Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 10

KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

EPIDEMIOLOGI DAN REGULASI VIRUS [H1N1] PADA BABI DAN


PENULARAN-NYA KE MANUSIA

Dyah Mahendrasari Sukendra∗

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Perubahan cuaca mempengaruhi alam dan aktivitas agen patogen, baik se-
Diterima 8 Maret 2009
Disetujui 1 April 2009 cara langsung maupun tidak langsung. Beberapa dekade, agen patogen mulai
Dipublikasikan Juli 2009 berkembang dan bermutasi secara variasi serta lebih ganas. Salah satu
kejadian zoonosis yaitu penyebaran virus in!uenza A. Virus in!uenza A [H1N1]
Keywords: ber-potensi berkembang di Indonesia. Penyebaran in!uenza A [H1N1] di Indo-
Zoonotic nesia antar manusia sudah terjadi. Etiologi in!uenza babi (swine •u) virus in-!
In!uenza A virus [H1N1] uenza A H1N1, famili Orthomyxoviridae. H1N1 mempunyai NeuAc 2,3Gal dan
Swine in!uenza
NeuAc 2,6Gal, merupakan gen linkage reseptor spesi"k. NeuAc 2,6Gal babi
Human in!uenza
dapat meniru reseptor spesi"k pada manusia. Virus in!uenza A [H1N1] dapat
bertransmisi melintasi “barier species”, sehingga bisa terjadi penularan secara
timbal balik, antara babi dan manusia. Peran sistem imun tubuh penting dalam
mendeteksi dan memusnahkan serangan virus ini, namun seringkali antibodi
tubuh tidak mampu mengenali antigen yang bermutasi sangat variasi. Tinda-
kan pencegahan harus diambil secara cepat untuk mengurangi risiko
penularan serta mengantisipasi outbreak secepat mungkin.

ABSTRACT
Weather changes a!ect the nature and activity of pathogenic agents, either
directly or indirectly. Several decades, the agent started evolving and mutating
its varia-tions and more violent. One incident that is the spread of zoonotic
in•uenza virus A. In•uenza virus A [H1N1] is potential to grow in Indonesia. "e
spread of in•u-enza A [H1N1] in Indonesia between humans has occurred. "e
etiology of swine in•uenza (swine •u) A H1N1 virus, Orthomyxoviridae family.
H1N1 has a 2.3 Gal and NeuAc NeuAc 2.6Gal, a speci#c receptor gene
linkage. NeuAc 2.6Gal pigs can mimic a speci#c receptor in humans. In•uenza
virus A [H1N1] may trans-mit tra$c “species barrier”, so that transmission can
occur on a reciprocal basis, between pigs and humans. "e role of the body’s
immune system is important in detecting and destroying these virus attacks,
but o%en the body’s antibodies are not able to recognize antigens that mutate
very varied. Prevention must be taken quickly to reduce the risk of
transmission and to anticipate the outbreak as quickly as possible.

© 2009 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang, 50229 Email: dyahmahendra@gmail.com
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

Pendahuluan Flu babi yang menular ke manusia ber-


potensi berkembang di Indonesia. Dapat dipas-
Perubahan iklim merupakan konsekuen-si tikan keganasan !u babi Meksiko di bawah !u
akibat adanya fenomena pemanasan global. unggas yang telah mewabah di Indonesia dan
Perubahan-perubahan cuaca mempengaruhi alam penyebaran in!uenza A [H1N1] di Indonesia
dan perubahan aktivitas agen patogen, baik antarmanusia sudah terjadi. Ditemukan dua
secara langsung maupun tidak langsung. Dalam orang pasien yang tertular, sebelumnya Dep-kes
beberapa dekade, beberapa agen pato-gen mulai mengemukakan telah ditemukan 12 orang yang
berkembang dan mengalami proses mutasi atau terjangkit !u babi. Saat ini belum ditemu-kan
beradaptasi menjadi lebih ganas. Beberapa ternak babi yang terinfeksi !u babi (H1N1 atau
patogen dalam kategori agen pe-nyakit zoonosis Swine Flu), walaupun Pemerintah Provinsi
ditemukan dan berkembang di beberapa wilayah (Pemprov) Bali sudah menetapkan status KLB
di dunia, mulai menyebar ke berbagai wilayah (Kejadian Luar Biasa) setelah terdapat laporan
(Nugroho, 2009). Salah satu kejadian zoonosis bahwa ada warga asing yang meninggal dunia
adalah penyebaran virus infl uenza A, virus ini disebabkan oleh infeksi !u babi sesaat setelah
mengalami serangkaian mutasi sehingga muncul tiba di Bali (Sudarsono, 2009).
varian baru yang per-tama kali menyerang
manusia di Meksiko pada awal tahun 2009 dan
sampai saat ini sudah me-nyebar ke 100 negara Bagian Inti
di dunia (WHO, 2009).
WHO mengatakan masih terlalu dini untuk Flu babi merupakan penyakit saluran
menilai situasi ini secara akurat. Saat ini, WHO pernafasan sangat menular pada babi yang
mengatakan dunia hampir mendekati situasi disebabkan oleh virus in!uenza A yang sa-ngat
pandemi !u dibandingkan tahun-tahun sejak menyerupai virus in!uenza pada manusia. Flu
1968-tingkat ancamannya adalah tiga dari skala pada babi beragam jenisnya hampir sama
enam. Menurut Direktur Jenderal WHO (WHO dengan !u pada manusia. Wabah in!uenza pada
Director-General ), saat ini status penye-baran babi rutin terjadi pada babi anakan (babi muda)
Swine Flu sudah memasuki fase 5, yaitu dengan tingkat kasus tinggi namun ja-rang
penyebaran virus sudah melingkupi manusia ke menjadi fatal. Penyakit ini cenderung me-wabah
manusia dan melintasi dua negara dalam satu di musim semi dan musim dingin tetapi siklusnya
wilayah region WHO (CDC, 2009). Fase 5 adalah sepanjang tahun (Ressang, 1984).
merupakan sinyal terjadi-nya pandemik, se- Penyakit ini sebenarnya banyak menye-rang
hingga untuk pandemi virus !u babi ini harus ternak babi, namun kini telah mengalami
segera diambil tindakan yang serius dan tepat perubahan yang drastis dan sehingga mampu
karena kemampuan penyebaran virus cepat ke untuk menginfeksi manusia, karena virus in!u-
setiap negara di seluruh dunia. Pihak WHO enza dapat mengakibatkan infeksi timbal balik
menyarankan setiap negara mempersiapkan pada babi maupun pada manusia (Deptan,
segala sesuatunya untuk menghadapi pandemi ! 2009; Ressang 1984). Nidom (2009) menyata-
u babi (WHO, 2009). Dampak pandemi pen-yakit kan !u babi (Subtipe H1N1 klasik) sudah lazim di
ini belum diketahui sepenuhnya, namun para Indonesia sejak dulu dan tidak berbahaya,
pakar memperingatkan korban tewas bisa sedangkan H1N1 tipe Meksiko yang saat ini
mencapai jutaan orang di seluruh dunia. Pan- dikenal sebagai !u babi lebih berbahaya. Kega-
demi !u Spanyol, yang dimulai tahun 1819 dan nasan H1N1 tipe Meksiko tidak seperti H5N1,
juga disebabkan oleh virus H1N1, menewaskan dari sekitar 1.500 kasus di seluruh dunia, baru
jutaan orang (Gorman, et al., 1991; Webster et 150 berakhir dengan kematian, HINI Virus ini
al., 1992). CDC menerima laporan hanya 1-2 cepat menyebar, tetapi daya rusaknya rendah,
kasus !u ini setiap 1 sampai 2 tahun. Sejak De- sedangkan H5N1 lambat menyebar tetapi daya
sember 2005 s/d Februari 2009, 12 kasus telah rusaknya amat tinggi. Kurang dari sebulan,
dilaporkan. Bahkan dalam bulan April 2009 H1N1 tipe Meksiko sudah menjangkiti ribuan
dilaporkan terjadi kejadian luar biasa seperti orang. Sementara dalam tiga tahun, kasus H5N1
Tabel 1. hanya tercatat sekitar 300 kasus di se-

18
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

luruh dunia. Badan Kesehatan Dunia, WHO, dan virus B kadang menimbulkan epidemi atau
mengemukakan bahwa sejumlah kasus pandemi regional. Virus C hanya menimbulkan
in•u-enza adalah versi H1N1 in•uenza tipe A infeksi sporadis yang ringan. Sembilan puluh
yang tidak pernah ada sebelumnya. Varian persen kematian oleh virus in•uenza terjadi pada
baru ini dikenal dengan nama virus H1N1 usia 65 tahun atau lebih. Wabah terbesar
yang meru-pakan singkatan dari dua disebabkan in•uenza A oleh karena antigennya
antigen utama virus yaitu hemaglutinin tipe dapat berubah. Wabah in•uenza B tidak begitu
1 dan neuraminidase tipe 1. berat oleh karena antigennya stabil. Antigen
Penyakit in•uenza disebabkan virus fa- virus in•uenza tipe A dapat mengalami dua jenis
mili Orthomyxoviridae, yang terdiri atas virus perubahan atau mutasi yaitu: 1) antigenic dri!
tipe A, B dan C berdasarkan hemaglutinin per- bila mutasi tersebut terjadi perlahan, 2) antigenic
mukaan (H) dan antigen neuraminidase (N). shi! yang terjadi mendadak. Virus in•uenza jenis
Wabah in•uenza terjadi setiap tahun, meski- B lebih stabil dibanding virus in•uenza jenis A
pun berat dan besarnya bervariasi. Virus A pa- karena hanya mengalami mu-tasi antigenic dri!.
ling sering memberikan epidemi atau pandemi Adanya antigenic dri!/shi!

Tabel 1. Global Outbreak In"uenza, April 2009

Negara Kasus Kasus Jumlah


Laboratorium Lain Kematian
Meksiko 50 1.995 150
USA 50 212 0
Kanada 6 21 0
UK 2 21 0
Spanyol 1 67 0
New Zealand 0 40 0
Australia 0 40 0
Colombia 0 12 0
Guatemala 0 3 0
South Korea 0 2 0
Costarica 0 1 0
Rusia 0 1 0
Brasil 0 11 0
Chile 0 8 0
Switzerland 0 5 0
Denmark 0 4 0
Irlandia 0 3 0
Republik Ceko 0 3 0
Polandia 0 3 0
Perancis 0 3 0
Israel 0 2 0
Argentina 0 1 0
Peru 0 1 0
Norwegia 0 1 0
Total 109 2460 150
Sumber: CDC, 2009

19
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

menyebabkan virus lolos dalam pengawasan yang sama, sehingga gen-gen dari virus terse-
sistem imun pejamu, sehingga manusia selalu but dapat berpindah melewati “barrier spesies”.
rentan terhadap infeksi virus untuk seumur In!uenza virus menyebabkan angka kesakitan
hidupnya (Baratawidjaja, 2006). cenderung tinggi dan angka kematian rendah (1-
Flu babi saat ini diketahui disebabkan 4%). In!uenza virus termasuk dalam golo-ngan
oleh beberapa subtipe in!uenza virus A, yang famili Orthomyxoviridae, dengan klasi"-kasi A, B,
telah diisolasi dari berbagai jenis hewan, ter- dan C berdasarkan perbedaan anti-genetik pada
masuk manusia, babi, kuda, mamalia laut, dan nukleoprotein (NP) dan matrik protein (M1).
burung. Berdasarkan "logenetiknya virus yang Subtipe didasarkan pada antige-nesitas
ditemukan mempunyai satu galur gen permukaan glikoprotein yaitu hemaglu-

Gambar 1. Mikrograph elektron menunjukkan jenis virus in!uenza, perbesaran 62,500


kali. Jenis in!uenza ini dapat menginfeksi manusia, burung-burung, babi, kuda, dan
ikan paus (Rogers et al. 1998).

20
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

tinin (HA) and neuraminidase (NA). Subtipe H3N2, and H2N3. Virus ini (type A H1N1 vi-
in•uenza virus saat ini telah dapat diidenti€- rus) pertama kali diketahui secara klinis tahun
kasikan 15 HA dan 9 NA (Murphy dan Web- 1918 saat masa pandemi in•uenza, manusia
ster, 1996; Rohm et al., 1996). ter--infeksi •u dan babi menunjukkan gejala
Sebagian besar virus •u babi merupakan klinis yang hampir sama. Strain virus diketahui
subtipe H1N1, namun subtipe lain juga beredar sete-lah diisolasi dari babi pada tahun 1930,
pada babi (antara lain, H1N2, H3N1, H3N2, dan strain virus ini mempunyai karakter yang
H2N3). Babi juga dapat terinfeksi dengan virus sama de-ngan in•uenza pada manusia dan
•u burung (avian in•uenza) dan virus •u musiman dikenal de-ngan “in•uenza A klasik H1N1”
manusia, sama seperti halnya terinfeksi virus •u (Roland et al., 2007). Varian baru ini dikenal
babi. Virus babi H3N2 di-perkirakan awalnya dengan nama vi-rus H1N1 yang merupakan
ditularkan pada babi oleh manusia. Flu babi singkatan dari dua antigen utama virus yaitu
diketahui disebabkan oleh virus in•uenza A hemaglutinin tipe1 dan neuraminidase tipe1.
subtipe H1N1, H1N2, H3N1, Virus •u babi normalnya spesi€k pada

Gambar 2. Virus masuk dalam berbagai bentuk, termasuk icosahedral, seperti bentuk
sekerup, dan berbentuk bola (Rogers et al., 1998).

21
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

spesies tertentu dan hanya menginfeksi babi. karena bisa berkembang menjadi gabungan #u
Pada perkembangannya, penyakit ini dapat babi, #u unggas, dan #u manusia. Babi bisa ter-
berpindah timbal balik, melewati “barier spe- infeksi virus avian in#uenza dan virus #u ma-
sies”, sehingga penularan dapat terjadi anta-ra nusia, maka virus ini akan mampu membentuk
babi ke manusia ataupun dari manusia ke babi. spesies2 virus baru, merupakan gabungan virus
Virus H1N1 bermutasi di tubuh babi le-bih avian, manusia dan swine (Roland et al., 2007).
mungkin bertransmisi antar manusia, babi, dan Berdasarkan riset Pusat Pengendalian dan
mamalia. Antara tahun 1979 dan 1984 di-ketahui Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, H1N1
H1N1 yang diisolasi dari babi mem-punyai tipe Meksiko diduga kuat gabungan #u unggas,
NeuAcα2,3Gal dan NeuAcα2,6Gal, me-rupakan #u babi, dan #u manusia (CDC, 2009). Virus
gen linkage, sedangkan NeuAcα2,3Gal H1N1 kemungkinan berubah di tubuh babi, karena
hanya pada unggas (Rogers et al., 1998). virus ini memuat materi genetik yang khas dan
NeuAcα2,3Gal dan NeuAcα2,6Gal reseptor spe- memiliki kemampuan bertukar komponen ge-
si"k dari H1N1 pada babi yang dapat berubah netik satu sama lain serta ditemukan dalam vi-
selama replikasi (Kawaoka and Webster, 1988). rus yang menulari manusia, unggas, dan babi.
Pada tahun 1985 diketahui NeuAcα2,6Gal pada Virus #u memiliki kemampuan bertukar kom-
babi dapat bertransmisi ke manusia, dengan ponen genetik satu sama lain (WHO, 2009).
meniru reseptor spesi"k pada manusia (Rogers Imunitas babi yang merupakan bagian
et al., 1998). Secara teoretis, virus di unggas dari mamalia mempunyai 4 jenis plak Peyer dan
tidak bisa langsung ke mamalia seperti manu- papilia tonsil kecil yang mengeluarkan limfosit
sia, harus melalui perantara mamalia lain yaitu dari kelenjar limfoid langsung ke dalam sirku-lasi
babi. darah (tidak ke eferen limfe). Babi memiliki IgG,
Virus in#uenza masuk ke dalam sel de- IgA, IgE, IgM dan leukosit perifer. Babi juga
ngan adanya glikoprotein permukaan virus yaitu memiliki sel NK, mengeks-presikan molekul
hemaglutinin (HA). Hemaglutinin (HA) adhesi berupa E selektin, memproduksi sito-
mempunyai tiga fungsi utama dalam proses re- kinin (IL-2, IL-4, IL-5, IL-10, IL-12, GM-CSF dan
plikasi, yaitu: (1) HA berikatan dengan reseptor G-CSF), serta faktor-faktor kemotaktik. Antibodi
asam sialik yang terdapat pada permukaan sel; pada babi di atas digunakan sebagai sistem
(2) Membantu penetrasi virus untuk masuk ke imunitas tubuh babi terhadap serangan-
dalam sitoplasma dengan melakukan fusi serangan virus (Baratawidjaja, 2006).
anta-ra virus dengan sel endosomal; dan (3) Vaksin virus in#uenza ada dua jenis yaitu
Antigen viral yang utama, dimana melakukan yang dimatikan dan diinakti$an dalam
neutra-lisasi antibodi yang dihasilkan (Lamb & propiolakton (parenteral) dan yang dilemah-kan
Krug, 2001). HA sebagai prekursor, HA0, yang (oral/nasal). Yang dilemahkan dapat terdiri atas
terdi-ri dari HA1 dan HA2 (Skehel & Wiley, seluruh partikel virus yang mempunyai
2000). Supaya lebih mudah menginfeksi, HA0 imunogenisitas baik, tetapi efek samping besar.
harus dipecah oleh protease menjadi HA1 and Vaksin partikel belahan menggunakan fragmen
HA2. oleh karena itu proses tersebut sangat partikel virus (mengandung RNA dan protein
penting untuk petogenesitas virus (Bosch et M) dengan imunogenisitas baik dan efek sam-
al., 1981; Klenk et al., 1975). ping yang kurang. Vaksin subunit mempunyai
H1N1 adalah virus yang menyebabkan #u bentuk mirip dengan split vaccin dengan imu-
musiman pada manusia secara rutin, se- nogenisitas kurang dan efek samping sedikit.
dangkan H1N1 di tubuh babi besar kemungki- Vaksin diberikan kepada golongan di atas 60
nan versi baru H1N1 merupakan hasil perpa- tahun, penderita penyakit kardiovaskuler dan
duan dari berbagai versi virus yang berbeda golongan dengan faktor risiko terserang virus
yang terjadi di satu binatang sumber (WHO, in#uenza (Baratawidjaja, 2006).
2009). Pada tubuh babi virus mengalami peru- Baratawidjaja (2006), berpendapat bah-
bahan dengan dua pola. Pola pertama adalah wa virus dapat menghindarkan diri dari pe-
adaptasi dan pola kedua berupa penyusunan u- ngawasan sistem imun melalui berbagai me-
lang virus (reassortan). Berdasarkan pola terse- kanisme, yaitu: 1) Virus mengubah antigen
but, virus #u pada babi dapat berubah konstan, (mutasi). Hal ini dikarenakan adanya variasi

22
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

jalur genetik antigen yang sangat besar yang nunjukkan babi mengalami takipnea, dispnoe,
memungkinkan virus dapat resisten terhadap dan terdapat konjungtivitis. In!uenza pada babi
respon imun yang ditimulkan oleh infeksi se- kadang dapat melanjut pneumonia. Pneu-monia
belumnya; 2) Beberapa virus menghambat yang mengikuti in!uenza babi menun-jukkan
presentasi antigen protein sitosolik yang ber- karakteristik tipe lobular dan menyebar serta
hubungan dengan molekul MHC-I. Akibatnya, mengakibatkan terjadinya atelektasis. In-!uenza
sel terinfeksi virus tidak dapat dikenal dan babi yang non-pneumonia akan nam-pak paru-
dibunuh oleh CD8+ atau CTL; 3) Beberapa paru mengalami edema dan kongesti (Deptan,
jenis virus memproduksi melekul yang 2009; Ressang, 1984; Shope, 1991).
mencegah imunitas nonspesi•k dan spesi•k; 4) Untuk mendiagnosis infeksi swine in-
Virus da-pat menginfeksi, membunuh atau •uenza, dibutuhkan koleksi spesimen saluran
mengaktif-kan sel imunokompeten. nafas dari pasien yang terinfeksi dengan onset
Tanda dan gejala infeksi swine in•u-enza 72 jam atau 4-5 hari pertama. Spesimen ini ke-
virus pada manusia, kadang tidak bisa mudian diperiksakan di laboratorium dengan
dibedakan dengan infeksi in!uenza virus. Ge-jala real-time reverse-transcription polymerase chain
swine in•uenza virus pada manusia mirip dengan reaction (RT-PCR) (Gregrory, et al., 2009). Di-
gejala virus in!uenza manusia, antara lain: agnosa !u babi ditegakan berdasarkan gejala
demam (90%), batuk (100%), sakit kepala klinis pasien dan riwayat kontak dengan mere-ka
(60%), dan diare (30%). Pemeriksaan laborato- meraka yang memiliki gejala seperti di atas.
rium pada pemeriksaan darah menunjukkan Pemeriksaan sputum dari tenggorokan pasien,
leukopenia, limpopenia, dan trombositopenia. bertujuan untuk membedakan infeksi ter-jadi
Pada pasien kadang dilaporkan timbul gejala disebabkan oleh tipe virus A atau B. Hasil
myalgia, mual, takipnea, dispnea, konjungti-vitis, pemeriksaan ditemukan virus tipe B maka da-pat
suhu tubuh 39.7°C (103.5°F), sakit pada saluran dipastikan pasien tersebut bukan terinfeksi !u
pernafasan bawah. Infeksi antar manu-sia bisa babi, tetapi bila hasil pemeriksaan adalah virus
terjadi, seperti !u manusia, yaitu mela-lui bersin tipe A, maka ada kemungkinan penderi-ta
atau batuk. Bisa juga lewat sentuhan tangan, tersebut terinfeksi !u babi. Sampel yang di-
kemudian tangan tersebut menyentuh mulut, indikasikan terinfeksi virus tipe A, selanjutnya
mirip dengan gejala in!uenza pada u-mumnya dikirim ke laboratorium yang lebih lengkap un-
seperti: demam, batuk, pilek, letih dan sakit tuk mengetahui adanya antigen virus !u babi
kepala (CDC, 2009). sebagai penegakan diagnosa pasti (CDC, 2009).
Pasien yang terinfeksi !u babi dapat Tanggapan antivirus adalah kompleks,
menjadi semakin parah, sehingga pasien akan karena beberapa faktor yang berperan seperti
mengalami kesulitan bernafas dan memerlukan tempat virus masuk tubuh, tempat virus me-
alat bantu nafas (ventilator). Bila terjadi infeksi lekat pada sel, aspek patogenesis infeksi vi-
bakteri sekunder maka dapat memperparah rus, induksi interferon, respon antibodi, dan
keadaan pasien sehingga mengalami radang CMI. Virus in!uenza yang menginfeksi epitel
paru paru atau pneumonia. Beberapa dianta- pernafasan dan berkembang intraseluler da-
ranya dapat mengalami gejala kejang kejang. pat menyebar ke sel epitel sebelahnya.
Kematian umumnya terjadi karena adanya in- Respon imun yang baik harus mencakup efek
feksi sekunder bakteri pada paru paru sehingga antibodi pada permukaan epitel. Efek ini dapat
diperlukan antibiotika yang tepat untuk me- dipe-roleh dari IgA lokal atau IgG dan IgM
ngatasi infeksi sekunder tersebut (Kusmarjadi, ekstra-vaskuler setempat. Infeksi virus dimulai
2009; Gregory, 2009). dari epitel mukosa saluran nafas dan efek
Virus in!uenza babi tidak menimbulkan patogeni-knya terjadi setelah disebarkan
gejala-gejala klinis yang penting dan hanya ber- melalui darah ke alat-alat tubuh lainnya.
langsung selama 5 hari. Gejala klinis yang nam- Antibodi pada per-mukaan epitel akan mampu
pak pada babi adalah bersin, batuk-batuk, suhu melindungi badan terhadap penyebaran virus.
badan 38,1 ºC– 41,8 ºC, depresi, keluar exudat Antibodi dalam sirkulasi dapat menetralisir
serous, lakrimasi, sesak nafas, mual-mual, nafsu virus yang masuk darah pada vase viremia.
makan turun. Pemeriksaan kadang juga me- Tanggapan antibodi terhadap virus dapat

23
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

ditemukan in vitro sebagai berikut: 1) Menetra- secara tradisional untuk mengobati in!
lisir infektivitas virus dan melindungi pejamu uenza. Informasi ilmiah yang mendukung
yang rentan, 2) Mengikat komplemen, 3) Men- pengobatan jenis herbal ini yaitu agregasi
cegah adherens dan aglutinasi eritrosit oleh trombosit, hy-polipidemic dan hypotensi
beberapa jenis virus. Antibodi yang terpenting (Firenzuoli & Gori, 2007).
diantara antibodi virus adalah IgG. Virus yang Transmisi virus in!uenza babi dapat terjadi
sudah melekat pada sel pejamu tidak dapat di- dengan kontak langsung dengan babi, para
lepaskan lagi oleh antibodi. Efek antivirus IgG pekerja peternakan babi, kontak benda
in vivo meliputi: 1) Netralisasi, 2) Lisis sel pe- langsung, konsumsi daging dan produksi hasil
jamu yang diinfeksi virus melalui komplemen, turunan. Tindakan pencegahan yang harus
3) Mencegah enzim virus (seperti neuramidase diambil untuk mengurangi risiko tertular !u babi
dari virus in!uenza) dan 4) Efek opsonin. IgG pada manusia dengan: 1) Meminimalisir kontak
yang melalui Fab-nya akan berikatan dengan dengan virus seperti mencuci tangan sesering
antigen virus pada permukaan sel pejamu, juga mungkin; 2) Jangan menyentuh wajah anda
berikatan dengan reseptor Fc pada makrofag, terutama hidung dan mulut serta meng-hindari
PMN atau sel NK. Hal ini memudahkan sel--sel kontak dekat dengan orang yang se-dang
tadi memakan dan menghancurkan sel-sel yang menderita !u; 3) Edukasi mengenai kese-hatan
terinfeksi virus (Baratawidjaja, 2006). saluran pernafasan melalui media masa serta
Pengobatan in!uenza dapat mengguna- pengadaan masker dan alkohol sebagai hand-
kan antivirus: amantadine, rimantadine, osel- sanitizer; 3) Menutupi hidung dan mulut dengan
tamivir dan zanamivir. Berdasarkan hasil iso-lasi tisu ketika batuk atau bersin dan mem-buangnya
virus swine in•uenza terbaru dari manusia ke tempat sampah setelah digunakan;
diketahui bahwa virus tersebut resisten terha- 4) Hindari hubungan dengan orang-orang yang
dap amantadine dan rimantadine, sehingga saat terinfeksi !u; 5) Jika sakit, harus tetap berada di
ini obat yang dianjurkan untuk mengobati serta dalam rumah, tidak pergi ke tempat kerja atau
mencegah swine in•uenza adalah oseltami-vir sekolah, agar tidak terinfeksi ke orang lain.
atau zanamivir. Penggunaan obat antivirus Tindakan pencegahan yang harus diam-
swine in•uenza harus hati-hati, dimungkinkan bil untuk mengurangi risiko tertular !u babi pada
akan terjadi resistensi virus terhadap kedua obat ternak babi dengan: 1) Memindahkan kandang
tersebut. Obat tersebut tidak direkomen-dasikan babi dari pemukiman warga; 2) Mela-kukan
untuk gejala !u yang telah muncul lebih dari 48 pemeriksaan kesehatan terhadap ternak babi. 3)
jam. Pada keadaan yang berat, pasien mungkin Pengadaan monitoring usaha peterna-kan babi
membutuhkan penanganan inten-sif lebih lanjut oleh Pemerintah daerah dari tingkat
di rumah sakit. Meskipun telah lama ditemukan kabupaten/kota dan provinsi, 4) Melakukan ke-
vaksin untuk mencegah penu-laran virus in! bijakan larangan impor babi dan pengawasan
uenza, namun vaksin untuk vi-rus !u babi (H1N1) secara ketat baik babi hidup maupun daging
sampai saat ini belum ada. Efektivitas vaksin !u babi segar dan turunannya; 5) Memonitor ru-
dalam melindungi ma-nusia dari virus belum mah pemotongan hewan (RPH) supaya memo-
diketahui dengan pasti, karena secara genetik tong babi yang benar-benar sehat yang dibukti-
berbeda dengan jenis !u lain. Saat ini beberapa kan dengan surat keterangan kesehatan hewan
laboratorium pemerin-tah yang dibiayai oleh (SKKH); 5) Meningkatkan usaha-usaha sanita-si,
WHO sedang mengem-bangkan penelitian untuk desinfektan lingkungan kandang dan peter-
menemukan vaksin virus !u babi (Kusmarjadi, nakan 3 kali tiap minggu; 6) Memisahkan atau
2009; WHO, 2009). Pada beberapa kajian tidak mencampur usaha ternak babi dengan
farmakologi di dunia ten-tang temuan-temuan ternak unggas; 7) Kandang ternak babi dibuat
pengobatan herbal juga sedang marak ditelusuri. berpagar, tidak mambuang hasil samping atau
Pengobatan in!uenza dapat juga menggunakan hasil akhir ternak babi dengan sembarangan;
bahan alam, mu-lai dari penggunaan secara 8) Segera cuci tangan menggunakan sabun atau
tradisional hingga khasiat secara ilmiah. Nama alkohol setelah melakukan kontak dengan ter-
obat alam tersebut yaitu Garlic (Allium sativum nak babi (Deptan, 2009; WHO, 2009)
L.), bermanfaat Usaha untuk mengantisipasi antara lain

24
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

dengan melakukan surveilans kejadian in•u- Bosch, F.X., Garten, W., Klenk, H.D. and Rott, R.
enza babi, edukasi kepada masyarakat, pe- 1981. Proteolytic Cleavage of In•uenza
ningkatan usaha-usaha kesehatan Virus Hemagglutinins: Primary Structure of
masyarakat, konsolidasi dengan "e Connecting Peptide Between HA1 And
HA2 Determines Proteolytic Cleavability and
tenaga/petugas instansi pemerintah yaitu
Pathogenicity of Avian In•uenza Viruses. Vi-
dinas peternakan maupun di-nas kesehatan.
rology. (113): 725-735
CDC. 2009. H1N1 Flu. http://www.cdc.com.
Diun-duh 4 Juli 2009
Penutup Deptan. 2009. In•uenza H1N1. http://www.deptan.
go.id. Diunduh 4 Juli 2009
Pemahaman epidemiologi dan pro!l klinis Firenzuoli, F. and Gori, L. 2007. Herbal
terhadap swine-origin in•uenza virus (H1N1) S- Medicine Today: Clinical and Research
OIV, dapat memberikan informasi tentang Issues. eCAM. 4(S1): 37-40
bahaya dan kontrol terhadap kejadian infeksi S- Gorman, O. T., et al. 1991. Evolution of In•uenza A
Virus Nucleoprotein Genes: Implications for
OIV. Wilayah penyelidikan kejadian infeksi •u
"e Origins of H1N1 Human and Classical
babi secara menyeluruh di dunia sebagai bukti Swine Viruses. J. Virol. (65): 3704-3714
terjadinya penularan antar-ma-nusia, distribusi
Gregrory, et. al. 2009. Animal RNA Viruses,
geogra!s penyebaran penya-kit, gambaran klinis Infec-tion of A Child in Hongkong By An
penyakit, dan efektivitas strategi untuk In•uen-za A H3N2 Virus Closely Related
mengurangi kejadian penye-baran virus in•uenza to Viruses Circulating in European Pigs.
babi. Flu babi biasanya tidak menjalar pada NEJM. Diun-duh 3 juli 2009
manusia, meski kasus spo-radis kadang terjadi, Kawaoka, Y. and Webster, R.G. 1988.
termasuk di Indonesia. Salah satu Molecular Mechanism of Acquisition of
pendukungnya adalah banyaknya peternakan Virulence in In•uenza Virus in Nature.
Microb. Pathog. (5): 311-318
ayam dan babi yang berdeka-tan, pekerja
Klenk, H.D., et al. 1975. Activation of In•uenza
peternakan/industri yang ber-hubungan dengan
a Viruses By Trypsin Treatment.
babi, pemilik ternak, pen-jagal babi, petugas Virology. (68): 426–439
kesehatan hewan, penduduk yang tinggal di Kusmarjadi, D. 2009. Flu Babi. http://www.blogdok-
sekitar peternakan babi. ter.com. Diunduh 3 Juli 2009
Usaha pencegahan yang dapat Lamb, R.A. and Krug, R.M. 2001. Orthomyxo-
dilakukan meliputi penataan ulang peternakan, viridae: the Viruses and "eir Replication.
moni-toring usaha peternakan maupun produk Dalam Fields Virology. eds. B. N. Fields,
tu-runan dari ternak babi, proses surveillance D. M. Knipe, P. M. Howley and D. E.
Gri#n. pp 1488-1532. Philadelphia, PA:
atau pemeriksaan terhadap babi di seluruh
Lipincott, Wil-liams & Wilkins
Indo-nesia, monitoring efektivitas komunitas
Murphy, B.R., and R.G. Webster. 1996. Orthomyxo-
dalam usaha mengurangi penyebaran infeksi, viruses. Fields virology. pp 1397-1445
inter-vensi nonpharmaceutical, dan praktik Nidom, C.A., 2009. Flu Babi Berpotensi Berkem-
mana-jemen klinis untuk mengantisipasi bang di Indonesia. http://www.Kompas.com
outbreak secepat mungkin. Usaha Diunduh 7 Juli 2009
pengobatan terhadap infeksi virus in•uenza Nugroho, W. 2009. One World One Health
meliputi pemberian obat antivirus amantadine, Chal-lenge: Global Movement on
rimantadine, oseltamivir dan zanamivir, dll. Zoonotic Disease. Yogyakarta: FVM,
Bahkan dapat juga dengan pengobatan herbal University Gadjah Mada Press
yaitu Garlic (Allium sativum L.). Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner.
Edisi ke-2. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Rogers, G.N., and Paulson, J.C. 1998. Receptor De-
terminants of Human and Animal In•uenza
Da ar Pustaka
Virus Isolates: Di$erences in Receptor Speci-!
city of "e H3 Hemagglutinin Based on Species
Baratawidjaja, K.G. 2006. Imunologi Dasar. Edisi of Origin. Virology. (127): 361-373
ke Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Rogers, G.N., Pritchett, T.J., Lane, J.L. and Paulson,
Ke-dokteran Universitas Indonesia
J.C. 1998. Di$erential Sensitivity of Human,

25
Dyah Mahendrasari Sukendra / KEMAS 5 (1) (2009) 17-26

Avian, and Equine In!uenza A Viruses to Skehel, J.J. and Wiley, D.C. 2000. Receptor
A Glycoprotein Inhibitor of Infection: Binding and Membrane Fusion in Virus
Selec-tion of Receptor Speci"c Variants. Entry: #e In!uenza Hemagglutinin. Annu
Virology. (131): 394-408 Rev Bio-chem. (69): 531-569
Rohm, C.N. et al. 1996. Characterization of A Sudarsono, 2009. Mentan Belum Temukan Ternak
Novel In!uenza Hemagglutinin, H15: Terinfeksi Flu Babi. http://www.okezone.com.
Criteria For Determination of In!uenza A Diunduh 7 Juli 2009
Subtypes. Vi-rology, (217): 508-51 Webster, R.G., et al. 1992. Evolution and
Roland Z., et al. 2007. Novel Reassortant Of Ecology of In!uenza A viruses.
Swine In!uenza H1N2 Virus in Germany. Microbiol. Rev. (56): 152-17
Journal of Virology WHO. 2009. Epidemic and Pandemic Alert and
Shope, R.E. 1991. Swine in!uenza: Res-ponse (EPR). http://www.who.go.id.
Experimental Transmission and Diun-duh 7 Juli 2009
Pathology. J Exp Med. (54): 349-359

26

You might also like