Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317544030

The Study of P Adsorption and Availability Changes on Ultisols with the


Granting of Oil Palm Wastes

Article · May 2017

CITATIONS READS

0 167

3 authors, including:

Yustinus Sulistiyanto Zafrullah Damanik


Universitas Palangka Raya Universitas Palangka Raya
9 PUBLICATIONS   43 CITATIONS    5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

central Kalimantan Peatland Project View project

TROPEASS View project

All content following this page was uploaded by Zafrullah Damanik on 12 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pertiwi, D., dkk Kajian Perubahan Jerapan dan Ketersediaan P….

KAJIAN PERUBAHAN JERAPAN DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH


ULTISOL DENGAN PEMBERIAN LIMBAH KELAPA SAWIT
(The Study of P Adsorption and Availability Changes on
Ultisols with the Granting of Oil Palm Wastes)

Pertiwi, D.1), Sulistiyanto, Y.1), Damanik, Z.1)


1)
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya
Telp: 085752996475; e-mail: dianpertiwi220@gmail.com

Diterima : 07/03/2017 Disetujui : 30/04/2017

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the influence of the incorporation TKKS and boiler
ashes best doses in lowering adsorption P and increase the availability of P and pH on Ultisols.
This study used a Randomized Complete Design (RAL) consisting of 2 factorial factor
treatments. First factor was TKKS (T) consists of three doses of treatment i.e: T0 : 0 ton.ha-1,
T1 : 20 ton.ha-1 dan T2 : 40 ton.ha-1. Second Factor was Boiler Ash (A) consists of three doses
of treatment i.e: A0 : 0 ton.ha-1, A1 : 11,6 ton.ha-1 dan A2 : 23,2 ton.ha-1. The results showed
that combination treatment of empty oil palm bunches (TKKS) and boiler ashes on ultisols has
raised pH H2O, raised and lowered ∆pH when the dose increased, and lowered exchangeable Al.
Whereas single TKKS factor treatment and boiler ash raise pH KCl. Single factor Treatment of
boiler ash increases P-available with the best dose treatment i.e. A2 (23,2 ton ha-1), it also
increases the coefficient of bonding energy and lowering the site adsorption namely treatment
A1 (11,6 ton.ha-1) and A2 (23,2 ton.ha-1), while the single factor treatment of TKKS improves P
adsorption maximum i.e. treatment T1 (20 ton.ha-1), but lose the P adsorption maximum i.e.
treatment T2 (40 ton.ha-1).

Keywords : P adsorption, P availability, Oil Palm Waste, Ultisols.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian TKKS dan abu boiler dan
dosis terbaik dalam menurunkan jerapan P dan meningkatkan ketersediaan P serta pH pada
tanah Ultisol. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang
terdiri dari 2 faktor perlakuan. Faktor pertama TKKS (T) terdiri dari 3 perlakuan dosis
yaitu:T0 : 0 ton.ha-1, T1 : 20 ton.ha-1 dan T2 : 40 ton.ha-1. Faktor kedua Abu Boiler (A) terdiri
dari 3 perlakuan dosis yaitu: A0 : 0 ton.ha-1, A1 : 11,6 ton.ha-1 dan A2 : 23,2 ton.ha-1. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan TKKS dan abu boiler pada tanah ultisol
meningkatkan pH. Sedangkan perlakuan faktor tunggal TKKS dan abu boiler meningkatkan pH
KCl. Perlakuan faktor tunggal abu boiler meningkatkan P-Tersedia dengan dosis terbaik yaitu
perlakuan A2(23,2 ton.ha-1), juga meningkatkan koefisien energi ikatan dan menurunkan Tapak
Jerapan yaitu perlakuan A1(11,6 ton.ha-1) dan A2(23,2 ton.ha-1), sedangkan perlakuan faktor
tunggal TKKS meningkatkan Jerapan P maksimal yaitu perlakuan T1(20 ton.ha-1), namun
menurunkan Jerapan P maksimal yaitu perlakuan T2(40 ton.ha-1).

Kata Kunci : Jerapan P, Ketersediaan P, Limbah Kelapa Sawit, Tanah Ultisol

PENDAHULUAN (CPO), 230-250 kg tandan kosong kelapa


Indonesia saat ini merupakan sawit (TKKS), 130-150 kg serat, 60-65 kg
negara produsen CPO (crude palm oil) cangkang, 55-60 kg kernel, dan 0,7 m3 air
terbesar di dunia, setiap ton tandan buah limbah serta abu boiler sebanyak 5% dari
segar (TBS) akan menghasilkan rata-rata TBS (Mahajoeno dkk, 2008).
120-200 kg minyak kelapa sawit mentah

36
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 18 No. 1 Maret 2017 : 36 - 45 ISSN :1411 - 6782

TKKS mengandung selulosa 45%, meningkatkan kualitas tanah ultisol


hemiselulosa 22,84% dan lignin 16,45% terutama dapat menurunkan jerapan P, Al-
dari berat kering. Selain itu juga dd dan meningkatkan kandungan P-
mengandung 0,22 % P2O5, 0,30% MgO, Tersedia, pH, KTK, kandungan bahan
42,8% C, 2,90% K2O dan 0,80% N. (Said, organik sehingga dapat digunakan untuk
1996; Darnoko dkk, 1993 dalam Harbianto pengembangan dalam usaha pertanian.
dkk, 2015).
Setiap 100 ton TBS yang diolah BAHAN DAN METODE
oleh pabrik kelapa sawit dapat Penelitian ini dilaksanakan di Sub
menghasilkan 250 kg s/d 400 kg abu boiler Laboratorium Analitik Universitas
kelapa sawit, sehingga dari setiap 30 ton Palangka Raya pada bulan Mei-Agustus
TBS akan menghasilkan 82 kg s/d 149 kg 2016. Penelitian ini menggunakan
abu boiler kelapa sawit. Unsur hara yang Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
terkandung di dalam abu boiler kelapa yang terdiri dari 2 faktor perlakuan. Faktor
sawit antara lain P 2,67%, K 3,89%, Mg pertama tandan kosong kelapa sawit (T)
1,89%, Ca 38,06%, dan juga mengandung terdiri dari 3 taraf perlakuan dosis
senyawa basa-basa yang tinggi dan unsur yaitu:T0 : 0 ton.ha-1, T1 : 20 ton.ha-1, T2 :
mikro sehingga dapat meningkatkan pH 40 ton.ha-1. Faktor kedua Abu Boiler (A)
tanah (Astianto, 2011 dan Wahid, 2009 terdiri dari 3 taraf perlakuan dosis yaitu:
dalam Harbianto dkk, 2015). A0 : 0 ton.ha-1, A1 : 11,6 ton.ha-1, A2 : 23,2
Tanah Ultisol adalah satu lahan ton.ha-1. Dari kedua faktor perlakuan
kering marjinal dengan luas mencapai tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan
45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total yang diulang sebanyak 3 kali dan diperoleh
luas daratan Indonesia (Subagyo dkk, 2002). 27 satuan percobaan.
Sebaran tanah ultisol di Kalimantan sebesar
21.938.000 ha (Prasetyo dan Suriadikarta, Pelaksanaan Percobaan
2006) dan di Kalimantan Tengah luasnnya 1. Pengambilan Limbah Kelapa Sawit
sebesar 4.829.040 ha (Hidayat dan Mulyani, dan Tanah Ultisol
2005). 2. Penyiapan dan Analisis Awal Sifat
Tanah ultisol memiliki kendala Kimia Tanah Ultisol
seperti kemasaman tanah yang tinggi, 3. Penyiapan, Analisis dan
kejenuhan Al tinggi, kandungan hara makro Pengaplikasian Limbah
terutama P, K, Ca, Mg, dan kandungan 4. Inkubasi
bahan organik yang rendah, kelarutan Fe 5. Analisis pH, Al-dd, P-Tersedia dan
dan Mn yang cukup tinggi yang akan Jerapan P
bersifat racun. Di tanah ultisol unsur Fosfor 6. Isoterm Jerapan P
(P) kurang tersedia bagi tanaman karena Jumlah P yang terjerap per gram
terfiksasi atau terjerap oleh ion Al dan Fe tanah (x/m) dihitung dari selisih antara
(Nyakpa dkk,1988 dalam Paiman dan jumlah P yang ditambahkan dengan
Armando, 2010). Oleh karena itu perlu konsentrasi P dalam larutan setelah
dilakukan penelitian tentang pemanfaatan setimbang. Data jerapan P oleh tanah
limbah kelapa sawit sebagai sumber hara diplotkan menurut persamaan jerapan :
untuk meningkatkan kesuburan tanah Persamaan Langmuir :
ultisol khususnya mengenai ketersediaan x
(axm c)
(1  ac )
(1)
dan jerapan P.
Tujuan penelitian ini adalah untuk dimana c adalah konsentrasi P di dalam
mengetahui pengaruh dan dosis terbaik larutan equilibrium (mg P.L-1), x adalah
pemberian TKKS dan abu boiler dalam jumlah P yang dijerap (mg P.kg-1), xm
menurunkan jerapan P dan meningkatkan adalah jerapan maksimal (mg P.kg-1) dan a
ketersediaan P serta pH pada tanah Ultisol. adalah koefisien terkait dengan energi
Manfaat penelitian ini adalah ikatan (bonding energy).
mengurangi pencemaran lingkungan
terutama di sekitar pabrik, serta untuk

37
Pertiwi, D., dkk Kajian Perubahan Jerapan dan Ketersediaan P….

Transformasi ke bentuk linear menjadi : dan kejenuhan Al (28,89%) yang tergolong


c 1 c
  sedang, hal ini mengakibatkan terikatnya
x ax m xm (2)
unsur P oleh Al sehingga ketersediaan P
Plot c/x dengan c akan menghasilkan garis
rendah (Hardjowigeno, 1995).
lurus dengan kemiringan (slope) 1/xm dan
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
intersept 1/axm. Kelebihan utama dari
sebesar 27,08 cmol (+) kg-1 tergolong tinggi
persamaan ini adalah kapasitas retensi
dengan KTK efektif sebesar 4,52 cmol (+)
maksimal (xm) dapat dihitung (Olsen and
kg-1. KTK pada tanah ultisol ini
Watanabe, 1957 dalam Damanik, 2012).
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik
Persamaan Freundlich :
dan mineral liat. C-Organik yang
x  k cb (3) terkandung di tanah ultisol yang digunakan
dimana x adalah jumlah P yang dijerap adalah sebesar 2,55% yang tergolong
(mg P.kg-1), c adalah konsentrasi P di rendah. Sedangkan untuk mineral liat pada
dalam larutan equilibrium (mg P.L-1), k tanah ultisol didominasi oleh kaolinit dan
adalah tapak jerapan, dan b adalah oksida besi Fe dan Al, yang biasanya
konstanta berhubungan dengan “bonding kaolinit memiliki KTK 3-15 cmol (+) kg-1
energy” (Konta, 1995 dalam Sunardi dkk, 2011).
Transformasi ke bentuk linear :
log x  log k  b log c (4) Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Kimia Awal
Plotting x dengan c akan memberikan garis Tanah Ultisol
lurus dengan kemiringan (slope) b dan
intercept log k.
Peubah Pengamatan
Peubah pengamatan yang diamati
adalah:
a. pH (H2O dan KCl 1:2,5) (Metode
elektrode gelas)
b. Al-dd (Titrasi KCl 1 N)
c. P-Tersedia (Metode Bray 1)
d. Jerapan P (Metode Fox dan Kamprath,
1970 dalam Eviati dan Sulaeman,
2009) Keterangan: Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Menurut
Lembaga Penelitan Tanah, (1983)
Analisis Data
Data dianalisis menggunakan uji Kejenuhan Basa (KB) tanah ultisol
Fisher (F) dan apabila berbeda nyata yang digunakan sebesar 6,1% tergolong
dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range sangat rendah. KB yang rendah disebabkan
Test (DMRT) pada taraf  = 5 %. Analisis karena pelindian kation basa berlangsung
statistik dilakukan dengan perangkat lunak secara intensif karena curah hujan dan
Costat versi 6.11. temperatur yang tinggi serta bergantung
juga kepada bahan induk tanah tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selain itu, Hardjowigeno (1995) dan
1. Analisis Awal Bahan Penelitian Sutedjo dan Kartasapoetra (1991)
a. Karakteristik Sifat Kimia Awal menyatakan bahwa pada kondisi pH
Tanah Ultisol rendah, kompleks jerapan lebih banyak diisi
Sifat kimia tanah ultisol yang oleh kation-kation asam seperti Al3+ dan
digunakan disajikan pada Tabel 1. Hasil H+.
analisis awal tersebut menunjukkan bahwa Ketersediaan unsur hara makro N-
derajat kemasaman tanah ultisol tergolong Total 0,75% tergolong tinggi, Ca-dd 0,93%
masam dan ketersediaan P 17,9 ppm yang tergolong sangat rendah, K-dd 0,32%
tergolong sedang. Pada kondisi masam tergolong sedang, Mg-dd 0,40% tergolong
tanah didominasi oleh ion Hidrogen (H+), rendah, Na-dd 0,02% tergolong sangat
rendah, karena pada pH rendah unsur hara

38
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 18 No. 1 Maret 2017 : 36 - 45 ISSN :1411 - 6782

mudah larut di dalam air (Hardjowigeno, menunjukkan semakin tinggi kombinasi


1995). perlakuan TKKS dan abu boiler dapat
Berdasarkan survey yang meningkatkan pH H2O. Berdasarkan hasil
dilakukan, tanah yang digunakan termasuk analisis pH yang tergolong alkalis dan
ke dalam jenis tanah Ultisol dengan Great- kandungan unsur hara limbah TKKS dan
Group Paleudults, dan Sub-Group Typic abu boiler (Tabel 2). Ningtyas dan Lia
Paleudults (Soil Survey Staff, 2014) dan (2010 dalam Alfian dkk, 2015) menyatakan
Nitosol Kromik (Subardja, dkk, 2014). bahwa kompos TKKS mengandung C-
Organik sebesar 14,5%. TKKS yang
b. Karakteristik Limbah Kelapa tergolong bahan organik menghasilkan
Sawit asam-asam organik yang bermuatan negatif.
Karakteristik kandungan limbah Hal ini sesuai dengan pernyataan Hastuti
kelapa sawit disajikan pada Tabel 2. (2003 dalam Irawan dkk, 2016) dan Elia
dkk, (2015) yang menyatakan bahwa bahan
Tabel 2. Hasil Analisis Derajat Kemasaman organik akan menghasilkan asam-asam
(pH) dan Kandungan Unsur Hara organik seperti asam humat dan asam fulvat.
Limbah Tandan Kosong Kelapa Asam-asam organik ini akan mengikat
Sawit (TKKS) dan Abu Boiler logam Al dan Fe dan membentuk senyawa
kompleks/khelat sehingga Al dan Fe
menjadi tidak larut dan pH tanah meningkat.
Selain itu, Hanafiah (2010 dalam Alfian
dkk, 2015) juga menyatakan bahwa bahan
Keterangan : 1) Hasil Analisis Penelitian ini
2) organik dapat meningkatkan pH tanah
Rasyiid, 2014
melalui kemampuannya dalam mengikat
mineral oksida bermuatan positif dan
2. Perubahan Parameter Derajat
kation-kation terutama Al dan Fe yang
Kemasaman (pH)
reaktif. Sedangkan abu boiler yang banyak
Hasil analisis ragam terhadap
mengandung kation basa Ca dan Mg.
parameter pH H2O dengan penambahan
Senyawa MgO dan CaO dapat mengusir Al
limbah TKKS dan Abu Boiler
sehingga pH tanah akan meningkat
menunjukkan terdapat interaksi kombinasi
Panjaitan dkk, (2003 dalam Ramadhani
perlakuan TKKS dan Abu boiler yang
2015). Penambahan asam-asam organik
disajikan pada Tabel 3.
oleh TKKS dan senyawa MgO dan CaO
Tabel 3. Rata-rata pH H2O Tanah pada abu boiler akan bersinergi dalam
Ultisol dengan Pemberian mengikat dan mengusir Al yang berperan
TKKS dan Abu Boiler sebagai sumber kemasaman tanah, sehingga
TKKS/ABU A0 A1 A2 pH tanah akan meningkat.
T0 4.9f 5.4d 5.7ab Hasil analisis ragam terhadap
T1 5.2e 5.4cd 5.7a parameter pH KCl dengan penambahan
T2 5.4d 5.5bc 5.8a limbah TKKS dan Abu Boiler
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf menunjukkan tidak terdapat interaksi pada
yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT kombinasi perlakuan TKKS dan Abu boiler,
pada taraf 5% namun berpengaruh nyata pada faktor
perlakuan faktor tunggal TKKS dan Abu
Data Tabel 3 menunjukkan bahwa Boiler yang disajikan pada Tabel 4.
TKKS bersinergi dengan abu boiler untuk Data Tabel 4 menunjukkan bahwa
meningkatkan pH H2O tanah. Hal ini faktor perlakuan faktor tunggal TKKS dan
terbukti dari semakin tinggi dosis TKKS abu boiler memberikan pengaruh nyata
dan Abu boiler yang diberikan akan terhadap parameter pH KCl, pada rata-rata
meningkatkan pH H2O seperti pada rata- TKKS perlakuan T2 (40 ton.ha-1)
rata kombinasi perlakuan T1A2 dengan pH menunjukkan perlakuan yang terbaik
5,7 dan T2A2 dengan pH 5,8. Hal ini dengan rata-rata pH KCl 4,7 dan berbeda
nyata dengan perlakuan T1 (20 ton.ha-1)

39
Pertiwi, D., dkk Kajian Perubahan Jerapan dan Ketersediaan P….

dengan rata-rata 4,6 dan T0 (0 ton.ha-1) Tabel 5. Rata-rata ∆pH Tanah Ultisol
dengan rata-rata 4,5. Pada rata-rata abu dengan Pemberian TKKS
boiler perlakuan A2 (23,2 ton.ha-1) dan Abu Boiler
menunjukkan hal yang serupa dengan rata- TKKS A0 A1 A2
rata pH KCl 5,0 dan berbeda nyata dengan /ABU
perlakuan A1 (11,6 ton.ha-1) dengan rata- T0 0.8de 0.9bcd 0.8cde
rata 4,6 dan A0 (0 ton.ha-1) dengan rata-rata T1 1.0ab 0.9bc 0.7e
4,2. pH KCl semakin meningkat seiring T2 1.1a 0.9bcd 0.7e
dengan penambahan dosis perlakuan TKKS Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf
yang sama menunjukkan tidak
dan abu boiler.
berbeda nyata menurut uji DMRT
pada taraf 5%
Tabel 4. Rata-rata pH KCl Tanah Ultisol
dengan Pemberian TKKS dan Hal ini menunjukkan kombinasi
Abu Boiler perlakuan tandan kosong kelapa sawit
TKKS A0 A1 A2 Rata-rata
/ABU (TKKS) dan abu boiler dapat menurunkan
T0 4.1 4.5 4.9 4.5c ΔpH. ΔpH bermuatan positif menandakan
T1 4.2 4.5 5.0 4.6b dominasi koloid tanah yang bermuatan
T2 4.3 4.7 5.1 4.7a
Rata-rata 4.2c 4.6b 5.0a negatif dan banyak mengandung ion-ion
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf positif (Tan, 1995). Penurunan ∆pH
yang sama menunjukkan tidak menunjukkan terjadi peningkatan muatan
berbeda nyata menurut uji DMRT positif di dalam larutan tanah atau
pada taraf 5%
penurunan muatan negatif pada koloid
tanah. Hal ini diduga karena sumbangan
Data yang diperoleh dari analisis basa-basa yang dapat dipertukarkan dari
parameter pH H2O dan pH KCl, maka dapat TKKS dan abu boiler seperti Ca dan Mg
dihitung ΔpH. Selisih antara pH H2O dan dapat terjerap di Lapisan Stern Ganda Baur
pH KCl adalah ΔpH. Hasil analisis ragam (Diffusi Double Layer) permukaan koloid
terhadap parameter ΔpH dengan tanah ultisol. Ali dan Supardi (1999 dalam
penambahan limbah TKKS dan Abu Boiler Damanik 2001) menyatakan bahwa
menunjukkan terdapat interaksi antara penjerapan Ca2+ pada lapisan stern
kombinasi perlakuan TKKS dan Abu boiler menyebabkan perubahan muatan pada
yang disajikan pada Tabel 5. tanah dan meningkatkan muatan titik nol
Data Tabel 5 menunjukkan bahwa (pHo) tanah.
faktor kombinasi perlakuan TKKS dan Abu
boiler dapat meningkatkan ΔpH namun 3. Perubahan Parameter Al-dd
kembali menurunkan parameter ΔpH Hasil analisis ragam terhadap
apabila dosis limbah ditingkatkan, dimana parameter Al-dd dengan penambahan
TKKS bersinergi dengan abu boiler untuk limbah TKKS dan Abu Boiler
menurunkan ΔpH tanah. Hal ini terbukti menunjukkan terdapat interaksi antara
dari semakin tinggi dosis TKKS dan abu kombinasi perlakuan TKKS dan abu boiler
boiler yang diberikan akan menurunkan yang disajikan pada Tabel 6.
ΔpH seperti pada rata-rata kombinasi Data Tabel 6 menunjukkan bahwa
perlakuan T1A2 dengan rata-rata ΔpH 0,7 perlakuan TKKS bersinergi dengan Abu
dan T2A2 dengan rata-rata ΔpH 0,7 yang boiler untuk menurunkan parameter Al-dd.
tidak berbeda nyata dengan kombinasi Hal ini terbukti pada rata-rata kombinasi
perlakuan T0A2 dengan rata-rata 0,8 dan kontrol T0A0 tidak berbeda nyata dengan
kombinasi perlakuan kontrol T0A0 dengan T1A0 dengan rata-rata Al-dd masing-
rata-rata 0,8. masing 1,15 me/100g dan 0,89 me/100g,
seiring dengan penambahan dosis
kombinasi perlakuan akan menurunkan Al-
dd seperti pada kombinasi perlakuan T2A0
dengan rata-rata 0,57 me/100g, T0A1

40
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 18 No. 1 Maret 2017 : 36 - 45 ISSN :1411 - 6782

dengan rata-rata 0,25 me/100g, hingga ton.ha-1) dan A0 (0 ton.ha-1) dengan


penambahan dosis tertinggi yaitu T2A2 masing-masing P-Tersedia 39,1 ppm dan
dengan rata-rata 0,24 me/100g. Al-dd 20,7 ppm.
menurun seiring dengan penambahan dosis
limbah yang diberikan. Tabel 7. Rata-rata P-tersedia (ppm)
Tanah Ultisol dengan
Tabel 6. Rata-rata Al-dd (me/100 g) Pemberian TKKS dan Abu
Tanah Ultisol dengan Boiler
Pemberian TKKS dan Abu TKKS A0 A1 A2 Rata-rata
/ABU
Boiler T0 23.0 46.3 64.2 44.5
TKKS A0 A1 A2 T1 18.0 36.3 51.4 35.2
/ABU T2 21.2 34.7 46.6 34.2
T0 1.15a 0.25c 0.10c Rata-rata 20.7c 39.1b 54.1a
T1 0.89a 0.22c 0.20c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh
huruf yang sama menunjukkan
T2 0.57b 0.20c 0.24c tidak berbeda nyata menurut uji
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf DMRT pada taraf 5%
yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT
pada taraf 5% P-Tersedia semakin rendah seiring
dengan pengurangan dosis perlakuan abu
Al-dd menurun seiring dengan boiler. Hal ini disebabkan karena
penambahan kombinasi perlakuan tandan dipengaruhi oleh pH dan Al-dd. Seiring
kosong kelapa sawit (TKKS) dan abu boiler. dengan peningkatan pH, kandungan Al-P
Hal ini diduga karena TKKS dan abu boiler dapat terlepas dan menjadi bentuk yang
memiliki kandungan kation-kation basa dan tersedia bagi tanah (Sutanto, 2005 dalam
pH alkalis yang ditampilkan pada Tabel 2. Ramadhani dkk, 2015). Selain itu,
Yuan (2011) melaporkan bahwa komponen berdasarkan kandungan P-Total yang
kation basa yang terkandung akan terlepas disajikan pada Tabel 2, abu boiler jauh
ke larutan tanah dan menurunkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kemasaman tanah sehingga akan TKKS yaitu 6.495,44 : 125. Oleh karena itu,
meningkatkan pH. Peningkatan pH tanah abu boiler lebih memberikan sumbangan P-
juga mempercepat hidrolisis Al-dd dan Tersedia bagi tanah ultisol.
membantu Al3+ berubah menjadi Al-OH
dan terpresipitasi dari Al-hidroksida. Al-dd 5. Perubahan Parameter Jerapan P
adalah spesies aktif dari Al tanah dan a. Persamaan Langmuir
penurunan Al-dd tanah akan mengurangi Hubungan antara P di dalam larutan
keracunan Al pada tanah masam. kesetimbangan (equilibrum solution) dan
yang terjerap dari bahan tanah ultisol yang
4. Perubahan Parameter P-Tersedia diberi limbah tandan kosong kelapa sawit
Hasil analisis ragam terhadap dan abu boiler diplotkan mengikuti
parameter P-Tersedia dengan penambahan persamaan Langmuir. Dari persamaan
limbah TKKS dan Abu Boiler Langmuir diperoleh Koefisien Bonding
menunjukkan tidak terdapat interaksi antara Energi/Koefisien Energi Ikatan dan Jerapan
kombinasi perlakuan TKKS dan abu boiler, Maksimal. Hasil analisis ragam terhadap
namun berpengaruh nyata pada faktor parameter Koefisien Energi Ikatan pada
perlakuan abu boiler yang disajikan pada tanah ultisol dengan penambahan limbah
Tabel 7. TKKS dan Abu Boiler menunjukkan tidak
Data Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat interaksi pada kombinasi perlakuan
faktor perlakuan abu boiler memberikan TKKS dan abu boiler, namun berbeda nyata
pengaruh nyata terhadap parameter P- pada perlakuan faktor tunggal TKKS dan
Tersedia, pada dosis tertinggi A2 (23,2 Abu boiler yang disajikan pada Tabel 8.
ton.ha-1), abu boiler mampu menaikkan P-
Tersedia dengan rata-rata 54,1 ppm jika
dibandingkan dengan perlakuan A1 (11,6

41
Pertiwi, D., dkk Kajian Perubahan Jerapan dan Ketersediaan P….

Tabel 8. Rata-rata Koefisien Energi


Ikatan (mL.µgP-1) Tanah Ultisol
dengan Pemberian TKKS dan
Abu Boiler
TKKS A0 A1 A2 Rata-rata
/ABU Hasil analisis ragam terhadap
T0 0.107 0.635 0.842 0.528a parameter Jerapan P Maksimal pada tanah
T1 0.079 0.093 0.150 0.107b ultisol dengan penambahan limbah TKKS
T2 0.179 0.837 0.485 0.501a
Rata-rata 0.122b 0.521a 0.439a dan Abu Boiler menunjukkan tidak terdapat
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf interaksi antara kombinasi perlakuan TKKS
yang sama menunjukkan tidak dan abu boiler, namun berpengaruh nyata
berbeda nyata menurut uji DMRT pada perlakuan faktor tunggal TKKS yang
pada taraf 5%
disajikan pada Tabel 9.
Data Tabel 8 menunjukkan bahwa Tabel 9. Rata-rata Jerapan P Maksimal
penambahan faktor perlakuan TKKS (mL.µgP.g-1) Tanah Ultisol
berpengaruh terhadap koefisien energi dengan Pemberian TKKS dan
ikatan, dimana pada perlakuan T1 (20 Abu Boiler
ton.ha-1) mampu menurunkan koefisen TKKS A0 A1 A2 Rata-rata
energi ikatan yaitu 0,107 mL.µgP-1 jika /ABU
T0 0.0019 0.0015 0.0014 0.0016b
dibandingkan dengan perlakuan kontrol T0 T1 0.0019 0.0020 0.0019 0.0019a
(0 ton.ha-1) yaitu 0,521 mL.µgP-1. Namun T2 0.0018 0.0013 0.0017 0.0016b
koefisien energi ikatan kembali mengalami Rata-rata 0.0019 0.0016 0.0017
peningkatan ketika dosis perlakuan Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf
yang sama menunjukkan tidak
ditingkatkan menjadi T2 (40 ton.ha-1) yaitu berbeda nyata menurut uji DMRT
0,501 mL.µgP-1. Sedangkan pada faktor pada taraf 5%
perlakuan abu boiler menunjukkan
pemberian abu boiler akan meningkatkan Data Tabel 9. menunjukkan bahwa
koefisien energi ikatan. Hal ini terbukti penambahan perlakuan TKKS berpengaruh
pada perlakuan kontrol A0 (0 ton.ha-1) nyata terhadap jerapan P maksimal. Hal ini
koefisien energi ikatan lebih rendah yaitu terbukti pada dosis T1 (20 ton.ha-1)
0,122 mL.µgP-1 jika dibandingkan dengan meningkatkan jerapan P maksimal yaitu
perlakuan A1 (11,6 ton.ha-1) dan A2 (23,2 0,0019 µgP.g-1jika dibandingkan dengan
ton.ha-1) dengan nilai masing-masing 0,521 perlakuan kontrol T0 (0 ton.ha-1), namun
mL.µgP-1 dan 0,493 mL.µgP-1. Hal ini perlakuan TKKS juga dapat menurunkan
menandakan penambahan TKKS dan abu kembali jerapan P maksimal apabila dosis
boiler menaikkan kekuatan energi ikatan. ditingkatakan yaitu pada perlakuan T2 (40
Semakin tinggi energi ikatan, semakin kuat ton.ha-1) yaitu 0,0016 µgP.g-1.
pula P dijerap. Peningkatan jerapan p maksimal
Peningkatan koefisien energi ikatan pada perlakuan T1 diduga karena terjadinya
diduga karena terjadinya peningkatan peningkatan Muatan Titik Nol (pHo) akibat
Muatan Titik Nol (pHo) akibat rusaknya rusaknya lapisan Ganda Baur dengan
lapisan Ganda Baur dengan adanya adanya sumbangan kation-kation basa Ca
sumbangan kation-kation basa Ca dan Mg dan Mg dari TKKS. Appel dkk, (2002
dari TKKS dan abu boiler. Appel dkk, dalam Hartati dkk, 2013) menyatakan
(2002 dalam Hartati dkk, 2013) bahwa apabila pH tanah di bawah pHo,
menyatakan bahwa apabila pH tanah di maka menandakan tanah bermuatan positif
bawah pHo, maka menandakan tanah dan mempunyai kemampuan mengikat
bermuatan positif dan mempunyai anion (secara elektrostatik).
kemampuan mengikat anion (secara
elektrostatik). Pengikatan anion fosfat b. Persamaan Freundlich
diduga terjadi dengan mekanisme jembatan Dari persamaan Freundlich
kation (Tan, 1995) yang dapat digambarkan diperoleh data tapak jerapan dan konstanta
pada Persamaan 5 berikut. bonding energi/konstanta energi ikatan.

42
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 18 No. 1 Maret 2017 : 36 - 45 ISSN :1411 - 6782

Berdasarkan hasil analisis ragam terhadap Hasil analisis ragam terhadap


parameter Tapak Jerapan pada tanah ultisol parameter Konstanta Bonding energi/energi
dengan penambahan limbah TKKS dan ikatan pada tanah ultisol dengan
Abu Boiler menunjukkan tidak terdapat penambahan limbah TKKS dan Abu Boiler
interaksi antara kombinasi perlakuan TKKS menunjukkan tidak adanya interaksi
dan abu boiler, namun berpengaruh nyata kombinasi perlakuan TKKS dan abu boiler,
pada perlakuan faktor tunggal Abu Boiler dan tidak berpengaruh nyata pada faktor
yang disajikan pada Tabel 10. perlakuan TKKS dan faktor perlakuan Abu
boiler. Hal ini menandakan kekuatan energi
Tabel 9. Rata-rata Tapak Jerapan Tanah ikatan hampir sama besar pada setiap
Ultisol dengan Pemberian TKKS perlakuan.
dan Abu Boiler
TKKS A0 A1 A2 Rata-rata KESIMPULAN DAN SARAN
/ABU
T0 843.72 444.44 386.22 558.13 Kesimpulan
T1 961.52 611.07 507.23 693.27 Berdasarkan penelitian ini dapat
T2 720.55 566.95 433.74 573.75
Rata-rata 841.93a 540.95b 442.39b
disimpulkan bahwa kombinasi perlakuan
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf TKKS dan abu boiler pada tanah ultisol
yang sama menunjukkan tidak meningkatkan pH H2O, meningkatkan ∆pH
berbeda nyata menurut uji DMRT dan menurunkan ∆pH ketika dosis
pada taraf 5%
ditingkatkan, dan menurunkan Al-dd.
Sedangkan perlakuan faktor tunggal TKKS
Data Tabel 10 menunjukkan bahwa dan abu boiler meningkatkan pH KCl.
faktor perlakuan abu boiler dapat Perlakuan faktor tunggal abu boiler
menurunkan jumlah tapak jerapan di tanah meningkatkan P-Tersedia dengan dosis
ultisol. Hal tersebut terbukti pada perlakuan terbaik yaitu perlakuan A2(23,2 ton.ha-1),
A1 (11,6 ton.ha-1) dan A2 (23,2 ton.ha-1) juga meningkatkan koefisien energi ikatan
dengan masing-masing tapak jerapan yaitu dan menurunkan Tapak Jerapan yaitu
540,82 dan 422,39 lebih rendah jika perlakuan A1(11,6 ton.ha-1) dan A2(23,2
dibandingkan dengan perlakuan kontrol A0 ton.ha-1), sedangkan perlakuan faktor
(0 ton.ha-1) yaitu 841,93. Semakin rendah tunggal TKKS meningkatkan Jerapan P
tapak jerapan menunjukkan menurunnya maksimal yaitu perlakuan T1(20 ton.ha-1),
koloid tanah yang mengikat P. Hal ini namun menurunkan Jerapan P maksimal
diduga karena abu boiler memiliki yaitu perlakuan T2(40 ton.ha-1).
kandungan dan pH alkalis (Tabel 2). Abu
boiler dapat meningkatkan pH tanah karena Saran
abu boiler mengalami pembakaran di dalam Berdasarkan penelitian ini, dapat
insenerator dan sisa pembakaran disarankan bahwa perlu penelitian lanjutan
menghasilkan basa-basa kation dalam dengan dosis lebih rendah (1/2 dosis
jumlah besar seperti Ca, Mg, K, Na dan anjuran), dengan rentang inkubasi lebih
senyawa tersebut banyak menyumbangkan lama, pengaruhnya terhadap karakteristik
ion OH- dan dapat mengusir Al yang muatan di tanah ultisol, dan penelitian
berperan sebagai bahan penjerap/tapak dengan menggunakan limbah pabrik kelapa
jerapan (Panjaitan dkk, 2003 dalam sawit yang lain juga diaplikasikan ke tanah
Ramadhani dkk, 2015). Rizou (2001; histosol (gambut) serta perlu analisis
Brouwers dan Van Eijk, 2003 dalam mengenai faktor parameter tanah lain
Hermawan, 2013) menyatakan bahwa berkaitan langsung dengan erapan P.
muatan negatif yang dihasilkan dari reaksi
hidrolisis senyawa-senyawa oksida serta UCAPAN TERIMA KASIH
senyawa Ca dan Mg silikat pada abu dapat
menetralisir muatan positif pada permukaan Terima kasih kepada pihak
koloid tanah sehingga jumlah tapak jerapan BPDPKS (Badan Pengelola Dana
menurun. Perusahaan Kelapa Sawit) yang telah
memberikan kesempatan dan dana untuk

43
Pertiwi, D., dkk Kajian Perubahan Jerapan dan Ketersediaan P….

penelitian ini sekaligus lomba Riset Sawit Harbianto, G., Armaini., dan Idwar. 2015.
dan juga pihak PT. Windu Nabatindo Pengaruh Kompos TKKS dan Abu
Lestari BGA yang membantu menyediakan Boiler Kelapa Sawit Terhadap
tanah dan limbah untuk keperluan Pertumbuhan dan Produksi
penelitian. Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalpnicum L.). JOM Faperta
DAFTAR PUSTAKA Vol.2 No.2 : 1-14.
Hardjowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu Tanah.
Alfian, Dian Fikri., Nelvia dan Yetti, Husna.
Akademika Pressindo: Jakarta.
2015. Pengaruh Pemberian Pupuk
Hartati, Sri., Minardi, Slamet dan Ariyanto,
Kalium dan Campuran Kompos
Dwi Priya. 2013. Muatan Titik Nol
Tandan Kosong Kelapa Sawit
Berbagai Bahan Organik,
dengan Abu Boiler Terhadap
Pengaruhnya Terhadap Kapasitas
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Tukar Kation di Lahan
Bawang Merah (Allium
Terdegradasi. Jurnal Ilmu Kimia
asacalonicum L.) Jurnal
dan Agroteknologi Vol. 10 (1) : 27-
Agroteknologi, Vol. 5. No. 2 : 1-6.
37.
Damanik, Z. 2001. Pengaruh Zeolit Alam
Hermawan, Agus., Sabaruddin., Marsi.,
yang Diaktivasi Dengan Campuran
Hayati, Renih dan Warsito. 2013.
Garam Kalium, Kalsium dan
Modifikasi Titik Muatan Nol Tanah
Magnesium terhadap Beberapa
Bermuatan Terubahkan Melalui
Sifat Kimia Tanah Ultisol Krumput.
Pemberian Campuran Abu Terbang
Skripsi Universitas Jenderal
Batu Bara –Kotoran Ayam. Jurnal
Soedirman: Purwokerto.
Agrista. Vol. 17. No. 3 (93-103).
Damanik, Z. 2012. Kajian Karakteristik
Hidayat, A. dan Mulyani, A. 2005. Lahan
Jerapan Fosfat Tanah Gambut
Kering Untuk Pertanian. Dalam
yang Ditambah Kompos Purun
Adimiharja, A. dan Mappaona
Tikus (Eleocharis dulcis) dan
(Edp.) : Teknologi Pengelolaan
Pertumbuhan Tanaman Jagung.
Lahan Kering Menuju Pertanian
(Suwarto., Hariyadi, Purwiyatno.,
Produktif dan Ramah Lingkungan.
dan Rochdianto, syaiful). Prosiding
Pusat Penelitian dan
Seminar Nasional “Peran Pertanian
Pengembangan Tanah dan
dalam Menunjang Ketahanan
Agroklimat, Badan Penelitian dan
Pangan dan Energi untuk
Pengembangan Pertanian,
Memperkuat Ekonomi Nasional
Departemen Pertanian: Bogor.
Berbasis Sumber Daya Lokal”. Hal:
Irawan, Ahmad., Jufri, Yadi dan Zuraida.
226-232.
2016. Pengaruh Pemberian Bahan
Elia, Irma., Mukhlis, dan Razali. 2015.
Organik Terhadap PerubahanSifat
Kajian Pemanfaatan Konsentrat
Kimia Andosol, Pertumbuhan dan
Limbah Cair dan Abu boiler Pabrik
Produksi Gandum (Triticum
Kelapa Sawit sebagai Sumber
easticum L.). Jurnal Kawista 1(1):1-
Unsur Hara tanah Ultisol. Jurnal
9.
Agroteknologi. Vol. 3. No. 4 :
Mahajoeno, E.; Lay, B. W.; Sutjahjo, S.H.;
1525-1530.
Siswanto. 2008. Potensi Limbah
Fox, R. L. dan E. J. Kamprath. 1970.
Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit
Phosphate Sorption Isoterms for
untuk Produksi Biogas. Institut
Evaluating the Phosphate
Pertanian Bogor: Bogor.
Requirement of Soils. Dalam Eviati
Paiman, A., dan Armando, G. 2010. Potensi
dan Sulaeman. (Edp.) 2009.
Fisk dan Kimia Lahan Marjinal
Petunjuk Teknis Edisi 2 Analisis
untuk Pengembangan Pengusahaan
Kimia Tanah, Tanaman, Air dan
tanaman Melinjo dan Karet di
Pupuk. Balai Penelitian Tanah :
Provinsi Jambi. Akta Agrosia
Bogor.
Vol.13 No.1 : 89-97.

44
Jurnal AGRI PEAT, Vol. 18 No. 1 Maret 2017 : 36 - 45 ISSN :1411 - 6782

Prasetyo, B.H dan Suriadikarta, D.A. 2006. Subardja, S. D., Ritung, S., Anda, M.,
Karakteristik, Potensi, dan Sukarman., Suyarni, E., dan
Teknologi Pengelolaan Tanah Subandiono, R. E. 2014. Petunjuk
Ultisol untuk Pengembangan Teknis Klasifikasi Tanah Nasional.
Pertanian Lahan Kering di Badan Penelitian dan
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Pengembangan Pertanian
Vol. 25.No.2. : 39-48. Kementerian Pertanian: Bogor.
Ramadhani, F., Aryanti, E., dan Saragih, R. Sunardi., Irawati, Utami., dan Wianto,
2015. Pemanfaatan Beberapa Jenis Totok. 2011. Karakterisasi Kaolin
dan Dosis Limbah Kelapa Sawit Lokal Kalimantan Selatan Hasil
(Elaeis guinensis Jacq) Terhadap Kalsinasi. Jurnal Fisika FLUX, Vol.
Perubahan pH, N, P, K Tanah 8. No. 1 (59-65).
Podsolik Merah Kuning (PMK). Sutedjo, Mul Mulyani dan Kartasapoetra, A.
Jurnal Agroteknologi, Vol. 6. No.1: G. 1991. Pengantar Ilmu Tanah.
9-16. Rineka Cipta. Jakarta.
Soil Survey Staff, 2014. Keys to Soil Tan, K.H. 1995. Dasar-dasar Kimia Tanah
Taxonomy. Natural Resources (Terjemahan) Edisi Keempat.
Conservation Service, USDA: Universitas Gajah Mada Press.
United States. Jogjakarta.
Subagyo, H., Suharta, N., dan Siswanto, Yuan, H. 2011. The Amelioration Effects of
A.B. 2004. Tanah–Tanah Low Temperature Biochar
Pertanian Indonesia dalam Generated From Nine Crop
Sumberdaya Lahan di Indonesia Residues on an Acidic Ultisol. Soil
dan Pengelolaannya. Pusat Use Management 27 : 110-115.
Penelitian Tanah dan Agroklimat :
58.

45

View publication stats

You might also like