Tan Malaka
Bapak Republik yang Dilupakan
ning las
AAS] SD AhiKili Buku Rowland
E-book pdf ini adalah bebas dan tanpa biaya apapun.
Siapapun yang menggunakan fle in,
untuk tujuan apapun dan karenanya menjadi
pertanggungan jawabnya sendin.DIA YANG MAHIR DALAM REVOLUSI
11 AGUSTUS 2008
ORDE Baru telah melabur hitam peran sejarahnya. Tapi, harus diakui, di
mata sebagian anak muda, Tan mempunyai daya tarik yang tak tertahankan.
Sewaktu Socharto berkuasa, menggali pemikiran serta langkah-langkah
politik Tan sama seperti membaca novel-novel Pramoedya Ananta Toer.
Buku-bukunya disebarluaskan lewat jaringan Klandestin. Diskusi yang
membahas alam pikirannya dilangsungkan secara berbisik. Meski dalam
perjalanan hidupnya Tan akhirnya berseberangan dengan Partai Komunis
Indonesia (PKD, sosoknya sering kali dihubungkan dengan PKI: musuh
abadi Orde Baru.
Perlakuan serupa menimpa Tan di masa Soekarno berkuasa. Soekarno,
melalui kabinet Sjahrir, memenjarakan Tan selama dua setengah tahun,
tanpa pengadilan. Perseteruannya dengan para pemimpin pucuk PKI
membuat ia terlempar dari lingkaran kekuasaan, Ketika PKI akrab dengan
kekuasaan, Bung Karno memilih Musso-orang yang telah bersumpah
menggantung Tan karena pertikaian internal partai-ketimbang Tan.
Sedangkan D.N. Aidit memburu testamen politik Soekarno kepada Tan.
Surat wasiat itu berisi penyerahan kekuasaan kepemimpinan kepada empat
nama-salah satunya Tan-apabila Soekarno dan Hatta mati atau ditangkap.
Akhirnya Soekarno sendiri membakar testamen tersebut. Testamen itu
berbunyi: "..jka saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan
pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan
revolusioner, Tan Malaka."
Politik memang kemudian menenggelamkannya. Di Bukittinggi, di
kampung halamannya, nama Tan cuma didengar sayup-sayup. Ketika Harry
Albert Poeze, sejarawan Belanda yang meneliti Tan sejak 36 tahun lalu,
mendatangi Sekolah Menengah Atas 2 Bukittinggi, Februari lalu, guru-guru
sckolah itu terkejut. Sebagian guru tak tahu Tan pernah mengenyam
pendidikan di sekolah yang dulu bernama Kweekschool (sekolah guru) itu
pada 1907-1913. Sebagian lain justru tahu dari murid yang rajin berselancar
di Internet. Mereka masih tak yakin, sampai kemudian Poeze datang, Poeze
pun menemukan prasasti Engku Nawawi Sutan Makmur, guru Tan,
tersembunyi di balik lemari sekolah.
Di sepanjang hidupnya, Tan telah menempuh pelbagai royan: dari masa
akhir Perang Dunia I, revolusi Bolsyewik, hingga Perang Dunia IT. Di kancah
perjuangan kemerdekaan Indonesia, lelaki kelahiran Pandan Gadang, Suliki,
Sumatera Barat, 2 Juni 1897 ini merupakan tokoh pertama yang menggagas
secara tertulis konsep Republik Indonesia. Ia menulis Naar de Republiek
Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada 1925, jauh lebih dulu
dibanding Mohammad Hatta, yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia
Merdeka) sebagai pleidoi di depan pengadilan Belanda di Den Haag (1928),
dan Bung Karno, yang menulis Menuju Indonesia Merdeka (1933).
1