Professional Documents
Culture Documents
Publikasi BBLR & Rokok
Publikasi BBLR & Rokok
BBLR
Sofia Mawaddah1,Sulis Tiyawati2
1
Jurusan Kebidanan Politeknik Kementrian Kesehatan Palangka Raya
2
Prodi DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Palangka Raya
Abstract
Background: Complications that cause the majority of neonatal mortality are asphyxia, low birth weight
babies, and infections (Indonesia Health Profile, 2015). Statistically shows that 90% LBW occur in developing
countries and its mortality rate 35 times higher than babies whose birth weight above 2,500 g (Pantiawati,
2010). LBW infant mortality 8 times greater than normal infants (Proverawati, 2010).In Indonesia, the
prevalence of infants with low birth weight (LBW) reduced from 11.1 percent in 2010 to 10.2 percent in 2013
(Riskesdas, 2013). however, the number of cases of low birth weight in Central Kalimantan in 2014 as many
as 535 cases or491.6% of the number of live births has increased compared to 2015 as many as 556 cases or
1.2% of the number of live births (Central Kalimantan Provincial Health Profile, 2015). While the number of
cases of low birth weight in dr. Doris Sylvanus Palangkaraya 2016 as many as 378 cases.One of the causes of
LBW that mothers who actively or passively smoked during pregnancy.
Research purposes: To determine the relationship of passive smoking pregnant mothers with LBW in dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya 2018.
Research methods This study was an observational study using cross-sectional study design and retrospective
approach. The study population was all the mothers who were in dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. The
sample in this study is all passive smoking mothers who were in dr. Doris Sylvanus Palangkaraya in
February-May 2018 as many as 45 people, this study using purposive sampling technique.
Research result: Based on the cross table showed passive smoking pregnant women give birth to babies with
the low birth weight heavy as many as 28 people (62.2%) and low birth weight are not as many as 1 (2.2%).
While the lightweight passive smoking pregnant women who gave birth to low birth weight as many as 12
people (26.7%) and low birth weight are not as many as four people (8.9%).
Conclusion: There was a significant association between passive smoking pregnant mothers with LBW in dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya P = 0.047, OR = 9.33 value.
Suggestion: For health workers should be able to provide education about the dangers of cigarette smoke to
all of society because through this study proved that not only smokers who experienced negative effects, but
pregnant women passive smokers also feel the negative impact.
ABSTRAK
Latar Belakang : Komplikasi yang menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat
lahir rendah, dan infeksi (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR terjadi di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
yang berat lahirnya diatas 2500 gram (Pantiawati, 2010). Kematian bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi
normal (Proverawati, 2010). Di Indonesia prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang
dari 11,1 persen tahun 2010 menjadi 10,2 persen tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Namun jumlah kasus BBLR di
Kalimantan Tengah pada tahun 2014 sebanyak 535 kasus atau491,6% dari jumlah kelahiran hidup mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2015 sebanyak 556 kasus atau 1.2% dari jumlah kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, 2015). Sedangkan jumlah kasus BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya tahun 2016 sebanyak 378 kasus. Salah satu penyebab terjadinya BBLR yaitu ibu yang
merokok secara aktif maupun pasif selama kehamilannya.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan ibu hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2018.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain penelitian
Cross Sectional dan pendekatan Restrospektif. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang berada
di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu perokok pasif yang
berada di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Februari-Mei 2018 sebanyak 45 orang,
penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling.
Hasil penelitian : Berdasarkan tabel silang didapatkan hasil ibu hamil perokok pasif berat melahirkan bayi
dengan BBLR sebanyak 28 orang (62,2%) dan yang tidak BBLR sebanyak 1 orang (2,2%). Sedangkan ibu
hamil perokok pasif ringan yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 12 orang (26,7%) dan yang tidak BBLR
sebanyak 4 orang (8,9%).
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan nilai P=0,047, nilai OR=9,33.
Saran: Bagi para tenaga kesehatan hendaknya dapat memberikan edukasi tentang bahaya asap rokok ke
semua masyarakat karena melalui penelitian ini terbukti bahwa tidak hanya perokok aktif yang merasakan
dampak negatif namun para ibu hamil perokok pasif pun merasakan dampak negatif.
PENDAHULUAN
Neonatal dengan komplikasi adalah sebanyak 378 kasus dan pada tahun 2017
neonatal dengan penyakit dan atau kelainan sebanyak 332 kasus.
yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau Salah satu penyebab terjadinya BBLR
kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, yaitu ibu yang merokok secara aktif maupun
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma pasif selama kehamilannya. Sebagaimana
lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, penelitian yang telah dilakukan, melaporkan
dan kelainan kongenital. Komplikasi yang bahwa wanita hamil yang perokok aktif
menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu maupun perokok pasif mempunyai risiko lebih
asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi tinggi untuk mengalami gangguan selama
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015). periode perinatal serta dapat meningkatkan
BBLR sendiri lebih sering terjadi di resiko kelahiran bayi dengan berat badan
negara-negara berkembang dan sosial ekonomi kurang dari 2500 gram (Krstev, S, 2008).
rendah. Secara statistik menunjukkan 90% Sejalan dengan penelitian lain yang
kejadian BBLR terjadi di negara berkembang dilakukan oleh Bening (2011) menyebutkan
dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi bahwa ibu hamil dengan status perokok pasif
dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya secara signifikan mempunyai risiko 5 kali
diatas 2500 gram (Pantiawati, 2010). lebih besar dibandingkan ibu hamil yang
Kematian bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bukan perokok pasif untuk melahirkan bayi
bayi normal (Proverawati, 2010). BBLR. Ibu hamil yang terpapar asap rokok
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat berpengaruh tidak baik terhadap
merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari kehamilan dan janin yang dikandung ibu.
2500 gram yang ditimbang pada saat lahir Senyawa-senyawa kimia yang terkandung
sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. didalam rokok dapat masuk ke dalam tubuh
Bayi yang lahir BBLR kemungkinan ibu yang sedang hamil dan meracuni janin
meninggal dunia sebelum berumur satu tahun yang dikandung. Salah satu sumber paparan
10-17 kali lebih besar dari bayi yang asap rokok yang terbanyak bagi ibu hamil
dilahirkan dengan berat badan normal (Profil adalah adanya anggota keluarga yang merokok
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, di rumah( N.K. Noriani, 2013).
2015). Hal ini merupakan permasalahan yang
Di Indonesia prevalensi bayi dengan patut untuk lebih mendapatkan perhatian
berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang karena asap rokok sangat berbahaya, tidak
dari 11,1 persen tahun 2010 menjadi 10,2 hanya untuk perokok namun juga masyarakat
persen tahun 2013 (Riskesdas, 2013). disekitar perokok itu sendiri. Kini berbagai
Namun jumlah kasus BBLR di penelitian menunjukan bahwa merokok sangat
Kalimantan Tengah pada tahun 2014 sebanyak membahayakan diri perokok (perokok aktif)
535 kasus atau491,6% dari jumlah kelahiran dan orang di sekitarnya (perokok pasif).
hidup mengalami peningkatan dibandingkan Perokok pasif adalah non perokok
tahun 2015 sebanyak 556 kasus atau 1.2% dari namun terpaksa menghirup asap rokok. Di
jumlah kelahiran hidup (Profil Kesehatan Perilaku merokok penduduk Indonesia 15
Provinsi Kalimantan Tengah, 2015). tahun keatas masih belum terjadi penurunan
Sedangkan jumlah kasus BBLR di RSUD dr. dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari
Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2016 34,2 % tahun 2007 menjadi 36,3 % tahun
2013. Sedangkan rerata jumlah batang rokok mengakibatkan menurunnya kapasitas
yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang pengangkutan oksigen (O2) didalam darah ibu,
(Riskesdas, 2013). dan pada akhirnya tubuh janin akan menerima
Perokok sebagai bagian dari oksigen yang lebih sedikit (Irnawati, 2007).
masyarakat saat merokok juga berinteraksi Selain karbonmonoksida (CO), nikotin
dengan non perokok baik dikeluarga maupun yang dihasilkan dari asap rokok perokok aktif
komunitas, sehingga dapat diperkirakan bahwa kemudian terhisap oleh ibu hamil juga dapat
jumlah perokok pasif atau orang yang terpapar menurunkan perfusi plasenta. Nikotin yang
asap rokok jumlahnya lebih banyak dari masuk kedalam darah ibu dapat melewati
jumlah perokok. Lingkungan berasap plasenta dan mempengaruhi beberapa organ
tembakau mengandung lebih dari 4000 tubuh janin (Irnawati, 2007). Nikotin adalah
senyawa kimia. Komponen racun yang sebuah vasokonstriktor, jadi menyempitkan
ditemukan dalam asap rokok juga ditemukan pembuluh darah plasenta dan asap
dalam asap rokok lingkungan bahkan kadang meningkatkan viskositas darah, sehingga darah
dalam konsentrasi yang lebih tinggi. Hasil agak kental, sehingga lebih menghambat aliran
pengukuran level continine (metabolisme darah. Asap sisa pembakaran rokok ini bisa
primer nikotin) ditemukan sebesar 80 % pada masuk melalui plasenta yang kemudian dapat
perokok pasif (Lina, 2013). meningkatkan risiko BBLR (Wulandari, 2013).
Jenis bahan racun dan nikotin yang Dampak dari pengaruh zat-zat tersebut adalah
terkandung dalam asap rokok sesungguhnya pertumbuhan janin dibawah normal (Irnawati,
mempunyai kekuatan adiksi (kecanduan) 2-3 2007).
kali lebih tinggi dari candu ( Buku Kendali Berdasarkan uraian di atas, penulis
Tembakau Tani, 2012). Kelahiran BBLR pada tertarik melakukan penelitian untuk
ibu perokok pasif diakibatkan oleh paparan mengetahui apakah terdapat hubungan ibu
karbonmonoksida (CO) yang terus menerus hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR di
selama hamil. Karbonmonoksida (CO) dapat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
diikat didalam hemoglobin ibu, sehingga
METODE
Desain Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Desain penelitian penelitian ini yaitu Cross Peneliti melakukan wawancara dengan ibu
Sectional dan pendekatan Restrospektif. hamil dengan alat bantu formulir pengambilan
Waktu dan Tempat Penelitian data.
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Doris Teknik Analisis Data
Sylvanus Palangka Raya yang dilaksanakan Teknik analisis data pada penelitian ini
pada tahun 2018. menggunakan analisis univariat yang
Sampel Penelitian dilakukan pada setiap variabel dengan
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu menggunakan tabel tunggal, meliputi data :
perokok pasif yang berada di RSUD dr. Doris usia ibu, paritas, riwayat komplikasi
Sylvanus Palangka Raya pada bulan Februari- kehamilan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan
Mei 2018. keluarga dan analisis bivariat menggunakan uji
Instrumen Penelitian chi square dengan menggunakan program
Formulir pengambilan data dan buku register SPSS.
ruang perinatologi RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Berdasarkan tabel diatas diketahui berat bayi lahir terbanyak yaitu < 2500 gram sebanyak 40
bayi (88,9%),status ibu perokok pasif yang berat sebanyak 29 ibu (64,4%),usia ibu perokok pasif
terbanyak yaitu 20-35 tahun berjumlah 41 orang (91,1%),paritas ibu perokok pasif terbanyak
yaitu multipara berjumlah 31 orang (68,9%),komplikasi selama hamil terbanyak yaitu KPD
berjumlah 24 kasus,pendidikan ibu perokok pasif terbanyak SMA berjumlah 17 orang
(37,8%),pekerjaan ibu yang terbanyak yaitu IRT berjumlah 36 orang (80,0%) dan status
penghasilan keluarga yang terbanyak yaitu berpenghasilan rendah berjumlah 27 orang (60,6%).
2. Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel silang didapatkan hasil ibu hamil perokok pasif berat melahirkan bayi
dengan BBLR sebanyak 28 orang (62,2%) dan yang tidak BBLR sebanyak 1 orang (2,2%).
Sedangkan ibu hamil perokok pasif ringan yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 12 orang
(26,7%) dan yang tidak BBLR sebanyak 4 orang (8,9%).
Hasil uji Fisher’s Exact Test yaitu nilai signifikan sebesar 0,047. Oleh karena nilai p <
0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ibu hamil perokok pasif
dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Pada hasil perhitungan
statistik didapatkan pula angka OR sebesar p- value = 9,33.
Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 36 orang
(80,0%) dan 5 orang (11,1%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu dengan usia <20
tahun yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 orang (6,7%) serta ibu usia >35 tahun sebanyak 1
orang (2,2%) yang tidak melahirkan bayi BBLR.
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu Multipara yaitu sebanyak 29 orang (64,4%) dan
2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu Primipara yang melahirkan
bayi BBLR sebanyak 10 orang (22,2%) dan 3 orang (6,7%) yang tidak melahirkan bayi BBLR.
Serta ibu Grandemulti yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 1 orang (2,2%).
Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu dengan KPD yaitu sebanyak 22 orang (48,9%)
dan 2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu dengan PEB yang
melahirkan bayi BBLR sebanyak 16 orang (35,6%) dan 2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi
BBLR. Serta ibu dengan Perdarahan Antepartum yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 1 orang
(2,2%), sedangkan ibu dengan Anemia Berat tidak melahirkan bayi BBLR sebanyak 1 orang
(2,2%).
Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu SMA yaitu sebanyak 14 orang (31,1%) dan 3
orang (6,7%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu SD yang melahirkan bayi BBLR
sebanyak 13 orang (28,9%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Serta ibu PT
yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 6 orang (13,3%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak melahirkan
bayi BBLR, sedangkan ibu SMP yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 7 orang (15,6%).
Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu dengan IRT yaitu sebanyak 33 orang (73,3%) dan
3 orang (6,7%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu PNS yang melahirkan bayi
BBLR sebanyak 4 orang (8,9%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Serta ibu
Swasta yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 orang (6,7%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak
melahirkan bayi BBLR.
Berdasarkan tabel 8 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu berpenghasilan sedang yaitu sebanyak 25 orang
(55,6%) dan 2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu berpenghasilan
tinggi yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 10 orang (22,2%) dan 3 orang (6,7%) yang tidak
melahirkan bayi BBLR. Serta ibu dengan penghasilan sangat tinggi melahirkan bayi BBLR
sebanyak 3 orang (6,7%), sedangkan ibu dengan penghasilan rendah melahirkan bayi BBLR
sebanyak 2 orang (4,4%).
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di banyak adalah ibu dengan penghasilan
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bulan sedang sebanyak 25 orang (55,6%).
Februari-Mei 2018 dapat diambil kesimpulan :
1. Hasil uji statistik menunjukkan adanya SARAN
hubungan yang signifikan antara ibu 1. Bagi para calon orang tua hendaknya
hamil perokok pasif dengan kejadian benar-benardapat menyiapkan lingkungan
BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus yang baik dan sehat agar bayi dapat
Palangka Raya. berkembang secara maksimal sejak
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa didalam kandungan. Dengan menghindari
berat lahir bayi yang dilahirkan oleh ibu perilaku merokok agar tidak menularkan
hamil perokok pasif yaitu bayi dengan dampak negatif kepada orang lain
BBLR (berat < 2500 gram) sebanyak 40 khususnya pada ibu hamil agar kehamilan
bayi (88,9%). dapat berjalan lancar dan bayi yang
3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dilahirkan normal dan sehat.
gambaran status ibu hamil perokok pasif 2. Bagi para tenaga kesehatan khususnya di
paling banyak adalah ibu hamil perokok RS hendaknya dapat memberikan edukasi
pasif berat sebanyak 29 orang (64,4%) tentang bahaya asap rokok ke semua
dan 28 orang yang melahirkan bayi masyarakat dengan teknik dan alat peraga
dengan BBLR. penyuluhan yang lebih edukatif, kreatif,
4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia dan menarik karena melalui penelitian ini
ibu hamil perokok pasif paling banyak
adalah usia 20-35 tahun sebanyak 36
orang (80%).
5. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu
hamil perokok pasif paling banyak adalah
ibu multipara sebanyak 29 orang (64,4%). terbukti bahwa tidak hanya perokok aktif
6. Dari hasil penelitian diketahui bahwa yang merasakan dampak negatif namun
komplikasi selama kehamilan paling para ibu hamil perokok pasif pun
banyak terjadi pada ibu hamil perokok merasakan dampak negatif. Hasil
pasif adalah KPD sebanyak 22 orang penelitian ini hendaknya dapat
(48,9%). meningkatkan kewaspadaa ibu dan peran
7. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu aktif keluarga dalam menjaga kesehatan
hamil perokok pasif yang melahirkan bayi ibu hamil dari paparan asap rokok.
BBLR di RSUD dr.Doris Sylvanus paling 3. Bagi peneliti lain diharapkan di masa
banyak adalah pendidikan SMA sebanyak yang akan datang hasil penelitian ini
14 orang (31,1%). dapat digunakan sebagai salah acuan
8. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu sumber data untuk penelitian selanjutnya
hamil perokok pasif yang melahirkan bayi berdasarkan faktor lainnya seperti
BBLR di RSUD dr.Doris Sylvanus paling variabel yang berbeda, jumlah sampel
banyak adalah IRT sebanyak 33 orang yang lebih banyak, tempat yang berbeda,
(73,3%). dan desain peelitian yang berbeda guna
9. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu meningkatkan pengetahuan terhadap
hamil perokok pasif yang melahirkan bayi bahaya asap rokok bagi para ibu hamil.
BBLR di RSUD dr.Doris Sylvanus paling
DAFTAR PUSTAKA
A Proverawati, C Ismawati . 2010, BBLR (berat Aziz,A. 2011, Metode Penelitian Kebidanan dan
badan lahir rendah).Yogyakarta: Nuha Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika. Medika.
Buku Kendali Tembakau Tani. 2012, tcsc- Pantiawati. 2010, Bayi dengan BBLR (Berat
indonesia.org/wp- Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha
content/uploads/2012/11/buku-kendali- Medika.
tembakau-tani.pdf. Sastroasmoro, Sudigdo. 2002, Dasar – Dasar
C Ward,S Lewis, T Coleman. 2007, Prevalence Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
of maternal smoking and environmental Sagung Seto.
tobacco smoke exposure during Sistriani, C. 2008, Faktor Maternal dan Kualitas
pregnancy and impact on birth weight: Pelayanan Antenatal yang Beresiko
retrospective study using.BMC public and terhadap Kejadian Berat Badan Lahir
bmcpublichealth.biomedcentral.com. Rendah (BBLR) Studi pada Ibu.
Haris, Aila, Mukhtar Ikhsan, Rita Rogayah. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.
2012. Asap Rokok sebagai Bahan SD Lestari, IWGAE Putra. 2015, Paparan Asap
Pencemar dalam Ruangan. CDK, 189 Rokok pada Ibu Hamil di Rumah Tangga
(39). teradap Risiko Peningkatan Kejadian Bayi
https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/326 Berat Lahir Rendah di Kabupaten
Imron, Moch. 2014, Metodologi Penelitian Gianyar. Public Heath Preventive and
Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. repositori.unud.ac.id.
Kate Langley, et al. 2007, Effects of low birth S Krstev, et al. 2008, The Influence of Maternal
weight, maternal smoking in pregnancy Smoking and Exposure to Residential
and social class on the phenotypic Environmental Tobacco Smoke on
manifestation of Attention Deficit Pregnancy Outcome A Retrospektive
Hyperactivity Disorder and associated National. Serbian: Institute of
antisocial behaviour : investigation in a Occupational.
clinical sample. BMC Psychiatry. Stephanie J. 2003 , Trends and Variations in
Kurniasih, A. 2008, Faktor-Faktor yang Smoking During Pregnancy and Low
Berhubungan dengan Perilaku Merokok Birth Weight: Evidence From the Birth
pada Siswa SLTP di Kota Bekasi Certificate, 1990–2000. PhD
Tahun 2008. Jakarta: Universitas PEDIATRICS Vol. 111 No. 5.
Indonesia. Suryadi,RM. 2010, Prognosis Berat Badan
Marimbi,H. 2010, Tumbuh kembang, status gizi, Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan
dan imunisasi dasar pada balita. Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dan
Yogyakarta: Nuha Medika. Kejadian Lahir Mati di Kota Palembang
Tahun 2010. Majalah Kedokteran
Nurjanah, Lily, Abdun. 2014, Gangguan Fungsi Sriwijaya, 2010 - eprints.unsri.ac.id.
Paru Dan Kadar Cotinine Pada Urin
Karyawan Yang Terpapar Asap Rokok Tazkiah, M, et al. 2013, Determinan
Orang Lain. Fakultas Kesehatan, Epidemiologi Kejadian BBLR pada
Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Daerah Endemis Malaria di Kabupaten
Indonesia Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
Jurnal Berkala Epidemiologi,
Negi, KS, et al. 2006, Epidemiological factors journal.unair.ac.id.
affecting low birth weight.
imsear.li.mahidol.ac.th. www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia2015.pdf
NK Noriani, IWGAE Putra. 2015, Paparan
Asap Rokok dalam Rumah Terhadap www.depkes.go.id/resources/.../profil/PROFIL_
Risiko Peningkatan Kelahiran Bayi KES..2015/21_KALTENG_2015.pdf
Prematur di Kota Denpasar. Public Health www.depkes.go.id/resources/download/general/
And media.neliti.com. Hasil%20Riskesdas%202013.pd