Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN

DI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

Fadhilah Nurina Apsari, Wiwit Rahayu,Sutarto


Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta
JalanIr. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457
E-mail:dhilanurina@gmail.com. Telp. 085728932766

Abstract :This research aim to know the level of expenditure proportion


consume the food, level of consumption, of energy and protein, relation between
the proportion of food expenditure with the consumption of energy and protein,
and the condition of peasant resistance of poor household food security in
Imogiri Subdistrict Bantul Regency. The basic method is analytical descriptive
with survey method. The research conducted in Imogiri Subdistrict Bantul
Regency. Sampling village, hamlet, neighborhood (RT) with consideration of the
highest proportion of poor households that RT 03 Lanteng I Hamlet Selopamioro
Village andRT 03 Karangtalun Hamlet Wukirsari Village. Sample of 60
households drawn proportionally from 2 RT with simple random sampling.Data
used are primary data and secondary data. The analyse data used by analysis of
expenditure proportion consume the food to totalizeing household expenditure,
mount the consumption of energy and household protein, t test, and household
food security. The result of research indicate that the level of mean of
expenditure proportion consume the food is 60,10%. Amount of household
energy consumption is 60,66% and amount of household protein consumption is
63,59%. Relation of between expenditure proportion consume the food with the
consumption of energy is adversative, its meaning high level of food conversely.
The condition of poor household food security in Imogiri Subdistrict Bantul
Regency are consisted the category of food insecurity equal to 41,67%, less food
by 35,00%, 13,33% food secure, and food disturbed security 10,00%.
Keywords : Food security, poor households, consumption of energy and protein

Abstrak : Tujuan penelitian untukmengetahui besarnya proporsi pengeluaran


konsumsi pangan, besarnya konsumsi energi dan protein, hubungan antara
proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi dan protein,
serta kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Imogiri
Kabupaten Bantul. Metode dasar penelitianyaitu deskriptif analitis dengan
tehnik survei. Penelitian dilakukan di Kecamatan Imogiri Kabupaten
Bantul.Penentuan sampel desa, dukuh, dan rukun tetangga (RT) dilakukan
dengan pertimbangan proporsi rumah tangga miskin tertinggi, yaitu RT 03
Dukuh Lanteng I Desa Selopamioro dan RT 03 Dukuh Karangtalun Desa
Wukirsari.Sampel rumah tangga sebanyak 60 diambil secara proporsional dari 2
RT dengan teknik simple random sampling.Data yang digunakan yaitu data
primer dan data sekunder.Analisis data yang digunakan yaitu analisis proporsi
pengeluaran konsumsi pangan, tingkat konsumsi energi dan protein, uji t, serta
ketahanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya rata-rata
proporsi pengeluaran konsumsi pangan adalah 60,10%. Rata-rata Tingkat
Konsumsi Energi sebesar 60,66%, sedangkan Tingkat Konsumsi Protein sebesar
63,59%. Hubungan antara proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi
berlawanan arah, artinya proporsi pengeluaran pangan tinggi, maka konsumsi
energi rendah, begitu pula sebaliknya. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga
miskin adalah rumah tangga rawan pangan sebesar 41,67%, kurang pangan
sebesar 35,00%, tahan pangan 13,33%, dan rentan pangan sebesar 10,00%.
Kata Kunci: Ketahanan Pangan, Rumah Tangga Miskin, Konsumsi Energi dan
Protein
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan di Indonesia akan berdampak pada tingkat
sangat dipengaruhi oleh aspek produktivitas masyarakat Indonesia
kemiskinan.Hal ini dikaitkan dengan yang rendah (Galih, 2009).
tingkat pendapatan masyarakat yang Kabupaten Bantul merupakan
dibawah rata-rata sehingga tidak salah satu daerah penghasil padi
mampu untuk memenuhi kebutuhan yang merupakan makanan pokok
pangan mereka sendiri. Tidak masyarakat Indonesia. Jumlah
tercukupi pemenuhan kebutuhan penduduk dan luas panen yang terus
masyarakat dikarenakan daya beli meningkat di Kabupaten Bantul akan
masyarakat yang rendah juga akan berpengaruh terhadap ketersediaan
mempengaruhi tidak terpenuhinya beras. Hal tersebut dapat dilihat pada
status gizi masyarakat. Tidak Tabel 1.
terpenuhinya status gizi masyarakat
Tabel 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Beras di Kabupaten Bantul
Tahun Jumlah Penduduk Luas Ketersediaan Kebutuhan Surplus
(jiwa) Panen Beras Beras Minus
(Ha) (Ton) (Ton)
2008 856.206 25.089 92.230 56.253 35.977
2009 910.572 28.682 101.993 59.824 42.169
2010 911.503 30.726 105.524 59.886 45.638
2011 921.263 30.699 109.915 60.527 49.388
Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKPPP)
Kabupaten Bantul
paling besar terhadap
Dengan adanya peningkatan
perekonomian.Sektor pertanian yang
jumlah penduduk maka sektor
diharapkan menjadi sumber
pertanian terutama bahan makanan
pendapatan bagi penduduk, ternyata
pokok mempunyai peranan yang
tidak berdampak positif pada
sangat vital dalam pemenuhan
perkembangan perekonomian
kebutuhan pokok. Pertumbuhan
penduduk.Berdasarkan data BKKBN
penduduk yang meningkat harus
tahun 2011,jumlah penduduk miskin
diimbangi dengan terpenuhinya
di Kabupaten Bantul masih tinggi
permintaan akan bahan pangan..Pada
yaitu sebesar 106.429 jiwa (41,97%),
Tabel 1 terlihat bahwa ketersediaan
dengan proporsi Kepala Keluarga
pangan berupa beras di Kabupaten
(KK) miskin tertingi di Kecamatan
Bantul yang mengalami peningkatan
Imogiri. BKKBN menyatakan bahwa
tiap tahunnya dapat memenuhi
keluarga miskin adalah keluarga
kebutuhan beras penduduk di
yang termasuk ke dalam keluarga Pra
Kabupaten Bantul, bahkan
sejahtera dan Keluarga Sejahtera I.
mengalami surplus, tetapi hal
Selain itu, menurut Badan Ketahanan
tersebut belum menjamin
Pangan dan Penyuluhan Pertanian
ketersediaan pangan di tingkat rumah
(BKPPP) Kabupaten Bantul, pada
tangga tercukupi.
tahun 2011 terdapat sedikitnya 10
Sektor pertanian di Kabupaten
desa rawan pangan di Kabupaten
Bantul menghasilkan nilai tambah
Bantul yang disebabkan oleh Metode analisis data yang
kemiskinan. digunakan untuk mengetahui total
Berdasarkan uraian tersebut, pengeluarandirumuskan sebagai
tujuan penelitian adalah mengetahui berikut :
besarnya proporsi pengeluaran C = Kp + Kn..................................(1)
konsumsi pangan terhadap total dimana, C = Pengeluaran konsumsi
pengeluaran, besarnya konsumsi rumah tangga (rupiah/bulan); Kp =
energi dan protein, hubungan antara Pengeluaran konsumsi pangan
proporsi pengeluaran konsumsi (rupiah/bulan); Kn = Pengeluaran
pangan dari total pengeluaran dengan konsumsi non pangan (rupiah/bulan).
konsumsi energi dan protein, serta Proporsi pengeluaran pangan
kondisi ketahanan pangan rumah terhadap total pengeluaran dihitung
tangga miskin di Kecamatan Imogiri dengan rumus :
Kabupaten Bantul. Kp
Qp = x100% ........................(2)
METODOLOGI PENELITIAN
 Pt
Dimana,Qp = Proporsi pengeluaran
Metode dasar yang digunakan pangan terhadap total pengeluaran
dalam penelitian ini adalah metode (%); Kp = Pengeluaran pangan
deskriptif analitik denganteknik (rupiah/bulan), Pt = pengeluaran total
penelitian survei.Penelitian ini (rupiah/bulan).
dilakukan di Kecamatan Imogiri Konsumsi energi dan protein
Kabupaten Bantul.Pemilihan desa, dapat diketahui dengan melihat
dukuh, dan Rukun Tetangga (RT) besarnya konsumsi pangan masing-
sampel dilakukan dengan tehnik masing rumah tangga miskin yang
purposive sampling.Pemilihan desa, kemudian dikonversikan dalam
dukuh, dan Rukun Tetangga (RT) bentuk konsumsi energi
sampel berdasarkan pertimbangan (kkal/orang/hari) dan protein
proporsi Kepala Keluarga (KK) (gram/orang/hari).Pengkonversian
miskin tertinggi yaitu RT 03 Dukuh dilakukan dengan menggunakan
Lanteng I Desa Selopamioro dan RT Daftar Komposisi Bahan Makanan
03 Dukuh Karangtalun Desa (DKBM).Jumlah konsumsi pangan
Wukirsari. dinyatakan dengan URT (Ukuran
Penentuan jumlah sampel rumah Rumah Tangga) dengan ukuran
tangga miskin dari RT terpilih sendok, gelas, piring, dan lain-lain.
dilakukan secara URT akan dikonversikan ke dalam
proporsional. satuan gram sesuai dengan ukuran
Sampel yang diambil yang berlaku pada daerah penelitian.
untuk masing-masing RT yaitu dari Jumlah konsumsi energi dihitung
Dukuh Lanteng I RT 03 sebanyak 36 dengan rumus:
orang dan Dukuh Karangtalun RT 03 BPJ Bddj
Gej = x xKGij .............(3)
sebanyak 24 orang, sehingga jumlah 100 100
responden untuk penelitian ini Konsumsi protein dihitung dengan
sebanyak 60 orang. Metode rumus:
pengambilan sampel yang digunakan BPJ Bddj
Gpj = x xKGpj ............(4)
adalah simple random sampling. 100 100
dimana, Gej adalah energi yang Hubungan proporsi pengeluaran
dikonsumsi dari pangan atau konsumsi pangan dari total
makanan j; Gpj adalah energi yang pengeluaran dengan konsumsi energi
dikonsumsi dari pangan atau dan protein rumah tangga miskin
makanan j; BPj = berat makanan atau melalui analisis korelasi dengan
pangan j yang dikonsumsi (gram); program SPSS. Hipotesis yang
Bddj = bagian yang dapat dimakan diujiadalah sebagai berikutHo: tidak
(%), KGij = kandungan zat gizi ada hubungan antara proporsi
tertentu (i) dari pangan atau makanan pengeluaran rumah tangga miskin
yang dikonsumsi sesuai dengan denganbesarnya konsumsi energi dan
satuannya. protein; Ha: ada hubungan antara
Pengukuran jumlah konsumsi proporsi pengeluaran rumah tangga
pangan digunakan parameter Tingkat miskin denganbesarnya konsumsi
Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat energi dan protein. Kriteria
Konsumsi Protein (TKP).Angka pengujian yang digunakan, yaitu Ho
Kecukupan Gizi (AKG) yang diterima jika probabilitas ≥ 0.05,
dianjurkan sesuai Widyakarya berarti tidak ada hubungan antara
Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) proporsi pengeluaran pangan rumah
VIII tahun 2004.Data tingkat energi tangga miskindenganbesarnya
dan protein diperoleh melalui metode konsumsi energi dan protein; Ho
recall 24 jam. ditolak dan Ha diterima jika
TKE =  konsumsi energix100% ...(5)
probabilitas r < 0.05, berarti ada
 AKEyangdianjurkan hubungan antara proporsi
TKP =  konsumsi protein x100% ...(6)
pengeluaran pangan rumah tangga
 AKPyangdianjurkan miskindenganbesarnya konsumsi
dimana, TKE = Tingkat Konsumsi energi dan protein.
Energi Rumah Tangga (%); TKP = Tingkat keeratan hubungan r
Tingkat Konsumsi Protein Rumah memiliki nilai -1 hingga 1.Jika r
mendekati 1 maka dapat dikatakan
Tangga (%);  konsumsi energi = bahwa variabel-variabel memiliki
Jumlah Konsumsi Energi Rumah hubungan erat.Tanda (+) dan (-)
Tangga (kkal);  konsumsi protein = menunjukkan sifat hubungan dimana
tanda (+) menunjukkan hubungan
Jumlah Konsumsi Protein Rumah
positif yaitu searah, sedangkan tanda
Tangga (kkal).Angka Kecukupan
(-) menunjukkan hubungan negatif
Gizi (AKG) yang dianjurkansesuai
atau berlawanan. Alhusin (2003)
Widyakarya Nasional Pangan dan
mengelompokkan nilai r dalam
Gizi (WKNPG)VIII tahun 2004.
kategori sebagai berikut 0-0,20
Klasifikasi tingkat konsumsi
:korelasi sangat rendah; 0,21-0,40:
energi dan protein menurut Depkes
korelasi rendah; 0,41-0,60:korelasi
(1990) dalam Supariasa (2002) yaitu
sedang; 0,61-0,80:korelasi cukup
kategori baik apabila TKG lebih dari
tinggi; dan 0,91-1,00: korelasi tinggi.
sama dengan 100% AKG, sedang
Indikator yang digunakan untuk
apabila TKG 80-90% AKG, kategori
mengukur derajat ketahanan pangan
kurang apabila TKG 70-80% AKG,
tingkat rumah tangga adalah
dan defisit apabila TKG kurang dari
klasifikasi silang dua indikator
70% AKG.
ketahanan pangan, yaitu proporsi berdasarkan indikator ketahanan
pengeluaran dan tingkat konsumsi pangan dapat dilihat pada tabel
energi.Kategori rumah tangga berikut.
Tabel 2. Kategori Rumah Tangga Berdasarkan Indikator Ketahanan Pangan.
Konsumsi Energi Proporsi Pengeluaran Pangan
Rendah (<60%) Tinggi (≥60%)
Cukup Tahan Pangan Rentan Pangan
(>80% kecukupan energi)
Kurang Kurang Pangan Rawan Pangan
(≤80% kecukupan energi)
Sumber: Jonsson dan Toole (1991) dalam Maxwell (2000)

Berikut data mengenai


HASIL DAN PEMBAHASAN
karakteristik rumah tangga
Karakteristik Rumah Tangga responden di Kecamatan Imogiri
Responden Kabupaten Bantul.

Tabel 3. Karakteristik Rumah Tangga Responden di Kecamatan Imogiri


Kabupaten Bantul
No Uraian Jumlah (orang) Rata-rata
1 Umur (tahun)
a. Suami 53
1) ≤ 14 -
2) 15-64 45
3) ≥ 65 11
b. Istri 48
1) ≤ 14 -
2) 15-64 51
3) ≥ 65 7
2 Tingkat pendidikan
a. Suami 7
1) Tidak sekolah 7
2) SD (6 tahun) 43
3) SMP (9 tahun) 6
4) SMA (12 tahun) 4
b. Istri 7
1) Tidak sekolah 13
2) SD (6 tahun) 38
3) SMP (9 tahun) 4
5) SMA (12 tahun) 5
Sumber: Analisis Data Primer
Rata-rata umur responden mampu bekerja untuk meningkatkan
untuk suami 53 tahun, sedangkan pendapatan. Tingkat pendidikan
istri rata-rata berumur 48 tahun. suami dan istri yang paling banyak
Rata-rata umur suami dan istri adalah tamat SD. Tingkat pendidikan
responden masih berada pada usia akan berpengaruh pada pola pikir
produktif sehingga mereka masih responden dalam meningkatkan
pendapatan. Pendapatan responden tinggi tentang gizi akanmenyebabkan
akan berpengaruh terhadap gizi anggota keluarga dapat terpenuhi
pengambilan keputusan untuk karena pada umumnya ibu rumah
mencukupi kebutuhan rumah tangga tangga lah yang mengolah dan
baik pangan maupun non pangan. menentukan menu makanan rumah
Pengetahuan ibu rumah tangga yang tangga setiap harinya.
Tabel 4.Jumlah Anggota Keluarga Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Imogiri
Kabupaten Bantul.
Anggota Rumah Tangga Jumlah Proporsi (%)
1-2 17 28,33
3-4 32 53,33
5-6 11 18,34
Jumlah 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
Anggota rumah tangga terdiri dari akanmempengaruhi tingkat
kepala rumah tangga, istri, anak, dan ketahanan pangan suatu rumah
anggota keluarga lain. Sebagian tangga.
besar responden mempunyai anggota
keluarga sebanyak 3-4 orang dengan Pendapatan Rumah Tangga
presentase sebesar 53,33%. Semakin Responden
banyak jumlah anggota keluarga, Pada tabel berikut dapat dilihat
maka semakin tinggi pengeluaran distribusi pendapatan rumah tangga
dan konsumsi pangan rumah tangga. responden di Kecamatan Imogiri
Hal inilah yang nantinya Kabupaten Bantul.
Tabel 5. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Responden di Kabupaten Bantul
No Pendapatan Jumlah Rumah Tangga
1. Rp 100.000-Rp 500.000 14
2. Rp 600.000-Rp 1.000.000 33
3. Rp. 1.100.000-Rp 1.500.000 11
4 Rp 1.600.000-Rp 2.000.000 2
Jumlah 60
Sumber: Analisis Data Primer
sehingga yang menjadi tulang
Sebagian besar rumah tangga
punggung keluarga hanya sedikit.
responden berada pada tingkat
pendapatan Rp 600.000 hingga Rp
1.000.000 yaitu sebanyak 33 rumah Pengeluaran Rumah Tangga
tangga.Tingkat pendapatan yang Responden
rendah pada suatu rumah tangga
Berikut ini merupakan
responden disebabkan dalam rumah
besarnya rata-rata pengeluaran
tangga tersebut hanya terdapat satu
pangan rumah tangga responden
atau dua orang anggota keluarga saja
selama satu bulan di Kecamatan
Imogiri Kabupaten Bantul.
Tabel 6. Rata-Rata Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Responden di Kabupaten
Bantul Bulan April Tahun 2013
No Pengeluaran Pangan Rata-Rata Proporsi
(Rp/Bln) (%)
1. Padi-padian 121.783,33 29,69
2. Umbi-umbian 2.433,33 0,59
3. Ikan 3.508,47 0,84
4. Daging 13.250,00 3,23
5. Telur dan susu 48.141,67 11,74
6. Sayur-sayuran 17.779,66 4,26
7. Kacang-kacangan 29.593,33 7,21
8. Buah-buahan 833,33 0,20
9. Minyak dan lemak 17.875,00 4,36
10. Minuman 16.750,00 4,08
11. Bumbu-bumbuan 44.966,67 10,96
12. Konsumsi lain 22.283,33 5,43
13. Makanan dan minuman jadi 1.866,67 0,46
14. Tembakau dan sirih 70.694,92 16,95
Jumlah 410.226,67 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
beras yang merupakan makanan
Rata-rata pengeluaran pangan
pokok responden serta menjadi
rumah tangga sebesar Rp
prioritas utama dalam pengeluaran
410.226,67. Pengeluaran pangan
pangan.
terbesar adalah pada kelompok padi-
padian yaitu sebesar Rp 121.783,33 Berikut rata-rata pengeluaran non
dengan proporsi sebesar 29,69%. pangan rumah tangga responden di
Kelompok padi-padian ini yaitu jenis Kabupaten Bantul.
Tabel 7. Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Responden di
Kabupaten Bantul Bulan April Tahun 2013.
No Pengeluaran Pangan Rata-Rata Proporsi
(Rp/Bln) (%)
1. Perumahan 35.366,67 12,48
2. Aneka barang dan jasa 102.092,00 36,02
3. Biaya pendidikan 41.775,00 14,74
4. Biaya kesehatan 283,33 0,10
5. Sandang 2333,33 0,82
6. Barang tahan lama 4.000,00 1,41
7. Pajak dan asuransi 18.710,80 6,60
8. Keperluan sosial 78.833,33 27,82
Jumlah 283.394,17 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 6 menunjukkan bahwa 283.394,17.Pengeluaran non pangan
rata-rata pengeluaran non pangan terbesar adalah kelompok aneka
rumah tangga responden di barang dan jasa yaitu sebesar Rp
Kabupaten Bantul Bulan April tahun 102.092,00 yang terdiri dari sabun
2013 adalah Rp mandi, sabun cuci, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, ongkos transportasi, komunikasi, dan lain-lain.
bensin, perawatan kendaraan,
Berikut merupakan proporsi
Proporsi Pengeluaran Konsumsi pengeluaran rumah tangga responden
Pangan terhadap Total di Kecamatan Imogiri Kabupaten
Pengeluaran Rumah Tangga Bantul.
Responden
Tabel 8. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Responden di Kecamatan Imogiri
Kabupaten Bantul Bulan April Tahun 2013.
No Pengeluaran Pangan Rata-rata Proporsi
(Rp/Bln) (%)
1. Pengeluaran Pangan 410.226,67 60,10
2. Pengeluaran Non Pangan 283.394,17 39,90
Total Pengeluaran 693.620,84 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
dibelanjakan untuk pangan semakin
Tabel 8 menunjukkan bahwa
meningkat. Sebaliknya, bila
rata-rata total pengeluaran rumah
pendapatan meningkat maka
tangga responden adalah Rp
konsumen akan membelanjakan
693.620,84 yang terdiri dari
pendapatannya untuk pangan dengan
pengeluaran pangan sebesar Rp
proporsi yang semakin mengecil.
410.226,67 dan pengeluaran non
pangan Rp 283.394,17. Pengeluaran
pangan mempunyai proporsi terbesar Tingkat Konsumsi Energi dan
yaitu 60,10%, sedangkan proporsi Protein Rumah Tangga
Berikut rata-rata konsumsi
pengeluaran non pangan hanya
energi dan protein, AKG yang
sebesar 39,90%. Ini terjadi karena
dianjurkan serta tingkat konsumsi
responden lebih mementingkan
gizi rumah tangga responden di
kebutuhan pangan daripada
Kecamatan Imogiri Kabupaten
kebutuhan lainnya. Menurut Hukum
Bantul Bulan April tahun 2013
Engel, pada saat terjadinya
penurunan pendapatan, porsi yang
Tabel 9.Rata-Rata Konsumsi Energi dan Protein, AKG yang dianjurkan, serta
Tingkat Konsumsi Gizi Rumah Tangga Responden di Kecamatan Imogiri
Kabupaten Bantul Bulan April Tahun 2013.
Keterangan Energi (kkal) Protein (gram)
Rumah Per orang Rumah Per orang
Tangga Per hari Tangga Per hari
Konsumsi 3.811,85 1.205,17 105,24 33,61
AKG dianjurkan 6.500,83 1.988,39 171,53 53,02
TKG (%) 60,66 60,66 63,59 63,59
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 9 menunjukkan bahwa responden adalah 1.205,17
rata-rata konsumsi energi untuk kkal/orang/hari yang menunjukkan
setiap anggota rumah tangga bahwa rata-rata energi untuk setiap
anggota rumah tangga berada Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dibawah Angka Kecukupan Gizi dianjurkan berdasarkan umur dan
(AKG) yang dianjurkan berdasarkan jenis kelamin yaitu sebesar 53,02
umur dan jenis kelamin yaitu sebesar kkal/orang/hari. Tabel 9 juga
1.988,39 kkal/orang/hari. Tingkat menunjukkan bahwa Tingkat
Kecukupan Gizi (TKG) untuk energi Kecukupan Gizi (TKG) untuk
sebesar 60,66% yaitu berada pada protein sebesar 63,59% yaitu berada
kategori defisit. Hal ini disebabkan pada kategori defisit. Hal ini
karena responden dalam memenuhi disebabkan karena sebagian besar
kebutuhan energinya hanya dengan responden setiap harinya hanya
mengkonsumsi nasi sebagai makanan mengkonsumsi tahu dan tempe untuk
pokok, sedangkan komoditas lainnya memenuhi kebutuhan protein nabati
seperti umbi-umbian hanya sebagai serta telur ayam untuk memenuhi
pelengkap dan hanya dikonsumsi kebutuhan protein hewani.
apabila responden benar-benar ingin Sebaran kategori Tingkat
mengkonsumsinya.Hal tersebut juga Konsumsi Energi dan Tingkat
terjadi pada rata-rata konsumsi Konsumsi Protein rumah tangga
protein untuk setiap anggota rumah responden di Kecamatan Imogiri
tangga responden adalah 33,61 Kabupaten Bantul dapat dilihat pada
kkal/orang/hari yang berada dibawah tabel berikut.
Tabel 10.Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Tingkat Konsumsi
Protein Rumah Tangga Responden di Kecamatan Imogiri Kabupaten
Bantul Bulan April Tahun 2013.
No. Kategori Tingkat Kecukupan Gizi Energi Protein

Jumlah % Jumlah %
RT RT
1. Baik (TKG ≥ 100% AKG) 1 1,67 4 6,67
2. Sedang (TKG 80-99% AKG) 13 21,67 11 18,33
3. Kurang (TKG 70-80% AKG) 5 8,33 9 15,00
4. Defisit (TKG < 70% AKG) 41 68,33 36 60,00
Jumlah 60 100,00 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
Rumah tangga yang berada di
Tabel 10 menunjukkan bahwa
kategori defisit sebanyak 41 rumah
rumah tangga responden yang berada
tangga dengan proporsi
di kategori baik dalam Tingkat
68,33%.Rumah tangga responden
Konsumsi Energi (TKE) sebanyak 1
yang berada di kategori baik dalam
rumah tangga dengan proporsi
Tingkat Konsumsi Protein (TKP)
1,67%. Rumah tangga yang berada di
sebanyak 4 orang dengan proporsi
kategori sedang sebanyak 13 rumah
6,67%. Rumah tangga yang berada di
tangga dengan proporsi 21,67% dari
kategori sedang sebanyak 11 rumah
total rumah tangga responden.
tangga dengan proporsi 18,33% dari
Rumah tangga yang berada di
total rumah tangga responden.
kategori kurang sebanyak 5 rumah
tangga dengan proporsi 8,33%. Rumah tangga yang berada di
kategori kurang sebanyak 9 rumah
tangga dengan proporsi 15,00%. Hasil analisis korelasi proporsi
Rumah tangga yang berada di pengeluaran konsumsi pangan
kategori defisit sebanyak 36 rumah dengan konsumsi energi dan protein
tangga dengan proporsi 60,00%. rumah tangga responden di
Kecamatan Imogiri Kabupaten
Hubungan Proporsi Pengeluaran Bantul dapat dilihat pada tabel
Konsumsi Pangan dengan berikut.
Konsumsi Energi dan Protein
Tabel 11.Hasil Analisis Korelasi Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan dengan
Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Responden di Kecamatan
Imogiri Kabupaten Bantul Bulan April 2013.
No. Uji Korelasi Hasil Analisis Korelasi
Nilai Probabilitas Koefisien Korelasi
1. Proporsi Pengeluaran Pangan 0,041 -0,265
dengan Konsumsi Energi
2. Proporsi Pengeluaran Pangan 0,125 -0,200
dengan Konsumsi Protein
Sumber: Analisis Data Primer
yang rendah.Nilai koefisien korelasi
Hasil analisis pada Tabel 11
pada hasil analisis tersebut bernilai
menunjukkan bahwa nilai
negatif menunjukkan bahwa
probabilitas proporsi pengeluaran
hubungan antara proporsi
pangan dengan konsumsi energi dan
pengeluaran pangan dengan
proporsi pengeluaran pangan dengan
konsumsi energy berlawanan arah.
konsumsi protein adalah 0,041 dan
Apabila proporsi pengeluaran pangan
0,125.Artinya antara proporsi
tinggi, maka konsumsi energi akan
pengeluaran pangan dengan
rendah. Besarnya proporsi
konsumsi energi rumah tangga
pengeluaran pangan berpengaruh
miskin mempunyai hubungan yang
terhadap rendahnya konsumsi energi.
signifikan dengan tingkat
kepercayaan 95%, sedangkan antara
proporsi pengeluaran pangan dengan Ketahanan Pangan Rumah
konsumsi protein rumah tangga Tangga
Sebaran Rumah Tangga
miskin tidak mempunyai hubungan
menurut tingkat ketahanan pangan
yang signifikan.Hasil koefisien
pada rumah tangga miskin di
korelasi antara proporsi pengeluaran
Kecamatan Imogiri Kabupaten
pangan dengan konsumsi energi
Bantul dapat dilihat pada tabel
adalah -0,265.Proporsi pengeluaran
berikut.
pangan dengan konsumsi energi
mempunyai nilai koefisien korelasi
Tabel 12. Sebaran Rumah Tangga menurut Tingkat Ketahanan Pangan pada
Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul
Kategori Ketahanan Pangan Proporsi Tingkat Jumlah (%)
Pengeluaran Konsumsi RT
Pangan (%) Energi (%)
Tahan pangan (proporsi 35,69-59,20 80,19- 102,09 8 13,33
pengeluaran pangan <60%
dan konsumsi energi >80%)
Kurang Pangan (proporsi 36,55- 59,29 30,06- 78,39 21 35,00
pengeluaran pangan <60%
dan konsumsi energi ≤80%)
Rentan pangan (proporsi 60,90- 73,27 80,19- 97,62 6 10,00
pengeluaran pangan ≥60%
dan konsumsi energi >80%)
Rawan pangan (proporsi 60,14- 81,13 29,77- 79,23 25 41,67
pengeluaran pangan ≥60%
dan konsumsi energi ≤80%)
Jumlah 60 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
Kecamatan Imogiri Kabupaten
Kondisi ketahanan pangan
Bantul digunakan untuk konsumsi
rumah tangga miskin yaitu rumah
pangan.Rata-rata konsumsi energi
tangga rawan pangan sebesar
dan protein rumah tangga miskin
41,67%, kurang pangan sebesar
adalah 1.205,17 kkal/orang/hari dan
35,00%, tahan pangan 13,33%, dan
33,61 gram/orang/hari. Rata-rata
rentan pangan sebesar 10,00%.Hasil
Tingkat Konsumsi Energi (TKE)
penelitian sebagian besar rumah
sebesar 60,66% yang termasuk
tangga berada di kategori rawan
kategori defisit, sedangkan Tingkat
pangan menunjukkan bahwa rumah
Konsumsi Protein (TKP) sebesar
tangga memliki proporsi pengeluaran
63,59% yang termasuk kategori
pangan yang lebih besar tetapi
defisit.Proporsi pengeluaran pangan
konsumsi energinya belum terpenuhi.
dengan konsumsi energi mempunyai
Hal ini sesuai dengan Hukum Engel
hubungan yang signifikan,
semakin besar proporsi pengeluaran
sedangkan proporsi pengeluaran
untuk pangan, maka rumah tangga
pangan dengan konsumsi protein
tersebut memiliki tingkat pendapatan
tidak mempunyai hubungan.Nilai
yang rendah
koefisien proporsi pengeluaran
pangan dengan konsumsi energi
KESIMPULAN DAN SARAN
adalah -0,265.Nilai koefisien korelasi
bernilai negatif menunjukkan bahwa
Kesimpulan
hubungan antara proporsi
Besarnya rata-rata proporsi
pengeluaran pangan dengan
pengeluaran konsumsi pangan
konsumsi energi berlawanan arah,
terhadap total pengeluaran rumah
artinya proporsi pengeluaran pangan
tangga miskin adalah 60,10% artinya
tinggi, maka konsumsi energi akan
sebagian besar pengeluaran
konsumsi rumah tangga miskin di rendah, begitu pula
sebaliknya.Kondisi ketahanan
pangan rumah tangga miskin yaitu DAFTAR PUSTAKA
rumah tangga rawan pangan sebesar
41,67%, kurang pangan sebesar Alhusin, S. 2003. Aplikasi Statistik
35,00%, tahan pangan 13,33%, dan Praktis dengan SPSS 10 For
rentan pangan sebesar 10,00%. Windows. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Saran Galih, N. 2009. Meningkatkan
Rendahnya konsumsi energi Ketahanan Pangan Indonesia
dan protein disebabkan karena Berbasis Sumber Daya
rendahnya pendapatan serta Lokal.http://nugrohogalih.wor
pendapatan yang tidak kontinyu dpress.com/2009/02/06/mening
setiap bulan.Oleh karena itu, katkan-ketahanan-pangan-
sebaiknya pemerintah Kabupaten indonesia-berbasis-sumber-
Bantul membuat program-program dayalokal/. Diakses tanggal 14
yang lebih ditujukan untuk Oktober 2012.
meningkatkan pendapatan seperti Maxwell, D; C. Levin; M.A.
pelatihan atau pemberian Klemeseau; M.Rull; S.Morris
keterampilan, agar rumah tangga and C.Aliadeke. 2000. Urban
dapat meningkatkan ketahanan Livelihoods and Food Nutrition
pangannya.Pemerintah setempat Security in Greater Accra
sebaiknya mengadakan penyuluhan Ghana. IFPRI in Collaborative
yang bekerja sama dengan petugas with Noguchi Memorial for
kesehatan mengenai sosialisasi Medical Research andWorld
pangan murah dan bergizi agar Health Organization.Research
masyarakat Kabupaten Bantul dapat Report No.112. Washington,
mengonsumsi makanan dengan harga D.C.
yang murah tetapi tetap bergizi, serta
perlu adanya sosialisasi tentang Supariasa, I., B. Bakri, dan I. Fajar.
informasi kecukupan gizi dan 2002. Penilaian Status Gizi.
pengaruhnya terhadap kesehatan Penerbit Buku Kedokteran
untuk meningkatkan pengetahuan EGC. Jakarta.
tentang gizi kepada masyarakat,
sehingga diharapkan mampu
memperbaiki pola pangan yang
dibutuhkan baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas.Sebaiknya
masyarakat setempat mengurangi
pengeluaran untuk tembakau dan
sirih agar pendapatan lebih
dialokasikan pada pengeluaran
pangan yang bergizi sehingga dapat
memenuhi Angka Kecukupan Gizi.

You might also like