Professional Documents
Culture Documents
Karakteristik Fisik Dan Kimia Bioetanol Dari Jagun
Karakteristik Fisik Dan Kimia Bioetanol Dari Jagun
Uji sifat fisik dan kimia bioetanol dari jagung (Zea mays L)
Hendry Sakke Tira*, I Made Mara, Z. Zulfitri, M. Mirmanto
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram, Jln. Majapahit No. 62 Mataram Nusa Tenggara
Barat Kode Pos : 83125, Telp. (0370) 636087; 636126; ext 128 Fax (0370) 636087.
*Email: hendrytira@unram.ac.id
https://doi.org/10.29303/dtm.v8i2.231
77
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 8, No. 2, Juli 2018 Hendry dkk. : Karakteristik fisik dan kimia bioetanol dari jagung
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (Zea mays L)
akhir bioetanol yaitu waktu fermentasi. Pada Selanjutnya viskositas kinematiknya dapat
proses fermentasi sendiri terdapat banyak faktor diperoleh melalui persamaan berikut:
yang menentukan namun dalam penelitian ini Jika 32 < SSU < 100 maka:
hanya akan ditekankan pada durasi fermentasi. 1,95
Diharapkan melalui penelitian ini akan v = 0,00226 . SSU – (cSt) (2)
diperoleh informasi yang berguna sekaligus akan SSU
menambah dan memperkaya pengetahuan kita Jika SSU > 100 maka:
tentang proses pembuatan bioetanol. 1,35
v = 0,00220 . SSU - (cSt) (3)
METODE PENELITIAN
SSU
Flash Point adalah temperatur pada
Untuk melaksanakan penelitian ini beberapa
keadaan dimana uap di atas bahan bakar akan
laboratorium digunakan seperti laboratorium
terbakar dengan cepat (meledak) apabila nyala api
teknologi hasil pertanian di jurusan teknologi hasil
didekatkan padanya. Sedangkan Fire point adalah
pertanian fakultas pertanian unram untuk menguji
temperatur pada keadaan dimana uap di atas
densitas, laboratorium transportasi jurusan teknik
permukaan bahan bakar terbakar secara kontinyu
sipil fakultas teknik unram untuk menguji
apabila nyala api didekatkan padanya. Pengujian
viskositas, flash point dan fire point, dan
dilakukan dengan menggunakan Flash and Fire
laboratorium kimia analitik fakultas MIPA unram
Point Tester dengan standar pengujian ASTM D
untuk menguji kandungan belerang.
93.
Proses membuat bioetanol dimulai dari
Sebelum melakukan percobaan bioetanol
memasak tepung jagung yang dicampur air
o dari jagung yang akan diuji didinginkan terlebih
sebanyak 10 liter selama 1 jam pada suhu 110 C.
dahulu dengan menggunakan es di dalam sebuah
Kemudian tahapan liquefaction dilakukan dengan
wadah. Setelah 30 menit suhu bioetanol dapat
menambahkan 1,5 gram enzim alpha-amylase
mencapai 100C, kemudian dilakukan pengujian titik
pada bubur jagung (mash) pada suhu 95oC.
o nyala (flash point) dan titik bakar (fire point)
setelah mash mencapai suhu 55 C kemudian
dengan alat flash and fire point tester.
ditambahkan enzim gluco-amylase yang
Untuk mendapatkan karakteristik fisik dan
merupakan tahapan saccharification. Proses
kimia di atas, pengujian dilakukan dengan
selanjutnya adalah memberikan ragi (yeast)
memvariasikan lamanya fermentasi yaitu selama
sebanyak 1 gram tiap 6,5 kg jagung setelah mash
o 50, 70, dan 90 jam. Selanjutnya proses distilasi
mencapai suhu 30 C. Setelah proses di atas o
dilakukan pada suhu 78 C selama 60 menit.
kemudian fermentasi dilakukan dengan variasi
Proses distilasi dilakukan sebanyak 2 kali yang
waktu selama 50, 70, dan 90 jam. Cairan hasil
o kemudian disebut distilasi I dan distilasi II.
fermentasi kemudian didistilasi pada suhu 78 C
Alat yang digunakan untuk mengukur
pada tekanan 300 mbar selama 1 jam.
kandungan belerang (S) suatu bahan bakar adalah
Pengujian densitas bioetanol dilakukan pada
Spectrofotometer tipe UV-200-RS menurut standar
suhu 60oF (15,5oC) dengan cara ditimbang pada
pengujian ASTM D-4294. Bioetanol dari jagung
timbangan analitik yang mana selanjutnya
sebelum diukur kandungan belerangnya dengan
menghitung densitas menggunakan persamaan:
spectrofotometer terlebih dahulu dilarutkan dalam
asam kuat, dimana pelarut asam kuat yang
= (1) digunakan disini adalah HNO3 (asam nitrat) yaitu
sebanyak 0,5 ml dan 10 ml bioetanol dari jagung.
Setelah itu dari campuran tadi kemudian ditambah
Pengujian viskositas bioetanol dari jagung larutan acid seed (K2ClO4 400 ml + HCl 500 ml)
dilakukan tiga kali pengulangan, kemudian diambil sebanyak 1 ml dan BaCl2 25 % sebanyak 1 ml.
rata-ratanya. Pengujian dilakukan menggunakan Tujuan ditambahkannya BaCl2 agar terbentuk
Saybolt viscosimeter dengan standar pengujian senyawa BaSO4, dimana senyawa BaSO4 inilah
ASTM D 88. Data yang diperoleh dari alat ini yang dibaca pada alat spectrofotometer tersebut.
adalah viskositas kinematik dari bioetanol tersebut. Keseluruhan campuran di atas ditaruh didalam
Derajat viskositas dinyatakan dalam waktu cawan untuk dijadikan sampel yang diukur
alir (detik) yang diperlukan untuk menghabiskan kandungan belerangnya.
sejumlah fluida dengan volume tertentu, melalui Selanjutnya kandungan belerang (S) dapat
suatu pipa yang mempunyai ukuran tertentu pada diperoleh melalui persamaan:
kondisi standar dibandingkan dengan waktu alir air
murni pada temperatur standar. Dalam penelitian
ini digunakan alat Saybolt Viskometer Universal.
Viskositas diukur dengan SSU (Second Saybolt
Universal) pada temperatur 100oF (38oC).
https://doi.org/10.29303/dtm.v8i2.231
78
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 8, No. 2, Juli 2018 Hendry dkk. : Karakteristik fisik dan kimia bioetanol dari jagung
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (Zea mays L)
0,9 0,029293855
https://doi.org/10.29303/dtm.v8i2.231
79
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 8, No. 2, Juli 2018 Hendry dkk. : Karakteristik fisik dan kimia bioetanol dari jagung
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (Zea mays L)
70
57,67 55,34 58,34
bertambahnya kadar bioetanol karena semakin
60
46
besar kadar bioetanol, maka kerapatan (densitas)
50 41,34 akan semakin kecil.
40
Terjadi sedikit perbedaan nilai titik nyala
30
(flash point) dan titik bakar (fire point) pada distilasi
20
II. Sebagaimana yang telah diutarakan pada
10 pembahasan pengujian densitas, bioetanol
0
50 70 90 dengan kadar 87% densitasnya lebih kecil dari
Lama Fermentasi (Jam) densitas bioetanol dengan kadar 85%. Namun
Flash Point Fire Point karena perbedaannya sangat kecil sehingga tetap
dikatakan bahwa nilai densitas berbanding terbalik
Gambar 3. Flash and fire point rata-rata biortanol dengan kadar bioetanol. Oleh karena itu, pada
dari jagung pada distilasi I pengujian flash and fire point ini, bioetanol yang
dihasilkan dari fermentasi 90 jam distilasi II
memiliki kerapatan (densitas) yang paling besar
yaitu 0.8114 gr/ml sehingga lebih sulit menguap
daripada bioetanol yang dihasilkan pada
fermentasi 50 dan 70 jam yang memiliki kerapatan
(densitas) sebesar 0.8105 dan 0.8088 gr/ml. Oleh
karena itu titik nyala (flash point) dan titik bakar
(fire point) akan semakin kecil seiring dengan
bertambahnya kadar bioetanol karena semakin
https://doi.org/10.29303/dtm.v8i2.231
80
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 8, No. 2, Juli 2018 Hendry dkk. : Karakteristik fisik dan kimia bioetanol dari jagung
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (Zea mays L)
https://doi.org/10.29303/dtm.v8i2.231
81
Dinamika Teknik Mesin, Vol. 8, No. 2, Juli 2018 Hendry dkk. : Karakteristik fisik dan kimia bioetanol dari jagung
p. ISSN: 2088-088X, e. ISSN: 2502-1729 (Zea mays L)
https://doi.org/10.29303/dtm.v8i2.231
82