Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN

BBLR
Sofia Mawaddah1,Sulis Tiyawati2
1
Jurusan Kebidanan Politeknik Kementrian Kesehatan Palangka Raya
2
Prodi DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Palangka Raya

Abstract

Background: Complications that cause the majority of neonatal mortality are asphyxia, low birth weight
babies, and infections (Indonesia Health Profile, 2015). Statistically shows that 90% LBW occur in developing
countries and its mortality rate 35 times higher than babies whose birth weight above 2,500 g (Pantiawati,
2010). LBW infant mortality 8 times greater than normal infants (Proverawati, 2010).In Indonesia, the
prevalence of infants with low birth weight (LBW) reduced from 11.1 percent in 2010 to 10.2 percent in 2013
(Riskesdas, 2013). however, the number of cases of low birth weight in Central Kalimantan in 2014 as many
as 535 cases or491.6% of the number of live births has increased compared to 2015 as many as 556 cases or
1.2% of the number of live births (Central Kalimantan Provincial Health Profile, 2015). While the number of
cases of low birth weight in dr. Doris Sylvanus Palangkaraya 2016 as many as 378 cases.One of the causes of
LBW that mothers who actively or passively smoked during pregnancy.
Research purposes: To determine the relationship of passive smoking pregnant mothers with LBW in dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya 2018.
Research methods This study was an observational study using cross-sectional study design and retrospective
approach. The study population was all the mothers who were in dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. The
sample in this study is all passive smoking mothers who were in dr. Doris Sylvanus Palangkaraya in
February-May 2018 as many as 45 people, this study using purposive sampling technique.
Research result: Based on the cross table showed passive smoking pregnant women give birth to babies with
the low birth weight heavy as many as 28 people (62.2%) and low birth weight are not as many as 1 (2.2%).
While the lightweight passive smoking pregnant women who gave birth to low birth weight as many as 12
people (26.7%) and low birth weight are not as many as four people (8.9%).
Conclusion: There was a significant association between passive smoking pregnant mothers with LBW in dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya P = 0.047, OR = 9.33 value.
Suggestion: For health workers should be able to provide education about the dangers of cigarette smoke to
all of society because through this study proved that not only smokers who experienced negative effects, but
pregnant women passive smokers also feel the negative impact.

Keywords: Pregnant Women and LBW Passive Smokers

ABSTRAK

Latar Belakang : Komplikasi yang menjadi penyebab kematian neonatal terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat
lahir rendah, dan infeksi (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR terjadi di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
yang berat lahirnya diatas 2500 gram (Pantiawati, 2010). Kematian bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi
normal (Proverawati, 2010). Di Indonesia prevalensi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang
dari 11,1 persen tahun 2010 menjadi 10,2 persen tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Namun jumlah kasus BBLR di
Kalimantan Tengah pada tahun 2014 sebanyak 535 kasus atau491,6% dari jumlah kelahiran hidup mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2015 sebanyak 556 kasus atau 1.2% dari jumlah kelahiran hidup (Profil
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, 2015). Sedangkan jumlah kasus BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya tahun 2016 sebanyak 378 kasus. Salah satu penyebab terjadinya BBLR yaitu ibu yang
merokok secara aktif maupun pasif selama kehamilannya.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan ibu hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2018.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain penelitian
Cross Sectional dan pendekatan Restrospektif. Populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang berada
di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu perokok pasif yang
berada di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Februari-Mei 2018 sebanyak 45 orang,
penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling.
Hasil penelitian : Berdasarkan tabel silang didapatkan hasil ibu hamil perokok pasif berat melahirkan bayi
dengan BBLR sebanyak 28 orang (62,2%) dan yang tidak BBLR sebanyak 1 orang (2,2%). Sedangkan ibu
hamil perokok pasif ringan yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 12 orang (26,7%) dan yang tidak BBLR
sebanyak 4 orang (8,9%).
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR di RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dengan nilai P=0,047, nilai OR=9,33.
Saran: Bagi para tenaga kesehatan hendaknya dapat memberikan edukasi tentang bahaya asap rokok ke
semua masyarakat karena melalui penelitian ini terbukti bahwa tidak hanya perokok aktif yang merasakan
dampak negatif namun para ibu hamil perokok pasif pun merasakan dampak negatif.

Kata Kunci : Ibu Hamil Perokok Pasif dan BBLR

PENDAHULUAN
Neonatal dengan komplikasi adalah sebanyak 378 kasus dan pada tahun 2017
neonatal dengan penyakit dan atau kelainan sebanyak 332 kasus.
yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau Salah satu penyebab terjadinya BBLR
kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, yaitu ibu yang merokok secara aktif maupun
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma pasif selama kehamilannya. Sebagaimana
lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, penelitian yang telah dilakukan, melaporkan
dan kelainan kongenital. Komplikasi yang bahwa wanita hamil yang perokok aktif
menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu maupun perokok pasif mempunyai risiko lebih
asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi tinggi untuk mengalami gangguan selama
(Profil Kesehatan Indonesia, 2015). periode perinatal serta dapat meningkatkan
BBLR sendiri lebih sering terjadi di resiko kelahiran bayi dengan berat badan
negara-negara berkembang dan sosial ekonomi kurang dari 2500 gram (Krstev, S, 2008).
rendah. Secara statistik menunjukkan 90% Sejalan dengan penelitian lain yang
kejadian BBLR terjadi di negara berkembang dilakukan oleh Bening (2011) menyebutkan
dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi bahwa ibu hamil dengan status perokok pasif
dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya secara signifikan mempunyai risiko 5 kali
diatas 2500 gram (Pantiawati, 2010). lebih besar dibandingkan ibu hamil yang
Kematian bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bukan perokok pasif untuk melahirkan bayi
bayi normal (Proverawati, 2010). BBLR. Ibu hamil yang terpapar asap rokok
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat berpengaruh tidak baik terhadap
merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari kehamilan dan janin yang dikandung ibu.
2500 gram yang ditimbang pada saat lahir Senyawa-senyawa kimia yang terkandung
sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. didalam rokok dapat masuk ke dalam tubuh
Bayi yang lahir BBLR kemungkinan ibu yang sedang hamil dan meracuni janin
meninggal dunia sebelum berumur satu tahun yang dikandung. Salah satu sumber paparan
10-17 kali lebih besar dari bayi yang asap rokok yang terbanyak bagi ibu hamil
dilahirkan dengan berat badan normal (Profil adalah adanya anggota keluarga yang merokok
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, di rumah( N.K. Noriani, 2013).
2015). Hal ini merupakan permasalahan yang
Di Indonesia prevalensi bayi dengan patut untuk lebih mendapatkan perhatian
berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang karena asap rokok sangat berbahaya, tidak
dari 11,1 persen tahun 2010 menjadi 10,2 hanya untuk perokok namun juga masyarakat
persen tahun 2013 (Riskesdas, 2013). disekitar perokok itu sendiri. Kini berbagai
Namun jumlah kasus BBLR di penelitian menunjukan bahwa merokok sangat
Kalimantan Tengah pada tahun 2014 sebanyak membahayakan diri perokok (perokok aktif)
535 kasus atau491,6% dari jumlah kelahiran dan orang di sekitarnya (perokok pasif).
hidup mengalami peningkatan dibandingkan Perokok pasif adalah non perokok
tahun 2015 sebanyak 556 kasus atau 1.2% dari namun terpaksa menghirup asap rokok. Di
jumlah kelahiran hidup (Profil Kesehatan Perilaku merokok penduduk Indonesia 15
Provinsi Kalimantan Tengah, 2015). tahun keatas masih belum terjadi penurunan
Sedangkan jumlah kasus BBLR di RSUD dr. dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari
Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2016 34,2 % tahun 2007 menjadi 36,3 % tahun
2013. Sedangkan rerata jumlah batang rokok mengakibatkan menurunnya kapasitas
yang dihisap adalah sekitar 12,3 batang pengangkutan oksigen (O2) didalam darah ibu,
(Riskesdas, 2013). dan pada akhirnya tubuh janin akan menerima
Perokok sebagai bagian dari oksigen yang lebih sedikit (Irnawati, 2007).
masyarakat saat merokok juga berinteraksi Selain karbonmonoksida (CO), nikotin
dengan non perokok baik dikeluarga maupun yang dihasilkan dari asap rokok perokok aktif
komunitas, sehingga dapat diperkirakan bahwa kemudian terhisap oleh ibu hamil juga dapat
jumlah perokok pasif atau orang yang terpapar menurunkan perfusi plasenta. Nikotin yang
asap rokok jumlahnya lebih banyak dari masuk kedalam darah ibu dapat melewati
jumlah perokok. Lingkungan berasap plasenta dan mempengaruhi beberapa organ
tembakau mengandung lebih dari 4000 tubuh janin (Irnawati, 2007). Nikotin adalah
senyawa kimia. Komponen racun yang sebuah vasokonstriktor, jadi menyempitkan
ditemukan dalam asap rokok juga ditemukan pembuluh darah plasenta dan asap
dalam asap rokok lingkungan bahkan kadang meningkatkan viskositas darah, sehingga darah
dalam konsentrasi yang lebih tinggi. Hasil agak kental, sehingga lebih menghambat aliran
pengukuran level continine (metabolisme darah. Asap sisa pembakaran rokok ini bisa
primer nikotin) ditemukan sebesar 80 % pada masuk melalui plasenta yang kemudian dapat
perokok pasif (Lina, 2013). meningkatkan risiko BBLR (Wulandari, 2013).
Jenis bahan racun dan nikotin yang Dampak dari pengaruh zat-zat tersebut adalah
terkandung dalam asap rokok sesungguhnya pertumbuhan janin dibawah normal (Irnawati,
mempunyai kekuatan adiksi (kecanduan) 2-3 2007).
kali lebih tinggi dari candu ( Buku Kendali Berdasarkan uraian di atas, penulis
Tembakau Tani, 2012). Kelahiran BBLR pada tertarik melakukan penelitian untuk
ibu perokok pasif diakibatkan oleh paparan mengetahui apakah terdapat hubungan ibu
karbonmonoksida (CO) yang terus menerus hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR di
selama hamil. Karbonmonoksida (CO) dapat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
diikat didalam hemoglobin ibu, sehingga

METODE
Desain Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Desain penelitian penelitian ini yaitu Cross Peneliti melakukan wawancara dengan ibu
Sectional dan pendekatan Restrospektif. hamil dengan alat bantu formulir pengambilan
Waktu dan Tempat Penelitian data.
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Doris Teknik Analisis Data
Sylvanus Palangka Raya yang dilaksanakan Teknik analisis data pada penelitian ini
pada tahun 2018. menggunakan analisis univariat yang
Sampel Penelitian dilakukan pada setiap variabel dengan
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu menggunakan tabel tunggal, meliputi data :
perokok pasif yang berada di RSUD dr. Doris usia ibu, paritas, riwayat komplikasi
Sylvanus Palangka Raya pada bulan Februari- kehamilan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan
Mei 2018. keluarga dan analisis bivariat menggunakan uji
Instrumen Penelitian chi square dengan menggunakan program
Formulir pengambilan data dan buku register SPSS.
ruang perinatologi RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 1.Distribusi Berat Lahir Bayi


Berat Lahir Bayi Frekuensi Presentasi (%)
< 2500 gram 40 88,9%
≥ 2500 gram 5 11,1%
Total 45 100%
Status ibu perokok pasif
Ringan 16 35,6%
Berat 29 64,4%
Total 45 100%
Usia ibu perokok pasif
<20 tahun 3 6,7%
20-35 tahun 41 91,1%
>35 tahun 1 2,2%
Total 45 100%
Paritas ibu perokok pasif
Primipara 13 28,9%
Multipara 31 68,9%
Grandemultipara 1 2,2%
Total 45 100%
Komplikasi selama hamil
Anemia berat 1 2,2%
Perdarahan antepartum 2 4,4%
PEB 18 40,0%
KPD 24 53,3%
Total 45 100%
Pendidikan ibu perokok pasif
SD 14 31,1%
SMP 7 15,6%
SMA 17 37,8%
PT 7 15,6%
Total 45 100
Pekerjaan ibu perokok pasif
IRT 36 80,0%
Swasta 4 8,9%
PNS 5 11,1%
Total 45 100%
Penghasilan keluarga perokok
pasif
Rendah 2 4,4%
Sedang 27 60,6%
Tinggi 13 28,9%
Sangat Tinggi 3 6,7%
Total 45 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui berat bayi lahir terbanyak yaitu < 2500 gram sebanyak 40
bayi (88,9%),status ibu perokok pasif yang berat sebanyak 29 ibu (64,4%),usia ibu perokok pasif
terbanyak yaitu 20-35 tahun berjumlah 41 orang (91,1%),paritas ibu perokok pasif terbanyak
yaitu multipara berjumlah 31 orang (68,9%),komplikasi selama hamil terbanyak yaitu KPD
berjumlah 24 kasus,pendidikan ibu perokok pasif terbanyak SMA berjumlah 17 orang
(37,8%),pekerjaan ibu yang terbanyak yaitu IRT berjumlah 36 orang (80,0%) dan status
penghasilan keluarga yang terbanyak yaitu berpenghasilan rendah berjumlah 27 orang (60,6%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 2.Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif dengan BBLR


Ibu BBLR
Perokok Ya % Tidak % Jumlah % P OR
Pasif Value
Berat 28 62,2 1 2,2 29 64,4
Ringan 12 26,7 4 8,9 16 35,6 0,047 9,33
Jumlah 40 88,9 5 11,1 45 100

Berdasarkan tabel silang didapatkan hasil ibu hamil perokok pasif berat melahirkan bayi
dengan BBLR sebanyak 28 orang (62,2%) dan yang tidak BBLR sebanyak 1 orang (2,2%).
Sedangkan ibu hamil perokok pasif ringan yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 12 orang
(26,7%) dan yang tidak BBLR sebanyak 4 orang (8,9%).
Hasil uji Fisher’s Exact Test yaitu nilai signifikan sebesar 0,047. Oleh karena nilai p <
0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara ibu hamil perokok pasif
dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Pada hasil perhitungan
statistik didapatkan pula angka OR sebesar p- value = 9,33.

Tabel 3.Distribusi Crosstabulation Usia Ibu Hamil


Perokok Pasif Dengan Kejadian BBLR
Usia Ibu BBLR Jumlah %
Perokok Pasif Ya % Tidak %
<20 tahun 3 6,7 0 0 3 6,7
20-35 tahun 36 80,0 5 11,1 36 91,1
>35tahun 1 2,2 0 0 1 2,2
Jumlah 40 88,9 5 11,1 45 100

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 36 orang
(80,0%) dan 5 orang (11,1%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu dengan usia <20
tahun yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 orang (6,7%) serta ibu usia >35 tahun sebanyak 1
orang (2,2%) yang tidak melahirkan bayi BBLR.

Tabel 4.Distribusi Crosstabulation Paritas Ibu Hamil


Perokok Pasif Dengan Kejadian BBLR
Paritas Ibu BBLR Jumlah %
Perokok Pasif Ya % Tidak %
Primipara 10 22,2 3 6,7 13 28,9
Multipara 29 64,4 2 4,4 31 68,9
Grandemultipara 1 2,2 0 0 1 2,2
Jumlah 40 88,9 5 11,1 45 100

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu Multipara yaitu sebanyak 29 orang (64,4%) dan
2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu Primipara yang melahirkan
bayi BBLR sebanyak 10 orang (22,2%) dan 3 orang (6,7%) yang tidak melahirkan bayi BBLR.
Serta ibu Grandemulti yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 1 orang (2,2%).

Tabel 5.Distribusi Crosstabulation Riwayat Komplikasi Ibu Hamil


Perokok Pasif Dengan Kejadian BBLR
Riwayat BBLR Jumlah %
Komplikasi Ya % Tidak %
Anemia Berat 0 0 1 2,2 1 2,2
Perdarahan 2 4,4 0 0 2 4,4
Antepartum
PEB 16 35,6 2 4,4 18 40,0
KPD 22 48,9 2 4,4 24 53,3
Jumlah 40 88,9 5 11,1 45 100

Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu dengan KPD yaitu sebanyak 22 orang (48,9%)
dan 2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu dengan PEB yang
melahirkan bayi BBLR sebanyak 16 orang (35,6%) dan 2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi
BBLR. Serta ibu dengan Perdarahan Antepartum yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 1 orang
(2,2%), sedangkan ibu dengan Anemia Berat tidak melahirkan bayi BBLR sebanyak 1 orang
(2,2%).

Tabel 6.Distribusi Crosstabulation Pendidikan Ibu Hamil


Perokok Pasif Dengan Kejadian BBLR
Pendidikan Ibu BBLR Jumlah %
Perokok Pasif Ya % Tidak %
SD 13 28,9 1 2,2 14 31,1
SMP 7 15,6 0 0 7 15,6
SMA 14 31,1 3 6,7 17 37,8
PT 6 13,3 1 2,2 7 15,6
Jumlah 40 88,9 5 11,1 45 100

Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu SMA yaitu sebanyak 14 orang (31,1%) dan 3
orang (6,7%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu SD yang melahirkan bayi BBLR
sebanyak 13 orang (28,9%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Serta ibu PT
yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 6 orang (13,3%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak melahirkan
bayi BBLR, sedangkan ibu SMP yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 7 orang (15,6%).

Tabel 7.Distribusi Crosstabulation Pekerjaan Ibu Hamil


Perokok Pasif Dengan Kejadian BBLR
Pekerjaan Ibu BBLR Jumlah %
Perokok Pasif Ya % Tidak %
IRT 33 73,3 3 6,7 36 80,0
SWASTA 3 6,7 1 2,2 4 8,9
PNS 4 8,9 1 2,2 5 11,1
Jumlah 40 88,9 5 11,1 45 100

Berdasarkan tabel 7 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu dengan IRT yaitu sebanyak 33 orang (73,3%) dan
3 orang (6,7%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu PNS yang melahirkan bayi
BBLR sebanyak 4 orang (8,9%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Serta ibu
Swasta yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 3 orang (6,7%) dan 1 orang (2,2%) yang tidak
melahirkan bayi BBLR.

Tabel 8. Distribusi Crosstabulation Penghasilan Keluarga Ibu Hamil


Perokok Pasif Dengan Kejadian BBLR
Penghasilan BBLR Jumlah %
Keluarga Ya % Tidak %
Rendah 2 4,4 0 0 2 4,4
Sedang 25 55,6 2 4,4 27 60,0
Tinggi 10 22,2 3 6,7 13 28,9
Sangat Tinggi 3 6,7 0 0 3 6,7
Jumlah 40 88,9 5 11,1 45 100

Berdasarkan tabel 8 didapatkan hasil dari 45 responden ibu hamil perokok pasif yang
melahirkan bayi BBLR banyak ditemui pada ibu berpenghasilan sedang yaitu sebanyak 25 orang
(55,6%) dan 2 orang (4,4%) yang tidak melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu berpenghasilan
tinggi yang melahirkan bayi BBLR sebanyak 10 orang (22,2%) dan 3 orang (6,7%) yang tidak
melahirkan bayi BBLR. Serta ibu dengan penghasilan sangat tinggi melahirkan bayi BBLR
sebanyak 3 orang (6,7%), sedangkan ibu dengan penghasilan rendah melahirkan bayi BBLR
sebanyak 2 orang (4,4%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang melahirkan 28 bayi BBLR, sisanya 5 bayi


didapat pada bulan Februari-Mei 2018 di RSUD dilahirkan dengan berat lahir normal.
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, maka dapat Kelahiran BBLR pada ibu
dilakukan pembahasan berdasarkan data ibu perokok pasif sediri diakibatkan oleh
hamil perokok pasif sebanyak 45 sampel sebagai paparan karbonmonoksida (CO) yang
berikut: terus menerus selama hamil.
1. Analisis hasil perhitungan statistik Karbonmonoksida (CO) dapat diikat
Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif didalam hemoglobin ibu, sehingga
Dengan Kejadian BBLR di RSUD dr. mengakibatkan menurunnya kapasitas
Doris Sylvanus Palangka Raya bulan pengangkutan oksigen (O2) didalam
Februari-Mei 2018. darah ibu, dan pada akhirnya tubuh janin
Hasil uji statistik menggunakan akan menerima oksigen yang lebih sedikit
uji Fisher’s Exact Test memperlihatkan (Irnawati, 2007). Selain karbonmonoksida
nilai p=0,047 yang artinya jika p ≤ 0,05 (CO), nikotin yang dihasilkan dari asap
Ho ditolak. Maka hasil uji statistik rokok perokok aktif kemudian terhisap
memperlihatkan adanya hubungan oleh ibu hamil juga dapat menurunkan
signifikan antara ibu hamil perokok pasif perfusi plasenta. Nikotin yang masuk
dengan kejadian BBLR di RSUD dr. kedalam darah ibu dapat melewati
Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan plasenta dan mempengaruhi beberapa
Februari-Mei 2018. Bila dilihat dari hasil organ tubuh janin (Irnawati, 2007).
tabulasi silang dapat diketahui bahwa ibu Nikotin adalah sebuah vasokonstriktor,
hamil perokok pasif ringan melahirkan 12 jadi menyempitkan pembuluh darah
bayi BBLR dan ibu perokok pasif berat plasenta dan asap meningkatkan
viskositas darah, sehingga darah agak perokok pasif untuk melahirkan bayi
kental, sehingga lebih menghambat aliran BBLR.
darah. Asap sisa pembakaran rokok bisa 2. Analisis hasil perhitungan statistik
masuk melalui plasenta yang kemudian Hubungan Usia Ibu Hamil Perokok Pasif
dapat meningkatkan risiko BBLR Dengan Kejadian BBLR
(Wulandari, 2013). Dampak dari pengaruh Hasil statistik dengan
zat-zat tersebut adalah pertumbuhan janin menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
dibawah normal (Irnawati, 2007). yang didapatkan nilai signifikan sebesar
Hasil penelitian ini sejalan dengan 1,000 yang artinya nilai p > 0,05. Hal ini
berbagai penelitian sebelumnya yang menunjukkan tidak adanya hubungan
menyebutkan bahwa paparan asap rokok yang signifikan antara usia ibu hamil
di dalam rumah meningkatkan risiko perokok pasif dengan kejadian BBLR di
kelahiran bayi prematur di Kota Denpasar RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
(Noraini, 2013). Serta penelitian Corinne Dari tabel silang diatas dapat pula
Ward (2007) menyebutkan bahwa ibu diketahui bahwa kejadian BBLR lebih
yang perokok secara signifikan lebih banyak ditemui pada ibu hamil perokok
berisiko melahirkan bayi dengan BBLR. pasif berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak
Hal ini membuktikan bahwa benar jika 36 orang (80,0%).
asap sisa pembakaran rokok bisa masuk Hal ini tidak sejalan dengan apa
melalui plasenta yang kemudian dapat yang disebutkan oleh Proverawati (2010)
meningkatkan risiko BBLR (Wulandari, dalam bukunya yaitu angka kejadian
2013). tertinggi BBLR adalah pada usia ibu < 20
Pada hasil perhitungan statistik tahun atau lebih dari 35 tahun. Bahkan
didapatkan pula angka OR sebesar p value hasil penelitian Sistriani (2008)
= 9,333. Hal tersebut menunjukkan bahwa menyebutkan bahwa kehamilan pada usia
ibu hamil perokok pasif ringan maupun muda merupakan faktor resiko karena
berat memiliki resiko 9 kali lebih besar pada umur kurang dari 20 tahun kondisi
melahirkan bayi dengan BBLR ibu masih dalam pertumbuhan sehingga
dibandingkan ibu hamil yang bukan asupan makanan lebih banyak digunakan
perokok pasif. untuk mencukupi kebutuhan ibu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sedangkan kehamilan lebih dari 35 tahun
yang dikatakan oeleh Irnawati (2007) organ reproduksi kurang subur serta
bahwa kelahiran BBLR pada ibu perokok memperbesar resiko kelahiran dengan
pasif diakibatkan oleh paparan kelainan kongenital dan beresiko
karbonmonoksida (CO) yang terus mengalami kelahiran prematur. Umur
menerus selama hamil. Karbonmonoksida yang baik bagi ibu untuk hamil adalah 20-
(CO) dapat diikat didalam hemoglobin 35 tahun.
ibu, sehingga mengakibatkan menurunnya Suyanto (2006) juga menjelaskan
kapasitas pengangkutan oksigen (O2) bayi lahir prematur juga dikarenakan usia
didalam darah ibu, dan pada akhirnya ibu sangat muda atau terlalu tua. Untuk
tubuh janin akan menerima oksigen yang usia muda kurang dari 20 tahun dan
lebih sedikit. Serta wanita yang terpapar terlalu tua di atas 35 tahun. Faktor usia
asap rokok sebanyak 1,8% melahirkan dapat mempengaruhi kondisi mulut rahim
bayi dengan berat badan lahir rendah karena terlalu lemah sehingga bayi dapat
(Harrison, 2012). Bahkan status ibu lahir prematur. Menurut hasil penelitian
perokok pasif yang berusia diatas 35 yang dilakukan oleh Ellita (2012) di
tahun memiliki risiko kelahiran berat Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh,
badan rendah meningkat lima kali lipat menunjukkan bahwa dari 48 ibu dengan
( Gill Thorn, 2003). kategori umur resiko tinggi mayoritas
Sejalan pula dengan penelitian melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
lain yang dilakukan oleh Bening (2011) yaitu sebanyak 39 orang (81,25%).
menyebutkan bahwa ibu hamil dengan Namun pada hasil penelitian ini
status perokok pasif secara signifikan tidak menunjukkan adanya hubungan
mempunyai risiko 5 kali lebih besar antara usia ibu hamil perokok pasif
dibandingkan ibu hamil yang bukan dengan kejadian BBLR, tetapi ibu dengan
usia 20-35 tahun juga memiliki resiko penyulit pada kehamilan dan persalinan
dalam melahirkan bayi dengan BBLR. berikutnya. Kehamilan grandemultipara
Asap rokok orang lain adalah polusi (paritas tinggi) menyebabkan kemunduran
dalam ruangan yang sangat berbahaya daya lentur (elastisitas) jaringan yang
karena lebih dari 90% orang sudah berulang kali direngangkan oleh
menghabiskan waktu dalam ruangan. kehamilan sehingga cenderung untuk
Asap rokok terdiri dari asap utama (main timbul kelainan letak ataupun kelainan
stream) yang mengandung 25% kadar pertumbuhan plasenta dan pertumbuhan
bahan berbahaya dan asap sampingan janin sehingga melahirkan bayi berat lahir
(side stream) yang mengandung 75% rendah (BBLR). Hal ini dapat
kadar bahan berbahaya. Perokok pasif mempengaruhi suplai gizi dari ibu ke
mengisap 75% bahan berbahaya ditambah janin dan semakin tinggi paritas maka
separuh dari asap yang dihembuskan resiko nuntuk melahirkan BBLR semakin
keluar oleh perokok (Haris, 2012). tinggi. Dari hasil penelitian oleh Arinita
Usia perokok yang rata-rata masih (2012) di Rumah Sakit Pusat Dr.
muda, yaitu di usia reproduktif Mohammad Hoesin Palembang
memungkinkan gangguan fungsi paru menunjukkan dari 329 ibu, didapat ibu
belum terjadi sehingga para perokok dengan paritas tinggi 155 ibu yang
masih belum merasakan efek dari asap melahirkan BBLR (51,4%). Serta hasil
rokok yang mengakibatkan perilaku penelitian K.S. Negi (2006) menyebutkan
merokok tetap dilakukan dan bahwa ibu yang primipara lebih berisiko
mempengaruhi orang sekitar menjadi melahirkan bayi dengan BBLR.
perokok pasif. Namun demikian seiring Hal ini tidak sejalan dengan hasil
dengan bertambahnya umur kemungkinan penelitian di RSUD dr.Doris Sylvanus
terjadinya kelainan fungsi paru akan lebih Palangka Raya menunjukkan bahwa tidak
besar serta dengan bertambahnya umur adanya hubungan paritas ibu perokok
maka paru-paru seorang akan menerima pasif dengan kejadian BBLR. Namun dari
paparan bahan pencemar, termasuk hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
paparan asap rokok orang lain lebih lama. ibu multipara juga memiliki resiko untuk
Ada hubungan yang signifikan dengan melahirkan bayi BBLR.
arah negatif antara umur dengan fungsi
paru ( Nurjanah, 2014). 4. Analisis hasil perhitungan statistik
3. Analisis hasil perhitungan statistik Hubungan Riwayat Komplikasi Ibu Hamil
Hubungan Paritas Ibu Hamil Perokok Perokok Pasif Dengan Kejadian BBLR
Pasif Dengan Kejadian BBLR Hasil uji statistik dilakukan
Hasil uji statistik dengan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Smirnov yang didapatkan nilai signifikan
memperlihatkan nilai signifikan sebesar sebesar 0,994 yang artinya nilai p > 0,05.
0,648 yang artinya nilai p > 0,05. Hal ini Hal ini menunjukkan tidak adanya
menunjukkan tidak adanya hubungan hubungan yang signifikan antara riwayat
yang signifikan antara paritas ibu hamil komplikasi ibu hamil perokok pasif
perokok pasif dengan kejadian BBLR di dengan kejadian BBLR di RSUD dr.
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Doris Sylvanus Palangka Raya. Dari tabel
Dari tabel silang diatas dapat pula silang diatas dapat pula diketahui bahwa
diketahui bahwa kejadian BBLR lebih kejadian BBLR lebih banyak ditemui
banyak ditemui pada ibu hamil perokok pada ibu hamil perokok pasif dengan
pasif Multipara yaitu sebanyak 29 orang KPD yaitu sebanyak 22 orang (48,9%).
(64,4%). Meskipun hasil penelitian tidak
Aisyah (2010) menyebutkan menunjukkan hasil yang sigifikan, namun
bahwa ibu dengan paritas lebih dari empat hasil penelitian ini sejalan dengan teori
anak beresiko 2,4 kali lebih besar untuk yang disebutkan oleh Proverawati dan
melahirkan BBLR karena setiap proses Ismawati (2010) yang menyebutkan
kehamilan dan persalinan menyebabkan bahwa penyebab terjadinya bayi BBLR
trauma fisik dan psikis, semakin banyak secara umum bersifat multfaktorial salah
trauma yang ditinggalkan menyebabkan satunya yaitu faktor ibu yang mengalami
komplikasi selama kehamilan seperti menunjukkan tidak adanya hubungan
anemia berat, perdarahan antepartum, yang signifikan antara pekerjaan ibu
hipertensi, PEB, ISK, dan KPD. hamil perokok pasif dengan kejadian
5. Analisis hasil perhitungan statistik BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus
Hubungan Pendidikan Ibu Hamil Perokok Palangka Raya. Dari tabel silang diatas
Pasif Dengan Kejadian BBLR dapat pula diketahui bahwa kejadian
Hasil uji statistik dengan BBLR lebih banyak ditemui pada ibu
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov hamil perokok pasif yang bekerja sebagai
yang didapatkan nilai signifikan sebesar IRT yaitu sebanyak 33 orang (73,3%).
0,819 yang artinya nilai p > 0,05. Hal ini Proverawati dan Ismawati (2010)
menunjukkan tidak adanya hubungan menyebutkan salah penyebab dari bayi
yang signifikan antara pendidikan ibu dengan berat badan lahir rendah adalah
hamil perokok pasif dengan kejadian ibu yang memiliki aktifitas berlebih.
BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus Namun hasil penelitian ini menunjukkan
Palangka Raya. Dari tabel silang diatas bahwa ibu dengan pekerjaan IRT pun
dapat pula diketahui bahwa kejadian beresiko besar dalam melahirkan bayi
BBLR lebih banyak ditemui pada ibu BBLR.
hamil perokok pasif dengan pendidikan Hasil penelitian ini sejalan
SMA tahun yaitu sebanyak 14 orang dengan penelitian yang dilakukan oleh
(31,1%). Bening (2011) bahwa tidak ada hubungan
Faktor sosial ekonomi, budaya signifikan antara jenis pekerjaan ibu
berhubungan dengan tingkat pendidikan, dengan kejadian BBLR. Namun pekerjaan
pekerjaan ibu, ekonomi keluarga. yang aktifitasnya lebih banyak berdiri
Pendidikan secara tidak langsung akan yang memberikan beban berlebih pada
mempengaruhi hasil suatu kehamilan kandungan yang menyebabkan terjadinya
khususnya terhadap kejadian bayi dengan BBLR.
berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan 7. Analisis hasil perhitungan statistik
dengan pengetahuan ibu dalam Hubungan Penghasilan Keluarga Ibu
memelihara kondisi kehamilan serta Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian
upaya mendapatkan pelayanan dan BBLR
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan. Hasil uji statistik dilakukan
Hasil penelitian ini terlihat dengan menggunakan uji Kolmogorov-
bahwa tidak hanya ibu yang Smirnov yang didapatkan nilai signifikan
berpendidikan rendah yang melahirkan sebesar 0,890 yang artinya nilai p > 0,05.
bayi BBLR, tapi juga ibu yang memiliki Hal ini menunjukkan tidak adanya
pendidikan tinggi pun tetap berisiko hubungan yang signifikan antara
melahirkan bayi BBLR. penghasilan keluarga ibu hamil perokok
Di Indonesia yang merupakan pasif dengan kejadian BBLR di RSUD dr.
salah satu negara berkembang, prevalensi Doris Sylvanus Palangka Raya. Dari tabel
orang yang terpapar asap rokok orang lain silang diatas dapat pula diketahui bahwa
sangat tinggi karena prevalensi perokok kejadian BBLR lebih banyak ditemui
yang tinggi, rendahnya tingkat kesadaran pada ibu hamil perokok pasif yang
seseorang serta lemahnya penegakan berpenghasilan sedang yaitu sebanyak 25
aturan kawasan tanpa rokok sehingga orang (55,6%).
menyebabkan prevalensi perokok aktif Misna Tazkiah (2013)
maupun pasif di Indonesia terus menyebutkan didalam hasil penelitiannya
meningkat dari tahun ke tahun ( Nurjanah, bahwa sebagian besar pendapatan
2014). keluarga dalam kategori kurang. Sehingga
6. Analisis hasil perhitungan statistik responden tidak dapat membantu dalam
Hubungan Pekerjaan Ibu Hamil Perokok hal mencukupi keperluan akan gizi dan
Pasif Dengan Kejadian BBLR menyebabkan kejadian BBLR lebih sering
Hasil uji statistik dengan terjadi pada keluarga yang memiliki
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov penghasilan rendah. Berdasarkan hasil
yang didapatkan nilai signifikan sebesar penelitian ini terlihat sebuah fakta bahwa
0,978 yag artinya nilai p > 0,05. Hal ini keluarga dengan penghasilan sedang pun
memiliki resiko tinggi dalam melahirkan
bayi BBLR.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di banyak adalah ibu dengan penghasilan
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bulan sedang sebanyak 25 orang (55,6%).
Februari-Mei 2018 dapat diambil kesimpulan :
1. Hasil uji statistik menunjukkan adanya SARAN
hubungan yang signifikan antara ibu 1. Bagi para calon orang tua hendaknya
hamil perokok pasif dengan kejadian benar-benardapat menyiapkan lingkungan
BBLR di RSUD dr. Doris Sylvanus yang baik dan sehat agar bayi dapat
Palangka Raya. berkembang secara maksimal sejak
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa didalam kandungan. Dengan menghindari
berat lahir bayi yang dilahirkan oleh ibu perilaku merokok agar tidak menularkan
hamil perokok pasif yaitu bayi dengan dampak negatif kepada orang lain
BBLR (berat < 2500 gram) sebanyak 40 khususnya pada ibu hamil agar kehamilan
bayi (88,9%). dapat berjalan lancar dan bayi yang
3. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dilahirkan normal dan sehat.
gambaran status ibu hamil perokok pasif 2. Bagi para tenaga kesehatan khususnya di
paling banyak adalah ibu hamil perokok RS hendaknya dapat memberikan edukasi
pasif berat sebanyak 29 orang (64,4%) tentang bahaya asap rokok ke semua
dan 28 orang yang melahirkan bayi masyarakat dengan teknik dan alat peraga
dengan BBLR. penyuluhan yang lebih edukatif, kreatif,
4. Dari hasil penelitian diketahui bahwa usia dan menarik karena melalui penelitian ini
ibu hamil perokok pasif paling banyak
adalah usia 20-35 tahun sebanyak 36
orang (80%).
5. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu
hamil perokok pasif paling banyak adalah
ibu multipara sebanyak 29 orang (64,4%). terbukti bahwa tidak hanya perokok aktif
6. Dari hasil penelitian diketahui bahwa yang merasakan dampak negatif namun
komplikasi selama kehamilan paling para ibu hamil perokok pasif pun
banyak terjadi pada ibu hamil perokok merasakan dampak negatif. Hasil
pasif adalah KPD sebanyak 22 orang penelitian ini hendaknya dapat
(48,9%). meningkatkan kewaspadaa ibu dan peran
7. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu aktif keluarga dalam menjaga kesehatan
hamil perokok pasif yang melahirkan bayi ibu hamil dari paparan asap rokok.
BBLR di RSUD dr.Doris Sylvanus paling 3. Bagi peneliti lain diharapkan di masa
banyak adalah pendidikan SMA sebanyak yang akan datang hasil penelitian ini
14 orang (31,1%). dapat digunakan sebagai salah acuan
8. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu sumber data untuk penelitian selanjutnya
hamil perokok pasif yang melahirkan bayi berdasarkan faktor lainnya seperti
BBLR di RSUD dr.Doris Sylvanus paling variabel yang berbeda, jumlah sampel
banyak adalah IRT sebanyak 33 orang yang lebih banyak, tempat yang berbeda,
(73,3%). dan desain peelitian yang berbeda guna
9. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu meningkatkan pengetahuan terhadap
hamil perokok pasif yang melahirkan bayi bahaya asap rokok bagi para ibu hamil.
BBLR di RSUD dr.Doris Sylvanus paling

DAFTAR PUSTAKA
A Proverawati, C Ismawati . 2010, BBLR (berat Aziz,A. 2011, Metode Penelitian Kebidanan dan
badan lahir rendah).Yogyakarta: Nuha Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika. Medika.
Buku Kendali Tembakau Tani. 2012, tcsc- Pantiawati. 2010, Bayi dengan BBLR (Berat
indonesia.org/wp- Badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha
content/uploads/2012/11/buku-kendali- Medika.
tembakau-tani.pdf. Sastroasmoro, Sudigdo. 2002, Dasar – Dasar
C Ward,S Lewis, T Coleman. 2007, Prevalence Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
of maternal smoking and environmental Sagung Seto.
tobacco smoke exposure during Sistriani, C. 2008, Faktor Maternal dan Kualitas
pregnancy and impact on birth weight: Pelayanan Antenatal yang Beresiko
retrospective study using.BMC public and terhadap Kejadian Berat Badan Lahir
bmcpublichealth.biomedcentral.com. Rendah (BBLR) Studi pada Ibu.
Haris, Aila, Mukhtar Ikhsan, Rita Rogayah. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.
2012. Asap Rokok sebagai Bahan SD Lestari, IWGAE Putra. 2015, Paparan Asap
Pencemar dalam Ruangan. CDK, 189 Rokok pada Ibu Hamil di Rumah Tangga
(39). teradap Risiko Peningkatan Kejadian Bayi
https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/326 Berat Lahir Rendah di Kabupaten
Imron, Moch. 2014, Metodologi Penelitian Gianyar. Public Heath Preventive and
Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. repositori.unud.ac.id.

Kate Langley, et al. 2007, Effects of low birth S Krstev, et al. 2008, The Influence of Maternal
weight, maternal smoking in pregnancy Smoking and Exposure to Residential
and social class on the phenotypic Environmental Tobacco Smoke on
manifestation of Attention Deficit Pregnancy Outcome A Retrospektive
Hyperactivity Disorder and associated National. Serbian: Institute of
antisocial behaviour : investigation in a Occupational.
clinical sample. BMC Psychiatry. Stephanie J. 2003 , Trends and Variations in
Kurniasih, A. 2008, Faktor-Faktor yang Smoking During Pregnancy and Low
Berhubungan dengan Perilaku Merokok Birth Weight: Evidence From the Birth
pada Siswa SLTP di Kota Bekasi Certificate, 1990–2000. PhD
Tahun 2008. Jakarta: Universitas PEDIATRICS Vol. 111 No. 5.
Indonesia. Suryadi,RM. 2010, Prognosis Berat Badan
Marimbi,H. 2010, Tumbuh kembang, status gizi, Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan
dan imunisasi dasar pada balita. Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dan
Yogyakarta: Nuha Medika. Kejadian Lahir Mati di Kota Palembang
Tahun 2010. Majalah Kedokteran
Nurjanah, Lily, Abdun. 2014, Gangguan Fungsi Sriwijaya, 2010 - eprints.unsri.ac.id.
Paru Dan Kadar Cotinine Pada Urin
Karyawan Yang Terpapar Asap Rokok Tazkiah, M, et al. 2013, Determinan
Orang Lain. Fakultas Kesehatan, Epidemiologi Kejadian BBLR pada
Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Daerah Endemis Malaria di Kabupaten
Indonesia Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
Jurnal Berkala Epidemiologi,
Negi, KS, et al. 2006, Epidemiological factors journal.unair.ac.id.
affecting low birth weight.
imsear.li.mahidol.ac.th. www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia2015.pdf
NK Noriani, IWGAE Putra. 2015, Paparan
Asap Rokok dalam Rumah Terhadap www.depkes.go.id/resources/.../profil/PROFIL_
Risiko Peningkatan Kelahiran Bayi KES..2015/21_KALTENG_2015.pdf
Prematur di Kota Denpasar. Public Health www.depkes.go.id/resources/download/general/
And media.neliti.com. Hasil%20Riskesdas%202013.pd

You might also like