10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek

11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial

12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman

III. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi


dalam kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat.
Pertumbuhan lebih menitikberatkan pada perubahan fisik yang bersifat kuantitatif,
sedangkan perkembangan yang bersifat kualitatif berarti serangkaian perubahan
progresif sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Mansur,
2011:17) Usia lahir sampai memasuki pendidikan dasar merupakan masa
keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan, yang akan mementukan
perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk
meletakan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial-
emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama (Mansur, 2011:18). Agar
si buah hati dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan cerdas, maka
orangtua setidaknya harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan si anak. Kebutuhan
dasar anak adalah perlindungan dan kasih sayang, makanan, perumahan dan
sandang, udara segar dan cukup cahaya matahari, bermain dan istirahat,
pencegahan penyakit dan kecelakaan, latihan ketrampilan dan kebiasaan yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Kebutuhan psikis anak adalah nilai-nilai
luhur sebagai manusia, perasaan dicintai, rasa aman karena merasa memiliki,
merasa mempunyai hubungan interpersonal yang kuat, mengenal lingkungan,
tidak tertekan oleh berbagai larangan-larangan, disiplin, rasa tanggung jawab dan
kesempatan membantu orang lain, kesempatan untuk mendapatkan sukses dalam
bidang yang dikerjakan, kesemptan untuk belajar dari pengalaman, kesempatan
untuk lepas dari ketergantungan orang lain.

Peran aktif orangtua sangat diperlukan agar anaknya dapat tumbuh dan
berkembang dengan sehat dan cerdas, kongkritnya orangtua harus senantiasa
memperhatikan, mengawasi serta memberikan fasilitas untuk pertumbuhan dan
perkembangannya (Sudarna, 2014:146-147). Berbagai aspek perkembangan yang
melingkupi perkembangan anak usia dini antara lain aspek perkembangan
motorik, kognitif, emosi, sosial, bahasa, moral dan agama. Kelima aspek tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki saling
keterkaitan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini Prinsip-prinsip perkembangan


anak usia dini menurut Bredekamp & Coople (dalam Siti Aisyah dkk, 2007:1.17-
1.23) adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan
dan saling mempengaruhi satu sama lain.

2. Perkembangan fisik/motorik, emosi, sosial, bahasa, dan kognitif anak terjadi


dalam suatu urutan tertentu yang relatif dapat diramalkan.

3. Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar
bidang pengembangan dari masing-masing fungsi.

4. Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap


perkembangan anak.

5. Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus,


terorganisasi dan terinternalisasi.

6. Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial
budaya yang majemuk.

7. Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya


tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang
diperolehnya.

8. Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan


lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

9. Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan


kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.

10. Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk


mempraktikkan berbagai ketrampilan yang diperoleh dan memahami tantangan
setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang dikuasainya.

11. Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif kinestetik, atau
gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar hal
yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.

12. Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar ada dalam komunitas
yang menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan
fisiologis.

Kesimpulan

Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah
anak secara khusus mudah menerima stimulusstimulus dari lingkungannya. Pada
masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan Fisik, meliputi ketrampilan:
Motorik kasar. Motorik halus Kognitif, bahasa, sosialemosional, moral dan
agama Anak Usi

Perkembangan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya.


Usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima
berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik
disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa peka inilah terjadi pematangan
fungsi – fungsi fisik dan psikis sehingga siap merespon dan mewujudkan semua
tugas – tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya
sehari-hari. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi
seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan pendidik dan orang tua dalam proses
perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan
lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan
kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan
bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh
potensi dan kecerdasan anak.

Ihsana El-Khuluqo.2015. Manajemen PAUD. Pendidikan Taman Kehidupan


Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mansur. 2011.Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Masitoh dkk. 2005. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:

Siti Aisyah dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: universitas Terbuka.

Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

UU No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Visimedia

UU No. 14 Tahun 2005. Guru dan Dosen. Jakarta:Visimedia.

Novan Ardy Wiyani. 2014. Psikologi Perkembangan anak Usia Dini. Yogyakarta:
Gava Media.

Conny Semiawan. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini:
pendidikan Prasekolah dan Dasar. Jakarta:Prenhalindo
Jurnal II

Early childhood development: the foundation of sustainable development

Momentum for improving early childhood development has grown since


The Lancet published the landmark Series, Child Development in Developing
Countries in 2007, followed by Child Development in Developing Countries 2 in
2011. As shown in this new Series, Advancing Early Childhood Development:
from Science to Scale,1–3 between 2000 and 2015 the number of scientifi c
publications on topics central to early childhood development increased
substantially, about a third of countries had adopted multisectoral policies on early
childhood development, and there has been an increase in funding for early
childhood development.1 Yet, few countries have institutionalised mechanisms to
implement these policies, services remain fragmented and of variable quality, and
programmes at scale are rare and poorly evaluated. Compelling new evidence in
two areas strengthens our resolve to act to reach pregnant women and young
children with holistic early childhood development services (panel).

First, new research in early human development shows that epigenetic,


immunological, physiological, and psychological adaptations to the environment
occur from conception, and that these adaptations aff ect development throughout
the life course.2 This knowledge calls for an approach targeting caregivers and
children with eff ective interventions during sensitive times across the life course,
with the period from conception to age 2–3 years being of particular importance.

Second, evidence on long-term outcomes from lowincome and middle-


income countries shows that a programme to increase cognitive development of
stunted children in Jamaica 25 years ago4 resulted in a signifi cant, 25% increase
in average adult earnings. Conversely, long-term follow-up of children from birth
shows that growth failure in the fi rst 2 years of life has harmful eff ects on adult
health and human capital, including chronic disease, and lower educational
attainment and adult earning.5 Moreover, defi cits and disadvantages persist into
the subsequent generation,6,7 producing a vicious inter-generational cycle of lost
human capital and perpetuation of poverty. These fi ndings shine light on the
transformative potential of early childhood development programmes in low-
income and middle-income countries. Only by breaking this cycle will the
Sustainable Development Goals (SDGs) be achieved.

The past two to three decades have seen great improvements in child
survival. As a result of global eff orts to achieve the Millennium Development
Goals, under-5 child mortality dropped by 53% between 1990 and 2015.8 Yet,
this Series shows that the burden of risk for poor developmental outcomes
remains extremely high, aff ecting an estimated 250 million children (43%)
younger than 5 years in low-income and middle-income countries, and rising to
over two-thirds of children in sub-Saharan Africa.1 These estimates are based on
just two known risks for which we have global data: extreme poverty and
stunting. Adding other risks to young children’s development, such as low levels
of maternal schooling and physical maltreatment, substantially raises exposure to
risks for poor development outcomes in many parts of the world.3 Nurturing
interactions are crucial to mitigating these risks. A young child’s developing brain
is activated and patterned by the nurturing care of trusted adults.

Nurturing interactions comprise attentive responses to young children’s eff


orts to connect to and learn about their world, and involve eff orts to present
children with age-appropriate learning experiences in a safe and mutually
enjoyable way. Nurturing care takes place in the context of families and through
service providers across many sectors—eg, health, nutrition, education, child and
social protection—that provide the essential care for children to survive and to
thrive. Nurturing care can break down under conditions of extreme poverty,
family and societal confl ict, discrimination, and other forms of individual and
social stress. Policies to support families, such as paid parental leave, time at work
for breastfeeding, and the provision of free pre-primary education, can relieve
pressures on families and enable them to care for their young children in ways that
promote development.3 Services that deliver eff ective and feasible interventions
for children and their caregivers are also essential.2 This Series shows that the
cost of two such interventions, Care for Child Development and Thinking
Healthy, added to an integrated maternal and child health and nutrition package of
services is aff ordable; it would cost an additional US$0·5 per person per year
(equivalent to 10% of the estimated existing costs) to scale up these interventions.
Ideally, early childhood development services must be provided holistically across
all relevant sectors to enable young children to thrive. Some countries have
adopted multisectoral policies and are beginning to implement them. Other
countries are expanding one set of services, such as social protection or pre-
primary education, creating a wedge for the introduction of other services.3
Ultimately, action is required across health and nutrition, education, and social
and child protection.

In all settings, however, the health sector has unique advantages that
allows it to support early childhood development immediately. It has extensive
contact with pregnant women and with young children and their families, and
enables the implementation of interventions that promote physical and cognitive
development during the fi rst 1000 days of a child’s life. Many existing maternal
and child health and nutrition services have been shown to benefi t not only child
survival and health but also child development, including cognition, and
additional evidence-based early childhood development interventions can feasibly
and aff ordably be integrated into existing services.
UN agencies, the World Bank Group, and others have signalled their
willingness to move forward on this front. The UN Secretary-General’s Global
Strategy for Women’s, Children’s and Adolescents’ Health 2016–2030 and its
objectives of survive, thrive, and transform provide a roadmap, including for
multisectoral action with monitoring by an Independent Accountability Panel.10
Similarly, the Global Partnership for Education 2020 embraces early childcare as
a core SDG 4 component to achieving equitable lifelong learning opportunities for
all.11 A global Early Child Development Action Network aims to advance
progress and complement these strategies, together with other global initiatives,
including Scaling Up Nutrition and the Global Partnership to End Violence
Against Children.

As lead authors of this Series, we call upon all stakeholders to step up


strategic and equitable investments in early childhood development. The SDGs
provide the vision and the multisectoral framework, while the fi ndings of this
Series map pathways for action towards ensuring that every child can realise their
right to development and to achieve their full human potential.12 We have the
knowledge, the resources, and the opportunities. We must act now to lay the
foundation for a lifetime of health and wellbeing—for the benefi t of today’s
children, tomorrow’s adults, and for future generations.

*Bernadette Daelmans, Gary L Darmstadt, Joan Lombardi, Maureen M Black, Pia


R Britto, Stephen Lye, Tarun Dua, Zulfi qar A Bhutta, Linda M Richter, on behalf
of the Lancet Early Childhood Development Series Steering Committee
Department of Maternal, Newborn, Child and Adolescent Health, World Health
Organization, 1211 Geneva 27, Switzerland (BD); Department of Pediatrics,
Stanford University School of Medicine, Stanford, CA, USA (GLD); Bernard van
Leer Foundation, Washington, DC, USA (JL); Department of Pediatrics,
University of Maryland School of Medicine, Baltimore, MD, USA (MMB); RTI
International, Research Park, NC, USA (MMB); UNICEF, New York, NY, USA
(PRB); Fraser Mustard Institute for Human Development, University of Toronto,
ON, Canada (SL); Department of Mental Health and Substance Abuse, World
Health Organization, Geneva, Switzerland (TD); Center for Global Child Health,
Hospital for Sick Children, Toronto, ON, Canada (ZAB); Centre of Excellence in
Women and Child Health, The Aga Khan University, Karachi, Pakistan (ZAB);
and DST-NRF Centre of Excellence in Human Development, University of the
Witwatersrand, Johannesburg, South Africa (LMR) daelmansb@who.int We
declare no competing interests. Funding for the preparation of the Series was
provided by the Bill & Melinda Gates Foundation and the Conrad N Hilton

Foundation through WHO and the US Fund for UNICEF, respectively. The
sponsors had no role in conceptualising, analysing, interpreting, or writing this
Comment. We thank all members of the Lancet Early Childhood Development
Series Steering Committee for their tireless eff orts and invaluable contributions to
the Series, including: Jere R Behrman, Paul Gertler, Jody Heymann, Florencia
Lopez Boo, Harriet MacMillan, Rafael Perez-Escamilla, and Nirmala Rao.

© 2016. World Health Organization. Published by Elsevier Ltd/Inc/BV. All rights


reserved.

1 Black MM, Walker SP, Fernald LCH, et al, for the Lancet Early Childhood
Development Series Steering Committee. Early childhood development coming of
age: science through the life course. Lancet 2016; published online Oct 4.
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(16)31389-7.

2 Britto PR, Lye SJ, Proulx K, et al, and the Early Childhood Development
Interventions Review Group, for the Lancet Early Childhood Development Series
Steering Committee.

Nurturing care: promoting early childhood development. Lancet 2016; published


online Oct 4. http://dx.doi. org/10.1016/S0140-6736(16)31390-3.

3 Richter LM, Daelmans B, Lombardi J, et al, with the Paper 3 Working Group
and the Lancet Early Childhood Development Series Steering Committee.
Investing in the foundation of sustainable development: pathways to scale up for
early childhood development. Lancet 2016; published online Oct 4.
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(16)31698-1.

4 Gertler P, Heckman J, Pinto R, et al. Labor market returns to an early childhood


stimulation intervention in Jamaica. Science 2014; 344: 998–1001.

5 Martorell R, Horta BL, Adair LS, et al, and Consortium on Health Orientated
Research in Transitional Societies Group. Weight gain in the fi rst two years of
life is an important predictor of schooling outcomes in pooled analyses from fi ve
birth cohorts from low- and middle-income countries. J Nutr 2010; 140: 348–54.

6 Addo OY, Stein AD, Fall CHD, et al. Parental childhood growth and off spring
birthweight: pooled analyses from four birth cohorts in low and middle income
countries. Am J Hum Biol 2015; 27: 99–105.

7 Walker SP, Chang SM, Wright A, Osmond C, Grantham-McGrego SM. Early


childhood stunting is associated with lower developmental levels in the
subsequent generation of children. J Nutr 2015; 145: 823–28.

8 UN Interagency Group for Child Mortality Estimation. Levels and trends in


child mortality report 2015: estimates developed by the UN Interagency Group for
Child Mortality Estimation. New York: United Nations Children’s Fund, 2015.
9 WHO, UNICEF, Care for Child Development. Improving the care for young
children. Geneva: World Health Organization, 2012.

10 UN Secretary-General. Global strategy for women’s, children’s and


adolescents’ health (2016–2030). New York: United Nations, 2015.
http://globalstrategy.everywomaneverychild.org/ (accessed Sept 13, 2016).

11 Global Partnership for Education. Improving learning and equity through


stronger education systems. Strategic plan 2014–2020. Washington, DC: Global
Partnership for Education, 2014. http://www.globalpartnership.org/ content/gpe-
2020-strategic-plan (accessed Sept 13, 2016).

12 UN. Transforming our world: the 2030 agenda for sustainable development.
Version 1 September 2015. New York: United Nations, 2015.
Pembahasan

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.

Menurut saya kedua pembahasan dari kedua jurnal tersebut saling


berkaitan dimana pendidikan anak usia dini dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Karena disaat anak pada usia emas 1 – 6 tahun (the golden years).
Dimana dalam usia tersebut anak dalam kondisi yang paling baik.. mereka
mendengar, mengamati, meniru dan bereksperimen. Mereka menampung semua
yang ada di sekitar lingkungannya. Maka dari itu bahwa pendidikan usia dini
penting bagi mereka karena dapat membentuk pola berpikir mereka sejak dini.

Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar


pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni,
moral dan nilai-nilai agama.

Pendidikan usia dini harus memenuhi kebutuhan dasar anak untuk


menunjang tumbuh kembangnya. Kebutuhan dasar anak meliputi perlindungan
dan kasih sayang, makanan, rumah dan pakaian, udara segar dan cukup cahaya
matahari, bermain dan istirahat, pencegahan penyakit dan kecelakaan.

Peran aktif orang tua diperlukan untuk menunjang tumbuh kembang anak secara
sehat dan cerdas. Orang tua harus harus senatiasa memperhatikan, mengawasi dan
memberikan fasilitas yang baik untuk tumbuh kembang anak.

Menurut jurnal yang berjudul Early childhood development: the


foundation of sustainable development bahwa anak yang mengalami kegagalan
pada pendidikan usia dini dapat berdampak buruk pada kesehatan ketika dewasa,
pencapaian pendidikan rendah dan penghasilan rendah ketika dewasa. Karena
konsep diri sudah ditanamkan pada saat usia dini mengalami kegaglan.

You might also like