Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, KESIAPAN

BELAJAR, PEMBERIAN PENGHARGAAN (REWARD) DAN


KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII
MTsN KOTO TANGAH PADANG

Sagril Egil Koputra, Rizky Natassia, Erita


Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat
Egilsagril99@gmail.com

ABSTRACT

This research to analyze the influence of socio-economic conditions of the


elderly, readiness to learn, the giving of the reward, the ability to think critically
against the motivation to learn. The results showed that 1) socio-economic
conditions of the elderly effect significantly to the motivation to learn. Where
indicated by the value of this coefficient is significant because the value of ttabel
> 2.434 thitung 1.97796. 2) readiness of learning effect significantly to the
motivation to learn. Where indicated by the value of this coefficient is significant
because the value of thitung ttabel 1.97796 > 3.818. 3) the giving of reward effect
significantly to the motivation to learn. Where indicated by the value of this
coefficient is significant because the value of thitung, ttabel > 7.041 amounting to
1.97796. 4 critical thinking ability) effect significantly to the motivation to learn.
Where indicated by the coefficient is significant because the value of thitung,
ttabel of 1.97796 > 4.171. 5) conditions of economic social parents, readiness to
learn, award (reward) and critical thinking abilities simultaneously affect the
motivation of learning. Where the retrieved value Fhitung 165.650 > Ftabel 2.44
with the significant level of α = 0.05 < 0.000

Keywords: Socio-Economic Conditions, Study Readiness, Giving Rewards, and


Critical Thinking Ability

PENDAHULUAN sedang giat melaksanakan


Pada masa sekarang ini pembangunan disegala bidang salah
pendidikansudah menjadi kebutuhan satunya bidang pendidikan.
yang sangat penting bagi masyarakat Pendidikan merupakan salah satu
Indonesia. Mutu pendidikan perlu upaya untuk meningkatkan sumber
ditingkatkan demi meningkatkan daya manusia yang berkualitas,
sumber daya manusia yang memiliki kepribadian yang mantap,
berkualitas tinggi. Dalam rangka mandiri dan bertanggung jawab.
meningkatkan sumber daya manusia Tanpa melalui proses pendidikan
bangsa Indonesia pada saat ini yang jelas dan sistematis, maka tidak
mungkin suatu bangsa dapat maju akan belajar dengan sungguh-
dan berkembang kearah yang lebih sungguh apabila memiliki motivasi
baik. Terkait dengan dunia yang tinggi. Sedangkan Slameto
pendidikan untuk menciptakan (2010:54) menyatakan bahwa, faktor
individu yang berkualitas maka internal adalah faktor yang ada
diperlukan motivasi yang tinggi. dalam diri individu yang sedang
Kerena apabila motivasi seseorang belajar, sedangkan faktor eksternal
tinggi maka hasil yang dicapainya adalah faktor yang ada di luar
akan tinggi pula, begitu juga individu. Keberhasilan dalam proses
sebaliknya apabila motivasinya pembelajaran siswa dapat dilihat dari
rendah maka hasil yang diperolehnya tercapainya Kriteria Ketuntasan
akan rendah pula. Menurut (Mulyasa, Minimal (KKM) yang telah
2009:90) motivasi merupakan salah ditetapkan di sekolah. Keberhasilan
satu faktor yang turut menentukan proses pembelajaran dapat dilihat
keefektifan dan keberhasilan pada data nilai Ujian Nasional seperti
pembelajaran, karena peserta didik pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Perbandingan Nilai Ujian Nasional (UN) Tingkat MTsN Di Kota
Padang Pada Tahun Ajaran 2015/2016 dan 2016/2017
Nilai Rata-Rata UN
No Nama Sekolah
2015/2016 Peringkat 2016/2017 Peringkat
1 MTsN Bungus 325.01 1 326.35 1
Teluk Kabung
2 MTsN Lubuk 318.51 2 269.50 4
Buaya
3 MTsN Model 313.71 3 309.95 2
4 MTsN Parak 304.92 4 277.32 3
Lawas
5 MTsN Kuranji 290.21 5 254.07 5
6 MTsN Durian 275.74 6 252.23 6
Taung
7 MTsN Koto 240.55 7 226.35 7
Tangah

Sumber: Kementrian Agama Kota Padang tahun 2017


Dari tabel diatas dapat dilihat ajaran 2015/2016 MTsN Koto
bahwa motivasi belajar siswa di Tangah berada pada peringkat
MTsN Koto Tangah Padang ketujuh. Sedangkan, tahun ajaran
mengalami penurunan. Pada tahun 2016/2017 MTsN Koto Tangah
Padang masih berada pada peringkat sekian banyak siswa yang berjumlah
ketujuh. Berdasarkan data diatas 200 tersebut, masih banyak siswa
penulis memutuskan untuk yang ribut pada saat belajar, ada
melakukan penelitian di MTsN Koto yang keluar masuk pada saat
Tangah untuk mengetahui penyebab pembelajaran, sibuk dengan kegiatan
menurunnya motivasi belajar siswa yang lain diluar pelajaran IPS, masih
di sekolah tersebut. adanya siswa atau siswi yang alfa,
Adapun data mengenai dan cabut pada saat proses belajar
motivasi belajar siswa di kelas VIII mengajar di sekolah. Hal tersebut
MTsN Koto Tangah Padang, dari dapat terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Absensi Kehadiran Siswa Kelas VIII IPS MTsN Koto Tangah Padang
Januari – Maret Tahun ajaran 2016/2017
Keterangan
Kelas Jumlah Siswa
Alfa Cabut
VIII 1 36 11 3
VIII 2 36 47 5
VIII 3 33 11 81
VIII 4 27 24 9
VIII 5 31 34 40
VIII 6 37 4 -
Jumlah 200 131 138
Sumber: Guru BK di MTsN Koto Tangah Padang Tahun 2017
Dari tabel di atas dapat di lihat (2012:12) yaitu kedudukan atau
bahwa masih banyaknya siswa atau sebagai tempat atau posisi seseorang
siswi yang cabut sebanyak 138 kali dalam suatu kelompok sosial.Selain
dalam proses belajar mengajar.Ini itu dukungan orang tua baik secara
terbukti dengan melihat total semua materil seperti pendapatan orang tua
absensi yang ada pada semua kelas dapat memberikan motivasi yang
VIII baik itu kelas VIII 1 sampai baik untuk proses belajar anak.
kelas VIII 6 Pendapatan orang tua secara
Diduga salah satu faktor yang umum dapatdikatakan mempunyai
mempengaruhi motivasi belajar hubungan yang positif terhadap
siswa adalah kondisi sosial ekonomi peningkatan motivasi belajar anak.
orang tua.Pengertian status menurut Anak yang sedang belajar selain
Kamus Besar Bahasa Indonesia harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
seperti: makan, minum, pakaian, Fasilitas belajar tesebut terpenuhi
kesehatan dan lain-lainya, juga jika keluarga atau orang tuanya
membutuhkan fasilitas belajar memiliki pendapatan yang cukup.
seperti: meja, kursi, penerangan, alat Hal tersebut dapat terlihat pada tabel
tulis, buku-buku dan lain-lainnya. di bawah ini :
Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Orang Tua Siswa Kelas VIII IPS MTsN
Koto Tangah
No Pendapatan Jumlah Pendapatan Orang
Tua
1 Rp 1.000.000,- s/d Rp 1.500.000,- 98
2 Rp 1.500.001,- s/d Rp 2.000.000,- 46
3 Rp 2.000.001,- s/d Rp 3.000.000,- 38
4 Rp 3.000.001,- s/d Rp 4.000.000,- 10
5 Rp 4.000.001,- s/d Rp 5.000.000,- 8
6 Rp 5.000.001,- s/d Rp 6.000.000,- -
Jumlah 200
Sumber : Tata Usaha MTSN Koto Tangah Tahun 2017
Kategori pendapatan Badan bahwa sebagian besar pendapatan
Pusat Statistik (BPS) 2008, golongan orang tua secara umum relatif
pendapatan rendah berada <Rp rendah. Pendapatan orang tua (ayah
1.500.000,-. Hal ini dapat dikatakan dan ibu) yang paling rendah terdapat
bahwa banyak orang tua siswa yang pada Rp 1.000.000,- s/d Rp
pendapatan nya menengah kebawah. 1.500.000,- dengan jumlah 98 orang.
Menurut Hamalik (2001:28) keadaan Dengan melihat hal yang demikian
sosial ekonomi yang baik dapat motivasi belajar anak di sekolah
menghambat ataupun mendorong akan rendah sejalan dengan
dalam PBM. Masalah biaya pendapatan yang diterima oleh orang
pendidikan juga merupakan sumber tua mereka.
kekuatan dalam belajar karena Menurut Djamarah (2008:39)
kuranganya biaya pendidikan akan selain kondisi sosial ekonomi orang
sangat mengganggu kelancaran tua, faktor lain yang mempengaruhi
belajar. Dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesiapan
tinggi rendah nya pendapatan orang belajar. Kesiapan diberikan dalam
tua akan mempengaruhi pendidikan proses pembelajaran karena dalam
anak. Dari data di atas menunjukan kondisi siap, siswa cenderung lebih
mudah untuk mengikuti Sedangkan yang penulis
pembelajaran. Sebaliknya apabila temukan dilapangan yaitu pada saat
siswa belajar dalam kondisi tidak proses pembelajaran siswa tidak
siap baik itu kesiapan fisik seperti memperhatikan guru dengan baik,
(sakit atau kondisi cacat tubuh), sehingga mereka tidak mengerti
kesiapan psikologi (tertekan), dan tentang apa yang telah dijelaskan
kesiapan materil (tidak memiliki oleh guru serta sebagian siswa tidak
buku) akan mengganggu konsentrasi memiliki buku pelajaran ataupun
siswa dalam belajar sehingga buku catatan ips dan sering
motivasi belajar siswa akan meminjam buku kepada teman. Ini
menurun.Kesiapan belajar yang menggambarkan bahwa kesiapan
dimiliki oleh siswa akan dapat siswa dalam mengikuti pelajaran
mempengaruhi motivasi belajar yang belum maksimal. Hal tersebut
akan diperoleh oleh siswa tersebut. dapatdilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. Kesiapan Belajar Siswa dalam Mengikuti Proses Belajar Mengajar
di Kelas VIII MTsN Koto Tangah
Tidak Mengerjakan
Jumlah
Tugas Tidak Memiliki Tidak Memiliki
Kelas Siswa
Latihan Buku Catatan Buku Pelajaran
(Orang) PR
Sekolah
VIII 1 36 9 11 12 11
VIII 2 36 8 12 9 15
VIII 3 33 7 10 11 18
VIII 4 27 8 9 10 9
VIII 5 31 6 13 8 12
VIII 6 37 2 3 2 4
Jumlah 200 40 58 52 69
Sumber : Guru Mata Pelajaran IPSMtsn Koto Tangah Tahun 2017
Setelah dilakukan observasi mengerjakan tugas atau latihan di
di bulan Januari 2017 pada kelas VIII sekolah sebanyak 40 orang, tidak
IPS Mtsn Koto Tangah Padang, Dari mengerjakan (PR) latihan di rumah
data di atas menunjukan bahwa sebanyak 58 orang, tidak memiliki
kesiapan belajar siswa dalam buku catatan ips sebanyak 52 orang,
mengikuti pelajaran ips masih dan tidak memiliki buku bacaan
kurang. Dari keenam kelas tersebut ekonomi sebanyak 69 orang.
terdapat siswa yang tidak
Selain kesiapan belajar dengan norma (kriteria) yang
diduga yang mempengaruhi motivasi diharapkan.” menurut (Mulyasa,
belajar adalah pemberian reward, 2009:37) mengungkapkan bahwa
(Depdiknas,2010:11) mengungkapkn reward adalah suatu bentuk
bahwa,“penghargaan,ganjaran,hadiah perlakuan positif subyek. Reward
imbalan (reward) merupakan atau penghargaan merupakan respon
rangsangan (stimulus) yangdiberikan terhadap suatu tingkah laku yang
kepada peserta didik dalam rangka dapat peningkatan kemungkinan
memperkuat suatu respons terulang kembalinya tingkah laku
(tingkahlaku) tertentu yang tersebut.
dipandang baik, tepat atau sesuai
Tabel 5. Data Pemberian Reward Pada Kelas VIII di Mtsn Koto Tangah
Jenis Reward
Guru memberikan reward dalam bentuk pujian
No Kelas seperti : bagus, hebat, pintar.pemberian Keterangan
discount LKS
∑Siswa Reward Persentase
1 VIII 1 36 10 28% Masih kurangnya
2 VIII 2 36 7 20% pemberian
3 VIII 3 33 6 18% penghargaan (reward)
4 VIII 4 27 8 30% yang diberikan oleh
5 VIII 5 31 9 30% guru di dalam kelas
6 VIII 6 37 15 41%
Sumber :Guru bidang studi IPS di MTsN koto tangah 2017
Dari tabel di atas dapat kita cukup tinggi jika dibandingkan
lihat bahwa pemberian penghargaan dengan standar. Tujuan pemberian
(reward) sangat minim di lakukan penghargaan adalah agar siswa mau
oleh guru. Hanya VIII 6 yang sering berusaha keras mencapai hasil yang
guru memberikan reward karena betul-betul istimewa.
siswa-siswi nya pintar atau lokal Selanjutnya selain reward
unggul. Penghargaan hendaklah tidak diduga yang mempengaruhi motivasi
hanya diperuntukan bagi siswa-siswa belajar adalah kemampuan berpikir
yang betul-betul menunjukan prestasi kritis siswa. Menurut Panen, dkk
gemilang, tetapi juga untuk anak (2001:85) mengemukakan berpikir
yang berprestasi “cukup”meskipun kritis merupakan sebuah proses yang
sebetulnya prestasi tersebut sudah terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti “kegiatan mental yang memupuk ide-
memecahkan masalah, mengambil ide asli dan pemahaman-pemahaman
keputusan, membujuk, menganalisis baru”. Purwanto (2007:43)
asumsi dan melakukan penelitian berpendapat bahwa berpikir adalah
ilmiah. Menurut (Jhonshon, suatu keaktifan pribadi manusia yang
2010:183) berpikir kritis merupakan mengakibatkan penemuan terarah
“kemampuan untuk mengevaluasi kepada suatu tujuan. Manusia
secara sistematis bobot pendapat berpikir untuk menemukan
pribadi dan pendapat orang lain”. pemahaman atau pengertian yang
Sedangkan berpikir kreatif adalah dikehendakinya.
Tabel 6. Data kemampuan berpikir kritis kelas VIII
Kelas Total Siswa yang aktif % Siswa yang %
siswa dalam belajar tidak aktif
VIII 1 36 8 22 28 78
VIII 2 36 9 25 27 75
VIII 3 33 4 12 29 88
VIII 4 27 5 18 22 82
VIII 5 31 7 22 24 78
VIII 6 37 12 32 25 68
Sumber : Guru bidang studi IPS
Dari tabel di atas dapat kita pertanyaan inovatif, dan merancang
lihat hanya lokal VIII 6 yang paling solusi yang tepat. Apabila hal
aktif dalam proses belajar tersebut dilatih secara terus
mengajar.Jadi,dapat kita simpulkan menerus,diduga dapat meningkatkan
bahwa kemampuan berfikir kritis motivasi belajar siswa, namun
siswa-siswi di MTsN Koto Tangah sebaliknya jika tidak dilatih maka
masih rendah di sebabkan kurangnya kemampuan berpikir kritis tidak akan
motivasi mereka untuk belajar dan berkembang.
terbukti di dalam tabel 6. Berpikir Berdasarkan fenomena-
kritis memungkinkan siswa untuk fenomena itu, maka penulis
mempelajari masalah secara bermaksud mengadakan penelitian
sistematis, menghadapi banyak dengan judul “Pengaruh Kondisi
rintangan dengan cara yang Sosial Ekonomi Orang Tua,
terorganisasi, merumuskan Kesiapan belajar, Pemberian
Penghargaan (reward) dan seluruh siswa kelas VIII IPS MTsN
Kemampuan Berfikir Kritis Koto Tangah Padang yang terdiri
Terhadap Motivasi Belajar Siswa dari 200 orang. Dari 200 orang yang
IPS Kelas VIII MTsN Koto Tangah menjadi sampel sebanyak 138 orang
Padang. siswa. Dengan teknik pengambilan
sampel yaitupropotional random
METODE PENELITIAN
sampling. Skala pengukuran data
Berdasarkan permasalahan
yang dipergunakan dalam penelitian
dan tujuan pnelitian yang ingin
ini adalah skala likert, skala yang
dicapai, maka jenis penelitian ini
berhubungan dengan pernyataan
adalah penelitian deskriptif
atau sikap seseorang terhadap
danasosiatif. Menurut (Iskandar
sesuatu dengan interval penilaian
2009:23) penelitian deskriptif dan
untuk setiap jawaban responden 1-5.
asosiatif ini merupakan penelitian
Sebelum angket di sebarkan kepada
yang bertujuan untuk mengetahui
responden, terlebih dahulu
pengaruh atau hubungan antara dua
dilakukan uji coba. Uji coba ini
variabel atau lebih. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui
berusaha menggambarkan sejauh
validitas dan reliabilitas angket.
mana pengaruh kondisi sosial
Menurut Arikunto (2010:211)
ekonomi orang tua, kesiapan belajar,
validitas adalah suatu ukuran yang
pemberian penghargaan (reward),
menunjukkan tingkat-tingkat
kemampuan berfikir kritis siswa
kevalidan atau kesahan sesuatu
terhadap motivasi belajar siswa di
instrumen. Suatu instrumen
MTsN Koto Tangah Padang
dinyatakan valid (sah) jika
Penelitian dilakukan di
pertanyaan pada suatu angket
MTsN Koto Tangah PadangJl.
mampu mengungkapkan sesuatu
Kamboja Lubuk Minturun dan
yang akan diukur oleh angket
waktu penelitian direncanakan pada
tersebut. Pernyataan dinyatakan
bulan Agustus 2017. Pada penelitian
valid jika corrected item-total
ini yang menjadi populasi adalah
correlation >0,361
Tabel 8. Hasil Uji Validitas
Keterangan
Variabel
Valid Tidak Valid
Kesiapan Belajar(X2) 8 1
Pemberian Penghargaan (Reward) 7 3
(X3)
Kemampuan Berfikir kritis(X4) 26 5

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas


No Variabel Cronbach’s Niai Jumlah Keterangan
alpha Kritis Pernyataan
1 Motivasi Belajar 0.916 0,70 24 Reliable
Siswa (Y)
2 Kesiapan Belajar 0.849 0,70 9 Reliable
(X2)
3 Pemberian 0.799 0,70 10 Reliable
Penghargaan
(reward) (X3)
4 Kemampuan 0.911 0,70 31 Reliable
Berfikir Kritis
Siswa (X4)
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS.
Berdasarkan TCR dari
HASIL PENELITIAN DAN
masing-masing variabel bahwa rata-
PEMBAHASAN
rata variabel kesiapan belajar adalah
Tingkat Capaian Responden
sebesar 4,12 dengan tingkat capaian
(TCR) Variabel X
responden (TCR) sebesar 82,38%,
Dari tabel distribusi frekuensi
rata-rata variabel pemberian
rata-rata pendapatan orang tua siswa
penghargaan (reward)adalah sebesar
yaitu Rp. 1.881.884 per bulan,nilai
4,15 dengan tingkat capaian
tengah dari pendapatan orang tua
responden (TCR) sebesar 82,91%
siswa sebesarRp. 1.500.000, nilai
berada pada kategori baik, rata-rata
pendapatan orang tua siswa yang
variabel kemampuan berpikir
sering muncul sebesarRp. 1.500.000,
kritisadalah sebesar 4,13 dengan
standar deviasi pendapatan orang tua
tingkat capaian responden (TCR)
siswa sebesar 857.426,6.Hal ini
sebesar 82,62% berada pada kategori
membuktikan bahwa pendapatan
baik.
orang tua berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa.
Koefisien Determinasi (R2) thitung sebesar 2,434> ttabel sebesar
Berdasarkan hasil pada Tabel 1,97796 dengan nilai signifikan
32 di atas hasil pengolahan data yang 0,016< = 0,05, berarti Ha
dapat dilihat pada tabel model diterima dan H0 ditolak dengan
summary diperoleh hasil nilaiR demikian dapat dikatakan bahwa
square sebesar 0,833 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan
83,3% perubahan pada variabel secara parsial antara kondisi sosial
dependen (motivasi belajar) dapat ekonomi orang tua terhadap
dijelaskan oleh variabel independen motivasi belajar. Hal ini berarti
(kondisi sosial ekonomi orang tua, semakin baik kondisi sosial
kesiapan belajar, pemberian reward ekonomi orang tua, maka akan
dan kemampuan berfikir kritis) semakin baik pula motivasi
sedangkan sisanya sebesar 16,7% belajar.
dipengaruhi oleh variabel lain yang b. Hipotesis 2, terdapat pengaruh
tidak termasuk dalam penelitian ini yang signifikan antara kesiapan
seperti bisa jadi minat belajar, belajar (X2) terhadap motivasi
fasilitas belajar, lingkungan keluarga belajar (Y)
dan yang lainnya. Untuk variabel kesiapan
belajar diperoleh nilai thitung
Hasil Uji Hipotesis sebesar 3,818> ttabel sebesar
Hasil Uji t
1,97796 dengan nilai signifikan
Dari Tabel 33 di atas dapat
0,000 < = 0,05, berarti Ha
dilihat pengaruh masing-masing
diterima dan H0 ditolak dengan
variabel bebas yang mempengaruhi
demikian dapat dikatakan bahwa
motivasi belajar adalah:
terdapat pengaruh yang signifikan
a. Hipotesis 1, terdapat pengaruh
secara parsial antara kesiapan
yangsignifikan antara kondisi
belajarterhadap motivasi belajar.
sosial ekonomi orang tua (X1)
Hal ini berarti semakin baik
terhadap motivasi belajar (Y)
kesiapan belajar, maka akan
Untuk variabel kondisi
semakin baik pula motivasi
ekonomi orang tua diperoleh nilai
belajar.
c. Hipotesis 3, terdapat pengaruh berfikir kritis terhadap motivasi
yang signifikan antara pemberian belajar. Hal ini berarti semakin
reward (X3) terhadap motivasi baik kemampuan berfikir kritis,
belajar (Y) maka akan semakin baik pula
Untuk variabel pemberian motivasi belajar.
reward diperoleh nilai thitung
KESIMPULAN
sebesar 7,041> ttabel sebesar
Berdasarkan kepada
1,97796 dengan nilai signifikan
permasalahan dan pertanyaan
0,000 < = 0,05, berarti Ha
penelitian dan pembahasan yang
diterima dan H0 ditolak dengan
telah dilakukan, maka dapat
demikian dapat dikatakan bahwa
disimpulkan sebagai berikut:
terdapat pengaruh yang signifikan
1) Kondisi sosial ekonomi orang tua
secara parsial antara pemberian
berpengaruh positif dan signifikan
reward terhadap motivasi belajar.
terhadap motivasi belajar siswa
Hal ini berarti semakin baik
pada mata pelajaran IPS kelas
pemberian reward, maka akan
VIII MTSN Koto Tangah Padang.
semakin baik pula motivasi
Dimana ditunjukkan oleh nilai
belajar.
koefisien sebesar 0,035 Nilai
d. Hipotesis 4, terdapat pengaruh
koefisien ini signifikan karena
yang signifikan antara
nilai thitung 2,434> ttabel sebesar
kemampuan berfikir kritis (X4)
1,97796. Artinya apabila kondisi
terhadap motivasi belajar (Y)
sosial ekonomi orang tua
Untuk variabel kemampuan
meningkat sebesar satu satuan,
berfikir kritis diperoleh nilai thitung
maka motivasi belajar akan
sebesar 4,171 > ttabel sebesar
meningkat sebesar 0,035 dalam
1,97796 dengan nilai signifikan
setiap satuannya.
0,000 < = 0,05, berarti Ha
2) Kesiapan belajar berpengaruh
diterima dan H0 ditolak dengan
positif dan signifikan terhadap
demikian dapat dikatakan bahwa
motivasi belajar siswa pada mata
terdapat pengaruh yang signifikan
pelajaran IPS kelas VIII MTSN
secara parsial antara kemampuan
Koto Tangah Padang. Dimana sebesar 0,259. Nilai koefisien ini
ditunjukkan oleh nilai koefisien signifikan karena nilai thitung
sebesar 0,185 Nilai koefisien ini 4,171 > ttabel sebesar 1,97796.
signifikan karena nilai thitung Artinya apabila kemampuan
3,818> ttabel sebesar 1,97796. berfikir kristis meningkat
Artinya apabila kesiapan belajar sebesar satu satuan, maka
meningkat sebesar satu satuan, motivasi belajar akan meningkat
maka motivasi belajar akan sebesar 0,259 dalam setiap
meningkat sebesar 0,185 dalam satuannya
setiap satuannya.
DAFTAR PUSTAKA
3) Pemberian reward berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Alwi, Hasan. (2012). Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Edisi 4.
motivasi belajar siswa pada mata
Jakarta: Balai Pustaka.
pelajaran IPS kelas VIII MTSN
Depdiknas. (2010). Panduan
Koto Tangah Padang. Dimana
Pendidikan Karakter di SMP.
ditunjukkan oleh nilai koefisien Jakarta: Balitbang Depdiknas.
sebesar 0,467. Nilai koefisien ini Djamarah, S. B. (2008). Rahasia
signifikan karena nilai thitung Sukses Belajar. Jakarta:
Rhineka Cipta.
7,041 > ttabel sebesar 1,97796.
Artinya apabila pemberian Iskandar. (2009). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
rewardmeningkat sebesar satu Gaung Persada Press.
satuan, maka motivasi belajar
Jhonshon, E. (2010). Contextual
akan meningkat sebesar 0,467 Theaching and Learning :
dalam setiap satuannya. Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasikkan Dan
4) Kemampuan berfikir kristis Bermakna. Bandung: Kaifa.
berpengaruh positif dan
Mulyasa. (2009). Implementasi
signifikan terhadap motivasi Kurikulum Tingkat Satuan
belajar siswa pada mata Pendidikan Kemandirian Guru
Dan Kepala Sekolah. Jakarta:
pelajaran IPS kelas VIII MTSN bumi aksara.
Koto Tangah Padang. Dimana
Panen, dkk. (2001). Konstruksivisme
ditunjukkan oleh nilai koefisien Dalam Pembelajaran. Jakarta:
PPAUT Dierjen Dikti
Depdiknas.

Purwanto, M. N. (2007). Psikologi


Pendidikan. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-


Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rhineka Cipta.

You might also like