Professional Documents
Culture Documents
Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada Pt. Iglas (Persero)
Peranan Analisis Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada Pt. Iglas (Persero)
5 (2013)
1
ABSTRACT
Cost quality analysis on costs production statement can have the role in measuring and analyzing incurred cost
quality therefore planning and improving of product quality can be made. The purpose of this study is to
determine that analysis of quality cost can be used to help increasing the control of quality cost, so it can create
efficiency in production cost. This research is using descriptive qualitative approach. The research subject is PT.
Iglas (Persero) which is in glass packaging industry business, with bottles as its products. PT. Iglas (Persero)
which has been certified by ISO 9001:2008 has already had the quality control department. However, until today
the company has not prepared especially the statement of quality cost yet. The result of analysis shows that PT.
Iglas (Persero) is very strict in performing inspection and supervision to its product in accordance with the
quality standard which has been set before they are delivered to customers. The effort of cost control and the
quality improvement by minimizing less valuable activities and optimizing more valuable added activities and to
be able to create efficiency at quality cost which will improve efficiency of production cost.
Keywords: Quality Cost, Efficiency, Production Cost, and Quality Control .
ABSTRAK
Analisis biaya kualitas pada laporan biaya produksi dapat berperan dalam mengukur dan
menganalisis biaya kualitas yang telah terjadi sehingga dapat dibuat perencanaan dan perbaikan
kualitas produk yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa analisis biaya
kualitas dapat digunakan untuk membantu meningkatkan pengendalian kualitas sehingga dapat
tercipta efisiensi biaya produksi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subyek
penelitian ini adalah PT. Iglas (Persero) yang bergerak dalam bisnis glass packaging industry, dengan
produknya botol-botol. PT. Iglas (Persero) telah bersertifikat ISO 9001:2008 sudah memiliki bagian
pengendalian kualitas (quality control). Namun sampai saat ini perusahaan belum melaksanakan
pembuatan laporan biaya kualitas secara khusus. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa PT. Iglas
(Persero) sangat ketat dalam melakukan inspeksi atau pengawasan terhadap produknya agar sesuai
dengan standart kualitas yang telah ditetapkan sebelum ke tangan pelanggan. Upaya pengendalian
biaya dan perbaikan kualitas dengan meminimalisir aktivitas-aktivitas yang kurang bernilai tambah
dan mengoptimalkan aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah dinilai cukup baik dan mampu
menciptakan efisiensi pada biaya kualitas yang mana akan meningkatkan efsiensi biaya produksi.
Kata kunci: biaya kualitas, efisiensi, biaya produksi dan pengendalian kualitas.
PENDAHULUAN
Setiap usaha dalam persaingan semakin dituntut untuk dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan keunggulan yang dimilikinya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain di dalam industri yang sejenis. Salah satu cara agar bisa tetap bertahan di
pasaran dan menjalankan kegiatan operasi secara kontinyu, adalah dengan meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan. Terutama pada masa sekarang ini, sebagian besar
perhatian konsumen sudah beralih pada barang yang berkualitas baik namun dengan harga
yang terjangkau.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
2
Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian suatu produk dengan
pemakaiannya, dalam arti sempit kualitas diartikan sebagai tingkat kesesuaian produk
dengan standar yang telah ditetapkan (Alisjahbana, 2005). Jadi kualitas yang baik akan
dihasilkan dari proses yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan
berdasarkan kebutuhan pasar.
Perhatian penuh terhadap kualitas akan memberikan dampak yang positif kepada
perusahaan, salah satunya adalah dampak pada biaya produksi (Gaspersz, 2005). Dampak
terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang memiliki derajat
konfirmasi yang tinggi terhadap standar-standar sehingga bebas dari tingkat kerusakan. Hal
ini berarti menghindarkan terjadinya pemborosan dan tercipta suatu efisiensi biaya
produksi. Sehingga dapat memenuhi tuntutan konsumen akan produk yang berkualitas
dengan harga yang kompetitif.
Suatu kegagalan dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi akan
menimbulkan biaya produksi yang tinggi karena mendorong perusahaan untuk
meningkatkan kualitas atas produknya. Banyak perusahaan yang menyadari bahwa strategi
yang dipicu oleh peningkatkan kualitas dapat mengarahkan pada keunggulan pasar yang
siginfikan dan memberikan kesejahteraan jangka panjang. Dan perusahaan yang cenderung
memilih untuk bersaing melalui harga yang rendah bukan bearti memiliki kualitas produk
yang rendah. Harga rendah tetap harus memenuhi harapan pelanggan.
Berdasarkan latar belakang dan ketertarikan penulis untuk mengetahui produk
berkualitas dengan harga terjangkau maka penulis termotivasi untuk mengangkat masalah:
“Bagaimana analisis biaya kualitas berperan dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi
?”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa analisis biaya kualitas dapat
digunakan untuk membantu meningkatkan pengendalian biaya kualitas sehingga dapat
tercipta efisiensi biaya produksi. Penelitian ini mereplikasi jurnal milik Darmadi dan
Martusa (2007) dengan harapan lebih baik dan lebih konsisten dengan objek dan sistem
perhitungan yang berbeda.
kerusakan kualitas produk yang dihasilkan, biaya ini meliputi: (a) biaya pengendalian mutu;
(b) biaya perencanaan mutu; (c) biaya pemeliharaan peralatan; (d) biaya penjaminan
pemasok; (e) biaya sistem informasi; (f) desain ulang produk dan perbaikan proses; (g)
Perkumpulan mutu.
Kedua, biaya penilaian/deteksi (appraisal/detection cost) merupakan biaya yang terjadi
dalam pengukuran dan analisis data untuk memastikan apakah produk dan jasa telah sesuai
dengan spesifikasinya. Tujuan utama dari pengukuran, analisis dan pengawasan proses
produksi serta pengujian produk dan jasa sebelum pengiriman adalah untuk memastikan
bahwa semua unit melebihi atau sesuai dengan persyaratan yang diminta pelanggan.
Pengeluaran atas biaya ini tidak menurunkan kesalahan atau mencegah cacat produksi
ulang. Aktivitas ini hanya mendeteksi unit-unit produk cacat yang sebelum dikirimkan ke
pelanggan. Biaya penilaian meliputi: (a) biaya pengujian dan inspeksi; (b) biaya perolehan
peralatan pengujian; (c) audit mutu, meliputi gaji dan upah semua orang yang terlibat dalam
proses penilaian mutu produksi; (d) pengujian laboratorium; (e) pengujian evaluasi
lapangan; (f) biaya informasi.
Ketiga, biaya kegagalan internal (internal failure costs) yaitu biaya yang terjadi akibat
kualitas buruk yang ditemukan melalui penilaian sebelum produk diserahkan ke pelanggan.
Beberapa biaya kegagalan internal adalah: (a) biaya tindakan perbaikan; (b) biaya pengerjaan
ulang dan bahan sisa produksi; (c) biaya proses; (d) biaya inspeksi ulang dan pengujian
ulang.
Keempat, biaya kegagalan eksternal (external failure costs) yaitu biaya yang dikeluarkan
untuk memperbaiki kerusakan mutu setelah produk atau jasa yang tidak dapat diterima
mencapai pelanggan, serta kehilangan peluang laba yang disebabkan oleh penyerahan
produk barang dan jasa yang tidak dapat diterima pelanggan. Biaya berikut merupakan
biaya kegagalan eksternal: (a) biaya perbaikan atau pergantian; (b) biaya untuk menangani
keluhan dan pengembalian atau retur dari pelanggan; (c) biaya penarikan kembali dan
pertanggungjawaban produk; (d) penjualan yang hilang karena produk tidak memuaskan;
(e) biaya untuk memperbaiki reputasi. Dari semua biaya-biaya kualitas, kategori biaya ini
dapat menjadi yang paling merugikan. Biaya kegagalan eksternal, seperti juga biaya
kegagalan internal, hilang jika tidak ada produk yang cacat.
biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan; (b) biaya kualitas dibandingkan dengan
harga pokok penjualan; (c) biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan atau laba
perusahaan.
Biaya Produksi
Pengertian biaya produksi menurut Hansen dan Mowen (2009) menyatakan bahwa
biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa,
sedangkan menurut yang dijelaskan oleh Garrison et al. (2009) bahwa pengertian biaya
produksi adalah: “Manufacturing costs divide into three broad categories: direct materials, direct
labor, and manufacturing overhead.”
Berdasarkan pengertian-pengertian biaya produksi yang telah dikemukakan di atas
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk membuat suatu barang atau jasa yang terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya tidak langsung yang biasa dikenal sebagai biaya overhead
pabrik.
kegiatan yang berkaitan dengan kualitas. Kegiatan-kegiatan kegagalan dan penilaian serta
biaya-biaya yang terkait tidak menghasilkan nilai tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan
pencegahan yang dilakukan secara efisien dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan bernilai
tambah dan harus dipertahankan. Walaupun begitu, pada awalnya kegiatan pencegahan
mungkin tidak dilakukan secara efisien, dan pengurangan kegiatan serta pemilihan kegiatan
(atau bahkan pembagian kegiatan) dapat digunakan untuk mencapai sasaran nilai tambah
yang diinginkan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian yang dijadikan acuan antara lain Himmatulina (2011) dengan
judul penelitian “Penyusunan Laporan Biaya Kualitas sebagai Alat Pengendalian Kualitas
produk Pada PT X.” Penelitian tersebut membahas mengenai masalah penyusunan laporan
biaya kualitas sebagai alat pengendalian kualitas produk. Persamaan dari penelitian ini
adalah perusahaan belum melaksakan perencanaan pembuatan laporan biaya kualitas .
Perbedaannya dengan penelitian tersebut adalah membahas analisis biaya kualitas yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
6
dikaitkan dengan penjualan aktual, sedangkan pada penelitian ini lebih menitik beratkan
analisis biaya kualitas yang dikaitkan dengan biaya produksi.
Penelitian lain dilakukan oleh Darmadi dan Martusa (2011) dengan judul penelitian
“Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi Pada PTP
Nusantara VIII Kebun Ciater”. Penelitian ini membahas mengenai peranan analisis biaya
kualitas guna meningkatkan efisiensi biaya. Persamaan penelitian ini adalah perusahaan
sudah memiliki bagian pengendalian kualitas (quality control). Perbedaannya dengan
penelitian ini adalah objek penelitiannya dan dasar perhitungannya menggunakan ABC.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi
kasus. Penelitian ini menggunakan data-data internal perusahaan yang berkaitan dengan
biaya kualitas yang terdapat pada laporan biaya produksi PT. Iglas (Persero) pada tahun
2012.
Satuan Kajian
Merupakan satuan terkecil objek penelitian yang diinginkan penelitian sebagai
klasifikasi pengumpulan data. Satuan kajian dalam penelitian ini adalah:
1. Biaya Kualitas
Menurut Horngren et al. (2003) biaya kualitas didefinisikan
“The cost of quality (COQ) refer to the costs incrurred to prevent, or costs arising as a result of,
producing a low-quality product. This costs focus on conformance quality and are incurred in all
business functions of the value chain”.
Berdasarkan definisi tersebut, yang termasuk biaya kualitas bukan hanya biaya-biaya
yang terjadi karena kualitas yang tidak baik yang tidak memenuhi standar/spesifikasi.
Tetapi juga mencakup biaya-biaya untuk mencegah timbulnya biaya karena kualitas yang
buruk. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang cermat agar semua biaya-biaya
tersebut dapat ditekan.
Biaya kualitas terhadap laporan biaya kualitas dan kinerja perusahaan dengan
menggunakan data-data internal perusahaan yang terkait dengan biaya kualitas yang
terdapat pada laporan biaya produksi perusahaan. Analisis biaya kualitas dengan
menggunakan analisis trend. Data untuk analisis trend ini berasal dari laporan biaya
kualitas bulanan dan transaksi-transaksi terperinci yang membentuknya. Dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
7
menggunakan analisis trend biaya kualitas akan dibandingkan dengan biaya produksi
yang terjadi pada PT. IGLAS (Persero).
2. Efisiensi Biaya Produksi
Efisiensi disini diartikan sebagai tolok ukur dalam membandingkan pemakaian
masukan yang direncanakan dengan pemakaian pemasukan yang sebenarnya
dilaksanakan. Konsep efisiensi mengandung arti penghematan. Dalam hal ini, untuk
menciptakan suatu efisienisi biaya produksi dengan menerapkan sistem kalkulasi biaya
berdasarkan aktivitas (activity-based costing = ABC). Hal ini bertujuan untuk melakukan
perbaikan yang berkesinambungan serta meningkatkan kualitas produk dengan cara
menghilangkan pemborosan yang terjadi dalam aktivitas yang tidak bernilai tambah
sehingga efisiensi biaya produksi dapat tercapai.
Menurut Hansen dan Mowen (2005) value added activity merupakan aktivitas yang
diperlukan agar dapat bertahan dalam bisnis. Jika aktivitas tersebut dihilangkan, sudah
pasti akan menurunkan kualitas produk yang akan berpengaruh terhadap konsumen
dalam jangka panjang. Sesuai dengan pendapat Supriyono (1999) aktivitas yang bernilai
tambah, yaitu: (1) aktivitas yang diperlukan (required activity), merupakan aktivitas yang
harus dilaksanakan dalam proses produksi di PT. IGLAS; (2) aktivitas diskrusioner
(discretionary activity), merupakan aktivitas kebijakan.
Menurut Hansen dan Mowen (2005), aktivitas tidak bernilai tambah adalah semua
aktivitas selain dari aktivitas yang penting dilakukan untuk bertahan dalam bisnis atau
aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat diperbaiki. Sesuai pendapat Kusnadi
(2000), beberapa macam aktivitas tidak bernilai tambah yang biasanya terdapat pada
industri: (1) penjadwalan; (2) pemindahan; (3) menunggu; (4) inspeksi; (5) penyimpanan.
Dengan menganalisis laporan biaya kualitas pada PT. IGLAS (Persero) peneliti dapat
melihat dan membandingkan biaya kualitas dengan biaya produksi. Sehingga dapat
mengurangi biaya kualitas secara optimum. Untuk lebih meningkatkan efisiensi biaya
produksi, perusahaan dapat melakukan identifikasi terhadap aktivitas-aktivitas
pengendalian biaya kualitas yang terdapat dalam laporan biaya kualitas. Idenfikasi ini
akan membantu untuk melihat aktivitas apa saja yang memberikan nilai tambah bagi
peningkatan kualitas, dan aktivitas apa saja yang kurang benilai tambah.
Tabel 1
Harga Pokok Barang Yang Diproduksi Tahun 2012
Uraian Semester I Semester II Jumlah
1. Pemakaian Bahan Baku
Persediaan Awal 1.969.354.055 1.947.328.033 3.916.682.088
Penerimaan
-Pembelian 19.986.554.104 19.898.453.716 39.885.007.820
-Beling Intern 4.979.699.784 4.993.679.784 9.973.379.568
Bahan Yang Tersedia 26.935.607.943 26.839.461.533 53.775.069.4756
Persediaan Akhir (1.947.328.033) (1.906.120) (1.949.234.153)
Pemakaian Bahan 24.988.279.910 26.837.555.413 51.825.835.323
Pemakaian Diluar Produksi
-Dipinjamkan 0,00 0,00 0,00
-Penelitian 0,00 0,00 0,00
-Penyesuaian 655.533.397 653.733.375 1.309.266.772
Pemakaian Bahan Baku 25.643.813.307 27.491.288.788 53.135.102.095
2. Pemakaian Cat Dekorasi 650.025.101 648.045.101 1.298.070.202
3. Biaya Tenaga Kerja 4.723.194.687 4.725.192.685 9.448.387.372
4. Biaya Overhead Pabrik 55.932.981.882 55.928.981.860 111.861.963.742
5. Biaya Mold 909.350.154 909.336.150 1.818.686.304
Total Biaya Produksi 87.859.365.131 89.702.844.584 177.562.209.715
7. Persediaan Awal BDP
-Seksi P.B.P.K 12.413.553 12.425.533 24.839.086
-Seksi Peleburan Bahan 355.218.899 346.830.927 702.049.826
Jumlah Persediaan Awal BDP 367.632.452 359.256.460 726.888.912
Total Biaya yang
Diperhitungkan 90.268.625.483 90.062.101.044 178.289.098.627
8. Persediaan Akhir BDP
-Seksi P.B.P.K 12.425.533 4.035.575 16.461.180
-Seksi Peleburan Bahan 346.830.927 211.339.743 558.170.670
-Jumlah Persediaan Akhir BDP (359.256.460) (215.375.318) (574.631.778)
Total Biaya yang Diperhitungkan 90.053.224.253 89.938.716.142 177.714.466.849
9. Nilai Beling Sortir 3.577.869.382 3.630.659.652 7.208.529.034
10. Nilai Beling Dekorasi 127.365.407 126.569.489 253.934.896
Total Biaya yang Diperhitungkan (3.705.234.789) (3.757.229.141) (7.462.463.930)
Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi 85.180.185.525 85.071.817.394 170.252.002.919
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Perhitungan Harga Pokok Yang Diproduksi, 2012
Identifikasi ini bertujuan agar kegiatan pengendalian kualitas dapat menjadi efektif.
Berdasarkan laporan harga pokok produksi PT. Iglas (Persero) tahun 2012, maka dapat
diidentifikasi elemen-elemen biaya kualitas. Yang pertama, biaya pencegahan yang termasuk
pada PT. Iglas (Persero) meliputi: (a) biaya pendidikan dan pelatihan, sebesar Rp. 1.818.457
yang mana untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam melaksanakan tugasnya
yang berkaitan dengan kualitas. Serta biaya perjalan dinas sebesar Rp. 118.572.082; (b) biaya
penelitian/pegembangan, sebesar Rp. 29.720.092 untuk perencanaan dan standarisasi
kualitas produk; (c) biaya pemeliharaan mesin dan peralatan, sebesar Rp. 627.260.336 untuk
melakukan perawatan mesin dan alat-alat produksi; (d) biaya pemeliharaan bangunan,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
9
sebesar Rp. 771.423.097 terdiri dari pemeliharaan bangunan, sparepart dan pemeliharaan
inventaris untuk melakukan perawatan pada dapur peleburan dan dapur dekorasi/labeling;
(e) audit kualitas, sebesar Rp. 27.151.600 terdiri dari biaya ISO dan seksi bagian P.B.P.K yang
mana untuk mengawasi, menilai, mengevaluasi serta menganalisa keadaan dan sistem
manajemen kualitas yang dilakukan oleh perusahaan.
Kedua, biaya pengendalian/deteksi yang termasuk pada PT. Iglas (Persero) meliputi:
(a) biaya inspeksi bahan baku, sebesar Rp. 658.399.960 yang terdiri dari biaya bahan baku
antar dan P.B.P.K yang mana untuk menguji dan memeriksa bahan baku yang baru datang
yang akan digunakan; (b) biaya inspeksi proses produksi, sebesar Rp. 710.437.784 yang
terdiri dari biaya peleburan yang mana untuk memeriksa proses produksi agar sesuai
dengan standart kualitas; (c) biaya pengujian barang jadi, sebesar Rp. 422.703.398
merupakan biaya yang digunakan untuk melakukan pengujian atas produk yang telah
setengah jadi atau botol yang belum dilabelling.
Ketiga, biaya kegagalan interna yang dapat teridentifikasi pada PT. Iglas (Persero)
adalah sebesar Rp. 7.462.463.930 terdiri dari nilai belling sortir dan beling dekorasi. Namun
botol yang mengalami kegagalan ini akan di jadikan beling reject untuk dijadikan bahan
baku kembali.
Keempat, biaya kegagalan eksternal yang dapat teridentifikasi pada PT. Iglas (Persero)
adalah sebesar Rp. 5.464.119.789 yang terdiri biaya pengganti resiko pecah, discount, claim,
retur. Yang mana biaya tersebut untuk menangani keluhan, penyelidikan dan
penggantian/negosiasi yang berkaitan dengan produk yang tidak memenuhi ekspektasi
pelanggan.
Tabel 2
Biaya Kualitas PT. Iglas (Persero) Tahun 2012
Keterangan Biaya Kualitas
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan 120.390.539
Penelitian dan Pengembangan 29.720.092
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan 627.260.336
Pemeliharaan Bangunan 771.423.100
Audit Mutu 27.151.600
Total Biaya Pencegahan 1.575.945.667
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku 658.399.960
Pemeriksaan Proses Produksi 710.437.784
Pengujian Barang Jadi 422.703.398
Total Biaya Pengendalian/Deteksi 1.791.541.142
Biaya Kegagalan Internal
Nilai Beling Sortir 7.208.529.034
Nilai Beling Dekorasi 253.934.896
Total Biaya Kegagalan Internal 7.462.463.930
Biaya Kegagalan Eksternal
Garansi 593.020.311
Discount 352.573.828
Claim/Retur 4.518.525.650
Total Biaya Kegagalan Eksternal 5.464.119.789
Total Biaya Kualitas 16.294.070.528
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Tabel 3
Perbandingan besar masing-masing biaya kualitas terhadap total biaya kaulitas
Keterangan Biaya Kualitas (Rp) Persentase (%)
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan 120.390.539 0,74
Penelitian dan Pengembangan 29.720.092 0,18
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan 627.260.336 3,85
Pemeliharan Bangunan 771.423.100 4,73
Audit Mutu 27.151.600 0,17
Total Biaya Pencegahan 1.575.945.667 9,67
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku 658.399.960 3,60
Pemeriksaan Proses Produksi 710.437.784 4,36
Pengujian Barang Jadi 422.703.398 2,59
Total Biaya Pengendalian/Deteksi 1.791.541.142 10,99
Biaya Kegagalan Internal:
Nilai Beling Sortir 7.208.529.034 44,24
Nilai Beling Dekorasi 253.934.896 1,56
Total Biaya Kegagalan Internal 7.462.463.930 45,80
Biaya Kegagalan Eksternal:
Garansi 593.020.311 3,64
Discount 352.573.828 2,16
Claim/Retur 4.518.525.650 27.73
Total Biaya Kegagalan Eksternal 5.464.119.789 33,53
Total Biaya Kualitas 16.294.070.528 100,00
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Peringkat kedua biaya kaulitas yang terjadi pada PT. Iglas (Persero) adalah kegagalan
eksternal yakni sebesar 33,53 %. Berdasarkan wawancara dengan bagian quality control
kegagalan ini terjadi biasanya ada dekorasi yang tidak sesuai namun jumlah sangat minim
hal ini tidak langsung retur namun akan terjadi negosiasi yang berujung pada pemberian
discount begitu juga dengan botol yang berjamur karena terlalu lama disimpan dalam
gudang. Apabila terjadi retur/claim maka bagian quality control PT. Iglas (Persero) segera
melakukan inspeksi pada pelanggan untuk melihat kondisi botolnya apakah memang harus
dilakukan retur. Sejauh ini PT. Iglas (Persero) sudah baik dalam hal customer satisfaction,
karena keluhan dan claim/retur mudah tersampai dan segera ditindak lanjuti dengan
perbaikan.
Yang ketiga dan keempat adalah biaya pengendalian/deteksi sebesar 10,99% dan
biaya pencegahan sebesar 9,67 % pada biaya kualitas PT. Iglas (Persero). Angka sebesar 20,66
% sangat tidak imbang bila dibandingkan dengan kegagalan yang terjadi. Meskipun telah
diadakan pelatihan dengan mendatangkan tentor ahli dibidang kemas botol juga dengan
pelatihan oleh senior. Begitu juga telah dilakukan inspeksi pada bahan baku yang masuk
oleh seksi P.B.P.K dan mendapat pengawasan terhadap jalannya proses produksi hingga
barang jadi. Dan selalu memelihara mesin dengan selalu mengganti sparepartnya namun
kegagalan internal tetap tak terhindarkan.
Berdasarkan analisis diatas maka PT. Iglas (Persero) perlu menambahkan biaya pada
pencegahan untuk mengetahui penyebab lebih lanjut pada kegagalan internal terutama pada
saat pencetakan botol oleh mesin. Dengan begitu biaya kegagalan internalpun dapat
berkurang.
kualitas yang terjadi pada biaya produksi perusahaan. Presentase biaya kualitas terhadap
biaya produksi dapat dilihat pada tabel 4 .
Dari perhitungan harga pokok pada tabel 1 dan perhitungan biaya kualitas pada tabel
2 yang telah disajikan pada tabel 4, selanjutnya dapat dianalisis lebih lanjut. Biaya produksi
tahun 2012 sebesar Rp.177.562.209.715. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa total biaya
kualitas sebesar 9,18 % dari biaya produksi. Hal ini menunjukkan cukup berpengaruh bagi
biaya produksi.
Dari semua biaya kualitas terhadap biaya produksi yang paling berpengaruh adalah
biaya kegagalan internal sebesar 4,20 %. karena proses produksi PT. Iglas (Persero), faktor
yang paling sering mengalami kegagalan adalah pencetakan yang dilakukan oleh mesin.
Maka sebaiknya lebih ditekankan untuk meneliti mesin dan mengembangkan pelatihan bagi
karyawan, agar dapat mengurangi cacat produksi.
Tabel 4
Persentase biaya kualitas terhadap biaya produksi 2012
Keterangan Jumlah (Rp) Persentase (%)
Biaya Produksi 177.562.209.715
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan 120.390.539 0,07
Penelitian dan Pengembangan 29.720.092 0,02
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan 627.260.336 0,35
Pemeliharan Bangunan 771.423.100 0,43
Audit Mutu 27.151.600 0,02
Total Biaya Pencegahan 1.575.945.667 0,89
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku 658.399.960 0,37
Pemeriksaan Proses Produksi 710.437.784 0,40
Pengujian Barang Jadi 422.703.398 0,24
Total Biaya Pengendalian/Deteksi 1.791.541.142 1,01
Biaya Kegagalan Internal:
Nilai Beling Sortir 7.208.529.034 4.06
Nilai Beling Dekorasi 253.934.896 0,14
Total Biaya Kegagalan Internal 7.462.463.930 4,20
Biaya Kegagalan Eksternal:
Garansi 593.020.311 0,33
Discount 352.573.828 0,20
Claim/Retur 4.518.525.650 2,54
Total Biaya Kegagalan Eksternal 5.464.119.789 3,08
Total Biaya Kualitas 16.294.070.528 9,18
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Jadi sebaiknya PT. Iglas (Persero) lebih menfokuskan kegiatan-kegiatan yang bersifat
pencegahan, misalnya biaya penelitian dan pengembangan dan biaya pemeliharaan mesin
dengan pemberian pelatihan kepada karyawan yang lebih lanjut mengenai kualitas. Begitu
juga untuk pemeliharaan mesin lebih ditekankan untuk menggunakan sperpat yang
berkualitas baik. Agar mesin tersebut dapat beroperasi dengan baik dan dapat bertahan
lama, sehingga tidak perlu perbaikan yang terus menerus dengan jangka waktu yang
pendek. Dengan begitu juga tidak mengganggu proses produksi, sehingga proses produksi
botol dapat berjalan lancar dan meminimalkan cacat cetak botol.
perhitungan biaya kualitas meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik. Jadi biaya kualitas berada pada komponen biaya produksi.
Untuk lebih meningkatkan efisiensi biaya produksi, perusahaan dapat melakukan
identifikasi terhadap aktivitas-aktivitas pengendalian biaya kualitas yang terdapat dalam
laporan biaya kualitas. Identifikasi ini dimaksudkan untuk melihat aktivitas apa saja yang
memberikan nilai tambah bagi peningkatan kualitas, dan aktivitas yang kurang/tidak
bernilai tambah. Aktivitas yang teridentifikasi pertama, perjalanan dinas, dimana sudah
dilakukan pendidikan dan pelatihan di PT. Iglas (Persero). Dengan demikian, perjalanan
dinas dilaksakan dua personel saja, yang kemudian disampaikan dan informasikan melalui
forum diskusi internal perusahaan. Maka pengeluaran biaya perjalanan dinas dapat
dikurangi, misalnya awalnya empat orang menjadi dua orang, bearti terjadi penghematan
50%. Biaya perjalanan dinas ini masuk pada biaya pendidikan dan pelatihan sebesar Rp.
118.572.082 menjadi Rp. 59.286.041.
Kedua, biaya pemeliharaan mesin dan peralatan. Perusahaan perlu mengkaji mesin-
mesin mana saja tidak dapat dioperasikan secara maksimal dan masih beroperasi maksimal,
dan menambah teknologinya agar lebih canggih atau mengperbaruhi tekhnologinya tanpa
harus mengganti mesin tersebut. Dengan begitu proses produksi atau mencetak botol akan
lebih efektif dan maksimal. Dan secara otomatis akan mengurangi cacat botol yang terjadi
dan pemeliharaannya pun bisa terminimalisir. Maka disini biaya untuk pemeliharaan mesin
dan peralatan diminimalisir sebanyak 20%. Jadi awalnya biaya pemeliharaan mesin dan
peralatan sebesar Rp. 627.260.336 menjadi Rp. 125.452.067.
Ketiga, biaya pengujian barang jadi. Perusahaan sudah melakukan aktivitas
pemeriksaan disetiap tahap produksi, mulai dari pemeriksaan bahan baku, pemeriksaan
proses produksi, dan pengujian barang jadi. Dengan adanya proses pemeriksaan bahan baku
secara laboratorium berarti perusahaan sudah mencegah terjadinya kegagalan pada aktivitas
proses produksi sejak dini. Dengan ketatnya pengendalian dari bahan baku dan proses
produksi maka aktivitas pengujian barang jadi dapat diminimalkan 50%. Jadi awalnya biaya
pengujian barang jadi Rp. 422.703.398 menjadi Rp. 211.351.699.
Dari data tersebut diharapkan tercipta nilai yang lebih efisiensi daripada sebelumnya
melakukan pengurangan terhadap aktivitas yang tidak/kurang bernilai tambah.
Tabel 5
Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah Diidentifikasi Kurang/Tidak Bernilai Tambah
No. Keterangan Sebelum Efisiensi Sesudah
1. Biaya Perjalanan Dinas 118.572.082 50% 59.286.041
2. Biaya Pemeliharaan Mesin dan
Peralatan 627.260.336 20% 125.452.067
3. Biaya Pengujian Barang 422.703.398 50% 211.351.699
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 (Diolah)
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
14
Tabel 6
Perhitungan Biaya Kualitas Sesudah Analisis Aktivitas Bernilai Tambah
Tahun 2012
Keterangan Jumlah (Rp) Persentase (%)
Biaya Produksi 177.562.209.715
Biaya Pencegahan:
Pendidikan dan Pelatihan 61.104.498 0,03
Penelitian dan Pengembangan 29.720.092 0,02
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan 125.452.067 0,07
Pemeliharan Bangunan 771.423.100 0,43
Audit Mutu 27.151.600 0,02
Total Biaya Pencegahan 1.014.851.357 0,57
Biaya Pengendalian/Deteksi:
Pemeriksaan Bahan Baku 658.399.960 0,37
Pemeriksaan Proses Produksi 710.437.784 0,40
Pengujian Barang Jadi 211.351.699 0,12
Total Biaya Pengendalian/Deteksi 1.580.189.443 0,89
Biaya Kegagalan Internal:
Nilai Beling Sortir 7.208.529.034 4,06
Nilai Beling Dekorasi 253.934.896 0,14
Total Biaya Kegagalan Internal 7.462.463.930 4,20
Biaya Kegagalan Eksternal:
Garansi 593.020.311 0,33
Discount 352.573.828 0,20
Claim/Retur 4.518.525.650 2,54
Total Biaya Kegagalan Eksternal 5.464.119.789 3,08
Total Biaya Kualitas 15.521.624.519 8,74
Sumber: PT. Iglas (Persero): Laporan Rekapitulasi Biaya, 2012 dan Laporan Harga Pokok Barang Yang
Diproduksi, 2012 (Diolah)
Dengan adanya perubahan ini maka dapat dilihat pengurangan biaya kualitas dengan
mengurangi aktivitas yang kurang/tidak bernilai tambah. Sehingga secara otomatis akan
meningkatkan efisiensi biaya produksi.
Tabel 7
Persentase Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi
Biaya Sesudah Efisiensi (Rp)
(Rp) (Rp)
Total Biaya Kualitas 16.294.070.528 15.521.624.519 772.446.009
Biaya Produksi 177.562.209.715 176.789.763.706 772.446.009
Persentase 9,18 % 8,78 % 0,4 %
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa besarnya biaya kualitas setelah dieliminasi
pada aktivitas yang kurang/tidak bernilai tambah jauh lebih rendah daripada sebelum
eliminasi. Hal ini tentu memberi manfaat bagi pengendalian biaya kualitas. Dapat dilihat
biaya kualitas turun sebesar 4,74 % atau sebesar Rp. 772.446.009 dan secara otomatis
mengurangi biaya produksi sebesar 0.4%. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya
produksi.
kegagalan yakni dengan cara lebih meningkatkan pada biaya pencegahan dan biaya
penilaian. Karena hal ini secara otomatis akan meningkatkan efektivitas pengendalian
kualitas PT. Iglas (Persero).
Berdasarkan analisis biaya kualitas yang dilakukan pada PT. Iglas (Persero) terlihat
bahwa biaya yang paling besar adalah biaya kegagalan internal. Hal ini disebabkan sering
terjadinya pada saat mencetak botol sering kali mengalami cacat cetak botol. Sebaiknya
perusahaan dapat menelusuri penyebabnya sehingga dapat mengurangi biaya kegagalan
internal. Salah satunya dengan cara dilakukannya peningkatan biaya kendali pada biaya
pencegahan dan biaya penilaian.
Biaya kualitas merupakan bagian dari biaya produksi sehingga apabila terjadi
penurunan pada biaya kualitas maka secara otomatis akan mengurangi biaya produksi.
Maka dilakukannya analisis biaya kualitas dapat menekan biaya kualitas dan dapat
mengalokasikannya seoptimal mungkin.
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk PT. Iglas (Persero) adalah sebagai berikut:
(1) sebaiknya PT. Iglas (Persero) menentukan standar untuk biaya optimum agar
pengendalian biaya kualitas dapat dimaksimumkan; (2) PT. Iglas (Persero) disarankan
membuat laporan biaya kualitas secara khusus atau terpisah dari laporan biaya produksi,
sehingga dapat diketahui berapa jumlah biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahan.
Dan perusahaan dapat memperbaiki, mempermudah perencanaan, pengendalian dan
keputusan yang tepat; (3) menindaklanjuti laporan biaya kualitas dengan melakukan analisis
sehingga dapat diketahui elemen biaya mana yang seharusnya dikendalikan dengan melihat
pada aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah dan yang tidak bernilai tambah bagi upaya
peningkatan kualitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 5 (2013)
16
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, J. 2005. Evaluasi Pengendalian Kualitas Total Produk Pakaian Wanita Pada
Perusahaan Konveksi. Jurnal Ventura (April): Vol. 8, No. 1.
Besterfield, D. H. 1998. Quality Control. Edisi 5. Englewood Cliffs: Prentice-Hall International
Inc.
Blocher, E. J., Kung H. C, dan Thomas. W. L. 2000. Manajemen Biaya dengan Tekanan Stratejik.
Terjemahan A. Susty Ambarriani. Jakarta : Salemba Empat.
________ . 2007. Manajemen Biaya. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.
Darmadi, H. H., dan Martusa, R. 2011. Peranan Biaya Kualitas Dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Produksi (Studi Kasus pada PTP Nusantara VIII Kebun Ciater). Akurat
Jurnal Ilmiah Akuntansi (Tahun ke-2 Januari-April): Nomor 04.
Garrison, R. H., Noreen, E. W., dan Brewer. 2009. Managerial Accounting, 11th Edition. New
York: Tata Mc Graw-Hill Education.
Gasperz, V. 2005. Total Quality Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, D. R., and M. M. Mowen. 2005. Management Accounting. Seven Edition. Singapore:
South-Western
________ . 2009. Akuntansi Manajemen. Jilid 2. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Himmatulina, M. 2011. “Penyusunan Laporan Biaya Kualitas Sebagai Alat Pengendalian Kualitas
Produk Pada PT. X”. Skripsi: Universitas Airlangga.
Horngren, C. T., G. Foster, dan S. M. Datar. 2003. Cost Accounting: A Managerial Accounting.
Edisi 11. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall Inc
Kaplan, R. S., dan A. A. Atkinson. 1998. Advanced Management Accounting. Edisi 3. New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Kusnadi, Z. A. Moh. Syadeli. 2000. Akuntansi Manajemen: Komprehensif, Tradisional dan
Kontemporer. Malang: Universitas Brawijaya.
Supriyono. 1999. Manajemen Biaya. Yogyakarta: BPFE.