Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH EDUKASI GIZI TERHADAP PENGETAHUAN, POLA MAKAN,

DAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PERBEDAAN SIKAP SEBELUM DAN


SESUDAH KONSELING GIZI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI
RSUD LANTO’ DG PASEWANG JENEPONTO DAN RS ISLAM SAMARINDA

Abstract
Diabetes mellitus is one of the communicable diseases that have become a public
health problem, not only in Indonesia but also the world. DM is also a cause of disease
mortality by 5.8%. The phenomenon of diabetes mellitus from year to year an
increasing number. One major factor is the lack of knowledge in conducting therapy
in patients with diabetes mellitus diit so may lead to increased blood sugar levels.
The aim of this study was to determine the effect of nutrition education to increase
the knowledge, dietary compliance and uncontrolled blood sugar levels Diabetes
Mellitus Out patient in Lanto Dg Pasewang Public Hospital Jeneponto.
Samarinda own particular Islamic Hospital years 2009, there were 449 patients
with DM, and 2011 an increase in the 1931 patients with diabetes mellitus. To increase
patients' knowledge about diabetes and diabetic patients be directing attitudes that
support or positive attitude towards keeping blood glucose levels to remain normal.
There is increased knowledge about diabetic patients before and after intervention with
increasing value of 3.77 (p value = 0.000) and increase in attitudes regarding diabetes
mellitus diabetic patients with an increase in the value of 5,35 (p value = 0.003). There
was an increase in knowledge and attitudes of patients hospitalized with diabetes
mellitus hospital after islam samarinda given nutritional counseling using audio-visual
media. The dietary pattern data was collected by 24 hours recall questionnaire, blood
glucose level of patients were measured by blood glucose meter. The secondary data
are the description of hospital and laboratory result data obtained from the hospital.
Data analysis was performed by Mc Nemar test. The results showed, after education,
knowledge of patients categorized sufficiently increased (p = 0.031), from 33.3% to
53.3%, as well as the diet of patients (p = 0.003), from 23.3% to 60 , 0% categorized
fairly, as well as the patient's blood sugar levels were controlled (p=0.000), from3.3%
to 46.7%.It is recommended to patients to better manage diet to control blood sugar
levels with the help of physical activity and obedient in taking the drug.

Keywords : Nutrition counseling, audiovisual media, Knowledge, attitude, DM, blood


sugar levels

PENDAHULUAN Salah satu contoh klasik yang menjadi


Banyak permasalahan yang momok masyarakat dalam gaya hidup
terjadi dalam peningkatan taraf tersebut adalah Diabetes Melitus.
kesehatan masyarakat sehubungan gaya Penyakit diabetes mellitus adalah
hidup yang kurang sehat (unhealthy salah satu penyakit tidak menular yang
lifestyle). Kabar buruknya ialah telah menjadi masalah kesehatan
unhealthy lifestyle berujung pada masyarakat, tidak hanya di Indonesia
munculnya berbagai macam penyakit tetapi juga di dunia. Prevalensi penderita
metabolik dan makin sulitnya diabetes mellitus di Sulawesi Selatan
penanganan penyakit-penyakit tersebut. adalah 4,6%. Selain itu diketahui bahwa
prevalensi DM dan TGT lebih tinggi (berupa diet) dan latihan jasmani
pada yang mempunyai berat badan lebih (olahraga). Untuk meningkatkan
atau yang obesitas, juga ada responden kesehatan dan mengurangi angka
yang obesitas sentral. Ditambahkan oleh kesakitan DM dilakukan upaya pada
Pusat Data dan Informatika PERSI sector kesehatan melalui penyuluhan
(2007)4 berdasarkan hasil penelitian maupun konseling dengan media audio
epidemologi peningkatan prevalensi DM visual lebih mengutamakan upaya
yang terjadi di Sulawesi Selatan preventif, sebagai ujung tombak
Khususnya Makassar meningkat dari paradigma sehat. Intervensi konseling
1,5% pada 1981 menjadi 2,9% tahun gizi dengan bantuan media audio visual
1998, dan 12,5% pada tahun 2005. dapat dilakukan sebagai upaya untuk
Penderita Diabetes Mellitus pada merangsang masyarakat terutama
tahun 2008 mencapai hingga 5,70% keluarga agar mampu menjadi innovator
sedangkan pada tahun 2009 meningkat di lingkungan rumah tangganya sendiri.
hingga 6,63% dan pada tahun 2010 juga Media audiovisual dipilih untuk
meningkat menjadi 7,19%. Dari data meningkatkan pengetahuan, sikap dan
tersebut menunjukkan bahwa penderita perilaku pasien karena, pengetahuan
Diabetes Mellitus setiap tahun yang ada pada seseorang diterima
mengalami peningkatan di Kab melalui indera. Menurut penelitian para
Jeneponto.5 Saat ini angka kesakitan ahli indera, yang paling banyak
penyakit diabetes mellitus setiap menyalurkan pengetahuan kedalam otak
tahunnya semakin bertambah, dimana adalah indera pandang. Kurang lebih
tahun 2006 terdapat 14 juta orang dan 75% sampai 85% dari pengetahuan
tahun 2011 menempati urutan ke-4 manusia diperoleh/disalurkan melalui
dengan 773 kasus (DINKES indera pandang, 13% melalui indera
PROV.KALTIM). DM juga merupakan dengar dan 12% lainnya tersalur melalui
penyakit penyebab kematian sebesar indera yang lain(1). Di samping itu
5,8%. Dan samarinda sendiri khususnya Audio visual merupakan alat bantu yang
Rumah Sakit Islam Samarinda 2009 paling tepat saat ini Seiring
terdapat 449 pasien DM, dan 2011 perkembangan teknologi begitu pesat,
terjadi peningkatan yaitu 1.931 pasien pembuatan/pemakaian media audio
DM. Dari data yang diperoleh diatas, visual tidaklah terlalu mahal. Sebagian
dapat dilihat bahwa prevalensi diabetes besar masyarakat baik di perkotaan
mellitus sudah semakin tinggi, baik di maupun di pedesaan memiliki sarana
negara-negara maju maupun di negara- audio visual di rumah masing-masing.
negara berkembang, khususnya di Oleh karena itu, penyuluhan
Indonesia. Gaya hidup yang kurang sehat dengan media audio visual perlu
merupakan salah satu faktor terjadinya dikembangkan sebagai jawaban terhadap
diabetes mellitus tipe 2, terutama pola kebutuhan untuk memberikan konseling
makan tidak sehat dan pengetahuan secara sistematis kepada masyarakat
tentang DM yang kurang.Kedua faktor dengan focus pada tingkat pengetahuan,
tersebut dapat menyebabkan peningkatan sikap dan perilaku. Tujuan penelitian ini
glukosa darah. adalah mengkaji perbedaan pengetahuan
Pengobatan DM tidak hanya dan sikap pasien diabetes mellitus rawat
dilakukan dengan obat, tetapi juga inap rumah sakit islam samarinda
dengan pengaturan pola makanan sebelum dan sesudah konseling gizi
dengan menggunakan media audio visual variabel terikat.
tahun 2012 dan mengetahui pengaruh
Populasi dan Sampel
edukasi gizi terhadap tingkat
pengetahuan, pola makan, dan kadar Populasi adalah semua pasien
glukosa darah pada pasien DM di Diabetes Mellitus yang datang berobat
RSUD Lanto dg. Pasewang. ke RSUD Lanto Dg.Pasewang pada
bulan Mei s/d Juni 2012. Sementara itu,
METODE sampel adalah pasien rawat jalan di
bagian poli umum sebanyak 30 pasien,
Lokasi Penelitian
yang diambil dengan teknik purposive
Penelitian ini dilaksanakan di sampling, yaitu pengambilan sampel
Rumah Sakit Islam Samarinda, hal ini dari semua subyek yang datang dan
dikarenakan DM merupakan penyakit memenuhi kriteria penelitian sampai
tertinggi ke-2 setelah Hipertensi dan jumlah sampel yang diperlukan
dilaksanakan di RSUD Lanto terpenuhi. Kriteria tersebut adalah
Dg.Pasewang kab.Jeneponto dengan sebagai berikut :pasien DM yang
alasan karena rumah sakit ini berkunjung ke rumah sakit pada bulan
mendapat kunjungan pasien baru yang Mei-Juni, tidak mengalami komplikasi
tinggi setiap bulan. yang mempengaruhi pola makan, sadar,
dan bersedia menjadi sampel. Di
Desain dan Variabel Penelitian
Rumah Sakit Islam Samarinda pada
Penelitian di Rumah Sakit Islam bulan Januari, pasien sebanyak 54
Samarinda dengan metode accidental orang. Penelitian dilaksanakan pada
sampling. Jumlah sampel ditentukan bulan Mei s/d Juni 2012
berdasarkan karakteristik inkulsi yang
Pengumpulan Data
telah ditentukan oleh peneliti. Variabel
bebas (independent) yaitu metode Data pada penelitian di Rumah
konseling gizi dengan menggunakan Sakit Islam Samarinda diolah dengan
media audio visual, variabel terikat menggunakan analisis statistik analisis
(dependent) yaitu pengetahuan dan paired sampel t-test, untuk
sikap. Jenis penelitian di RSUD Lanto membandingkan hasil rerata pretest
Dg.Pasewang kab.Jeneponto adalah dengan posttest setelah intervensi,
studi eksperimental pra eksperimen keputusan pengujian hipotesis penelitian
dengan rancangan one group pre-test didasarkan pada taraf signifikan 0,05.
and post-test design. Pada rancangan Independent sampel t-test juga
ini, tidak terdapat kelompok digunakan untuk membandingkan mean
pembanding (kontrol), tetapi nilai pengetahuan dan sikap responden
dilakukan observasi pertama (pre-test) atau pasien diabetes mellitus. Hasil uji
yang memungkinkan peneliti dapat statistik diinterpretasikan dan dijadikan
mengetahui adanya perubahan hasil analisis untuk menjawab tujuan
pengetahuan, pola makan, dan kadar penelitian. Data yang dikumpulkan di
gula darah setelah diberikan edukasi. RSUD Lanto Dg. Pasewang kab.
Variabel dalam penelitian ini adalah Jeneponto meliputi data primer dan
edukasi gizi, pengetahuan, dan pola data sekunder. Data primer meliputi
makan, sebagai variabel bebas, dan identitas, karakteristik, pola
kadar gula darah pasien sebagai konsumsi,kadar gula darah,
pengetahuan pasien, serta antropometri. paling banyak bekerja sebagai ibu
Data pola konsumsi diperoleh melalui rumah tangga, yaitu 16 responden
kuesioner recall 24 jam. Data kadar (53,3%). Berdasarkan tingkat
gula darah pasien diukur dengan pendidikan, pasien terbanyak berada
menggunakan alat pengukur gula pada kelompok dengan tingkat
darah.Sementara pengetahuan pasien pendidikan dasar (SD dan SMP),
diperoleh melalui wawancara sebanyak 21 responden (70,0%).
menggunakan kuesioner, yang Selanjutnya, berdasarkan lamanya
diberikan sebelum dan setelah edukasi. menderita penyakit, ditemukan pasien
Antropometri, yaitu data TB dan BB yang terbanyak, berada pada kelompok
pasien, dilakukan dengan <5 tahun, yaitu 22 responden (73,3%).
menggunakan timbangan injak dan
microtoice. Untuk data sekunder yaitu Hasil Uji Paired sampel t-test dan
gambaran umum rumah sakit, dan data Pengetahuan dan Sikap
hasil laboratorium diperoleh dari
rumah sakit ini sendiri. Penelitian Pengetahuan
dilakukan selama 61 hari. Setiap Perbedaan rerata dan simpangan
responden diberikan post-test setelah 21 baku nilai pretest ke posttest, ditunjukan
hari diberikan edukasi. tabel 1 dimana pengetahuannya
meningkat dari 7,04 menjadi 10,81
HASIL dengan nilai perbedaannya juga
meningkat hingga 3,77. Dengan standar
Karakteristik responden yang
deviasi 3,731 menjadi 3,3348 dan pada
diperoleh dalam penelitian ini diketahui
tingkat kepercayaan 95% rentang nilai
3 bulan terakhir (Januari-Maret) pada
pengetahuan mengenai diabetes mellitus
tahun 2011 didapatkan 146 kunjungan
saat pretest dan posttest yang ditoleransi
pasien DM yaitu rata- rata 30/bulan.
yaitu - 5,129 sampai -2,426. Hasil uji
Dalam penanganan Diabetes Mellitus
statistik didapatkan nilai p = 0,000 maka
di rumah sakit ini, dilakukan Health
dapat disimpulkan pada α = 5% terlihat
Education mengenai edukasi
adanya perbedaan signifikan nilai
penggunaan obat, tetapi tidak
pengetahuan mengenai diabetes mellitus
melakukan edukasi gizi.Berdasarkan
sebelum dan sesudah kegiatan
keterangan yang didapatkan, pasien
intervensi(p value 0,000 < α 0,05). Dan
ditangani seperti pasien biasa yaitu
jika dilihat dari kategori tingkat
hanya dilakukan kontrol gula darah
pengetahuan responden DM sebelum dan
kemudian diberikan obat.
sesudah diberikan koseling gizi dengan
Jumlah responden sebagian menggunakan media audiovisual/video
besar berjenis kelamin perempuan, dapat dilihat pada tabel 2 dan diketahui
yaitu 26 responden (86,7 %). sebelum dilakukan intervensi (pretest)
Berdasarkan kelompok umur, pasien tingkatan pengetahuan responden berada
terbanyak berada pada kelompok umur pada tingkat sedang dan rendah (35,2%
56-65 tahun, yaitu 9 responden dan 33,3%) sedangkan setelah dilakukan
(30,0%), dan yang paling sedikitberada intervensi dan dilakukan pengukuran
pada kelompok umur 66-75 tahun, posttest didapatkan perubahan tingkatan
yaitu 5 responden (16,7%). Sementara responden menjadi tingkatan tinggi dan
itu, untuk kelompok pekerjaan, pasien sedang (72,2% dan 20,4%).
Pola Makan gizi dengan menggunakan media
audio visual/video dapat dilihat
Berdasarkan hasil pre-test, pada tabel 3 dimana ditunjukan
didapatkan bahwa pola makan sebelum dilakukan intervensi
berdasarkan DQS(Diet Quality Score) (pretest) sikap yang ditunjukan oleh
sebelum diberikan edukasi, sebanyak 7 responden sudah baik yaitu sebesar
responden (23,3%) yang berkategori 88,9 % responden sudah memiliki
cukup, dan sebanyak 23 responden sikap yang mendukung/positif,
(76,7%) berkategori kurang. sedangkan sesudah diberikan
Selanjutnya,setelahdilakukanpost- intervensi sikap responden semakin
testdidapatkan jumlah yang meningkat meningkat yaitu sebesar 94,4%
pada kategori cukup, yaitu 18 Sedangkan perbandingan
responden (60,0%), dan jumlah yang rerata nilai pretest dan posttest
menurun pada kategori kurang, yaitu 12 sesudah dilakukan intervensi
responden (40,0%).(Gambar2). dengan menggunakan uji statistik
paired t-test dengan tingkat
Kadar Gula Darah kepercayaan 95% diketahui pada
tabel 8 rata-rata sikap responden
Hasil pre-testmenunjukkan,
sebelum kegiatan intervensi
terdapat 1 responden (3,3%) yang
(pretest) adalah sebesar 41,46
terkontrol gula darahnya dan 29
dengan standar deviasi 8,449 dan
responden (96,7%) yang tidak.
setelah intervensi (posttest) rata-rata
Namun, setelah dilakukan post-
sikap meningkat menjadi 46,81
test,terdapat peningkatan jumlah dengan standar deviasi 8,283. Hasil
responden yang terkontrol kadar uji statistik juga didapatkan nilai p =
gula darahnya, yaitu 14 responden 0,003 < α = 5% maka disimpulkan
(46,7%), dan yang tidak terkontrol, konseling gizi dengan menggunakan
menurun menjadi 16 responden media audiovisual/video
(53,3%)(Gambar 3). berpengaruh terhadap peningkatan
sikap responden dalam penelitian ini
Sikap adalah pasien diabetes mellitus.
Sikap pasien DM dilihat
dari tingkatan sikap sebelum
dan sesudah dilakukan konseling

Tabel 1. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Mengenai Diabetes Mellitus Responden


Sebelum Dan Sesudah Konseling Gizi Dengan Menggunakan Media
Audiovisual/Video Di Rumah Sakit Islam Samarinda
Taraf kepercayaan
P
No. Variabel Mean N SD SE 95%
value
Lower Upper
Nilai Pretest
1 pengetahuan 7,04 54 3,731 0,508
Diabetes -5,129 -2,426 0,000
2 Nilai Posttest
pengetahuan diabetes
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Diabetes Sebelum Dan Sesudah Diberikan
Konseling Gizi Dengan Menggunakan Media Audio visual/Video.

Tabel 3. Distribusi Tingkat Sikap Responden Diabetes Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi

Pretest Posttes
No Kategori t
Jumlah % Jumlah %
1 Tidak 6 11,1 3 5,6
mendukung/negatif
2 Mendukung/positif 48 88,9 51 94,4
Jumlah 54 100 54 100

100 66.7
53.30 46.7
33,3 cukup
50
kurang
0
PreTes PostTes
Gambar 1. Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah Edukasi Gizi

76.7
80 60
60 40 Cukup
40 23.3 Kurang
20
0

PreTes PostTes

Gambar 2.Pola Makan Responden Sebelum dan Setelah Edukasi Gizi

96.7
100 Terkontrol
46.7 53.3
Tdk Terkontrol
50
3.3
0
PreTest PostTest

Gambar 3. Kadar Glukosa Darah Sebelum Dan Setelah Edukasi Gizi


PEMBAHASAN bagaimana harus mengubah perilakunya
dan mengapa hal itu diperlukan.9
Pengaruh Edukasi Gizi Dengan Dengan adanya intervensi yang
Menggunakan Media Audiovisual dilakukan maka pola pengetahuan
Terhadap Peningkatan Pengetahuan responden tidak lagi pada pola tahu
Responden bahwa namun berubah menjadi pola tahu
Analisis bivariat dengan uji mengapa yang dimana pola ini jauh lebih
McNemar memperoleh nilai p = 0,031 mendalam dan lebih serius dari pada tahu
(p< 0,05). Ini berarti, ada pengaruh bahwa. Selain itu peningkatan
edukasi gizi terhadap pengetahuan pengetahuan responden ini juga
responden.Hal ini didukung oleh dikarenakan adanya antusias dan
penelitian Aghamolaei (2005)6yang keingintahuan pasien itu sendiri
menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai diabetes, karena penyakit
setelah pemberian edukasi pada sampel diabetes merupakan penyakit menahun
penelitian selama4 bulan(t = -26,55, p = sehingga upaya yang dapat dilakukan
0,000). oleh pasien setelah keluar dari rumah
Jika dilihat dari tabulasi silang antara sakit adalah dengan menjaga kadar
pengetahuan dengan kadar glukosa darah glukosa darah agar tetap normal.
responden, didapatkan bahwa sebelum Pengetahuan model ini merupakan
edukasi diberikan, terdapat 20 responden pengetahuan paling tinggi dan mendalam
yang berpengetahuan kurang, semuanya dan sekaligus juga merupakan
memiliki kadar glukosa darah tidak pengetahuan ilmiah(2). Peningkatan
terkontrol, sementara dari 10 responden pengetahuan ini merupakan dampak dari
yang berpengetahuan cukup, terdapat 9 di adanya intervensi yang diberikan kepada
antaranya yang juga kadar glukosa responden.
darahnya tidak terkontrol.Namun, setelah
edukasi, jumlah responden baik dengan Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Pola
pengetahuan kurang maupun cukup, yang Makan
memiliki kadar glukosa darah terkontrol Hasil analisis bivariat dengan
mengalami peningkatan yang signifikan. menggunakan uji Mc Nemar diperoleh
Rendahnya tingkat pengetahuan bahwa “Ada pengaruh edukasi gizi
gizi dapat mengakibatkan sikap acuh tak terhadap pola makan”. Hal ini
acuh terhadap penggunaan bahan ditunjukkan dari nilai p yang diperoleh
makanan tertentu, walaupun bahan yaitu 0,003. Sebelum diberi edukasi,
makanan tersebut cukup tersedia dan terdapat 7 responden (23,3%) dengan
mengandung zat gizi. Pengetahuan gizi pola makan yang cukupberdasarkan
setiap individu biasanya didapatkan dari DQS, dan 23 responden (76,7%) dengan
setiap pengalaman yang berasal dari pola makan yang kurang. Namun, setelah
berbagai macam sumber. Contoh, media diberikan edukasi, jumlah responden
massa atau media cetak, media dengan pola makan yang cukup,
elektronik, serta buku petunjuk dari meningkat menjadi 18 responden
kerabat dekat. Pengetahuan ini dapat (53,3%), dan yang kurang menurun
ditingkatkan dengan cara membentuk menjadi 12 responden (46,7%).
keyakinan pada diri sendiri sehingga Food frequency juga dapat
seseorang dapat berperilaku sesuai menggambarkan kebiasaan pola
dengan kehidupan sehari-hari.8 konsumsi makanan responden. Untuk
Pengetahuan penderita mengenai frekuensi makanan pokok atau sumber
DM merupakan sarana yang membantu karbohidrat utama, seluruh responden
penderita menjalankan penanganan mengkonsumsi beras lebih dari 1 kali
diabetes selama hidupnya. Dengan setiap hari.
demikian, semakin banyak dan semakin
baik penderita mengerti mengenai
penyakitnya, maka semakin mengerti
Pengaruh Edukasi Gizi terhadap dari adanya faktor yang mempengaruhi
Kadar Gula Darah responden seperti pengalaman pribadi,
Berdasarkan hasil penelitian ini, kebudayaan, media massa serta faktor
diketahui ada pengaruh edukasi terhadap emosi dari dalam individu.
terkontrolnya kadarglukosa dalam darah. Menurut Lawrence Green,
Hasil uji McNemar menghasilkan nilai p menyatakan bahwa faktor perilaku itu
= 0,000. Hasil ini sejalan dengan hasil sendiri ditentukan oleh dua faktor utama
penelitian Norris (2002)9, yang lainnya selain faktor predisposisi
mengatakan bahwa edukasi merupakan (pengetahuan dan sikap)(3). Faktor
halyang penting dalam penanganan lainnya yakni faktor pemungkin
pasien diabetes mellitus. Hasil penelitian (enabling factors) dalam hal ini seperti
menunjukkan bahwa pemberian edukasi adanya kebijakan atau peraturan yang
dapat mengontrol GHb darah pada mewajibkan penerapan konseling gizi
responden (0,76%), sedangkan tanpa bagi seluruh pasien rawat inap di Rumah
pemberian edukasi GHb yang terkontrol Sakit Islam Samarinda dan ketersediaan
hanya (0,26%). tempat serta fasilitas dan tenaga untuk
Hasil ini juga sejalan dengan melakukan konseling gizi, selain itu
penelitian Suhl dan Patricia pasein DM juga dapat disarankan untuk
(2006)10yang menunjukkan bahwa orang mengikuti forum PERSADIA (Persatuan
dewasa dengan diabetes dapat diatasi Diabetes Indonesia) dan faktor penguat
dengan edukasi gizi yang dirancang (reinforcing factors) seperti dukungan
untuk meningkatkan pengetahuan dan dari keluarga, orang terdekat petugas
kemampuan untuk manajeman diabetes. kesehatan dan masyarakat sekitar pasien.

Pengaruh Konseling Gizi Dengan KESIMPULAN DAN SARAN


Menggunakan Media Audiovisual
Terhadap Peningkatan Sikap Kesimpulan
Responden Edukasi gizi berpengaruh
Hasil dari pengolahan dan analisa terhadap peningkatan pengetahuan
yang dilakukan terhadap pengukuran secara berkala pada pasien Diabetes
nilai sikap responden sebelum dan Mellitus dengan nilai p = 0,031.
sesudah dilakukan intervensi, sikap Selanjutnya, nilai varians sebelum
responden saat pretest adalah sebesar edukasi 0,033 dan setelah edukasi
88,9% bersikap positif/mendukung, 0,257. Edukasi gizi dapat memperbaiki
setelah dilakukan intervensi terjadi pola makan berdasarkan DQS dengan
peningkatan yang mendukung/positif nilai p = 0,003, nilai varians sebelum
sebesar 94,4%. Peningkatan sikap positif edukasi 0,230, dan setelah edukasi
ini merupakan dampak dari 0,257. Edukasi gizi juga dapat
bertambahnya pengetahuan pasien mengontrol kadar glukosa darah (p =
mengenai diabetes dan kesadaran akan 0,000), nilai varians sebelum edukasi
pentingnya memperhatikan dan menjaga 0,185, dan setelah edukasi 0,248.
kadar glukosa darah. Ada peningkatan pengetahuan
Sikap seseorang dipengaruhi oleh pasien diabetes mellitus atau responden
faktor internal yaitu faktor psikologis dan mengenai diabetes mellitus sebelum
fisiologis serta faktor eksternal berupa intervensi dengan nilai rata-rata 7,04
intervensi yang datang dari luar individu, dan sesudah intervensi dengan nilai
misalnya berupa pendidikan, pelatihan rata-rata 10,81 (p value = 0,000)
dan penyuluhan. Perubahan sikap dengan metode konseling gizi dengan
dipengaruhi sejauh mana isi komunikasi media audiovisual di Rumah Sakit
atau rangsangan diperhatikan, dipahami Islam Samarinda.
dan diterima sehingga memberi respon Ada peningkatan sikap pasien
positif. Selain itu, pembentukkan sikap diabetes mellitus atau responden
tidaklah mudah karena tidak dapat lepas mengenai diabetes mellitus sebelum
intervensi dengan nilai rata-rata 41,46 Rineka Cipta
dan sesudah intervensi dengan nilai rata- 4. Pratiwi, Soleh. Epidemologi
rata 46,81 (p value = 0,003) dengan Program Penanggulangan dan
metode konseling gizi dengan media
Issu Mutakhir Diabetes
audiovisual di Rumah Sakit Islam
Samarinda. Mellitus.Current Issue. Makassar:
Jurusan Epidemologi, FKM
Saran UNHAS;2007.
Disarankan kepada responden 5. Gupta, Vipin. Diabetes Mellitus
untuk lebih mengatur pola makan, In India. 2012;
meningkatkan aktifitas fisik, serta Tersediadi:http://sancd.org/upload
menggali pengetahuan tentang penyakit
s/pdf/factsheet_diabetes.pdf.
Diabetes Mellitus untuk mengendalikan
kadar gula. 6. Jazilah, dkk. Hubungan Tingkat
Sebaiknya diadakan konseling Pengetahuan, Sikap dan Praktek
gizi berulang bagi pasien DM dengan (PSP) Penderita Diabetes Melitus
menggunakan media audiovisual, dan denganKendali Kadar Glukosa
pasien rawat inap dapat lebih aktif Darah, Universitas Gadjah Mada.
mencari informasi mengenai DM. Jurnal Sains Kesehatan
2003;16(2);413-22.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad, A. 2006 dalam 7. Pusat Data dan Informasi PERSI
Rahmawati. Ira, Sudargo. Toto, 2007. Prevalensi Diabetes
Paramastri. Ira. 2007. Pengaruh Mellitus. Tersedia di
Penyuluhan Dengan Media Audio :http://www.pdpersi.co.id/?show=d
Visual Terhadap Peningkatan etailnewes&kode=914&tbl+keslin
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku g.
Ibu Balita Gizi Kurang Dan Buruk 8. Rumah Sakit Umum Daerah
Di Kabupaten Kotawaringin Barat Lanto Dg.Pasewang. Profil.2012.
Proponsi Kalimantan Tengah. 9. Aghamolaei et al,. Effects of A
Jurnal Gizi Klinik Indonesia: Health Education Programon
Volume 4, No.2, Nopember Behavior, Hba1c And Health-
2007:69-77 Related Quality of Life in
2. Keraf, S. 2001. Filsafat Ilmu
Diabetic Patients. Acta Medica
Pengetahuan. Jogjakarta: Sagung Iranica 2005;43(2); 89-94.
Seto. Tersedia di:
3. Notoatmodjo. 2003. Pedidikan dan
http://journals.tums.ac.ir/upload_f
Perilaku Kesehatan. Jakarta: iles/pdf/_/741.pdf.

You might also like