Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 138

HUBUNGAN PERILAKU MAKAN TERHADAP

INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA


DI SMP YMJ CIPUTAT

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

LIA SHOLEHA

NIM: 1110104000023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H /2014 M
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2014

Lia Sholeha, NIM: 1110104000023


Correlation between Eating Behavior and Body Mass Index in SMP YMJ
Ciputat adolescents
xviii + 79 pages + 17 tables + 2 figures + 9 appendixes

ABSTRACT

Adolescent is a critical time for promoting healthy eating behavior because eating
behavior establish in this period of the time does persist through to adulthood.
Eating behaviors such as emotional eating, eating restraint, and external eating
associated with adiposity. Body Mass Index (BMI) is a simple to measure
adiposity. This study aims to determine the correlation eating behaviors and BMI
in adolescents. This study was done in SMP YMJ Ciputat. The study sample was
82 students and taken by total sampling technique. This study uses associative
design with quantitative approach. Data collection for eating behavior using a
questionnaire. BMI measurements obtained after body weight was measured to
the nearest 0.1 kg and height was measured in microtoise staturmeter to the
nearest 0.1 cm. The data analysis technique which used is the spearman statistic
with the aid program in its processing application. The results of this study
indicate that there is no correlation between emotional eating and BMI (p > 0.05),
there is no correlation between external eating and BMI (p > 0.05), and there is
correlation bettween eating restraint relation to BMI (p = 0.002; r = 0.334). The
results of this research can be used as an initial step to prevent malnutrition in
adolescents, especially obesity.

Key word: Eating Behavior, Body Mass Index, Adolescents


References: 85 ( 1992-2014)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014

Lia Sholeha, NIM: 1110104000023


Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di
SMP YMJ Ciputat
xviii + 79 halaman + 17 tabel + 2 gambar + 9 lampiran

ABSTRAK

Remaja merupakan masa terpenting untuk memperkenalkan perilaku makan


karena pada remaja perilaku makan akan bersifat menetap dan akan terus bertahan
sampai dewasa. Perilaku makan seperti emotional eating, restraint eating, dan
external eating berhubungan dengan cadangan lemak tubuh. Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan cara sederhana untuk mengukur cadangan lemak tubuh. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku makan terhadap
IMT pada remaja. Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat. Sampel
penelitian yang digunakan sebanyak 82 orang dan teknik yang digunakan adalah
total sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif dengan
pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data tentang perilaku makan menggunakan
kuesioner, sedangkan IMT didapat setelah melakukan pengukuran berat badan
dengan timbangan ketelitian 0.1 kg dan tinggi badan diukur menggunakan
microtaise stratumeter dengan ketelitian 0.1 cm. Teknik analisa data yang
digunakan adalah spearman dengan menggunakan bantuan program aplikasi
statistik dalam pengolahannya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan emotional eating terhadap IMT (p > 0.05), tidak ada hubungan external
eating terhadap IMT (p > 0.05), dan ada hubungan restraint eating terhadap IMT
(p = 0.002; r = 0.334). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan langkah
awal untuk mencegah malnutrisi pada remaja terutama obesitas

Kata Kunci: Perilaku Makan, Indeks Massa Tubuh, Remaja


Daftar Bacaan: 85 (1992-2014)

iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : LIA SHOLEHA

Tempat, tanggal Lahir : Bogor, 21 Juni 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Lestari 1 RT/RW 04/04 Kelurahan Curug Kec.


Bojongsari Kota Depok

HP : +6285710475027

E-mail : lia_sholeha@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program


Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri Curug 02 1998 - 2004


2. SMP Negeri 1 Parung 2004 - 2007
3. SMA Negeri 5 Depok 2007 - 2010
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 - sekarang

ORGANISASI

1. PASKIBRA 2004 - 2005

2. Rohis 2007 - 2010

3. BEM IK 2012 - 2013

viii
LEMBAR PERSEMBAHAN

“.....Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu

nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga

kaum itu merubah apa yang ada pada diri merekan sendiri, dan

seseungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

(Al Anfaal (8) : 53)

Mimpi - mimpi besar kita tidak akan berubah menjadi


kenyataan, kalau bukan diri kita sendiri yang merubahnya. Butuh
perjuangan untuk merubah mimpi menjadi kenyataan.

Perjuangan yang kita lakukan pun tidak akan kuat tanpa


doa-doa orang-orang tercinta terutama orang tua.

Ibu dan Bapak, kalianlah sumber motivasi besar Ku untuk


mencapai semua mimpi-mimpi besar ini. Ibu, doa-doa mu yang
selalu terucap memperingan langkah kaki ini untuk meraih semua
impian. Bapak, laki-laki luarbiasa yang dari dirinya Aku belajar
tentang kerja keras untuk meraih impian. Hingga kini satu
persatu mimpi-mimpi besar itu menjadi kenyataan...

Dan untuk semua orang-orang tercinta lainnya, berada


dekat dengan kalian membuat perjuangan ini terasa lebih mudah.

Ya Rabb, beri mereka selalu kebaikan sebagaimana kebaikan yang


mereka beri kepada Ku... Aamiin

Skripsi ini Ku persembahkan untuk orang-orang tercinta

- Ibu dan Bapak


- Adik-adik
- Keluarga Besar
- Sahabat dan teman-teman

ix
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa
Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat.” Shalawat dan salam senantiasa
penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya
dari alam kejahiliyahan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyusunan skripsi ini juga
sebagai bentuk penerapan ilmu dan pengembangan teori-teori yang penulis
dapatkan selama kuliah.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak


bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam


Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjuddin Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi
dan Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M. Sc, selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku pembimbing
akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi kepada
penulis selama kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan.
5. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing 1 dan Bapak Karyadi,
Ph.D selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan saran, arahan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

x
7. Orangtua, adik-adik dan seluruh keluarga besar tercinta yang telah
memberikan doa, perhatian, dan motivasi selama penulis melakukan
penyusunan skripsi ini.
8. Kepala Sekolah SMP YMJ Ciputat yang telah memberi izin kepada
penulis untuk penelitian di SMP YMJ Ciputat.
9. Guru-guru SMP YMJ Ciputat yang telah membantu penulis dalam
pengambilan data.
10. Teman-teman Al Fatih dan Al Fatihah yang selalu menumbuhkan
semangat yang luar biasa.
11. Teman-teman di Ilmu Keperawatan angkatan 2010 terutama Mutiara,
Alif, Adelina, yang telah banyak memberikan banyak bantuan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman di FKIK, kakak-kakak dan adik-adik di PSIK yang selalu
memberikan semangat dan perhatiannya.
13. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini mulai dari
persiapan penyusunan hingga skripsi ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.


Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapakan demi
perbaikan proposal skripsi ini kearah lebih baik. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Juli 2014

Lia Sholeha

xi
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Pernyataan Keaslian Karya ............................................................................. ii

Abstract ............................................................................................................ iii

Abstrak ............................................................................................................. iv

Pernyataan Persetujuan .................................................................................. v

Lembar Pengesahan ......................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup...................................................................................... viii

Lembar Persembahan ...................................................................................... ix

Kata Pengantar ................................................................................................. x

Daftar Isi ................................................................................................. ....... xii

Daftar Tabel..................................................................................................... xv

Daftar Bagan.................................................................................................... xvi

Daftar Lampiran............................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 8
D. Tujuan Penelitian........................................................... ................ 8
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja ..................................................................................... 11
1. Definisi Remaja .................................................................... 11
2. Ciri Masa Remaja .................................................................. 12
3. Stres Pada Remaja ................................................................ 15
4. Body Image atau Citra Tubuh Remaja ................................... 17

xii
B. Perilaku Makan ............................................................................ 20
1. Pengertian Perilaku Makan .................................................... 20
2. Perilaku Makan Remaja........................................................ 21
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan.......... 23
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja 25
5. Dampak Perilaku Makan Tidak Sehat .................................... 28
C. Indeks Massa Tubuh (IMT) .......................................................... 30
1. Pengertian IMT ..................................................................... 30
2. Cara Menghitung IMT .......................................................... 31
3. Rumus Menghitung IMT ....................................................... 32
4. Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U).. 33
5. Kekurangan dan Kelebihan IMT ........................................... 35
D. Penelitian Terkait .......................................................................... 36
E. Kerangka Teori ............................................................................. 37

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN


HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep ........................................................................ 38


B. Definisi Operasional .................................................................... 39
C. Hipotesis ..................................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................ 41


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 41
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 41
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 43
E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................... 45
F. Langkah-Langkah pengumpulan Data .......................................... 47
G. Etika Penelitian ............................................................................ 50
H. Pengolahan data ............................................................................ 51
I. Teknik Analisa Data .................................................................... 52
J. Penyajian Data ............................................................................ 54

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Profil SMP YMJ Ciputat ............................................................... 55


B. Hasil Preeliminary Analysis ........................................................... 57
C. Hasil Analisis Univariat ................................................................. 58
D. Hasil Analisi Bivariat .................................................................... 61

xiii
BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat .......................................................................... 64


B. Analisis Bivariat ............................................................................ 69
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 75

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 76
B. Saran ............................................................................................. 79

Daftar Pustaka

Lampiran

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 IMT/U menurut WHO 2006 34
2.2 IMT/U menurut CDC 2000 34
3.1 Definisi Operasional 39
4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas VII, VIII, dan IX 42
4.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 44
4.3 Hasil Uji Valid Instrumen Penelitian 46
4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 46
4.5 Hasil Pengukuran BB untuk Uji Validitas dan Reliabilitas 47
4.6 Interpretasi Hasil Hipotesis 54
5.1 Hasil Uji Normalitas Data 57
5.2 Karakteristik Remaja berdasarkan Jenis Kelamin 58
5.3 Karakteristik Remaja berdasarkan Suku 59
5.4 Gambaran Perilaku Makan Remaja 60
di SMP YMJ Ciputat
5.5 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja 61
di SMP YMJ Ciputat
5.6 Hubungan Emotional Eating terhadap IMT 62
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
5.7 Hubungan Restraint Eating terhadap IMT 62
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
5.8 Hubungan External eating terhadap IMT 63
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman
2.1 Kerangka Teori 37
3.1 Konstelasi antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 38

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan


Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Tabulasi Data
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Univariat
Lampiran 9. Hasil Olahan SPSS Bivariat

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak

menuju masa dewasa (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). United Nations

Children’s Fund (UNICEF, 2011) mengelompokkan usia remaja menjadi 2

kelompok yaitu, kelompok remaja awal (10-14 tahun) dan kelompok remaja

akhir (15-19 tahun). Hasil sensus kependudukan yang dilakukan oleh Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010

menunjukkan bahwa jumlah remaja awal berusia 10-14 tahun di Indonesia

terdapat sekitar 22.677.490 remaja atau 9, 54% dari keseluruhan penduduk di

Indonesia. Di Banten, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

tahun 2010 jumlah remaja awal 10-14 tahun terdapat sekitar 1.063.133 remaja

atau 10% dari jumlah keseluruhan penduduk. Di Tangerang Selatan

berdasarkan data BPS Tangerang Selatan presentase jumlah remaja awal 10-

14 tahun 2010 sebesar 8,6% dari jumlah keseluruhan penduduk. Jumlah ini

lebih besar jika dibandingkan kelompok usia remaja lainnya.

Remaja merupakan masa transisi terpenting dalam kehidupan

(WHO, 2014). Pada masa ini terjadi banyak perubahan baik aspek fisik,

emosional, dan psikososial (Tzafettas, 2009). Perubahan fisik yang terjadi

pada remaja membuat perubahan ukuran tubuh, proporsi tubuh,

perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder

(Jafar, 2005). Untuk mencapai perubahan fisik yang optimal, remaja

membutuhkan nutrisi yang esensial yaitu lebih banyak protein, karbohidrat,

1
2

vitamin dan mineral (Supartini, 2004). Sementara itu, menurut Ikatan Dokter

Anak Seluruh Indonesia (IDAI) tahun 2013 mengatakan bahwa remaja

dihadapkan pada permasalahan gizi, khususnya defisiensi zat mikronutrien

dan malnutrisi.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengenai

masalah gizi pada remaja awal adalah sebagai berikut: kejadian kurus pada

remaja umur 13-15 tahun adalah (11,1%) terdiri dari (3,3%) sangat kurus dan

(7,8%) kurus, sedangkan kejadian kegemukan pada remaja umur 13-15 tahun

adalah sebesar (10,8%) yang terdiri dari (8,3%) gemuk dan (2,5%) obesitas.

Di provinsi Banten, prevalensi kejadian kekurusan dan kegemukanberada

diatas angka nasional (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data diatas

menunjukkan bahwa masalah gizi kekurusan maupun kegemukanterjadi pada

remaja awal.

IDAI (2013) menyatakan bahwa masalah gizi pada remaja

disebabkan karena perilaku makan yang tidak sehat. Sangperm (2006) dalam

jurnalnya mengatakan perilaku makan yang sehatpenting bagi remaja karena

dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga menghasilkan

kesehatan dan kualitas hidup lebih baik pada masa remaja serta dewasa nanti.

Selain itu, masa remaja adalah masa penting untuk menerapkan perilaku

makan sehat karena perilaku makan yang terbentukpada remaja akan bersifat

menetap sampai dewasa (Ogdon, 2003; Spear & Kulbolk, 2001 dalam

Sangperm).
3

Perilaku makan yang tidak sehat pada remaja dipengaruhi beberapa

faktor diantaranya adalah body image atau citra tubuh (Patcheep, 2011).

Perubahan psikososial yang terjadi pada remajamembuat remaja ingin terlihat

menarik didepan sebayanya, dan membuat remaja lebih memperhatikan citra

tubuh dirinya (Muscary, 2005). Citra tubuh merupakan sikap subjektif yang

dimiliki individu terhadap tubuh mereka sendiri (Wong, dkk 2008). Perhatian

yang besar terhadap citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap

bentuk tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012). Pada remaja perempuan umumnya

ketidakpuasan tersebut karena ingin memiliki tubuh lebih kurus, sedangkan

pada remaja laki-laki ketidakpuasan bentuk tubuh karena ingin menjadi lebih

besar, lebih tinggi, dan berotot (Smolack dalam Evan dalam Indika, 2010).

Ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih tinggi

dibandingkan pada laki-laki (McCabe dan Ricciardelli, 2001 dalam Kuessous,

2009).

Killen et al (1994, dalam Ramsay et al, 2013) menyatakan bahwa

fenomena dari kesenangan berat badan dan bentuk badan pada remaja

merupakan perilaku awal dalam perkembangan gangguan makan.Hal tersebut

didukung oleh pernyataan Emilia (2009) bahwa keinginan remaja untuk

memiliki bentuk tubuh yang dianggap ideal menyebabkan remaja berusaha

membatasi makan. Dikutip dari kompas (2013) bahwa untuk mendapatkan

tubuh yang diinginkan remaja membatasi intake yang masuk, makan

berlebihan kemudian memuntahkannya, menggunakan obat-obatan seperti

laksatif, diuretik, dan penggunaan steroid pada laki-laki agar lebih berotot.

Gangguan makan akan berdampak sangat negatif bagi kesehatan tulang, berat
4

badan yang rendah, amenore, penurunan kadar insulin, dan gangguan

keseimbangan hormonal (Gibney, 2008).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairiah (2012) pada siswi

putri di Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak (66,3%) remaja putri memiliki

citra tubuh yang positif dan berpola makan yang baik. Dari hasil penelitian

Rahmawati (2013) menunjukkan semakin tinggi citra tubuh yang dimiliki

remaja maka semakin tinggi pula kontrol diri terhadap pola makan remaja,

sebaliknya jika semakin rendah citra tubuh maka semakin rendah pula kontrol

diri terhadap pola makan remaja. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa citra tubuh berpengaruh terhadap perilaku makan remaja.

Patcheep (2011) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa mood dan

emosi seperti rasa bosan, depresi, stres atau marah yang dialami remaja juga

berpengaruh terhadap perilaku makan. Stres emosional pada remaja timbul

dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall dalam

Aghla, 2004). Emosi pada remaja menjadi sulit dikontrol sehingga kerap

melakukan kesalahan tanpa disadari (Nugroho & Intan, 2009).

Streint (2013) mengungkapkan bahwa perilaku makan dilihat dari 3

aspek yaitu, emotional eating, restraint eating, dan external eating. Bruch

(1973, dalam Van streint, 2013) menjelaskan teori psychosomatic mengenai

emotional eating, yaitu dorongan makan ketika ada respon emosi negatif

seperti depresi dan putus asa. Beberapa individu akan makan berlebihan

dalam menanggapi setiap rangsangan emosional yang tinggi, biasanya

mengakibatkan konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif

dengan lemak tubuh (Zellner, 2006).Restraint eating merupakan usaha secara


5

kognitif dalam perilaku makan untuk melawan dorongan makan (Uyun,

2007), yang dilakukan dengan membatasi dan memantau asupan makanan

(Wough, et al 2007). Individu yang membatasi makanannya akan cenderung

makan berlebihan ketika terjadi perubahan kognitif untuk tidak membatasi

makan (Streint, 2013). Sedangkan Schachter (1971, dalam Van streint, 2013)

menjelaskan teori externality yaitu merupakan rangsangan makanan yang

meliputi penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan

lapar dan kenyang. Singh (2011) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa

ketiga aspek perilaku makan tersebut berhubungan terhadap adipositas atau

cadanganlemak tubuh.

Arisman (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang dapat

dilakukan untuk mengukur cadangan lemak tubuh yaitu perhitungan secara

langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung menggunakan

densitometri, cairan tubuh total, kalium tubuh total, “uptake of lipid-solube

inert gases” dan pengukuran tersebut hanya cocok dilakukan di laboratorium.

Sedangkan secara tidak langsung cadangan lemak dapat dinilai dengan

mengukur ketebalan lipatan kulit dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Namun,

pengukuran secara tidak langsung dengan mengukur ketebalan lipatan kulit

memiliki kekurangan yaitu ketersediaan nilai baku. Jika nilai baku acuan

tidak tersedia untuk mengukur ketebalan kulit maka pengukuran cadangan

lemak dapat dilakukan dengan mengukur IMT.

IMT merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai

cadangan lemak tubuh bagi kebanyakan orang dan digunakan untuk

mendeteksi berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC,


6

2011). IMT merupakan indeks sederhana dari berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB) yang digunakan untuk mengklasifikasikan kurus, normal,

kelebihan berat badan, dan obesitas (WHO, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al, 2012 pada anak usia 7-12

tahun di Chili mengenai perilaku makan menunjukkan hasil bahwa ada

hubungan restraint eating terhadap IMT, ada hubungan negatif external

eating terhadap IMT, dan ada hubungan terbalik emotional eating terhadap

IMT. Di Indonesia penelitian mengenai perilaku makan sudah banyak

dilakukan, namun perilaku makan yang diteliti lebih melihat dari aspek

makanan yang dikonsumsi, pola makannya, kebiasaan makan dll. Seperti

penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati tahun 2012 yang melihat perilaku

makan remaja terhadap konsumsi kalsium.

Hasil studi pendahuluan di SMP YMJ Ciputat terhadap 10 remaja

terkait dengan perilaku makan emotional eating, restrain eating, dan external

eating didapatkan hasil sebagai berikut: 3 dari 10 anak mengatakan jika

marah atau kesal sering dilampiaskan dengan makan yang banyak, 5 dari 10

remaja mengurangi porsi makan dan menghindari makan ketika malam

karena takut gemuk, dan 2 dari 10 remaja mengatakan makan lebih banyak

ketika makanannya enak. SMP YMJ merupakan sekolah yang seluruh siswa

dan siswinya berdomisili di Ciputat, yang mana Ciputat merupakan bagian

dari provinsi Banten. Dan berdasarkan data riskesdas 2013 di Provinsi

Banten, remaja awal mengalami malnutrisi baik itu kekurusan maupun

kegemukan.
7

Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Hubungan Perilaku Makan Terhadap Indeks Massa Tubuh Pada

Remaja di SMP YMJ Ciputat”.

B. Rumusan Masalah

Perubahan fisik, emosional dan psikososial yang terjadi pada remaja

berpengaruh terhadap perilaku makan remaja. Streint (2013) membahas

mengenai perilaku makan dilihat dari 3 aspek yaitu, emotional eating,

restraint eating, dan external eating. Singh (2011) dalam jurnalnya

mengungkapkan bahwa ketiga aspek perilaku makan tersebut berpengaruh

terhadap adipositas. IMT merupakan pengukuran yang dapat menggambarkan

adipositas (Gibney, 2009) dan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai

lemak tubuh bagi kebanyakan orang yang digunakan untuk mendeteksi berat

badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC, 2011). Di

Indonesia, penelitian mengenai perilaku makan lebih banyak melihat dari

aspek pola makan, makanan yang dikonsumsi, kebiasaan makan, dll.

Sedangkan perilaku makan yang mencakup emotional eating, restraint

eating, dan external eating masih sedikit peneliti temukan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di

SMP YMJ Ciputat”.


8

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karekteristik remaja di SMP YMJ Ciputat?

2. Bagaimana gambaran perilaku makan emotional eating, restraint eating

dan external eating pada remaja di SMP YMJ Ciputat?

3. Bagaimana rata-rata indeks massa tubuh pada remaja di SMP YMJ

Ciputat?

4. Bagaimana hubungan emotional eating terhadap IMT pada remaja di SMP

YMJ Ciputat?

5. Bagaimana hubungan restraint eating terhadap IMT pada remaja di SMP

YMJ Ciputat?

6. Bagaimana hubungan external eating terhadap IMT pada remaja di SMP

YMJ Ciputat?

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan setiap aspek perilaku makan terhadap indeks

massa tubuh remaja di SMP YMJ Ciputat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin dan suku

di SMP YMJ Ciputat.

b. Mengetahui gambaran perilaku makan remaja di SMP YMJ Ciputat.

c. Mengetahuirata-rata IMTpada remaja di SMP YMJ Ciputat.

d. Mengetahui hubunganemotional eating terhadap IMT remaja di SMP

YMJ Ciputat.
9

e. Mengetahuihubungan restraint eating terhadap IMTremaja di SMP

YMJ Ciputat.

f. Mengetahuihubungan external eating terhadap IMT remajadi SMP

YMJ Ciputat.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku

makan remaja dilihat dari tiga aspek perilaku makan sehingga pengkajian

keperawatan penyebab malnutrisi pada remaja dapat menyeluruh pada

aspek fisik,psikologis, dan emosi.

2. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku

makan siswa dan IMT siswa sehingga sekolah dapat ikut berperan serta

terhadap kesehatan remaja.

3. Bagi Remaja

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku

makan yang menyebabkan malnutrisi pada remaja.


10

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan

rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian

yang menghubungkan perilaku makan yang terdiri dari 3 aspek gaya makan

yaitu emotional eating, restraint eating, dan external eating terhadap IMT.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di YMJ Ciputat yang berjumlah

90. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa

data yang digunakan adalah Uji Spearman dengan bantuan program aplikasi

statistik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja atau adolesens adalah individu yang berada pada periode

antara usia 11 dan 21 tahun (Brown, 2005). United Nations Children’s

Fund (UNICEF, 2011) mengelompokkan usia remaja menjadi 2

kelompok yaitu, kelompok remaja awal (10-14 tahun) dan kelompok

remaja akhir (15 sampai 19 tahun). Departemen Kesehatan RI (Depkes

RI) membagi remaja menjadi 3 tahap berdasarkan ciri perkembangannya

yaitu masa remaja awal 10-12 tahun, masa remaja tengah 13-15 tahun,

dan masa remaja akhir 16-19 tahun (Sulistiyowati & Senewe, 2007). Pada

masa ini terjadi perubahan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat

pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa

dan pada anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi wanita

dewasa (Wong dkk, 2008).

Masa remaja merupakan waktu transisi antara masa kanak-kanak

dan masa dewasa, pada masa ini perilaku remaja merupakan faktor

penentu status kesehatan mereka disaat ini dan dimasa depan (Luanaigh &

Carlson, 2005). Menurut Sudarma (2008) ada beberapa masalah

kesehatan yang terjadi pada masa remaja, yaitu:

a Masalah gizi yang meliputi anemia atau kurang gizi dan

pertumbuhan yang terhambat.

11
12

b Masalah seks dan seksual, meliputi pengetahuan yang lengkap

terhadap mitos dan informasi berbagai hal tentang seks dan

seksualitas, penyalahgunaan peran seks dan seksualitas, serta

penanganan kehamilan remaja.

c Munculnya aneka ragam pola atau gaya hidup remaja. Gaya hidup

ini baik yang terkait dengan kesehatan reproduksi maupun dengan

pola konsumsi dapat berpengaruh tinggi terhadap kesehatan remaja.

2. Ciri Masa Remaja

Remaja merupakan salah satu transisi terpenting dalam kehidupan

(WHO, 2014), karena pada masa ini terjadi perubahan disemua aspek

termasuk fisik, emosional dan psikososial (Tzafettas, 2009). Berikut ini

beberapa perubahan fisik, emosional, dan psikososial yang terjadi pada

remaja, yaitu:

a. Perubahan fisik

Muscary (2005) menjelaskan mengenai perubahan fisik yang

dilihat dari perubahan tinggi badan dan berata badan pada remaja

laki-laki dan perempuan, sebagai berikut:

1) Tinggi Badan

- Tinggi badan remaja adalah sekitar 20% sampai 25% dari

tinggi badan saat dewasa.

- Remaja perempuan bertambah tinggi 5 sampai 20 cm dan

akan berhenti pada usia antara 16 atau 17 tahun.

- Remaja laki-laki bertambah tinggi 10 sampai dengan 30 cm

dan berhenti pada usia antara 18 dan 20 tahun.


13

2) Berat Badan

- Peningkatan berat badan individu adalah sekitar 30% sampai

50% dari berat badan orang dewasa.

- Rata-rata berat badan remaja perempuan bertambah antara

6,8 dan 25 kg.

- Rata-rata berat badan remaja laki-laki bertambag 6,8 sampai

29,5 kg.

b. Perubahan Psikososial

Soetjaningsih, dkk (2008) berpendapat bahwa remaja awal

berfungsi dalam 3 arena: keluarga, kelompok sebaya (peer group)

dan sekolah.

Di dalam keluarga, perkembangan yang utama pada masa

remaja awal adalah memulai ketidaktergantungan terhadap keluarga

sehingga pada masa ini hubungan antar keluarga yang tadinya sangat

erat tampak jelas terpecah.

Dengan kelompok sebaya biasanya seorang remaja awal akan

berkumpul dengan teman yang sejenis. Penerimaan oleh kelompok

sebaya merupakan hal yang sangat penting, bisa mengkuti dan tidak

tampak berbeda dari yang lainnya merupakan motif yang

mendominasi sebagian besar perilaku sosial remaja.

Pada remaja awal beberapa faktor dapat mempengaruhi

lingkungan sekolah seperti perkembangan fisik pada masa pubertas

yang sinkron dengan kelompok teman sebaya merupakan faktor

terpenting dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.


14

Menurut Muscary (2005) ada beberapa ciri-ciri perubahan

psikososial remaja, yaitu:

1) Menjalin hubungan dengan teman sebaya.

2) Mendefinisikan kembali konsep diri mereka dan peran-peran

yang pasti dapat meraka mainkan.

3) Menurut Erikson, kebudayaan modern cenderung membentuk

perkembangan identitas sebagai sesuatu yang menantang.

4) Remaja yang tidak dapat mengembangkan perasaan siapa

mereka dan akan menjadi apa mereka, dapat mengalami difusi

peran dan ketidakmampuan mengatasi konflik.

5) Teman sebaya menjadi sumber pemberi nasihat dan dukungan

yang sangat penting.

6) Terlihat menarik di depan teman sebaya merupakan hal yang

penting untuk membangun harga diri remaja.

d Perubahan Emosi

Masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari

perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall

dalam Aghla, 2004). Emosi yang meningkat pada masa ini

disebabkan oleh perubahan-perubahan kelenjar, terutama kelenjar-

kelenjar seks dan kekangan-kekangan orang tua secara berlebihan

(Semium, 2006). Pada saat remaja, emosi menjadi sulit dikontrol

sehingga kerap melakukan berbagai kesalahan tanpa disadari

(Nugroho & Intan, 2009). Ketidakmampuan remaja untuk


15

mengontrol emosi dalam setiap menghadapi tekanan atau masalah,

dapat menyebabkan remaja berperilaku menyimpang (Surya, 2010).

3. Stress Pada Remaja

Hawari (2001, dalam Sunaryo, 2004) stres adalah reaksi atau

respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban

kehidupan). Needlman (2004, dalam Nasution , 2010) mengidentifikasi

beberapa sumber stres pada remaja, yaitu:

a. Biological Stres

Pada umumnya perubahan fisik pada remaja terjadi sangat cepat, dari

umur 12-14 tahun pada remaja perempuan dan antara 13-15 tahun

pada remaja laki-laki. Pertumbuhan remaja yang sangat cepat,

membuat remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat

juga dapat membuat remaja stress, terutama bagi mereka yang

mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Di saat

yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah, bekerja, dan

bersosialisasi, sehingga dapat membuat remaja kekurangan tidur.

Hasil penelitian, mengatakan bahwa kekurangan tidur dapat

menyebabkan stess.

b. Family Stress

Salah satu sumber utama stress pada remaja adalah hubungan dengan

orangtua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan

bebas, tapi dilain pihak mereka juga ingin diperhatikan.


16

c. School Stress

Tekanan dalam masalah akademik cenderung tinggi pada dua tahun

terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau

keberhasilan dalam bidang olah raga, di mana remaja selalu berusaha

untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.

d. Peer Stress

Stres pada kelompok teman sebaya cenderung tinggi pada

pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-

teman sebayanya biasanya akan menderita, tertutup dan mempunyai

harga diri yang rendah.

e. Sosial Stress

Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, remaja

juga terkadang tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat

hal tersebut dapat membuat remaja stres.

Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang dapat menyebabkan

remaja menjadi stres adalah faktor biologis, sosial, kepribadian, keluarga,

sekolah, dan teman sebaya. Banyaknya faktor yang menyebabkan stres

pada remaja, membuat remaja lebih rentan mengalami stres. Ada

perbedaan tingkat stres pada tahapan perkembangan remaja, berikut ini

tingkatan stres pada remaja, yaitu:

a. Remaja awal (11 atau 12 sampai 14 tahun)

Karakteristik remaja awal yaitu, terjadinya perubahan biologis cepat,

relatif tinggi level stresnya, dan relatif rendah kopingnya (Persike &

Seiffge-Krenke, 2011; sontag, et al., 2011 dalam Rathus, 2014)


17

b. Remaja pertengahan (14 sampai dengan 16 tahun)

Terjadi perubahan biologis yang luas, stres berkurang dan

kemampuan koping meningkat (Rathus, 2014).

c. Remaja akhir (16 sampai dengan 18 atau 19 tahun)

Remaja terlihat lebih dewasa, stres biasanya menurun, dan

kemampuan koping lebih tinggi daripada remaja awal dan

pertengahan (Persike & Seiffge-Krenke, 2011; Sontag et al., 2011

dalam Rathus, 2014).

4. Body Image atau Citra Tubuh Remaja

Citra tubuh didefinisikan sebagai gambaran tubuh yang terbentuk

dalam pikiran, juga digunakan untuk persepsi batas tubuh, rasa daya tarik,

dan persepsi sensasi tubuh (Schilder, 1950 dalam Ogden, 2010). Menurut

Santana, et al (2013) citra tubuh merupakan gagasan dari berbagai segi

yang melibatkan persepsi seseorang, pikiran, dan perasaan tentangnya

atau ukuran, bentuk, dan struktur tubuh. Perhatian yang besar terhadap

citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap bentuk

tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012). Pada remaja perempuan umumnya

ketidakpuasan tersebut karena ingin memiliki tubuh lebih kurus,

sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan tubuh karena ingin

menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Smolack dalam Evan dalam

Indika, 2010). Ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih

tinggi dibandingkan pada laki-laki (McCabe dan Ricciardelli, 2001 dalam

Kuessous, 2009). Gattario (2007) menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi citra tubuh remaja, diantaranya:


18

a. Individu: Faktor Biologi

1) Komposisi Tubuh

Ada hubungan antara komposisi tubuh dengan kepuasan

terhadap tubuh pada remaja. Remaja yang memiliki kelebihan

berat badan, tidak hanya memiliki citra tubuh negatif, tetapi juga

diintimidasi oleh teman-teman meraka.

2) Pubertas

Pubertas memiliki dampak besar pada citra tubuh remaja. Pada

remaja perempuan, waktu pubertas yang lebih cepat beresiko

mengembangkan ketidakpuasan tubuh lebih cepat. Pada remaja

laki-laki yang mengalami pubertas, lebih baik tingkat kepuasan

terhadap tubuhnya.

b. Individu: Faktor Psikologi

1) Tubuh yang ideal (internal)

Pada remaja perempuan tubuh yang kurus merupakan tubuh

ideal, pada laki-laki tubuh yang ideal adalah kurus dan berotot.

2) Perbandingan Sosial

Kebiasan remaja adalah membandingkan dirinya dengan orang

lain seperi pada teman, selebriti, atlet dan model yang mereka

senangi. Hal yang sering dibandingkan seperti berat, bentuk, dan

wajah.
19

c. Mikrosistem

1) Teman-teman

Teman-teman menjadi kelompok sosial penting yang dapat

mempengaruhi citra tubuh remaja, kelompok teman sering

berbagi sikap yang sama terhadap pentingnya penampilan dan

pengalaman serupa dalam starategi mengubah tubuh yang

diinginkan, seperti diet, makan teratur, dan membentuk otot.

2) Keluarga

Desakan dan bujukan orang tua untuk berdiet berhubungan

dengan kepuasan tubuh yang rendah dan upaya penurunan berat

badan.

d. Mesosistem

Mesosistem merupakan hubungan antara struktur mikrosisitem

individu yaitu teman-teman dan keluarga.

e. Ekosistem

1) Media

Media tidak diragukan lagi memiliki dampak besar pada

persepsi remaja tentang tubuh mereka. Paparan foto, majalah,

dan iklan televisi mempengaruhi ketidakpuasan tubuh.

f. Makrosistem

1) Struktur Gender

Gender merupakan inti dari citra tubuh remaja, struktur gender

mencangkup norma-norma peran gender dan struktur kekuasan

gender.
20

2) Industrialisasi

Industrialisasi dapat mempengaruhi anggota masyarakat untuk

mengubah cara pandang tentang tubuh mereka. Industrialisasi

sering disertai dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara

berkembang dan cenderung untuk memperkenalkan perubahan

sosial dan globalisasi. Hasilnya, peningkatan tekanan pada

anggota masyarakat untuk sesuai dengan cara pandang tersebut.

B. Perilaku Makan

1. Pengertian Perilaku Makan

Furman (2012) mendefinisikan perilaku makan sebagai pikiran,

tindakan, dan niat bahwa organisme membentuk keinginan untuk

menelan makanan baik makanan padat atau makanan dalam bentuk cair.

Benarroch (2013) mendefinisikan perilaku makan sebagai serangkaian

tindakan yang membangun hubungan manusia dengan makanan.

Makanan yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan jumlah dan jenis

makanan, tetapi juga kebiasaan dan perasaan yang dibentuk sehubungan

dengan tindakan makan (Benarroch, 2013). Menurut (Wardle et al, 2001)

pada literatur perilaku makan memiliki 6 gaya makan meliputi:

a Satiety responsiveness

Perilaku makan yang tujuannya mengurangi asupan makanan untuk

mengimbangi camilan yang dimakan sebelumnya.

b Responsiveness to food cues/external eating

Perilaku makan yang berbentuk kebiasaan mencicipi makanan.


21

c Emotional eating

Perilaku makan yang mengacu pada makan lebih banyak selama

emosi negatif.

d General interest in eating

Meliputi rasa lapar, keinginan untuk makan, dan menikmati

makanan.

e Speed of Eating

Perilaku makan yang menilai kecepatan dalam makan.

f Food fussiness

Perilaku yang sangat selektif tentang berbagai makanan.

2. Perilaku Makan Remaja

Streint (2013) membahas mengenai perilaku makan pada remaja

ke dalam 3 aspek gaya makan, yaitu:

a. Emotional Eating

Teori psychosomatic menjelaskan mengenai emotional

eating, yaitu dorongan makan ketika ada respon emosi negatif

seperti depresi dan putus asa (Bruch, 1973 dalam Streint, 2013).

Beberapa orang akan makan berlebihan dalam menanggapi setiap

rangsangan emosional yang tinggi, biasanya mengakibatkan

konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif dengan

lemak tubuh (Zellner, 2006). Respon emosi dan stress yang terjadi

pada kehidupan individu telah dikaitkan dengan perilaku makan

abnormal sebagai strategi untuk mengatasi stress dan mempengaruhi

konsumsi makanan dan berat badan (Lofton, 2007). Konsep


22

emotional eating yang diungkapkan oleh Evers, de Ridder, &

Adriaanse, 2009 dalam Morris, 2012 berpendapat bahwa

kecenderungan makan berlebih sebagai respon dari emosi negatif

terjadi pada individu tertentu dalam rangka untuk meningkatkan

keadaan emosional. Emosi negatif yang dilibatkan, seperti rasa takut,

cemas, marah, dan sebagainya (Uyun, 2007).

b. Restraint Eating

Restraint eating merupakan usaha secara kognitif dalam

perilaku makan untuk melawan dorongan makan (Uyun, 2007) yang

dilakukan dengan membatasi dan memantau asupan makanan

(Wough, et al 2007). Menurut Huberts (2012) restraint eating adalah

pembatasan asupan kalori yang disengaja dan berkelanjutan untuk

tujuan penurunan berat badan atau pemeliharaan berat badan.

Menurut Polivy dan Herman (1985) dalam Konttinen (2012)

restraint eating merupakan resiko terjadinya gangguan makan dan

dapat mengakibatkan penambahan berat badan.

Dalam teori Restraint, yang berfokus pada kemungkinan

efek samping psikologis dari diet, pelaku diet akan makan berlebihan

ketika kognitif pelaku diet berubah untuk tidak membatasi makan

(Streint, 2013). Pernyataan yang sama diungkapkan oleh Snoek

(2007) yang menyatakan bahwa seseorang yang melewatkan makan

menyebabkan pola makan yang tidak teratur dan terjadi kontra

regulasi pada saat seseorang tersebut tidak ingin lagi menahan

makan (tidak ada hambatan) sehingga menyababkan seseorang


23

tersebut makan sebanyak-banyaknya, dan akhirnya berat badannya

naik (Snoek, 2007).

c. Eksternal Eating

Schachter (1971, dalam Streint, 2013) menjelaskan teori

externality yaitu merupakan rangsangan makanan yang meliputi

penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan

lapar dan kenyang. Sebagian orang lebih memilih makanan

berdasarkan respons yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti

penglihatan atau rasa ketimbang terhadap sinyal internal yang berupa

rasa lapar (Gibney, 2009). Stres berhubungan dengan external

eating, karena stress dapat mengurangi isyarat internal dari rasa lapar

dan meningkatkan isyarat dari luar terhadap makanan atau external

eating, akibatnya stres mungkin mengakibatkan peningkatan makan

pada external eating (Coryell, 2011).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan

Coryell (2011) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi asupan makanan individu, yaitu:

a. Fisiologi

Beberapa hormon dan komponen genetik yang sesuai telah

ditemukan memiliki pengaruh terhadap asupan energi (Wilborn et al,

2005 dalam Coryell 2011). Leptin dan ghrelin adalah hormon yang

terlibat dalam pengaturan nafsu makan, leptin adalah hormon

adiposit yang dikeluarkan untuk menekan nafsu makan, dan ghrelin

umumnya merupakan peptida yang dikeluarkan merangsang nafsu


24

makan (Cummings & Foster, 2003; Wilborn et al, 2005 dalam

Coryell 2011).

b. Food Environment

Beberapa faktor lingkungan makanan yang dimaksud adalah iklan

makanan yang menarik, perilaku makan sosial, keanekaragaman

pangan, tingginya palatabilitas makanan, ketersediaan makanan

tinggi lemak, makanan pada energi dan makan diluar rumah

(Webber, 2003; weinsier et al., 1998 dalam Coryell, 2011).

c. Psychological Distress

Perilaku makan dapat dipengaruhi oleh perubahan emosional seperti

kecemasan, kemarahan, kegembiraan, depresi, dan kesedihan

(Cannetti, Bachar, & Berry, 2002 dalam Coryell, 2011).

d. Eating Style

Gaya makan maladatif seperti restraint eating, disinhibited eating,

emotional eating, external eating yang berhubungan dengan asupan

makanan (Conner et al 1999; Greeno 7 Wing, 1994; herman &

polivy, 1980; Oliver et al, 2000; Ouwens, van Streint, & van der

Staak, 2003, dalam Coryell 2013). Stres, kecemasan, dan depresi

berhubungan dengan gaya makan maladaptif (Coryell, 2013).

e. Gender

Penelitian telah menemukan bahwa distress, gaya makan, asupan

makanan, dan obesitas kadang-kadang berbeda berdasarkan gender

(Coryell, 2011).
25

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja

Patcheep (2011) menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan makan pada remaja,

yaitu:

a. Rasa dan Pilihan

Rasa dan pilihan makanan menjadi faktor penting dalam

mengambil keputusan tentang pilihan makanan dan perilaku makan

pada remaja. Rasa, kenyang, dan kesenangan dianggap lebih

penting dalam pemilihan makanan daripada hasil jangka panjang

dari pemilihan tersebut.

b. Pertimbangan Waktu

Remaja cenderung merasa dibatasi dalam hal waktu karena remaja

disibukan dengan kegiatan akademik dan ekstrakurikuler seperti

program-program sosial yang sibuk, pekerjaan paruh waktu dan

kegiatan olahraga sehingga hanya dapat menyediakan waktu yang

sedikit untuk makan. Dan akhirnya remaja lebih memilih makanan

yang lebih mudah dikonsumsi seperti makanan siap saji tanpa

berpikir makanan tersebut sehat atau tidak sehat.

c. Kenyamanan

Kenyamanan adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi

remaja dalam hal perilaku makan dan pilihan makanan. Remaja

lebih memilih makanan yang nyaman seperti mudah untuk

ditemukan atau mudah untuk disiapkan, yang tidak menuntut


26

persiapan dan pembersihan, yang dapat dibawa ke bus atau

disimpan dalam ransel, dan dapat dijemput di drive-through.

d. Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan tidak menjadi faktor penting dalam membuat

keputusan tentang pilihan makanan pada remaja. Masalah

kesehatan lebih menjadi penghalang untuk perilaku makan sehat

remaja seperti penelitian terhadap remaja di Amerika yang berpikir

bahwa mereka masih terlalu muda untuk khawatir tentang

kesehatan mereka, karena mereka akan khawatir tentang kesehatan

mereka ketika mereka semakin tua dan menderita penyakit.

e. Biaya

Remaja mengambil tanggungjawab untuk mencari dan membeli

makanan mereka sendiri dan oleh karena itu tidak mengherankan

bahwa biaya makanan mempengaruhi keputusan mereka tentang

pilihan makanan.

f. Mood dan Emosi

Perilaku makan remaja dikaitkan dengan emosional, remaja akan

makan berbeda ketika merasa bosan, depresi, stres atau marah.

g. Citra Tubuh

Perilaku makan dan pilihan makanan remaja dipengaruhi oleh

kekhawatiran tentang gemuk, kurus dan pendek.


27

h. Usia

Seseorang yang berusia antara 18-30 tahun kurang prihatin tentang

kesehatan mereka, dan orang yang lebih tua lebih mungkin memilih

makanan berdasarkan masalah kesehatan mereka.

i. Pengetahuan

Pengetahuan diperlukan dalam hal menyiapkan makanan menarik

dan perencanaan makan. Informasi mengenai makanan sehat

diperlukan sebagai cara untuk meningkatkan perilaku makan sehat.

j. Orangtua

Orangtua berperan penting dalam perilaku makan remaja.

Penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga memiliki

hubungan positif dengan konsumsi serat, sayuran, dll.

k. Teman Sebaya

Teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku makan remaja,

khususnya perilaku makan tidak sehat seperti makanan siap saji

dan minuman soft drink.

l. Media

Media sangat mempengaruhi gaya hidup remaja, termasuk perilaku

makan dan pemilihan makanan. Remaja dianggap target terbesar

untuk restoran siap saji dan sebagai pemasaran mereka yang

ditunjukan melalui televisi, majalah ataupun radio.

m. Opportunity: ketersediaan dan aksebilitas pilihan makanan

Ketersediaan dan aksebilitas makanan mempengaruhi perilaku

makan dan pemilihan makanan. Penelitian menunjukkan bahwa


28

ketersediaan buah dan sayur di rumah berhubungan positif dengan

perilaku makan buah dan sayur pada anak-anak.

5. Dampak dari Perilaku Makan Tidak Sehat

Perilaku makan tidak sehat merupakan kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang tidak memberikan semua zat-zat gizi

esensial yang dibutuhkan tubuh dalam metabolisme tubuh (Sarintohe

& Prawitasari, 2006 dalam Uyun, 2007). Perilaku makan tidak sehat

akan berdampak pada status kesehatan dalam jangka waktu pendek

maupun panjang. Menurut McLaughlin dan Media (2014) ada

beberapa dampak dari perilaku makan tidak sehat yang berpengaruh

terhadap kesehatan individu, yaitu:

a. Fungsi Otak Menurun

Otak kita berfungsi dengan bergantung pada glukosa yang berasal

dari karbohidrat dan nutrisi lain seperti lemak sehat dan

antioksidan yang tercukupi. Diet ketat atau melewatkan waktu

makan dapat memiliki efek yang sama, yaitu menyebabkan

memori dan konsentrasi berkurang.

b. Kemampuan Aktivitas Berkurang

Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit juga dapat menyababkan

kelesuan, kelelahan, dan efek lain yang menghambat aktivitas

fisik.
29

c. Resistensi Insulin dan Bertambah Berat Badan

Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana hormon insulin

menjadi kurang mampu mengelola gula darah, meningkatkan

resiko untuk diabetes dan berat badan bertambah.

d. Gangguan Pencernaan dan Mulas

Gangguan pencernaan mengacu pada sensasi tidak nyaman

diperut bagian atas selama atau setelah makan. Menurut

University of Maryland Medical Center penyebabnya adalah

makanan berminyak atau berlemak, makan terlalu cepat, makan

terlalu banyak dan terlalu banyak minum alkohol atau kafein.

e. Kualitas Tidur yang Buruk

Dr. Timothy Morgenthaler yang merupakan dokter spesialis tidur

berpendapat bahwa tidur dalam keadaan lapar dan makan

berlebihan akan mengurangi kualitas tidur.

f. Masalah Suasana Hati

Bahan kimia dalam otak kita mempengaruhi suasana hati yang

positif seperti, serotonin dan dopamin yang bergantung pada

makanan dan nutrisi yang tepat.


30

C. Indeks Massa Tubuh (IMT)

1. Pengertian IMT

IMT merupakan pengukuran tidak langsung dari lemak, mudah

dilakukan, dapat diandalkan, dan banyak digunakan dalam berbagai

penelitian obesitas (Baker, 2007). Menurut WHO (2006) IMT adalah

indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang biasa digunakan

untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang

dewasa. Centers for Disease Control (CDC) tahun 2011 IMT merupakan

indikator yang dapat diandalkan untuk menilai lemak tubuh bagi

kebanyakan orang dan digunakan untuk mendeteksi berat badan yang

dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Menurut National Institutes of Health (NIH) tahun 2010

tingginya nilai IMT beresiko tinggi untuk terkena penyakit tertentu

seperti, penyakit jantung, hipertensi, diabetes tipe 2, batu empedu,

masalah pernapasan, dan kanker. IMT tidak mengukur lemak tubuh

secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi

dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater

weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et

al., 2002 dalam CDC, 2009). IMT merupakan metode pengukuran yang

murah dan mudah untuk menskrining berat badan yang dapat

menyebabkan masalah kesehatan.


31

2. Cara Menghitung IMT

Untuk mendapatkan nilai IMT, yang perlu dilakukan adalah

mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Moore (2009)

mengidentifikasi beberapa protokol yang perlu diperhatikan dalam

melakukan pengukuran BB dan TB, yaitu:

a Protokol Pengukuran Berat Badan .

1) Tempatkan alat pengukur pada permukaan yang datar, keras dan

pastikan jarum pengukur pada titik keseimbangan nol.

2) Tidak mengenakan pakaian yang tebal, sepatu dan kaos kaki.

3) Harus berdiri tanpa bantuan dan perawatan harus dilakukan

untuk memeriksa penempatan kaki yang benar pada platform

alat ukur.

4) Mintalah untuk melihat lurus ke depan, berdiri tegak tapi rileks.

5) Timbangan harus dikalibrasi untuk memastikan keakuratan data

yang dikumpulkan.

b Protokol Pengukuran Tinggi Badan

1) Harus diukur dalam posisi berdiri menggunakan Microtoise

Staturmeter sebuah perangkat yang dipasang di dinding untuk

tujuan mengukur tinggi secara akurat.

2) Dinding harus benar-benar datar agar tidak mengganggu

pengukuran.

3) Pakaian yang digunakan harus minimal ketika mengukur tinggi

sehingga postur anak jelas dapat dilihat.

4) Sepatu dan kaos kaki seharusnya tidak dipakai.


32

5) Harus berdiri dengan punggung dan kepala lurus.

6) Lengan harus menggantung longgar di sisi dengan telapak

tangan menghadap paha.

7) Subyek diminta untuk mengambil napas dalam-dalam, buang

napas dan berdiri tegak untuk membantu penegakan tulang

belakang.

8) Bahu harus rileks.

9) Jika sebagian besar jaringan adiposa atau lemak menghalangi

tumit, bokong, dan bahu untuk menempel pada dinding, maka

yang harus dilakukan hanya diminta untuk berdiri tegak.

3. Rumus Menghitung IMT

Ada 2 persamaan atau rumus yang dapat digunakan untuk

mendapatkan nilai Indeks Massa Tubuh setelah mengukur berat badan

dan tinggi badan (Moore, 2009), yaitu :

a. Jika hasil pengukuran berat badan dalam satuan pounds dan tinggi

badan dalam satuan inches, maka untuk menghitung IMT dapat

menggunakan persamaan (rumus) berikut:

IMT = 703 X [ berat badan(lb) / tinggi badan(in)²]

b. Jika hasil pengukuran berat badan didapat dalam satuan kilogram

(Kg) dan Tinggi badan (cm), yang pertama harus dilakukan adalah

mengkonversikan tinggi badan dalam sentimeter ke meter (untuk

mengkonversi cm ke m, hanya membagi cm dengan 100).


33

Kemudian IMT dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(rumus) berikut: Berat badan (Kg)

IMT = ---------------------------------------------------

[Tinggi badan (m)]

4. Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U)

Indeks Massa Tubuh (IMT) umumnya digunakan untuk orang

dewasa dan baru-baru ini direkomendasikan juga untuk digunakan anak-

anak dan remaja (Power et al, 2007; Bellizzi and Dietz, 1999; Bini et al.,

2000; Reilly et al., 2000; Widhalm et al., 2001 dalam O’Neill et al,

2007). Pada anak dan remaja IMT diinterpretasikan berdasarkan umur

dan jenis kelamin yang disebut dengan Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U). Menurut Bernardo & Crane (2006) perhitungan IMT

menurut umur dan jenis kelamin pada anak-anak dan remaja dibedakan

karena anak-anak mengalami pertumbuhan, dan adanya perbedaan yang

jelas dalam distribusi dan proporsi lemak tubuh antara laki-laki dan

perempuan. Indeks Massa Tubuh menurut umur dan jenis kelamin

(IMT/U) dihitung dengan menggunakan rumus IMT biasa. Namun, pada

anak-anak dan remaja hasil perhitungan IMT diinterpretasikan pada

grafik IMT menurut umur baik pada laki-laki atau perempuan. Menurut

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011, ada 2 grafik IMT/U

yang digunakan yaitu:


34

a. Untuk anak berumur <2 tahun menggunakan grafik IMT WHO 2006

dengan ambang batas sebagai berikut:

Tabel 2.1

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) WHO 2006

Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus < -2 SD sampai dengan -3 SD

Normal +2 SD sampai dengan -2 SD

Overweight +2 SD sampai dengan +3 SD

Obese +3 SD/

b. Sedangkan untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan grafik IMT

CDC 2000 dengan ambang batas sebagai berikut:

Tabel 2.2

Indeks Massa Tubuh Menurut Umur

(IMT/U) Persentil CDC 2000

Kategori Status Gizi Ambang Batas Persentil

Underweight <5 persentil

Healthy Weight 5 persentil sampai dengan <85 persentil

Overweight 85 persentil sampai dengan <95 persentil

Obese ≥95 persentil


35

5. Kekurangan dan Kelebihan IMT

IMT merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk

mengukur lemak tubuh. Meskipun begitu, terdapat beberapa kekurangan

dan kelebihan dalam menggunakan IMT sebagai indikator pengukuran

lemak tubuh. Menurut Queensland Government (2013), kekurangan

pengukuran menggunakan IMT adalah sebagai berikut:

1) Massa lemak tidak dibedakan dari massa tubuh, sehingga hasilnya

diperkirakan rendah pada orang dewasa tua dan hasil yang

berlebihan bagi mereka yang membentuk otot (misalnya atlet).

2) Distribusi lemak tidak diperhitungkan

3) Ketergantungan pada akurasi tinggi

4) Dipengaruhi oleh perubahan berat cairan

5) IMT dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin

Sedangkan menurut CDC tahun 2011, kelebihan menggunakan

IMT adalah sebagai berikut:

1) Sebagai pengukuran pengganti untuk mengukur lemak tubuh yang

sederhana, murah, dan non-invasif

2) Hanya mengandalkan tinggi dan berat badan saja

3) Dengan akses peralatan yang mudah, individu dapat secara rutin

melakukan pengukuran.
36

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan Zofiran et al, 2011 pada remaja berumur 13-17

tahun di Meru, Klang, Malaysia mengenai hubungan antara perilaku

makan, citra tubuh, dan status IMT didapatkan hasil ada hubungan

perilaku makan emotional eating dengan status IMT dan ada hubungan

citra tubuh terhadap IMT.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al, 2012 pada anak usia 7-12

tahun di Chili menunjukkan hasil bahwa ada hubungan restraint eating

terhadap IMT, ada hubungan negatif external eating terhadap IMT, dan

ada hubungan terbalik emotional eating terhadap IMT.

3. Penelitian yang dilakukan Qurotul Uyun (2007) mengenai hubungan

antara harga diri dengan perilaku makan tidak sehat yang dinilai dengan

kuesioner DEBQ pada remaja putri di Siswi SMU Kolumbo didapatkan

hasil adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan perilaku

makan tidak sehat pada remaja.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Baharudin (2013), menunjukkan ada

hubungan yang signifikan antar perilaku makan restraint eating dan

asupan kalori dengan kejadian berat badan berlebih pada pegawai negeri

sipil, tetapi tidak ada hubungan antar emosi dengan berat badan berlebih.

Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti belum

menemukan penelitian terkait hubungan perilaku makan emotional eating,

restraint eating, dan external eating terhadap indeks massa tubuh pada

remaja di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti merasa penelitian ini perlu

diteliti lebih lanjut.


37

E. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku makan remaja

- Rasa dan pilihan


- Waktu
- Kenyamanan
- Kesehatan
- Biaya
- Usia
Faktor-faktor yang - Pengetahuan Sumber stres remaja
mempengaruhi citra - Orangtua
tubuh - Biological
- Teman sebaya
Stress
- Media
- faktor biologi - Family Stress
- Opportunity
(komposisi tubuh dan - School Stress
pubertas) - Citra Tubuh - Peer Stress
- individu: Faktor - mood dan emosi - Sosial Stress
Psikologi (tubuh yang
Needlman (2004, dalam
ideal dan perbandingan
sosial) Patcheep (2011) Nasution , 2010)
- Mikrosistem (Teman
dan Keluarga) Perilaku Makan
- Mesosistem
- Ekosistem (Media) - Emotion Eating
Keterangan
- Makrosistem ( struktur - Restraint Eating
gender dan - Eksternal Eating
industrialisasi) Streint, 2013
Gattario (2007) -

adipositas

Pengukuran tidak langsung Pengukuran langsung

- Ketebalan lipatan kulit - densitometri


- cairan tubuh total
- IMT
- kalium tubuh total
Arisman (2009) - “uptake of lipid-solube iner gases”
Arisman (2009)

Bagan 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan tahap terpenting dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2008). Menurut Hidayat (2007) kerangka konsep merupakan

justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan

yang kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalah.

Pada penelitian ini, ada dua variabel yang diteliti yaitu variabel yang

mempengaruhi (variabel independen) yaitu, perilaku makan yang

mencangkup 3 aspek yaitu emotional eating, restraint eating, dan external

eating. Sedangkan variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) yaitu IMT.

Perilaku Makan
- emotional eating indeks massa tubuh (IMT)
- restraint eating
- eksternal eating

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Perilaku Makan


terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat

38
39

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Independen: Sikap responden terhadap Kuesioner DEBQ yang Semakin tinggi skor yang dimiliki interval
Perilaku Makan makan berdasarkan aspek dimodifikasi. Menggunakan subjek pada sebuah aspek
emotinal eating, restraint skala Likert dengan 28 perilaku makan, maka semakin
dominan aspek perilaku makan
eating, dan eksternal eating. pertanyaan.
tersebut ada pada diri subjek .
(Streint, 2013)

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

2. Dependen: Hasil penghitungan berat - Timbangan jenjang dengan Rasio


Indeks Massa badan dalam Kg dibagi tinggi merk SECA (maksimum
Tubuh (IMT) badan dalam m2. berat 130 kg dengan IMT= ....... Kg/m2
ketelitian 0,1 kg)
- Microtoise Staturmeter
(ketelitian 0,1 cm)
40

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Berdasarkan dari kerangka konsep

pada penelitian ini hipotesis yang digunakan, yaitu:

Ha 1 : Ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada remaja di

sekolah YMJ Ciputat.

Ho 1 : Tidak ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada

remaja di sekolah YMJ Ciputat.

Ha 2 : Ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT pada remaja di

sekolah YMJ Ciputat.

Ho 2 : Tidak Ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT pada

remaja di sekolah YMJ Ciputat.

Ha 3 : Ada hubungan antara external eating terhadap IMT pada remaja di

sekolah YMJ Ciputat.

Ho 3 : Tidak Ada hubungan antara external eating terhadap IMT pada remaja

di sekolah YMJ Ciputat.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini bertujuan

memperoleh data dan informasi tentang hubungan fenomena tertentu secara

komprehensif dan integral (Sarwono, 2010). Desain penelitian pada penelitian

ini adalah penelitian asosiatif atau mengkaji hubungan antara variabel dengan

rancangan penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis

penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat, jadi tidak ada tindak

lanjut (Nursalam, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP YMJ Ciputat yang beralamat di Jalan

Limun No. 27 Ciputat Tangerang. Penelitian ini akan dilaksanakan pada

tanggal 5 Juni 2014.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh siswa (remaja laki-laki dan perempuan) SMP

YMJ ciputat kelas VII dan VIII berjumlah 90 siswa. Kelas IX tidak diikut

sertakan karena sudah tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Data

41
42

mengenai jumlah siswa kelas VII dan VIII di SMP YMJ Ciputat disajikan

dalam bentuk tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas VII, VIII, dan XI SMP YMJ

Ciputat

NO Kelas Jumlah Siswa


1. VII 42
2. VIII A 24
VIII B 24
Jumlah 90

Sumber: SMP YMJ Ciputat

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan

menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Menurut Nursalam

(2008) ada 2 syarat untuk menetapkan sampel, yaitu representatif artinya

sampel dapat mewakili populasi yang ada dan sampel harus cukup

banyak karena semakain banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin

lebih representatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitin ini

menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel

dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau

sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil

sampel dari seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP YMJ Ciputat dengan

jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 90 sampel. Adapun

kriteria inklusi untuk sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut:
43

1) Siswa yang hadir pada saat penelitian

2) Siswa yang bersedia mengikuti penelitian ini yang dibuktikan

dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Dari kriteria inklusi tersebut, pada pelaksanaan penelitian hanya ada 82

siswa dari rencana total sampel yang akan digunakan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2005). Ada beberapa instrumen pada penelitian ini, yaitu:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya

data tersebut akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu (Umar,

2002). Kuesioner pada penelitian terdiri dari tiga bagian, antara lain:

a. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang karekteristik responden

meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan suku.

b. Kuesioner B berisi kolam BB, TB, dan IMT yang diisi aleh peneliti.

c. Kuesioner C berisi pertanyaan mengenai perilaku makan remaja.

Kuesioner perilaku makan dinilai dengan menggunakan kuesioner

Dutch Eating Behaviour Questionnaire yang meliputi 3 aspek gaya

makan yaitu emotional eating, restraint eating, dan exsternal eating yang

dibuat oleh Van Strien, et al (1986) dengan jumlah keseluruhan

pertanyaan sebanyak 33 pertanyaan. Bentuk original dari Dutc Eating

Behavior ini berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam

Bahasa Indonesia pada lembaga Pusat Pengembangan Bahasa UIN Syarif


44

Hidayatullah Jakarta setelah itu, kuesioner dimodifikasi oleh peneliti.

Untuk lebih rinci, pada Tabel 4.2 disajikan terkait kisi-kisi instrumen

Dutch Eating Behaviour Questionnaire yang telah dimodifikasi, yaitu:

Tabel 4.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Indikator Nomor Item


Emotional Eating 1, 3, 5, 8, 10, 13, 16, 20,
23, 25, 28, 30, 32
Perilaku Restraint Eating 4, 7, 11, 14, 17, 19, 22,
Makan 26, 29, 31
Exsternal Eating 2, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 27, 33

Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner Dutch Eating Behaviour

Questionnaire yang menilai perilaku makan remaja di SMP YMJ Ciputat

diukur dengan menggunakan skala Likert dengan memberi nilai pada

setiap jawaban. Nilai pada setiap jawaban kuesioner menggunakan

rentang nilai 1-5 dengan kategori sebagai berikut:

1. Tidak pernah yang berarti Tidak Sesuai/ Tidak Memadai.

2. Jarang yang berarti Kurang Sesuai/ Kurang Memadai.

3. Kadang-kadang yang berarti Cukup Sesuai/ Cukup Memadai

4. Sering yang berarti Sesuai/ Memadai.

5. Selalu yang berarti Sangat Sesuai/ Sangat Memadai.

2. Timbangan BB dan Pengukur TB

Timbangan BB dan pengukur TB diperlukan untuk mendapatkan

data mengenai BB dan TB remaja yang menggunakan alat yang terdiri

dari:
45

a. Timbangan BB: Timbangan jenjang dengan merk SECA (maksimum

berat 130 kg dengan ketelitian 0,1 kg).

b. Meteran pengukur TB: Microtoise Staturmeter (alat ukur tinggi badan

200 cm yang digantung di tembok setinggi 200 cm atau 2 meter dari

lantai dengan ketelitian 0,1 cm).

E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Kuesioner

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji coba

instrumen peneltian perilaku makan yang berjumlah 33 pertanyaan yang

terdiri dari aspek emotional eating, restraint eating, dan external eating.

Uji instrumen penelitian dilakukan pada 30 siswa di SMP Ruhama yang

memiliki karakteristik yang sama dengan sekolah YMJ Ciputat. Uji

validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan program aplikasi statistik.

a. Uji validitas Kuesioner

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Djaali, 2008). Metode yang digunakan pada pengujian validitas

instrumen menggunakan pendekatan korelasi product moment

ketentuan kevalidan instrument apabila nilai r hitung > nilai r tabel

(0,361) pada N= 30 atau nilai signifikansi <0,05.

Hasil uji validitas kuesioner perilaku makan yang terdiri dari 13

pertanyaan emotional eating,10 pertanyaan restraint eating, dan 10

pertanyaan external eating. Didapatkan hasil sebagai berikut:


46

a. 3 pertanyaan emotional eating yang tidak valid yaitu nomor 3, 16,

dan 28.

b. 1 pertanyaan restraint eating yang tidak valid yaitu nomor 26.

c. 1 pertanyaan external eating yang tidak valid yaitu nomor 33.

Sehingga dari uji validitas yang sudah dilakukan,

didapatkan hasil pertanyaan yang valid yaitu:

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Nomor Item


Emotional Eating 1, 5, 8, 10, 13, 20, 23,
25, 30, 32
Perilaku Restraint Eating 4, 7, 11, 14, 17, 19, 22,
Makan 29, 31
Exsternal Eating 2, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 27

b. Uji Reliabilitas Kuesioner

Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Jenis pengujian

reliabilitas instrumen yang digunakan adalah Alpha Cronbach,

yaitu menganalisis relibilitas alat ukur dari satu kali pengukuran

(Riduwan, 2007). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan

baik jika memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2007).

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dirangkum dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Alpha
Variabel Keputusan
Cronbach
Emotional eating 0,784 Reliabel
Perilaku
Restraint Eating 0,728 Reliabel
Makan
External Eating 0,712 Reliabel
47

2. Timbangan BB dan Pengukur TB

Pada penelitian ini timbangan berat BB yang digunakan tidak

baru maka untuk mendapatkan hasil yang akurat peneliti melakukan

pengecekan alat dengan menimbang BB dua orang yang sama sebanyak

tiga kali setiap satu jam. Jika hasil pengukuran timbangan BB tersebut

mendapatkan hasil yang konsisten maka dapat disimpulkan bahwa

timbangan BB memiliki keakuratan yang baik dan dapat digunakan.

Sedangkan untuk pengukur tinggi badan hanya dilakukan pengecekan

dengan melihat kondisi alat.

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran BB untuk Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil Pengukuran
Subjek
Jam 1 Jam 2 Jam 3
1 52 52 52
2 49 49 49

Dari hasil pengukuran tersebut, didapatkan hasil pengukuran yang

konsisten maka dapat diambil kesimpulan bahwa timbangan berat badan

tersebut baik dan dapat digunakan.

F. Langkah-langkah Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni tahun 2014. Data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan

menggunakan kuesioner dan melakukan pengukuran BB serta TB. Ada

beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data pada penelitian ini,

yaitu:
48

1. Tahap pertama yaitu persiapan. Peneliti menentukan subjek penelitian,

tempat penelitian, maksud dan tujuan penelitian. Peneliti mengajukan

surat izin dari fakultas untuk diberikan kepada pihak sekolah untuk

mengambil data penelitian di SMP YMJ Ciputat.

2. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini ada dua

hal yang harus dilakukan, yaitu:

a. Menyebarkan kuesioner kepada responden dengan dibantu oleh guru

di SMP YMJ Ciputat. Peneliti memperkenalkan identitas serta

memberikan lembar inform consent dengan menjelaskan maksud dan

tujuan dari penelitian kepada responden, setelah itu peneliti

membagikan kuesioner dengan memberikan penjelasan tentang cara

pengisian kuesioner.

b. Pengukuran BB dan TB.

Pada penelitian ini pengukuran BB dan TB bertujuan untuk

mendapatkan nilai IMT. Peneliti meminta bantuan 3 orang asisten

untuk membantu mengukur berat badan dan tinggi badan. Dan ketiga

asisten tersebut sebelumnya sudah peneliti jelaskan mengenai

prosedur yang harus dilakukan. Berikut ini prosedur yang dilakukan

untuk mengukur BB dan TB, yaitu:

1) Prosedur pengukuran BB

- Tempatkan alat pengukur pada permukaan yang datar, keras

dan pastikan jarum pengukur pada titik keseimbangan nol.

- Responden tidak mengenakan pakaian yang tebal dan tidak

memakai alas kaki.


49

- Harus berdiri tanpa bantuan dan perawatan harus dilakukan

untuk memeriksa penempatan kaki yang benar pada platform

alat ukur.

- Meminta untuk melihat lurus ke depan, berdiri tegak tapi

rileks.

- Timbangan harus dikalibrasi untuk memastikan keakuratan

data yang dikumpulkan.

- Catat hasil pengukuran pada kuesioner.

2) Prosedur pengukuran TB

- Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu) dan topi

(penutup kepala).

- Pastikan alat geser berada diposisi atas.

- Responden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.

- Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan

tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.

- Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung

bebas.

- Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala

responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala

responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus

tetap menempel pada dinding.

- Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang

lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan

angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata pengukur.


50

- Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur

harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.

- Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka

dibelakang koma (0,1 cm). Isikan pada kuesioner.

Setelah melakukan pengukuran BB dan TB, kemudian

melakukan perhitungan IMT dengan cara:

Berat badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------

[Tinggi badan (m)]

G. Etika Penelitian

Nursalam (2009) secara umum menjelaskan prinsip etika penelitian

pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Prinsip Manfaat

a. Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Subjek diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau

informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-

hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Subjek mempunyai hak memutuskan kesediannya menjadi subjek

ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun.

b. Memberikan penjelasan secara rinci serta tanggungjawab jika

sesuatu terjadi kepada subjek.


51

c. Subjek harus diberikan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

3. Prinsip Keadilan (right to justice)

a. Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

sesudah keikutsertaannya dalam peneltian tanpa adanya

deskriminasi.

b. Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan.

H. Pengolahan Data

Data yang didapat pada penelitian ini, dilakukan pengolahan agar

menjadi informasi yang mudah dipahami. Adapun tahap-tahap pengolahan

data meliputi:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
52

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari

suatu variabel.

3. Entry

Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau biasa dengan membuat tabel

kontingensi.

4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dianalisis. Penelitian ini bersifat analitik, sehingga analisis yang

digunakan statistika inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang

digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik

(sampel) atau lebih dikenal denan proses generalisasi dan inferensial.

I. Teknik Analisa data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendapat gambaran distribusi

responden yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis univariat pada penelitian ini

dilakukan pada variabel penelitian yaitu : 1) Karakteristik remaja yang

terdiri dari jenis kelamin dan suku; 2) Perilaku Makan remaja meliputi 3

aspek gaya makan yaitu aspek emotional eating, restraint eating, dan

eksternal eating; 3) IMT remaja.


53

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang menghubungkan dua variabel

yaitu variabel independen dan variabel dependen (Arikunto, 2006). Pada

penelitian ini perilaku makan yang terdiri dari aspek gaya makan

emotional eating, restraint eating, dan eksternal eating sebagai variabel

independen dan IMT sebagai variabel dependen. Teknik analisis

dilakukan dengan uji korelasi Spearman dengan menggunakan derajat

kepercayaan 95% dengan α 5% sehingga jika nilai p< 0,05 berarti hasil

perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dan

apabila nilai p > 0,05 berarti perhitungan statistik tidak bermakna atau

tidak ada hubungan antara varibel independen dan dependen. Uji korelasi

Spearman adalah uji statistik yang dapat dilakukan untuk mengatahui

hubungan anatara dua atau lebih variabel berskala numerik (Dahlan,

2008). Asumsi uji korelasi Spearman adalah: (1) Data tidak berdistribusi

normal dan (2) data diukur dalam skala numerik. Untuk cara Interpretasi

uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah

korelasinya disajikan pada tebel 4.4 sebagai berikut:


54

Tabel 4.4 interpretasi hasil uji hipotesis

No Parameter Nilai Interpretasi


1 Kekuatan 0.0 - < 0.2 Sangat lemah
korelasi (r) 0.2 - < 0.4 Lemah
0.4 - <0.6 Sedang
0.6 - <0.8 Kuat
0.8 - 1 Sangat kuat
2 Nilai p P < 0.05 Terdapat korelasi yang bermakna
antara 2 variabel yang diuji.

P > 0.05 Tidak terdapat korelasi yang


bermakna antara dua variabel
yang diuji,
3 Arah + (positif) Searah, semakin besar nilai satu
korelasi variabel semakin besar pula nilai
variabel lainnya.
- (negatif) Berlawanan arah, semakin besar
nilai- satu variabel, semakin kecil
variabel lainnya.

J. Penyajian Data

Dalam penelitian ini, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi yang

kemudian dijelaskan dalam bentuk tulisan.


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Profil SMP YMJ Ciputat

Sekolah Menengah Pertama (SMP) YMJ Ciputat didirikan oleh

Yayasan Miftahul Jannah (YMJ) pada tahun 2000. SMP ini berlokasi di

Jalan Limun No. 27 Pisangan Ciputat Tangerang. SMP YMJ Ciputat saat ini

telah terakreditasi A dan memiliki 31 tenaga kerja yang terdiri dari 1 orang

kepala sekolah, 17 orang tenaga pendidik, dan 13 orang staf tata usaha. Luas

sekolah ini adalah sebesar 1.200 m2 dengan luas seluruh bangunan 1.099 m2.

Jumlah murid yang ada di sekolah ini pada tahun ajaran 2013/2014 adalah

125 siswa yang terdiri dari 42 siswa kelas VII, 48 siswa kelas VIII, dan 35

siswa kelas IX. Kelas VII terdiri dari 1 kelas, kelas VIII terdiri dari 2 kelas

dan kelas XI terdiri dari 1 kelas. Banyaknya ruangan yang terdapat di SMP

YMJ Ciputat adalah sebanyak 11 ruangan yang terdiri dari 7 ruang kelas, 3

ruang praktek, dan 1 ruang untuk keperluan lainnya.

SMP YMJ Ciputat memiliki visi dan misi, yaitu:

Visi:

Unggul dalam mencerdaskan bangsa berbasis Imtaq dan Iptek serta

bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

55
56

Misi:

1. Mengembangkan kesamaan visi dan misi penyelenggaraan pendidikan

di lingkungan YMJ.

2. Menyelenggarakan keterpaduan program pendidikan pada setiap satuan

pendidikan.

3. Mengupayakan pemerataan kesempatan pendidikan bagiwarga

masyarakat secara adil.

4. Meningkatkan proses belajar mengajar berbasis Imtaq dan Iptek.

5. Mengupayakan kesejahteraan di bidang pendidikan, sosial dan

kemanusiaan baik material maupun spritual.

6. Mengembangkan jaringan kerja (networking) dengan lembaga

pendidikan dan sosial kemasyarakatan.


57

B. Hasil Preeliminary Analysis

Sebelum dilakukan analisis univariat maupun bivariat, kenormalan

data terlebih dahulu diuji. Uji normalitas ini digunakan untuk melihat

apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai Kolmogrov Smirnov

<0.05 maka data diasumsikan tidak berdistribusi normal, dan jika nilai

Kolmogorov Smirnov >0.05 maka data diasumsikan normal. Berikut ini

adalah hasil uji normalitas pada masing-masing variabel penelitian:

Tabel 5.1

Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Kolmogorov Smirnov Distrbusi Data


(KS)
Jenis Kelamin 0.000 Tidak normal
Suku 0.000 Tidak normal
Emotional Eating 0.004 Tidak normal
Restraint Eating 0.002 Tidak normal
External Eating 0.036 Tidak normal
IMT 0.008 Tidak normal

Dari Tabel 5.2 di atas, data dari semua variabel diasumsikan tidak

berdistribusi normal karena KS <0.05 sehingga analisis selanjutnya

menggunakan uji statistik non parametrik. Pada penelitian ini, variabel yang

dihubungkan adalah variabel perilaku makan (dependen) dan IMT

(independen). Kedua variabel tersebut berskala numerik sehingga uji non

parametrik yang digunakan untuk analisa bivariat adalah Uji Korelasi

Spearman.
58

C. Hasil Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel

karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan

distribusi frekuensi dan proporsi untuk variabel penelitian meliputi:

karakteristik remaja yang terdiri dari jenis kelamin dan suku, IMT serta

perilaku makan remaja.

1. Karakteristik Remaja di SMP YMJ Ciputat

a. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihata pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Karakteristik Remaja berdasarakan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin n %
Laki-laki 38 46.3
Perempuan 44 53.7
Total 82 100

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5.1 dapat

dilihat bahwa dari 82 responden, sebanyak 44 remaja (53.7%) di

SMP YMJ Ciputat adalah berjenis kelamin perempuan sedangkan

sisanya 38 remaja (46.3%) adalah berjenis kelamin laki-laki.


59

b. Suku

Karakteristik responden berdasarakan suku dapat dilihat

pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Karakteristik Remaja berdasarkan Suku

Suku n %
Jawa 24 29.3
Betawi 46 56.1
Sunda 9 11.0
Lain-lain 3 3.7
Total 82 100

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5.2 dapat

dilihat bahwa dari 82 responden, sebanyak 46 remaja (56.1%)

adalah bersuku Betawi, 24 remaja (29.3%) bersuku Jawa, 9 remaja

(11.0%) bersuku Sunda, dan sebanyak 3 remaja (3.7%) bersuku

diluar dari Betawi, Jawa, dan Sunda.


60

2. Gambaran Perilaku Makan Remaja

Setiap aspek perilaku makan memiliki jumlah item pertanyaan

yang berbeda-beda. Emotional eating terdiri dari 10 item pertanyaan,

restraint eating 9 item pertanyaan, dan external eating 9 item

pertanyaan. Untuk menentukan skor tertinggi dari ketiga aspek perilaku

makan tersebut pada setiap remaja perlu dilakukan perhitungan standar

baku (z-score) dikarenakan jumlah item pertanyaan pada ketiga aspek

perilaku makan tersebut berbeda. Setelah didapatkan z-score dari ketiga

aspek perilaku makan kemudian skornya dibandingkan satu sama lain,

z-score tertinggi yang dimiliki dari ketiga aspek perilaku makan

tersebut akan menentukan perilaku makan yang dominan pada remaja

tersebut. Berikut ini adalah gambaran perilaku makan remaja yang

ditentukan dari hasil z-score.

Tabel 5.4 Gambaran Perilaku Makan Remaja

di SMP YMJ Ciputat

Perilaku Makan n %
Emotional eating 28 34.1
Restraint eating 27 32.9
External eating 27 32.9
Total 82 100

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5.4 dapat dilihat

bahwa dari 82 responden, sebanyak 28 (34.1%) remaja memiliki

perilaku makan emotional eating yang dominan, sebanyak 27 (32.9%)

memiliki perilaku makan restraint eating yang dominan, dan 27

(32.9%) memiliki perilaku makan external eating yang dominan.


61

3. Distribusi Indeks Massa Tubuh Remaja

Variabel IMT didapatkan dari hasil pengukuran BB dan TB

remaja di SMP YMJ Ciputat yang kemudian dihitung dengan rumus

IMT = Kg/m2.

Tabel 5.5 Distribusi IMT Remaja di SMP YMJ Ciputat

Indeks Massa
Median Standar Min-Maks
Tubuh
Deviasi
18.70 6.143 14-35

Data yang terdapat pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan

bahwa dari 82 responden, nilai median IMT didapatkan 18.70 kg/m2

dengan nilai minimal sebesar 14 kg/m 2 dan nilai tertinggi sebesar 35

kg/m2.

D. Hasil Analisa Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini terdiri dari variabel perilaku

makan (dependen) dan variabel IMT (indpenden). Variabel perilaku makan

sendiri terdiri dari 3 aspek yaitu emotional eating, restraint eating, dan

external eating. Analisa bivariat pada penelitian ini bertujuan mengetahui

hubungan emotional eating terhadap IMT, mengetahui hubungan restraint

eating terhadap IMT, dan mengetahui hubungan external eating terhadap

IMT. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi Spearman.


62

1. Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada

Remaja

a. Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada remaja

Tabel 5.6 Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada Remaja

di SMP YMJ Ciputat

IMT
r -0.006
Emotional Eating p value 0.958
n 82

Tabel 5.6 di atas, menunjukan hasil uji statistik

hubungan emotional eating terhadap IMT didapatkan nilai p value

= 0.958. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara

emotional eating terhadap IMT (p > 0.05).

b. Hubungan Restraint Eating terhadap IMT

Tabel 5.7 Hubungan Restraint Eating terhadap IMT pada Remaja di

SMP YMJ Ciputat

IMT
r 0.334
Restraint Eating p value 0.002
n 82

Tabel 5.7 diatas, menunjukan hasil uji statistik hubungan

restraint eating terhadap IMT didapatkan nilai p value = 0.002. Hal

tersebut menunjukan ada hubungan antara restraint eating terhadap

IMT (p < 0.05). Dari hasil koefisien korelasi diketahui r = 0.334.

Hal itu berarti hubungan antara restraint eating terhadap IMT

merupakan hubungan yang lemah karena berada pada rentang

koefisien korelasi antara 0.2 - < 0.4. Korelasi tersebut signifikan


63

pada level 0.05 (2-tailed). Sementara itu, koefisien korelasi dalam

penelitian ini bernilai positif, artinya hubungan antara restraint

eating terhadap IMT merupakan hubungan yang searah, dimana

remaja dengan nilai skor restraint eating tinggi akan memiliki IMT

yang tinggi.

c. Hubungan External Eating terhadap IMT

Tabel 5.8 Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada Remaja

di SMP YMJ Ciputat

IMT
r -0.125
External Eating p value 0.263
n 82

Tabel 5.8 menunjukan hasil uji statistik hubungan

external eating terhadap IMT didapatkan nilai p value = 0.263. Hal

tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara external eating

terhadap IMT (p > 0.05).


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian meliputi

karakteristik remaja, gambaran ketiga aspek perilaku makan remaja,rata-rata indeks

massa tubuh remaja, hubungan emotional eating terhadap IMT, hubungan restraint

eating terhadap IMT, dan hubungan external eating terhadap IMT. Pada akhir

pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari penelitian ini.

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik Remaja di SMP YMJ Ciputat

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis univariat jenis kelamin responden,

diperoleh jumlah terbesar responden adalah perempuan yaitu 44 orang

(53,7%) sedangkan responden laki-laki berjumlah 38 orang (46,3%).

Hasil penelitian Sari (2013) di SMP yang berbeda di Ciputat diperoleh

jumlah sampel terbesar adalah perempuan, yaitu sebesar 52 orang

(54,2%)dan responden laki-laki sebesar 44 orang (45,8%). Jika

dibandingkan dengan data BPS di Provinsi Banten tahun 2010

didapatkan perbedaan, dimana persentase jumlah remaja awal lebih

banyak pada laki-lakisebesar (51.68%) dibandingkan dengan perempuan

sebesar (48.32%). Perbedaan ini kemungkinan karena sensus yang

dilakukan BPS dilaksanakan ditahun 2010 sedangkan penelitian ini

dilakukan 4 tahun setelahnya, kemungkinan sudah terjadi perubahan

jumlah remaja laki-laki dan perempuan. Dan dapat diambil kesimpulan

64
65

berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa di Ciputat remaja awal lebih

didominasi perempuan dibandingkan laki-laki.

Kristeller & Rodin (1989, dalam Brink 2000) menyatakan

bahwa jenis kelamin memiliki perbedaan sikap terhadap makanan, berat

badan, diet dan tingkah laku yang berhubungan dengan makan.Diet

untuk mendapatkan tubuh yang ideal lebih sering dilakukan remaja

perempuan dibandingkan laki-laki karena perhatian akan bentuk tubuh

lebih tinggi pada perempuan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan

McCabe dan Ricciardelli (2001, dalam Kuessous, 2009) bahwa

ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih tinggi

dibandingkan pada laki-laki. Selain itu, menurut penelitian yang

dilakukan oleh Gene-Jack Wang didapatkan bahwa perempuan

cenderung lebih tidak bisa menahan lapar dibandingkan laki-laki. Hal

tersebut menyebabkan kemungkinan perempuan lebih beresiko untuk

mengalami berat badan berlebih dibandingkan dengan laki-laki.

b. Suku

Berdasarkan analisis univariat suku responden, diperoleh

jumlah terbesar respondenbersuku Betawi yaitu 46 orang(56.1%), Suku

Jawa berjumlah 24 orang (29.3%),Suku Sunda berjumlah 9 orang (11%),

dan lain-lain berjumlah 3 orang(3.7%). Suku Betawi menjadi suku

mayoritas di Ciputat karena Ciputat tidak dapat terlepas dari pengaruh

kehidupan masyarakatJakarta, baik sosial, ekonomi maupun budaya.

Apalagi letak Ciputat berada dipinggir Ibu Kota yang berbatasan

langsung dengan Jakarta Selatan.


66

Suku merupakansatu kebudayaan yang sama yang dianut

seseorang yang didalamnya terdapat tradisi, kepercayaan, nilai-nilai

kehidupan. Gibney (2009) menyatakan bahwa tradisi, kepercayaan, dan

nilai-nilai merupakan sebagian dari faktor utama yang mempengaruhi

kesukaan, cara menyiapkan makanan, menyajikan makanan, dan status

gizi. Dapat diambilkesimpulan bahwa suku merupakan satu kesamaan

kebudayaan yang dianut seseorang yang mempengaruhi perilaku makan.

2. GambaranPerilaku Makan

Berdasarkan analisis univariat dari ketiga aspek perilaku makan

pada tabel 5.4, didapatkan sebanyak 28 remaja (34.1%) memiliki perilaku

makan emotional eating yang dominan, sebanyak 27 remaja (32.9%)

memiliki perilaku makan restraint eating yang dominan, dan 27 remaja

(32.9%) memiliki perilaku makan external eating yang dominan. Dapat

dilihat bahwa perilaku makan yang dominan pada remaja di SMP YMJ

Ciputat tidak terlihat didominasi oleh salah satu aspek perilaku makan.Hal ini

berbeda dengan penelitian yang dilakukan Carper, et al (2000, dalam Van

Streint 2007) mengenai prevalensi eksternal, emotional, dan restraint eating

pada anak 5 tahun menunjukan bahwa menemukan bahwa 75% dari 157

perempuan menunjukkan tingkat tinggi external eating, sepertiga melaporkan

tingkat moderat restraint eating dan 25% menunjukkan tingkat moderat

emotional eating.Terlihat bahwa pada anak usia 5 tahun aspek perilaku

makanexternal eating menjadi aspek perilaku makan yang mendominasi dari

3 aspek lainnya.
67

Pada anak usia 5 tahun, emotional eating dan restraint eating

cenderung tidak tinggi kemungkinan hal ini disebabkan karena tingkat emosi

yang rendah dan perhatian terhadap bentuk tubuh belum terbentuk,

sedangkan external eating prevalensinya tinggi kemungkinan karena anak

lebih berespon terhadap rangsangan eksternal seperti penglihatan, penciuman

terhadap makanan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Urbic (dalam Popper,

2003) yang mengatakan bahwa anak-anak lebih tertarik pada tekstur, warna,

dan tampilan keseluruhan dari suatu makanan dan minuman.

Berbeda pada remaja, persentase ketiga aspek perilaku makan

tersebut tidak terlalu didominasi salah satu aspek. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena faktor yang mempengaruhi ketiga aspek perilaku makan

tersebut seperti emosi, stres, dan citra tubuh meningkat pada remaja.

Sehingga dari ketiga aspek perilaku makan tersebut, tidak menunjukkan

persentase yang menonjol pada salah satu aspek. Dapat diambilkesimpulan

bahwa dari ketiga aspek perilaku makan pada remaja di SMP YMJ Ciputat,

persentase dari setiap aspek perilaku makan tidak terlalu didominasi salah

satu aspek perilaku makan ini karena faktor yang berpengaruh terhadap

ketiga aspek perilaku makan tersebut sama-sama tinggi pada remaja.

3. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja

Berdasarkan hasil analisis univariat IMT responden, diperoleh rata-

rata IMT didapatkan 18.70 kg/m2dengan IMT terendah yaitu sebesar 14

kg/m2 dan IMT tertinggi sebesar 35 kg/m2. Penelitian yang dilakukan

Adityawarman (2007) pada remaja di SMP Domenico Savio Semarang

menunjukan hasil rata-rata IMT pada remaja perempuan 21.3 kg/m 2 pada
68

laki-laki dan 20.6 kg/m2. Jika dibandingkan, dengan hasil penelitian tersebut

IMT pada remaja di SMP YMJ memiliki rata-rata lebih rendah.

Menurut National Institutes of Health (NIH) tahun 2010 tingginya

IMT beresiko tinggi untuk terkena penyakit tertentu seperti, penyakit

jantung, hipertensi, diabetes tipe 2, batu empedu, masalah pernapasan, dan

kanker. Berbeda dengan orang dewasa, IMT pada remaja harus disesuaikan

dengan umur dan jenis kelamin dalam bentuk persentil untuk mengetahui

obesitas, overweight, normal, dan kurus. Karenapada remaja, IMT salah

satunya dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan. Dimanaremaja laki-laki dan

perempuan mengalami perubahan fisik yang berbeda, perubahan fisik pada

remaja perempuan lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki.

CDC tahun 2000 merekomendasikan jika nilai IMT yang telah

disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin ke dalam grafik CDC 2000 dan

didapatkan persentil ≥ 95 maka digolongkan sebagai obesitas.


69

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Perilaku Makan terhadap IMT pada Remaja di SMP YMJ

Ciputat

a. Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada Remaja di SMP

YMJ Ciputat

Hasil uji statistik pada tabel 5.6 menunjukan tidak ada

hubungan emotional eating terhadap IMT pada remaja dengan nilai (p

value = 0.958). Hasil yang sama diperoleh dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kargar, et al (2012) pada 372 siswa laki-laki dan

perempuan yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan emotional

eating terhadap IMT pada remaja (p value = 0.192).

Individu terkadang melampiaskan perasaan senang, gembira,

rasa puas, sedih, marah, rasa tertekan dengancara makan. Teori

emotional eatingmerupakan perilaku makan yang mengacu pada

dorongan makan lebih banyak selama emosi negatif seperti marah,

kecewa, takut, tertekan, dll (Wardle et al, 2001). Zellner (2006)

mengatakan bahwa dorongan makan lebih banyak tersebut biasanya

mengakibatkan konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan

positif dengan lemak tubuh. Seseorang yang selalu menanggapi respon

emosi negatif dengan makan banyak kemungkinan akan menyababkan

pertambahan berat badan sehingga akan berpengaruh terhadap IMT.

Pernyataan tersebut didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Turker, et al (2012) bahwa ada hubungan antara emotional eating

terhadap IMT (r = 0.37; P < 0.05). Dimana koefisien korelasinya

bernilai positif yang artinya jika skor emotional eatingnya tinggi maka
70

IMT yang dimiliki juga tinggi. Levitan, et al (2010) menjelaskan bahwa

emotional eating pada tahap awalmemiliki konsekuensi jangka panjang

yaitu obesitas.

Individu yang memiliki respon emotional eatingmerupakan

suatu bentuk usaha untuk meredam emosi negatif yang muncul, sehingga

dengan makan diharapkan kemungkinanemosi negatif tersebut akan

berkurang. Kaplan & Kaplan (1957, dalam Maras, 2010) menyatakan

bahwa ada 2 mekanisme yang terjadi ketika individu makan lebih

banyak ketika emosi yaitu: (1) makanyang berlebihan karena tidak

mampu membedakan antara rasa lapar, kenyang, dan gairah emosi atau

disebut dengan rendahnya kesadaran interoceptive, (2) makan berlebihan

dengan tujuan mengurangi tekanan emosional. Masa remaja khususnya

pada remaja awal terjadi peningkatan emosi dan peningkatan level stres,

ditambah lagi dengan koping yang relatif rendah. Akibatnya,

kemungkinan pada masa remaja awal ini resiko untuk perilaku makan

emotional eating lebih tinggi.

Pada penelitian ini tidak adanya hubungan emotional eating

terhadap IMT karena kemungkinanbeberapa faktor yang mempengaruhi

yaitu: remaja memiliki tingkat stres dan emosi yang rendah,remaja

menggunakan mekanisme koping adaptif terhadap stres dan

emosi.Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Blackman & Kvaska

(2011, dalam Economy 2013)yang menyatakan bahwapencegahan

emotional eatingdapat dilakukan dengan cara melampiaskan keinginan

dengan cara lain selain makan, menggunakan teknik pengurangan stres,

serta memilih sesuatu kegiatan yang melibatkan penggunaan tangan.


71

Sehingga dengan cara tersebut, kemungkinan perilaku makan emotional

eating tidak akan terbentuk sehingga dapat mencegah terjadinya

penambahan berat badan sampai menyebabkan obesitas.

b. Hubungan Restraint Eating terhadap IMT Remaja di SMP YMJ

Ciputat

Hasil uji statistik pada tabel 5.7 menunjukan ada hubungan

antara restraint eating terhadap IMT (pvalue = 0.002; r = 0.334).

Walaupun kekuatan hubungan kedua variabel itu lemah, tetapi koefisien

korelasi dalam penelitian ini bernilai positif, artinyahubungan antara

restraint eating terhadap IMT merupakan hubungan yang searah, dimana

remaja dengan nilai skor restraint eating tinggi maka memiliki IMT

yang tinggi.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Kargar, et al

(2012) yang membuktikan bahwa ada hubungan restraint eating

terhadap IMT pada remaja (pvalue= 0.001). Selain berhubungan dengan

BMI yang tinggi, restraint eating juga berhubungan dengan asupan

energi, karbohidrat, dan protein yang rendah (Lluch et al, 2000; Wardle

et al 1992). Hal tersebut bertentangan dengan teori restraint, jika

restraint eating berhubungan dengan pembatasan asupan makanan

mengapa justru menyebabkan kelebihan berat badan. Snoek (2007)

menjelaskan mengenai teori restraintbahwa seseorang yang melewatkan

makan dan hingga membuat pola makan yang tidak teratur akan terjadi

kontra regulasi pada saat individu tersebuthilang kontrol sehingga

menyababkan seseorang makan sebanyak-banyaknya, dan akhirnya berat


72

badannya naik. Pada penelitian ini, karena merupakan penelitian cross

sectional, adanya hubungan antara emotional eating terhadap IMT bisa

jadi karena kemungkinan remaja baru saja melakukan diet dan memiliki

berat badan berlebih sehingga skor emotional eating nya tinggi dan IMT

nya juga tinggi. Tetapi secara teori, restraint eating adalah penambahan

berat badan pada seseorang dikarenakan melewatkan makan atau

membatasi makan.

Anggapan bahwa dengan membatasi makan terus menerus

akan menyebabkan berat badan turun tidak selamanya benar, justru akan

beresiko mengalami pertambahan BB.Perhatian yang besar terhadap

citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap bentuk

tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012).Membatasi makan atau melawatkan

makan seperti sarapan merupakan usaha yang terkadang dilakukan

remaja yang ingin memiliki bentuk tubuh yang lebih kurus atau langsing.

Pada remaja memiliki penampilan dengan bentuk tubuh yang diinginkan

menjadi hal penting untuk terlihat menarik didepan orang lain atau

teman sebayanya, dimana pada masa ini juga terjadi peningkatan

hubungan dengan teman sebaya.

Remaja harus mengetahui dan menyadari bahwa usaha untuk

menurunkan berat badan tidak semestinya dilakukan dengan cara

membatasi makan atau bahkan tidak makan tetapi bisa dengan cara lain

seperti: berolahraga, memperbanyak aktivitas, mengurangi makanan

yang berlemak, dll.


73

c. Hubungan External Eating terhadap IMT Remaja di SMP YMJ

Ciputat

Hasil uji statistik pada tabel 5.8 menunjukan tidak ada

hubungan external eating terhadap IMT pada remaja dengan nilai (P

value = 0.263). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Turker, et al (2012) yang membuktikan bahwa tidak ada

hubungan external eating terhadap IMT pada remaja (P>0.05).

Makan yang baik dilakukan ketika timbul rasa lapar dan

berhenti ketika ada respon kenyang. Diharapkan dengan makan, tubuh

kita mendapatkan zat-zat gizi penting sesuai dengan kebutuhan tubuh

untuk mendukung aktivitas yang kita lakukan. Respon berbeda terjadi

pada seseorang yang memiliki perilaku makan external eating. Schachter

(1971, dalam Streint, 2013) menjelaskan teori externality merupakan

rangsangan makanan yang meliputi penglihatan, penciuman, dan rasa

makanan terlepas dari keadaan lapar dan kenyang.Stresberhubungan

dengan external eating, karena stres dapat mengurangi isyarat internal

dari rasa lapar dan meningkatkan isyarat dari luar terhadap makanan atau

external eating, akibatnya stresmungkin mengakibatkan peningkatan

makan pada external eating (Coryell, 2011). Pada remaja awal terjadi

peningkatan level stres dan relatif memiliki koping yang rendah,

sehingga remaja awal kemungkinan beresiko tinggi terjadinya perilaku

makan external eating.

Individu dengan perilaku makan external eating kemungkinan

mudah untuk memulai makan dan sulit untuk berhenti makan karena
74

tidak menghiraukan rasa lapar dan kenyang. Ini akan menyebabkan

kemungkinan asupan makanan yang dibutuhkan akan berlebih dari yang

dibutuhkan tubuh, akibatnya berat badan akan mengalami peningkatan.

Penyebab tidak adanya hubungan kemungkinan karena

rangsangan untuk makan tersebut tidak diikuti dengan ketersediaan

makan, bisa jadi makanan yang membuat timbul rangsangan makan

tersebut adalah makanan yang harus dibeli sedangkan remaja sendiri

memiliki keterbatasanbiayauntuk membeli.Kemungkinan lainnya,

adanya rangsangan untuk makan karena melihat, mencium, atau

merasakan makanan, tetapi ada pembatasan untuk makan dari orangtua

sehingga rangsangan untuk makan tersebut tidak diikuti asupan makan

yang berlebih. Seperti yang dikatakan Patcheep (2011) dalam jurnalnya

bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan

makanan pada remaja diantaranya adalah biaya dan orangtua.Dapat

diambil kesimpulan bahwa kemungkinan perilaku makan external eating

pada remaja di SMP YMJ Ciputat tidak diikuti banyak makan karena

terhambat faktor biaya dan orangtua.


75

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari masih terdapatbanyak keterbatasan pada pelaksanaan

penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara laian adalah sebagai

berikut:

1. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas karena dilaksanakan diakhir

proses kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dalam mengisi kuesioner

tergesa-gesa sehingga mengurangi konsentrasi.

2. Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian ini bahwa IMT pada remaja

bisa jadi bukan hanya dipengaruhi oleh perilaku makan, melainkan bisa

juga dipengaruhi pertumbuhan, status menarche, status kesehatan,dll.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Remaja kelas VII dan VIII di SMP YMJ Ciputat tahun 2014 yang

berjenis kelamin perempuan lebih banyak, yaitu sebesar 53.7% dan

suku mayoritas adalah betawi sebesar 56,1%.

2. 34.1% remaja memiliki perilaku makan emotional eating yang

dominan, 32.9% perilaku makan restraint eating yang dominan, dan

32.9% perilaku makan external eating yang dominan. Secara teori

ketiga aspek perilaku makan tersebut membuat seseorang makan

banyak sehingga terjadi penambahan BB sampai bisa menyebabkan

seseorang obesitas

3. Nilai median IMT remaja di SMP YMJ Ciputat adalah 18.70 kg/m2 .

Pada remaja nilai IMT harus disesuaikan dengan umur dan jenis

kelamin untuk dikategorikan menjadi kurus, normal, over weight, dan

obesitas.

4. Tidak ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada remaja

di SMP YMJ Ciputat (p value = 0.192). Hal ini dikarenakan remaja

kemungkinan memiliki mekanisme koping adaptif, di mana mekanisme

76
77

koping adaptif ketika ada stressor atau emosi negatif yang muncul

sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya perilaku makan emotional

eating yang membuat individu banyak makan sehingga mengalami

penambahan berat badan bahkan sampai menyebabkan obesitas.

5. Ada hubungan restraint eating terhadap IMT remaja di SMP YMJ

Ciputat (p value = 0.002; r = 0.334). Koefisien korelasi bernilai positif

berarti hubungan antara kedua variabel searah, dimana skor restraint

eating tinggi memiliki IMT tinggi. Individu yang sering menahan

makan atau sering melewatkan waktu makan untuk tujuan mengurangi

berat badan tidak selalu sesuai dengan tujuan, kemungkinan yang

terjadi justru individu tersebut akan banyak makan dan mengalami

pertambahan berat badan.

6. Tidak ada hubungan external eating terhadap IMT pada remaja di SMP

YMJ Ciputat (p value = 0.263). Hal ini dikarenakan kemungkinan

rangsangan untuk makan yang didapat ketika melihat, mencium, atau

merasakan makanan yang enak dapat menyebabkan seseorang makan

lebih banyak tetapi jika tidak diikuti dengan ketersedian makanan atau

keterbatasan untuk membeli makanan tersebut maka dorongan makan

tersebut tidak menyebabkan individu makan yang banyak.


78

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan kepada berbagai pihak terkait

hasil penelitian mengenai hubungan perilaku makan terhadap IMT pada

remaja adalah sebagai berikut:

1. Bagi Remaja

a. Diharapkan remaja dapat menerapkan perilaku makan sehat untuk

mencegah terjadinya malnutrisi terutama obesitas.

b. Diharapkan remaja lebih menyadari pentingnya untuk mengontrol

berat badan dan tinggi badan secara teratur sebagai bentuk

pencegahan terjadinya malnutrisi terutama obesitas.

2. Bagi sekolah

a. Sekolah perlu mengadakan program penyuluhan yang berkerjasama

dengan tenaga kesehatan terkait dengan perilaku makan sehat dan juga

penyuluhan terkait dengan pencegahan kejadian malnutrisi terutama

obesitas pada remaja.

b. Sekolah dapat membuat program yang bertujuan untuk mengontrol

berat badan dan tinggi badan siswa dengan melibatkan Unit Kesehatan

Sekolah (UKS).

3. Bagi Keperawatan

Perawat perlu memperluas perannya sebagai tenaga kesehatan dengan ikut

terlibat dalam program unit kesehatan sekolah yang bertujuan untuk

memberikan penyuluhan terkait perilaku makan sehat pada remaja,

melakukan pengkajian aspek psikologis yang berkaitan dengan emotional


79

eating, restraint eating, dan external eating serta melakukan pengkajian

fisik yang berkaitan dengan berat badan dan tinggi badan untuk mencegah

terjadinya kejadian malnutrisi terutama obesitas pada remaja.

4. Bagi Penelitian

Diharapkan adanya penelitian kembali mengenai perilaku makan

hubungannya dengan IMT dengan populasi remaja yang lebih luas tidak

hanya lingkup sekolah.


DAFTAR PUSTAKA

Aghla, U. (2004). Mengakrabkan Anak pada Ibadah. Jakarta: Almahira.


Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi
VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arisman. (2009). Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed.2. Jakarta:
EGC
Badan Pusat Statistik. (2010). Kota Tangerang Dalam Angka 2010. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Tangerang.
Badan Pusat Statistik. (2010). Sensus Penduduk 2010. http://www.bps.go.id .
diakses tanggal 26 maret 2014.
Balitbangkes Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Laporan Nasional
Departemen Kesehatan.
Baharudin, Sitti S. 2013. Emosi dan Perilaku Makan Hubungannya Dengan
Kejadian Berat Badan Lebih Pada PNS Di Kota Ternate. Tesis,
Universitas Gajah Mada.
Benarroch,et al. (2011). Factor Influencing Adolescent Eating Behaviour:
Application and Validation of a Diagnostic Instrument. Electronic
Journal of Research in Educational Psychology, 9(3), 1219-1244.
BKKBN. (2011). Jumlah Penduduk Tahun 2010 Nasional.
http://www.bkkbn.go.id. diakses tanggal 26 maret 2014.
Brown, Judith E. et.al. (2005). Nutrition Through the Life Cycle. Wadsworth:
USA.
Centers for Disease Control and Prevention, (2011). About BMI for children and
teens.http://www.cdc.gov/healthweight/assessing/bmi/children bmi/about
childrensbmi.html. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2014.
Centers for Disease Control and Prevention, (2009). About BMI for Adult.
http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/index.html
Diunduh pada tanggal 10 Maret 2014.
Coryell, Virginia. T. (2011). The Role of Psychological Distress, Eating Style,
Diatery Intake, and Gender in Cardiometabolic. Theses and
Dissertations, University of Miami Scholarly.
Dahlan, Sopiyudin. (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Djaali dan Muljono, P. (2007). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Economy, M Alexandra. (2013). Exploring the Association Between Emotions
and Eating Beahvior. Capstone Project, Winona State University.
Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Kominitas: Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Emilia, Eis. (2009). Pendidikan Gizi Sebagai Salah Satu Sarana Perubahan
Perilaku Gizi Pada Remaja. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 6
No.2
Fradjia, Nur P. 2008. Hubungan Antara Citra Raga dengan Perilaku Makan Pada
Remaja Putri. Skripsi S1, Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Furman, Ellen Frances. (2012). The Theory of Compromised Eating Behavior.
Dissertations and Thesis, University of Massachusetts.
Gattario, Holmqvist K. (2013). Body Image in Adolescence: Through the Lenses
of Culture, Gender, and Positive Phychology, University of Gothenburg.
Gibney, Michael. J. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric
Nutrition Care). Ikatan Dokter Anak Indonesia.
_______. (2013). Nutrisi Pada Remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. diakses
pada tanggal 27 maret 2014.
Indika, Kinanti. 2010. Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas.
Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara.
Jafar, Nurhaedar. (2005). Pertumbuhan Remaja. Skripsi S1 Program Studi Ilmu
Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin.
Kargar, et al. (2012). The Assessment of Eating Behaviors of Obese, Over Weight
and Normal Weight Adolescents in Shiraz, Southern Iran. IJCBNM, Vol
1, No. 1.
Kuessous, Caron. 2013. Eating Attitudes, Behaviors, and Body Image of
Orthodox Jewish Girls in Grades 3-8. Thesis, Yeshiva University New
York.

Konttinen, Hanna. (2012). Diatery Habits and Obesity: The Role of Emotional
and Cognitive Factors. Academic Dissertation, The Faculty og Social
Sciences of the University of Helsinki.
Levitan, Robert D & Caroline Davis. (2010). Emotions and Eating Behaviours:
Implication for the Current Obesity Epidemic. University of Toronto
Quarterly, Vol. 79 283-799
Luanaigh, Padraig O & Carison, Cindy. (2005). Ilmu kesehatan Masyarakat
Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Lluch, A et al. (2000). Diatery Intakes, Eating Style and Overweight in The
Stanislas Family Study. International Journal of Obesity, 24(11), 1493-
1499.
Lofton, Krsti L. (2007). Examining the Relationships Among Food Insecurity,
Obesity, Stress And Emotional Eating Among Low Income Women.
Dissertation, The University Og Southern Mississippi.
Maras, Danijela. (2010). Attachment Style and Obesity: Examination of Eating
Behaviours as Mediating Mechanisms in A Community Sample of
Antario Youth. Thesis, Carleton University.
Maulana, Heri D. J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Masdewi, Mazarina, D., & Setiawati, T. (2011). Korelasi Perilaku Makan dan
Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Program Akselerasi di
SMP. Teknologi dan Kejuruan, Vol. 34, No. 2.

Mclaughlin, A & Media, D. (2014). Short Term Effect of Bad Eating Habits.
Diakses pada tanggal 15 maret 2014.
Muscari, Mary E. (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC.
Moore, J Barbara. 2009. Assesment of Children How to Use Repeated Measures
of Body Mass Index (BMI) To Assess and Prevnt Obesity in Children.
Morris, Stevan N. (2012). Eating To Ease: Emotional Eating In A Male College
Population. Bachelor of Arts in Psychology, St, Mary’s College of
Maryland.
Nasution, Indri. K., (2007). Stress Pada Remaja. Skripsi S1 Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara.
National Institutes of Health. 2010. Assessing Your Weight and Health Risk.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/heart/obesity/lose_wt/risk.htm.
Diakses tanggal 2 maret 2014.
Nugroho & Intan. 2009. Who is God? Mencari Tuhan Lewat Google. Yogyakarta:
Pustaka Grhatama
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarata: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehtan.Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka
Cipta.
Patcheep, Kamonporn. (2011). Factors Influencing Thai Adolescents’ Eating
Behaviour. Thesis, School of Nursing Science, Faculty of Medicine and
Health Science, University od East Anglia.
Popper, R., Kroll, J R. (2003). Perception and Children: Food Tecnology. Vol. 6
(40-47), Chicago: Food Institute of Technologists
Queensland Government. 2013. Using Body Mass Index.
http://www.health.qld.gov.au/masters/copyright.asp.

Rahayu, Santi D & Dieny, Fillah F. (2012). Citra Tubuh, Pendidikan Ibu,
Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Gizi, Perilaku Maka dan asupan Zat
Besi pada Siswa SMA. Media Medika Indonesia, Vol. 46, No.3.
Rahmawati, Rr F. (2012). Pengetahuan Gizi, Sikap, Perilaku Makan dan Asupan
Kalsium Pada Siswi SMA. Skripsi, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Rahmawati, Aprilia D. (2013). Hubungan Antara Citra Tubuh Dan Kontrol Diri
Pada Pola Makan Remaja Putri Di SMK Negeri 2 Godean. Skripsi S1,
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri
Yogyakarta.
Ramsay, Samantha, Branen, Laurel J, & Snook, Miranda L. (2009). JCN, Vol. 27,
No. 4.
Rathus, Spencer A. (2014). Childhood and Adolescence: Voyages In
Development. United state: Wardswarth.
Riduwan. (2007). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Santana, et al. (2013). Factor Associated With Body Image Dissatisfaction
Among Adolescents in Public Schools Students in Salvador, Brazil.
Nutricion Hospitalaria, Vol. 28(3), 747-755.
Sangperm, Parnnarat. (2006). Predicting Adolescent Healthy Eating Behavior
Using Attitude, Subjective Norm, Intention, And Self-Schema.Thesis,
Faculty of Graduate Studies Mahidol University.
Sarwono, Jonathan. (2010). Pintar Menulis Karangan Ilmiah: Kunci Sukses
dalam Menulis Ilmiah. Yogyakarta: ANDI.
Silva, Jaime R., Capurro, Gabriela., Saumann, Paz. M., & Slachevvsky, A. (2012).
Problematic Eating Behaviors and Nutritional Status in 7 to 12 Year-Old
Chilean Children. International Journal of Clinical and Health
Psychology, Vol. 13, 32-39.
Singh, Shashi. 2013. A Cross-Sectional Paediatric Pilot Study of Migraine, Eating
Behaviours and Adiposity. Thesis, Universitas of Liverpool.
Snoek, M Harriette et al. (2007). Emotional, external, restraint eating and
overweight in Dutch Adolescents. Scandinavian Journal of Psychology,
Vol. 42, 23-32.
Sulistiyowati, Ning., & Senewe, Philipus. F. (2010). Pola Pencarian Pengobatan
dan Perilaku Beresiko Remaja Di Indonesia (Analisis Lanjut Data
Riskesdas 2007). Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 9, 1347-1356.
Sudarma, Momon. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Selemba Medika.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Surya, Hendra. 2010. Jadilah Pribadi yang Unggul Sebuah Solusi Pengembangan
Diri dan Keterampilan Menolak (Refusal Skill) Narkoba. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Semiun,Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1 Pandangan Umum Mengenai
Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori-teori Terkait.
Yogyakarta: Kanisius.
Soetjaningsih, dkk. (2008). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung
Seto.
Streint, Tatjana., Cebolla, A., & Barrada, Juan R. (2013). Internal Structure and
Measurement Invariance of The DEBQ. Facultad de Ciencias Sociales y
Humans, Universidad de Zaragoza.
Streint, Tatjana .V & Bazelier, F. G. (2007). Perceived Parental Control of Food
Intake is Related to External, Restrained and Emotional Eating in 7-12
Years Old Boys and Girls. Appetite, Vol. 49, Issue 3, Pages 618-625.
Tzafettas, Marilena. (2009). The Relationship Between Friendship Factor, Body-
Image Concern and Restraint Eating. A Study on Greek Female
Adolescents and Young Adults. Aristotle University Medical Journal,
Vol. 36 No. 2.
Turker, et al. (2012). Body Mass Index in Turkish Female Adolescents: The Role
of Emotional Etaing, Restraint Eating, External Eating and Depression.
HealthMed, Vol. 6 p 1367.
Umar, Husein. (2002). Metode Riset Bisnis Panduan Mahasiswa untuk
Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang
Manajemen dan Akuntansi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
UNICEF. (2011). The State of The World’s Children 2011: Adolescence An Age
of Opportunity. New York: UNICEF. diakses tanggal 24 maret 2014.
Uyun, Qurotul. A. (2007). Hubungan Harga Diri Dengan Perilaku Makan Tidak
Sehat Pada Remaja Putri. Skripsi 1, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya, Universitas Islam Indonesia.
Wardle, Jane et al. (2001). Development of the Children’s Eating Behaviour
Questionnaire. J.Child Psychlat. Vol. 42, 963-970.
Wardle, Jane et al. (1992). Eating Style and Eating Behavior in Adolescents.
Appetite, 18(3), 167-183.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC
World Health Organization (WHO). (2014). Adolescent Development. Diakses
dari http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence.
Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwarts, P.
(2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta : EGC.
Wough, Esther J et al. (2007). A Prospective Investigaton of the Relation Among
Cognitive Diatery Restarint, Subclinical Ovulatory Disturbance, Physical
Activity, and Bone Mass in Healthy Young Women. Am J Clin Nutr, Vol.
86:1 Hal. 791-801.
Zellner DA, et al. (2006). Food selection changes under stress. Physiol Behav,
Vol. 87(4), 789–93.
Zofiran, Nur Syuhada et al. (2011). The Relationship Between Eating Behaviours,
Body Image, and BMI Status among Adolescence Age 13 to 17Years in
Meru, Kalang, Malaysia. Am. J. Food. Nutr, 1(4), 185-192.
Meru, Kalng, Malaysia. Am. J. Food. Nutr, 1(4), 185-192.
LAMPIRAN 2
INFORMED CONSENT

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh

Pada Remaja di SMP YMJ Ciputat

Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan

Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat.

Saya mengharapkan partisipasi Anda dalam memberikan jawaban atas

segala pertanyaan yang diajukan peneliti, sesuai pendapat Anda tanpa di

pengaruhi oleh orang lain. Informasi yang diberikan hanya di pergunakan untuk

keperluan penelitian dan pengembangan Ilmu Keperawatan.

Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas

menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sangsi apapun.

Jika Anda bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat

persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini. Terima kasih atas

partisipasi Anda untuk penelitian ini.

Ciputat, Juli 2014

( )
LAMPIRAN 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU MAKAN TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH


PADA REMAJA DI SMP YMJ CIPUTAT

A. Identitas Responden

Nama

Umur [ Tahun Bulan

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan

Suku

B. Hasil Pengukuran (diisi oleh peneliti)

Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (cm) )

IMT (kg/m2)
C. Kuesioner Perilaku Makan
a. Di bawah ini Kamu akan menemukan 28 pertanyaan tentang perilaku
makan.
b. Bacalah setiap pertanyaan dengan hati-hati. Dan jawablah dengan
memberi tanda (X) pada kolam jawaban yang Kamu pilih.
c. Untuk satu pertanyaan Kamu hanya boleh menjawab satu jawaban,
sesuai dengan yang Kamu alami.

PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN Tidak Jarang Kadang Sering Selalu
pernah -kadang
1. Apakah Kamu ingin makan ketika
Kamu kesal?
2. Ketika makananannya terasa enak,
apakah Kamu akan makan lebih
banyak dari biasanya?
3 Ketika berat badan Kamu bertambah,
apakah Kamu akan makan lebih
sedikit dari biasanya?
4. Apakah Kamu ingin makan ketika
Kamu merasa depresi atau sedih?
5. Ketika makanan terasa dan tercium
enak, apakah Kamu akan makan
lebih banyak dari biasanya?
6. Seberapa sering Kamu menolak
makanan atau minuman karena
khawatir dengan berat badan Kamu?
7. Apakah Kamu ingin makan ketika
merasa kesepian?
8. Ketika Kamu melihat atau mencium
sesuatu yang lezat, apakah Kamu
ingin memakannya?
9. Apakah Kamu ingin makan ketika
seseorang membuat Kamu kecewa?
10. Di waktu makan, apakah Kamu
mencoba untuk makan lebih sedikit
dari yang sebetulnya Kamu
inginkan?
PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN Tidak Kadang-
Jarang Sering Selalu
pernah kadang
11. Jika Kamu punya makanan yang
lezat, apakah Kamu akan segera
memakannya?
12. Apakah Kamu ingin makan ketika
seseorang membuat Kamu marah?
13. Apakah Kamu betul-betul
memperhatikan (melihat) apa yang
Kamu makan?
14. Ketika Kamu sedang berjalan
melewati toko makanan, apakah
Kamu merasa ingin membeli sesuatu
yang enak?
15. Apakah Kamu dengan sengaja
memakan makanan yang dapat
menguruskan badan?
16. Ketika melihat orang lain makan,
apakah Kamu juga merasa ingin
makan?
17. Ketika kamu makan banyak, apakah
kamu makan lebih sedikit di hari-hari
berikutnya?
18. Apakah Kamu menjadi ingin makan
ketika gelisah, khawatir, dan tegang?
19. Apakah Kamu merasa sulit menolak
makanan yang lezat?
20. Apakah Kamu dengan sengaja
makan lebih sedikit karena tidak
ingin bertambah berat badan?
21. Apakah Kamu merasa ingin makan
ketika sesuatu berjalan tidak sesuai
dengan keinginan atau berjalan tidak
semestinya?
22. Ketika melewati toko atau warung
makanan yang menyediakan
makanan enak, apakah Kamu ingin
membelinya?
23. Apakah Kamu ingin makan ketika
sedang emosi?
PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN Tidak Kadang-
Jarang Sering Selalu
pernah kadang
24 Apakah Kamu ingin makan lebih
banyak dari biasanya, ketika melihat
orang lain makan?
25. Seberapa sering Kamu menghindari
makan malam karena Kamu sedang
menjaga berat badan?
26. Apakah Kamu merasa ingin makan
ketika merasa takut?
27. Apakah Kamu mengkaitkan berat
badan Kamu dengan apa yang Kamu
makan?
28. Apakah Kamu ingin makan ketika
Kamu merasa kecewa?

COBA KAMU PERIKSA KEMBALI UNTUK MEYAKINKAN


BAHWA KAMU SUDAH MENJAWAB SEMUA PERTANYAAN 
LAMPIRAN 4
TABULASI DATA

EMOTIONAL EATING SKOR


SUBJEK
P1 P4 P7 P9 P12 P18 P21 P23 P26 P28 TOTAL
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
3 2 4 5 2 4 2 1 2 1 1 24
4 3 3 2 1 2 3 1 1 1 1 18
5 1 1 1 1 1 3 3 1 2 3 17
6 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 13
7 1 1 5 1 3 3 2 1 2 1 20
8 3 4 3 4 3 5 4 4 1 1 32
9 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 12
10 3 3 2 2 1 1 1 2 3 1 19
11 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 25
12 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
14 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 13
15 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 19
16 1 1 2 2 1 3 3 1 1 1 16
17 3 3 2 1 2 1 2 2 1 3 20
18 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 12
19 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 18
20 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11
21 1 2 3 2 1 2 3 3 2 2 21
22 3 3 2 1 2 1 2 2 1 3 20
23 5 5 5 1 1 2 1 1 5 5 31
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 12
26 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 14
27 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
28 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 18
29 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 13
30 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11
31 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 26
32 4 2 2 2 1 3 3 3 3 3 26
33 1 1 3 1 1 2 2 3 2 4 20
34 3 2 2 1 3 2 2 2 3 3 23
35 5 5 5 5 1 5 1 1 1 5 34
36 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 13
37 2 1 1 2 2 5 2 4 1 4 24
38 2 2 5 2 2 3 2 1 1 1 21
39 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 32
40 1 1 2 1 1 3 2 4 3 4 22
41 2 2 2 1 1 1 3 1 1 1 15
42 1 3 1 1 1 1 2 1 1 3 15
43 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 13
44 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 12
45 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11
46 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 14
47 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 25
48 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11
49 1 1 3 2 1 1 3 1 1 1 15
50 1 2 5 3 2 1 5 1 2 1 23
51 2 2 2 1 1 1 3 2 1 1 16
52 3 2 1 2 3 2 5 2 4 3 27
53 2 1 4 1 1 3 3 1 3 1 20
54 1 1 2 3 2 3 3 1 1 2 19
55 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 15
56 2 1 1 1 2 1 2 2 1 4 17
57 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11
58 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 21
59 2 1 3 1 1 2 1 1 1 1 14
60 1 2 2 3 1 1 1 2 1 1 15
61 3 4 4 5 2 2 2 2 5 2 31
62 1 1 2 4 2 1 1 1 1 1 15
63 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 12
64 1 1 2 2 2 2 2 1 4 2 19
65 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 16
66 2 1 4 4 4 3 2 1 2 5 28
67 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 14
68 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 13
69 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11
70 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 13
71 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 20
72 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
73 3 1 4 1 3 1 1 1 1 1 17
74 1 1 3 3 4 3 3 3 2 1 24
75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
76 1 1 4 2 1 2 2 1 2 3 19
77 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
78 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 21
79 1 2 3 1 1 1 2 2 3 1 17
80 4 1 2 1 1 1 2 2 2 1 17
81 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 12
82 2 2 3 3 1 1 1 3 3 3 22

RESTRAINT EATING SKOR


TOTAL
SUBJEK P3 P6 P10 P13 P15 P17 P20 P25 P27
1 5 1 1 5 1 1 1 1 1 17
2 3 1 1 5 1 1 1 5 1 19
3 2 1 1 5 1 2 2 2 3 19
4 2 1 3 3 1 3 1 2 2 18
5 5 3 2 4 4 4 4 4 1 31
6 3 4 4 4 2 4 1 2 5 29
7 5 3 2 5 3 3 2 3 2 28
8 5 2 2 5 5 3 5 5 3 35
9 5 2 2 2 1 2 3 3 2 22
10 3 4 4 2 2 4 1 2 5 27
11 1 1 4 1 1 2 2 1 2 15
12 2 3 2 5 1 3 1 1 4 22
13 1 1 3 5 1 1 1 1 1 15
14 5 4 4 1 2 2 4 5 5 32
15 2 3 3 2 3 3 2 2 1 21
16 2 2 1 3 1 3 1 1 3 17
17 1 1 1 5 1 2 1 2 1 15
18 1 1 1 5 3 1 1 1 1 15
19 5 1 3 5 1 5 3 3 2 28
20 5 3 1 4 1 5 3 3 1 26
21 2 2 2 2 3 2 3 3 2 21
22 5 5 1 5 5 3 1 2 3 30
23 5 1 1 5 1 1 1 3 1 19
24 2 1 1 4 2 2 1 1 2 16
25 1 1 1 4 1 1 3 2 1 15
26 1 1 2 1 1 2 1 1 1 11
27 5 1 2 5 1 1 2 3 1 21
28 3 3 3 1 3 1 3 2 1 20
29 1 2 2 5 1 1 2 2 1 17
30 5 1 2 5 1 1 1 2 1 19
31 2 2 2 3 1 2 1 1 2 16
32 3 3 2 2 1 2 1 1 2 17
33 1 1 2 3 2 2 3 3 3 20
34 3 3 3 5 1 3 3 2 4 27
35 5 1 1 1 1 5 5 1 1 21
36 1 1 2 3 1 2 1 1 2 14
37 3 1 3 5 1 3 5 4 4 29
38 1 2 2 5 1 2 2 1 2 18
39 4 4 4 2 1 2 4 2 4 27
40 2 5 5 5 3 3 4 2 1 30
41 2 4 4 4 2 2 1 1 2 22
42 2 2 1 1 1 1 1 2 1 12
43 1 1 3 5 1 1 1 2 3 18
44 1 1 4 5 1 2 1 1 1 17
45 4 1 3 4 1 3 1 1 3 21
46 3 3 2 3 1 3 1 3 1 20
47 2 2 1 5 1 1 1 1 3 17
48 1 3 2 4 3 2 3 2 2 22
49 1 2 2 3 2 3 1 2 1 17
50 3 1 1 4 3 2 4 4 1 23
51 3 3 2 2 3 2 3 4 2 24
52 5 1 3 2 2 4 3 2 2 24
53 2 2 3 4 1 3 3 3 2 23
54 5 2 5 4 2 3 3 3 2 29
55 2 2 1 2 2 1 2 1 1 14
56 5 2 2 3 5 3 5 2 5 32
57 1 2 4 4 1 2 1 1 1 17
58 1 1 3 1 1 3 2 5 3 20
59 5 4 3 2 4 3 5 4 2 32
60 3 2 1 3 1 1 1 3 1 16
61 3 2 3 4 5 3 3 3 4 30
62 3 2 3 3 1 3 1 3 1 20
63 2 3 3 4 1 3 3 3 4 26
64 1 1 5 5 1 1 4 1 3 22
65 5 3 2 3 4 5 5 1 3 31
66 3 1 3 5 3 2 3 1 4 25
67 2 3 1 3 1 2 1 5 2 20
68 1 2 1 2 5 2 2 3 2 20
69 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44
70 3 2 2 1 2 1 1 2 1 15
71 2 2 1 4 1 1 2 1 1 15
72 4 4 4 4 5 3 5 4 2 35
73 1 1 1 5 1 1 1 1 1 13
74 4 2 3 2 5 3 5 4 1 29
75 3 1 2 5 1 3 1 3 1 20
76 1 1 4 2 5 2 1 2 1 19
77 3 1 2 5 1 3 1 3 1 20
78 4 2 3 4 2 3 2 2 1 23
79 5 2 3 3 3 3 4 3 4 30
80 2 1 2 2 4 3 4 2 3 23
81 1 3 3 3 1 3 1 2 1 18
82 2 1 2 3 1 1 1 2 3 16

EXTERNAL EATING SKOR


SUBJEK
P2 P5 P8 P11 P14 P16 P19 P22 P24 TOTAL
1 5 5 5 5 1 5 3 5 3 37
2 3 2 3 4 2 1 3 3 1 22
3 3 5 4 3 5 5 4 3 1 33
4 2 4 3 3 3 3 1 2 1 22
5 2 3 4 4 2 2 2 3 2 24
6 3 3 3 3 3 2 2 2 2 23
7 5 5 5 5 5 3 5 5 5 43
8 4 3 3 5 3 1 2 3 1 25
9 3 3 5 4 2 1 2 3 1 24
10 3 3 5 3 3 2 2 2 3 26
11 2 3 3 5 3 2 2 1 2 23
12 5 2 2 5 3 1 5 3 1 27
13 3 3 3 5 5 3 4 4 1 31
14 3 1 3 3 1 3 2 1 1 18
15 3 3 3 3 2 2 3 2 2 23
16 3 3 2 3 1 3 2 3 1 21
17 4 1 3 2 5 3 3 1 2 24
18 2 5 3 3 3 1 3 5 1 26
19 1 5 5 5 2 1 1 3 3 26
20 2 2 3 2 1 1 3 2 1 17
21 3 3 3 3 2 2 3 3 3 25
22 4 1 3 2 5 3 2 2 2 24
23 2 2 5 5 5 1 5 5 1 31
24 3 3 4 4 4 2 4 4 2 30
25 2 1 3 2 2 2 3 4 1 20
26 1 1 1 1 1 1 2 1 1 10
27 4 4 5 5 2 2 2 1 1 26
28 1 2 2 2 2 1 2 2 2 16
29 2 1 4 4 4 2 5 2 1 25
30 4 3 5 4 2 2 5 2 1 28
31 4 4 4 4 4 3 3 4 3 33
32 4 4 4 4 4 3 3 3 3 32
33 3 5 5 5 1 2 1 4 3 29
34 2 2 3 2 3 1 5 3 1 22
35 3 5 5 5 1 1 5 1 5 31
36 3 5 5 5 3 3 4 3 3 34
37 3 5 3 4 3 3 3 2 3 29
38 5 5 5 5 2 1 5 3 2 33
39 3 4 4 3 4 3 3 3 2 29
40 3 5 4 5 5 3 2 1 4 32
41 3 4 3 3 4 3 3 4 2 29
42 3 3 3 2 5 3 1 3 1 24
43 4 5 3 5 1 3 1 3 2 27
44 3 3 5 5 2 3 1 4 1 27
45 4 5 2 5 4 4 1 4 4 33
46 3 3 3 3 2 2 2 3 1 22
47 4 4 4 5 2 2 5 4 2 32
48 2 2 2 5 2 2 2 2 2 21
49 4 3 3 5 4 4 5 3 2 33
50 4 3 5 3 2 1 3 3 1 25
51 3 3 4 3 5 2 3 2 1 26
52 3 2 3 5 4 5 2 3 3 30
53 3 1 2 3 3 3 5 3 3 26
54 3 2 1 2 3 1 5 3 3 23
55 3 2 3 2 3 3 3 2 3 24
56 4 3 4 5 3 2 1 3 2 27
57 3 5 2 5 1 2 3 1 2 24
58 3 5 5 5 4 2 5 4 1 34
59 5 2 3 2 3 2 4 3 2 26
60 3 5 5 5 3 2 2 3 1 29
61 4 3 5 5 5 2 5 5 2 36
62 3 3 3 3 1 2 2 1 1 19
63 3 1 4 2 1 1 1 2 1 16
64 4 3 5 5 4 5 5 3 3 37
65 1 1 4 4 5 1 4 5 1 26
66 3 3 2 3 3 2 2 3 3 24
67 2 4 5 2 4 1 2 1 1 22
68 1 2 2 5 3 2 2 3 1 21
69 3 2 3 2 2 2 2 1 1 18
70 2 2 1 2 2 1 1 3 1 15
71 3 3 3 3 4 3 3 3 1 26
72 3 2 4 5 1 1 2 2 1 21
73 3 3 4 3 4 3 3 4 1 28
74 4 3 4 4 4 3 4 2 3 31
75 5 4 5 5 3 3 5 5 5 40
76 3 3 3 3 4 2 4 3 1 26
77 5 5 5 5 3 3 5 5 5 41
78 3 3 3 4 2 2 3 1 1 22
79 5 5 5 5 3 2 4 4 4 37
80 3 4 5 5 3 1 2 3 1 27
81 2 2 3 3 3 1 1 2 1 18
82 3 3 2 2 1 3 4 2 1 21
Lampiran 4 (selanjutnya)

SUBYEK BB TB IMT

1 71 168 25,3
2 45 154 18,7
3 46 150 21
4 68 157 27,2
5 46 153 20
6 49 154 20,4
7 34 148 15,4
8 51 153 22,2
9 48 161 18,5
10 43 166 15,9
11 38 155 15,8
12 47 155 19,6
13 36 149 16,4
14 50 158 20
15 36 156 15
16 48 160 18,5
17 36 152 15,6
18 43 154 17,9
19 58 162 22,3
20 60 163 23,1
21 45 154 18,7
22 40 153 17,4
23 45 150 20,4
24 32 140 16
25 45 150 20,4
26 35 154 14,6
27 43 144 20,5
28 68 150 31
29 43 157 17,2
30 36 137 19
31 36 143 18
32 29 142 14,5
33 63 163 24,2
34 44 159 17,6
35 30 140 15
36 44 162 16,9
37 47 156 19,6
38 54 160 20
39 62 150 28,2
40 48 159 19,2
41 39 150 19,5
42 40 145 19
43 38 149 17,3
44 53 159 21,2
45 35 144 16,7
46 34 153 14,8
47 45 157 18
48 56 172 18,6
49 35 153 15,2
50 42 154 17,5
51 35 153 14,6
52 40 151 17,4
53 81 160 31,15
54 48 166 17,8
55 55 163 21,2
56 45 148 20,4
57 48 166 17,8
58 45 151 19,6
59 45 149 19,6
60 35 157 14
61 49 150 21,3
62 48 143 24
63 48.5 149 22
64 30 141 15
65 39 145 18,6
66 39 146 18,6
67 52 149 20,8
68 38 141 19
69 55 157 22
70 35 145 16,7
71 41 153 17,8
72 56 150 23,3
73 38 152 16,5
74 65 161 25
75 44 166 16,3
76 97 166 35
77 55 159 22
78 58 160 22,3
79 44 155 18,3
80 44 145 21
81 36 147 16,4
82 38 152 16,5
LAMPIRAN 5
UJI VALIDITAS

A. Emotional Eating

Correlations

P1 P3 P5 P8 P10 P13 P16 P20 P23 P25 P28 P30 P32 skortot
al

Pears
* * * * *
on - ,848 ,524 ,649 ,596 ,526 **
1 *
,261 * *
,170 ,313 ,309 *
,136 *
,051 ,471
Correl ,041
ation
P1
Sig.
(2- ,830 ,000 ,163 ,003 ,000 ,369 ,092 ,097 ,001 ,474 ,003 ,788 ,009
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
on - - - - - - - - -
1 ,229 *
,176 ,142 ,119
Correl ,041 ,002 ,086 ,302 ,039 ,104 ,384 ,029 ,183
ation
P3
Sig.
(2- ,830 ,992 ,224 ,650 ,105 ,838 ,584 ,036 ,351 ,880 ,334 ,453 ,532
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
* * * *
on ,848 - *
,551 ,576 *
,467 * **
*
1 ,393 * *
,324 ,338 ,364 *
,256 ,400 ,032 ,492
Correl ,002
ation
P5
Sig.
(2- ,000 ,992 ,032 ,002 ,001 ,081 ,068 ,048 ,009 ,171 ,028 ,866 ,006
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
on * * **
P8 ,261 ,229 ,393 1 ,437 ,279 ,201 ,344 ,299 ,359 ,031 ,302 ,083 ,649
Correl
ation
Sig.
(2- ,163 ,224 ,032 ,016 ,135 ,288 ,063 ,108 ,051 ,872 ,105 ,663 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
* * * * * * *
on ,524 - ,551 *
,594 ,632 ,785 ,587 - ,515 **
* *
,437 1 *
,070 * * * *
,316 ,791
Correl ,086 ,313
P1 ation
0 Sig.
(2- ,003 ,650 ,002 ,016 ,001 ,712 ,000 ,000 ,001 ,092 ,004 ,089 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
* * * * *
on ,649 - ,576 ,594 * *
,562 - ,705 **
* *
,279 *
1 ,306 ,395 ,399 * *
,148 ,613
Correl ,302 ,072
ation
P1
Sig.
3
(2- ,000 ,105 ,001 ,135 ,001 ,099 ,031 ,029 ,001 ,704 ,000 ,437 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
on - - -
,170 ,324 ,201 ,070 ,306 1 ,131 ,023 ,006 -,323 ,040
Correl ,039 ,112 ,046

P1 ation

6 Sig.
(2- ,369 ,838 ,081 ,288 ,712 ,099 ,554 ,489 ,904 ,975 ,808 ,082 ,835
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
* * * *
on - ,632 *
- ,533 ,475 - ,493 **
,313 ,338 ,344 *
,395 1 * * *
,182 ,668
Correl ,104 ,112 ,122

P2 ation

0 Sig.
(2- ,092 ,584 ,068 ,063 ,000 ,031 ,554 ,002 ,008 ,520 ,006 ,337 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pears
* *
on - *
,785 *
,533 *
- **
,309 *
,364 ,299 *
,399 ,131 *
1 ,440 ,277 ,262 ,592
Correl ,384 ,321

P2 ation

3 Sig.
(2- ,097 ,036 ,048 ,108 ,000 ,029 ,489 ,002 ,015 ,083 ,139 ,162 ,001
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
* * * * * *
on ,596 ,467 ,587 ,562 ,475 *
- ,630 **
*
,176 *
,359 * *
,023 *
,440 1 *
,173 ,759
Correl ,210

P2 ation

5 Sig.
(2- ,001 ,351 ,009 ,051 ,001 ,001 ,904 ,008 ,015 ,264 ,000 ,361 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
on - - - - - - -
,136 ,256 ,031 ,006 1 -,044 -,159
Correl ,029 ,313 ,072 ,122 ,321 ,210 ,010

P2 ation

8 Sig.
(2- ,474 ,880 ,171 ,872 ,092 ,704 ,975 ,520 ,083 ,264 ,958 ,815 ,401
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
* * * * *
P3 on ,526 - *
,515 ,705 - ,493 ,630 - **
*
,400 ,302 * * *
,277 *
1 ,209 ,607
0 Correl ,183 ,046 ,010
ation

Sig.
(2- ,003 ,334 ,028 ,105 ,004 ,000 ,808 ,006 ,139 ,000 ,958 ,268 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
on - - **
,051 ,142 ,032 ,083 ,316 ,148 ,182 ,262 ,173 ,209 1 ,493
Correl ,323 ,044
P3
ation
2
Sig.
(2- ,788 ,453 ,866 ,663 ,089 ,437 ,082 ,337 ,162 ,361 ,815 ,268 ,006
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pears
* * * * * * * * *
on ,471 ,492 ,649 ,791 ,613 ,668 ,592 ,759 - ,607 **
*
,119 * * * *
,040 * * * *
,493 1
sk Correl ,159

ort ation

ota Sig.
l (2- ,009 ,532 ,006 ,000 ,000 ,000 ,835 ,000 ,001 ,000 ,401 ,000 ,006
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

B. Restraint Eating

Correlations

P4 P7 P11 P14 P17 P19 P22 P26 P29 P31 skortotal

Pearson
* * ** ** **
Correlati 1 ,247 ,373 -,275 ,417 ,481 ,327 -,496 ,254 ,020 ,493
on
P4
Sig. (2-
,189 ,042 ,141 ,022 ,007 ,078 ,005 ,176 ,917 ,006
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* ** **
Correlati ,247 1 ,291 ,394 ,524 ,140 ,339 ,263 ,302 ,003 ,619
on
P7
Sig. (2-
,189 ,119 ,031 ,003 ,462 ,067 ,161 ,105 ,986 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* ** ** ** * **
Correlati ,373 ,291 1 ,160 ,580 ,467 ,226 -,209 ,506 ,386 ,712
on
P11
Sig. (2-
,042 ,119 ,398 ,001 ,009 ,231 ,267 ,004 ,035 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
* *
Correlati -,275 ,394 ,160 1 ,146 ,098 ,192 ,328 ,139 ,257 ,373
on
P14
Sig. (2-
,141 ,031 ,398 ,441 ,606 ,309 ,077 ,462 ,170 ,042
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* ** ** * ** ** **
Correlati ,417 ,524 ,580 ,146 1 ,394 ,753 -,036 ,529 ,204 ,804
on
P17
Sig. (2-
,022 ,003 ,001 ,441 ,031 ,000 ,851 ,003 ,280 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** ** * * **
Correlati ,481 ,140 ,467 ,098 ,394 1 ,268 -,059 ,349 ,406 ,587
on
P19
Sig. (2-
,007 ,462 ,009 ,606 ,031 ,152 ,755 ,059 ,026 ,001
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** **
Correlati ,327 ,339 ,226 ,192 ,753 ,268 1 -,116 ,315 ,161 ,634
on
P22
Sig. (2-
,078 ,067 ,231 ,309 ,000 ,152 ,540 ,090 ,395 ,000
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
**
Correlati -,496 ,263 -,209 ,328 -,036 -,059 -,116 1 ,116 ,188 ,017
on
P26
Sig. (2-
,005 ,161 ,267 ,077 ,851 ,755 ,540 ,543 ,321 ,928
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** ** ** **
Correlati ,254 ,302 ,506 ,139 ,529 ,349 ,315 ,116 1 ,621 ,740
on
P29
Sig. (2-
,176 ,105 ,004 ,462 ,003 ,059 ,090 ,543 ,000 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* * ** **
P31 Correlati ,020 ,003 ,386 ,257 ,204 ,406 ,161 ,188 ,621 1 ,506
on
Sig. (2-
,917 ,986 ,035 ,170 ,280 ,026 ,395 ,321 ,000 ,004
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** ** ** * ** ** ** ** **
Correlati ,493 ,619 ,712 ,373 ,804 ,587 ,634 ,017 ,740 ,506 1

skort on
otal Sig. (2-
,006 ,000 ,000 ,042 ,000 ,001 ,000 ,928 ,000 ,004
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

C. External Eating

Correlations

P2 P6 P9 P12 P15 P18 P21 P24 P27 P33 Skortot

Pearson
** * * **
Correlati 1 ,478 ,450 ,153 ,081 ,149 ,404 ,054 ,353 -,124 ,528
on
P2
Sig. (2-
,008 ,013 ,420 ,669 ,432 ,027 ,778 ,056 ,514 ,003
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** ** * ** **
Correlati ,478 1 ,483 ,326 ,311 ,267 ,281 ,387 ,704 -,190 ,784
on
P6
Sig. (2-
,008 ,007 ,079 ,094 ,154 ,133 ,035 ,000 ,315 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* ** ** ** **
Correlati ,450 ,483 1 ,464 ,467 ,354 ,256 ,288 ,250 -,116 ,690
on
P9
Sig. (2-
,013 ,007 ,010 ,009 ,055 ,172 ,123 ,183 ,542 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** * * **
P12 Correlati ,153 ,326 ,464 1 ,067 ,364 -,076 ,371 ,267 -,188 ,498
on
Sig. (2-
,420 ,079 ,010 ,725 ,048 ,688 ,044 ,153 ,321 ,005
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** ** **
Correlati ,081 ,311 ,467 ,067 1 ,290 ,080 ,536 ,266 ,223 ,552
on
P15
Sig. (2-
,669 ,094 ,009 ,725 ,119 ,676 ,002 ,155 ,236 ,002
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* ** * **
Correlati ,149 ,267 ,354 ,364 ,290 1 ,158 ,585 ,378 -,280 ,648
on
P18
Sig. (2-
,432 ,154 ,055 ,048 ,119 ,404 ,001 ,040 ,134 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* *
Correlati ,404 ,281 ,256 -,076 ,080 ,158 1 ,023 ,233 -,285 ,400
on
P21
Sig. (2-
,027 ,133 ,172 ,688 ,676 ,404 ,902 ,214 ,127 ,029
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
* * ** ** **
Correlati ,054 ,387 ,288 ,371 ,536 ,585 ,023 1 ,255 -,198 ,578
on
P24
Sig. (2-
,778 ,035 ,123 ,044 ,002 ,001 ,902 ,174 ,294 ,001
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
** * **
Correlati ,353 ,704 ,250 ,267 ,266 ,378 ,233 ,255 1 -,277 ,714
on
P27
Sig. (2-
,056 ,000 ,183 ,153 ,155 ,040 ,214 ,174 ,139 ,000
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson
Correlati -,124 -,190 -,116 -,188 ,223 -,280 -,285 -,198 -,277 1 -,248
on
P33
Sig. (2-
,514 ,315 ,542 ,321 ,236 ,134 ,127 ,294 ,139 ,186
tailed)
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson
** ** ** ** ** ** * ** **
Correlati ,528 ,784 ,690 ,498 ,552 ,648 ,400 ,578 ,714 -,248 1

Total on
skor Sig. (2-
,003 ,000 ,000 ,005 ,002 ,000 ,029 ,001 ,000 ,186
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
LAMPIRAN 6
UJI RELIABILITAS

A. Emotional Eating

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

,784 13

B. Restraint Eating

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

,728 10
C. External Eating

Case Processing Summary

N %

Valid 30 100,0
a
Cases Excluded 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha
,712 10
LAMPIRAN 7
UJI NORMALITAS DATA

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

JenisKelamin ,359 82 ,000 ,634 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Suku ,294 82 ,000 ,796 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IMT ,352 82 ,000 ,743 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skortotalemotional ,122 82 ,004 ,921 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skortotalrestraint ,129 82 ,002 ,943 82 ,001


a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skortotalexternal ,102 82 ,036 ,986 82 ,532

a. Lilliefors Significance Correction


LAMPIRAN 8
ANALISA UNIVARIAT

A. Jenis Kelamin

Statistics

JenisKelamin

Valid 82
N
Missing 0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 38 46,3 46,3 46,3

Valid perempuan 44 53,7 53,7 100,0

Total 82 100,0 100,0

B. Suku

Statistics
Suku
Valid 82
N
Missing 0

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

jawa 24 29,3 29,3 29,3

betawi 46 56,1 56,1 85,4

Valid sunda 9 11,0 11,0 96,3

lain-lain 3 3,7 3,7 100,0

Total 82 100,0 100,0

C. IMT
Statistics
IMT1

Valid 82
N
Missing 0
Median 18,7000
Std. Deviation 3,90385
Minimum 14,00
Maximum 35,00

IMT1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

14,00 1 1,2 1,2 1,2

14,50 1 1,2 1,2 2,4

14,60 2 2,4 2,4 4,9

14,80 1 1,2 1,2 6,1

15,00 3 3,7 3,7 9,8

15,20 1 1,2 1,2 11,0

15,40 1 1,2 1,2 12,2

15,60 1 1,2 1,2 13,4

15,80 1 1,2 1,2 14,6


15,90 1 1,2 1,2 15,9

16,00 1 1,2 1,2 17,1

Valid 16,30 1 1,2 1,2 18,3

16,40 2 2,4 2,4 20,7

16,50 2 2,4 2,4 23,2

16,70 2 2,4 2,4 25,6

16,90 1 1,2 1,2 26,8

17,20 1 1,2 1,2 28,0

17,30 1 1,2 1,2 29,3

17,40 2 2,4 2,4 31,7

17,50 1 1,2 1,2 32,9

17,60 1 1,2 1,2 34,1

17,80 3 3,7 3,7 37,8

17,90 1 1,2 1,2 39,0


18,00 2 2,4 2,4 41,5

18,30 1 1,2 1,2 42,7


18,50 2 2,4 2,4 45,1

18,60 3 3,7 3,7 48,8

18,70 2 2,4 2,4 51,2

19,00 3 3,7 3,7 54,9

19,20 1 1,2 1,2 56,1

19,50 1 1,2 1,2 57,3

19,60 4 4,9 4,9 62,2

20,00 3 3,7 3,7 65,9

20,40 4 4,9 4,9 70,7

20,50 1 1,2 1,2 72,0

20,80 1 1,2 1,2 73,2

21,00 2 2,4 2,4 75,6

21,20 2 2,4 2,4 78,0

21,30 1 1,2 1,2 79,3

22,00 3 3,7 3,7 82,9

22,20 1 1,2 1,2 84,1

22,30 2 2,4 2,4 86,6

23,10 1 1,2 1,2 87,8

23,30 1 1,2 1,2 89,0

24,00 1 1,2 1,2 90,2

24,20 1 1,2 1,2 91,5


25,00 1 1,2 1,2 92,7

25,30 1 1,2 1,2 93,9

27,20 1 1,2 1,2 95,1

28,20 1 1,2 1,2 96,3

31,00 1 1,2 1,2 97,6

31,15 1 1,2 1,2 98,8

35,00 1 1,2 1,2 100,0

Total 82 100,0 100,0


D. Perilaku Makan

Statistics
perlak

Valid 82
N
Missing 0
Mean 1,99
Median 2,00
Std. Deviation ,824
Minimum 1
Maximum 3

perlak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

emotional eating 28 34,1 34,1 34,1

restraint eating 27 32,9 32,9 67,1


Valid
external eating 27 32,9 32,9 100,0

Total 82 100,0 100,0


LAMPIRAN 6
UJI NORMALITAS DATA

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

JenisKelamin ,359 82 ,000 ,634 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Suku ,294 82 ,000 ,796 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IMT ,352 82 ,000 ,743 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skortotalemotional ,122 82 ,004 ,921 82 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skortotalrestraint ,129 82 ,002 ,943 82 ,001


a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skortotalexternal ,102 82 ,036 ,986 82 ,532

a. Lilliefors Significance Correction


LAMPIRAN 9
HASIL ANALISA BIVARIAT

A. Hubungan Emotional eating terhadap IMT dengan Menggunakan Uji

Spearman

Correlations

skortotalemotio IMT1
nal

Correlation Coefficient 1,000 -,006

skortotalemotional Sig. (2-tailed) . ,958

N 82 82
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,006 1,000

IMT1 Sig. (2-tailed) ,958 .

N 82 82

B. Hubungan Restraint eating terhadap IMT dengan Menggunakan Uji

Spearman

Correlations

skortotalrestrain IMT1
t
**
Correlation Coefficient 1,000 ,334

skortotalrestraint Sig. (2-tailed) . ,002

N 82 82
Spearman's rho **
Correlation Coefficient ,334 1,000

IMT1 Sig. (2-tailed) ,002 .

N 82 82

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


C. Hubungan External eating terhadap IMT dengan Menggunakan Uji

Spearman

Correlations

skortotalexterna IMT1
l

Correlation Coefficient 1,000 -,125

skortotalexternal Sig. (2-tailed) . ,263

N 82 82
Spearman's rho
Correlation Coefficient -,125 1,000

IMT1 Sig. (2-tailed) ,263 .

N 82 82

You might also like