2003 4378 1 SM PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 126

ANALISIS HUBUNGAN WAKTU TEMPUH DENGAN DERAJAT KEJENUHAN RUAS

JALAN PERKOTAAN (Studi Kasus Kota Semarang)1

Nina Anindyawati 2, Eko Yulipriyono 3, Joko Siswanto 4

ABSTRACT

This research discusses the relation between Travel Time and Degree of Saturation for the urban road
links, especially for the city of Semarang, by using regression method which Travel Time as a
polynomial function of Degree of Saturation.
Siliwangi Street and Soekarno-Hatta Street are selected as the sample for arterial road, Thamrin
Street and Supriyadi Street as the sample for collector road, and Lampersari Street and Ksatrian
Street as the sample for local road. The research found the general formula for Travel Time and
Degree of Saturation relationship for the urban road links as : W = wl [ 1 + a ( DS )4 ] , where the W is
the travel time, the wl is the travel time at the free flow and the DS is the degree of saturation.
It is also found that the arterial road wl = 6,5 – 6,75 second and a = 0,15 – 0,4 , collector road gives
wl = 8,25 – 8,9 second and a = 0,4 – 0,6 and local road, gives wl = 9,62 – 11,93 second and a = 0,3 –
0,4.
The research has shown that the travel time and degree of saturation relation model for arterial road
was exactly similar to the Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM ), 1997 standard, but for both
of collector road and local road were not in the same condition. It means that in this case the
Indonesian Highway Capacity Manual ( IHCM ), 1997 standard was only able to be used for arterial
road. It is not recommended to use the Indonesian Highway Capacity Manual ( IHCM ), 1997
standard for collector road and local road.
Key Words : Travel Time, Degree of Saturation, Urban Road Free Flow.

PENDAHULUAN memudahkan dalam melakukan peniliaian kon-


disi operasional dari suatu arus lalu lintas.
Latar Belakang Penelitian
Derajat Kejenuhan merupakan salah satu indi- Tujuan dan Manfaat Penelitian
kator kinerja suatu ruas jalan di perkotaan. Na- Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
mun bagi para pengguna jalan, derajat kejenu pola hubungan antara waktu tempuh dengan
han bukanlah suatu hal yang bisa dirasakan derajat kejenuhan ruas jalan perkotaan.
secara langsung atau dilihat secara nyata. Sedangkan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai justifikasi dalam
MKJI 1997 memberikan suatu hubungan antara penerapan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Kecepatan rata-rata Kendaraan Ringan (LV) (MKJI) 1997 mengingat manual tersebut tidak
dengan Derajat Kejenuhan. Namun, mengingat membedakan hirarki fungsional jalan (arterial,
ruas jalan digunakan oleh beragam kendaraan, kolektor dan lokal )
maka sangatlah sulit dalam menentukan kece- Pembatasan Masalah
patan lalu-lintas keseluruhan.
Untuk itulah, perlu dicari suatu hubungan Pembatasan dan asumsi yang digunakan adalah
antara waktu tempuh dengan derajat kejenuhan sebagai berikut : penelitian ini dilakukan pada
suatu ruas jalan di perkotaan secara aktual agar ruas-ruas jalan yang mempunyai panjang yang

1
PILAR Volume18, Nomer 1, April 2008: Halaman 1-8
2,
Dosen Magister Teknik Sipil Unissulla Semarang
3, 4
Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP
Jl. Hayam Wuruk No 5-7 , Semarang
cukup sehingga pengaruh simpang dianggap Derajat Kejenuhan
tidak ada, pergerakan penduduk pada saat
penelitian dianggap normal, tidak sedang Derajat kejenuhan (degree of saturation = DS)
terjadi aksi pemogokan, demo maupun penge- didefinisikan sebagai ratio arus lalu-lintas
rahan massa lainnya dan Penelitian ini (smp/jam) terhadap kapasitas (smp/jam) pada
dilakukan pada hari dan cuaca dalam keadaan bagian jalan tertentu, digunakan sebagai faktor
cerah dengan kondisi fisik ruas jalan dalam utama dalam penentuan tingkat kinerja
keadaan baik. simpang dan ruas jalan. Nilai DS merupakan
besaran dasar yang menentukan kinerja lalu-
Lokasi Penelitian lintas.

Untuk jalan arterial, dipilih : Jalan Siliwangi DS = Q/C..................................................... (2)


dan Jalan Soekarno-Hatta, untuk jalan Dimana :
kolektoral, dipilih Jalan Thamrin dan Jalan DS = Derajat kejenuhan
Supriyadi, sedangkan untuk jalan lokal, dipilih Q = Volume lalu lintas (smp/jam)
Jalan Lampersari dan Jalan Ksatrian C = Kapasitas (smp/jam)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia


(MKJI) 1997, kapasitas jalan kota dihitung
Model dengan Persamaan Dasar sebagai berikut :
Model dapat didefinisikan sebagai bentuk pen- C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS ........ (3)
yederhanaan suatu realita atau dunia yang
Dimana :
sebenarnya.
C = Kapasitas ( smp/jam)
Waktu Tempuh dan Derajat Kejenuhan C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-
Waktu Tempuh lintas
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah
Waktu tempuh merupakan waktu rata-rata yang
(hanya untuk jalan tak terbagi)
digunakan kendaraan menempuh segmen jalan
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping
dengan panjang tertentu.
dan bahu jalan / kerb
FCCS= Faktor penyesuaian ukuran kota

Arus Lalu-lintas dan Waktu Tempuh

t0 t1 Arus lalu-lintas berinteraksi dengan prasarana


L transportasi (transport supply). Jika arus me-
ningkat pada suatu ruas jalan tertentu, waktu
tempuh pasti akan bertambah (karena
kecepatan menurun). Arus maksimum yang
dapat melewati suatu ruas jalan biasa disebut
Gambar 1. Waktu tempuh dengan “ kapasitas “ ruas jalan tersebut.
Fungsi arus /transport impedance mem-punyai
bentuk umum seperti berikut (Black, 1981):
TT = t1 - to ................................................... (1)

Dimana :
TT = Waktu Tempuh /Travel Time (jam)
L = Panjang Segmen /Ruas (km)
METODOLOGI PENELITIAN

Langkah Kerja

Waktu tempuh Langkah-langkah pengerjaan pada penelitian


ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Peralatan Yang Digunakan.

Perangkat yang digunakan untuk surve di


lapangan, yakni : patok / penanda jarak, kertas
pencatat. Di samping itu juga satu set video
camera lengkap, untuk merekam kejadian di
lokasi pengamatan. Ekstraksi data, dengan
menggunakan televisi dan video player
Arus lalu-lintas
ditambah satu set komputer lengkap untuk
memecahkan persoalan matematis dalam
Gambar 2. Hubungan waktu tempuh dengan mengalikasikan model dan simulasinya.
arus lalu-lintas
Disamping Microsoft Office, software utama
Papacostas & Prevedouros (1993) menun- yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jukkan hubungan arus dan impedansi ruas jalan KAJI, yang digunakan untuk membantu
yang dikembangkan oleh BPR (Bureau of menyelesaikan perhitungan yang terkait
Public Road) seperti digambarkan pada dengan permasalahan transportasi, terutama
Gambar 3. untuk menghitung derajat kejenuhannya.

Data
1,15 w - Data umum.
- Kondisi geometrik
w a. Situasi
b. Penampang melintang jalan
c. Kondisi Pengaturan lalu-lintas
qmax - Kondisi lalu lintas
Mencakup data arus dan komposisi lalu-
lintas.
Gambar 3. Hubungan arus dan impedansi - Kondisi hambatan samping
ruas jalan
Ekstraksi Data
Secara matematishubungan diatas ditulis
sebagai berikut :
Perhitungan derajat kejenuhan
⎡ ⎛ q ⎞
4⎤

w = w ⎢1 + 0.15⎜⎜ ⎟⎟ ⎥ .........................(4) DS = Q/C ..................................................... (5)


⎢⎣ ⎝ q max ⎠ ⎥⎦ Analisis data
Dimana : Dari data yang didapat, baik data primer
W = impedansi ruas jalan pada arus q maupun data sekunder, diperoleh Q (dalam
w = impedansi ruas jalan pada arus bebas kend/jam, smp/jam) dan C (dihitung dengan
q = besarnya arus lalu-lintas bantuan software “KAJI”). Selanjutnya,
qmax = kapasitas ruas jalan hubungan TT (travel time), yang didapat dari
pengamatan dan DS = Q/C dari hitungan,
diplotkan ke dalam grafik.
Mulai A

Formulasi dan Disain Data


Analisis data

Pemilihan Lokasi Penelitian


Pembahasan dan Kesimpulan

Data Primer Data Sekunder


- waktu tempuh kendaraan di
ruas jalan - kondisi umum dan Selesai
- arus lalu-lintas (link-flow) geometrik ruas jalan
dan kondisinya - kapasitas Dasar ruas jalan
- hambatan samping ruas jalan

Ekstraksi Data

Gambar 4. Bagan alir metodologi penelitian

Analisis dilakukan dengan cara pendekatan Dimana :


kecocokan hubungan antara waktu tempuh dan r2 = koefisien determinasi
derajat kejenuhan sesuai persamaan yang Wo = waktu tempuh pengamatan
dimodifikasi sebagai hubungan teoritis : Wt = waktu tempuh teoritis
W = Wl[ 1 + a(DS)b] ................................... (6) Wo = waktu tempuh pengamatan rata-rata
Dimana :
DATA DAN ANALISIS
W = waktu tempuh
Wl = waktu tempuh pada arus bebas Data umum
DS = derajat kejenuhan
Jalan arterial
Kemudian dicari nilai r2 = koefisien
determinasi terbesar, dengan menggunakan Jalan Siliwangi (4/2D); Ruas jalan yang
rumus : disurvey adalah ruas antara jalan Puspogiwang
Raya dengan bundaran Kalibanteng, dengan
r2 = ∑ (Wt − Wo) 2
....................................... (7)
arah 1 : dari arah timur ke arah barat (T–B) dan
arah 2 : dari arah barat ke timur(B–T)
∑ (Wo − Wo) 2

sedangkan Jalan Soekarno-Hatta (4/2D);


Lokasi survey pada jalan ini adalah dari Kecantikan Makarizo, dengan tinjauan arah 1 :
bundaran tlogosari ke arah timur jara 200 meter dari arah barat ke timur (B-T) dan arah 2 : dari
dari pompa bensin, dengan tinjauan arah 1 : arah timur ke arah barat (T–B); kemudian
dari arah barat ke timur (B–T) dan arah 2 : dari untuk Jalan Ksatrian (2/2UD), lokasi survey
arah timur ke arah barat (T–B) adalah seberang warung makan sederhana,
dengan tinjauan arah 1 : dari arah timur ke arah
Jalan kolektor barat (T-B) dan arah 2 : dari arah barat ke
Jalan Thamrin (4/2UD); Ruas jalan yang timur (B-T)
disurvey adalah ruas antara jalan Pandanaran Analisis
dengan Pekunden, dengan lokasi 50 meter
sebelum jalan pekunden dengan tinjauan arah Dengan mengacu pada hubungan arus dengan
digambarkan arah 1 : dari arah utara ke arah waktu tempuh ruas jalan yang secara
selatan (U–S) dan arah 2 : dari arah selatan ke matematis digambarkan oleh persamaan pada
arah utara (S–U). Untuk Jalan Supriyadi Bab II, maka hubungan Waktu Tempuh dengan
(4/2D), lokasi survey adalah seberang antara Derajat Kejenuhan secara matematis
Jalan Singa dengan Perum BPD, dengan digambarkan dengan persamaan Bab III di atas.
tinjauan arah 1 : dari arah selatan ke arah utara
Selanjutnya untuk Hubungan Waktu Tempuh
(S-U) dan arah 2 : dari arah utara ke arah
dengan Derajat Kejenuhan, menunjukkan hasil
selatan (U–S)
seperti Tabel 1.
Jalan lokal Secara grafis hubungan waktu tempuh dengan
Derajat kejenuhan dapat dilihat pada Gambar
Untuk jalan lokal dipilih Jalan Lampersari
5, 6 dan 7.
(2/2UD); Lokasi survey adalah seberang Salon
Tabel 1. Rekapitulasi Persamaan Regresi
Jenis
Nama Jalan Persamaan Regresi r2
Jalan
Siliwangi arah 1 ( B - T ) 6,5 [ 1 + 0.15 (DS)4 ] 0.93
6,75 [ 1 + 0.4 (DS)4 ]
Arterial

Siliwangi arah 2 ( T - B ) 0.91


Soekarno-Hatta arah 1 ( T - B ) 6,5 [ 1 + 0.2(DS)4 ] 0.74
4
Soekarno-Hatta arah 2 ( B - T ) 8,75 [ 1 + 0.2 (DS) ] 0.87
4
Thamrin 2 arah 8,25 [ 1 + 0.6 (DS) ] 0.8
Kolektor

Supriyadi arah 1 ( S - U ) 8.9 [ 1 + 0.4 (DS)4 ] 0.87


Supriyadi arah 2 ( U - S ) 8,75 [ 1 + 0.4 (DS)4 ] 0.84
Lampersari 2 arah 11.93 [ 1 + 0.3 (DS)4 ] 0.99
Lokal

Ksatrian 2 arah 9,62 [ 1 + 0.4 (DS)4 ] 0.99


Jalan Arterial

Waktu Tempuh per 100


12,00
10,00
8,00
6,00

m
4,00
2,00
-
- 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Derajat Kejenuhan

Siliwangi 1 Siliwangi 2 S-Hatta 1 S-Hatta 2

Gambar 5. Hubungan waktu tempuh dengan Derajat Kejenuhan Untuk Jalan Arterial

Jalan Kolektor
Waktu Tempuh per 100 m

14,00

12,00

10,00

8,00

6,00

4,00

2,00

-
- 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

Derajat Kejenuhan

Thamrin Supriyadi 1 Supriyadi 2

Gambar 6. Hubungan Waktu Tempuh dengan Derajat Kejenuhan Untuk Jalan Kolektor

Jalan Lokal
Waktu Tempuh per 100

20,00

15,00

10,00
m

5,00

-
- 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

Derajat Kejenuhan
Lampersari Ksatrian

Gambar 7. Hubungan Waktu Tempuh dengan Derajat Kejenuhan Untuk Jalan Lokal
KESIMPULAN DAN SARAN. b. Peninjauan lokasi penelitian lebih luas
(jumlah jalan yang ditinjau lebih ban-
Kesimpulan yak) sehingga keterwakilan jalan bisa
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan terpenuhi dengan baik dan ini akan
simulasi yang telah dilakukan, dapat disim- benar-benar bisa menggambarkan
pulkan bahwa hubungan waktu tempuh dengan jaringan jalan yang sesuai dengan
derajat kejenuhan secara umum digambarkan lapangan.
waktu tempuh sebagai fungsi derajat kejenuhan 2. Di samping itu akan menjadi suatu
dengan mengikuti pola polinomial berpangkat penelitian yang amat menarik dan
empat. bermanfaat sekiranya penelitian ini
Rumus umum hubungan tersebut adalah : ditindaklanjuti dengan penelitian untuk
mencari dan mengukur faktor-faktor
W = wl [ 1 + a ( DS )4 ] .................................(8)
penyesuaian / koreksi bagi penggunaan
Dimana : standar MKJI, 1997 untuk jalan-jalan
W = waktu tempuh kolektor dan lokal.
wl = waktu tempuh pada arus bebas
DS = derajat kejenuhan DAFTAR PUSTAKA
a = suatu konstanta
Dengan rincian : Anonim-, Manual Kapasitas Jalan
1. Untuk jalan arterial, wl = 6,5 – 6,75 detik Indonesia, Direktorat Bina Jalan
dan a = 0,15 – 0,4 Kota Direktorat Jenderal Bina
2. Untuk jalan kolektor, wl = 8,25 – 8,9 detik Marga Departemen Pekerjaan
dan a = 0,4 – 0,6 Umum Republik Indonesia, 1997
3. Untuk jalan lokal, wl = 9,62 – 11,93 detik
dan a = 0,3 – 0,4
Atkins, Why Value travel Time ? The case
Against, 1984
Dapat disimpulkan pula bahwa dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola hubungan Black, John, Urban Transport Planning:
antara waktu tempuh dengan derajat kejenuhan Theory and Practice, Croom Helm
untuk jalan arterial cocok/sesuai dengan London, 1981
standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia Lee, C., Models in Planning : an Introduction
(MKJI), 1997. Sedangkan untuk jalan kolektor to the Use of Quantitative Models ini
dan lokal, standar yang ada pada MKJI, 1997 Planning, pergamon Press – Oxford,
kurang sesuai. 1973
Jika standar MKJI, 1997 ini hendak digunakan May, Adolf D. University of California, Traffic
pada jalan-jalan kolektor dan lokal nampak Flow Fundamentals, Prentice Hall,
bahwa standar tersbut masih membutuhkan 1990
suatu faktor penyesuaian. Hal ini bisa
dimaklumi mengingat MKJI, 1997 tidak Morlok, Edward K., Introduction to
mengenal /membedakan hirarki fungsional Transportation Engineering and
jalan. Planning, McGrow-Hill, 1978
Myers, Raymond H & Walpole, Ronald E,
Saran Ilmu Peluang dan Statistika untuk
1. Untuk hasil penelitian yang lebih baik, Insinyur dan Ilmuwan, Edisi ke-4,
perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut : Penerbit ITB Bandung, 1995
a. Pengambilan data dengan rentang flow Papacostas, C.S. and Preve, P.D,
rate yang lebih bervariasi sehingga Transportation Engineering and
pola hubungan yang terjadi bisa dikaji Planning, Second Edition, Prentice
dengan lebih akurat. Hall, 1993
Stroud, K A, Matematika Untuk Teknik, Edisi
ketiga, Penerbit Erlangga, 1989
Tamin, O Z, Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi, Penerbit ITB, 1997
Vuchic, Vukan R, Urban Public
Transportation Systems and
Technoloqy, Prentice Hall, 1982
Wells, G.R., Comprehensive Transport
Planning, Charles Griffin & Company
Ltd, London, 1990
Wilson, A G , Urban and Regional Models in
Geography ang Planning, John Wiley
– New Yowk, 1974
ANALISIS HUBUNGAN KECELAKAAN DAN V/C RASIO
(STUDI KASUS: JALAN TOL JAKARTA – CIKAMPEK)1 3

Handjar Dwi Antoro2,Bambang Hariyadi3, Dadang Somantri4

ABSTRAK
Kecelakaan lalu-lintas merupakan indikator utama tingkat keselamatan jalan raya. Di negara maju
perhatian dan upaya terhadap permasalahan ini terus dikembangkan demi meminimalkan kuantitas dan
kualitas kecelakaan. Namun di negara berkembang seperti Indonesia angka kecelakaan lalu-lintas
dimaklumi masih sangat tinggi, sehingga diperlukan upaya-upaya yang lebih serius lagi, baik yang
bersifat preventif maupun represif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari pola hubungan antara tingkat keselamatan lalu-
lintas jalan raya yang diwakili oleh angka kecelakaan dan kondisi lalu-lintas yang diwakili oleh
v/c rasio, sehingga dapat diprediksi lebih awal tentang kemungkinan terjadinya kecelakaan pada
berbagai kondisi v/c rasio. Angka kecelakaan (accident rate) merupakan jumlah kecelakaan yang
terjadi pada suatu ruas atau seksi jalan selama periode tertentu yang ditinjau berdasarkan
panjang jalan dan volume lalu-lintas yang melewati ruas tersebut tiap 100 juta kendaraan km.
Sedangkan v/c rasio yang merupakan derajat kejenuhan lalu-lintas adalah perbandingan antara
volume lalu-lintas (smp) dibagi dengan kapasitas jalan. Studi kasus dilakukan di jalan tol Jakarta
- Cikampek (2003-2005) untuk jalan sepanjang 72,3 Km yang dibagi menjadi 13 ruas arus
menuju Cikampek dan 13 ruas arus menuju Jakarta.

Analisis regresi digunakan untuk mendapatkan fungsi hubungan tersebut dengan nilai R2
(koefisien determinasi) yang menujukan besarnya pengaruh perubahan variansi v/c rasio
terhadap perubahan variansi angka kecelakaan. Analisis dilakukan pada agregat tahun dan pada
agregat jam. Pada agregat tahun angka kecelakaan dan v/c rasio dihitung berdasarkan periode
tahunan pada tiap ruas, sedangkan analisis pada agregat jam angka kecelakaan dan v/c rasio
disimulasikan pada saat jam kejadian kecelakaan.

Hasil analisis dengan agregat tahun menunjukan bahwa hubungan antara angka kecelakaan dan
v/c adalah fungsi polynomial positif dengan titik balik maksimum pada v/c antara 0,6 sampai
0,7. Persamaannya Y = -86,75X 2 + 127,4x + 0,13 (R 2=0,5003). Untuk tipe kecelakaan tunggal
dan jenis kecelakaan ringan hubungan juga berpola polynomial positif (+), sedangkan pada tipe
kecelakaan multi dan jenis kecelakaan fatal/berat hubungan bersifat eksponsial negatif (-),
artinya peningkatan v/c rasio justru berpengaruh terhadap menurunnya angka kecelakaan.

Hasil analisis pada agregat jam menunjukan bahwa jumlah kecelakaan lebih banyak terjadi pada
v/c yang relatif rendah antara 0,1 sampai dengan 0,4 dimana pada v/c tersebut kemungkinan
kecepatan relatif tinggi yang berpengaruh pada kurangnya antisipasi pengemudi dalam
mengontrol kendaraan. Bobot keparahan kecelakaan hampir merata pada berbagai kondisi v/c
rasio. Namun pada jalan 2 lajur bobot keparahan kecelakaan relatif lebih tinggi akibat manuver
kendaraan pada lajur jalan yang relatif terbatas dibandingkan pada jalan 4 lajur.

Kesimpulanya adalah terdapat pola hubungan antara v/c rasio dengan angka kecelakaan di jalan
tol Jakarta - Cikampek, sehingga dapat dijadikan bahan masukan maupun pertimbangan dalam
perencanaan dan manajemen jalan tol. 4

Kata Kunci : Angka Kecelakaan, Jalan Tol Jakarta–Cikampek, V/C Rasio


.

1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 9 -18


2. Perhubungan Darat Jakarta
3
3. Volume18,
PILAR Dosen Universitas
NomorNegeri Semarang
1, April 2008: Halaman 9-18
4 Jl. Gunungpati Sekarang
4. Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No.5 Semarang
PENDAHULUAN berdasarkan tipe dan jenis Kecelakaan,
serta bobot keparahan kecelakaan.
Latar Belakang

Kecelakaan lalu-lintas merupakan masalah Manfaat Penelitian


yang serius di Indonesia. Dilihat dari segi
makro ekonomi, kecelakaan merupakan Penelitian ini bermanfaat sebagai wacana
inefisiensi terhadap penyelenggaraan angkutan dalam aplikasi ilmu pengetahuan untuk
artinya, suatu kerugian yang mengurangi memperkaya studi empiris tentang hal-hal yang
kuantitas dan kualitas orang dan/atau barang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
yang diangkut sekaligus menambah totalitas kecelakaan di jalan tol. Selain itu bermanfaat
biaya penyelenggaraan angkutan. untuk :
Jalan tol yang dirancang sebagai jalan bebas a) Memberi informasi kepada institusi penge-
hambatan dengan tingkat keselamatan yang lola jalan tol Jakarta - Cikampek tentang
tinggi ternyata tidak lepas dari permasalahan potensi kecelakaan yang mungkin akan ter-
tersebut. Jalan tol Jakarta - Cikampek sebagai jadi pada berbagai kondisi (v/c) rasio,
wilayah studi penelitian termasuk jalan tol sehingga dapat dijadikan pertimbangan
yang berpotensi besar terhadap kecelakaan operasional jalan tol dalam upaya
lalu-lintas. Penelitian pada tahun 2000 meningkatkan keselamatan pada masa
menyebutkan bahwa rata-rata kecelakaan pada yang akan datang.
jalan ini setiap harinya mencapai lebih dari 3 b) Informasi awal untuk aplikasi yang lebih
(tiga kecelakaan). Dengan pertumbuhan lalu- luas.
lintas rata-rata tiap tahun mencapai 7%, maka
Pembatasan Masalah
jalan tol ini berpotensi terhadap peningkatan
jumlah kecelakaan lalu-lintas. Dengan melihat
kondisi tersebut, sudah saatnyalah kita lebih a) Batasan lokasi penelitian yaitu jalan tol
intensif dalam upaya menurunkan angka Jakarta – Cikampek sepanjang 72,3 KM.
kecelakaan baik yang bersifat preventif b) Batasan analisis adalah dengan metode
maupun represif. pendekatan :
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan - Analisis dengan agregat tahun, yaitu
pertimbangan dalam menjawab permasalahan v/c rasio dihitung dari LHRT dan
diatas khususnya pola hubungan antara aspek angka kecelakaan dihitung pada tiap
keselamatan lalu-lintas yang diwakili oleh ruas per tahun sehingga dapat
tingkat kecelakaan dan kondisi lalu-lintas yang mengidentifikasi hubungan (v/c) rasio
diwakili oleh (v/c) rasio. dengan angka kecelakaan dan
mendapatkan hubungan tersebut
Permasalahan berdasarkan tipe kecelakaan tunggal
dan multi dan jenis kecelakaan
Upaya mengurangi atau mencegah resiko kece- berat/fatal dan ringan.
lakaan seringkali terbentur oleh kurangnya per- - Analisis dengan agregat jam, yaitu v/c
bendaharaan studi empiris sebagai acuan dalam rasio ditinjau berdasarkan volume jam
perencanaan dan strategi operasional jalan. Di pada saat kejadian kecelakaan dengan
Indonesia studi-studi yang berkaitan dengan pendekatan metode simulasi hasil
pengaruh kondisi lalu-lintas jalan terhadap survei volume lalu lintas yang
kecelakaan masih belum berkembang. Hal ter- dilakukan pada tiap ruas selama 5 hari,
sebut menjadikan kebijakan kebijakan opera- dan angka kecelakaan yang ditinjau
sional lalu-lintas jalan seringkali dibuat dengan pada seluruh kejadian kecelakaan
mengesampingkan aspek keselamatan lalu- selama waktu penelitian sehingga
lintas jalan. teridentifikasi hubungan (v/c) rasio
dengan angka kecelakaan pada saat
Tujuan kejadian dan mendapatkan hubungan
tersebut berdasarkan bobot keparahan
Tujuan penulisan ini adalah : kecelakaan.
a) Mengetahui pola umum kecenderungan
pengaruh (v/c) rasio terhadap angka TINJAUAN PUSTAKA
kecelakaan. Angka Kecelakaan Lalu-Lintas
b) Mengetahui pola kecenderungan pengaruh
(v/c) rasio terhadap angka kecelakaan
Angka kecelakaan (accident rate) biasanya Arus lalu lintas (Q) menunjukan jumlah kendaraan bermotor
digunakan untuk mengukur tingkat kecelakaan
Regresi
pada satu satuan ruas jalan. Persamaan
Pada berbagai kasus, hubungan perubah tak
matematis untuk menghitung angka kecelakaan
bebas (dependent variable) terhadap perubah
sebagai berikut :
bebasnya (independent variable) tidak bersifat
AR = A x 100.000.000
linier, maka terjadilah suatu hubungan non
365 x LHRT x T x L
linier diantara keduanya. Dengan prosedur
Keterangan :
curve estimation dapat ditampilkan plot model
AR = Angka kecelakaan berdasarkan
matematisnya bisa fungsi polynomial,
kendaraan km perjalanan
eksponensial, logaritma atau fungsi power,
A = Jumlah total kecelakaan
dengan persamaan umum sebagai berikut :
LHRT = Volume lalu-lintas harian rata-rata
tahunan - Polinomial Y = a + bX +
T = Waktu periode pengamatan cX2
L = Panjang ruas jalan (dalam km) - Eksponensial Y = ae-x
Kapasitas Jalan Tol - Logaritma Y = aLnX - b
- Power Y = ax-b
Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
(1997), kapasitas adalah arus maksimum yang
melewati suatu titik pada jalan bebas hambatan Deskripsi Daerah Penelitian.
yang dapat dipertahankan persatuan jam dalam
kondisi yang berlaku. Besarnya kapasitas jalan Jalan tol Jakarta-Cikampek dibagi dalam 13
bebas hambatan dapat dijabarkan sebagai ruas dimana pada tiap awal dan akhir ruas
berikut: terdapat pintu masuk dan keluar gerbang tol
yang berhubungan dengan jalan non tol.
C = Co x FCw x FCsp Gerbang tol berada tidak pada jalur utama
kecuali gerbang tol Pondok Gede Timur dan
gerbang tol Cikampek yang yang berada
Keterangan : diantara ruas, sehingga untuk menuju dan
C = Kapasitas meninggalkan jalur utama biasanya dilayani
sesungguhnya (emp/J)
oleh jalan akses dan ramp. Posisi ramp sangat
Co = Kapasitas dasar (emp/J)
menentukan dalam proses analisis yaitu untuk
FCw = Faktor penyesuaian mengetahui volume maupun kejadian
lebar jalan bebas hambatan
kecelakaan yang sejenis pada setiap ruas dasar.
FCsp = Faktor penyesuaian Ruas dasar adalah panjang ruas antara 2 pintu
akibat pemisahan arah gerbang dikurangi panjang ramp yang menuju
(hanya untuk jalan bebas dan meninggalkan gerbang tol.
hambatan tak terbagi)
Arus Lalu-Lintas
SKETSA
PEMBAGIAN RUAS JALAN TOL JAKARTA - CIKAMPEK

GERBANG HLM PGB PGT CNR BB BT CBT CKB CKT KRB KRT DWN KLP CMP
TOL

POSISI (KM) 2.0 4.5 8.4 10 13.4 16.6 24.6 31.3 35.5 47.1 54.4 66.7 68.3 72.3
GERBANG

PANJANG 2.5 3.9 1.6 3.4 3.2 8 6.7 4.2 11.6 7.3 12.3 1.6 4
RUAS (KM)

SKETSA
POSISI RAMP DAN PANJANG RUAS DASAR (KM)

ARAH CIKAMPEK (A)

PINTU TOL HLM PGB CNR BB BT CBT CKB CKT KRB KRT DWN KLP

POSISI RAMP 2.0 4.3 4.8 8.0 8.7 9.5 10.4 12.5 13.7 16.4 16.9 24.2 25.1 30.7 31.8 35.3 35.8 46.5 47.8 53.8 54.7 66.5 66.9 67.9 68.8 72.3

JALAN TOL
PGT CKP
PJNG RUAS 2.3 3.2 0.8 2.1 2.7 7.3 5.6 3.5 10.7 6 11.8 1.0 3.5
DASAR (KM)

ARAH JAKARTA (B)

PINTU TOL HLM PGB CNR BB BT CBT CKB CKT KRB KRT DWN KLP

POSISI RAMP 2.0 3.9 5.0 8.0 8.7 9.3 10.7 12.4 13.8 16.4 16.9 24.1 24.6 30.4 31.7 35.3 35.8 46.5 47.2 53.8 54.6 66.5 66.9 67.9 68.8 72.3

JALAN TOL
PGT CKP
PJNG RUAS 1.9 3.0 0.6 1.7 2.6 7.2 5.8 3.6 10.7 6.6 11.9 1.0 3.5
DASAR (KM)

3.2 Kondisi Volume Lalu Lintas


Data volume lalu-lintas diperoleh dari PT. Jasa Marga, Cabang Jakarta-Cikampek yang meliputi data
volume lalu-lintas harian rata-rata tahunan, data volume lalu-lintas per jam per ruas selama lima hari
dan komposisi jenis kendaraan pada tiap ruas jalan tol.

LHRT Volume Jam


Fluktuasi Jam Arus Lalu Lintas
NAMA LHRT2003 LHRT2004 LHRT2005 Arah ke Cikampek (A)
7.000 Ruas 1
RUAS A B A B A B Ruas 2
6.000
Ruas 3
1 112.336 113.135 114.210 115.638 119.259 120.337 5.000 Ruas 4
Ruas 5
4.000 Ruas 6
2 95.785 97.585 98.970 99.153 103.923 102.530
V o lu m e

Ruas 7
3.000 Raus 8
3 74.212 69.214 77.771 70.305 83.866 82.058 Ruas 9
2.000
Ruas 10
4 79.136 75.118 83.813 77.900 90.888 91.004 1.000 Ruas 11
Ruas 12
- Ruas 13
5 68.591 66.729 72.819 70.205 79.256 76.911 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5

Jam
6 57.517 57.335 61.528 61.383 68.704 68.453
Fluktuasi Jam Arus lalu Lintas
Arah ke Jakarta (B)
7 46.031 45.356 50.079 49.512 56.699 55.942
12.000 Ruas 1
Ruas 2
8 29.927 29.414 33.115 32.453 39.421 38.825 10.000 Ruas 3
Ruas 4
9 29.831 29.360 32.682 32.162 38.813 38.344 8.000 Ruas 5
Ruas 6
V o lu m e

Ruas 7
10 26.978 26.181 29.295 28.469 35.060 34.224 6.000
Ruas 8
4.000 Ruas 9
11 22.587 21.678 24.871 24.047 30.393 29.817 Ruas 10
Ruas 11
2.000
12 18.824 17.982 16.497 14.896 16.779 15.936 Ruas 12
Ruas 13
-
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5
13 15.399 15.249 12.956 12.061 12.869 12.899 Jam

Keterangan : A Arus lalu-lintas dari Jakarta


B Arus lalu-lintas dari Cikampek

Komposisi kendaraan pada setiap ruas diperoleh dari data perjalanan asal-tujuan kendaraan yang
tercatat di tiap gerbang tol. Data ini akan digunakan untuk menghitung besarnya arus lalu lintas dalam
satuan mobil penumpang (smp) sehingga diperoleh v/c rasio (untuk analisis pada agregat jam).
Komposisi kendaraan pada tiap ruas terlihat pada tabel berikut:

Komposisi Kendaraan Tiap Ruas

NAM A ARAH GOLONGAN ( % )


JM L
RUAS I IA U IIA IIA U IIB
A 9 0 .2 1 .3 2 .4 3 .6 2 .5 100%
1
B 8 9 .8 1 .3 2 .3 4 .0 2 .7 100%
A 8 9 .1 1 .3 2 .6 4 .1 2 .9 100%
2
B 8 8 .4 1 .2 2 .6 4 .6 3 .2 100%
A 8 7 .4 0 .9 3 .2 5 .0 3 .5 100%
3
B 8 6 .3 0 .8 3 .3 5 .7 3 .9 100%
A 8 3 .1 1 .6 3 .5 5 .3 6 .4 100%
4
B 8 2 .7 1 .5 3 .6 5 .3 6 .8 100%
A 8 0 .5 1 .9 4 .2 6 .0 7 .3 100%
5
B 7 9 .9 1 .9 4 .3 6 .1 7 .9 100%
A 7 8 .1 2 .5 4 .8 6 .3 8 .3 100%
6
B 7 7 .8 2 .6 4 .7 6 .2 8 .6 100%
A 7 8 .1 1 .9 5 .3 6 .2 8 .6 100%
7
B 7 7 .8 1 .9 5 .1 6 .2 8 .9 100%
A 7 6 .2 1 .1 5 .8 7 .2 9 .8 100%
8
B 7 5 .5 1 .2 5 .6 7 .4 1 0 .4 100%
A 7 5 .8 1 .1 5 .9 7 .3 1 0 .0 100%
9
B 7 5 .2 1 .1 5 .6 7 .4 1 0 .6 100%
A 7 3 .6 1 .2 5 .7 7 .7 1 1 .8 100%
10
B 7 3 .2 1 .2 5 .4 7 .9 1 2 .2 100%
A 7 5 .9 1 .2 4 .8 8 .8 9 .2 100%
11
B 7 5 .4 1 .2 4 .7 9 .2 9 .5 100%
A 6 4 .1 1 .8 6 .2 1 3 .7 1 4 .2 100%
12
B 6 3 .6 1 .8 6 .4 1 3 .3 1 5 .0 100%
A 6 2 .2 2 .1 6 .7 1 3 .2 1 5 .8 100%
13
B 6 0 .9 1 .9 6 .7 1 4 .4 1 6 .2 100%
A 7 8 .0 1 .5 4 .7 7 .3 8 .5 100%
RATA2
B 7 7 .4 1 .5 4 .6 7 .5 8 .9 100%

Keterangan :
A = Dari Jakarta ke Cikampek
B = Dari Cikampek ke Jakarta
Golongan I = Sedan, jip, pickup, bus kecil,
truk kecil (3/4), bus sedang.
Golongan IAU = Kendaraan gol I umum
Golongan II A = Truk besar dan bus besar dgn
2 (dua) gandar
Golongan IIAU = Kendaraan gol II umum
Golongan II B = Truk besar dan bus besar
3 (tiga) gandar atau lebih.

Data Kecelakaan Lalu-Lintas kecelakaan tunggal dan multi serta tipe


Jumlah seluruh kejadian kecelakaan diperoleh kecelakaan berat dan ringan. Rekapitulasi
dari data kecelakaan rinci yang dikelompokan jumlah kecelakaan secara umum terlihat seperti
sesuai lokasi kejadian kecelakaan (13 ruas A pada tabel berikut.
dan B) dan dikelompokan menurut jenis

REKAPITULASI JUMLAH KECELAKAAN


JALAN TOL JAKARTA-CIKAMPEK
TAHUN 2003 s/d 2005

Σ KECELAKAAN Σ KECELAKAAN Σ KECELAKAAN JUMLAHKECELAKAAN TH 2003- 2005

RUAS JML JML JML TOTAL


300

2003 2004 2005


A B A B A B
1 11 10 21 5 11 16 7 6 13 23 27 250

2 18 15 33 23 19 42 25 10 35 66 44
3 8 17 25 9 15 24 3 13 16 20 45 200

4 25 26 51 27 40 67 28 41 69 80 107
5 31 27 58 21 17 38 31 19 50 83 63

KECELAKAAN
A
B

6 62 48 110 110 72 182 75 56 131 247 176


150

7 55 79 134 61 79 140 73 109 182 189 267


8 21 33 54 22 34 56 40 40 80 83 107 100

9 52 74 126 77 106 183 81 74 155 210 254


10 35 45 80 59 56 115 63 52 115 157 153
50

11 51 53 104 57 67 124 60 74 134 168 194


12 6 4 10 4 3 7 7 6 13 17 13
13 7 4 11 19 8 27 17 4 21 43 16 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RUAS
JML 382 435 817 494 527 1021 510 504 1014 1386 1466
Sumber : Hasil Rekapitulasi Data
KETERANGAN : A = ARAH CIKAMPEK
B = ARAH JAKARTA

ANALISIS DAN PEMBAHASAN berdasarkan periode tahunan. Banyaknya data


yang akan dihitung sebagai variabel X (v/c
Hubungan V/C dan Kecelakaan pada rasio) dan variabel Y (AR) masing-masing 78
Agregat Tahun data yaitu untuk 13 ruas kali 2 arah kali 3
tahun. Tabel hasil perhitungan V/C rasio dan
Analisis ini menggunakan agregat tahun AR seperti pada tabel berikut ini.
dimana V/C rasio dan angka kecelakaan (AR)
akan dihitung pada tiap ruas dan tiap arah

Tabel niali V/C Rasio dan AR Tiap Ruas Pertahun

NO V/C RASIO ( Variabel X ) AR ( Variabel Y )

RUAS 2003 2004 2005 2003 2004 2005

A B A B A B A B A B A B HUBUNGAN V/C dan AR


80
1 1.42 1.44 1.45 1.47 1.51 1.53 8.48 7.65 4.2 6.2 6.0 6.0
y = -86.748x2 + 127.4x + 0.1305
2 1.22 1.25 1.26 1.27 1.32 1.31 11.62 8.42 13.8 9.2 18.1 5.3 R2 = 0.5003
60
3 0.96 0.90 1.00 0.91 1.08 1.07 13.84 32.99 22.0 52.0 12.3 27.8

4 1.05 1.00 1.12 1.04 1.21 1.22 19.78 32.18 17.1 43.4 27.3 30.1

5 0.93 0.91 0.99 0.96 1.07 1.04 35.50 26.85 22.3 18.0 30.7 21.9
AR

40

6 1.06 1.06 1.13 1.13 0.94 0.94 37.85 28.54 57.9 40.3 33.3 30.0

7 1.28 1.26 1.39 1.37 1.56 1.54 55.27 70.82 41.0 67.7 53.5 90.3
20

8 0.85 0.84 0.94 0.92 1.10 1.08 49.70 62.10 49.6 46.9 51.6 60.8

9 0.85 0.83 0.93 0.91 1.08 1.07 42.92 62.79 57.2 70.1 51.5 52.8
0
10 0.79 0.76 0.85 0.83 1.00 0.98 44.01 61.84 70.1 68.5 65.1 54.6 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
V/C
11 0.64 0.62 0.71 0.68 0.85 0.83 45.23 53.10 45.7 55.5 43.5 54.8

12 0.56 0.54 0.49 0.45 0.50 0.48 58.22 45.71 33.2 36.8 32.7 34.4

13 0.47 0.46 0.39 0.37 0.39 0.39 30.50 25.67 102.7 38.9 48.7 24.3
Diagram pencar pola hubungan v/c rasio dan antara jalan 2 lajur searah dengan jalan 4 lajur,
AR serta nilai R2 seperti pada gambar berikut. seperti terlihat pada diagram pencar berikut ini.
Dari diagram di atas terlihat kecenderungan Perbedaan pola kecenderungan ini
berpola parabolik positif (titik balik dikarenakan v/c rasio pada jalan 2 lajur relatif
maksimun), Nilai R2 cukup signifikan diatas lebih kecil dibandingkan pada jalan 4 lajur.
0,5 artinya perubahan variansi AR dipengaruhi Namun yang menarik adalah pada kondisi v/c
oleh perubahan v/c rasio sebesar 0,5003 dan yang sama ternyata jalan 2 lajur mempunyai
pengaruh faktor yang lain sebesar 0,4997. angka kecelakaan yang lebih tinggi
dibandingkan jalan 4 lajur. Hal ini disebabkan
Pola tersebut diakibatkan karena pada v/c
oleh faktor kebebasan memilih lajur dimana
rendah pengemudi dapat bergerak leluasa
pengemudi yang berada pada jalan 2 lajur
dengan kecepatan yang diinginkan tanpa
kurang mempunyai kebebasan bergerak
adanya hambatan atau bahaya dari pengemudi
dibandingkan pada jalan 4 lajur.
lain. Pada kondisi tersebut peningkatan volume
lalu-lintas justru mengakibatkan kecelakaan
meningkat. Sampai pada kondisi v/c tertentu
Hubungan V/C Rasio Dengan AR
antara 0,6–0,7 dimana derajat kejenuhan jalan
meningkat mengakibatkan pengemudi harus Berdasarkan Tipe & Jenis Kecelakaan.
mengurangi kecepatan dan lebih waspada
Dengan perhitungan yang sama pada agregat
dalam mengontrol kendaraan, sehingga terjadi
tahun, maka dapat diperoleh hubungan antara
titik balik maksimum yaitu peningkatan v/c
V/C rasio dengan AR berdasarkan tipe
rasio justru berpengaruh terhadap menurunnya
kecelakaan tunggal dan multi serta jenis
angka kecelakaan.
kecelakaan berat dan ringan. Dan hubungan
Hubungan v/c rasio dan angka kecelakaan tersebut juga akan dilihat untuk jalan 2 lajur
ternyata mempunyai karakteristik yang berbeda dan jalan 4 lajur, seperti disajikan pada
diagram pencar berikut ini
.

HUBUNGAN V/C dan AR


PADA JALAN 2 LAJUR DAN 4 LAJUR

80
2
y = -77.893x + 148.78x - 14.338
2
R = 0.5047
60

40
AR

20 y = 451.8e
-2.871x

2
R = 0.6771

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
V/C
4L 2L Expon. (4 L) Poly. (2 L)

\
KECELAKAAN TUNGGAL KECELAKAAN TUNGGAL

100 100

y = 9.0434x 2 - 24.559x + 44.824 y = 68.316x 2 - 196.37x + 143.28


-2.6815x 80
80 y = 183.42e R2 = 0.0684 R2 = 0.6741
R 2 = 0.6218
60
60
AR

AR
40
40

20
20
0
0 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
V/C
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
4 LAJUR 2 LAJUR
Poly. (4 LAJUR) Poly. (2 LAJUR)
V/C

KECELAKAAN MULTI KECELAKAAN M ULTI


60
60
y = -52.571x 2 + 115.93x - 35.694 y = -45.265x 2 + 95.202x - 37.81
50
y = -59.23x 2 + 108.58x - 29.711 R2 = 0.7132 R2 = 0.2858
50
R2 = 0.4053 40
40

AR
30
AR

30
20

20 10

10 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
0 V/C
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 4 LAJUR 2 LAJUR
Poly. (4 LAJUR) Poly. (2 LAJUR)
V/C

60 70
K EC EL A K A A N R IN G A N /K ER U S A K A N K EC EL A K A A N F A T A L /B ER A T
50 60
2
y = -7 3 .3 6 8 x + 1 2 2 .4 3 x - 2 0 .4 8 3 y = 1 0 1 .0 7 e -2 . 5 6 7 2 x
50
40 R 2 = 0 .3 7 6 9 R2 = 0.6398

40
AR

AR

30
30
20
20

10 10

0 0
0 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8 1 1.2 1 .4 1.6 - 0.2 0 .4 0.6 0 .8 1 .0 1 .2 1 .4 1 .6
V /C
V /C

60
K EC EL A K A A N R IN G A N 70
K EC EL A K A A N F A T A L / B ER A T
50 y = - 2 8 .5 6 1 x 2 + 8 1 .6 2 9 x - 1 2 .5 3 6 y = 3 0 4 .2 9 e -2 .8 2 8 x 60
R 2 = 0 .5 2 1 3 R 2 = 0 .5 4 1 6
y = 7 .2 4 9 6 x 2 - 2 7 .5 3 8 x + 3 6 . 2 8 y = 1 2 8 . 9 3 e -2 . 9 7 8 4 x
50 R2 = 0.578
40 R 2 = 0 .1 6 9 9
40
AR

AR

30
30
20
20

10 10

0
0
0 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8 1 1 .2 1 .4 1 .6 - 0 .2 0 .4 0.6 0 .8 1.0 1 .2 1.4 1 .6
V /C V /C
4L 2L 4L 2L
P o ly . (2 L ) E x p o n . (4 L ) P o ly . (2 L ) E x p o n . (4 L )

tersebut dipisahkan untuk jalan 2 lajur dan


Dari gambar di atas terlihat bahwa pada tipe jalan 4 lajur dimana pada v/c rendah (jalan 2
kecelakaan tunggal dan jenis kecelakaan
fatal/berat pola hubungan adalah negatif lajur) tipe kecelakaan tunggal dan jenis
sedangkan pada tipe kecelakaan multi dan jenis kecelakaan fatal/berat mempunyai pola negatif
kecelakaan ringan hubungan v/c dan AR adalah dimana peningkatan v/c rasio berpengaruh
parabolik positif. Apabila dicermati ternyata terhadap menurunya AR dan sebaliknya pada
pada v/c yang tinggi dimana kondisi lalu-lintas tipe kecelakaan multi dan jenis kecelakaan
sudah mendekati titik jenuh maka baik ringan nilai AR justru meningkat. Namun pada
kecelakaan tunggal maupun multi serta kondisi v/c yang mendekati titik jenuh maka
kecelakaan fatal/berat dan ringan nilai AR terus baik kecelakaan tunggal maupun multi serta
menurun dengan meningkatnya v/c rasio. Hal kecelakaan fatal/berat dan kecelakan ringan
ini jelas terlihat apabila tipe kecelakaan mengalami penurunan AR.
Hubungan V/C dan Kecelakaan Pada kecelakaan selanjutnya ditinjau pada kondisi
v/c rasio yang dikelompokan pada interval 0,1
Agregat Jam
sebagai variabel X sehingga akan terlihat
jumlah kejadian kecelakaan pada berbagai
Hubungan v/c dan angka kecelakaan pada
rentang v/c rasio. Hasil analisis tersebut terlihat
agregat jam adalah analisis yang dilakukan
pada tabel berikut :
untuk mengetahui hubungan secara lebih
spesifik dengan berbasis volume lalu-lintas saat
peristiwa kecelakaan sedang terjadi. Jumlah
Jumlah Kecelakaan pada
Berbagai Kondisi V/C Rasio

Jumlah Kecelakaan Jalan 2 Lajur

V/C Σ KECELAKAAN Pada berbagai Kondisi V/C Rasio

4 Lajur 2 Lajur Jumlah 400

Kecelakaan
0 - 0.1 4 49 53 200

0.1 - 0.2 63 352 415


0.2 - 0.3 42 379 421
0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1

V/C Rasio (Agregat jam)


0.3 - 0.4 23 246 269
0.4 - 0.5 49 204 253 Jumlah Kecelakaan Jalan 4 Lajur
Pada berbagai Kondisi V/C Rasio

0.5 - 0.6 93 172 265 400

0.6 - 0.7 85 109 194


Kecelakaan

200
0.7 - 0.8 39 78 117
0.8 - 0.9 19 47 66 0
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1
0.9 - 1 5 33 38 V/C Rasio (Agregat jam)

Secara umum jumlah kecelakaan lebih banyak


terjadi pada v/c yang rendah antara 0,1 sampai Bobot Kecelakaan Pada Berbagai Kondisi
dengan 0,4 dan terus berkurang dengan V/C Rasio
bertambahnya v/c rasio. Namun pada jalan 4 Untuk mendapatkan tingkat keparahan
Lajur jumlah kecelakaan meningkat lagi pada kecelakaan, maka tiap kejadian kecelakaan
v/c antara 0,5 sampai dengan 0,7. Hal ini akan diberi bobot berdasarkan jenis kecelakaan
disebabkan karena jumlah tipe kecelakaan yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
multi yang melibatkan lebih dari satu kerusakan kendaraan saja, kecelakaan yang
kendaraan meningkat pada jalan 4 lajur. Pada mengakibatkan luka ringan, luka berat dan
jalan 2 lajur jumlah kejadian kecelakaan paling meninggal dunia dengan bobot masing-masing
banyak terjadi pada pada v/c 0,3 dan pada jalan adalah 0,2, 0,8, 3 dan 6. Analisis terhadap
4 lajur ternyata v/c 0,6 dan 0,7 adalah bobot kecelakaan yang dihubungkan pada
penyebab jumlah kecelakaan tertinggi. berbagai kondisi v/c rasio dapat terlihat pola
diagram pencar seperti pada gambar dibawah
ini:
DIAGRAM PENCAR
Rata-2 Bobot Keparahan Kecelakaan
BOBOT KECELAKAAN
Pada Jalan 2 Lajur

3,0
Bobot Kecelakaan

50
2,0
45
1,0
40
0,0
35 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
BOBOT KECELAKAA

30 V/C Rasio (Agregat jam)

25

20 Rata-2 Bobot Keparahan Kecelakaan


Pada Jalan 4 Lajur
15
3,0
Bobot Kecelakaan

10
2,0
5
1,0

0
0,0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
V/C
V/C Rasio (Agregat jam)
Bobot keparahan tinggi lebih banyak terjadi 2. Untuk kepentingan perencanan secara
pada v/c rasio rendah dan relatif menurun pada makro analisis berbasis ruas akan lebih
v/c rasio tinggi. Pada jalan 2 lajur rata-rata relevan akan tetapi untuk keperluan mikro,
bobot kecelakaan sebesar 2,53, dan pada jalan analisis berbasis volume jam kecelakaan
4 lajur rata-rata sebesar 1,87. akan lebih tepat, dimana setiap kejadian
kecelakaan akan dievaluasi pada volume
KESIMPULAN lalu-lintasnya saat itu.
3. Pada analisis dengan agregat tahun,
Secara umum terdapat pola hubungan antara penetapan nilai k sebagai faktor pengali
v/c rasio dengan angka kecelakaan yaitu LHRT untuk mendapatkan volume jam
polynomial positif (R2 = 5,003) dengan titik perencanaan sesuai MKJI 1996 sebesar
balik maksimum pada v/c antara 0,6 sampai 0,11 untuk jalan tol sudah terlalu tinggi
dengan 0,7. Artinya angka kecelakaan sehingga perlu untuk ditinjau kembali.
meningkat pada v/c yang terus meningkat dan Untuk kasus tol Jakarta - Cikampek dengan
kembali menurun pada titik balik maksimum. menggunakan nilai k sebesar 0,11 ternyata
Pola hubungan tersebut ternyata mempunyai menghasilkan v/c rasio mencapai angka
karakteristik berbeda untuk jalan 4 lajur (v/c 1,5.
rasio yang relatif tinggi) dan jalan 2 lajur (v/c 4. Pada analisis dengan agregat jam berbasis
rasio yang relatif rendah), yaitu sebagai berikut volume lalu-lintas saat terjadinya
: kecelakaan, dibutuhkan master data
1. Jalan 2 Lajur mempunyai angka volume lalu-lintas yang dapat mewakili
kecelakaan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi arus pada saat terjadinya
jalan 4 Lajur, yang dimungkinkan kecelakaan (volume simulasi). Perubahan
dipengaruhi oleh faktor kecepatan dan ekstrim karakteristik kondisi lalu-lintas
kebebasan manuver kendaraan. dapat berpengaruh pada keakuratan volume
2. Pada kondisi v/c rasio rendah dimana lalu-lintas hasil simulasi.
pengemudi masih leluasa memilih 5. Perlu upaya dan perhatian khusus terhadap
kecepatan dengan gangguan kendaraan lain pengaturan kecepatan dan rambu-rambu
yang masih terbatas, tipe kecelakaan multi peringatan terhadap bahaya kecelakaan di
dan jenis kecelakaan ringan, mempunyai jalan tol terutama pada jalan tol dengan
pola hubungan positif (+), dimana fasilitas jalan 2 lajur.
peningkatan v/c rasio berpengaruh 6. Untuk memperkaya studi empiris, perlu
terhadap peningkatan angka kecelakaan. penelitian serupa dengan lokasi yang
Namun hubungan tersebut berpola negatif berbeda dan penelitian hubungan tingkat
(-) pada tipe kecelakaan tunggal dan jenis kecelakaan dengan faktor-faktor lalu-lintas
kecelakaan fatal/berat. yang lain seperti kecepatan, kepadatan
3. Pada v/c rasio tinggi mendekati arus jenuh maupun headway untuk dapat memperoleh
pola hubungan yang terjadi pada umumya hubungan yang lebih baik antara pengaruh
adalah negatif, dimana v/c rasio yang kondisi lalu-lintas terhadap tingkat
meningkat akan berpengaruh terhadap keselamatan lalu-lintas.
menurunnya angka kecelakaan.
4. Nilai bobot keparahan kecelakaan relatif DAFTAR PUSTAKA
menyebar hampir pada semua kondisi v/c
rasio. Namun pada jalan 2 lajur rata-rata Chang, J et al, 1999, of Traffic Condition (v/c)
bobot kecelakaan relatif lebih tinggi yaitu on Safety at Freeway Facility
2,53 dibandingkan jalan 4 lajur yaitu 1,87. Section, Journal Of Korean Society
Besarnya tingkat keparahan kecelakaan ini of Transportation.
juga dipengaruhi oleh faktor kecepatan Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Manual
kendaraan dan kebebasan memilih lajur. Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
Jakarta.
Ditjen Perhubungan Darat, 2002, Pelatihan
SARAN SARAN
Teknik Keselamatan Lalu Lintas dan
1. Untuk menganalisis hubungan antara v/c Angkutan Jalan, Jakarta.
rasio dengan angka kecelakaan dapat Frantzeskakis, J.M., and D.I. Iordanis. (1987).
dilakukan dengan berbasis ruas pada Volume-to-Capacity Ratio and
agregat tahun maupun dengan berbasis Traffic Accident on Interurban Four-
volume lalu-lintas pada saat terjadinya Lane Highways in Greece,
kecelakaan dengan agregat jam. Transportation Research Record
1112, TRB, National Research
Council, Washington, D.C., pp. 29–
38.
Golob, Recker and Alvarez, 2003, A Tool to
Evaluate the Safety Effects of
Changes in Freeway Traffic Flow,
Journal of Transportation
Engineering (ASCE) University of
California, Irvine.
Hall, J.W., and O.J. Pendleton. 1989.
Relationship Between V/C Ratios
and Accident
Rates, Report FHWA-HPR-NM-88-02.
FHWA, U.S. DOT, June 1989.
Lord, et al, 2004, Modeling Crash–Flow–
Density and Crash–Flow–V/C Ratio
Relationship for Rural and Urban
Freeway Segments, The 83rd Annual
Meeting of the Transportation
Research Board.
Min, Z., and V. P. Sisopiku, 1997. Relationship
between V/C Ratios and Accident
Rates, Transportation Research
Record 1581, TRB, National
Research Council,Washington, C,
pp. 47–52.
KAJIAN MASSALISASI MOBIL PENUMPANG UMUM TRAYEK PASAR JOHAR –
PERUMNAS BANYUMANIK KOTA SEMARANG1

Dhar Heri Arimaya2., Bambang Pudjianto3, Bambang Riyanto4

ABSTRACT

The transportation system that smooth, safe, cheap and efficient is preferred for urban transportation
development, therefore, to create orderliness in transportation system should be supported by good
pubilc transportation services. The existing condition of Johar Market-Perumnas Banyumanik route
that is serviced by 229 legal vehicles of MPU C10, (DLLAJR, 2003) is no longer appropriate with
demand. Thus, MPU performance services in the form of quantity is unbalanced that creates cost
inefficiency for operator.

This study aimed to analyze the performance of MPU with its improvement or possibility to apply
masse transportation from standpoint of maximum capacity from load factor, vehicle operational cost,
and revenue from this route. Data used in this study is consisted of primary and secondary data.
Primary data was collected from dynamic and static surveys, on data sample that conducted in
Tuesday, Thursday and Saturday with observation periods between 06.30-08.30 am, 11.30am-
13.30pm, and 15.30-17.30pm. Secondary data no collected from related offices such as DLLAJR
Semarang, UBK DAMRI Semarang and operator.

The data shows that the average of MPU operation is 16 trips/vehicle; the amount of operated vehicle
143; average tariff of Rp. 2,000; BOK a day Rp. 438.200; the average dynamic load factor 117% with
headway 0.85 minutes or frequency of 71 vehicle/hour; the average FBR 1.02; the revenue is 0.02
higher than BOK break event point; the data analysis results is not appropriate with operator revenue
standards from Dirjen Perhubungan in 2002 namely 10% from BOK break event point.

The analysis on MPU performance optimization with performance improvement by applying static
load factor to attain feasible operation (=lf d mlo 126%) show that the amount of vehicle reduced from
143 to 66, headway from 0.85 to 1.876 minutes, dynamic load factor from 117% to 126%, static load
factor from 33.33% to 72.51% with FBR 1.104, and operator revenue is based on standard of 10%
BOK break event point.

The analysis on MPU masse review to Middle Bus, with same tariff Rp. 2000, BOK a day Rp. 860.200
with circulation time 199 minutes. The Middle Bus that can operate in a day are 16 trips/vehicle, and
total passengers in a day are 15,904, dynamic load factor 123%, break event load factor 112%, then the
replacement MPU of 143 vehicles by Middle Bus of 67 vehicles with headway 1.77 minutes and FBR
1.10 is appropriate with standard 10% of BOK break event point.

For short-term alternative, MPU performance optimization is necessary with sustainable policy on
MPU to Middle Bus masse.

Keywords : Analysis on MPU performance optimization or masse review to middle Bus5

1. PILAR Volume 18, Nomor 1,April 2008: Halaman 19 - 24


2. Pengajar SMKN 7 Semarang
5
3.4 Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No. 5 Semarang
PENDAHULUAN Uji sampel dua pihak dengan (perhitungan nilai
statistik) jumlah sampel (n) 36, jumlah sampel
Kondisi saat ini jumlah MPU trayek C10 Pasar minus 1adalah 35, rata-rata penumpang (x) 13.14
Johar - Perumnas Banyumanik dengan jumlah per trip, jumlah simpangan kuadrat 864.306,
kendaraan yang mendapatkan ijin trayek sebesar standart deviasi (ssebesar 4.969, jadi rata-rata
229 kendaraan (DDLAJR Kota Semarang, 2003) penumpang per trip ( o) sebesar 14. Hipotesa
terlalu berlebihan (over supply) untuk panjang awal, uji dua pihak (t) dari daftar distribusi
rute yang ada (headway 0,55 menit), sehingga penumpang dengan = 0,05 dan dk = 35 yaitu
mengakibatkan kualitas pelayanan MPU tidak daerah kritisnya adalah – 2.032 < t < 2.032. Data
sebandingnya antara biaya yang harus ditanggung analisa diperoleh t = -1.040, kriteria pengujian
oleh operator dengan pendapatan yang diperoleh. diterima, dengan tingkat keper-cayaan 95%,
Solusi pokok permasalahannya dengan tinjauan peneliti memperlihatkan bahwa sampel yang
kelayakan operasional kinerja MPU pada per- diambil bisa mewakili tingkat populasi.
baikan kinerjanya (optimalisasi dengan memper-
timbangkan keseimbangan antara biaya opera- Dan dari hasil analisa kinerja pelayanan MPU dari
sional dengan pendapatan) atau kemungkinan survei di lapangan yaitu, waktu tempuh MPU
menerapkan massalisasi angkutan umum ditinjau rata-rata 122 menit, rata-rata jumlah penumpang
dari kapasitas optimal MPU dari load factor, dinamis adalah 14 penumpang jadi rata-rata load
biaya operasional kendaraan, dan tingkat factor dinamis adalah 117%, load factor statis
pendapatan terhadap biaya operasional kendaraan diperoleh 33,33%, dengan headway rata-rata 0,85
pada trayek tersebut, khususnya melakukan : menit atau frekuensi rata-rata 71 kendaraan/jam,
analisis kinerja operasional MPU, analisis waiting time (waktu tunggu) rata-rata penumpang
pendapatan MPU, evaluasi permintaan kendaraan menunggu 0,42 menit.

MPU dengan optimalisasi pengoperasian MPU Dari analisis tersebut load factor dinamis rata-rata
dan alternatif masalisasi MPU dengan Bus 117% menunjukkan permintaan akan MPU diwi-
Sedang. Dengan penelitian ini diharapkan dapat layah studi cukup tinggi. Permintaan tertinggi
memberikan gambaran kelayakan usaha bagi para antara jam 06.30–08.30, dengan load factor
operator atau pihak swasta dalam usaha angkutan dinamis sebesar 123%. Headway tertinggi terjadi
MPU khususnya yang melayani trayek Pasar antara jam 15.25-17.35 dengan headway sebesar
Johar – Perumnas Banyumanik dan memberikan 0,88 menit, frekuensi tertinggi terjadi antara jam
masukan kepada pihak regulator. 11.30–13.30 sebesar 75 kendaraan/jam. Permin-
taan terrendah terjadi pada jam 15.25-17.35
PEMBAHASAN dengan load factor dinamis sebesar 97%.
Headway pada jam 11.30–13.30 sebesar 0,81
Tujuan pelayanan angkutan umum adalah dengan menit, dengan frekuensi 69 kendaraan/jam. Guna
memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman lahan sepanjang trayek Pasar Johar – Perumnas
dan murah (Warpani SP. 1996), dengan menye- Banyumanik merupakan perkantoran, sekolah dan
laraskan harapan maupun keinginan dari kedua pertokoan berarti mengidentifikasikan permintaan
belah pihak tanpa ada yang dirugikan, khususnya angkutan MPU dapat dikategorikan tetap stabil.
mengkaji masih layak tidaknya usaha operator
MPU trayek C10 Pasar Johar – Perumnas Hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
Banyumanik pada saat ini. kualitas kinerja pelayanan MPU yaitu, waktu
tempuh 122 menit bobot nilai 3, load factor
Analisis Operasi Mobil Penumpang Umum dinamis rata-rata117% bobot nilai 1, headway
rata-rata 0,85 menit bobot nilai 3, frekuensi rata-
Data yang diperlukan yaitu data primer (survei rata 71 kend/jam bobot nilai 3, waiting time rata-
dinamis dan survei statis) dan data sekunder rata 0,42 menit bobot nilai 3, dai jumlah total
(instansi terkait), pengambilan data primer dengan bobot nilai yang diperoleh adalah 13 bisa
metode sampel kelompok dilakukan pada tanggal dikategorikan baik.
3, 5, 7 oktober 2006 (hari Selasa, Kamis dan
Sabtu) pada MPU trayek C10 Pasar Johar – Analisis pendapatan dipakai untuk menilai kela-
Perumnas Banyumanik via Jalan Dr. Cipto dan yakan usaha pelayanan jasa angkutan yang dio-
via Jalan MT. Haryono dengan waktu pengamatan perasikan. Dalam analisis kelayakan mencakup
pagi jam 06.30– 08.30, siang jam 11.30–13.30, perhitungan biaya operasi MPU dan pendapatan
sore jam 15.30- 17.30. yang diperoleh dari hasil usaha yang dilakukan.
Rata-rata kemampuan membayar user. Dari hasil
survei dinamis dapat diketahui tarif yang diba- Rp. 2.986,65 perkilometer, jadi BOK trayek Bxx
yarkan oleh user ada tiga kategori yaitu Rp. Pasar Johar – Perumnas Banyumanik (via Dr.
3.000,00 (umum jarak > 10 km) ; Rp. 2.000,00 Cipto & MT. Haryono) dengan 288 kilometer
(umum jarak < 10 km) ; dan Rp. 1.000,00 perhari sebesar Rp 860.200,00
(pelajar), Besaran yang diambil untuk analisis
adalah tarif rata-rata perpenumpang Rp. 2.000,00, Besaran-besaran yang digunakan dalam analisis
data frekuensi operasional perhari adalah 16 trip, Bus Sedang diasumsikan ditransformasikan dari
rata-rata okupansi 14 penumpang. data MPU yaitu jarak tempuh rit (PP) 36,00
kilometer, operasi perhari dalam sehari sebanyak
Biaya Operasi Kendaraan (BOK) yang 8 rit (pp) atau 16 trip, frekuensi rata-rata 71
dikeluarkan untuk membiayai operasional kenda- kendaraan, waktu sirkulasi rata-rata 122 menit,
raan dalam memberikan pelayanan kepada user jumlah rata-rata 14 penumpang atau rata-rata
diperhitungkan sebagai biaya pokok dalam 15.904 penumpang perhari dan tarif Rp.
analisis pendapatan. Jadi dari analisis data yang 2.000,00. Apabila data survei dinamis MPU
ada biaya operasi kendaraan yang dijalankan ditransformasikan ke kendaraan Bus Sedang
sendiri sebesar Rp. 438.200,00 diperoleh jarak tempuh perrit 36,00 kilometer
dengan kecepatan rata-rata 20,00 kilometer
Besarnya pendapatan dalam analisis ada 3 jenis perjam dengan deviasi waktu diasumsikan 5 %,
pendapatan yaitu, pendapatan nyata operator, maka waktu sirkulasi rata-rata 119 menit dengan
pendapatan impas, dan pendapatan dengan tam- waktu operasi 16 jam adalah 16 trip perhari,
bahan pendapatan bersih operator sebesar 10% jumlah rata-rata dinamis 15.904 penumpang
nilai BOK impas. Pendapatan rata-rata operator perhari dan tarif rata-rata Rp. 2.000,00.
MPU pada kondisi nyata. Rp. 448.000,00, penda-
patan impas Rp. 438.200,00, pendapatan opera-
tor mencapai layak operasi Rp 482.000,00. Peningkatan kinerja operasi MPU
Dengan Fare Box Ratio (FBR) adalah perban-
dingan antara pendapatan dengan BOK yang Dalam peningkatan kinerja operasi MPU dengan
terjadi dengan dioperasikannya kendaraan pada mengoptimalisasi kinerja MPU sesuai yang ada
kondisi normal, sebesar 1,02. Dan salah satu yang yaitu dengan 1) Mempertahankan tarif yang ada
mempengaruhi kinerja pelayanan angkutan umum (Rp. 2.000,00), kinerja pelayanan MPU harus
suatu trayek adalah jumlah kendaraan yang dioptimalkan dengan melakukan peningkatan load
tersedia yang melayani trayek tersebut. Jumlah factor dinamis sampai dengan sebesar minimal
nyata kendaraan yang beroperasi adalah 143 load factor layak operasi (lf d mlo), 2) Menaikkan
kendaraan dan jumlah kendaraan yang ideal untuk tarif sampai batas kelayakan pendapatan operator
beroperasi dengan dari hasil analisa perhitungan yaitu margin keuntungan 10% dari BOK impas
data diperoleh 133 kendaraan MPU, dengan load factor dinamis data yang ada,
3) Menurunkan jumlah kendaraan MPU, diacu
Analisis Operasi Bus Sedang data load factor statis yang ada mencapai load
factor statis sesuai standar Dirjend Perhubungan
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, kajian mas- 2002 yaitu 70%, dengan jumlah kendaraan operasi
salisasi MPU dengan Bus Sedang (kapasitas 24 yang ada, 4) Menurunkan jumlah kendaraan,
penumpang) perlu dikaji sebagai alternatif pem- diacu data load factor statis dari jumlah kendaraan
banding dari optimalisasi kinerja MPU. Analisis hasil analisis load factor mencapai layak operasi.
untuk mengetahui kinerja Bus Sedang, tahapan-
tahapan yang dilakukan pada analisis MPU Kajian massalisasi MPU terhadap Bus Sedang
dikonversikan ke Bus Sedang termasuk untuk
mendapatkan nilai pendapatan layak operasi, se- Massalisasi MPU ke Bus Sedang dengan tarif
bagai acuan untuk menghitung BOK Bus Sedang yang sama dengan batasan load factor dinamis
diacu trayek Bus Sedang B06 Pasar Johar – mencapai layak operasi (lf d mlo) mengikuti
Perumnas Banyumanik via Tugu Muda untuk analisis hitungan yang rasional, 2) Menurunkan
mendapatkan nilai BOK perkilometer yang juga jumlah kendaraan Bus Sedang, diacu data load
dapat dipakai acuan menentukan besaran-besaran factor statis dan jumlah kendaraan yang ada,
lain untuk rencana Bus Sedang trayek Bxx Pasar mencapai load factor statis 70% sesuai standar
Johar – Perumnas Banyumanik via Dr. Cipto dan Dirjend Perhubungan 2002, 3)Menaikan load
MT Haryono. Biaya Operasi Kendaraan BS trayek factor statis, diacu data load factor statis yang ada
B06 (via jalan pemuda) diperoleh sebesar Rp mencapai load factor statis layak operasi dengan
907.942,46 perhari atau biaya operasi kendaraan
data load factor dinamis yang ada (hasil Alternatif massalisasi MPU terhadap Bus
massalisasi MPU ke Bus Sedang). Sedang

HASIL ANALISIS 1) Kajian massalisasi dengan tarif yang sama


yaitu, analisa data bila dikaji kemassalisasi
Alternatif dengan Optimalisasi Kinerja Bus Sedang dengan mempertahankan tarif
Operasi MPU semula yaitu dari Rp 2.000,00, nilai BOK
perhari Rp. 860.200,00 dan waktu sirkulasi
1) Dengan Mempertahankan MPU dengan tarif 199 menit, dari analisis Bus Sedang bisa
yang ada yaitu, Dari hasil analisa data bila beroperasi dalam satu hari adalah 16 trip
mempertahankan tarif semula yaitu dari Rp dengan jumlah total penumpang yang ada
2.000,00 diperoleh load factor dinamis sebesar perhari adalah 15.904 penumpang, diperoleh
126% dari load factor dinamis yang ada load factor dinamis 123%, load factor impas
sebesar 117%, maka pengurangan kendaraan 112%, maka pergantian MPU dari 143
menjadi 132 dari 143 kendaraan yang ada kendaraan ke Bus Sedang sebesar 67 ken-
dengan headway 0,92 menit dari headway daraan dengan headway 1,77 menit.
yang ada sebesar 0,85 menit dan nilai FBRnya
1,10 dari FBR yang ada sebesar 1,02. 2) Kajian massalisasi dengan load factor statis
yang ada mencapai load factor statis standar
2) Mempertahankan MPU dengan kenaikan tarif minimal Dirjend Perhub Tahun 2002 yaitu,
rasional yaitu, Dari hasil analisa data apabila Dari hasil analisis bila menerapkan dan
load factor dinamis yang ada dengan jumlah menyesuaikan load factor statis minimum
kendaraan yang beroperasi tetap dari 143 sesuai standar Dirjend Perhubungan Tahun
kendaraan, load factor dinamis tetap sebesar 2002 yaitu sebesar 70% diperoleh pengu-
117% dan headway tetap dari 0,85 menit, akan rangan jumlah kendaraan dari 67 kendaraan
terjadi kenaikan tarif sebesar 7,59% dari Rp menjadi 17 kendaraan, headway 1,77 menjadi
2.000,00 menjadi Rp 2.151,88, dengan load 7,14 menit, dengan jumlah penumpang rata-
factor impas mengalami penurunan dari 114% rata sebesar 30 orang menjadi 60 orang dan
menjadi 106%. load factor dinamis dari sebesar 123%
menjadi 248% dan FBRnya 2,22.
3) Optimalisasi kinerja MPU dengan menurunkan
jumlah kendaraan dengan load factor statis 3) Kajian masalisasi Bus Sedang dengan menu-
mencapai standar minimal Dirjend Perhub runkan jumlah kendaraan dari data load factor
Tahun 2002 yaitu, Dari hasil analisis bila statis yang ada mencapai load factor statis
menerapkan dan menyesuaikan load factor layak operasi yaitu, hasil analisis bila mene-
statis minimum sesuai standar Dirjend Perhu- rapkan dan menyesuaikan load factor statis
bungan Tahun 2002 yaitu sebesar 70% dipero- mencapai layak operasi dengan load factor
leh pengurangan jumlah kendaraan dari 143 statis sebesar 123% dan jumlah penumpang
kendaraan menjadi 68 kendaraan, headway rata-rata sebanyak 30 orang, diperoleh
0,85 menjadi sebesar 1,79 menit, dengan pengurangan jumlah kendaraan dari 67
jumlah penumpang rata-rata 14 orang menjadi kendaraan menjadi 34 kendaraan, headway
14,26 orang dan load factor dinamis dari 117% 1,77 menjadi sebesar 3,54 menit.
menjadi 122%.
Perbandingan alternatif optimalisasi operasi
4) Optimalisasi kinerja MPU dengan menurunkan MPU dan massalisasi BS
jumlah kendaraan dari data load factor statis
yang ada mencapai load factor statis layak Dari kajian yang ada dan yang menjadi alternatif
operasi yaitu, Dari hasil analisis bila menerap- dalam pengambilan keputusan sebagai tinjauan
kan dan menyesuaikan load factor statis pengambilan kebijakan yang sesuai dengan
mencapai layak operasi diperoleh pengurangan kondisi sekarang dapat dilihat pada halamana
jumlah kendaraan dari 143 kendaraan menjadi akhir
66 kendaraan, headway 0,85 menjadi sebesar
1,86 menit, dengan jumlah penumpang rata- KESIMPULAN DAN SARAN
rata sebanyak 14 orang menjadi 15,12 orang Kesimpulan
dan load factor statis sebesar 33,33% menjadi
72,51%. Dari hasil analisis data survei dilapangan pada
MPU trayek C10 Pasar Johar – Perumnas Banyu-
manik, menunjukan ketidaksesuaian antara factor statis layak operasi, Dari hasil
demand dan supply yang ada terhadap peren- analisis dilihat dari jumlah kendaraan
canaan supply yang direncanakan DLLAJR Kota yang operasi mengalami penurunan
Semarang tahun 2004 dengan mengeluarkan ijin adalah baik dengan tarif yang sama
usaha pada trayek tersebut sebesar 229 unit sebesar Rp. 2.000,00 tapi untuk headway-
kendaraan, tapi pada saat ini hasil survei menun- nya sebesar 1,86 menit penumpang akan
jukkan kendaraan yang beroperasi dilapangan menunggu lebih lama untuk mendapatkan
sebanyak 143 kendaraan, diperoleh load factor angkutan umum MPU.
dinamis rata-rata sebesar 117%, load factor statis Dari hasil penelitian terhadap kajian
rata-rata sebesar 33,33%, headway 0,85 menit massalisasi MPU ke Bus Sedang trayek
dengan FBRnya 1,02. Dalam hal kelayakan pen- Bxx Pasar Johar – Perumnas Banyumanik
dapatan operator masih belum memenuhi (kapasitas 24 penumpang) dapat di tarik
kelayakan pendapatan sebesar FBRnya 1,10 (atau kesimpulan sebagai berikut :
1,1 BOK impas). 5) Kajian massalisasi dengan tarif yang
sama, dari hasil analisis untuk jumlah
Permasalahan diatas ditinjauan terhadap kela- kendaraan operasi 67 kendaraan dan nilai
yakan operasional kinerja MPU dengan perbaikan headway 1,77 menit penumpang akan
kinerjanya (optimalisasi), dan hasil tinjauan opti- menunggu lebih lama untuk mendapatkan
malisasi kinerja operasi MPU trayek C10 Pasar angkutan umum Bus Sedang.
Johar – Perumnas Banyumanik (kapasitas 12 6) Kajian massalisasi dengan load factor
penumpang) dapat di tarik kesimpulan sebagai statis yang ada mencapai load factor statis
berikut : standar minimal Dirjend Perhub Tahun
1) Optimalisasi kinerja MPU dengan tarif 2002, dari hasil analisis diatas untuk
yang ada, Dalam solusi alternatif ini pen- dengan kenaikan load factor dinamis
dapatan operator sudah memenuhi kela- sangat menguntungkan untuk operator,
yakan, nilai headway yang kecil masih tapi bila headwaynya mengalami kenai-
kurang dari 1 menit adalah baik tapi kan menjadi 7,14 menit hal ini kurang
perlu dipertimbangkan lagi mengenai hal menguntungkan untuk pihak user karena
tersebut bila tidak sesuai antara peren- akan menunggu lebih lama untuk men-
canaan dengan dilapangan akan terjadi dapatkan angkutan umum Bus Sedang.
bunching bila ada armada yang mela- 7) Kajian masalisasi Bus Sedang dengan
kukan “pengeteman”. menurunkan jumlah kendaraan dari data
2) Optimalisasi kinerja MPU dengan ke- load factor statis yang ada mencapai load
naikan tarif rasional, Hasil analisa diatas factor statis layak operasi, dari hasil ana-
ditinjau dari kenaikkan tarif masih dalam lisis diatas headwaynya mengalami kenai-
batasan kenaikan yang layak karena kan menjadi 3,54 menit hal ini kurang
masih kurang dari 10% dari tarif semula menguntungkan untuk pihak user karena
dan kemungkinan masih dapat diterima akan menunggu lebih lama untuk menda-
oleh user, tapi apabila hal ini direali- patkan angkutan umum Bus Sedang. tapi
sasikan dilapangan tidak dipantau oleh pihak operator sudah layak untuk penda-
pihak regulator, ditakutkan akan terjadi patannya.
pembengkakan kenaikan tarif dengan
alasan yang kurang logis oleh operator Saran
yang merasa kurang.
3) Optimalisasi kinerja MPU dengan me- Sebagai alternatif jangka pendek diambil opti-
nurunkan jumlah kendaraan dengan load malisasi kinerja MPU dengan kebijakan berke-
factor statis mencapai standar minimal lanjutan pada massalisasi MPU dengan Bus
Dirjend Perhub Tahun 2002, Dari analisis Sedang
diatas pihak operator masih kurang layak
dalam pendapatan, tapi kendaraan yang DAFTAR PUSTAKA
beroperasi menjadi 68 kendaraan dengan
headway 1,79 menit lebih dari 1 menit Bambang YP., 2005., Evaluasi Kinerja Operasi
kemungkinan terjadi bunching adalah Armada Baru Perum DAMRI UBK
kecil bila operator tidak ngetem. Semarang, studi kasus trayek Pasar Johar
4) Optimalisasi kinerja MPU dengan me- – Perumnas Banyumanik, Undip
nurunkan jumlah kendaraan dari data Semarang.
load factor statis yang ada mencapai load
Black. Alan, 1995. Urban Mass Transportation LPM ITB 1997, Modul Pelatihan Manajemen
Planning, Mc Graw Hill, USA. Lalu Lintas Perkotaan, ITB Bandung
Black. John, 1981. Urban Transport Planning, bekerjasama dengan Kelompok Bidang
School of Transport and Highways, Keahlian Rekayasa Transportasi Jurusan
University of New South Wales. Teknik Sipil ITB.
Blackledge G. Bell-DA. - Bowen P., 1983., The LPM ITB, 1997. Modul Pelatihan Perencanaan
Economoc And Planning Of Transport, Sistem Angkutan Umum, ITB Bandung
London. bekerjasama dengan Kelompok Bidang
Dirjend Perhubungan Darat, 1996. Dalam Keahlian Rekayasa Transportasi Jurusan
Keputusan No. Teknik Sipil ITB.
SK.274HK.105/DRJD/1996, Pedoman Morlok E.K., 1991. Pengantar Teknik dan
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Perencanaan Transporrtasi, cetakan ke
Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan empat, Erlangga, Jakarta – Indonesia.
Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Mutiara E., 2004. Statistik Berbasisi Komputer
Dirjend Perhubungan Darat, 1999. Dalam untuk Orang-Orang NonStatistik
Keputusan Menteri Perhubungan tahun (Statnon), Kelompok Gramedia, Jakarta –
1999 No. KM. 84 tahun 1999, Indonesia.
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Peraturan Pemerintah. Dalam PP No. 41 Tahun
Jalan dengan Kendaraan Umum, Jakarta. 1993. Angkutan Jalan
Dirjend Perhubungan Darat, 2002. Dalam STTD, 1992. Bahan Kuliah Ekonomi
Keputusan Nomor : SK.687/AJ.206/ Transportasi, tidak diterbitkan Bekasi.
DRJD/2002, Pedoman Teknis Sugiantoro, 2001. Teknik-teknik Sampling, PT.
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Suhartono, 2003. Analisis Keterjangkauan Daya
Trayek Tetap dan Teratur. Beli Penggunaan Jasa Angkutan Umum
DLLAJR Kota Semarang, 2002. Proyek Dalam Membayar Terif, Undip Semarang.
Pengendalian dan Penertiban Lalu Lintas Tasmin O.Z, 1997, Perencanaan dan Pemodelan
evaluasi Pelayanan Angkutan Umum Transportasi, ITB, Bandung.
Kota Semarang, Laporan Tahunan, Tidak Tjokroadiredjo R.E., 1990. Ekonomi Rekayasa
Diterbitkan, Semarang. Transport, ITB Bandung.
DLLAJR Kota Semarang, 2003. Evaluasi UBK Perum Damri Semarang, 2003. Data jenis
Pelayanan Angkutan Umum Kota armada bus sedang Tahun 2003, Tidak
Semarang, Laporan Tahunan, Tidak Diterbitkan, Semarang.
Diterbitkan, Semarang. Vuchic V.R., 1981. Urban Public Transportation
DLLAJR Kota Semarang, 2004. Proyek Evaluasi System and Technology, Prentice Hall,
Pelayanan Trayek Angkutan 2004, New Jersey.
Laporan Tahunan, Tidak Diterbitkan, Waldiyono, 1986. Ekonomi Transport,
Semarang. Universitas Gajah Mada.
DLLAJR Kota Semarang, 2005. Data jumlah Walikota Semarang, 2001. Dalam Peraturan
armada yang ada dan yang dibutuhkan, Daerah Keputusan, Trayek Kendaraan
Tidak Diterbitkan, Semarang. Angkutan Penumpang Umum Dalam
Hoobs. F.D, 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Kota, Tidak Diterbitkan, Semarang.
Lintas, UGM, Yogyakarta. Walikota Semarang, 2002. Dalam Keputusan
Iskandar Abubakar, dkk 1995. Menuju Lalu Nomor : 551.2/190/Tahun 2002,
Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib, Penetapan Tarif Angkutan Kota
Kanafi Adip, 1983. Transportation Demand Semarang.
Analysis, University of California, Warpani Suwarjoko P., 1988. Rekayasa Lalu
Berkley. Lintas, ITB, Bandung.
Kusumastuti P., 2003, Pola Pelayanan Dari Segi Warpani Suwarjoko P., 1988. Pengolahan Lalu
Permintaan Kelayakan Usaha Angkutan Lintas dan Angkutan Jalan, ITB, Bandung
Umum Pedesaan Di Kecamatan Ungaran
Kabupaten Semarang, Undip Semarang.
.KAJIAN MASALAH ANTRIAN PADA SISTEM PENGUMPULAN TOL
KONVENSIONAL TERHADAP RANCANGAN SISTEM PENGUMPULAN TOL
ELEKTRONIK1

Sodikin2,Bambang Riyanto3, Bambang Pudjianto4

ABSTRACT
If the mean of services time rate in toll gate is higher than vehicles arrival rate, queuing is happened.
In order to eliminate queuing, study for alternative toll service system that able to decrease of service
capacity and solve the problem is needed.

The queuing study for conventional toll services system by deterministic analitical simulation
approach model be able to figure out the losing time value along daily, weekly and annually. The
effeciency of this approach model would also be known.

Base on the queuing simulation model and minimum value of time in base year 2005 show that the
time loosed by drivers in Pondok Gede Toll Gate are Rp. 212,067,819.00 per week, Rp
1,060,339,096.00 per month, and Rp. 12,724,069,163.00 per year. If the toll service system operation
is not improve, the losing time values for 5 years would increase to Rp. 477,555,711,015.00 and the
accumulative losing time values for 10 years would be Rp. 4,138,238,760,266.00.

The ideal problem solving for the queuing in Pondok Gede Timur Toll Gate is electronic toll
collection system. It may reduce the vehicles queue for today and future. The ideal combination of
conventional system with electronic system are 10 gates for conventional and 1 gate for electronic
services system if the commuter user higher or equal than 14% and lower than 33%, 9 gates for
conventional and 2 gates for electronic services system if the commuter user higher or equal than
33% and lower than 52%, 8 gates for conventional and 3 gates for electronic services system if the
commuter user higher or equal than 52% and lower than 76%, 7 gates for conventional and 4 gates
for electronic services system if the commuter user higher than 76%.

Key words: queuing, conventional toll system, electronic toll system, time value,
effective combination

Pendahuluan6
Singkatnya, bahwa sistem pengumpulan tol
Sistem pengumpulan tol yang dioperasikan di konvensional telah merugikan waktu sedemi-
Indonesia masih menggunakan sistem kian besar bagi para pengguna jalan tol,
pengumpulan tol konvensional (tradisional) sehingga mengakibatkan besarnya biaya akibat
yaitu sistem pengumpulan tol yang dilakukan antrian sebagai implikasi oleh besarnya nilai
dengan transaksi secara manual baik pada waktu yang terbuang bagi masing-masing
sistem terbuka maupun tertutup. Sistem kendaraan.
pengumpulan tol konvensional membutuhkan
waktu yang relatif tidak sedikit bagi para Yang menjadi hal mendasar dalam meme-
pengguna jalan tol, karena setiap kendaraan cahkan masalah ini yaitu dengan menyeim-
diharuskan untuk berhenti selama beberapa bangkan antara interval waktu kedatangan
waktu untuk mendapatkan pelayanan petugas (time headway) dengan kemampuan waktu
pengumpulan tol. Selain itu pada waktu pelayanan (time service) yang dilakukan di
tertentu dimana terjadi jam sibuk para pintu tol. Melakukan pengaturan waktu
pengguna jalan tol harus melakukan antrian (headway) antar kedatangan kendaraan yang
yang dibarengi dengan gerakan percepatan, menuju pintu tol merupakan hal yang tidak
perlambatan dan berhenti berkali-kali. mungkin dilakukan mengingat distribusi
kedatangan tidak beraturan dan tidak terbatas.
6
1. PILAR Volume17, Nomor 1,April 2009: Halaman 25 -35
2. Dosen Teknik Sipil Univet Bantara Sukoharjo
Jl. Sujono Humardani No.1 Sukoharjo
3,4 Dosen S2 Magister Teknk Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No. 5 Semarang
Oleh karena itu kemungkinan yang dapat dimana setiap antrian berlajur tunggal
dilakukan yaitu dengan mempersingkat lama akan berlaku disiplin FIFO.
waktu pelayanan pada sistem pelayananan di b. Tahap II: tahap dimana arus lalu lintas
pintu tol. (kendaraan) mulai bergabung dengan
antrian yang menunggu untuk dilayani.
Peningkatan kemampuan alat yang mampu Jadi waktu antrian dapat didefinisikan
melayani lebih cepat merupakan cara yang sebagai waktu sejak kendaraan mulai
paling sesuai untuk dilakukan. Oleh karena itu bergabung dengan antrian sampai dengan
maka perlu dilakukan suatu penelitian yang waktu kendaraan mulai dilayani oleh suatu
mengarah kepada pemanfaatan suatu sistem tempat pelayanan.
pelayanan yang mampu melayani dengan c. Tahap III: tahap dimana arus lalu lintas
cepat, akurat dan handal serta mampu mere- (kendaraan) dilayani oleh suatu tempat
duksi lamanya antrian kendaraan di pintu tol pelayanan. Jadi waktu pelayanan (WP)
secara signifikan. Sistem pelayanan dimaksud dapat didefinisikan sebagai waktu sejak
mengarah kepada sistem pengumpulan dimulainya kendaraan dilayani sampai
elektronik. dengan waktu kendaraan selesai dilayani.
d. Tahap IV: tahap dimana arus lalu lintas
Electronic Toll Collection adalah suatu tek- (kendaraan) meninggalkan tempat pela-
nologi yang memungkinkan untuk melakukan yanan melanjutkan perjalanan.
pembayaran secara elektronik pada sistem
pengumpulan tol. Sistem ini dioperasikan
dengan menggunakan alat komunikasi yang
ada atau terpasang pada kendaraan seperti
transponder, wireless atau GPS untuk
dideteksi dengan alat yang terpasang pada
pintu tol yaitu Automatic Vehicle Identification Analisa antrian deterministik secara detail
(AVI), Automatic Vehicle Classification dapat dibedakan menjadi dua tingkatan.
(AVC) dan Vehicle Enforcement System Analisa antrian dapat dilakukan pada tingkat
(VES), sehingga kendaraan yang melewati makroskopik bila kedatangan dan pelayanan
pintu tol tidak perlu berhenti dalam melakukan yang ada bersifat menerus. Sedangkan bila
transaksi. kedatangan dan pelayanan yang ada bersifat
diskrit, maka analisa dilakukan pada tingkat
Konsep Analisis Antrian pada Sistem mikroskopik. Suatu perkiraan mengenai klasi-
Pengumpulan Tol fikasi diperlukan untuk dapat mengakses
karakteristik masukan untuk suatu analisa
Proses terjadinya antrian terdiri dari 4 (empat) antrian, apakah termasuk dalam analisa deter-
tahap ministik ataukah termasuk dalam stokastik.
a. Tahap I: tahap dimana arus lalu lintas Jika masing-masing distribusi kedatangan dan
(kendaraan) bergerak dengan suatu kece- atau distribusi pelayanan probabilistik, keda-
patan tertentu menuju suatu tempat pela- tangan tetap dan atau waktu pelayanan pada
yanan. Besarnya arus lalu lintas yang masing-masing kendaraan tidak diketahui,
datang disebut tingkat kedatangan (λ). Jika maka pemilihan analisis antrian stokastik
digunakan disiplin antrian FIFO dan terda- menjadi pilihan. Dilain sisi apabila waktu
pat lebih dari 1 (satu) tempat pelayanan kedatangan dan waktu pelayanan pada masing-
(multilajur), maka diasumsikan bahwa masing kendaraan diketahui maka kedua
tingkat kedatangan (λ) tersebut akan mem- distribusi baik distribusi kedatangan maupun
bagi dirinya secara merata untuk setiap distribusi pelayanan adalah deterministik.
tempat pelayanan sebesar (λ/N) dimana N
adalah tempat pelayanan. Dengan demi- Bagan di bawah ini akan menunjukkan kapan
kian dapat diasumsikan bahwa akan proses antrian dianalisis menggunakan analisis
terbentuk N buah antrian berlajur tunggal antrian deterministik dan kapan menggunakan
analisa antrian stokastik.
Jika intensitas lalu lintas lebih besar daripada 1 dimana,
(ρ > 1), maka hanya dapat dipecahkan dengan T = waktu rata-rata didalam sistem, detik.
pendekatan proses antrian ke proses antrian L = panjang rata-rata antrean, kendaraan.
deterministik atau dengan melakukan penye- L ≤ 15
suaian dengan beberapa waktu pelayanan, C = kapasitas gerbang, kendaraan per jam.
variasi tingkat kedatangan rata-rata dan tingkat
ST = waktu pelayanan, detik.
pelayanan rata-rata atau dengan cara terakhir
yaitu dengan cara simulasi mikroskopik.
8748 + 2776 L
Berdasarkan studi sebelumnya ( Lin & Su, T= L > 15
1994), untuk suatu nilai panjang antrian rata- C
rata, waktu rata-rata didalam sistem dapat Hubungan antara panjang rata-rata antrian
diestimasikan sebagai berikut: dengan kapasitas gerbang dan rasio volume-
kapasitas dapat diekspresikan sebagai berikut:
1605 + 3250 L
T=
C
L≈0 jika VC ≤ 0.5

L = 7 VC − 3.5 jika 0.5 ≤ V


C
≤ 0.93
Asumsi Setelah Penerapan ETC

L = 3[1 + 6.29(VC − 0.93)(360


C
[
− 1)]1 + (14 VC − 13) t
2
] Kondisi setelah penerapan ETC yaitu kondisi
dimana pintu pelayanan terbagi menjadi 2
dimana, sistem pengumpulan tol dan dioperasikan
secara bersamaan yaitu sistem konvensional
jika VC ≥ 0.93 bagi para pengguna tol yang belum meman-
V/C = rasio volume-kapasitas gerbang faatkan fasilitas ETC dan pintu pengumpulan
t = durasi arus, jam. ETC bagi yang telah memanfaatkan fasilitas
ETC. Jumlah pintu yang dioperasikan tetap 11
pintu, tetapi beberapa pintu tetap diperta-
Metodologi dan Asumsi hankan dengan sistem konvensional dan sele-
Metodologi bihnya dengan sistem ETC.
Asumsi mengenai kondisi antrian yang terjadi
Metode perhitungan dan analisa terhadap ran- pada kedua sistem yang dioperasikan secara
cangan sistem pelayanan ETC dapat dilakukan bersamaan adalah
berdasarkan asumsi atau data sekunder hasil a. Kondisi antrian di sistem pengumpulan
penelitian PT. Jasa Marga sebelumnya. Se- konvensional
dangkan jumlah pintu yang dioperasikan - Kendaraan yang masuk ke sistem
dengan menggunakan sistem ETC disesuaikan antrian dianggap akan membagi secara
dengan efisiensi yang optimal berdasarkan merata ke beberapa pintu yang masih
penggabungan atau kombinasi antara pintu dipertahankan beroperasi dengan sistem
konvensional dan ETC. konvensional, sehingga dianggap salu-
ran kedatangan tunggal dan fasilitas
Asumsi Sebelum Penerapan ETC (eksisting) pelayanan tunggal (single channel-
single phase)
Kondisi pada saat sistem pengumpulan belum - Disiplin antrian yang digunakan adalah
menggunakan sistem ETC atau masih meng- FIFO
gunakan sistem pengumpulan konvensional - Tingkat kedatangan dianggap tidak
(eksisiting) adalah sebagai berikut: tetap, tetapi tingkat pelayanan tetap,
- Kendaraan yang masuk ke sistem antrian sehingga termasuk dalam proses antrian
dianggap akan membagi secara merata ke deterministik
11 pintu yang ada sesuai teori antrian, b. Kondisi antrian di sistem pengumpulan
sehingga dianggap saluran kedatangan elektronik (ETC). Kendaraan yang masuk
tunggal dan fasilitas pelayanan tunggal ke sistem antrian dianggap akan membagi
(single channel-single phase) secara merata ke beberapa pintu yang
- Disiplin antrian yang digunakan adalah beroperasi dengan sistem ETC, sehingga
FIFO dianggap saluran kedatangan tunggal dan
- Tingkat kedatangan dianggap tidak tetap, fasilitas pelayanan tunggal (single
tetapi tingkat pelayanan tetap, sehingga channel-single phase)
termasuk dalam proses antrian deter-
ministik
Asumsi terhadap Pengoperasian b. Pengguna pengumpulan elektronik (ETC)
Pengumpulan Tol Elektronik diprioritaskan bagi pengguna tol yang
secara rutin (komuter) menggunakan
Pengguna, jumlah pengguna dan jenis kenda- fasilitas jalan tol. Sebagai standar asumsi
raan serta sistem kerja pengoperasian ETC perhitungan, maka pengguna jalan tol yang
perlu diasumsikan sebagai berikut: melewati pintu tol di lokasi penelitian
a. Pengguna yang berhak mendapatkan pen- minimum 4 kali dalam seminggu. Bagi
gumpulan elektronik (ETC) adalah peng- pengguna yang melewati pintu tersebut
guna yang telah melakukan registrasi dan kurang dari 3 kali dalam seminggu,
pembayaran dimuka untuk memanfaatkan dilayani dengan sistem pengumpulan
pintu pengumpulan elektronik (ETC) jalan konvensional.
tol atau pelanggan yang melakukan pra c. Jumlah pintu yang dioperasikan adalah 11
bayar. pintu dan pintu tol atau gardu pelayanan
tol yang dioperasikan untuk pengumpulan yang menuju pintu tol Pondok Gede Timur
elektronik (ETC) adalah sebagian kecil diasumsikan sebagai lama waktu pela-
atau sebagian besar dari seluruh jumlah yanan rata-rata (kapasitas pelayanan) yang
pintu yang ada sesuai hasil analisa dimiliki oleh pintu tol Pondok Gede
efisiensi nilai waktu yang diharapkan. Timur.
d. Jenis dan golongan kendaraan yang dipro- e. Data hasil survey sekunder (PT. Jasa
yeksikan memanfaatkan sistem pengum- Marga Cabang Jakarta-Cikampek) berupa
pulan elektronik (ETC) adalah golongan I, data volume lalu lintas kendaraan yang
IIA atau IIB yang melakukan perjalanan menuju pintu tol menuju pintu tol Pondok
komuter (lebih dari 3 kali selama Gede Timur diasumsikan selama tahun
seminggu) 2003 sampai dengan 2005 digunakan
e. Pengguna yang melewati pintu tol sesuai sebagai dasar dalam menentukan pertum-
rancangan sistem ETC akan dicatat dengan buhan (r) volume lalu lintas kendaraan
alat tertentu (AVI, AVC dan VES) dalam yang menuju pintu tol Pondok Gede Timur
kondisi tidak berhenti saat melewati pintu pada tahun-tahun berikutnya, dimana
tol. volume tahun 2005 sebagai base year.
Total pertumbuhan volume rata-rata semua
Asumsi-asumsi yang Digunakan sebagai golongan kendaraan adalah 4,689%.
Dasar dalam Perhitungan Sedangkan masing-masing golongan I
mempunyai pertumbuhan 4,366% per
Untuk dapat melakukan perhitungan dan tahun, golongan IIA mempunyai pertum-
pengolahan dari data yang diperoleh baik dari buhan 4,150% per tahun dan golongan IIB
data primer maupun sekunder, maka perlu mempunyai pertumbuhan 9,173% per
disesuaikan dengan kebutuhan. Berdasarkan tahun.
beberapa data yang diperoleh, maka dilakukan f. Data hasil survey sekunder (literatur)
asumsi terhadap mengenai Nilai Waktu yang digunakan
a. Data hasil survey primer mengenai volume diasumsikan dari data nilai waktu versi
kedatangan kendaraan menuju pintu tol PT. Jasa Marga tahun 1996. Penentuan
Pondok Gede Timur (tingkat kedatangan) nilai waktu tahun-tahun berikutnya
dengan periode per menit. Data ini hanya berdasarkan asumsi tingkat pertumbuhan
digunakan dalam menguji distribusi pola sebesar 5,000% per tahun.
kedatangan kendaraan. g. Data hasil survey sekunder (PT. jasa
b. Data hasil survey sekunder (PT. Jasa Marga Cabang Jakarta-Cikampek) berupa
Marga Cabang Jakarta-Cikampek) berupa survey kepuasan pelanggan yang memuat
data volume kendaraan menuju pintu tol diantaranya mengenai frekuensi pengguna
menuju pintu tol Pondok Gede Timur jalan tol selama seminggu dimana dipero-
periode 15 menitan selama 24 jam pada leh data bahwa pengguna yang melewati
Hari Minggu, Senin, Selasa, Rabu dan jalan tol lebih dari 3 kali dalam seminggu
Kamis digunakan sebagai data untuk sebanyak 49,86% digunakan sebagai dasar
dianalisa. Volume pada hari yang tidak untuk menentukan jumlah pengguna
tersedia (Hari Jumat dan Sabtu) diperoleh sistem pelayanan ETC dan GPC.
dari rata-rata volume pada hari kerja dari h. Lama waktu pelayanan rata-rata pada
hari yang ada datanya (Senin, Selasa, Rabu perhitungan antrian dengan pintu kon-
dan Kamis). vensional diperoleh berdasarkan rata-rata
c. Data hasil survey primer mengenai lama waktu pelayanan yang ditinjau berda-
waktu pelayanan kendaraan di pintu tol sarkan lama waktu pelayanan rata-rata per
Pondok Gede Timur digunakan dalam golongan kendaraan. Golongan I mem-
menguji distribusi pola pelayanan di pintu punyai waktu pelayanan rata-rata 9,4195
tol dan lama waktu pelayanan rata-rata detik, golongan IIA mempunyai waktu
untuk analisa. pelayanan 10,4257 detik dan golongan IIB
d. Data hasil survey sekunder (PT. Jasa mempunyai waktu 14,5956 detik.
Marga Cabang Jakarta-Cikampek) berupa i. Lama waktu pelayanan rata-rata pada
data jumlah pintu atau gerbang yang Gardu Pelayanan Cepat (GPC) diasum-
dibutuhkan berdasarkan volume kendaraan
sikan sebesar 6 detik per kendaraan pada selama 24 jam pada Hari Minggu sampai
setiap gardu atau pintu. Kamis dari survey yang dilakukan PT. Jasa
j. Lama waktu pelayanan rata-rata pada Marga merupakan data yang cukup mewakili
sistem pengumpulan tol elektronik (ETC) untuk dianalisa untuk mendapatkan lama
diasumsikan sebesar 2,4 detik per waktu kendaraan di dalam antrian di pintu tol
kendaraan pada setiap gardu atau pintu. Pondok Gede Timur. Sedangkan untuk
memperoleh data jumlah waktu hilang selama
mingguan, diperoleh dengan menga-sumsikan
Analisis Hari Jumat dan Sabtu (tidak disurvey) sebagai
hari kerja dengan harga sebesar rata-rata waktu
Variabel-variabel yang mempengaruhi perhi- hilang pada hari Senin hingga Kamis (hari
tungan waktu hilang antara lain adalah tingkat kerja).
kedatangan kendaraan, tingkat pelayanan dan Analisa dan perhitungan dengan menggunakan
nilai waktu. Variabel tingkat kedatangan model simulasi antrian Lin & Su menunjukkan
kendaraan diperoleh dari data sekunder hasil bahwa semakin besar volume kendaraan yang
survey PT. Jasa Marga, tingkat pelayanan datang menuju pintu tol, maka waktu hilang
diperoleh dari data primer hasil survey lama yang dialami kendaraan akan semakin besar
waktu pelayanan di pintu tol dan dikuatkan dan sebaliknya. Hal ini disebabkan jumlah
oleh data sekunder mengenai kebutuhan gardu kendaraan yang melakukan antrian semakin
tol di pintu tol Pondok Gede Timur. banyak, sedangkan kapasitas pelayanan tetap.

Data volume lalu lintas yang menuju pintu tol


Pondok Gede Timur periode 15 menitan
Tabel waktu hilang rata-rata yang dialami oleh kendaraan perhari
VOLUME KENDARAAN YG MENUJU PINTU
Ekisting TOL PD. GEDE TIMUR ARAH KE WAKTU HILANG RATA-RATA AKIBAT
Th 2005 JAKARTA ANTRIAN DI PINTU (JAM - KENDARAAN)
(minggu) (senin) (selasa) (rabu) (kamis) (minggu) (senin) (selasa) (rabu) (kamis)
2005 75,497 78,870 79,941 85,791 87,219 154 903 1,091 2,622 8,457
2006 79,044 82,575 83,697 89,821 91,317 412 1,805 2,298 5,708 13,618
2007 82,757 87,424 88,611 95,095 96,678 1,014 3,608 4,471 10,864 20,801
2008 86,645 90,516 91,745 98,459 100,098 2,311 7,034 8,301 18,506 31,113
2009 90,716 94,769 96,056 103,085 104,801 4,702 13,151 14,779 28,944 45,935
2010 94,978 99,221 100,568 107,928 109,724 8,797 22,071 24,125 42,511 65,323
2011 99,440 103,882 105,293 112,998 114,879 14,708 33,874 35,965 60,695 90,597
2012 104,111 108,763 110,240 118,307 120,276 22,739 49,042 52,129 85,156 124,018
2013 109,003 113,873 115,419 123,865 125,927 33,892 69,284 73,686 117,743 168,087
2014 114,124 119,222 120,841 129,684 131,843 48,446 96,525 102,624 160,925 225,677
2015 119,485 124,823 126,518 135,777 138,037 67,870 132,942 141,332 217,788 300,748
Sumber: Analisis, 2006
Nilai waktu yang hilang adalah nilai biaya asumsi nilai waktu (kendaraan-jam) akan
(dalam rupiah/jam/kendaraan) yang seharus- dapat dianalisa untuk mendapatkan nilai waktu
nya tidak dialami oleh kendaraan atau hilang yang dialami oleh kendaraan yang
pengguna jalan tol. Data jumlah nilai waktu menuju pintu tol selama periode harian,
hilang apabila dikalikan dengan variabel mingguan, bulanan dan tahunan
. Tabel nilai waktu hilang pada pintu konvensional
NILAI NILAI WAKTU
WAKTU HILANG RATA-
NILAI WAKTU HILANG RATA-RATA (Rupiah)
TAHUN KEND- RATA
JAM KUMULATIF PER
(Rupiah) (per minggu) (per bulan) (per tahun) TAHUN (Rupiah)
2005 12,855.86 212,067,819.39 1,060,339,096.95 12,724,069,163.42 12,724,069,163.42
2006 13,498.65 400,884,939.00 2,004,424,694.98 24,053,096,339.80 36,777,165,503.22
2007 14,173.58 718,540,265.04 3,592,701,325.19 43,112,415,902.28 79,889,581,405.50
2008 14,882.26 1,242,715,292.48 6,213,576,462.39 74,562,917,548.65 154,452,498,954.15
2009 15,626.37 2,081,639,700.62 10,408,198,503.08 124,898,382,036.91 279,350,880,991.07
2010 16,407.69 3,303,413,833.73 16,517,069,168.67 198,204,830,024.10 477,555,711,015.17
2011 17,228.08 5,015,478,536.39 25,077,392,681.93 300,928,712,183.21 778,484,423,198.37
2012 18,089.48 7,428,818,403.77 37,144,092,018.86 445,729,104,226.31 1,224,213,527,424.68
2013 18,993.96 10,824,498,080.86 54,122,490,404.28 649,469,884,851.40 1,873,683,412,276.07
2014 19,943.65 15,568,694,335.79 77,843,471,678.94 934,121,660,147.29 2,807,805,072,423.37
2015 20,940.84 22,173,894,797.39 110,869,473,986.94 1,330,433,687,843.30 4,138,238,760,266.67
Sumber: Analisis, 2006

Berdasarkan kondisi diatas, dengan asumsi peng- pintu konvensional 9 dan pintu ETC 2 berfungsi
guna ETC (komuter) sebanyak 49,59% per hari, efektif dalam mereduksi antrian di pintu tol.
maka kombinasi pintu pelayanan dengan jumlah

Tabel waktu hilang rata-rata pada kombinasi jumlah pintu konvensional : ETC
WAKTU HILANG RATA-RATA AKIBAT ANTRIAN DI PINTU
Eksisting (JAM - KENDARAAN)/HARI
Th 2005
11 : 0 10 : 1 9:2 8:3
2005 8,457.09 35,168.50 5.47 6.39
2006 13,618.17 46,923.16 16.54 19.27
2007 20,801.22 62,029.61 46.04 52.90
2008 31,112.98 81,322.34 118.72 134.12
2009 45,934.69 105,911.14 286.32 317.25
2010 65,322.56 137,107.55 651.49 706.75
2011 90,597.01 176,449.87 1,301.22 1,368.04
2012 124,017.57 225,932.02 2,491.85 2,516.82
2013 168,087.11 287,950.59 4,477.96 4,306.72
2014 225,677.29 365,385.51 7,652.47 7,074.22
2015 300,748.04 461,937.82 12,437.06 10,992.79
Sumber: Analisis, 2006

Sedangkan jumlah pengguna komuter variatif, ETC yang paling berfungsi efektif dalam
maka kombinasi pintu pelayanan dengan mereduksi antrian di pintu tol adalah seperti
jumlah pintu konvensional dan jumlah pintu grafik berikut
10,000

9,500

9,000

8,500
10 : 1
9:2
8:3
8,000
11:00

7,500

7,000

6,500
Jumlah waktu hilang (jam/hari)

6,000

5,500

5,000

4,500

4,000

3,500

3,000

2,500

2,000

1,500

1,000

500

-
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% 55% 60% 65% 70% 75% 80% 85% 90% 95% 100%

% komuter

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat Kesimpulan dan Saran


bahwa perbandingan waktu hilang pada semua
pintu konvensional (eksisting) masih lebih Peningkatan jumlah volume kendaraan ter-
efektif bila pengguna komuter di bawah 14%. nyata tidak secara linier berpengaruh terhadap
Sedangkan pada kombinasi pintu 10 : 1 akan peningkatan waktu hilang. Hal ini dikarenakan
efektif bila pengguna ETC (komuter) berkisar selain pengaruh volumenya, karakteristik
antara 14% hingga 33%. Untuk kombinasi 9 : penyebaran kendaraan per jam selama periode
2 akan efektif pada pengguna ETC antara 34% satu hari pada hari kerja dan hari libur akan
hingga 52%. Selanjutnya kombinasi 8 : 3 akan menghasilkan perbedaan yang signifikan. Pada
efektif pada pengguna ETC antara 53% hingga hari kerja cenderung terjadi penumpukan
76%. Apabila pengguna ETC melebihi 76% jumlah kendaraan pada jam-jam tertentu
akan lebih efektif dengan kombinasi 7 : 4. (fluktuasi tinggi), tetapi pada hari kerja
cenderung tersebar merata pada banyak jam pembacaan tiket) yang dilaksanakan oleh PT.
(fluktuasi rendah). Jasa Marga pada Tahun 2003 sampai dengan
Tahun 2005, terdapat 13 pintu entrance yang
Penerapan kombinasi sistem pelayanan kon- menyumbang jumlah kendaraan yang cukup
vensional dan ETC tidak hanya mereduksi besar menuju pintu exit tol Pondok Gede
panjang antrian dan lama waktu antrian (waktu Timur. Berdasarkan analisa terhadap OD
hilang) pada pintu pelayanan ETC saja, tetapi tersebut, dari ke-13 pintu tersebut, terdapat 5
juga mereduksi panjang antrian dan lama pintu yang menjadi penyuplai terbesar (sekitar
waktu antrian kendaraan yang berada pada 75% dari total jumlah kendaraan yang berasal
sistem pelayanan konvensional. Hal ini dapat dari ke-13 pintu diatas). Artinya bila dilakukan
terjadi karena pengguna jalan tol (kendaraan) penerapan sistem pelayananan ETC di pintu
yang biasanya memanfaatkan sistem pela- tol Pondok Gede Timur, maka harus juga
yanan konvensional, khususnya bagi pengguna disertai dengan penerapan pintu ETC pada
jalan tol komuter akan beralih menggunakan beberapa pintu masuknya, terutama pada
sistem pelayanan ETC. Besarnya jumlah kelima pintu entrance tersebut.
kendaraan yang beralih ke sistem pelayanan
ETC akan mengurangi kepadatan di sistem Sementara itu dengan melakukan perban-
pelayanan konvensional. dingan antara nilai investasi per line (pintu)
ETC sebesar $3,009,340 atau Rp.
Apabila kombinasi pintu konvensional : ETC 27.535.461.000,00 atau dengan membangun 5
(9 : 2) diterapkan untuk perbaikan kapasitas pintu ETC pada beberapa pintu entrance
pelayanan maka pada 5 tahun berikutnya penyupali arus lalu lintas sebelum pintu tol
(Tahun 2010) akan terakumulasi efisiensi Pondok Gede Timur dan 2 pintu ETC sebagai
sebesar Rp. 477.537.834.384,99 (empat ratus pintu exit di pintu tol Pondok Gede Timur,
tujuh puluh tujuh miliar lima ratus tiga puluh maka total investasi sebesar Rp.
tujuh juta delapan ratus tiga puluh empat ribu 192.748.227.000,00 dibandingkan dengan nilai
tiga ratus delapan puluh empat rupiah). waktu yang hilang akibat besarnya antrian di
Apabila kombinasi pintu konvensional : ETC pintu tol Pondok Gede sampai dengan Tahun
(9 : 2) diterapkan untuk perbaikan kapasitas 2008 sebesar Rp. 154.452.498.954,00 dan
pelayanan di pintu tol Pondok Gede Timur akan meningkat menjadi Rp.
maka pada 10 tahun berikutnya (Tahun 2015), 279.350.880.991,00 pada Tahun 2009, maka
maka akan terakumulasi efisiensi sebesar Rp. semestinya penggunaan pintu ETC sudah
4.137.655.275.070,84 (empat triliun seratus saatnya dipikirkan.
tiga puluh tujuh miliar enam ratus lima puluh
lima juta dua ratus tujuh puluh lima ribu tujuh
puluh rupiah). Daftar Pustaka

Penerapan sistem pengumpulan ETC pada Alvinsyah dan Sutanto Soehodho, 2001,
pintu tol Pondok Gede Timur tidak mungkin Penentuan Jumlah Gerbang Tol yang
berdiri sendiri. Hal ini disebabkan pintu tol Dioperasikan Berdasarkan Hibrida
Pondok Gede Timur dioperasikan dengan Model Tingkat Pelayanan dengan Logika
sistem tertutup, artinya pelanggan akan masuk Fuzzy, Simposium IV FSTPT, Udayana-
(entrance) dari pintu tol sebelumnya dan akan Bali
keluar (exit) dari pintu tol Pondok Gede Timur Berita Jalan Tol, No. 37 Th IV 1985
atau akan melanjutkan perjalanan melewati Bronson, R. 1988, Operations Research,
jalan tol berikutnya dengan sistem tertutup Schaum Series, edisi Kesatu, Erlangga-
atau terbuka yag lain. Jakarta
Burris, M.W. 2003, Application of Variable
Untuk dapat melayani pelanggan yang meng- Tolls on Congested Toll Road, Journal of
gunakan sistem pelayanan ETC, maka perlu Transportation Engineering,
pula diterapkan sistem pelayanan ETC pada ASCE/July/August
beberapa pintu entrance yang menyuplai Hobbs, F. D. 1995, Perencanaan dan Teknik
kendaraan menuju pintu tol Pondok Gede lalu Lintas, cetakan pertama, Gadjah
Timur. Berdasarkan survey OD (atau hasil Mada University Press-Yogyakarta
Info Tol, 2005, http//www.Jasa Marga.or.id, 9 Cikampek dan Pintu Tol Jatibening),
Oktober 2005 Skripsi, Universitas Sebelas Maret
Lin, F. B. and Su, C. W. 1994. Level of Service Surakarta
Analysis of Toll Plazas on Freeway Main Sodikin, 2003, Penanggulangan Kemacetan
Lines, Journal of Transportation Lalu lintas di Pintu Tol dengan
Engineering, ASCE, Vol. 120, No. 2, Konfigurasi Gardu Pelayanan Paralel-
March/April, 246-263 pp. Seri (Laporan Akhir Penelitian Dosen
Majalah Teknik Jalan dan Transportasi, No. Muda), Jurnal Widyatama, Univet
078 Jan/Feb Thn IX, PT. Jasa Marga Bantara Sukoharjo Press
Martin, B.V. and Wohl, M. 1967, Traffic Smith, L. 2003, ITS Decision, Electronic Toll
System Analisys for Engineers and Collection (ETC), Institute of
Planner, McGraw-Hill Book Company Transportation Studies at University of
Morlok, E.K. 1995, Pengantar Teknik dan California at Barkeley and Caltrans.
Perencanaan Transportasi, Cetakan Taha, A.H. 1993, Operations Research : An
Keempat, Erlangga-Jakarta Introduction, Fourth Editions, MacMillan
Salter, R.J. 1980, Highway Traffic Analisys Publishing Company, USA
and Design, The MacMillan Press Ltd- Tamin, O.Z. 2000, Perencanaan dan
London Pemodelan Tranportasi, Edisi Kedua,
San Diego State University Foundation Departemen Teknik Sipil, ITB, Bandung
(SDSU), 1998, I-15 Congestion Pricing Tamin, O.Z. 2003, Perencanaan dan
Project-Monitoring and Evaluation Pemodelan Tranportasi : contoh soal
Services-Task 3.1.12 Phase I Cost of dan aplikasi, Edisi Kesatu, Departemen
Delay Study, San Diego Association of Teknik Sipil, ITB, Bandung
Government, San Diego, California Taiwan Area National Freeway Bureau,
Schrank, D., and Lomax, T. 2001, Urban http//www.freeway.gov.tw. , 9 Oktober
Mobility Study, Texas Transportasion 2004
Institute, Texas A&M University, Transportation Research Board, 1985,
College Station, Tex Highway Capacity Manual, Special
Sodikin, 1996, Analisa dan Pemecahan Report : 209, National Research Council-
Masalah Kemacetan lalu lintas di Pintu Washington, D.C
Tol (Studi Kasus di Jalan Tol Jakarta-
PENGARUH GEOMETRIK JALAN TERHADAP KECELAKAAN LALU LINTAS
DI JALAN TOL (STUDI KASUS TOL SEMARANG DAN TOL CIKAMPEK)1

Elly Tri Pujiastutie2. Bambang Hariyadi3, Untung Sirinanto4

ABSTRAK
Kecelakaan lalulintas di jalan raya pada dekade 10 tahun terakhir telah sangat memprihatinkan. Tidak
pernah satu haripun terlewatkan tanpa adanya kecelakaan. Dengan melihat besarnya jumlah
kecelakaan yang ada di Indonesia keselamatan jalan harus dipandang secara komprehensif dari
semua aspek perencanaan, pekerjaan pembuatan suatu jalan. Perencanaan Geometrik harus
memenuhi persyaratan selamat, aman, nyaman, efisien.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui lebih jauh hubungan geometri jalan dan kecelakaan beserta
karakteristiknya yang terjadi di Indonesia khususnya jalan Tol Semarang dan Tol Cikampek dengan
tujuan mengetahui hubungan antara Angka Kecelakaan dengan Lengkung Horisontal (rad/km) untuk
jalan 2 ( dua ) lajur satu arah dan jalan 4 ( empat ) lajur satu arah, mengetahui hubungan antara
Angka Kecelakaan dengan Naik Serta Turun Vertikal (m/km) untuk jalan 2 ( dua ) lajur satu arah
dan jalan 4 ( empat ) lajur satu arah.

Tahapan analisis dengan pengumpulkan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian diperoleh
dari PT Jasa Marga Semarang dan PT Jasa Marga Cabang Cikampek Jakarta dalam kurun waktu 3
tahun (2003-2005) meliputi data kecelakaan lapangan, data volume lalu lintas, data geometri, dan
data primer sebagai data pendukung kemudian dianalisis dengan statistik menggunakan metode
Regresi untuk mendapatkan hubungan dari tujuan penelitian yang dilakukan.

Hasil analisis hubungan Lengkung Horisontal dan Angka Kecelakaan diperoleh pada jalan Tol 4
(empat) lajur satu arah menunjukkan nilai Lengkung Horisontal antara 0.000 rad/km sampai 0.004
rad/km terjadi penurunan Angka Kecelakaan pada batas tertentu terjadi titik balik setelah nilai
Lengkung Horisontal diatas 0.004 rad/km ada peningkatan Angka Kecelakaan, pada jalan Tol 2
(dua) lajur satu arah menunjukkan nilai Lengkung Horisontal antara 0.000 rad/km dan 0.006 rad/km
terjadi penurunan Angka Kecelakaan, setelah nilai Lengkung Horisontal 0.006 rad/km menunjukkan
semakin besar nilai lengkung Horisontal Angka Kecelakaan menjadi semakin tinggi. Hubungan
Angka Kecelakaan (AR) dan Naik Serta Turun Vertikal pada jalan Tol 4 (empat) lajur satu arah
menggambarkan nilai Naik Serta Turun Vertikal antara 1.000 m/km sampai 5.000 m/km terjadi
penurunan Angka Kecelakaan dengan bertambahnya nilai Naik Serta Turun Vertikal. Hubungan
Angka Kecelakaan (AR) dan Naik Serta Turun Vertikal pada jalan Tol 2 (dua) lajur satu arah
menunjukkan nilai Naik Serta turun Vertikal antar 0.000 m/km dan 5.000 m/km terjadi penurunan
Angka Kecelakaan, setelah nilai Naik Serta Turun Vertikal lebih dari 5.000 m/km menunjukkan
semakin besar nilai Naik Serta Turun Vertikal Angka Kecelakaan menjadi semakin tinggi.
Dibandingkan dengan jalan tol 2 ( dua ) lajur dari analisis hubungan antara Angka Kecelakaan dan
Lengkung Horisontal demikian juga Naik Serta Turun Vertikal jalan tol 4 ( empat ) lajur lebih aman.

Nilai tertentu pada Lengkung Horisontal dan Naik Serta Turun Vertikal sangat berpengaruh terhadap
nilai Angka Kecelakaan. Berdasarkan hasil penelitian nilai Lengkung Horisontal antara 0.004 rad/km
dan 0.006 rad/km terjadi titik aman dimana 7
Angka Kecelakaan pada nilai terendah. Untuk Naik Serta Turun Vertikal nilai 5.000 m/km
merupakan nilai dimana Angka Kecelakaan pada posisi terendah. Angka tersebut diatas diharapkan
bisa menjadi bahan pertimbangan perencanaan Geometrik jalan Tol.

Kata Kunci : Angka Kecelakaan, Alinyemen Vertikal, Alinyemen Horisontal.

7
1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 36 - 47
2. Dosen Universitas Prof.Dr. Hasairin,SH
Jl. Jend. Sudirman No.185 Bengkulu
3. Dosen Universitas Negeri Semarang
Jl. Gunungpati Sekarang
4. Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
PENDAHULUAN Tujuan
Latar Belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Kecelakaan lalulintas di jalan raya pada dekade 10 1. Mengetahui hubungan antara Angka
tahun terakhir telah sangat memprihatinkan. Kecelakaan dengan Lengkung Horisontal
(rad/km) untuk jalan 2 ( dua ) lajur satu
Tidak pernah satu haripun terlewatkan tanpa arah.
adanya kecelakaan. Jumlah kecelakaan lalulintas 2. Mengetahui hubungan antara Angka
di jalan raya yang berakibat fatal di Indonesia Kecelakaan dengan Lengkung Horisontal
berkisar di atas 40.000, dan dengan korban (rad/km) untuk jalan 4 ( empat ) lajur satu
meninggal berkisar diatas 10.000 orang, ini arah.
berarti menunjukkan bahwa sekurang – kurangnya 3. Mengetahui hubungan antara Angka Kece-
30 jiwa melayang setiap harinya di jalan raya. lakan dengan Naik Serta Turun Vertikal
(m/km) untuk jalan 2 ( dua ) lajur satu arah.
Dengan melihat besarnya jumlah kecelakaan 4. Mengetahui hubungan antara Angka
yang ada di Indonesia keselamatan jalan harus Kecelakaan dengan Naik Serta Turun Vertikal
dipandang secara komprehensif dari semua aspek (m/km) untuk jalan 4 ( empat ) lajur satu
perencanaan, pekerjaan pembuatan suatu jalan. arah.
Perencanaan Geometrik jalan merupakan salah
Pembatasan Masalah
satu persyaratan dari perencanaan jalan yang
merupakan rancangan arah dan visualisasi dari
Dari uraian diatas yang meliputi latar belakang
trase jalan agar jalan memenuhi persyaratan
masalah dan tujuan maka ruang lingkup penelitian
selamat, aman, nyaman, efisien. Tidak selalu
ini adalah :
persyaratan itu bisa terpenuhi karena adanya
1. Ruang lingkup penelitian ini dilaksanakan
faktor – faktor yang harus menjadi bahan per-
pada jalan Tol Semarang ( 4 ruas ± 25,59 km
timbangan antara lain keadaan lokasi, topografi,
) dan Tol Cikampek ( 13 ruas, ± 73 km ).
geologis, tata guna lahan dan lingkungan. Semua
2. Data waktu yang diambil oleh peneliti adalah
faktor ini bisa berpengaruh terhadap penetapan
data kecelakaan pada kurun waktu 3 (tiga)
trase jalan karena akan mempengaruhi penetapan
tahun dari tahun 2003 sampai dengan 2005.
Alinyemen Horisontal, Alinyemen Vertikal dan
3. Geometrik yang diambil adalah Lengkung
penampang melintang sebagai bentuk efisiensi
Horisontal (rad/km), Naik Serta Turun
dalam batas persyaratan yang berlaku.
Vertikal (m/km) dan penampang melintang
untuk 2 (dua) lajur dan 4 (empat) lajur.
Berbagai penelitian tentang pengaruh geometrik
terhadap kecelakaan telah dilakukan di beberapa
TINJAUAN PUSTAKA
Negara namun menghasilkan kesimpulan yang
berbeda sehingga mendorong peneliti untuk Angka Kecelakaan Lalu-Lintas
mengetahui lebih jauh hubungan geometri dan
kecelakaan beserta karakteristiknya yang terjadi di Rumus yang digunakan Pignataro, L.J. ( 1973 )
Indonesia khususnya untuk kasus di jalan Tol adalah :
Semarang dan Tol Cikampek A X 1.000.000
Rsc = ------------------------
Permasalahan
365 x T x V x L
Jalan Tol dimana perencanaan dan pembuatannya Rsc = Angka kecelakaan pada bagian jalan raya
untuk memberikan keselamatan, kenyamanan, A = Jumlah kecelakaan selama periode yang
keamanan dan efisiensi namun masih banyak dianalisis
dijumpai kejadian kecelakaan di jalan tol. V = AADT selama periode studi
Kecelakaan bisa diakibatkan oleh beberapa faktor L = Panjang dari bagian jalan raya
yang mempengaruhi. Geometrik bisa menjadi T = Waktu periode analisis
faktor penyebab terjadinya kecelakaan. Sejauh Faktor – Faktor Dalam Perancangan Geometri
mana pengaruh keadaan geometrik untuk Jalan
lengkung Horisontal, naik serta turun Vertikal,
dan jumlah lajur terhadap terjadinya kecelakaan Tujuan utama perancangan geometri adalah untuk
maka untuk kepentingan penanggulangannya menghasilkan jalan yang dapat melayani lalu
diperlukan adanya suatu pola yang dapat lintas dengan nyaman, efisien serta aman. Elemen
menggambarkan karakteristik proses kejadian
kecelakaan lalu lintas khususnya di jalan Tol.
4
– elemen utama perancangan geometri jalan gesek jalannya. Besar kecilnya radius lengkung
adalah : horizontal disesuaikan dengan kecepatan rencana
pada ruas jalan tersebut, tabel dibawah ini
Alinyemen Horisontal menunjukkan besarnya radius lengkung
Horizontal dengan kecepatan rencananya
Besarnya radius lengkung horizontal dipengaruhi
oleh nilai kecepatan rencana, elevasi dan gaya
.

Tabel Kecepatan Rencana dan R Minimum Desain

Kec e Maks f Maks R Min D Maks R minimum dapat ditentukan dengan


Renc. (m/m’) (m) Desain (m) Desain ( o ) mempergunakan rumus dibawah ini :
40 0,10 0,166 47 30,48
0,08 51 28,09 V²
50 0,10 0,160 76 18,85 R min = --- -----------------------
0,08 82 17,47 127 ( e maks + f maks)
60 0,10 0,153 112 12,79
0,08 122 11,74 R = radius /jari – jari tikungan
70 0,10 0,147 157 9,12 V = kecepatan
0,08 170 8,43 e = elevasi
80 0.10 0,140 210 6,82 f = koefisien gesekan
0,08 229 6,25
90 0,10 0,128 280 5,12
0,08 307 4,67 a. Alinyemen Vertikal
100 0,10 0,115 366 3,91
0,08 404 3,55 Dalam perencanaan jalan prosentase turunan /
110 0,10 0,103 470 3,05 kelandaian yang disarankan menggunakan
0,08 522 2,74 landai datar. Adapun standar kelandaian
120 0,10 0,090 597 2,4 maksimum pada jalan luar kota dan dalam
0,08 667 2,15 kota, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

KELANDAIAN MAKSIMUM JALAN


Kec Renc Jalan Luar Kota Jalan Antar Kota
Km/jam Datar Bukit Gunung Landai Maks. Landai Maks.
(%) (%) (%) Standar (%) Mutlak (%)
40 - - - 7 11
50 - - - 6 10
60 - - - 5 9
64 5 6 8 - -
80 4 5 7 4 8
96 3 4 6 - -
113 3 4 5 - -
b. Penampang melintang
Komposisi penampang melintang jalan terdiri atas jalur, lajur , median, bahu, jalur pejalan kaki, selokan dan
lereng. Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana yang dalam hal ini dinyatakan dengan
fungsi dan kelas jalan seperti pada tabel berikut.

Fungsi Kelas Lebar lajur Ideal ( m )


Arteri I 3.75
Kolektor IIIA, IIIB 3.00
Lokal IIIC 3.00
PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
Volume Lalu Lintas

Data volume lalu lintas di jalan Tol Semarang dan tol Cikampek dari tahun 2003 sampai 2005 mengalami
kenaikan yang cukup berarti seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel Volume Kendaraan dan Lalu lintas Harian Rata–Rata Jalan Tol Semarang
Tahun NAMA RUAS VOLUME LHRT %
KENDARAAN PERTUMBUHAN
Per Tahun
JALUR A JALUR JALUR JALUR JLR A JLR B
2005 KRAPYAK - 3193886 2992593 8750 8199 7.90 7.90
2004 KRAPYAK - 2892252 2773383 7924 7598 6.34 6.34
2003 KRAPYAK - 2649105 2608138 7258 7146
RATA – RATA 2911748 2791371 7977 7648 7.12 7.12
2005 JATINGALEH - 6061625 4808281 16607 13173 4.07 6.92
2004 JATINGALEH - 5824520 4497011 15958 12321 5.32 8.60
2003 JATINGALEH - 5530504 4140811 15152 11345
RATA – RATA 5805550 4482034 15906 12280 4.69 7.76
2005 JATINGALEH - 1755225 1712532 4809 4692 9.64 8.14
2004 JATINGALEH - 1600842 1583584 4386 4339 13.33 11.37
2003 JATINGALEH - 1412522 1421907 3870 3896
RATA – RATA 1589530 1572674 4355 4309 11.49 9.76
2005 GAYAMSARI - 2885601 2811573 7906 7703 7.91 7.91
2004 GAYAMSARI - 2782549 2605558 7623 7139 7.05 7.05
2003 GAYAMSARI - 2629300 2434047 7204 6669
RATA – RATA 2765816.565 2617059 7578 7170 7.48 7.48
Tabel Volume Kendaraan dan Lalu lintas Harian Rata–Rata Jalan Tol Jakarta
Tahun NAMA RUAS VOLUME LHRT %
KENDARAAN PERTUMBUHAN/TH
JALUR JALUR JALUR JALUR JALUR A JALUR B
A B B B
2005 halim - pondok gede 43529535 43923005 119,259 120,337 5.36 5.36
barat
2004 halim - pondok gede 41686650 41686650 114,210 114,210 0.95 0.95
barat
2003 halim - pondok gede 41002676 41294174 112,336 113,135
barat
rata – rata 42072954 42301276 115268 115894 3.16 3.16
2005 pondok gede brt - pg tmr 37931895 37423557 103,923 102,530 3.60 3.60
2004 pondok gede brt - pg 36124050 36124050 98,970 98,970 1.42 1.42
tmr
2003 pondok gede brt - pg 34961599 35618543 95,785 97,585
tmr
rata – rata 36339181 36388717 99559 99695 2.51 2.51
2005 pondok gede tmr - 30611090 29951119 83,866 82,058 5.51 5.51
cikunir
2004 pondok gede tmr - 28386415 28386415 77,771 77,771 12.36 12.36
cikunir
2003 pondok gede tmr - 27087314 25263110 74,212 69,214
cikunir
rata - rata 28694940 27866881 78616 76348 8.94 8.94
2005 cikunir - bekasi barat 33174120 33216528 90,888 91,004 8.58 8.58
2004 cikunir - bekasi barat 30591745 30591745 83,813 83,813 11.58 11.58
6
2003 cikunir - bekasi barat 28884640 27418070 79,136 75,118
rata - rata 30883502 30408781 84612 83312 10.08 10.08
2005 bekasi barat- bekasi 28928379 28072597 79,256 76,911 5.62 5.62
timur
2004 bekasi barat- bekasi 26578951 26578951 72,819 72,819 9.13 9.13
timur
2003 bekasi barat- bekasi 25035715 24356085 68,591 66,729
timur
rata - rata 26847682 26335878 73555 72153 7.37 7.37
2005 bekasi timur - cibitung 25076908 24985385 68,704 68,453 11.26 11.26
2004 bekasi timur - cibitung 22457760 22457760 61,528 61,528 7.31 7.31
2003 bekasi timur - cibitung 20993705 20927275 57,517 57,335
rata - rata 22842791 22790140 62583 62439 9.28 9.28
2005 cibitung - cikarang 20695002 20418750 56,699 55,942 11.71 11.71
barat
2004 cibitung - cikarang 18278892 18278892 50,079 50,079 10.41 10.41
barat
2003 cibitung - cikarang 16801315 16554940 46,031 45,356
barat
rata - rata 18591736 18417527 50936 50459 11.06 11.06
2005 cikarang brt - cikarang tmr 14388649 14171224 39,421 38,825 17.24 17.24
2004 cikarang brt - cikarang tmr 12087151 12087151 33,115 33,115 12.58 12.58
2003 cikarang brt - cikarang tmr 10923355 10736110 29,927 29,414
rata - rata 12466385 12331495 34154 33785 14.91 14.91
2005 ckr tmr - kerawang 14166667 13995390 38,813 38,344 17.32 17.32
barat
2004 ckr tmr - kerawang 11929083 11929083 32,682 32,682 11.32 11.32
barat
2003 ckr tmr - kerawang 10888315 10716400 29,831 29,360
barat
rata - rata 12328022 12213624 33775 33462 14.32 14.32
2005 krwg brt - kerawang 12796935 12491590 35,060 34,224 16.83 16.83
tmr
2004 krwg brt - kerawang 10692504 10692504 29,295 29,295 11.89 11.89
tmr
2003 krwg brt - kerawang 9846970 9556065 26,978 26,181
tmr
rata - rata 11112137 10913386 30444 29900 14.36 14.36
2005 karawang timur - 11093281 10883190 30,393 29,817 19.88 19.88
dawuan
2004 karawang timur - 9078050 9078050 24,871 24,871 14.73 14.73
dawuan
2003 karawang timur - 8244255 7912470 22,587 21,678
dawuan
rata - rata 9471862 9291237 25950 25455 17.31 17.31
2005 dawuan - kalihurip 6124497 5816577 16,779 15,936 -3.40 -3.40
2004 dawuan - kalihurip 6021498 6021498 16,497 16,497 -8.26 -8.26
2003 dawuan - kalihurip 6870760 6563430 18,824 17,982
rata - rata 6338918 6133835 17367 16805 -5.83 -5.83
2005 kalihurip - cikampek 4697158 4708212 12,869 12,899 -0.44 -0.44
2004 kalihurip - cikampek 4728853 4728853 12,956 12,956 -15.04 -15.04
2003 kalihurip - cikampek 5620635 5565885 15,399 15,249
rata - rata 5015549 5000983 13741 13701 -7.74 -7.74
Sumber : PT Jasa Marga
Jumlah Kecelakaan
Jumlah kecelakaan di jalan Tol Semarang
NO NAMA RUAS JARAK Σ TOTAL
Jumlah kecelakaan rata – rata
(KM) KECELAKAAN
yang terjadi dari tahun 2003
A B
sampai 2005 pada ruas Krapyak
2005 Krapyak-Jatingaleh 8.5 13 13 26
– Jatingaleh untuk jalur A
2004 Krapyak-Jatingaleh 8.5 10 20 30 berjumlah 12 kejadian dan jalur
2003 Krapyak-Jatingaleh 8.5 8 4 12 B mencapai 15. Jumlah kecela-
Rata - rata 10 12 23 kaan yang terjadi pada ruas
2005 Jatingaleh-Srondol 6.3 16 18 34 Jatingaleh–Srondol mencapai
12 kejadian untuk jalur A dan
2004 Jatingaleh-Srondol 6.3 10 17 27 14 kejadian untuk jalur B. Pada
2003 Jatingaleh-Srondol 6.3 7 13 20 ruas Jatingaleh- Gayamsari
Rata - rata 11 16 27 rata–rata kecelakaan di lajur A
2005 Jatingaleh-Gayamsari 6.2 8 13 21 sebesar 8 dan 7 untuk jalur B.
2004 Jatingaleh-Gayamsari 6.2 16 6 22 Ruas Gayamsari– Kaligawe
2003 Jatingaleh-Gayamsari 6.2 14 3 17 rata – rata 2 kejadian kecela-
kaan untuk masing– masing
Rata - rata 13 7 20
jalur A dan B.
2005 Gayamsari-Kaligawe 4.5 3 1 4
2004 Gayamsari-Kaligawe 4.5 3 3 6 Jumlah kecelakaan di jalan
2003 Gayamsari-Kaligawe 4.5 1 1 2 Tol Cikampek Jakarta
Rata - rata 2 2 4
Data jumlah kecelakaan keselu-
ruhan untuk Tol
Cikampek terdilihat pada tabel berikut.
Tabel Volume Kendaraan dan Lalu lintas Harian Rata – Rata Jalan Tol Jakarta
Tahun nama ruas VOLUME LHRT %
KENDARAAN PERTUMBUHAN
PER TAHUN
JALUR JALUR JALUR JALUR JALUR JALUR
A B A B A B
2005 halim - pondok gede barat 43529535 43923005 19,259 120,337 5.36 5.36
2004 halim - pondok gede barat 41686650 41686650 114,210 114,210 0.95 0.95
2003 halim - pondok gede barat 41002676 41294174 112,336 113,135
rata – rata 42072954 42301276 115268 115894 3.16 3.16
2005 pondok gede barat - pg timur 37931895 37423557 103,923 102,530 3.60 3.60
2004 pondok gede barat - pg timur 36124050 36124050 98,970 98,970 1.42 1.42
2003 pondok gede barat - pg timur 34961599 35618543 95,785 97,585
rata – rata 36339181 36388717 99559 99695 2.51 2.51
2005 pondok gede timur - cikunir 30611090 29951119 83,866 82,058 5.51 5.51
2004 pondok gede timur - cikunir 28386415 28386415 77,771 7,771 12.36 12.36
2003 pondok gede timur - cikunir 27087314 25263110 74,212 69,214
rata - rata 28694940 27866881 78616 76348 8.94 8.94
2005 cikunir - bekasi barat 33174120 33216528 90,888 91,004 8.58 8.58
2004 cikunir - bekasi barat 30591745 30591745 83,813 83,813 11.58 11.58
2003 cikunir - bekasi barat 28884640 27418070 79,136 75,118
rata - rata 30883502 30408781 84612 83312 10.08 10.08
2005 bekasi barat- bekasi timur 28928379 28072597 79,256 76,911 5.62 5.62
2004 bekasi barat- bekasi timur 26578951 26578951 72,819 72,819 9.13 9.13
2003 bekasi barat- bekasi timur 25035715 24356085 68,591 66,729
rata - rata 26847682 26335878 73555 72153 7.37 7.37
2005 bekasi timur - cibitung 25076908 24985385 68,704 68,453 11.26 11.26
8
2004 bekasi timur - cibitung 22457760 22457760 61,528 61,528 7.31 7.31
2003 bekasi timur - cibitung 20993705 20927275 57,517 57,335
rata - rata 22842791 22790140 62583 62439 9.28 9.28
2005 cibitung - cikarang barat 20695002 20418750 56,699 55,942 11.71 11.71
2004 cibitung - cikarang barat 18278892 18278892 50,079 50,079 10.41 10.41
2003 cibitung - cikarang barat 16801315 16554940 46,031 45,356
rata - rata 18591736 18417527 50936 50459 11.06 11.06
2005 cikarang brt - cikarang timur 14388649 14171224 39,421 38,825 17.24 17.24
2004 cikarang brt - cikarang timur 12087151 12087151 33,115 33,115 12.58 12.58
2003 cikarang brt - cikarang timur 10923355 10736110 29,927 29,414
rata - rata 12466385 12331495 34154 33785 14.91 14.91
2005 ckr tmr - kerawang barat 14166667 13995390 38,813 38,344 17.32 17.32
2004 ckr tmr - kerawang barat 11929083 11929083 32,682 32,682 11.32 11.32
2003 ckr tmr - kerawang barat 10888315 10716400 29,831 29,360
rata - rata 12328022 12213624 33775 33462 14.32 14.32
2005 krwg brt - kerawang timur 12796935 12491590 35,060 34,224 16.83 16.83
2004 krwg brt - kerawang timur 10692504 10692504 29,295 29,295 11.89 11.89
2003 krwg brt - kerawang timur 9846970 9556065 26,978 26,181
rata - rata 11112137 10913386 30444 29900 14.36 14.36
2005 karawang timur - dawuan 11093281 10883190 30,393 29,817 19.88 19.88
2004 karawang timur - dawuan 9078050 9078050 24,871 24,871 14.73 14.73
2003 karawang timur - dawuan 8244255 7912470 22,587 21,678
rata - rata 9471862 9291237 25950 25455 17.31 17.31
2005 dawuan - kalihurip 6124497 5816577 16,779 15,936 -3.40 -3.40
2004 dawuan - kalihurip 6021498 6021498 16,497 16,497 -8.26 -8.26
2003 dawuan - kalihurip 6870760 6563430 18,824 17,982
rata - rata 6338918 6133835 17367 16805 -5.83 -5.83
2005 kalihurip - cikampek 4697158 4708212 12,869 12,899 -0.44 -0.44
2004 kalihurip - cikampek 4728853 4728853 12,956 12,956 -15.04 -15.04
2003 kalihurip - cikampek 5620635 5565885 15,399 15,249
rata - rata 5015549 5000983 13741 13701 -7.74 -7.74
Sumber : PT Jasa Marga

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hubungan Lengkung Horisontal dengan Angka Kecelakaan ( AR ) Tol Semarang dan Tol Cikampek
(2003 – 2005)

1.8 y = 3662.3x 2 - 37.853x + 0.4398


R2 = 0.1763
1.6
1.4
1.2
1 LH & AR
AR

0.8 Poly. (LH & AR)


0.6
0.4
0.2
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02
LENGKUNG HO RISO NTAL (rad/km)
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa pada rad/km pada gambar memperlihatkan hubungan
nilai Lengkung Horisontal 0.000 rad/km sampai terjadi peningkatan dimana semakin besar nilai
0.005 rad/km nilai Lengkung Horisontal tidak Lengkung Horisontal maka Angka Kecelakaan
berpengaruh besar terhadap naiknya Angka juga menjadi semakin tinggi, memperlihatkan
Kecelakaan dimana garis lebih cenderung bahwa kondisi Geometrik jalan ternyata bisa
menurun sampai batas nilai 0.005 rad/km, namun berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan pada
pada nilai 0.005 rad/km sampai dengan 0.020 jalan Tol Cikampek dan pada jalan Tol Semarang
.

Hubungan Naik Serta Turun Vertikal dengan Angka Kecelakaan ( AR ) Tol Semarang dan Tol
Cikampek Tahun 2003 – 2005
Hubungan Angka Kecelakaan dan Lengkung

1.800 y = 0.0052x 2 - 0.0623x + 0.5303


R2 = 0.2835
1.600
1.400
1.200
1.000 NT V & AR
AR

0.800 Poly. (NT V & AR)


0.600
0.400
0.200
0.000
0.000 5.000 10.000 15.000 20.000
NAIK SERTA TURUN VERTIKAL (m/km)

Horisontal terhadap 4 (empat) lajur satu arah


Gambar tersebut memperlihatkan bahwa angka
menunjukkan nilai Lengkung Horisontal antara
Naik Serta Turun Vertikal antara 0.000 m/km dan
0.000 rad/km sampai 0.004 rad/km Angka
5.000 m/km menunjukkan semakin besar angka
Kecelakaan terjadi penurunan pada batas tertentu
Naik Serta Turun Vertikal menjadikan Angka
kemudian terjadi titik balik setelah nilai Lengkung
Kecelakaan sedikit menurun kemudian setelah
Horisontal diatas 0.004 rad/km terlihat adanya
angka 5.000 m/km menunjukkan suatu
suatu peningkatan Angka Kecelakaan dengan
peningkatan dimana semakin besar angka Naik
semakin bertambahnya nilai Lengkung Horisontal
Serta Turun Vertikal maka Angka Kecelakaan
seperti terlihat pada gambar 5.3. hubungan
menjadi semakin tinggi, terutama terjadi pada
polynomial positif dengan nilai R² sebesar 0.1584
jalan Tol Semarang yang mempunyai angka Naik
yang berarti nilai Lengkung Horisontal
Serta Turun Vertikal mencapai 17.237 m/km
mempengaruhi Angka Kecelakaan sebesar 0.1584
dalam penggolongan tipe alinyemen sudah
dan selebihnya Angka Kecelakaan dipengaruhi
termasuk kategori bukit dengan batas 10.000
oleh faktor-faktor lain. Kondisi lalu lintas bisa
m/km sampai 30.000 m/km sedangkan untuk di
sangat berpengaruh dalam hal ini misalnya
Cikampek masih pada tipe alinyemen datar. Disini
kondisi volume lalu lintas, selain itu faktor lain
menunjukkan bahwa kondisi geometrik untuk
yang berpengaruh adalah faktor manusia, faktor
Naik Serta Turun Vertikal dengan angka tertentu
kendaraan dan lingkungan bisa berperan dalam
bisa mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan
terjadinya suatu kecelakaan.
pada jalan Tol Semarang.
b. 2 (dua) lajur
Hubungan Angka kecelakaan (AR) dan
Lengkung Horisontal terhadap jumlah lajur
Hubungan Angka Kecelakaan dan Lengkung
Horisontal terhadap 2 (dua) lajur satu arah
a. 4 (empat) lajur
menunjukkan pada nilai Lengkung Horisontal
antara 0.000 rad/km dan 0.006 rad/km terjadi
penurunan Angka Kecelakaan, setelah nilai
10
Lengkung Horisontal 0.006 rad/km menunjuk-kan yang berarti variansi nilai Lengkung Horisontal
bahwa semakain besar nilai lengung Horisontal mempengaruhi Angka Kecelakaan sebesar 0.1507
Angka Kecelakaan menjadi semakain tinggi dan selebihnya bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti terlihat pada gambar 5.3. hubungan lain

1.8

1.6

1.4

1.2

1
2 lajur
4 Lajur
2 Poly. (4 Lajur)
0.8 y = 4119.5x - 52.105x + 0.5562
2 Poly. (2 lajur)
R = 0.1507

0.6

0.4

2
y = 9871.8x - 80.87x + 0.3068
0.2
2
R = 0.1584

0
0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018

polynomial positif dengan nilai R² sebesar 0.1507


.
4.4. Hubungan Angka Kecelakaan (AR) dan Naik Serta Turun Vertikal terhadap jumlah lajur
a. 4 (empat) lajur
1.8

1.6

1.4

1.2

1 4 Lajur
2
y = 0.0063x - 0.0921x + 0.7224 2 Lajur
2
R = 0.3126 Expon. (4 Lajur)
0.8 Poly. (2 Lajur)

0.6

0.4

0.2 y = 0.5305e
-0.3045x

2
R = 0.3309

0
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000
Hubungan Angka Kecelakaan (AR) dan Naik (empat) lajur satu arah menunjukkan nilai
Serta Turun Vertikal terhadap jalan 4 (empat) Lengkung Horisontal antara 0.000 rad/km
lajur satu arah menggambarkan naiknya nilai Naik sampai 0.004 rad/km terjadi penurunan
Serta Turun Vertikal antara 1.000 m/km sampai Angka Kecelakaan pada batas tertentu
5.000 m/km terjadinya penurunan Angka kemudian terjadi titik balik setelah nilai
Kecelakaan dengan bertambahnya nilai Naik Serta Lengkung Horisontal diatas 0.004 rad/km
Turun Vertikal karena terbatasnya data untuk nilai terlihat adanya suatu peningkatan Angka
Naik Serta Turun Vertikal pada jalan Tol 4 lajur Kecelakaan dengan semakin bertam-
sehingga belum bisa mengetahui hubungan Angka bahnya nilai Lengkung Horisontal ditun-
Kecelakaan dengan Naik Serta Turun Vertikal jukkan sebagai hubungan polynomial positif
pada nilai lebih dari 5.000 rad/km seperti terlihat dengan nilai R² sebesar 0.1584 yang berarti
pada gambar. fungsi exponensial dimana nilai nilai Lengkung Horisontal mempengaruhi
Naik Serta Turun Vertikal mempengaruhi 0.3309 Angka Kecelakaan sebesar 0.1584.
terhadap Angka Kecelakaan. 2. Hubungan Angka Kecelakaan dan Leng-
kung Horisontal terhadap jalan Tol 2 (dua)
b. 2 (dua) lajur lajur satu arah menunjukkan pada nilai
Lengkung Horisontal antara 0.000 rad/km
Hubungan Angka Kecelakaan (AR) dan Naik dan 0.006 rad/km terjadi penurunan Angka
Serta Turun Vertikal terhadap jalan Tol 2 (dua) Kecelakaan, setelah nilai Lengkung
lajur satu arah menggambarkan nilai Naik Serta Horisontal 0.006 rad/km menunjukkan
turun Vertikal antar 0.000 m/km dan 5.000 m/km bahwa semakain besar nilai lengung
terjadi penurunan Angka Kecelakaan, setelah nilai Horisontal Angka Kecelakaan menjadi
Naik Serta Turun Vertikal lebih dari 5.000 m/km semakin tinggi terdapat hubungan
menunjukkan semakin besar nilai Naik Serta polynomial positif dengan nilai R² sebesar
Turun Vertikal, Angka Kecelakaan menjadi 0.1507 yang berarti nilai Lengkung
semakin tinggi seperti terlihat pada gambar Horisontal mempengaruhi Angka
terlihat suatu fungsi polynomial positif dimana Kecelakaan sebesar 0.1507.
variansi Naik Serta Turun Vertikal mempengaruhi 3. Dibandingkan dengan jalan tol 2 ( dua )
0.3126 terhadap Angka Kece-lakaan, selebihnya lajur dari analisis hubungan antara Angka
faktor–faktor yang mem-pengaruh hubungan Kecelakaan dan Lengkung Horisontal jalan
antara Angka Kecelakaan dan Naik Serta Turun tol 4 ( empat ) lajur lebih aman. Hal ini
Vertikal misalnya faktor volume lalu lintas bisa disebabkan akibat faktor kecepatan dan
sangat berpengaruh dalam hubungan ini kebebasan manuver kendaraan.
disamping faktor lain seperti faktor manusia,
kendaraan, dan lingkungan. Angka 0.000 m/km sampai 20.000 m/km meru-
pakan angka Naik Serta Turun Vertikal yang ada
KESIMPULAN pada Tol Semarang dan Tol Cikampek dan Angka
Kecelakaan adalah yang terjadi pada kedua Tol
Lengkung Horisontal pada 0.000 rad/km sampai memperlihatkan bahwa angka Naik Serta Turun
0.020 rad/km adalah nilai variansi angka Vertikal antara 0.000 m/km dan 5.000 m/km
Lengkung Horisontal yang ada pada Tol menunjukkan semakin besar angka Naik Serta
Semarang serta Tol Cikampek dan Angka Turun Vertikal menjadikan Angka Kecelakaan
Kecelakaan yang terjadi pada kedua Tol ter-sebut, sedikit menurun kemudian setelah angka 5.000
memperlihatkan bahwa pada nilai Leng-kung m/km menunjukkan suatu pening-katan dimana
Horisontal 0.000 rad/km sampai 0.005 rad/km semakin besar angka Naik Serta Turun Vertikal
nilai Lengkung Horisontal tidak ber-pengaruh maka Angka Kecelakaan menjadi semakin tinggi,
besar terhadap naiknya Angka Kece-lakaan terutama terjadi pada jalan Tol Semarang yang
dimana garis lebih cenderung menurun sampai mempunyai angka Naik Serta Turun Vertikal
batas nilai 0.005 rad/km, namun pada nilai 0.005 mencapai 17.237 m/km dalam penggolongan tipe
rad/km sampai dengan 0.020 rad/km terjadi titik alinyemen sudah termasuk kategori bukit dengan
balik dimana terjadi hubungan semakin besar nilai batas 10.000 m/km sampai 30.000 m/km
Lengkung Horisontal maka Angka Kecelakaan sedangkan untuk di Cikampek masih pada tipe
menjadi semakin tinggi tanpa membedakan alinyemen datar. Disini menunjukkan bahwa
jumlah lajur. Berdasarkan jumlah lajur yang ada kondisi geometrik untuk Naik Serta Turun
pada jalan Tol mendapatkan hasil sebagai berikut : Vertikal dengan angka tertentu bisa
mengakibatkan terja-dinya suatu kecelakaan pada
1. Hubungan Angka Kecelakaan dan
jalan Tol Semarang. Dari hasil diatas kemudiaan
Lengkung Horisontal terhadap jalan Tol 4
12
dianalisis menurut jumlah lajur didapatkan suatu Angka Kecelakaan pada posisi terendah.
hasil sebagai berikut : Angka tersebut bisa menjadi pertimbangan
dalam perencanaan jalan yang berhu-
1. Hubungan Angka Kecelakaan (AR) dan
bungan dengan perencanaan geometrik
Naik Serta Turun Vertikal terhadap jalan
suatu jalan.
Tol 4 (empat) lajur satu arah menggam-
2. Untuk proses analisis diperlukan data
barkan nilai Naik Serta Turun Vertikal
Lengkung Horisontal dan data Naik Serta
antara 1.000 m/km sampai 5.000 m/km
Turun Vertikal dengan variansi yang lebih
terjadi penurunan Angka Kecelakaan
banyak sehingga bisa menghasilkan pola
dengan bertambahnya nilai Naik Serta
yang benar – benar terwakili dengan data
Turun Vertikal, karena terbatasnya data
yang tersedia.
untuk nilai Naik Serta Turun Vertikal pada
3. Untuk mengetahui hubungan Angka
jalan Tol 4 lajur sehingga belum bisa
Kecelakaan dan Lengkung Horisontal perlu
menge-tahui hubungan Angka Kecelakaan
dimasukkan variabel lain yang bisa
dengan Naik Serta Turun Vertikal pada nilai
berpengaruh yaitu volume lalu lintas yang
lebih dari 5.000 rad/km. Terjadi fungsi
ada pada ruas jalan yang diteliti sehingga
exponensial dimana nilai Naik Serta Turun
bisa mendapatkan suatu hubungan yang
Vertikal mempengaruhi 0.3309 terhadap
signifikan terhadap Angka Kecelakaan, dan
Angka Kecelakaan dan selebihnya
ini berlaku juga untuk hubungan Angka
dipengaruhi oleh faktor lain.
Kecelakaan dan Naik Serta Turun.
2. Hubungan Angka Kecelakaan (AR) dan
4. Dalam menganalisis sebaiknya dilakukan
Naik Serta Turun Vertikal terhadap jalan
secara bersamaan antara pengaruh Leng-
Tol 2 (dua) lajur satu arah menggam-barkan
kung Horisontal dan Naik Serta Turun
nilai Naik Serta turun Vertikal antar 0.000
Vertikal, sehingga pengaruh terhadap
m/km dan 5.000 m/km terjadi penurunan
Angka Kecelakaan bisa didapatkan suatu
Angka Kecelakaan, setelah nilai Naik Serta
hubungan yang signifikan.
Turun Vertikal lebih dari 5.000 m/km
5. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menge-
menunjukkan semakin besar nilai Naik
tahui pola hubungan Angka Kecelakaan
Serta Turun Vertikal, Angka Kecelakaan
dengan berbagai karakteristik kecelakaan
menjadi semakin tinggi , terjadi fungsi
yang ada di jalan Tol.
polynomial positif dimana variansi Naik
6. Untuk memperkaya studi empiris perlu
Serta Turun Vertikal mem-pengaruhi
studi sejenis pada wilayah yang berbeda.
0.3126 terhadap Angka Kecela-kaan,
selebihnya faktor – faktor yang
DAFTAR PUSTAKA
mempengaruh hubungan antara Angka
Kecelakaan dan Naik Serta Turun Vertikal
Cariawan, U. et al, (1990) Kendaraan dan
misalnya faktor volume lalu lintas bisa
Kecelakan lalu lintas di jalan Tol ( studi
sangat berpengaruh dalam hubungan ini
kasus di jalan tol Jakarta – Cikampek ),
disamping faktor lain seperti faktor
Fouirth Annual Conference on Road
manusia, kendaraan, dan lingkungan.
Engeenering. Directorat General Of
3. Dibandingkan dengan jalan tol 2 ( dua )
Highways.
lajur dari analisis hubungan antara Angka
Direktorat Jenderal Bina Marga , Manual
Kecelakaan dan Naik Serta Turun Vertikal
Kapasitas Jalan Indonesia No.
jalan tol 4 ( empat ) lajur lebih aman.
036/T/BM/1997
Direktorat Jenderal Bina Marga, Peraturan
SARAN SARAN Perencanaan Geometrik untuk Jalan
Antar Kota No 038/T/BM/1997.
E. Hauer. (2000), Safety of Horizontal Curve,
1. Nilai – nilai tertentu pada Lengkung Accident and Degree of Curve
Horisontal dan Naik Serta Turun Vertikal Hamirhan Saodang ., (2004), Geometrik Jalan,
sangat berpengaruh terhadap nilai Angka Nova, Bandung.
Kecelakaan. Berdasarkan hasil penelitian Hobbs, F.D. (1979) Traffic Planning and
nilai Lengkung Horisontal antara 0.004 Engineering, Second edition, Edisi
rad/km dan 0.006 rad/km terjadi titik aman Indonesia, 1995, terjamahan Suprapto
dimana Angka Kecelakaan pada nilai T..M dan Waldiyono, Perencanaan dan
terendah. Untuk Naik Serta Turun Vertikal Teknik Lalu lintas, Edisi kedua. Gadjah
nilai 5.000 m/km merupakan nilai dimana Mada University Press, Yogyakarta.
Nelson, J. (1969), The Human Elements in
Highway Safety. Proc. Of the Highway
Safety Conf. Blacksbury, Virginia.
Pignataro, L.J. (1973), Traffik Engineering Theory
and Practice, Prentice Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, New Jersey, U.S.A.
Pline, James L. 4th edition, Traffic ngineering
Hand Book, Jasa Marga. 1992.
Peningkatan Keselamatan di Jalan Tol.
PT Jasa Marga.
14

KAJIAN KOMPENSASI AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH DARI PEMERINTAH KOTA
CIREBON KE PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN1

Sumarman2, Suharyanto3, M. Agung Wibowo4

ABSTRACK

As the population grows very rapidly, the needs of clean, and qualified water in the huge quantity
is completely urgent and important. PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) of Cirebon is
absolutely depend on the water supply from Kuningan Regency for Cirebon does not have the
qualified clean water resources.

Under the legislation, No. 32 of 2004 (about the local autonomy), and the legislation, No. 7 of 2004
(about water resources), the local government which possesses the water resources has the
authority to use it for the local income or revenue. They could make an MoU with other local
government that need the water resources, based on the proper compensation. Which is, the
compensation paid by Cirebon to Kuningan should be reasonable, based on the MoU of 2004 ,
between Kuningan and Cirebon.

According to the accounting system of both formula (the MoU of 2004), the compensation paid by
Cirebon to Kuningan is taken from the lowest payment. This compensation used by Kuningan is in
accordance with the proposition ; 62.5 % for the local development; 30 % for the water resources
area – development, and for the villages nearby; 7.5 % for the Cipaniis water resources.

LATAR BELAKANG8
mengeksploitasi air secara berlebihan.
Sejalan dengan bertambahnya penduduk yang Pemanfaatan air seolah-olah sebagai ”barang
sangat pesat maka pembangunan sarana dan bebas” selama berpuluh-puluh tahun, air
prasarana (Insfrastruktur) kota seperti saranan dipakai secara berlebihan, dikelola, dan
penyediaan air bersih perkotaan juga sangat digunakan secara keliru (air bersih digunakan
diperlukan. Kebutuhan akan air bersih dari untuk cuci kendaraan dan menyiram taman),
tahun ke tahun semakin meningkat, sedang- padahal masih banyak sebagian masyarakat
kan pasokan air baku untuk air bersih sema- yang tidak/belum dapat menikmati air bersih
kin menurun baik dari segi kuantitas dan segi serta dengan daya beli air sangat terbatas dan
kualitas. Air baku merupakan bagian dari relatip menurun . Keterbatasan ketersediaan
sumberdaya alam sekaligus juga sebagai air (krisis air) mengakibatkan berlakunya
bagian dari ekosistem. Kuantitas dan kuali- hukun ekonomi bahwa air merupakan benda
tasnya pada lokasi dan waktu tertentu tergan- yang dapat diperjualbelikan, (Sudiarsa,
tung dan dipengaruhi oleh berbagai hal, 2004).
berbagai kepentingan dan tujuan.
Penyebaran sumber air yang tidak merata
Air baku untuk air bersih yang sangat sulit menyebabkan ada daerah yang mempunyai
penyediannya, sehingga air menjadi barang sumber air dan ada juga yang tidak. Bagi
yang sangat diperlukan dan belum semua pemerintahan kota atau kota kabupaten yang
orang yang ada peduli akan hal ini. Air tidak mempunyai sumber air baku untuk air
merupakan salah satu sumber kehidupan atau bersih perlu adanya upaya pencarian sumber
sumber daya alam yang amat penting bagi air baku yang berada diwilayahnya atau
kehidupan, tanpa air makhluk hidup yang ada keluar wilayah dengan cara pendekatan dan
diatas muka bumi akan mati.Akan tetapi kerjasama bagi hasil atau kompensasi yang
dengan ketersediaannya yang terbatas maka saling menguntungkan dengan aturan-aturan
sungguh keliru kalau orang yang berlaku (UU No. 32 tahun 2004 tentang

8
1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 48 - 53
2. Dosen Teknik Sipil Unswagati Cirebon
3.4 Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No 5 Semarang
Pemerintahan Daerah, dan UU No. 7 tahun baku, kas pembangunan desa pada lokasi
2004 tentang Sumber Daya Air). Permasala- sumber air berikut desa-desa sekitarnya
han yang terkait dengan ”penjualan” air dari dengan pembagian proporsi menurut
kabupaten ke kota-/kabupaten dengan tesis kepentingannya masing-masing.
ini juga dijumpai pada ”penjualan” air dari 2. Kompensasi yang dibayarkan oleh Peme-
Kabupaten Kuningan ke Kota Cirebon. rintah Kota Cirebon (PDAM Kota Cire-
bon) berdasarkan : Potensi sumber air
TUJUAN PENELITIAN baku yang dimiliki Kota Cirebon, sistem
pengelolaan air bersih, kemampuan peru-
Tujuan kajian ini adalah studi kasus peman- sahaan untuk dapat membayar kewa-
faatan air lintas wilayah, yang isinya untuk jiban-kewajibannya dan kemampuan/
melihat aturan kerja sama pemanfaatan air kemauan pelanggan dalam membayar
antar kabupaten kota yang sudah ada, dalam rekening air yang dipakai.
kaitan untuk mewujudkan perlindungan dan
pelestarian sumber air serta, kesejahteraan MANFAAT KAJIAN
masyarakat kedua belah pihak yang saling
menguntungkan, dengan asumsi : Kajian didasarkan pada kondisi saat ini
dimana kedua belah pihak telah menyele-
1. Besaran kompensasi dihitung berdasar- saikan kesepakatan mengenai bentuk aturan
kan : Untuk dapat memulihkan kerusakan kerjasama dan besaran dana kompensasi yang
didaerah catchment area, PAD Pemerin- harus dibayarkan mulai tahun anggaran 2005
tah Daerah Kabupaten pemilik sumber air dengan rumus sebagai berikut
:
Tarif air yang Kebocoran 25 %
berlaku yang akan
sebelum diolah ditinjauulang
6,5 % x bagi pelanggan x Produksi x setiap 3 tahun x 12
Kota Cirebon sekali

Gambar Formula awal Kerja Sama.


Atas dasar kesepakatan diatas maka perlu pemasok sebagai penjual air baku air bersih
adanya penelitianan mulai dari besaran dengan melalui mekanisme kajian yang
rumus, konsumen sebagai pelanggan atau transparansi, dedikasi dan bertanggung
pengguna produk air bersih, pengelola jawab, akan didapat besaran formula kom-
sebagai pembeli air baku untuk air bersih pensasi yang betul-betul tidak memberatkan
serta mengolah menjadi air minum dan semua pihak
.
16

METODOLOGI PENELITIAN

Permasalahan Kompensasi
Air Baku Air Bersih

Studi Kepustakaan

Pencarian dan Pengumpulan Data dengan metoda :


- Wawancara (Interview)
- Angket (Questionnaire)
- Observasi (Observation)
- Study Literatur (Desk Study)

Pemilahan data
Data yang telah terkumpul dipilah-pilah dan ambil yang betul-
betul berhubungan serta diperlukan dalam analisis.

Data Kuantitatif

Analisis Data yang ada


kaitannya dgn kompensasi

Pengolahan Data dengan Metoda Uji Statistik :


- Regresi, data dependent dan independent untuk
memprediksi besaran kompensasi.
- Koefisien Korelasi untuk mendapatkan hubungan
yang erat antara data dependent dan independent.

Tidak
Uji Analisis
Metode stepwise
Sensitivitas

Variabel
dependent tidak
Ya dalam kriteria
toleransi dengan
Kesimpulan dan data yang lain
Rekomendasi

Gambar Urutan Penelitian


UJI STATISTIK independent yang terdapat pada laporan
manajemen PDAM Kota Cirebon, untuk
Variabel dependent yang di dapat, bisa membuat prediksi digunakan analisis regresi.
menghitung prediksi besarnya biaya kompen- Tabel Variabel Dependent dan Independent
sasi yang dihubungkan dengan variabel
Tahun Y(Rp/thn) X1(Rp/thn) X2(Rp/thn) X3(unit)
1998 0 12.487.161.570 9.284.318.329 46.047
1999 0 12.910.797.793 10.248.387.224 47.448
2000 0 14.432.769.091 11.246.991.021 48.195
2001 0 23.617.294.076 17.219.258.887 50.014
2002 0 24.986.876.982 18.336.592.488 51.120
2003 0 23.374.861.990 19.461.749.227 51.962
2004 2.073.126.000 24.298.322.155 20.059.249.836 52.439
2005 1.750.000.000 35.448.931.584 27.656.704.106 53.262
2006 1.750.000.000 36.459.382.000 29.342.641.000 54.114

Keterangan : besarnya variabel Y, X1, X2 dan X3 tahun 2006 diasumsi berdasarkan tahun 2005.
Y : Rp. 1.750.000.000, rencana pembayaran kompensasi th 2006 disamakan dengan th 2005.
X1 : Rp. 36.459.382.000,rencana penerimaan kas dari pelanggan dengan kenaikan2,85 % dari
tahun 2005.
X2 : Rp. 29.342.641.000,rencana jumlah biaya O dan P dengan kenaikan 6,09 % dari tahun 2005.
X3 : 54.114 SR, rencana sambungan pelanggan dengan kenaikan 1,60 % dari tahun 2005.

Hasil analisis koefisien regresi di dalam per- 3 7,878 5,59 0,026 0,05
samaan regresi linier berganda menggunakan Dari hasil uji F pada ke empat bagian
alat bantu komputer pengolahan data statistik pengujian diatas di dapat bahwa F hitung
dengan program SPSS 11.0 dengan hasil lebih besar dari F tabel dan nilai Sig. lebih
alternatif prediksi besarnya biaya kompensasi kecil dari pada alpha (5 %) yang berarti
sebagai berikut : koefisien korelasi adalah signifikan secara
Y = (4,6E+09) - 0,277 X1 + 0,484 X2 – statistik atau variabel independent secara
124.408 X3 (alternatif pertama) linier sangat berhubungan dengan variabel
Besarnya nilai koefisien korelasi r : dependent.
SYX1X 2 X3 1,7013E + 17
r= 1- =1-
SY 2
8,71471E + 17 Untuk hasil uji t (metode Stepwise) dalam
= 0,805 perhitungan koefisien regresi memperli-
Pada tabel r product-moment Lampiran hatkan bahwa : Tabel Hasil Uji t hitung
Tesis halaman 80, dengan n = 9, didapat : terhadap t tabel.
• taraf signifikansi 5 % = 0,666 tahap t hitung t tabel untuk
• berarti bahwa rhitung > rtabel atau 0,805 > Df 8 5
1 2,717 1,860
0,666 menunjukkan adanya korelasi
2 3,063 1,860
antara data dependent dengan data
independent. 3 2,807 1,860
Hasil yang di dapat t hitung lebih besar dari t
Analisis variabel dengan metode Stepwise tabel yang berarti koefisien regresi cukup
dari hasil Uji F untuk koefisien korelasi signifikan.
persamaan regresi diperoleh hasil F :
Tabel Hasil Uji F hitung dan Sig terhadap F 6. FORMULA KESEPAKATAN KERJA
tabel dan Alpha. SAMA
Bagian F F Sig Alpha(α)
hit t b l Peran propinsi untuk revisi perjanjian kese-
1 7,382 5,59 0,030 0,05
pakatan kerja sama selain sebagai penengah
2 9,381 5,59 0,018 0,05 perselisihan perlu ditambahkan tugas lainnya
18

yaitu, sebagai pengawas penggunaan alokasi Selain isi perjanjian kerja sama yang
dana kompensasi yang digunakan oleh pihak disepakati harus melibatkan pihak propinsi,
Pemerintah Kabupaten Kuningan, apakah kajian lain sebagai alternatif kedua untuk
sudah sesuai penggunaan dana tersebut menghitung besarnya biaya kompensasi
sebagian untuk rehabilitasi hutan pada dengan merubah formula awal (lihat Formula
catchment area di sumber mata air Cipaniis. halaman 2) menjadi formula baru sebagai
berikut
:
Tarif air yang
berlaku Produksi Air sesuai bacaan Water
7,5 % x untuk pelanggan x Meter Induk dikurangi kebocoran 20 x 12
Kantor/instansi %
pemerintah
Gambar Formula Baru Kerja Sama.
KESIMPULAN Analisis model regresi dengan metode
stepwise dengan variabel X2 dengan R =
Dari hasil analisis dan pembahasan yang 0,757, Fhitung dan thitung > Ftabel dan ttabel
mencakup potensi sumber air, sistim penye- dengan Sig < alpha, bahwa koefisien
diaan air bersih, besaran kompensasi, ke- korelasi dan koefisien regresi cukup
mampuan keuangan PDAM Kota Cirebon, signifikan. Formula alternatif kedua
uji statistik dan perundan gundangan/ pera- untuk menghitung besarnya biaya kom-
turan-peraturan yang terkait, maka dapat pensasi dengan cara merubah komponen
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut yang disesuaikan dengan kondisi saat ini.
: - Potensi sumber air untuk air baku air
- Untuk memulihkan kerusakan dilingku- bersih yang dimiliki Pemerintah kota
ngan catchment area mata air Cipaniis Cirebon sangat terbatas dari segi kualitas,
sesuai perhitungan PERHUTANI sebesar kuantitas dan kontinuitas. Harapan tetap
Rp. 3.615.916.000/tahun dan Dinas ditujukan ke Pemerintah Kabupaten
HUTBUN sebesar Rp. 2.110.204.000/- Kuningan yang memiliki potensi air baku
tahun. Dengan debit pemanfaatan sesuai dari beberapa mata air yang ada.
SIPA 860 l/dt dan debit normal 1500 l/dt - Sumber air baku mata air Cipaniis (Q
terdapat prosentasi pemanfaatan sebesar max 1.800 l/dt & Q min 1.200 l/dt)
57,33 %, maka besarnya usulan biaya dengan debit pemanfaatan sesuai dengan
kompensasi menjadi Rp. 2.073.126.000/- SIPA sebesar 860 l/dt tidak dapat
tahun (PERHUTANI) dan Rp. 1.209. dikembangkan lagi produksinya oleh
839.000/tahun (HUTBUN). PDAM Kota Cirebon.
- Proporsi bagi hasil dari biaya kompensasi - Adanya perbedaan pengambilan debit
yang dibayarkan Pemerintah Kota produksi antara laporan PDAM Kota
Cirebon yang penggunaannya disesuai- Cirebon dengan hasil pencatatan water
kan dengan hasil analisis didapat pemba- meter induk dengan selisih 155 l/dt.
gian prosentasi untuk Pembangunan - Laporan keuangan laba/rugi, neraca dan
Pemerintah Daerah Kuningan sebesar arus kas PDAM Kota Cirebon pada tahun
62,5 %, untuk konservasi hutan dan 2005 mampu untuk membayar kewajiban
lingkungan hidup sebesar 30 % dan desa- dana kompensasi sebesar Rp. 1.750.000.
desa pemilik/pemanfaat sekitar MA 000,- kepada Pemerintah Kabupaten
Cipaniis sebesar 7,5 %. Kuningan dengan tidak mening-galkan
- Hasil analisis prediksi besarnya biaya kewajiban-kewajiban harus dibayar.
kompensasi dengan formula regresi ber- - Hasil pengukuran dengan analisis angket
ganda sebagai alternatif pertama yang yang disebar secara acak kepada para
didapat, selanjutnya perlu uji korelasi pelanggan di dapat hasil : Kemampuan
dimana dari hasil uji didapat r hitung = membayar pelanggan apabila didasarkan
0,805 > r tabel = 0,666 yang menunjukkan pada isian angket dengan penghasilan
bahwa adanya korelasi antara data pelanggan berdasarkan UMR yang
dependen dan data independent. Uji
berlaku Rp. 540.000 tidak ada pelanggan Pemerintah Kota Cirebon ke Pemerintah
yang membayar diatas 4 % x UMR. Kabupaten Kuningan.
- Perjanjian kerja sama antar Kabupaten - Buat perjanjian kerja Sama yang baru
Kuningan dengan Kota Cirebon tentang antara Kabupaten Kuningan dengan Kota
pemanfaatan Sumber air baku air bersih Cirebon dengan fasilitator propinsi
pada pokoknya sudah mengacu pada (Badan Koordinasi Wilayah Cirebon).
perundang-undangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
REKOMENDASI
Abdul Khodir. (2004), Estimasi Nilai
Untuk mendapatkan kerja sama yang lebih Kompensasi Air Baku Dari Cirebon
baik lagi perlu adanya langkah-langkah Ke Kuningan : Prosentasi Dinas
kebijakan yang mengarah kepada keuntungan PSDA : Kuningan.
bersama dalam rangka mensejahterakan Benny Chatib. (1994), Penyediaan Air
masyarakat Kabupaten Kuningan dan Kota Minum, Diklat Tenaga Teknik Air
Cirebon, yang isinya sebagai berikut : Minum : ITB : Bandung.
- Mata air Cipaniis tidak dapat dikembang- Hasan, M. Iqbal. (2002), Pokok-pokok Materi
kan lagi, sedangkan kebutuhan air bersih Metodologi Penelitian dan
cenderung meningkat, diperlukan kese- Aplikasinya : Jakarta : Ghalia
riusan pihak manajemen PDAM dan Indonesia.
Pemerintah Kota Cirebon untuk men- Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah
gambil langkah pencarian sumber alter- No.8 tahun 2000. (2000), Pedoman
natif sumber air baku air bersih. Akuntansi Perusahaan Daerah Air
- Selisih pencatatan sebesar 155 l/dt, Minum : Jakarta.
apabila ini dianggap ada indikasi kebo- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun
coran, secara teknis perlu adanya kajian 1998. (1998), Pedoman Tarif Air
perhitungan hidrolis mulai dari produksi, Minum PDAM : Jakarta.
transmisi dan distribusi. Purbayu Budi Santoso dan Ashari. (2005),
- Untuk Rencana penyesuaian tarif yang Analisis Statistik dengan Microsoft
direncanakan pada tahun 2007 harus Excel & SPSS : Yogyakarta : Andi
selalu mempertimbangkan bagi para Offset.
pelanggan yang berpenghasilan sama Robert J. Kodoatie, Suharyanto, Sri
dengan UMR atau dibawah UMR yang Sangkawati, Sutarto Edhisono.
berlaku pada tahun tersebut, agar tidak (2002), Pengelolaan Sumber daya
melewati batasan 4 % x UMR. Air dalam Otonomi Daerah :
- Besarnya dana kompensasi yang harus Yogyakarta : Andi Offset.
dibayar oleh Pemerintah Kota Cirebon Suharyanto. (1998), Sistem Penggolongan
ada dua alternatif, yaitu pertama sesuai Tarif PDAM Untuk Rumah Tangga
dengan prediksi yang menggunakan for- di Kodya Semarang : Jurnal Media
mula regresi berdasarkan laporan komunikasi Teknik Sipil : Undip
keuangan yang sudah di audit ; kedua Semarang : ISSN : 0854 – 1809.
dengan merubah formula yang ada dalam Suripin. (2004), Pelestarian Sumber Daya
perjanjian kerja sama. Dari kedua Tanah dan Air : Yogyakarta : Andi
alternatif diatas, pilih salah satu yang Offset.
menghasilkan perhitungan yang paling
rendah (kecil) dalam penentuan besaran
pembayaran biaya kompensasi oleh
.KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN TRANSPORTASI
PENDUDUK DAERAH PINGGIRAN1

Endang Dwi Berdikaryati2.,Bambang Riyanto3 ; Ismiyati4

Abstract

To get residence in the center of the city is very difficult at this time especially because of the high-
rising prices. For this reason, middle class and lower class residents solve the problem by looking for
residence in the outskirts of town, but as a consequence they are far from their workplace and from
schools. The flow of these middle class and lower class people to the outskirts of town has brought
about a special impact. There should be special thinking directed towards the future, to the time when
suburban housing areas which used to be sparsely populated rapidly develop into populous housing
areas. It is unfortunate that since the progress in road constructions made by the government is slow,
the traffic becomes easily jammed and road performance undergoes quick degradation. Therefore, it is
important that there is careful planning to anticipate the growth of the outskirts of Semarang,
especially related to the problem of transportation.

Due to the researcher’s limitation, data collection for the purposes of analysis was carried out by using
sample. The sampling method employed in this research was proportional random sampling, a
method in which samples are chosen randomly from the districts under investigation by paying
special attention to group I (the poor), group II (the middle class) and group III (the have) .

Based on the result of the crosstab analysis, it was found out that the reason for the middle class and
lower class residents to move to the outskirts of town was because at the time when they moved they
were newly married, whereas the main reason why the they chose residence in the outskirts of town
was because of the lower price (or rent) of house and land in these areas compared to that in the
downtown, disregarding the fact they become far from their workplace and from schools. While for
middle and upper class residents, the reason for moving to the outskirts of town was to get bigger
houses or wider land.

Trip distribution for the residents of Mijen and Gunungpati districts is mostly spread only around the
respective districts i.e. Mijen and Gunungpati, while for the residents of Ngaliyan district, the targets
of most of their trips are the various districts of Semarang city. From the point of view of moda used,
most outskirts residents use the motorbike to do their daily trips.

Latar Belakang 9
kota Semarang, disamping juga berfungsi
Daerah pinggiran adalah daerah yang letaknya sebagai hinterland dari pusat Kota Semarang,
berbatasan dengan daerah lain. Kota Semarang Ketika pemikiran diarahkan ke masa yang
yang terbagi dalam 16 (enam belas) kecamatan akan datang dimana kawasan perumahan di
terdapat beberapa kecamatan yang merupakan pinggiran kota yang semula sepi akan berkem-
daerah pinggiran untuk kota Semarang, yaitu bang pesat menjadi kawasan perumahan yang
kecamatan Tugu, kecamatan Ngaliyan, keca- padat penduduknya sedangkan pada sisi lain
matan Mijen, kecamatan Gunungpati, keca- prasarana jalan yang dibangun pemerintah
matan Banyumanik, kecamatan Tembalang, perkembangannya sangat kecil yang menga-
kecamatan Pedurungan dan kecamatan Genuk. kibatkan lalulintas di jalan menjadi mudah
Kecamatan-kecamatan tersebut merupakan macet dan kinerja jalan cepat mengalami
wilayah yang terletak di pinggiran kota yang penurunan. Oleh karena itu pentingnya usaha –
akan dipercepat pertumbuhannya, karena usaha perencanaan guna mengantisipasi per-
berfungsi untuk menampung perkembangan kembangan daerah pinggiran kota Semarang
penduduk dari pusat terutama terkait dengan masalah transportasi.
Melalui penelitian ini akan diberikan

1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April2008: Halaman 54 - 60


9
2. Dinas Bina Marga Semarang
3.4. Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No 5-7 Semarang
gambaran mengenai karakteristik penduduk di
daerah pinggiran kota Semarang (dalam hal ini Manfaat Penelitian
penelitian dilakukan di Kecamatan Ngaliyan,
Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunungpati)
Adapun manfaat yang dapat diambil
terutama mengenai pola perjalanan transpor-
dari pene-litian ini antara lain :
tasinya. Sampai saat ini belum ada penelitian
a. Dapat menjadi bahan pertimbangan
yang mengambil topik tersebut.
untuk pengembangan suatu kawasan
dimasa yang akan datang.
Tujuan Penelitian
b. Dapat mendukung strategi perenca-
naan transportasi di Kota Semarang,
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini seperti perencanaan angkutan umum.
adalah : c. Hasil penelitian ini dapat juga
1. Mengindentifikasi alasan penduduk digunakan sebagai bahan masukan
untuk pindah dan alasan memilih atau pembanding bagi penelitian –
tempat tinggal didaerah pinggiran penelitian lain yang serupa.
Kota Semarang.
2. Analisa karakteristik pola perjalanan
transportasi penduduk di daerah
pinggiran Kota Semarang.
Metodologi Penelitian
Topik Penelitian
Karakteristik Pola Perjalanan
Transportasi Penduduk Daerah Pinggiran

Survai Pendahuluan Studi Pustaka


(Identifikasi Permasalahan)

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


- Karakteristik rumah tangga - Denah perumahan
- Mobilitas penduduk - Jumlah penduduk
- Maksud perjalanan - Peta wilayah
- Moda yang digunakan - Kebijakan kota Semarang

Analisa & Pembahasan


Analisa klasfikasi silang

Output
(Kesimpulan dan Rekomendasi)

Pengujian Model
Uji chi-square untuk memgetahui
pengaruh keterkaitan antara variabel yang
Untuk analisa klasifikasi silang pengujian ditinjau. Dasar pengambilan keputusan
model yang dilakukan adalah : adalah dari nilai chi-square hitung terhadap
a. Uji Chi-square chi-square tabel. Jika chi-square hitung > chi-
square tabel berarti ada keterkaitan antara
kedua variabel tersebut.
b. Koefisien Korelasi ( r ) n ≥ 224
Koefisien korelasi digunakan untuk
mengetahui hubungan antara varibel tidak Jadi minimal sampling yang dibutuhkan
bebas yaitu jumlah perjalanan dengan adalah 224 responden, sedangkan untuk
variabel bebasnya apakah hubunganya mendapatkan proporsi per golongan, maka
kuat atau tidak. Hubungan dinyatakan kuat jumlah responden awal :
bila nilai r mendekati 1 atau -1 sedangkan Golongan I = 13
hubungan dinyatakan lemah jika nilai r Golongan II = 13
mendekati 0 (nol) Golongan III = 6
c. Koefisien Determinasi ( R2 ) kemudian berdasarkan prosentasenya dihitung
Koefisien determinasi digunakan untuk n minimal tiap sampling.
mengetahui kontribusi variabel bebas Misal dari Gol I = (13/32 ) * 224 = 91
terhadap variabel tidak bebas.
Tabel 4.1 Jumlah Minimum Sampel
Teknik Pangambilan Sampel Gol DATA Faktor n Sampling n minimal
I 13 0,41 91
Responden untuk kepentingan pengolahan
II 13 0,41 91
data tidak menggunakan semua populasi yang
ada tetapi menggunakan sampel. Prinsip dalam III 6 0,19 42
pengambilan sampel dengan metode sampling ∑ 32 1
random proporsional, maksudnya sampel
diambil acak di 3 kecamatan yaitu kecamatan
Ngaliyan, Mijen dan Gunungpati dengan Gambaran Umum Kec. Ngaliyan
memperhatikan golongan I (ekonomi lemah),
golongan II (menengah) dan golongan III Kecamatan Ngaliyan terdiri dari 10 kelurahan
(ekonomi kuat). Untuk mendapatkan jumlah dengan jumlah penduduk pada tahun 2005
sampel minimum maka dilakukan survai sebanyak 50.303 jiwa dan pertumbuhan pen-
pendahuluan. Hasil dari survai pendahuluan duduk rata – rata 2,82 %. Diperkirakan pada
ini kemudian direkap dan dijumlah tiap tahun 2010 penduduk Kecamatan Ngaliyan
komponen variabel (pertanyaannya), kemu- akan berjumlah 57.807 jiwa.
dian dihitung n sampling untuk survai yang
mewakili 3 kecamatan. Kecamatan Ngaliyan cenderung berfungsi
sebagai daerah pinggiran Kota Semarang yang
Menurut Sugiyono untuk menentukan jumlah berfungsi menampung perkembangan pendu-
minimum sampel yang akan digunakan untuk duk dari pusat Kota Semarang. Kedudukan
pengolahan data menggunakan ketentuan seba- Kecamatan Ngaliyan terhadap Kota Semarang
gai berikut : adalah strategis yang dapat dilihat dari
Direncanakan perbedaan hasil penaksiran beberapa hal, yaitu :
dengan tolok ukur = 20% atau 0,2 ------------- a. Fungsi sebagai penampung limpahan pen-
b duduk dari pusat Kota Semarang. Adanya
Z score untuk rancangan sampling dengan fungsi ini membawa konsekuensi bahwa
taraf kepercayaan 95%= 1,96 -------------- z arus penduduk yang mengalir ke kawasan
Simpangan baku variabel ------ σ (dalam ini akan membutuhkan sarana dan prasa-
penelitian ini diambil simpangan baku terkecil rana pendukung yang akan berdampak
dengan asumsi reliabilitasnya besar atau terhadap percepatan perkembangan kawas-
tinggi). an Ngaliyan
Kemudian dihitung n samplingya dengan b. Dilewati jalur arteri primer yang menghu-
rumus: bungkan Kota Semarang dan Kota Jakarta.
2
⎡ σ .z ⎤ Jalur jalan ini memiliki nilai ekonomi
n≥⎢
⎣ b ⎥⎦
∑6 yang tinggi dalam mendukung perkem-
2 bangan wilayah, karena jalan ini memiliki
2 kepadatan yang cukup tinggi
⎡1,527.1,96 ⎤ c. Adanya kegiatan hutan yang saat ini
n≥⎢ ⎥
⎣ 0,2 ⎦ dikelola oleh PT Perhutani yang akan
berdampak terbukanya lapangan pekerjaan
bagi penduduk sekitar. Secara topografi wilayah Kecamatan Gunung-
pati merupakan daerah yang sebenarnya sulit
untuk dijadikan kawasan terbangun. Namun
Gambaran Umum Kec. Mijen
kenyataannya, pembangunan yang terjadi saat
ini cukup pesat, misalnya di kelurahan Suko-
Kecamatan Mijen mempunyai luas wilayah rejo, Sekaran, Pakintelan, Jatirejo, Cempoko
6213,266 Ha yang terdiri atas 14 kelurahan. dan Kelurahan Gunungpati yang digunakan
Kecamatan Mijen memiliki jumlah penduduk sebagai area pendidikan (perguruan tinggi) dan
yang cenderung terus bertambah. Secara permukiman. Hal – hal yang perlu diperha-
umum laju pertumbuhan penduduk rata – rata tikan bagi daerah – daerah perbukitan (daerah
selama 5 tahun (1994 – 1998) adalah sebesar dengan kemiringan terjal) yaitu daerah
2,35%. Hasil analisa dari tim RDTRK tersebut merupakan daerah aliran air hujan
Semarang terhadap faktor – faktor yang ber- yang sangat mempengaruhi daerah dibawah-
pengaruh terhadap pertumbuhan penduduk, nya. Oleh karena itu, daerah seperti ini harus
tampak bahwa partumbuhan penduduk di dipertahankan vegetasinya dan dipertahankan
Kecamatan Mijen masih dipengaruhi oleh daerah penyerapannya.
pertambahan alami dan oleh migrasi yang
disebabkan oleh adanya limpahan penduduk Secara umum laju pertumbuhan penduduk rata
(split over) dari Kota Semarang. Terjadinya – rata di Kecamatan Gunungpati cukup tinggi
limpahan penduduk ini diakibatkan oleh yaitu sebesar 3 % (dilihat dari tahun 1994 –
adanya ketersediaan lahan kosong dengan 1998). Bila dilihat secara parsial untuk tiap
tingkat harga yang relatif murah bila diban- kelurahan, laju pertumbuhan rata – rata tahu-
dingkan dengan daerah lain di Kota Semarang. nan yang sangat tinggi terjadi pada Kelurahan
Pongangan (7%) dan Sukorejo (8%). Adapun
Kecamatan Mijen merupakan wilayah yang laju pertumbuhan yang relatif rendah terjadi di
terletak di pinggiran kota yang akan dipercepat Kelurahan Cepoko, Pakintelan, Mangunsari
pertumbuhannya bersama – sama dengan dan Ngijo, masing – masing sebesar 1 %.
wilayah lainnya dengan pembangunan jalan
arteri primer yang merupakan jalan lingkar Kondisi sarana transportasi di Kecamatan
luar kota Semarang. Selain itu kondisi fisik Gunungpati khususnya untuk sarana jenis ang-
Kecamatan Mijen memiliki potensi lokal yang kutan umum sudah cukup memadai. Hal ini
baik berupa sumber daya pertanian, perkebu- terlihat dengan telah tersedianya beberapa
nan, peternakan maupun perikanan. Potensi ini sarana angkutan berupa angkutan umum.
sangat strategis bagi Kecamatan Mijen khusus- Sarana pelayanan angkutan umum yang ada di
nya dalam mendukung kebutuhan sektor Kecamatan Gunungpati terdiri dari sarana
primer bagi penduduk kota Semarang. yang menghubungkan wilayah Kecamatan
Gunungpati dengan wilayah lain di Kota
Semarang maupun luar kota Semarang (antar
Gambaran Umum Kec. Gunungpati
kota) dan angkutan umum yang melayani
dalam wilayah blok – blok permukiman.
Kecamatan Gunungpati memiliki luas
5399,085 Ha dan terdiri atas 16 kelurahan.
KESIMPULAN
Dilihat dari letaknya dalam konstealasi antar
wilayah, letak Kecamatan Gunungpati berada
pada jalur transportasi yang menghubungkan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data
Kota Ungaran – Gunungpati – Mijen. Dengan dari penduduk daerah pinggiran di Kota Sema-
demikian Kecamatan Gunungpati mempunyai rang dengan mengambil data di Kecamatan
interaksi wilayah dengan tiga pusat aktivitas Ngaliyan, Kecamatan Mijen dan Kecamatan
yaitu aktivitas Mijen, Ungaran dan Semarang. Gunungpati dalam hal ini masyarakat dibeda-
Fungsi dan peran Kecamatan Gunungpati kan dalam struktur yang berbeda yaitu
adalah sebagai hinterland dari pusat Kota golongan ekonomi lemah (golongan I),
Semarang, yaitu sebagai wilayah konservasi ekonomi menengah (golongan II) dan
serta sebagai wilayah pengembangan kota golongan ekonomi kuat (golongan III), maka
yang mempunyai fasilitas penunjang bagi dapat disimpulkan sebagai berikut :
kegiatan lokal dan regional.
Alasan Pindah ke Daerah Pinggiran Pola Perjalanan Transportasi Penduduk
Daerah Pinggiran
Alasan kepindahan penduduk terutama bagi
golongan menengah kebawah ke daerah Terdapat kesamaan sebaran pergerakan pendu-
pinggiran sebagian besar karena pada saat duk kecamatan Mijen dengan penduduk
mereka pindah masih keluarga muda yaitu Gunung pati, dimana sebaran pergerakan
keluarga yang baru menikah, yang mana penduduknya, sebagian besar hanya di dalam
mereka pada saat itu membutuhkan tempat wilayah kecamatannya masing - masing. Hal
tinggal dengan segera. Bagi pasangan muda ini terjadi karena di kecamatan Mijen apabila
yang baru menikah biasanya dari segi ekonomi dilihat merupakan salah satu wilayah pengem-
belum cukup kuat, keuangan masih terbatas bangan kota yang mempunyai fasilitas penun-
sehingga dalam pemilihan hunian akan lebih jang lokal dan regional yang cukup lengkap.
selektif dimana faktor harga akan menjadi Di kecamatan Mijen juga terdapat penggunaan
pertimbangan utama. Hal ini bisa diketahui lahan terencana (real estate), dengan peruma-
dari hasil analisa data yang menunjukkan han yang dibangun merupakan perumahan
bahwa alasan utama mereka memilih tempat berskala besar dengan kelengkapan fasilitas
tinggal di daerah pinggiran karena harga dan utilitas penunjang mandiri.
rumah / tanah ataupun sewa relatif murah jika
dibandingkan mereka memilih tinggal di kota. Untuk kecamatan Gunungpati merupakan
Hal ini dimungkinkan karena kalau di kota daerah yang cukup pesat pembangunannya,
harga rumah / tanah bagi pasangan muda ter- misalnya di kelurahan Sukorejo, Sekaran,
sebut tidak terjangkau dengan keuangan Pakintelan, Jatirejo dan Kelurahan Gunungpati
mereka. Sedangkan bagi mereka yang yang digunakan sebagai area pendidikan dan
ekonominya kuat, memilih hunian di daerah pemukiman. Disamping itu terdapat beberapa
pinggiran karena menginginkan tanah yang daerah yang cukup pesat perkembangannya
lebih luas. Dengan asumsi jumlah uang yang antara lain adalah di sekitar kawasan
sama kalau membeli rumah di kota dengan pendidikan Universitas Negeri Semarang di
membeli rumah di daerah pinggiran akan kecamatan Gunungpati sehingga menimbulkan
memperoleh hasil yang berbeda. Jika di daerah tarikan pergerakan yang cukup besar di
pinggiran akan memperoleh rumah / tanah wilayah tersebut.
yang lebih luas karena harga rumah / tanah
yang relatif lebih murah apabila dibandingkan Sedangkan sebaran pergerakan penduduk
dengan harga rumah / tanah di kota. kecamatan Ngaliyan berbeda dengan kedua
kecamatan tersebut diatas dimana sebaran
Bagi penduduk kecamatan Ngaliyan alasan pergerakan penduduknya sebagian besar
pindah ke daerah pinggiran yaitu sebagian menuju ke berbagai kecamatan lain di kota
karena baru berumah tangga terutama bagi Semarang. Hal ini karena kecamatan Ngaliyan
yang tingkat ekonominya terbatas dan dilewati jalur arteri primer yang menghu-
sebagian lainnya supaya dekat dengan tempat bungkan kota Semarang dengan Jakarta dan
kerja. Sedangkan penduduk memilih hunian di mempunyai batas administratif disebelah timur
Ngaliyan karena harga rumah / tanah atau adalah kecamatan Semarang Barat juga
sewa yang relatif lebih murah dan karena kecamatan Ngaliyan, sehingga untuk peme-
alasan di Ngaliyan strategis untuk membuka nuhan sehari-hari penduduk cenderung
usaha. Hal ini disebabkan wilayah kecamatan memilih keluar dari wilayahnya.
Ngaliyan cenderung sebagai daerah pinggiran
kota Semarang yang berfungsi menampung Dilihat dari penghasilan perbulan dan kepe-
limpahan penduduk dari pusat kota Semarang. milikan kendaraan yang dihubungkan dengan
Melihat potensi kecamatan Ngaliyan yang moda yang digunakan, penduduk di ketiga
berkembang menjadi kawasan industri, maka kecamatan daerah pinggiran tersebut terdapat
pola permukiman pekerja industri diusahakan kesamaan, yaitu untuk penduduk golongan
mendekat dan mengelilingi kawasan tersebut. ekonomi lemah atau golongan I dengan jumlah
Ada kecenderungan perubahan fungsi dari pendapatan kurang dari Rp. 500.000,- per
bangunan rumah tinggal menjadi pertokoan bulan dan tidak memiliki kendaraan pribadi,
terutama sepanjang jalan Ngaliyan-Boja. dalam melakukan perjalanan sebagian besar
menggunakan angkutan umum terutama
penduduk kecamatan Ngaliyan dan Mijen. wilayah didaerah pinggiran terlayani angkutan
Sedangkan penduduk Gunungpati yang tidak umum terutama di wilayah kecamatan
memiliki kendaraan pribadi sebagian besar Ngaliyan. Dan untuk kecamatan Mijen, angku-
berjalan kaki untuk menuju tempat akti- tan umum yang ada belum menjangkau selu-
fitasnya sehari – hari. ruh wilayah kecamatan terutama untuk desa-
desa yang ada di daerah pedalaman. Sedang
Apabila dibandingkan dengan penduduk untuk wilayah kecamatan Gunungpati, angku-
Ngaliyan, Mijen dan Gunungpati ekonomi tan umum yang ada sudah cukup memadai, hal
menengah dengan penghasilan antara Rp. ini terlihat dengan telah tersedianya beberapa
1.000.000,- s/d Rp. 1.999.000,- per bulan, sarana angkutan seperti minibus dan mobil
mereka sebagian besar sudah memiliki sepeda umum penumpang, tetapi penggunaaan kenda-
motor dan dalam melakukan perjalanan raan pribadi tetap menjadi pilihan sebagian
sebagian besar menggunakan sepeda motornya besar penduduk khususnya sepeda motor.
tersebut. Sedangkan untuk penduduk ekonomi
kuat dan memiliki kendaraan pribadi dalam
SARAN DAN REKOMENDASI
hal ini sepeda motor / mobil, dalam melakukan
perjalanan mereka cenderung menggunakan
kendaraan pribadinya tersebut. Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah
dilakukan ini maka dapat diberikan beberapa
Dilihat dari pemilihan hunian, moda yang saran dan rekomendasi sebagai berikut :
digu-nakan dengan jarak yang ditempuh, 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah
sebagian besar penduduk menempuh jarak dari satu bahan pendukung untuk pengem-
rumah ke tujuan perjalanan bervariasi dari 1 bangan kawasan hunian terutama yang
km s/d >10 km dan sebagian besar menggu- berada didaerah pinggiran kota, yang dari
nakan sepeda motor untuk menuju tempat penelitian ini diketahui bahwa terdapat
aktifitasnya sehari – hari. kecenderungan alasan penduduk pindah ke
daerah pinggiran kota karena harga rumah-
Adapun waktu tempuh untuk sampai ke tem- nya relatif murah. Sedangkan penduduk
pat tujuan bagi penduduk golongan ekonomi yang pindah ke daerah pinggiran karena
lemah atau golongan I dengan menggunakan ingin dekat dengan tempat kerja / sekolah
angkutan umum sebagian besar memerlukan jumlahnya relatif sedikit, sehingga walau-
waktu 20 menit sampai dengan 30 menit, pun sebagian penduduk telah pindah ke
sedang untuk penduduk golongan ekonomi daerah pinggiran, masih terjadi kemacetan
meenengah dan golongan ekonomi kuat di pusat kota karena adanya pergerakan
sebagian besar mereka menggunakan sepeda penduduk dari daerah pinggiran kota
motor dengan waktu tempuh antara 10 menit menuju ke tempat kerja / sekolah yang se-
sampai 60 menit. bagian besar terletak di pusat kota.
2. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan
Apabila dilihat dari biaya transportasi yang salah satu bahan pertimbangan dan pen-
dikeluarkan penduduk setiap bulan, baik yang dukung dalam bidang transportasi, yang
menggunakan angkutan umum maupun mana dari penelitian ini diketahui bahwa
kendaraan pribadi sebagian besar berkisar terdapat kecenderungan penduduk daerah
antara Rp. 200.000,- s/d Rp. 500.000,- dan pinggiran lebih memilih menggunakan
hanya terdapat beberapa penduduk dengan kendaraan pribadi terutama sepeda motor
jumlah yang relatif kecil yang mengeluarkan untuk melakukan perjalanan.
biaya transportasi lebih dari Rp. 500.000,- per 3. Dampak dari adanya kecenderungan peng-
bulan terutama bagi penduduk yang gunaan kendaraan pribadi tersebut adalah
menggunakan mobil. timbulnya kemacetan di beberapa ruas
jalan menuju pusat kota. Dan untuk
Dari hasil analisa diketahui bahwa penggunaan mengatasi hal tersebut salah satunya
kendaraan pribadi menjadi pilihan utama bagi adalah dengan lebih meningkatkan peng-
penduduk di daerah pinggiran, khususnya gunaan angkutan umum untuk melakukan
untuk golongan menengah dan golongan perjalanan ke tempat kerja atau sekolah.
ekonomi kuat. Hal ini karena selain sudah Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi
memiliki kendaraan pribadi, juga karena ada penyedia jasa angkutan umum untuk dapat
kendala transportasi, yaitu belum seluruh
menyediakan angktan umum yang nyaman Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian,
dan tepat waktu. Alfabeta, Bandung.
Tamin, O.Z., 1997, Perencanaan dan
DAFTAR PUSTAKA Permodelan Transportasi, Institut
Teknologi Bandung.
Alvinsyah & Soehodho, S., 1997, Dasar – Turner, J., 1969, Housing Priorities, Settlement
Dasar Sistem Transportasi, Patterns and Urban Development in
Laboratorium Transportasi Jurusan Modernizing Countries, dalam Journal
Sipil Fakultas Teknik Universitas of the American Institute of Planners
Indonesia, Jakarta. VIII (Kecamatan Gunungpati) Tahun 2000 –
Basuki, Y., 2001, Analisis Bangkitan 2010.
Lalulintas Pada Multi Use Comercial Pemerintah Kota Semarang, 2004, Rencana
Centre di Kota Bandung, Tesis Detail Tata Ruang Kota Semarang
Program Pasca Sarjana Institut BWK IX (Kec. Mijen) Tahun 2000 –
Teknologi Bandung 2010.
Burgess, E. W., 1925, The Growth of The Pemerintah Kota Semarang, 2004, Rencana
City, University of Chicago Press, Detail Tata Ruang Kota Semarang
Chicago BWK X (Kecamatan Ngaliyan dan
Brotowidjoyo, M.D., 1991, Metodologi Tugu) Tahun 2000 – 2010.
Penelitian dan Penulisan Karangan Program Pasca Sarjana Universitas
Ilmiah, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Diponegoro, 2003, Pedoman
Hadi, S., 1995, Metodologi Research, Jilid 3 Penulisan Tesis Magister Teknik Sipil
Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. , Semarang.
Richardson, A.J., 1982, Transport Survey
Harris, C.D. and Ullmann, E.L., 1945, The Methods, Departmen of Civil
Naturs of Cities, in the Ann. Am Engineering Monash University
Academy Usman, H. & Akbar, R.P.S., 1995, Pengantar
Kamarwan, S.S., 1997, Sistem Transportasi, Statistika, Penerbit PT. Bumi Aksara,
Penerbit Gunadarma, Jakarta Jakarta.
Kumara, D., 2004, Analisa Karakteristik Warpani, S., 1981, Perencanaan Transport,
Bangkitan dan Pola Perjalanan Institut Teknologi Bandung.
Penduduk Perumahan Pinggiran Warpani, S., 1988, Rekayasa Lalu Lintas,
Kota, Tesis Program Pasca Sarjana Penerbit Bhratara, Jakarta.
Universitas Diponegoro, Semarang Warpani, S., 1990, Merencanakan Sistem
Marzuki, 1997, Metodologi Riset, Penerbit Perangkutan, Institut Teknologi
Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. Bandung.
Morlok, E.K., 1988, Pengantar Teknik dan Yunus, H.S., 2004, Struktur Tata Ruang Kota,
Perencanaan Transportasi, Penerbit Penerbit Pustaka Pelajar Offset,
Erlangga, Jakarta Pusat. Yogyakarta
Nazir, M., 1983, Metodologi Penelitian,
Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Pemerintah Kota Semarang, 2004, Rencana
Detail Tata Ruang Kota Semarang
BWK
IMPLIKASI KEMAUAN MEMBAYAR TARIF RETRIBUSI SAMPAH
TERHADAP KINERJA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
DI KAWASAN PERMUKIMAN1

Susy Nur As’adah2, Suripin3, Syafrudin4


.
Abstract

Trash heap management in Semarang City is managing by Cleanliness Official Semarang


City with all there limitedness (supplying tools and means, human resource which belonged
and budget to trash head management), so just giving a service about 66% (Cleanliness
Official Semarang City, 2005). Operational cost of trash head management from collecting,
moving, trash transportation and management process in TPA is not cheap and is not enough
with APBN or APBD fund flow but must be supported with trash retribution cost which is
taken from society. Because that a government in publishing : Mayor Semarang Decision
No. 6 / 1993, SKWKKD about cleanliness retribution cost in Semarang City and Head of
Cleanliness Official Semarang City Decision No. 974 / 0724 about Reference of Village
Chief Semarang City for put the cleanliness retribution who is no subscribe to PDAM with
adjust a rule to society for paying a trash retribution cost.

Actually the rule of retribution cost in above just be according to walk class as race of
society capability in paying trash and is not accord capability and willingness society in
paying trash retribution cost, then trash retribution cost / KK is still under ideal (Rp. 8.500,- /
KK) (Attachment F), so retribution cost from society is cannot complete operational cost of
trash management. That thing is being a problem for trash manager. For that, writer is doing
a survey to society for knowing willingness and capability society state in paying trash
retribution cost, whether there a relation with trash manager work until now in giving service
to society or not.

For that analyze data result will identified constraint or problem happened then can find
out the solve alternative. It is also need identificating aspiration and desire from society as
someone who direct include. The data is examined and analyzed and next evaluated how
influence trash manager work state toward willingness society state in paying trash
retribution cost.

From analyze result all respondent data is can conclude that there implication that trash
manager work state in giving cleanliness service toward society is very influencing
willingness society state in paying trash retribution cost, also willingness society state in
paying trash retribution cost is very influencing trash manager work in handling the
constraints of trash management operational cost (Attachment D). And of course is very
desired the optimal work state from trash manager in serving cleanliness toward society both
of physical or treatment, because society will realize how much trash management cost
which must be imposed together, so is desired willingness society state in paying high trash
retributon cost.

Latar Belakang10 2.954/1993). Tetapi besarnya retribusi


berdasarkan kelas jalan masyarakat ting-
Pemerintah Kota Semarang dalam mem- gal, bukan berdasarkan pada tingkat
biayai pengelolaan sampah menerapkan kemampuan dan kemauan masyarakat
pajak berupa membayar retribusi sampah dalam membayar tarif retribusi sam-
(PERDA No.6/1993, SK WKKD N.660. pah.Akibatnya pendapatan daerah dari
tarif retribusi sampah masih dibawah
10
harga dasar pengelolaan sampah sehingga
1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 61- 68
2. Alumnus S2 Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
3.4 Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No.5 Semarang
pemerintah dengan keterbatasan dana Berdasarkan pada rumusan masalah
tidak dapat memberikan pelayanan yang diatas, penelitian ini bertujuan :
optimal. Di sisi lain tingkat kemauan 1. Untuk mengetahui tingkat kinerja
masyarakat dalam membayar tarif retri- pengelola sampah dalam mela-
busi sampah rendah karena merasa kinerja yani kebersihan di kawasan
pemerintah dalam mengelola sampah permukiman
lamban tidak optimal .Akhirnya perlu di 2. Untuk mengkaji kemauan mas-
selidiki implikasi kemauan masyarakat yarakat permukiman kota
dalam membayar tarif retribusi sampah Semarang dalam membayar tarif
terhadap kinerja pengelolaan sampah di retribusi sampah
kawasan permukiman. 3. Untuk mengetahui implikasi ke-
mauan masyarakat dalam mem-
Tujuan Penelitian bayar tarif retribusi sampah terha-
dap kinerja pengelola sampah di
kawasan permukiman

3. Kerangka Pemikiran Penelitian


Pemerintah Kota Semarang telah menerbitkan beberapa Kebijakan yaitu:
• Peraturan Daerah No. 6/1993,SKWKKD N.660.2.954/1993,tentang Tarif Retribusi
Kebersihan Kota Semarang
• Keputusan Walikota Semarang Nomor : 660.2/274 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Kodia II Semarang No.6 Tahun 1993 Tentang Kebersihan Dalam
Wilayah Kodia Dati II Semarang
• Keputusan Walikota Semarang Nomor : 660.2/133,tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Kebersihan di Wilayah Kota Semarang

Tujuan Penelitian
• Mengetahui Tingkat Kinerja Pengelola Sampah dalam melayani masyarakat
• Mengetahui Kemauan Masyarakat dalam Membayar Tarif Retribusi Sampah
• Mengetahui Implikasi Kemauan Masyarakat dalam Membayar Tarif Retribusi Sampah
terhadap Kinerja Pengelola Sampah di Kawasan Permukiman

Hipotesa
H0 : Tingkat kinerja pengelola sampah mempunyai hubungan dengan kemauan masyarakat
dalam membayar tarif retribusi sampah
H1 : Tingkat kinerja pengelola sampah tidak mempunyai hubungan dengan kemauan masyarakat
dalam membayar tarif retribusi sampah

Penentuan variabel dan indikator untuk mengukur 1. Standar SKSNI


tingkat kinerja pengelola sampah 2. Kajian Literatur

Penilaian tingkat kinerja pengelola sampah

Alat Analisa :
• Tabulasi
• Skoring
• Chi Square

1. Kendala dan permasalahan dalam


pelaksanakan
2. Analisa kendala dan permasalahan

Kesimpulan dan saran


perdagangan), Candisari (ekonomi
Teknik Analisa sedang, relief topografi terjal perbu-
Tabulasi kitan),Gayamsari (ekonomi lemah, ada
kelurahan merupakan daerah tertinggal,
Sesuai dengan angket yang disampaikan daerahnya rawan banjir ).
kepada para responden maka data yang
telah berhasil dikumpulkan dari kuesioner Berdasar observasi lapangan pada ketiga
dalam penelitian ini akan diolah lebih lokasi yang akan menjadi obyek pene-
lanjut dengan memasukkan data ke dalam litian dan dengan mengasumsikan bahwa
bentuk tabel frekuensi sesuai jenis data populasi dari ketiga kecamatan tersebut
dan menjadi bentuk variabel, kemudian berdistribusi normal, dengan jumlah
dari variabel-variabel yang ada akan diuji populasi dari ketiga kecamatan tersebut
keterkaitan antara variabel yang satu sebanyak 50.696 KK, maka jumlah sam-
dengan lainnya. pel yang harus diambil adalah (Sugiarto,
1998).
Metode skoring n= NZ22 p(1-p)
NdNZ
2
+ Zp(1-p)
2
p(1-p)
Metode skoring merupakan suatu peni- Nd2 + Z2 p(1-p)
laian terhadap efektifitas pengelolaan Dengan : n = ukuran sampel
sampah dengan memberikan nilai pada P= proporsi dalam populasi (0,5)
masing-masing variabel yang menjadi Z=harga Z tabel dengan
parameter dalam penelitian, agar dapat reliabilitas 95% (1,96)
dihitung nilainya, sehingga dapat dipe- N = ukuran populasi
roleh tingkat effektifitasnya. Skala yang d = tingkat ketelitian (error)= 0,1
dipakai untuk menentukan jumlah alter- Sehingga: n =
natif jawaban untuk data yang sifatnya 50.696 *1,96 2 * 0,5(1 - 0,5)
ordinal dipakai skala Likert. Sesuai (50.696 * 0,12 ) + (1,96 2 * 0,5 * (1 − 0,5))
dengan Nasution (2002), yang menya-
takan tidak ada aturan baku dalam peng- = 96,04 ∞ 96
gunaan skala Likert artinya dapat dipakai
skala ganjil dan genap, maka dipakai Sehingga jumlah sampel yang diambil
skala 1-4 untuk data yang sifatnya ordinal. dari masyarakat adalah 96 KK. Untuk
jumlah sampel pada masing-masing Keca-
Chi Square matan dibagi secara proporsional yang
didasarkan pada prosentase jumlah KK di
masing-masing kecamatan. Sehingga
Digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah sampel dari masyarakat untuk tiap
keterkaitan antara variabel yang ditinjau. kecamatan seperti dalam tabel berikut :
Dasar pengambilan keputusan adalah dari
nilai Chi Squarehitung terhadap Chi Tabel 3.1
Squaretabel. Jika Chi Squarehitung > Chi Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel
Squaretabel berarti ada keterkaitan antara Dari Masyarakat
kedua variabel tersebut. No Kecamatan Jumlah Jumlah
KK Sampel
(KK)
Teknik Pengambilan Sampel
1 Gayamsari 15.394 28
2 Semarang 18.464 36
Responden untuk kepentingan pengolahan Selatan
data tidak menggunakan semua populasi 3 Candisari 16.838 32
yang ada tetapi menggunakan sampel. Jumlah 50.696 96
Prinsip dalam pengambilan sampel
dengan metode purposive sampling mak- Gambaran Umum Kecamatan Semarang
sudnya sampel diambil acak di 3 kecama- Selatan
tan,yaitu kecamatan Semarang Selatan
(ekonomi kuat, pusat pemerintahan dan
Kecamatan Semarang Selatan dengan busi sampah masih rendah, karena masih
tingkat ekonomi tinggi adalah pusat rendahnya tingkat kinerja pengelola
pemerintahan dan perdagangan mem- sampah ,yakni jumlah TPS dan kontainer
punyai seluas 5,93 km² dan 14.460 yang masih kurang dan jumlah dump
jiwa/km² terdiri 10 kelurahan .Pelayanan truck yang masih sangat kurang, sehingga
sampah untuk daerah ini baru 64 % banyak sampah terutama di jalan protokol
dan TPS penuh, terlambat diangkut kare-
Di Semarang Selatan ketersediaan kebutu- na sarana pengangkutan yang masih
han sarana dan tenaga pengumpul sampah kurang,juga pemahaman masyarakat ten-
saat ini yaitu ketersediaan gerobak atau tang perlunya retribusi sampah untuk
becak sampah sebanyak 67,39%; keter- membiayai pengelolaan sampah masih
sediaan sarana pemindahan sebanyak 95% rendah, jarang diadakan sosialisasi dari
(lokasi TPS) dan 91,49% (kontainer), pengelola sampah.
ketersediaan kendaraan pengangkut sam-
pah amroll truck 0% dan dump truck 50% Gambaran Umum Kecamatan
Kemauan masyarakat di kecamatan Candisari
Semarang Selatan dalam membayar tarif
retribusi sampah masih rendah ,karena Dengan luas wilayah 6,54 km² dan kepa-
masih rendahnya tingkat kinerja pengelola datan penduduk 10.635 jiwa/km², terdiri
sampah, yakni jumlah amroll truck yang dari 7 kelurahan. Tingkat pelayanan sam-
masih sangat kurang, sehingga banyak pah di Candisari sebesar 69%
sampah di TPS yang penuh dan terlambat Kecamatan Candisari dengan tingkat
diangkut karena sarana pengangkutan ekonomi sedang mempuyai relief perbu-
yang masih kurang ,juga pemahaman kitan terjal, petugas pengambil sampah
masyarakat tentang perlunya retribusi mengambil sampah di permukiman pen-
sampah untuk membiayai pengelolaan duduk perbukitan terjal dengan cara
sampah masih rendah,jarang diadakan memikul sampah lalu petugas sampah
sosialisasi dari pengelola sampah. menuruni bukit terjal, sesampai di daerah
datar petugas sampah menaruh sampah di
Gambaran Umum Kecamatan gerobak atau becak sampah lalu dibawa
Gayamsari ke TPS.
Di Candisari ketersediaan kebutuhan
Kecamatan Gayamsari dengan tingkat sarana dan tenaga pengumpul sampah
ekonomi rendah mempunyai luas wilayah ,yaitu ketersediaan gerobak atau becak
6,18 km² dan kepadatan penduduknya sampah sebanyak 59,52%; ketersediaan
10.747 jiwa tiap km², mempunyai 7 sarana pemindahan sebanyak 57,14%
kelurahan, mempunyai dua kelurahan (lokasi TPS) dan 18,60% (kontainer),
daerah tertinggal yaitu Sawah Besar dan ketersediaan kendaraan pengangkut
Tambak Rejo. Kecamatan Gayamsari sampah amroll truck 42,86% dan dump
mempunyai tingkat pelayanan sampah truck 0% Kemauan masyarakat di keca-
yang tertinggi di kota Semarang yaitu matan Candisari dalam membayar tarif
77%. retribusi sampah masih rendah, karena
masih rendahnya tingkat kinerja pengelola
Di Gayamsari ketersediaan kebutuhan sampah, yakni jumlah gerobag/becak
sarana dan tenaga pengumpul sampah, sampah masih sedikit ,jumlah TPS dan
yaitu ketersediaan gerobak atau becak kontainer yang masih kurang dan jumlah
sampah sebanyak 69,56%; ketersediaan amroll truck dan dump truck yang masih
sarana pemindahan sebanyak 64,29% sangat kurang, sehingga banyak sampah
(lokasi TPS) dan 47,50% (kontainer) terutama di jalan protokol dan TPS
ketersediaan kendaraan pengangkut penuh, terlambat diangkut karena sarana
sampah amroll truck 66,67% dan dump pengangkutan yang masih kurang, juga
truck 8% pemahaman masyarakat tentang perlunya
retribusi sampah untuk membiayai penge-
Kemauan masyarakat di kecamatan lolaan sampah masih rendah, jarang dia-
Gayamsari dalam membayar tarif retri- dakan sosialisasi dari pengelola sampah.
lola sampah dalam pengangkutan sampah
KESIMPULAN DAN SARAN baik dan efektifitas volume sampah yang
Kesimpulan terangkut ke TPA baik, 48% kinerja
Kinerja Pengelola Sampah pengelola sampah dalam pengangkutan
sampah kurang baik dan efektifitas
a. Pengumpulan volume sampah yang terangkut ke TPA
kurang baik, 14% kinerja pengelola
Dari hasil analisis data didapatkan : 14% sampah dalam pengangkutan sampah
masyarakat sangat puas atas kinerja pen- tidak baik dan efektifitas volume sampah
gumpulan sampah dan menganggap kiner- yang terangkut ke TPA tidak baik, dengan
ja pengumpulan sampah sangat baik, 21% korelasi 0,86 > 0,5; berarti pengaruhnya
masyarakat puas atas kinerja pengum- sangat kuat dan signifikan bahwa efek-
pulan sampah dan menganggap kinerja tifitas volume sampah yang terangkut dari
pengumpulan sampah baik, 54% masya- TPS ke TPA sangat dipengaruhi oleh
rakat kurang puas atas kinerja pengum- kinerja pengangkutan pengelola sampah.
pulan sampah dan menganggap kinerja
pengumpulan sampah kurang baik, 11% Kemauan Masyarakat dalam
masyarakat kurang tidak puas atas kinerja Membayar Tarif Retribusi Sampah
pengumpulan sampah dan menganggap
kinerja pengumpulan sampah tidak baik. a. Kemauan Masyarakat dalam
Nilai korelasi 0,84 > 0,5; berarti penga- Membayar Tarif Retribusi Sampah
ruhnya sangat kuat dan signifikan bahwa Memberi Pengaruh terhadap
tingkat kepuasan mayarakat atas pelaya- Efektifitas Penarikan Tarif Retribusi
Sampah
nan sampah sangat dipengaruhi oleh
kinerja pengelola sampah. Jika tingkat
Berdasarkan analisis data : 19% kemauan
kinerja pengelola sampah baik maka
masyarakat dalam membayar tarif retri-
tingkat kemauan masyarakat dalam mem-
busi sampah sangat baik dan memberi
bayar tarif retribusi sampah tinggi.
pengaruh terhadap efektifitas penarikan
tarif retribusi sampah sangat baik, 19%
b. Pemindahan
kemauan masyarakat dalam membayar
tarif retribusi sampah baik dan memberi
Dari hasil analisis data didapatkan : 14%
pengaruh terhadap efektifitas penarikan
kinerja pengelola sampah dalam pemin-
tarif retribusi sampah baik, 53% kemauan
dahan sampah sangat baik dan kebersihan
masyarakat dalam membayar tarif retri-
sampah di TPS sangat baik, 24% kinerja
busi sampah kurang baik dan memberi
pengelola sampah dalam pemindahan
pengaruh terhadap efektifitas penarikan
sampah baik dan kebersihan sampah di
tarif retribusi sampah kurang baik, 9%
TPS baik, 55% kinerja pengelola sampah
kemauan masyarakat dalam membayar
dalam pemindahan sampah kurang baik
tarif retribusi sampah tidak baik dan
dan kebersihan sampah di TPS kurang
memberi pengaruh terhadap efektifitas
baik, 7% kinerja pengelola sampah dalam
penarikan tarif retribusi sampah tidak
pemindahan sampah tidak baik dan
baik. Dengan korelasi 0,87 > 0,5; berarti
kebersihan sampah di TPS, dengan
pengaruhnya sangat kuat dan signifikan
korelasi 0,87 > 0,5; berarti pengaruhnya
bahwa kemauan masyarakat dalam mem-
sangat kuat dan signifikan bahwa tingkat
bayar tarif retribusi sampah memberi
kebersihan sampah di TPS dipengaruhi
pengaruh terhadap efektifitas penarikan
oleh kinerja pengelola sampah.
tarif retribusi sampah.
c. Pengangkutan
b. Kemauan Masyarakat dalam
Membayar Tarif Retribusi Sampah
Dari penelitian dan hasil analisis data
Dipengaruhi Tingkat Kinerja
:14% kinerja pengelola sampah dalam
Pengelola Sampah
pengangkutan sampah sangat baik dan
efektifitas volume sampah yang terangkut
Dari hasil penelitian dan analisis didapat :
ke TPA sangat baik, 24% kinerja penge-
16% tingkat kinerja pengelola sampah
sangat baik maka tingkat kemauan masya- tingan bersama dan perlu dijelaskan
rakat dalam membayar tarif retribusi adanya biaya operasional pengelolaan
sampah sangat baik, 20% tingkat kinerja sampah yang tidak murah dari proses
pengelola sampah baik maka tingkat pengumpulan akhir, sampah, pemin-
kemauan masyarakat dalam membayar dahan, pengangkutan sampah dan
tarif retribusi sampah baik, 54% tingkat untuk pengelolaan pembuangan akhir.
kinerja pengelola sampah kurang baik c. Perlunya subsidi silang dari peme-
maka tingkat kemauan masyarakat dalam rintah atas biaya pengelolaan sampah
membayar tarif retribusi sampah kurang yang belum tertutupi oleh tarif retri-
baik, 10% tingkat kinerja pengelola busi sampah dari masyarakat. Hal ter-
sampah tidak baik maka tingkat kemauan sebut dikarenakan saat ini masyarakat
masyarakat dalam membayar tarif retri- belum siap untuk mendanai biaya
busi sampah kurang baik. Dengan korelasi pengelolaan sampah lewat biaya retri-
0,80 > 0,50; berarti hubungannya sangat busi sampah. Butuh waktu yang lama
kuat dan signifikan bahwa tingkat kemau- untuk mensosialisasikan biaya opera-
an masyarakat dalam membayar tarif sional sampah yang tidak murah
retribusi sampah dipengaruhi kinerja kepada masyarakat juga diperlukan
pengelola sampah peningkataan kinerja atau pelayanan
pengelolaan sampah dari pemerintah
Implikasi Kemauan Masyarakat dalam kepada masyarakat.
Membayar Tarif Retribusi Sampah
Terhadap Kinerja Pengelola Sampah di Saran untuk Penelitian Selanjutnya :
Kawasan Permukiman
Secara garis besar penelitian ini menilai
Dari hasil penelitian dan analisa data di kinerja atau pelayanan pengelola sampah,
atas terdapat hubungan yang sangat karena sangat besar pengaruhnya terhadap
signifikan dan saling berpengaruh. Kiner- tingkat kemauan masyarakat dalam mem-
ja pengelola sampah sangat mempenga- bayar tarif retribusi sampah, untuk itu
ruhi kemauan masyarakat dalam memba- dalam penelitian berikutnya perlu dikem-
yar tarif retribusi sampah, semakin baik bangkan tentang optimalisasi kinerja
tingkat kinerja pengelola sampah maka pengelola sampah dalam melayani keber-
semakin tinggi kemauan masyarakat sihan di kota Semarang sehingga diharap-
dalam membayar tarif retribusi sampah, kan kemauan masyarakat dalam memba-
demikian juga kemauan masyarakat dalam yar tarif retribusi sampah semakin tinggi.
membayar tarif retribusi sampah sangat
mempengaruhi kinerja pengelola sampah DAFTAR PUSTAKA
dalam mengatasi kendala-kendala biaya
operasional pengelolaan sampah. Altaf, M. A. Household Demand for
Improved Water and Sanitation in
Saran kepada Pengelola Sampah a Large Secondary City. Findings
from a Study in Gujranwala,
Pakistan, Habital Intl. Vol. 18,
a. Kinerja atau pelayanan pengelola No. 1, 1994.
sampah harus ditingkatkan mulai dari Bryant, Carolie, dan White, Goggin,
pengumpulan, pemindahan ke TPS, Louise. Manajemen
pengangkutan dari TPS ke TPA Pembangunan Untuk Negara
supaya masyarakat puas atas pelaya- Berkembang. Terjemahan
nan pengelola sampah sehingga Rusyanto. Jakarta, LP3ES, 1987.
kemauan masyarakat dalam memba- CEES (Center for Economic and
yar tarif retribusi sampah semakin Environmental Studies), Water
meningkat. Pricing System for The Urban
b. Harus sering diadakan sosialisasi dari City of Jakarta. A Case Study of
pengelola sampah (Dinas kebersihan Water Pricing for Household,
dan instansi terkait) kepada masya- 1995.
rakat bahwa kebersihan lingkungan
dari sampah adalah untuk kepen-
Cointreau, Sandra. Pengolahan Limbah Merkel. Environmental Policy German
Padat di Negara Berkembang. Experience. Government Federal
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, German, Bonn Germany, 1997.
1991. Nasrullah. Pengelolaan Limbah Padat.
Cornes, R; Sandler, T. The Theory of Diktat Persampahan, Program
Externalities, Public Goods and Studi Teknik Lingkungan,
Club Goods. Cambridge Universitas Diponegoro,
University Press, Second Edition, Semarang, 2001.
1996. Riono Kaho, Josef. Prospek Otoda di
Damanhuri, Enri. Pengelolaan Limbah Negara Republik Indonesia.
Padat. Pelatihan PP-PSL/ECP- Cetakan Keenam. PT. Raja
DP Pengelolaan dan Teknologi Grafindo Persada, Jakarta, 2002.
Limbah di Pusat Studi Rukmana, Nana. Manajemen
Lingkungan Hidup-ITB, Pembangunan Prasarana Kota.
Bandung, 1993. PT. Pustaka LP3ES Jakarta,
Davey, K. J. Pembiayaan Pemerintah Indonesia, 1993.
Daerah, Praktek-Praktek Santosa, Singgih. Buku Latihan SPSS
Internasional dan Relevansinya Statistik Parametrik. PT. Elex
bagi Dunia Ketiga. Cetakan Media Komputindo, Jakarta,
Pertama, UI-Press, Jakarta, 1988. 2000.
Direktorat Bina Tata Kota dan Pedesaan, Steers M. Richard. Efektifitas Organisasi
Ditjen Cipta Karya, Departemen Kaidah Tingkah Laku
PU. Studi Kelayakan (Terjemahan). Erlangga, Jakarta,
Pembangunan Prasarana dan 1980.
Sarana Persampahan dengan Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian.
Peran Swasta,1994/1995. CV. Alfabeta, Bandung, 2000.
Dixon, A.J.; Hufschmidt, M.M. Teknik Sugiyarto. Metode Penelitian
Penilaian Ekonomi Terhadap Administrasi. CV. Alfabeta,
Lingkungan, Suatu Buku Kerja Bandung, 1998.
Studi Kasus. Gajah Mada Tasrial. Sampah dan Pengelolaannya.
University Press, Yogyakarta, PPPGT VDEC, Malang, 1999.
1991. Tchobanoglous, G., Teisen H., Eliasen, R.
Dunn, William N. Pengantar Analisis Solid Waste. Mc. Graw Hill,
Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Kogakusha Ltd, 1977.
Gadjah Mada University Press, Tchobanoglous, George. Urban
Yogyakarta, 1998. Environment. Mc. Graw Hill
Entjang, L. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Book Co, Tokyo, Japan, 1977.
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Anomin. Tata Cara Pengelolaan Teknik
1991. Sampah Perkotaan. Standard SK
Goggin, Catanese. Conggresional SNI T-13-1990-F, DPU, Yayasan
Duancerly Press, Washington DC, LPMB, Bandung.
1987. Anomim. Timbulan dan Pewadahan
Kadariah. Pengantar Evaluasi Proyek. Sampah. Direktorat PLP, Ditjen
Lembaga Penerbit Fakultas Cipta Karya Departemen PU,
Ekonomi, Universitas Indonesia, 1992.
Jakarta, 1978. KELOMPOK TERBITAN TERBATAS
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Anomim. Dana Pengelolaan Sampah
Ketiga. Departemen Pendidikan Minim. Semarang, Suara
dan Kebudayaan Balai Pustaka, Merdeka, 30 Maret 2005.
Jakarta, 2001. KELOMPOK PERATURAN DAN
Lubis, S.B.H. Metodologi Penelitian. UNDANG-UNDANG
Jurusan Teknik dan Manajemen Perda Kotamadya Dati II Semarang No. 6
Industri, STTB, Bandung, 1993. Tahun 1993 Tanggal 18 Juni 1993
Tentang Kebersihan Wilayah
Kota Semarang.
Keputusan Walikota Semarang No. BAHAN-BAHAN YANG TIDAK
660.2/274 Tanggal 5 Agustus DITERBITKAN
2000 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Bantuan Teknis Manajemen Persampahan
Kota Semarang No. 6 Tahun Kota Semarang. Departemen
1993. Kimpraswil Dirjen Tata
Surat Dinas Kebersihan Kota Semarang Perkotaan Dan Tata Perdesaan.
Tentang Pedoman Teknis 2004
Operasional Kebersihan Kota
Semarang.

KELOMPOK KAJIAN ILMIAH

Silvia Novita. Kajian Efektifitas


Pengelolaan Sampah Pasca
Penyerahan Sebagian Tugas
Dinas Kebersihan Kepada
Kelurahan dan Kecamatan di
Kota Semarang. Tesis, Jurusan
Magister Teknik Sipil,
Konsentrasi Manajemen
Rekayasa Infrastruktur, Program
Pasca Sarjana, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro,
Semarang, 2005.
Widi Hernowo. Evaluasi Penentuan
Lokasi Optimal TPS. Kolokium,
Jurusan Perencanaan Wilayah
dan Kota. Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro,
Semarang, Juli 1998.
PENGARUH MANUVER KENDARAAN PARKIR BADAN JALAN TERHADAP
KARAKTERISTIK LALU LINTAS DI JALAN DIPONEGORO YOGYAKARTA1

Andung Yunianta11, Kami Hari Basuki3., Epf. Eko Yulipriyono4

ABSTRACT

Incidence on street parking cause poor condition on traffic, one of main street section in Yogyakarta City
which part of body street used to park vehicle is Diponegoro Street. Vehicle maneuver to go out from
parking require many time, what else it make maneuver turn direction so that cause delaying of other
vehicle both for same direction and generate vehicle queue causing traffic jam.
The purpose of this research to know level influence of activity on street parking with capacity of the
street, influence of vehicle maneuver to traffic characteristic, and alternative solution to solving the
problem of performance Diponegoro Street.

Methodology Research covered intake field data use two Video Tape Recorder. Monday is representing
workday and Sunday for representing time of the day. Data analysis cover calculation of volume, space
mean speed, traffic density, street capacities analysis, Relation Variable Speed, Volume, and Density,
determination of model used, calculation of volume, speed, and density with chosen model also Volume-
Delay Function (VDF) and time value analysis.

Diponegoro street capacity experiencing of degradation effected by existence of activity park. By MKJI
(1997), with position park parallel of streets or west direction, its capacities from 2594 pcu/hour decrease
become 2010 pcu/hour, with effective lane width 6 metres or 23% decreased. For west direction with
vehicle position park angular shape 60º for East direction from capacities 2594 pcu/hour become 1869
pcu/hour, with effective lane witdh 8 metres or 28% decreased. By Underwood’s models, street capacity
on week for west direction no maneuver equal to 1083,28 pcu/hour and on maneuver equal to 966,64
pcu/hour or 11% decreased, for east direction no maneuver equal to 1293,36 pcu/hour and on maneuver
987,30 pcu/hour or 24% decreased. Monday west direction no maneuver equal to 1634,50 pcu/hour and on
maneuver equal to 1414,99 pcu/hour or 13% decreased, east direction no maneuver equal to 1540,43
pcu/hour and on maneuver 1255,42 pcu/hour or 19% decreased.

Vehicle speed caused of existence park maneuver very slowly. Speed of vehicle on Sunday for west
direction there is no maneuver 21,24 km/hour. When there is maneuver 16.34 km/hour or 23% decreased,
for east direction there is no maneuver 18.37 km/hour and there is maneuver 14,62 km/hour or 20%
decreased. While average speed on Monday at West direction there is no maneuver equal to 19.85
km/hour, there is maneuver 15,94 km/hour or 20% decreased, for East direction there is no maneuver
19.06 km/hour, there is maneuver 15,88 km/hour or 17% decreased.

Analyze Volume-Delay Function indicate, that east direction with park angular shape 60° happened time
of delay ± 31 second, west direction with position park parallel its time delay ± 10 second.
Calculation of time value pursuant to difference of condition there no maneuver and there is maneuver
park, Sunday for column west direction equal to Rp 13.861,00 for column east direction equal to Rp
50.418,00. While Monday for column west direction equal to Rp 25.451,00 for column east direction equal
to Rp 85.546,00.

Can be concluded, vehicle position park parallel with streets more beneficial than park angular shape 60°,
and so the condition no vehicle maneuver park better than there is vehicle maneuver park.

Keyword : Maneuver Park, Characteristic Traffic, Value Time.

1. PILAR Volume18,Nomor 1,April 2008: Halaman 69-78


2. Dosen Teknik Sipil ISTJ . Jayapura
3. 4. Dosen S2 Magiater Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No5 Semarang
PENDAHULUAN 2. Analisis kapasitas jalan Diponegoro yang
dipengaruhi adanya kegiatan parkir pada
Latar Belakang badan jalan ditepi kanan dan kiri dengan
menggunakan Manual Kapasitas Jalan
Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan salah Indonesia (MKJI) 1997.
satu kota tujuan wisata memiliki jumlah 3. Analisis hubungan antara arus (flow),
penduduk yang relatif padat dan setiap tahunnya kecepatan (speed), dan kepadatan (density)
terjadi pertambahan penduduk usia produktif lalu lintas menggunakan beberapa model
untuk menuntut ilmu, yang datang dari berbagai pendekatan yaitu Greenshild, Greenberg, dan
daerah di Indonesia. Seiring dengan itu menga- Under-wood, serta diambil satu model
kibatkan terjadinya permasalahan transportasi pendekatan yang sesuai dengan kondisi jalan
yang cukup berarti. Salah satu permasalahan Diponegoro sebagai dasar analisis.
transportasi yang perlu ditangani adalah masalah 4. Analisa Volume-Delay Function yang
kemacetan pada ruas-ruas jalan utama di kota menggunakan persamaan dari Bureau of
pelajar ini. Public Roads (BPR) Traffic Assignment
Manual. Dept of Commerce, Urban
Timbulnya parkir pada badan jalan yang tersebar Planning Division, Washington D.C.
dibeberapa lokasi yang belum ada fasilitas areal
parkirnya, berakibat buruk terhadap kondisi lalu Maksud Dan Tujuan Penelitian
lintas, terutama saat kendaraan melakukan ma-
nuver keluar parkir. Salah satu ruas jalan utama
Maksud dari penelitian ini adalah menganalisa
di Kota Yogyakarta yang sebagian badan
arus lalu lintas akibat adanya kendaraan yang
jalannya digunakan untuk parkir kendaraan
diparkir pada tepi kanan dan kiri jalan, serta
adalah Jalan Diponegoro.
pengaruh manuver kendaraan saat keluar dari
parkir pada badan jalan di Jalan Diponegoro
Kendaraan saat melakukan manuver keluar dari
Yogyakarta.
parkir membutuhkan banyak waktu, apa lagi
Tujuan dari penelitian ini adalah:
manuvernya berbalik arah sehingga berakibat ter-
tundanya pengguna jalan baik yang searah 1. Mengetahui tingkat pengaruh kegiatan parkir
maupun berlawanan arah. Kendaraan yang pada badan jalan ditepi kanan dan kiri Jalan
melewati ruas jalan ini mengalami kecepatan Diponegoro Yogyakarta terhadap kapasitas
yang relatif rendah, sehingga memperburuk jalan.
kondisi jalan dan menimbulkan antrian 2. Mengetahui pengaruh manuver kendaraan
kendaraan yang menyebabkan kemacetan lalu saat keluar dari parkir pada badan jalan
lintas. terhadap karakteristik lalu lintas di Jalan
Diponegoro Yogyakarta.
Perumusan Masalah 3. Mencari solusi alternatif penyelesaian ma-
salah kinerja Jalan Diponegoro Yogyakarta
1. Seberapa besar pengaruh kegiatan parkir yang diakibatkan oleh kegiatan parkir pada
pada badan jalan di tepi kanan dan kiri badan jalan.
terhadap kapasitas jalan.
2. Seberapa besar pengaruh pergerakan manu- Kegunaan Penelitian
ver kendaraan saat keluar dari parkir pada
badan jalan searah maupun berbalik arah 1. Sebagai bahan pertimbangan untuk penge-
terhadap kecepatan dan volume lalu lintas. lolaan parkir pada badan jalan, khususnya
3. Bagaimana alternatif penyelesaian untuk Jalan Diponegoro dan Kota Yogyakarta pada
memperbaiki kinerja jalan yang diakibatkan umumnya.
adanya kendaraan yang diparkir pada badan 2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
jalan di ruas Jalan Diponegoro Yogyakarta. Kota Yogyakarta guna penataan kawasan
Jalan Diponegoro sehingga dapat mengu-
Pembatasan Masalah rangi permasalahan lalu lintas terutama
kemacetan.
1. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada
lokasi studi yaitu bagian ruas Jalan Dipone- Lokasi Penelitian
goro Yogyakarta yang panjangnya 400 meter
dengan batas sebelah timur Perempatan Ruas Jalan Diponegoro Yogyakarta yang panjang
Tugu dan sebelah barat Pertigaan Jalan keseluruhannya adalah 676 meter merupakan
Bumijo. salah satu jalan utama dan jalan akses dari arah
barat dan arah utara kota menuju ke Jalan utara dan selatan jalan, baik kendaraan ringan
Malioboro, Jalan Ahmad Yani, dan Keraton maupun sepeda motor. Untuk sisi tepi utara
Kasultanan yang merupakan pusat Kota Yogya- posisi parkir membentuk sudut 60º, sedangkan
karta. Sepanjang Jalan Diponegoro digunakan untuk sisi tepi selatan sejajar dengan jalan
untuk parkir kendaraan yang menempati sisi tepi
.

LOKASI PENELITIAN

Jln. AM
Jln. Asem

Jln.
Pasar Kranggan
Pertokoan Pertoko Perkanto Pertokoan tok
an ran o

Jln.

Pertoko Lembaga Pertoko Pertokoan Traveling


Pendidikan

Jln. Tentara
Jln.

Jln. Bumijo

226 m 50 m 400 m

676 m

Nomor Dan Nama Gambar

Gambar 1.2.
PETA SITUASI JL. DIPONEGORO
TINJAUAN PUSTAKA kendaraan di ruas jalan, sehingga arus lalu lintas
juga nol.
Karakteristik Arus Lalu Lintas

Arus lalu lintas merupakan interaksi yang unik Komposisi Lalu Lintas
antara pengemudi, kendaraan, dan jalan. Tidak
ada arus lalu lintas yang sama bahkan pada Didalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia
keadaan yang serupa, sehingga arus pada suatu (MKJI) 1997 nilai arus lalu lintas mencerminkan
ruas jalan tertentu selalu bervariasi. Walaupun komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus
demikian diperlukan paramater yang dapat lalu lintas dalam satuan mobil penumpang
menunjukkan kondisi ruas jalan atau yang akan (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan
dipakai untuk desain. Parameter tersebut adalah total) diubah menjadi satuan mobil penumpang
volume, kecepatan, dan kepadatan, tingkat pela- (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil
yanan dan derajat kejenuhan. Hal yang sangat penumpang (emp).
penting untuk dapat merancang dan mengo-
perasikan sistem transportasi dengan tingkat Kapasitas Jalan
effisiensi dan keselamatan yang paling baik.
Kapasitas suatu ruas jalan didefinisikan sebagai
Volume Lalu Lintas jumlah maksimum kendaraan yang dapat
malintasi suatu ruas jalan yang uniform per jam,
Volume adalah jumlah kendaraan yang melintasi dalam satu arah untuk jalan dua jalur dua arah
suatu ruas jalan pada periode waktu tertentu, dengan median atau total dua arah untuk jalan
diukur dalam satuan kendaraan per satuan dua jalur tanpa median, selama satuan waktu
waktu. tertentu pada kondisi jalan dan lalu lintas yang
tertentu. Kondisi jalan adalah kondisi fisik jalan,
Kecepatan sedangkan kondisi lalu lintas adalah sifat lalu
lintas (nature of traffic).
Pada penelitian ini kecepatan yang ditinjau
adalah kecepatan rata-rata ruang (Space Mean Parkir Pada Badan Jalan
Speed (SMS)), karena penggunaan waktu
tempuh rata-rata memperhitungkan panjang Dengan adanya kegiatan parkir ditepi jalan,
waktu yang dipergunakan setiap kendaraan maka lebar jalan yang disediakan untuk lalu
didalam ruang. lintas akan berkurang selebar bagian tepi jalan
yang diper-gunakan untuk kegiatan parkir. Lebar
Kepadatan ruang jalan yang berkurang akibat adanya
kegiatan parkir kendaraan ditepi jalan, yaitu
Kepadatan didefinisikan sebagai jumlah kenda- karena gerakan manuver kendaraan saat keluar
raan yang menempati panjang ruas jalan atau meninggalkan tempat parkir yang dipandu oleh
lajur tertentu, yang umumnya dinyatakan petugas parkir.
sebagai jumlah kendaraan per kilometer atau Lebar jalan yang tersisa akibat pengurangan ini
satuan mobil penumpang per kilometer menyebabkan terjadinya perubahan arus lalu
(smp/km). lintas dari arus bebas (uninterrupted flow)
menjadi terganggu (interrupted flow) sehingga
Hubungan Antara Arus, Kecepatan, Dan terjadi penurunan kecepatan dan penurunan arus
Kepadatan lalu lintas serta bertambahnya kepadatan bahkan
terjadinya antrian kendaraan akibat daya
Analisa karakteristik arus lalu lintas untuk ruas tampung jalan berkurang, dengan kata lain
jalan dapat dilakukan dengan mempelajari hu- kapasitas jalan mengalami penurunan.
bungan matematis antara kecepatan, arus, dan
kepadatan lalu lintas yang terjadi. Hubungan Uji Signifikansi
antara kecepatan-kepadatan adalah monoton ke
bawah yang menyatakan bahwa apabila lalu Untuk mengetahui apakah terjadi hubungan
lintas meningkat, maka kecepatan akan linier antara perubah bebas dengan perubah tak
menurun. Arus lalu lintas akan menjadi nol bebas maka dilakukan uji signifikansi. Pengujian
apabila kepadatan sangat tinggi sedemikian rupa ini memakai uji t (student t test) dan uji F
sehingga tidak memungkinkan kendaraan untuk (variance ratio test / the f test). Uji t digunakan
bergerak lagi, dan dikenal dengan kondisi macet untuk menentukan apakah perubah bebas (x)
total. Pada kondisi kepadatan nol tidak terdapat
secara individu berpengaruh terhadap perubah Analisa Volume-DelayFunction merupakan hu-
tak bebas (y). bungan yang ditetapkan antara volume
kendaraan dengan waktu tempuh perjalanan
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (travel time). Persamaan ini menggunakan
fungsi persamaan model dari Bureau of Publik
Uji kesamaan ini adalah untuk mengetahui Roads (BPR) Traffic Assignment Manual U.S.
apakah dua sampel memiliki rata-rata yang Dept. of Comerce, Urban Planning Division,
sama. Uji ini menggunakan analisis Paired Washington D.C.
Sample T Test atau uji T untuk dua sampel yang f BPR ( x) = 1 + ( x)α
berpasangan.
v
Dengan x=
Analisa Volume-Delay Function c
v = Volume kendaraan c =Kapsitas jalan

METODOLOGI PENELITIAN
Rencana Kegiatan Penelitian MENENTUKAN TUJUAN,
JUDUL DAN LINGKUP STUDI

PERSIAPAN

• Pemilihan Lokasi STUDI


• Survei Pendahuluan LITERATUR
• Identifikasi Masalah

PENGUMPULAN DATA

Data Primer : Data Sekunder :


• Survey Volume Lalu • Data Kondisi
Lintas. Jalan.
• Survey Kecepatan. • Peta Lokasi
• Survey Kegiatan Parkir.

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DATA

• Analisa Kapasitas
• Analisa Hubungan Antara:
- Kecepatan dengan Kepadatan
- Arus dengan Kepadatan
- Arus dengan Kecepatan
• Analisa Dan Pengujian Statistik
• Analisa Volume-Delay Function dan Nilai Waktu

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 3.1. Bagan Alir Rencana Kegiatan


PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN lintas yaitu berkurangnya kapasitas jalan dan
DATA kecepatan kendaraan, sehingga akan berakibat
pada lamanya waktu tempuh perjalanan.
Data Arus (Flow) Lalu Lintas
Pengaruh tersebut lebih terasa menggangu ketika
Data arus (flow) lalu lintas diambil di lokasi studi kendaraan malakukan manuver keluar dari parkir
dengan menggunakan kamera video pada saat baik itu searah maupun berbalik arah dari posisi
jam pagi yaitu (07.30-08.30 WIB), siang (jam saat parkir. Sehingga dalam analisa penelitian ini
11.30-12.30 WIB), dan sore (jam 15.30-16.30 ditekankan pada pengaruh manuver kendaraan
WIB), pengambilan data selama 2 (dua), yaitu saat keluar dari parkir.
hari Minggu tanggal 2 April 2006 dan hari Senin
tanggal 3 April 2006. Penentuan kendaraan yang melakukan manuver
yaitu dengan mengamati setiap kendaraan yang
Data diambil dengan waktu 5 menitan penggo- melakukan manuver keluar parkir dan dikelom-
longan jenis kendaraan sesuai dengan Manual pokkan dalam waktu 5 menitan, hal ini akan
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. yaitu terlihat dengan semakin lambatnya kendaraan
untuk kendaraan Light Vehicle (LV) atau kenda- atau lamanya waktu tempuh kendaraan.
raan ringan, Heavy Vehicle (HV) atau kendaraan
berat, dan Motor Cycle (MC) atau sepeda motor. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Data Kecepatan Kendaraan Analisa Kapasitas Jalan

Pengambilan data kecepatan dilakukan dengan Kapasitas Jalan Diponegoro untuk arah ke timur,
menggunakan kamera video sama seperti pada pada kondisi tidak ada parkir atau kapasitas
pengambilan data volume, dengan jenis sesungguhnya jika dibulatkan adalah 2594
kendaraan meliputi Light Vehicle (LV) atau smp/jam, tetapi setelah ada kegiatan parkir yang
kendaraan ringan, Heavy Vehicle (HV) atau menggunakan sebagian badan jalan kapasitasnya
kendaraan berat, dan Motor Cycle (MC) atau turun menjadi 1869 smp/jam. Kondisi ini dise-
sepeda motor, serta semua jumlah dari 3 jenis babkan adanya pengurangan lebar effektif ruas
kendaraan tersebut diambil dan dihitung jalan khususnya untuk lajur tepi yang diman-
kecepatannya. faatkan untuk lahan parkir, dan posisi parkir
untuk lajur arah ke timur adalah membentuk
Data Kepadatan Kendaraan. sudut 60º. Pengurangan lebar effektifnya untuk
lajur tepi adalah 2,7 meter dari lebar 4,5 meter
Nilai kepadatan kendaraan dihitung dengan hanya dipakai effektif 1,8 meter saja.
membagi volume dengan kecepatan dalam waktu
5 menitan. Sedangkan untuk ruas arah ke barat, kapasitas
sesungguhnya adalah 2594 smp/jam, setelah ada-
Data Waktu Tundaan nya kegiatan parkir kapasitasnya menjadi 2010
smp/jam. Sama seperti pada ruas arah ke timur
Data waktu tundaan merupakan data jumlah pengurangan kapasitas juga diakibatkan oleh
waktu tempuh kendaraan yang tertunda yang penggunaan sebagian badan jalan untuk kegiatan
diakibatkan oleh kendaraan yang melakukan parkir, tetapi posisi parkirnya sejajar dengan ruas
manuver parkir. Jadi merupakan jumlah waktu jalan jadi pengurangannya tidak terlalu banyak
tempuh dari selisih antar waktu tempuh yaitu dari lebar effektif sesungguhnya 4 meter
kendaraan yang tertunda dengan rata-rata waktu menjadi lebar effektif 2 meter.
tempuh tanpa ada gangguan manuver parkir
``Analisa Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Manuver Kendaraan Parkir Pada Badan
Jalan. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
kesamaan volume dan kecepatan rata-rata lalu
Sepanjang Jalan Diponegoro Yogyakarta lintas dari dua kondisi, guna menentukan apakah
sebagian badan jalannya digunakan untuk kedua rata-rata dalam kondisi tersebut bisa
kegiatan parkir yaitu pada sisi sebelah utara digabung atau tidak dalam analisa selanjutnya.
posisi kendaraan parkirnya membentuk sudut 60° Penentuan analisa ini dilakukan dengan
dan sisi sebelah selatan posisi kendaraan menggunakan uji statistik T-Test untuk sampel
parkirnya sejajar dengan ruas jalan. Kondisi ini yang berpasangan (Paired Sample T-Test).
sangat berpengaruh terhadap karakteristik lalu
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pasar belanja, karena di lokasi studi terdapat
untuk kondisi lalu lintas yang dipengaruhi pasar tradisional yaitu Pasar Kranggan.
manuver parkir dengan tidak ada manuver parkir
kecapatan dan volume rata-ratanya tidak identik Kecepatan rata-rata pada hari Senin arah ke barat
berarti analisanya tidak dapat digabung harus tidak ada manuver sebesar 19,85 km/jam, ada
ditinjau masing-masing. Sama juga untuk kondisi manuver 15,94 km/jam sedangkan untuk lajur
lalu lintas arah ke timur dan ke barat baik hari arah ke timur tidak ada manuver sebesar 19,06
senin maupun hari minggu kecepatan dan km/jam, ada manuver 15,88 km/jam. kondisi ini
volume rata-ratanya juga tidak identik berarti terjadi karena hari Senin merupakan hari kerja
analisanya juga masing-maing. Sedangkan untuk dan masuk sekolah sehingga kepadatan lalu
kondisi pada saat pagi, siang, dan sore baik untuk lintas terjadi peningkatan.
hari minggu maupun hari senin sebagian besar
kecepatan dan volume rata-ratanya adalah identik Sedangkan untuk nilai volume kendaraan pada
berarti analisanya bisa digabung dalam satu hari, hari Minggu arah ke barat tidak ada manuver
yaitu masing-masing untuk hari Minggu dan hari sebesar 1083,28 smp/jam dan ada manuver
Senin. sebesar 966,64 smp/jam, hari Minggu arah ke
timur tidak ada manuver sebesar 1293,36
Analisa Hubungan Volume, Kecepatan, dan smp/jam dan ada manuver 987,30 smp/jam.
Kepadatan Lalu Lintas Untuk hari Senin arah ke barat tidak ada manu-
ver sebesar 1634,50 smp/jam dan ada manuver
Dalam karekteristik arus lalu lintas ada 3 para- sebesar 1414,99 smp/jam, hari Senin arah ke
meter utama yang digunakan untuk menganalisa timur tidak ada manuver sebesar 1540,43 smp-
arus lalu lintas yaitu volume (V), kecepatan (S), /jam dan ada manuver 1255,42 smp/jam.
dan kepadatan (D), dari ketiga parameter tersebut
kita analisa hubungan matematisnya dengan Analisa Volume-Delay Function (VDF)
menggunakan model. Model yang digunakan
untuk menganalisa hubungan ketiga parameter Dari analisa volume-delay function ini kita bisa
tersebut adalah Model Greenshields, Model mengetahui terjadi waktu tundaan rata-rata yang
Greenberg, dan Model Underwood. diakibatkan oleh adanya manuver parkir, yaitu
untuk hari Minggu arah ke Barat 10,04 detik
Analisa Penentuan Model sedangkan untuk arah ke timur 33,1 detik. Untuk
hari Senin arah barat tundaan rata-rata sebesar
Dalam penentuan model dengan nilai determinasi 11,55 detik, sedang untuk lajur arah ke timur
ini kita cari nilai determinasi yang terbesar dari 31,35 detik. Jadi secara keseluruhan untuk lajur
setiap kondisi dan kita beri nilai 1 (satu) arah ke timur waktu tundaan yang terjadi akibat
sedangkan untuk nilai lainnya kita beri nilai 0 oleh manuver parkir lebih besar dari pada untuk
(nol). Dari jumlah nilai yang terkumpul Model lajur arah ke barat.
Underwood mempunyai nilai tertinggi yaitu 14,
sehingga Model Underwood adalah model Pada kondisi lalu lintas hari Minggu arah ke
terpilih yang paling sesuai dengan karakteristik barat : Dengan mengambil nilai tundaan sebesar
lalu lintas di Jalan Diponegoro Yogyakarta. 5 dt maka akan di dapat volume 800 smp/jam pd
kondisi tidak ada manuver. Sedangkan untuk
Analisa Pengaruh Manuver Kendaraan kondisi ada manuver pada posisi yang sama yaitu
Parkir untuk volume 800 smp/jam maka akan didapat
nilai tundaan sebesar 15 dt. Sehingga pada
Dalam analisa pengaruh manuver kendaraan volume 800 smp/jam akan didapat selisih nilai
parkir badan jalan ini model yang dipakai adalah tundaan pada kondisi tdk ada manuver dan ada
Model Underwood. Dari hasil hitungan serta manuver sebesar 10 dt.
gambar grafik tersebut, terlihat bahwa kondisi
ada manuver parkir kecepatan rata-rata kenda- Pada kondisi lalu lintas hari Minggu arah ke
raan menurun yaitu pada hari Minggu untuk lajur timur : Dengan mengambil nilai tundaan sebesar
arah ke barat tidak ada manuver sebesar 21,24 15 dt maka akan di dapat volume 970 smp/jam
km/jam sedangkan ketika ada manuver 16,34 pd kondisi tidak ada manuver. Sedangkan untuk
km/jam, sedang untuk lajur arah ke timur tidak kondisi ada manuver pada posisi yang sama yaitu
ada manuver sebesar 18,37 km/jam dan ada untuk volume 970 smp/jam maka akan didapat
manuver 14,62 km/jam. Hal ini terjadi karena nilai tundaan sebesar 45 dt. Sehingga pada
pada hari minggu yaitu hari libur kantor maupun volume 970 smp/jam akan didapat selisih nilai
hari libur sekolah dimanfaatkan untuk pergi ke
tundaan pada kondisi tdk ada manuver dan ada detik, didapat Nilai Waktu = 1130 x 1 x
manuver sebesar 30 dt. (18/3600) x 6237,25 = 35.240,00 Rp kend.

Pada kondisi lalu lintas hari Senin arah ke barat : Pada lalu lintas hari Senin arah ke timur: Kondisi
Dengan mengambil nilai tundaan sebesar 5 dt tidak ada manuver : dengan volume kendaraan
maka akan di dapat volume 1130 smp/jam pd 1250 smp/jam dan tundaan 10 detik, didapat
kondisi tidak ada manuver. Sedangkan untuk Nilai Waktu = 1250 x 1 x (10/3600) x 6237,25 =
kondisi ada manuver pada posisi yang sama yaitu 21.657,00 Rp kend. Kondisi ada manuver :
untuk volume 1130 smp/jam maka akan didapat dengan volume kendaraan 1250 smp/jam dan
nilai tundaan sebesar 18 dt. Sehingga pada tundaan 49,5 detik, didapat Nilai Waktu = 1250 x
volume 1130 smp/jam akan didapat selisih nilai 1 x (49,5/3600) x 6237,25 = 107.203,00 Rp
tundaan pada kondisi tdk ada manuver dan ada kend.
manuver sebesar 13 dt.
PENUTUP
Pada kondisi lalu lintas hari Senin arah ke timur :
Dengan mengambil nilai tundaan sebesar 10 dt Kesimpulan
maka akan di dapat volume 1250 smp/jam pd
kondisi tidak ada manuver. Sedangkan untuk 1. Kapasitas Jalan Diponegoro Yogyakarta
kondisi ada manuver pada posisi yang sama yaitu mengalami penurunan akibat adanya kegia-
untuk volume 1250 smp/jam maka akan didapat tan parkir, untuk lajur arah ke barat dengan
nilai tundaan sebesar 49,5 dt. Sehingga pada posisi parkir sejajar dengan ruas jalan,
volume 1250 smp/jam akan didapat selisih nilai kapasitasnya adalah 2594 smp/jam turun
tundaan pada kondisi tdk ada manuver dan ada menjadi 2010 smp/jam atau penurunannya
manuver sebesar 39,5 dt. sebesar 23%, dengan pengurangan lebar
effektif lajur tepi sebesar 2 meter dari lebar 4
Analisa Nilai Waktu meter. Sedangkan untuk posisi kendaraan
parkir membentuk sudut 60º, atau lajur arah
Analisa nilai waktu digunakan untuk mengetahui ke timur yaitu dari kapasitas 2594 smp/jam
pengeluaran yang dilakukan dalam waktu perja- menjadi 1869 smp/jam atau penurunannya
lanan. Data yang dipakai adalah data pendapatan sebesar 28%, dengan pengurangan lebar
perkapita untuk kota Yogyakarta. effektif lajur tepi sebesar 2,7 meter dari lebar
4,5 meter.
Pada lalu lintas hari Minggu arah ke barat: 2. Secara umum kecepatan kendaraan cende-
Kondisi tidak ada manuver : dengan volume rung lambat akibat adanya manuver kenda-
kendaraan 800 smp/jam dan tundaan 5 detik, raan parkir. Kecepatan kendaraan pada hari
didapat Nilai Waktu = 800 x 1 x (5/3600) x Minggu untuk lajur arah ke barat tidak ada
6237,25 = 6.930,00 Rp kend. Kondisi ada manuver sebesar 21,24 km/jam sedangkan
manuver : dengan volume kendaraan 800 ketika ada manuver 16,34 km/jam atau turun
smp/jam dan tundaan 15 detik, didapat Nilai sebesar 23%, sedang untuk lajur arah ke
Waktu = 800 x 1 x (15/3600) x 6237,25 = timur tidak ada manuver sebesar 18,37 km
20.791,00 Rp kend. /jam dan ada manuver 14,62 km/jam atau
turun sebesar 20%. Sedangkan kecepatan
Pada lalu lintas hari Minggu arah ke timur: Kon- rata-rata pada hari Senin arah ke barat tidak
disi tidak ada manuver : dengan volume ada manuver sebesar 19,85 km/jam, ada
kendaraan 970 smp/jam dan tundaan 15 detik, manuver 15,94 km/jam atau turun sebesar
didapat Nilai Waktu = 970 x 1 x (15/3600) x 20%, untuk lajur arah ke timur tidak ada
6237,25 = 25.209,00 Rp kend. Kondisi ada manuver sebesar 19,06 km/jam, ada manuver
manuver : dengan volume kendaraan 970 15,88 km/jam atau turun sebesar 17%. Dan
smp/jam dan tundaan 45 detik, didapat Nilai secara keseluruhan untuk lajur arah ke barat
Waktu = 970 x 1 x (45/3600) x 6237,25 = kecepatan rata-rata kendaraan lebih besar
75.627,00 Rp kend. dibandingkan dengan untuk lajur arah ke
timur, baik untuk hari Minggu maupun hari
Pada lalu lintas hari Senin arah ke barat: Kondisi Senin. Volume kendaraan pada hari Minggu
tidak ada manuver : dengan volume kendaraan arah ke barat tidak ada manuver sebesar
1130 smp/jam dan tundaan 5 detik, didapat Nilai 1083,28 smp/jam dan ada manuver sebesar
Waktu = 1130 x 1 x (5/3600) x 6237,25 = 966,64 smp/jam atau turun sebesar 11%, hari
9.789,00 Rp kend. Kondisi ada manuver : dengan Minggu arah ke timur tidak ada manuver
volume kendaraan 1130 smp/jam dan tundaan 18 sebesar 1293,36 smp/jam dan ada manuver
987,30 smp/jam atau turun sebesar 24%. Saran
Untuk hari Senin arah ke barat tidak ada
manuver sebesar 1634,50 smp/jam dan ada Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka selaku
manuver sebesar 1414,99 smp/jam atau turun peneliti menyarankan:
sebesar 13%, hari Senin arah ke timur tidak 1. Posisi kendaraan parkir harus dibuat sejajar
ada manuver sebesar 1540,43 smp/jam dan dengan ruas jalan terutama untuk lajur yang
ada manuver 1255,42 smp/jam atau turun ke arah timur, dengan demikian bisa
sebesar 19%. menambah kapasitas jalan karena lebar
3. Secara umum dari Analisa volume-Delay effektif lajur bisa bertambah.
Function menunjukkan, terjadi tundaan 2. Pemanfaatan ruas jalan lain di sekitar
waktu rata-rata yang diakibatkan oleh adanya kawasan Jalan Diponegoro terutama jalan
manuver parkir yaitu untuk hari Minggu arah lokal guna mengurangi kelebihan kendaraan
ke barat 10,04 detik sedangkan untuk arah ke parkir yang ada di Jalan Diponegoro,
timur 33,1 detik. Untuk hari Senin arah barat contohnya Jalan Poncowinatan dan Jalan
tundaan rata-rata sebesar 11,55 detik, sedang Kranggan.
untuk lajur arah ke timur 31,35 detik. 3. Perlu penelitian lanjutan terutama masalah
Jadi untuk arah ketimur dengan sudut parkir kajian Volume-Delay Function yang lebih
60° terjadi waktu tundaan ± 31 detik, sedang detail lagi terutama kajian waktu tempuh
untuk arah ke barat dengan posisi parkir (travel time) serta kajian kawasan yang bisa
sejajar waktu tundaanya ± 10 detik. digunakan untuk alternatif pengalihan kele-
4. Untuk nilai waktu yang diakibatkan oleh bihan kendaraan parkir diruas jalan tersebut.
pengaruh manuver kendaraan parkir adalah:
Pada lalu lintas hari Minggu arah ke barat: Rekomendasi
Kondisi tidak ada manuver, dengan volume
kendaraan 800 smp/jam dan tundaan 5 detik, Dari hasil penelitian ini, peneliti merekomen-
didapat Nilai Waktu Rp 6.930,00, kondisi dasikan kepada pihak-pihak yang terkait dalam
ada manuver dengan tundaan 15 detik penataan kawasan Jalan Diponegoro Yogyakarta.
didapat Nilai Waktu Rp 20.791,00, jadi 1. Dengan membuat posisi kendaraan parkir
selisih biaya yang dikeluarkan adalah Rp terutama pada sisi sebelah utara atau arah ke
13.861,00. timur yaitu dengan membuat posisi sejajar
Pada lalu lintas hari Minggu arah ke timur: dengan ruas jalan dan tidak lagi membentuk
Kondisi tidak ada manuver, dengan volume sudut 60º.
kendaraan 970 smp/jam dan tundaan 15 2. Pemanfaatan ruas jalan lokal terutama Jalan
detik, didapat Nilai Waktu Rp 25.209,00, Poncowinatan dan Jalan Kranggan untuk
kondisi ada manuver dengan tundaan 45 alternatif lokasi parkir, dan untuk menam-
detik didapat Nilai Waktu Rp 75.627,00, jadi pung kelebihan kendaraan parkir di Jalan
selisih biaya yang dikeluarkan adalah Rp Diponegoro.
50.418,00. 3. Memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi
Pada lalu lintas hari Senin arah ke barat: petugas parkir guna meningkatkan kedisipli-
Kondisi tidak ada manuver, dengan volume nan dalam bertugas dilapangan
kendaraan 1130 smp/jam dan tundaan 5
detik, didapat Nilai Waktu Rp 9.789,00, DAFTAR PUSTAKA
kondisi ada manuver dengan tundaan 18
detik didapat Nilai Waktu Rp 35.240,00, jadi Abadi.K.& Rahafja, A.J. 2001, Studi Finansial
selisih biaya yang dikeluarkan adalah Rp Arus Lalu Lintas Akibat parkir Tepi Jalan,
25.451,00. Jurnal Simposium IV FSTPT Udayana
Pada lalu lintas hari Senin arah ke timur: Bali
Kondisi tidak ada manuver, dengan volume Abubakar,I. 1995, Menuju Lalu-Lintas Dan
kendaraan 1250 smp/jam dan tundaan 10 Angkutan Jalan Yang Tertib, Derektorat
detik, didapat Nilai Waktu Rp 21.657,00, Jendral Perhubungan Darat, Jakarta
kondisi ada manuver, dengan tundaan 49,5 Alamsyah,A.A. 2005, Rekayasa Lalu-Lintas,
detik didapat Nilai Waktu Rp 107.203,00, Penerbit Universitas Muhammadiyah
jadi selisih biaya yang dikeluarkan adalah Rp Malang, Jawa Timur.
85.546,00. Bertini,R.L. & Yin T. 2005, Experience
Implementing a User Service For
Archieved Intelegent Transportation
System Data, Journal Of The
Transportation Resecrh Board, No.1917
Transportation reserch Board of The Osglesby,C.H.& Hicks,R.G(1982), Higway
National Academies, Washington. Engineering, indonesia Edition, penerbit
Budi Susetyo,R.L & Yin T 2004 Penngaruh Erlangga, Jakarta.
Parkir Kendaraan Roda Empat Terhadap Radam,I.F.& karno,A 2003. Analisis Kapasitas
arus lalu-Lintas Pada Arus jalan raya Parkir Pada Jalan Pangeran Samudra
Tuntang – Batas Kota Salatiga, Tesis Banjarmasin, Jurnal Simposium VI FSTPT
Program MTS Pasca Sarjana Universitas Universitas Hasanudin Makasar.
Diponegoro Semarang Salter,P. 1981, Higway Traffic Analysis and
Chandola, S.P.2001,A Textbook of Design, Mc Millan, London.
Trsnaportation Engineering, S. Chand & Santoso, S. 2004 Mangatasi Berbagai Masalah
Company LTD, Ram Nagar, New Delhi. Statistik Dengan SPSS versi 11.5, penerbit
Departemen Pekerjaan Umum.1997, Manual PT Elex Media Komputindo Kelompok
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Gramedia, Jakarta
Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Shane W.R. and Rose, R.P. 1990 Traffic
Marga, Jakarta. Engineering,Prencise-Hall Inc., New
Hansen, S.2005. Using Archived ITS Data To Jersey, USA.
Improve Regional Performance Singarimbun, M. 1995 Metode Penelitian
Measurement and Travel Demand Survey, LP3ES, Jakarta.
Forecasting, Departeman of Civil & Spiess,H. 1989, Conical Volume-Delay Function,
Environmental Engineering Nohad A. This paper also appeared in
Toulan School of Urban Studies and Transportation Science, Vol 24 No.2.1990
Planning Porland State University. Sudjana,1996, Metode Statistik, Penerbit Tarsito,
Hobbs.1979, Traffic Planning and Engineering, Bandung.
Indonesia Edition, Gadjah Mada Sugiyono.2004 Statistik Untuk Penelitian,
University Press, Yogyakarta. Penerbit Alfabeta,Bandung
Khisty,C.J.&Kent Lall,B.2005, Transportation Tamin,O.Z., 2003, Perencanaan Dan Pemodelan
Engineering:An Introduction/third Edition, Transportasi Contoh Soal Dan Aplikasi,
Indonesia Edition, Penerbir Erlangga , Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Jakarta. Taylor, M.A.P., & Young,w. 1988, Traffic
Kusumawati,A.& Setiaji, B.H.2001,Penanganan Analysis New Technology & New Solution,
Permasalahan Parkir Di Badan Jalan on- Hargreen Publishing Company, Australia.
Strett Parking),Jornal Transportasi Vol Warpani.S.P.2002 Pengelolaan Lalu-Lintas Dan
3.No.1 Junu 2001. Angkutan Jalan Raya, Penerbit Institut
May,A.,D.. 1990, Traffic Flow Fundamental, Teknologi Bandung.
Prencise-Hall Inc., New Jersey, USA. Wohl,M.&Martyin.B.W.1967, Traffic System
Morlok,E.K. 1988, Pengantar Teknik Dan Analysis For Engineering and Planners,
Perencanaan Transportasi, Penerbit McGraw-Hill Book Company, New York.
Erlangga, Jakarta.
Munawar A. 2004, Manajemen Lalu-Lintas
Perkotaan, Penerbit Beta Offset
Yogyakarta
Mustafa, T.N.2004, Pengaruh Kegiatan Parkir
Pada Tepi Jalan Empat Lajur Dua Arah
Terhadap Kapasitas Jalan( Studi Kasus
Jalan Pemuda Semarang), Tesis Program
MTS Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
ANALISA KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN BUS SEDANG
JURUSAN BUKIT KENCANA – MANGKANG1

Rudi Yuniarto Adi2, Untung Sirinanto3,. Djoko Purwanto4

ABSTRACT

For supporting the activity of society in Semarang, a city with very large area and population
spread, so it is required transportation facility much. With the different society economy grade
condition in fulfillment transportation facility necessity, one of the facilities required is Public
transportation.

Up to now the necessity of load public transportation in Semarang has been served by some kinds
of vehicle with different destination (route). One of destinations which is being developed is public
transportation by using medium bus with destination of Bukit Kencana to Mangkang.

The purpose of this research is to find out the load factor, frequency, headway, keeping watch
(waiting) time, vehicle speed, time range of journey and the vehicle age which operate with
destination of Bukit Kencana to Mangkang.
Whereas the objective of the research is to evaluate the way in which public transportation using
medium bus with destination Bukit Kencana to Mangkang operates.

The research method used is field research by collecting data relating with the way in which the
service operation including load factor, frequency and headway, keeping watch time, speed, time
trip, and the age of vehicle.

The result of the survey and the data analysis present that the way in which public transportation
using medium bus with destination of Bukit Kencana to Mangkang operation is good enough with
the following conditions: Maximum keeping watch time reaches 31 minutes, The sum of served
passengers on holiday is 281 persons/day, Vehicle utilization is 181, 67 km/day, Availability on
holiday is 64,29 %, Speed on an average is 20,50 – 23,15 km/hour , Time range of journey is 86,25
– 91,11 minutes, Mean of Load factor Bukit Kencana to Mangkang is 62,06 % and Mean of Load
factor Mangkang to Bukit Kencana is 63,61 %, Vehicle age on an average is 5 years

Keywords : Performance, services, public transportation, medium bus, Bukit Kencana to


Mangkang
.
Latar Belakang12 Sampai sekarang kebutuhan angkutan umum
penumpang yang ada di Kota Semarang
Guna mendukung kegiatan masyarakat Kota telah dilayani oleh beberapa jenis kendaraan
Semarang dengan wilayah yang sangat luas dengan beberapa rute ( trayek ). Salah satu
dan penduduk yang tersebar sangat diper- rute yang dikembangkan adalah ankutan
lukan sarana transportasi. Dengan kondisi umum dengan menggunakan bus sedang
tingkat ekonomi masyarakat dalam peme- jurusan Bukit Kencana – Mangkang.
nuhan sarana transportasi yang berbeda,
maka salah satu sarana yang dibutuhkan
Dari pengamatan awal yang dilakukan, untuk
adalah angkutan umum.
trayek jurusan Bukit Kencana – Mangkang
dengan panjang lintasan 32,70 km, permasa-

12
1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 79 - 92
2. Dosen Fakultas Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Prof.Soedarto Universitas Diponegoro
3.4 Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No.5 Semarang
lahan yang dihadapi adalah jumlah kendaraan Hipotesis
yang beroperasi tidak teratur, kedatangan bus
tidak teratur, jumlah penumpang yang mele- Dari pengamatan dan data awal penulis mem-
bihi kappasitas, adanya beberapa bus yang punyai hipotesis bahwa angkutan umum
sudah cukup tua. Oleh sebab itu peneliti dengan bus sedang jurusan Bukit Kencana –
tertarik peneliti tertarik untuk mengevaluasi Mangkang mempunyai kinerja pelayanan
kinerja pelayanan angkutan bus sedang yang rendah.
jurusan Bukit Kencana – Mangkang dengan
indikator load factor, headway, waktu Pembatasan Penelitian
perjalanan serta umur kendaraan.
Agar penelitian ini mempunyai arah yang
Maksud dan Tujuan Penelitian jelas sesuai tujuan penelitian, batasan-batasan
penelitian adalah sebagai berikut :
Dengan melihat latar belakang dan perma- a) Wilayah studi meliputi wilayah adminis-
salahan yang ada, maksud dari penelitian ini trasi kota Semarang yang menjadi
adalah mengetahui load factor, frekuensi wilayah pelayanan angkutan kota
dan headway, waktu tunggu, kecepatan dengan menggunakan bus sedang.
kendaraan, waktu perjalanan, serta umur b) Parameter kinerja angkutan kota adalah
kendaraan bus sedang yang beroperasi load factor, frekwensi dan headway,
pada trayek jurusan Bukit Kencana - waktu tunggu, kecepatan kendaraan,
Mangkang. waktu perjalanan serta umur kendaraan.
c) Trayek yang dievaluasi adalah Sub
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah Terminal Bukit Kencana – Bulusan–
mengevaluasi kinerja angkutan umum UNDIP Tembalang – Jl. Setiabudi – Jl.
dengan bus sedang jurusan Bukit Kencana Teuku Umar – Jl. MT. Haryono – Jl.
– Mangkang. Sriwijaya – Jl. Singosari – Jl. Hayam
Wuruk ( UNDIP ) – Jl. Imam Barjo – Jl.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian Pandanaran II ( GOR Mugas ) – Jl.
ini adalah : memberi masukan kepada Pemda Pandanaran – Tugu Muda – Jl. Mgr.
Kota Semarang dalam menentukan kebijakan Sugiopranoto – Jl. Jend. Sudirman –
pembangunan transportasi kota terutama Kalibanteng – Jl. Siliwangi – Jrakah –
dalam penataan jalur trayek, jumlah ken- Tugu – Mangkang - Terminal
daraan, serta bahan pembinaan kepada Mangkang. Rute trayek ini lebih jelas
operator kendaraan dan memberi masukan dapat dilihat dalam gambar 1.1.
kepada operator tentang kinerja pelayanan Bagan Alir Penelitian
angkutan kota yang ada selama ini guna
meningkatkan kinerja perusahaan. Bagan alir dalam melakukan penelitian
secara garis besar dapat digambarkan sebagai
berikut
Mulai

Pengamatan Awal Lapangan

Studi Pustaka

Hipotesis
( Rendahnya Tingkat Pelayanan Angkutan )

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Survai Statis ( Headway, Waktu Tempuh( TT ), Waktu Perjalanan( 1. Peta Jaringan Jalan
RTT ), Jumlah Kendaraan Yang Beroperasi. 2. Peta Jaringan Trayek
2. Survai Dinamis ( Okupansi, Komposisi penumpang, Waktu Singgah 3. Jumlah Bus perkotaan
di Terminal, Load Factor Tiap Ruas Jalan, Waktu Perjalanan Tiap 4. Aturan Tarif
Ruas Jalan, Kecepatan Kendaraan pada Tiap Ruas Jalan 5. V/C Ratio Ruas Jaringan
3. Wawancara Dengan Penumpang (Tarif, Asal Tujuan, Pepindahan
Moda )
4. Wawancara Dengan Operator ( Biaya Operasional Kendaraan

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Selesai
Gambar 1: Bagan Alir Penelitian
Lokasi Survai.
Lokasi Survai meliputi ruas jalan dan daerah sekitar ruas jalan yang dilewati trayek angkutan Bus
Sedang Jurusan Bukit Kencana – Mangkang sebagai berikut :

TERMINAL BANDARA
MANGKANG A YANI
SIMPANG
PASAR LIMA
JRAKAH
KAMPUS PASAR
AKPOL PETERONGAN
KAMPUS UNDIP
TEMBALANG

SUB TERMINAL
BUKIT KENCANA

Keterangan :
Rute Angkutan Bus Sedang Bukit Kencana - Mangkang
Gambar 2 Daerah Penelitian
Dalam survai dinamis, rute Bukit Kencana – Mangkang dibagi beberapa segmen sebagai berikut :
Tabel 1 Pembagian Segmen

Panjang
No
Ruas Segmen Segmen
Segmen
( Km )

1 Terminal Bukit Kencana - Perum KORPRI Bulusan 4,30


2 Perum KORPRI Bulusan - Politeknik Semarang 1,70
3 Politeknik Semarang - Hotel Plaza 1,00
4 Hotel Plaza - Pasar Jatingaleh 2,30
5 Pasar Jatingaleh - Kaliwiru 0,80
6 Kaliwiru - Sisingamangaraja 1,10
7 Sisingamangaraja - Perempatan Peterongan 1,60
8 Perempatan Peterongan - Taman Raden Saleh 1,00
9 Taman Raden Saleh - Air Mancur UNDIP 1,70
10 Air Mancur UNDIP - POM Bensin Mugas 1,20
11 POM Bensin Mugas - Tugu Muda 1,10
12 Tugu Muda - Banjir Kanal Barat 0,90
13 Banjir Kanal Barat - Puri Anjasmoro 1,00
14 Puri Anjasmoro - Kalibanteng 0,90
15 Kalibanteng - Hanoman 1,10
16 Hanoman - Tol Krapyak 0,80
17 Tol Krapyak - Pertigaan Ngaliyan 0,90
18 Pertigaan Ngaliyan - Taman Lele 1,90
19 Taman Lele - Samsat 0,60
20 Samsat - Jembatan Timbang 2,40
21 Jembatan Timbang - Pasar Mangkang 2,20
22 Pasar Mangkang - Terminal Mangkang 2,20

Jumlah 32,70
Sumber : Survai Awal, 2006
Pengumpulan Data Wilayah Kota Semarang, Kependudukan
Kota Semarang.
Pengumpulan Data yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Waktu Pelaksanaan Survai
Pengumpulan Data Primer.
Pelaksanaan survai untuk mengumpulkan
Pengumpulan data primer meliputi Load
data primer dilaksanakan mulai pukul 05.00
Factor, Frekwensi / Headway, Waktu
WIB sampai pukul 18.00 WIB sebagai
Tempuh, Waktu Perjalanan, Prosentase
berikut :
Kendaraan Yang Beroperasi, Waktu Singgah
a. Untuk memperoleh gambaran
di Terminal, Load Factor Tiap Ruas Jalan,
kinerja pelayanan pada hari kerja
Waktu Perjalanan Tiap Ruas Jalan,
dilaksanakan pada hari Selasa, 26
Kecepatan Kendaraan pada Tiap Ruas Jalan,
September 2006 dan hari Kamis,
Komposisi Penumpang, Tarif, Biaya Operasi
28 September 2006
Kendaraan ( BOK )
b. Untuk memperoleh gambaran
kinerja pelayanan pada hari libur
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara
diambil hari Minggu, 1 Oktober
Survai Statis dengan mengambil tempat di
2006.
Tugu Muda, Survai Dinamis, Wawancara
dengan penumpang, Wawancara dengan
operator ( Pengusaha dan Awak Kendaraan ) Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Pengumpulan Data Sekunder
adalah : Pengukur waktu ( jam tangan), Alat
tulis dan formulir Survai secukupnya, Sepe-
Data Sekunder meliputi Peta Jaringan Jalan
rangkat komputer, Kendaraan (sepeda motor)
di Kota Semarang, Peta Jaringan Trayek di
Kota Semarang, Kebijakana Tarif Angkutan
Pengolahan dan Analisa Data
Kota di Kota Semarang, Jumlah Angkutan
Bus Perkotaan di Kota Semarang, V / C
Ratio Ruas Jaringan di Kota Semarang, Luas
Dari data yang ada di kelompokkan menurut 2) Waktu operasi (To), yaitu waktu
fungsi untuk mencapai tujuan penelitian. perjalanan dari titik awal rute sampai ke
Pengelompokan data dan analisa data titik akhir rute. Biasanya waktu operasi
tersebut meliputi : Aspek Kinerja Rute dan diperoleh berdasarkan dari hasil survei
operasi, Asal - Tujuan Penumpang, Aspek di lapangan.
Finansial. 3) Waktu putar (Tr),yaitu waktu perjalanan
pulang pergi pada suatu rute tertentu
(waktu perjalanan dari titik awal rute
Aspek Kinerja Rute dan Operasi
sampai titik awal rute lagi). Waktu putar
Kuantitas Pelayanan diperoleh berdasarkan hasil survai
dilapangan dan dirumuskan :
Kuantitas pelayanan angkutan umum terdiri Tr = 2( To + Tt )(menit)
dari : Dimana :
1)Frekuensi Pelayanan Tt = waktu berhenti di terminal untuk
N menurunkan atau menaikkan pe-
F= numpang dan biasanya waktu ber-
K
henti diterminal berupa ketentuan
Keterangan :
atau rencana yang akan
F= Frekuensi (kendaraan/jam)
ditetapkan.
N=Besarnya permintaan untuk pelayanan
4) Kecepatan Operasi (Vo), yaitu kecepatan
(pnp/jam)
perjalanan dari titik awal rute ke titik
K=Jumlah penumpang maksimum per
akhir rute dan dirumuskan :
kendaraan (pnp/kendaraan)
Vo = 60 x L/To (km/jam)
Frekuensi berbanding terbalik dengan waktu
5) Kecepatan Komersial (Vc), yaitu
antara (headway time), sedangkan waktu
kecepatan perjalanan pulang pergi pada
antara minimum dapat dihitung dengan
suatu rute (kecepatan perjalanan dari
rumus :
titik awal rute ke titik akhir rute dan tiba
H = 2 Wt
kembali sampai di titik awal rute) dan
Keterangan :
dirumuskan :
H = Waktu antara minimum antar
Vc = 120 xL / To (km/jam)
kendaraan (menit)
Dimana :
Wt = Waktu menunggu rata – rata
L = Panjang rute (km)
(menit)
To = Waktu operasi (menit)
2)Kapasitas Pelayanan
6) Frekuensi (f), yaitu jumlah keberangkatan
Ct = F x Ca
kendaraan angkutan kota yang melewati
Keterangan :
pada satu titik tertentu (bus stop) dalam
Ct = Kapasitaspelayanan (penumpang
satuan waktu, sistem frekuensi dalam
/jam)
(kend/jam)
Ca = Kapasitas kendaraan
7) Headway time (h), yaitu waktu antara
F = Frekuensi pelayanan
keberangkatan satu kendaraan angkutan
kota dengan kendaraan angkutan kota
Kualitas Pelayanan
dibelakangnya pada suatu titik tertentu,
atau selisih waktu kedatangan antara satu
Standar pelayanan (service standard) adalah
kendaraan dengan kendaraan berikutnya,
merupakan parameter yang digunakan dalam
biasanya pada bus stop satuan dalam
menilai kualitas pelayanan kendaraan umum
(menit).
baik itu secara keseluruhan maupun pada
h = 60/f
trayek tertentu.
dimana :
h = headway time (menit)
Operasi Pelayanan
f = frekuensi (kend/jam)
8) Kapasitas Kendaraan (Cv), yaitu kapasitas
1) Jarak rute (L), yaitu panjang dari titik
tempat duduk yang tersedia dan
awal rute sampai titik akhir rute dalam
kapasitas tempat berdiri yang diizinkan
kilometer.
pada satu kendaraan angkutan kota.
Cv = Ca + aCb (orang) Kinerja finansial dihitung dengan memban-
Dimana : dingkan besarnya pendapatan dengan biaya
Ca = Kapasitas tempat duduk operasional kendaraan.
didalam kendaraan
Cb = Kapasitas tempat berdiri di
Biaya dibedakan antara Variable Cost dan
dalam kendaraan
Fixed Cost. Karena cukup sulit menghitung-
a = Faktor friksi yang diizinkan
kan rata-rata biaya terutama yang berkaitan
untuk tempat berdiri
dengan variable cost yang disebabkan oleh
9) Load factor (Lf), yaitu rasio perbandingan
kondisi umum kendaraan yang berbeda,
antara jumlah penumpang yang diangkut
maka nilai BOK diambil dari bus yang umur
dalam kendaraan terhadap jumlah kapa-
tengah-tengah 8 – 5 tahun.
sitas tempat duduk penumpang di dalam
kendaraan pada periode tertentu.
Sedang jumlah hari operasi dan jarak tempuh
Jumlah penumpang yangdiangkut rata-rata perhari dihitung sesuai analisa hasil
Lf = × 100 %
Kapasitas tempat duduk penumpang survai.Rumus yang digunakan untuk meng-
hitung besarnya Biaya Operasional Kenda-
10) Besarnya Pelayanan Angkutan (N), yaitu raan menggunakan acuan dari Keputusan
jumlah kendaraan yang dibutuhkan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.
untuk melayani satu rute tertentu, 687/AJ.206/DRJD-/2002 Tentang Pedoman
dirumuskan : Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum Di
N = To x f (Kendaraan) atau Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan
N = To/h (kendaraan) Teratur.
Tiga performansi pokok di dalam
pelayanan angkutan, yaitu meliputi Hasil
: Load faktor(Lf ) = P
x 100% Tinjauan Umum Kota Semarang
a. 60
Cv x
h
b. Jumlah Kebutuhan Kendaraan Kota Semarang terletak antara garis 6 50’ – 7
Angkutan Kota : 10’ Lintang Selatan dan garis 109 35’ – 110
CT 50’ Bujur Timur. Batas – batas administrasi
K=
H × fA Kota Semarang adalah sebagai berikut :
Dimana : ƒ Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
K = Jumlah Kendaraan H = ƒ Sebelah Timur : Kabupaten Demak
Headway ( menit ) ƒ Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
CT = Waktu Sirkulasi ( menit ) ƒ Sebelah Utara : Laut Jawa, dengan
fA =Factor Ketersediaan panjang garis pantai 13,6 km.
Kendaraan ( 100 %) Ditinjau dari topografinya Kota Semarang
merupakan dataran rendah di sebelah utara
Asal – Tujuan Penumpang dan pegunungan di sebelah selatan. Keting-
gian Kota Semarang terletak antara 0,75
sampai dengan 348,00 di atas garis pantai.
Untuk membentuk matrik asal – tujuan pada
satu jalur transit dengan data jumlah penum- Jumlah penduduk Kota Semarang sampai
pang naik dan jumlah penumpang turun pada tahun 2005 tercatat sebesar 1.399.133 jiwa
setiap zona digunakan Metode Analogi yang tersebar di 16 kecamatan, dengan
Fluida dari Tsygalnitsky. Dengan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 3.744 /
mengetahui asal – tujuan penumpang maka km-2. Sedang pertumbuhan penduduk rata-
dapat diketahui pula jarak perjalanan setiap rata sebesar 27.244 jiwa / tahun atau 2,11 % /
penumpang. tahun.

Aspek Finansial Kondisi ekonomi suatu kota dapat dilihat dari


Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ).
Sektor-sektor ekonomi yang berkembang di
Kota Semarang adalah : Sektor Pertanian, Dalam perencanaan tata ruang kota
Sektor Pertambangan, Sektor Industri, Sektor Semarang yang tercantum di dalam Rencana
Listrik, Gas, dan Air bersih, Sektor Umum Tata Ruang Kota Semarang 2000 –
Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan 2005 disebutkan Kota Semarang dibagi
Restoran, Sektor Pengangkutan dan dalam 10 Bagian Wilayah Kota (BWK),
Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan, dapat dilihat dari Gambar 4.1 sebagai
dan Perusahaan, Sektor Jasa-jasa berikut

Tata Guna Lahan dan Tata Ruang Kota

Penggunaan lahan di Kota Semarang dan


sekitarnya secara umum dapat dibedakan
menjadi penggunaan lahan untuk Tanah
Sawah dan Tanah Kering. Tanah sawah
meliputi sawah irigasi teknis, sawah setengah
teknis dan sawah tadah hujan. Sedangkan
tanah kering meliputi tanah pekarangan
/bangunan (pemukiman, industri, dan
penggunaan lahan perkotaan lainnya), hutan,
perkebunan, dan tegalan.

: Sumber: RUTRK 1985-2010


Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan dan
Pembagian BWK Kota Semarang

Trayek Utama Angkutan Umum Kota Jadwal pemberangkatan Bus dari Terminal
Mangkang dimulai Pukul 05.19 WIB. Sistem
Semarang.
pemberangkatan diatur sesuai jadwal, yaitu
setiap 8 menit dengan Jumlah Bus yang
Trayek Utama yang dikembangkan di Kota beroperasi sebanyak 14 Bus dengan awal
Semarang untuk memenuhi kebutuhan ma- pemberangkatan dari Terminal Mangkang.
syarakat di Kota Semarang saat ini adalah 36
Trayek. Dari Terminal Bukit Kencana :

Kondisi Daerah Penelitian. Jadwal pemberangkatan Bus dari Terminal


Mangkang dimulai Pukul 05.27 WIB. Sistem
Dari pengamatan awal, trayek jurusan Bukit pemberangkatan diatur sesuai jadwal, yaitu
Kencana – Mangkang mempunyai kondisi setiap 7 menit untuk sekali putaran dengan
sebagai berikut : Jumlah Bus yang beroperasi sebanyak 14 Bus
- Panjang lintasan : 32,70 Km dengan awal pemberangkatan dari Terminal
- Jumlah Bus yang diijinkan: 28 buah Bukit Kencana, selanjutnya setiap 8 menit.
- Lingkungan sekitar lintasan :
Permukiman,kawasan pendidikan, Urutan bus yang melakukan perjalanan
kawasan perdagangan , dan kawasan sesuai jadwal hanya berlaku pada pada
industri. perjalanan bus pertama kali dari terminal,
- Awal Perjalanan: Dari Terminal sedangkan urutan bus pada perjalanan
Mangkang / Dari Terminal Bukit selanjutnya ditentukan dengan urutan
Kencana kedatangan di terminal.

Sistem Operasional Penggajian Awak


Pemberangkatan.
Dari Terminal Mangkang : Sistem penggajian awak bus dilakukan oleh
pengusaha dengan model setoran. Jumlah
setoran disesuaikan dengan umur kendaraan
dan sifat hari, seperti terlihat dalam Tabel 2.1
dan Tabel 2.2 sebagai berikut

Tabel : 2.1 Jumlah Setoran Pada Hari Kerja

Hari Kerja
Tahun
Ridho Sumber Padang
No Produksi Nugroho Srikandi Chalem
Illahi Barokah Aran
Kendaraan ( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
1 < 1998 235.000 - 235.000 - 230.000 -
2 > 1998 245.000 250.000 240.000 230.000 240.000 220.000
Sumber : Survai, 2006
Tabel : 2.2 Jumlah Setoran Pada Hari Libur
Hari Libur
Tahun
Ridho Sumber Padang
No Produksi Nugroho Srikandi Chalem
Illahi Barokah Aran
Kendaraan ( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
1 < 1998 205.000 - 205.000 - 200.000 -
2 > 1998 215.000 220.000 210.000 200.000 210.000 190.000
Sumber : Survai, 2006
Besarnya Gaji awak Bus tergantung dari Dari hasil analisa dan pengolahan data seperti
jumlah pendapatan dalam pengoperasionalan pada lampiran 3 dapat disimpulkan bahwa
Bus. Besarnya Gaji awak bus adalah sebagai Waktu Tempuh dan Kecepatan Tempuh rata
berikut : – rata per segmen dan per trip adalah sebagai
Gaji awak Bus = Pendapatan – Setoran – berikut :
Biaya BBM a. Perjalanan Bukit Kencana – Mangkang
pada hari kerja :
Selanjutnya gaji awak bus dibagi menjadi 2 - Waktu Tempuh Rata – Rata
orang, yaitu Sopir dan Kondektur dengan : 84,77 menit
bagian masing-masing adalah 55 % untuk - Kecepatan Tempuh Rata – Rata :
Sopir, 45 % untuk Kondektur. 23,15 km/jam
- Kecepatan Tempuh Rata – Rata Per
Pentaripan Segmen : 23,25 km/jam

Dari hasil survay, tarif yang dikenakan b. Perjalanan Bukit Kencana – Mangkang
kepada penumpang berdasarkan jarak tempuh pada hari Libur :
pe-numpang. Untuk penumpang umum tarif - Waktu Tempuh Rata – Rata
minimal dikenakan sebesar Rp. 500,/per- : 88,05 menit
jalanan, sedangkan untuk pelajar dikenakan - Kecepatan Tempuh Rata – Rata :
tarif minimal Rp. 300,-/perjalanan, dan mak- 22,28 km/jam
simum tarip yang dikenakan adalah Rp. - Kecepatan Tempuh Rata – Rata Per
4000,-/perjalanan. Segmen : 21,82 km/jam
Untuk penumpang umum rata-rata dikenakan c. Perjalanan Mangkang – Bukit Kencana
tarip Rp. 1000 / 5 km pada hari kerja :
- Waktu Tempuh Rata – Rata
Waktu tempuh dan Kecepatan Tempuh. : 93,56 menit
Waktu tempuh rata-rata per trip - Kecepatan Tempuh Rata – Rata
: 20,97 km/jam
- Kecepatan Tempuh Rata – Rata Per - Waktu tempuh rata-rata per round trip =
Segmen : 20,21 km/jam 239,36 menit = 3,99 jam
d. Perjalanan Mangkang – Bukit Kencana Load Factor
pada hari libur : Load factor adalah perbandingan antara
- Waktu Tempuh Rata – Rata tingkat pengisian dengan kapasitas tempat
: 92,89 menit duduk suatu moda angkutan umum.
- Kecepatan Tempuh Rata – Rata Besarnya Load factor rata-rata harian
: 21,12 km/jam adalah sebagai berikut :
- Kecepatan Tempuh Rata – Rata Per - Load factor rata-rata harian arah Bukit
Segmen : 20,50 km/jam Kencana - Mangkang adalah 62,06 %
- Load factor rata-rata harian arah
Waktu Sirkulasi : Mangkang - Bukit Kencana adalah
63,61 %
Waktu Sirkulasi adalah waktu yang dibu-
tuhkan untuk kembali ke tempat asal. Waktu Tingkat Perpindahan Penumpang
ini merupakan penjumlahan dari waktu
perjalanan pulang pergi ditambah dengan Dari hasil wawancara dengan 100
waktu istirahat di terminal. penumpang, didapat tingkat perpindahan
Dari hasil analisa dan pengolahan data seperti moda seperti dalam Tabel 3 sebagai berikut :
pada lampiran 4 dapat disimpulkan bahwa
Waktu Rata – Rata tiap Round Trip ( Waktu
Sirkulasi ) adalah sebagai berikut :
- Hari Kerja = 274,26 menit = 4,57 jam
- Hari Libur= 204,31 menit = 3,41 jam
Tabel 3Tingkat Perpindahan Moda
Penumpang Angkutan Bus Jurusan Bukit Kencana - Mangkang
Responden

Responden

Prosentase
Lebih dari

responden
Jumlah

Pindah

Pindah

pindah

pindah

pindah

pindah
Moda

Moda
Tidak

1 kali

2 kali

2 kali
moda

yang

yang

250 155 47 33 15 95 38 %

Sumber : Survai, 2006


Dari hasil di atas, jumlah penumpang yang
memerlukan perpindahan moda sebesar 38 Selang Waktu / Headway
%. Karena penumpang yang memerlukan
perpindahan moda kurang dari 50 %, maka Dari hasil survai statis, didapat Selang waktu
angkutan bus sedang Bukit Kencana kendaraan/Headway seperti dalam Tabel
Mangkang menguntungkan bagi pengguna 4.10.1 dan Tabel 4.10.2 sebagai berikut
jasa / penumpang.
:Tabel 4.1Headway Angkutan Bus Jurusan Bukit Kencana - Mangkang
Mangkang - Bukit Kencana
Headway
( menit )
No Hari
Maksimum Minimum Rata-Rata

1 Selasa, 26 September 2006 18 5 10,84


2 Kamis, 28 September 2006 19 3 11,16
3 Minggu, 1 Oktober 2006 29 6 12,71
Headway Rata - Rata 11,57

Sumber : Survai dan Analisa, 2006


Tabel 4.2Headway
Angkutan Bus Jurusan Bukit Kencana - Mangkang

Bukit Kencana - Mangkang


Headway
No Hari ( menit )
Maksimum Minimum Rata-Rata
1 Selasa, 26 September 2006 23 2 11,91
2 Kamis, 28 September 2006 31 7 13,35
3 Minggu, 1 Oktober 2006 30 2 12,68
Headway Rata - Rata 12,65

Sumber : Survai dan Analisa, 2006

Dari hasil survai yang dilakukan, umur


Utilisasi kendaraan untuk melayani rute Bukit
Kencana – Mangkang adalah sebagai berikut
Utilisasi angkutan umum ditunjukkan dengan :
jarak tempuh angkutan setiap harinya di - Umur kendaraan tertua : 10 tahun
dalam melayani trayek yang diselenggarakan. - Umur kendaraan terbaru : 2 tahun
Dari hasil analisa, didapat jarak tempuh Rata- - Rata – Rata Umur Kendaraan : 5 tahun
Rata setiap bus setiap hari adalah sebagai Biaya Operasional Kendaraan
berikut : Dari hasil analisa Biaya Operasional Kenda-
raan seperti dalam Lampiran 8, besarnya
a. Pada Hari Kerja : Biaya Operasional Kendaraan ( BOK )
- Rata – Rata Jumlah bus yang beroperasi sebagai berikut :
: 24 buah - Tanpa memperhitungkan Gaji dan Biaya
- Rata – Rata Jumlah Perjalanan : 4,56 BBM ( karena pada trayek ini berlaku
trip sistim setoran dengan biaya BBM dan
- Rata – Rata Jarak tempuh : 149,19 km gaji awak ditanggung oleh awak bus ),
/ bus / hari besarnya BOK adalah Rp. 52,10 / pnp-
b. Pada Hari Libur : km
- Rata – Rata Jumlah bus yang beroperasi
: 18 buah
- Rata – Rata Jumlah Perjalanan: 5,56 trip
- Rata – Rata Jarak tempuh : 181,67 km / - Jika BOK diperhitungkan Gaji dan Biaya
bus / hari BBM ( untuk menganalisa Operation
Tingkat Ketersediaan ( Availability ) Ratio dan untung rugi ), besarnya BOK
Tingkat ketersediaan (Availability) adalah adalah Rp. 114,28/pnp-km
perbandingan antara jumlah bus yang Jarak Perjalanan Penumpang
beroperasi dengan total jumlah bus yang Dari hasil analisa dengan menggunankan
diijinkan. Metode Analogi Fluida dari Tsygalnitsky
a. Pada Hari Kerja : didapatkan Jarak Tempuh Perjalanan Penum-
- Rata – Rata Jumlah bus yang beroperasi : pang adalah sebagai berikut :
24 buah - Rata – rata jarak tempuh penumpang :7,55
- Tingkat Ketersediaan: 85,71 % km/pnp pada hari kerja
b. Pada Hari Libur : - Rata – rata jarak tempuh penumpang :6,64
- Rata – Rata Jumlah bus yang beroperasi : km/pnp pada hari libur
18 buah -
- Rata – Rata Jumlah Perjalanan : 64,29 % 1. Pembahasan

Umur Kendaraan Dari Uraian tersebut di atas, dengan berda-


sarkan Standart dari Dirjen Perhubungan
Darat, kinerja angkutan umum bus sedang dijelaskan seperti pada Tabel 5 sebagai
jurusan Bukit Kencana - Mangkang dapat berikut

: Tabel 5
Evaluasi Kinerja Angkutan Bus Sedang Jurusan Bukit Kencana – Mangkang
Berdasarkan Standart dari Dirjen Perhubungan Darat
TRAYEK
BUKIT
No KRITERIA UKURAN KESIMPULAN
KENCANA -
MANGKANG
1 Waktu menunggu :
• Rata – rata • 5 – 10 menit 11,7–12,65mnt Tidak Memenuhi Syarat
• Maksimum • 10 – 20 mnt 19 -31 mnt
2 Jarak jalan kaki ke shelter
• Wilayah Padat
• Wilayah kurang padat • 300 – 500 m 500 m Memenuhi Syarat
• 500–1000 m
3 Jumlah penggantian moda :
• Rata – rata Syarat rata-rata memenuhi,
• Maksimum 0 – 1 kali 1 kali syarat (maksimum
2 kali 3 kali diabaikan krn tujuan ke
luar kota )
Waktu Tempuh bus :
• Rata – rata 60 – 90 mnt 84,77 - 93,56 Memenuhi Syarat
• Maksimum 120 mnt mnt
Kecepatan Tempuh bus :
• Daerah padat dan mix 10– 12 km/jam
traffic 20,50 – 23,15 Menenuhi Syarat
• Dengan lajur khusus bus 15– 18 km/jam km/jam
• Daerah kurang padat
25 km/jam
Sumber : Analisa, 2006
Sedangkan berdasarkan Standart Bank Dunia, Bukit Kencana - Mangkang dijelaskan seperti
kinerja angkutan umum bus sedang jurusan pada Tabel 4.16 sebagai berikut
:

Tabel 6
Evaluasi Kinerja Angkutan Bus Sedang Jurusan Bukit Kencana – Mangkang
Berdasarkan Standart dari Bank Dunia
TRAYEK
BUKIT
No. ASPEK ( PARAMETER ) STANDART
KENCANA -
KESIMPULAN
MANGKANG
1 Jumlah Penumpang Pada hari kerja Memenuhi
(Jumlah penumpang yang 325 - 650 Hr Kerja : 378 Syarat, sedang pada hari
diangkut per bus per hari Hr libur : 281 libur tidak memenuhi
(org/bus/hari ) ) syarat
2 Utilisasi Kendaraan
Rata-rata jarak perjalanan 230 - 260 181,67 Tidak Memenuhi Syarat
yang ditempuh perhari (
km/hari )
3 Produktifitas pegawai
• Jumlahstaf administra- 0.3 – 0.4
si/ bus 8 Memenuhi Syarat
• Jumlah pegawai beng- 0.5 – 1,5
kel/bus
• Jumlah total pegawai 3-8
/bus
4 Tingkat kecelakaan
(Jumlah kecelakaan per 1,5 - 3 - Memenuhi Syarat
100.000 km perjalanan)
5 Tingkat kerusakan
Prosentase jumlah bus 8- 10 % - Memenuhi Syarat
yang dalam
6 Availability Rasio jumlah • Untuk hari libur Tidak
bus yang beroperasi 80 – 90 % 64,29 – 85,71 memenuhi syarat
dengan jumlah bus yang % • Untuk hari kerja
berijin secara keseluruhan memenuhi syarat
7 Konsumsi bahan bakar
Volume bahan bakar per 15 – 25 liter 25 liter Memenuhi Syarat
bus per 100 km
perjalanan
8 Kebutuhan suku cadang
pertahun Rasio biaya Memenuhi Syarat
suku cadang dengan 7 – 12 % 6,66 %
Biaya Operasi Kendaraan
( BOK )
9 Operating ratio 1,05 – 1,08 1,05 Memenuhi Syarat
Rasio antara pendapatan
dengan Biaya Operasi
Kendaraan ( BOK )

Sumber : Analisa, 2006


Secara umum pendapatan per hari untuk kari d. Pendapatan Sopir per hari ( 55 % x
kerja berkisar antara Rp.500.000,- – Rp. saldo ) : Rp. 41.250,00
550.000,-/ hari. Jika diambil rata-rata penda- e. Pendapatan Sopir per hari ( 45 % x
patan per hari sebesar Rp. 525.000, maka saldo ) : Rp. 33.750,00
besarnya operating ratio adalah sebagai
berikut : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
a. Pendapatan : Rp. 525.000,00 dari sisi ekonomi trayek. Bukit Kencana -
b. Biaya Operasional: Rp. 500.337,10 Mangkang memberikan keuntungan cukup.
- BOK: Rp. 2.971,27 /km-bus Kesimpulan
- Jarak Tempuh per hari : 168,41km
c. Operating Ratio : 1,05 Dari hasil analisa, pengamatan dan Pemba-
d. Keuntungan pengusaha : Rp. hasan dari bab-bab sebelumnya terhadap
24.622,90 /hari moda angkutan bus sedang pada trayek Bukit
Perkiraan pendapatan sopir dan kondektur Kencana – Mangkang dapat disimpulkan
per hari adalah sebagai berikut : sebagai berikut :
a. Pendapatan : Rp.525.000,00
b. Pengeluaran : Rp.450.000,00 1. Berdasarkan Standart dari Departemen
- Setoran : Rp. 250.000,00 Perhubungan maupun Bank Dunia,
- Solar : Rp. 200.000,00 Kinerja Angkutan Umum Bus Sedang
c. Saldo : Rp.75.000,00 Jrusan Bukit Kencana Mangkang
mempunyai Kinerja Cukup Baik karena
sebagian besar telah memenuhi standart, demikian jadwal yang sudah disusun
namun ada beberapa hal yang harus lebih dapat dilaksanakan dengan baik.
ditingkatkan yaitu : 2. Waktu pelayanan dapat ditambah, sehing-
a. Waktu tunggu maksimum masih belum ga utilisasi dapat memenuhi standart dari
memenuhi standart ( masih ada yang Bank Dunia, yaitu 230 km/hari.
mencapai 31 menit, melebihi dari stan- 3. Perlu di review kembali tentang
dart maksimum 20 menit ) penetapan tarip angkutan Kota Semarang
b. Jumlah penumpang yang terlayani terutama untuk bus sedang dengan
pada hari libur masih belum memenuhi kapasitas 17 – 35 tempat duduk yang
standart ( penumpang yang terlayani mengatur bahwa besaran tarip minimum
masih 281 penumpang/hari, kurang sebesar Rp. 1.650 ditentukan terhadap
dari standart minimum 325 jarak tempuh minimum 12 km, dan
penumpang/hari ) maksimum Rp. 3.000 untuk satu kali
c. Utilisasi kendaraan yang masih belum perjalanan.
memenuhi standart ( masih mencapai 5. Kebijakan tarip hendaknya disosialisa-
181,67 km/hari, kurang dari satandart sikan dengan memberikan tulisan dalam
minimum 230 km/hari ) bus tentang ketentuan tarip sehingga
d. Availability pada hari libur yang masih penumpang dapat mengetahui tarip yang
belum memenuhi standart ( masih diberlakukan di Kota Semarang.
mencapai 64,29 %, kurang dari 4. Untuk penelitian dengan tema sejenis
standart minimum 80 % ) pembagian segmen disarankan dengan
2. Indikator yang sudah memenuhi standart menggunakan indikator karakteristik
yang ditetapkan oleh Departemen Perhu- penggunaan lahan.
bungan maupun Bank Dunia adalah : 5. Dengan hasil evaluasi ini perlu dilakukan
a. Kecepatan Rata-rata 20,97 – 23,15 studi lanjut tentang optimalisasi angkutan
km/jam umum bus sedang jurusan Bukit Kencana
b. Waktu Tempuh 84,77 – 93,56 menit -Mangka
c. Operating Ratio 1,05
d. Load Factor Rata-Rata arah Bukit DAFTAR PUSTAKA.
Kencana Mangkang 62,06, sedangkan
Load Faktor Rata-Rata arah Mangkang C. Jotin Khisty & B. Kent Lall, 1998,
Bukit Kencana 63,61 % Transportation Engineering, penerbit
e. Umur kendaraan rata-rata 5 tahun. Prentice-Hall International, Inc.
Direktorat Perhubungan Darat, 1997, Mild
Saran Term-Riview Repelita VI dan
Persiapan Penyusunan Repelita VII.
Dari hasil Analisa, Pembahasan dan melihat Igak Mustika Wetan,2003, Evaluasi Kinerja
kondisi pelayanan angkutan umum bus Angkutan perkotaan Dengan Bus
sedang Bukit Kencana - Mangkang saat ini, Sedang Pada Rute Trayek
maka dengan ini penulis mengemukakan Kartasura-Palur Via Colomadu di
beberapa saran baik kepada operator maupun Kota Surakarta, Tesis Pasca Sarjana
kepada Pemerintah Kota Semarang sebagai Teknik Sipil Universitas Diponegoro
berikut : Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35
1. Untuk penggajian awak bus dilakukan Tahun 2003 Tentang
secara bulanan dengan besaran yang tetap, Penyelenggaraan Angkutan Umum
sehingga pendapatan sopir /kondektur Dengan Kendaraan Umum
tidak tergantung dengan jumlah penum- Keputusan Direktur Jendral Perhubungan
pang yang dilayani. Dengan penggajian Darat No. SK.687/AJ.206/DRJD
yang tetap awak bus akan lebih tenang /2002 tahun 2002 Tentanng Pedoman
dalam menjalankan tugas, sehingga Teknis Penyelengaraan Angkutan
jadwal pemberangkatan dapat sesuai Umum di Wilayah Perkotaan Dalam
dengan rencana karena kecepatan rata- Trayek Tetap Dan Teratur.
rata setiap bus akan sama. Dengan Keputusan Wali Kota Semarang
No.551.2/241 Tahun 2005 Tentang
Penetapan Tarip Angkutan Kota
Semarang.
LPM ITB dan Kelompok Bidang Keahlian
Rekayasa Transportasi Jurusan
Teknik Sipil ITB,1997, Modul
Pelatihan Perencanaan Sistem
Angkutan Umum. Penerbit LPM ITB
dan Kelompok Bidang Keahlian
Rekayasa Transportasi Jurusan
Teknik Sipil ITB Bandung
Masri Singarimbun Sofian Effendi,1989,
Metode Penelitian Survey. Penerbit
LP3ES
Ofyar Z. Tamin,1997, Perencanaan Dan
Pemodelan Transportsi. Penerbit
ITB Bandung.
Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1993
Tentang Angkutan Jalan..
The World Bank, 1997, Unban
Transportation
Undang-Undang No.14 Tahun 1992 Tentang
Lalu-lintas Dan Angkutan umum.
ANALISIS DAMPAK LALU – LINTAS ( ANDALALIN ) PADA PUSAT PERBELANJAAN YANG
TELAH BEROPERASI DITINJAU DARI TARIKAN PERJALANAN
( STUDI KASUS PADA PACIFIC MALL TEGAL )1

Arief Subechi Widodo2,Joko Siswanto3,Djoko Purwanto4

ABSTRACT
The activity zones domicile as pull zone of journey. The one of the zone of activity is shopping center. The
sopping center of Pacivic Mall which located in Tegal city have activity intencity which high enough. The
interaction that happened between seller and buyer in the shopping center will yield movement of traffic
current around shopping center complex to generate problem among other the happened of make up of traffic
volume at joint street residing in around shopping center of Pacific Mall.

This research aim to know how many attraction that happened at Pacific Mall, searching contribution of
division of traffic that happened at joint streets around Pacific Mall and also street capacities encumbered by
visitor or Pacific Mall.

The attraction journey of mall visitor, at this research done method of survey with questionnaire to know
social and economics characteristic. The technique intakeof the sample done by random by proportional to
every visitor using certain mode to reach Pacific Mall deputizing all zone.

The prediction to 10 years forward will happened the make up of activity in Pacific Mall, so that in the 2006
shopping center broadly building ±44.000 m2 can draw counted 869 cars per day and 1.928 motorbikes per
day, and also draw visitor counted 6.545 people per day, at 10 years forwads Pacific Mall will draw counted
1.460 cars per day and 3.239 motorbikes per day, and also visitor equal to 10.954 paople per day.

The performance joint street have almost reached boundary to the peaceful shown with DS which have
reached 0.78 in 2006 and DS will increase to become 1.13 in 2016. as recommendation and suggestion need
the existence of correction at street especially for the public transport and pedicab which park do not position
so that resistance from other side to become to decrease.

PENDAHULUAN13 dikota Tegal. Dengan berdirinya Pacific Mall


Latar Belakang dikota Tegal maka akan menimbulkan tarikan
dan bangkitan lalu-lintas pada jalan – jalan
Kota Tegal sebagai kota sentral ekonomi di sekitar Pacific Mall dan akan menambah volume
daerah Jawa Tengah bagian barat adalah kota lalu lintas.
yang mempunyai perkembangan yang tumbuh
dengan pesat, oleh karena itu maka pemerintah Permasalahan
harus menyediakan sarana dan prasarana kota
untuk menunjang kelancaran dari pertumbuhan Permasalahan diatas terjadi pula pada saat
kota Tegal itu sendiri. Dalam hal perkembangan pengoperasian Pacific Mall yang terletak di
kota yang paling menonjol dan pesat pusat kota Tegal. Pembangunan swalayan
perkembangannya adalah pusat perbelanjaan. Di tersebut tidak didahului dengan pembuatan
kota Tegal sedikitnya terdapat lima pusat Analisis Dampak Lalu – lintas sehingga pada
perbelanjaan yang kesemuanya masuk dalam saat pembukaan Pacific Mall menimbulkan
kategori pusat perbelanjaan besar. kekhawatiran akan menurunnya kinerja lalu –
lintas di ruas jalan yang berada disekitar
Salah satu dari pusat perbelanjaan yang ada swalayan tersebut.
dipusat kota Tegal adalah Pacific Mall yang
merupakan tempat penjualan barang terpadat Dampak tersebut berupa meningkatnya kepadat-
an lalu – lintas dan menurunnya kecepatan jalan
itu sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya
1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 93- 102
2. Alumnus s2 Teknik Sipil Universitas Diponegoro
3,4. Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No 5-7 Semarang
ketidak seimbangan antara volume lalu lintas zona ( kawasan ) per satuan waktu ( per detik,
dengan kapasitas jalan yang ada dan pada menit, jam, hari, minggu dan seterusnya ). Dari
akhirnya akan menimbulkan masalah pengertian tersebut, maka bangkitan perjalanan
kemacetan. Dengan meningkatnya aktivitas di merupakan tahapan pemodelan transportasi yang
jalan Mayjen Sutoyo maka akan memberikan bertugas untuk memperkirakan dan meramalkan
potensi untuk menjadi penyebab terjadinya jumlah ( banyaknya ) perjalanan yang berasal (
kecelakaan lalu – lintas antara kendaraan yang meninggalkan ) dari suatu zona / kawasan /
akan masuk dengan kendaraan yang melaju petak lahan ( banyaknya ) yang datang atau
lurus maupun kendaraan keluar yang membuat tertarik ( menuju ) ke suatu zona / kawasan petak
gerakan memutar yang memotong ruas jalan lahan pada masa yang akan datang ( tahun
arah lurus di jalan Majen Sutoyo. rencana ) per satuan waktu.

TUJUAN PENELITIAN Perencanaan Transportasi dan Kinerja


Jalan
Dari kondisi di atas maka ada beberapa perma-
salahan yang menarik yang ingin dibahas dan Menurut MKJI (1997), kinerja ruas jalan dapat
diteliti untuk perkembangan lalu – lintas dimasa diukur berdasarkan beberapa parameter,
yang akan tabel dengan tujuan untuk : diantaranya :
1. Memprediksi tarikan perjalanan yang 1. Derajad Kejenuhan (DS), yakni rasio
terjadi akibat adanya Pacific Mall arus lalu-lintas (smp/jam) terhadap
2. Mengukur kinerja lalu – lintas pada ruas kapasitas (smp/jam) pada bagian jalan
jalan yang diperkirakan terpengaruh oleh tertentu.
adanya pusat kegiatan Pacific Mall. 2. Kecepatan tempuh (V), yakni kecepatan
3. Memberikan solusi – solusi penanganan rata-rata (km/jam) arus lalu-lintas
yang mungkin dilakukan untuk mengatasi dihitung dari panjang jalan dibagi waktu
masalah – masalah lalu – lintas yang tempuh rata-rata yang melalui segmen.
terjadi di jalan sekitar pusat kegiatan Berdasarkan hal tersebut maka karakteristik lalu-
Pacific Mall. lintas dapat dihitung dengan pendekatan sebagai
berikut :
STUDI PUSTAKA 1. Kapasitas jalan perkotaan
Pengertian Analisis Dampak Lalu Lintas Kapasitas jalan perkotaan dihitung dari kapasitas
(Andalalin) dasar. Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan
maksimum yang dapat melintasi suatu penam-
Dikun dan Arif (1993) mendefinisikan analisis pang pada suatu jalur atau jalan selama 1 (satu)
dampak lalu-lintas sebagai suatu studi khusus jam, dalam keadaan jalan dan lalu-lintas yang
dari dibangunnya suatu fasilitas gedung dan mendekati ideal dapat dicapai. Besarnya kapas-
penggunaan lahan lainnya terhadap tabel itas jalan dapat dijabarkan sebagai berikut
transportasi kota, khususnya jaringan jalan di C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
sekitar lokasi gedung. dimana :
C = kapasitas ruas jalan
Menurut Tamin (2000), analisis dampak lalu (SMP/Jam)
lintas pada dasarnya merupakan analisis penga- Co = kapasitas dasar
ruh pengembangan tata guna lahan terhadap FCw = faktor penyesuaian kapasitas
tabel pergerakan arus lalu-lintas disekitarnya untuk lebar jalur lalu-lintas
yang diakibatkan oleh bangkitan lalu-lintas yang FCsp =Tabel penyesuaian kapasitas
baru, lalu-lintas yang beralih, dan oleh untuk pemisahan arah
kendaraan keluar masuk dari / ke lahan tersebut. FCsf = faktor penyesuaian kapasitas
untuk hambatan samping
Bangkitan Perjalanan / Pergerakan ( FCcs = Tabel penyesuaian kapasitas
Trip Generation ) untuk ukuran kota.
2. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio
Bangkitan / Tarikan perjalanan dapat diartikan
arus lalu lintas Q (smp/jam) terhadap kapasitas
sebagai banyaknya jumlah perjalanan / perge-
C (smp/jam) digunakan sebagai tabel utama
rakan / lalu-lintas yang dibangkitkan oleh suatu
dalam penentuan tingkat kinerja segmen jalan.
Nilai DS menunjukan apakah segmen jalan waktu dan lokasi yang telah ditentukan
tersebut mempunyai masalah kapasitas atau sebelumnya, yang meliputi :
tidak. Derajat kejenuhan dirumuskan sebagai a. Survai Tarikan Lalu Lintas
DS = Q/C b. Survai
( 2.2 ) Manajemen lalu lintas
kondisi eksisting
c. Survai Kecepatan Perjalanan
METODOLOGI
d. Pengumpulan Data Sekunder
Lokasi Penelitian Pengumpulan data sekunder antara lain berupa
peraturan daerah, surat keputusan pemerintah
Penelitian ini dilaksanakan di Tegal yaitu pada daerah, jumlah pendapatan kota Tegal, tingkat
Pacific Mall dan pada ruas Jalan Mayjen Sutoyo pertumbuhan kendaraan bermotor dan lain-lain
dan pada Jalan Kapten Sudibyo Tegal. yang terkait dengan penelitian ini.

Kebutuhan Data Penelitian Tahapan Analisis


Analisis tarikan lalu lintas
Data penelitian ini meliputi data sekunder dan
data primer. Data-data sekunder didapat dari Memperkirakan tarikan lalu-lintas akibat mall
penelitian-penelitian terdahulu dan dari instansi- yang akan memberi tambahan beban terhadap
instansi terkait. jaringan jalan di kawasan JaIan Mayjen Sutoyo.
Hal-haI yang dilakukan adalah :
Pelaksanaan Penelitian a. Menganalisis tarikan lalu lintas mall.
b. Menganalisis sistem jaringan jalan
Penelitian dilakukan dengan cara mengum- yang terkait dengan prediksi 10 tahun
pulkan data-data baik data sekunder maupun mendatang.
data primer melalui pengamatan lapangan.
Pengumpulan data sekunder dapat dilaksanakan Analisis kinerja ruas jalan
setelah proposal penelitian ini mendapat
persetujuan dengan mengumpulkan hasil-hasil Analisis yang di1akukan adalah menghitung
penelitian terdahulu atau langsung ke instansi- beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja
instansi terkait dengan membawa surat ruas, seperti : derajat kejenuhan, kecepatan.
pengantar dari Pengelola Magister Teknik Undip Metode yang digunakan adalah MKJI, 1997.
Semarang. Hasi1 perhitungan dengan MKJI ini kemudian
dikalibrasi untuk mendapatkan hasil perhitungan
yang mendekati kondisi yang sesuai dengan
Sedangkan pengumpulan data primer dapat
keadaan di lapangan.
dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu :
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN
1. Persiapan, meliputi pembuatan format
DATA
blanko survai, penentuan titik-titik
Gambaran Umum
lokasi survai, menentukan jumlah tenaga
Letak dan Batas Kawasan
survai, menentukan waktu pelaksanaan
dan mengkalkulasi besarnya biaya yang
Pacific Mall terlelak di Jalan Mayjen Sutoyo
diperlukan.
merupakan pusat perekonomian di kota Tegal
2. Uji coba survai, setelah tahap persiapan
tepatnya berada di kecamatan Kemandungan
selesai selanjutnya diadakan uji coba
Tegal Barat dengan batas wilayahnya sebagai
survai selama satu jam guna mengetahui
berikut :
efektifitas pelaksanaan survai, penyem-
1. Sebelah Utara : Jalan Mayjen Sutoyo
purnaan metode dan pelaksanaan survai
2. Sebelah Timur : Hotel Susana Baru
sehingga hasil yang diharapkan pada
3. Sebelah Selatan: Jalan Merpati
penelitian sesungguhnya dapat
4. Sebelah Barat : Jalan Kapten Sudibyo
maksimal.
3. Apabila penelitian pendahuluan sudah
Pengolahan data Quesioner
baik, maka dilanjutkan dengan
Karateristik Pengunjung Pacific Mall
pengumpulan data primer yang diambil
dari survai lapangan sesuai dengan
kita ambil berdasarkan banyaknya angkutan
A. Kemampuan Ekonomi Berdasarkan yang berhenti di depan mall dan menaikan atau
Penghasilan Tiap Bulan menurunkan penumpang.
Gambaran umum mengenai tingkat kehi-
dupan sosial ekonomi yang berdomisili di 3. Prediksi Penyebaran Perjalanan.
Kota Tegal dapat diidentifikasi dari
penghasilan keluarga responden per bulan. Perkiraan pola penyebaran pengunjung diambil
B. Kepemilikan Kendaraan Pribadi berdasarkan pada hasil Quesioner, yang jumlah
Kepemilikan kendaraan pribadi masya- sampelnya telah dihitung menggunakan tabel
rakat di Kota Tegal sangat bervariasi. Hal Krejcie dengan total tabel sebanyak 369
ini dapat diketahui dari hasil survai. pengunjung.
C. Pengeluaran Keluarga Setiap Bulan
Untuk biaya pengeluaran rumah tangga 4. Prediksi Pembagian lalu lintas
dirinci berdasarkan pengeluaran rata – rata Perjalanan.
setiap bulan mulai kurang dari
Rp.500.000 sampai dengan lebih dari Swalayan Pacific Mall terletak di perempatan
Rp.4.000.000. jalan yang merupakan jalan utama kota Tegal
D. Jumlah Anggota Keluarga karena sebagai jalan penghubung dari Tabel
Jumlah anggota keluarga masyarakat di daerah-daerah lainnya. Adapun daerah yang di
Kota Tegal sangat bervariasi. Hal ini dapat maksud adalah :
diketahui dari hasil survey. 1. Jalan Mayjen Sutoyo
E. Pergerakan dari Zona Sekitar Pacific 2. Jalan Kapten Sudibyo
Mall
Pergerakan dari Kota-kota disekitar Kota Dari data tersebut dapat diketahui prosentase
Tegal terbangkit menuju suatu kondisi bangkitan perjalanan hasil pembebanan di
karateristik zona dalam hal ini disebabkan masing-masing ruas jalan sebagai dampak
oleh aktivitas yang terjadi di Pacific Mall beroperasinya Pacific Mall. Proporsi tersebut
Tegal. dihitung berdasarkan total bangkitan perjalanan (
F. Moda yang digunakan Menuju Pacific dalam SMP ) dibagi Volume kendaraan total.
Mall
Pergerakan pengunjung yang menuju A. Jalan Mayjen Sutoyo hari kerja
Pacific Mall menggunakan berbagai
macam moda yang ada seperti yang Total pengunjung yang memasuki Pacific Mall
diperoleh dari hasil survey. melalui pintu utara adalah sebesar 2.590,6 SMP /
G. Jarak Menuju Pacific Mall hari atau sebesar 172,71 SMP / jam. Sedangkan
Jarak pengujung dari rumah menuju untuk Satuan Mobil Penumpang jalan Mayjen
Pacific Mall memiliki jarak yang beragam. Sutoyo adalah 3.661,67 SMP/ jam.
Hasil survey diperoleh jarak dari rumah
(homebase) menuju Pacific Mall. B. Jalan Kapten Sudibyo hari kerja
H. Tujuan Pengunjung ke Pacific Mall
Aktivitas pengunjung Pacific Mall dari Total pengunjung yang memasuki Pacific Mall
hasil survey yang dilakukan diketahui maupun yang meninggalkan Pacific Mall
bahwa aktivitas yang dilakukan melalui pintu barat adalah sebesar 1.715,5 SMP /
pengunjung terbesar di Pacific Mall adalah hari atau sebesar 114,37 SMP / jam. Sedangkan
belanja. untuk Satuan Mobil Penumpang jalan Kapten
2. Prediksi Moda yang digunakan Sudibyo adalah 1.038,93 SMP / jam
Pengunjung
A. Jalan Mayjen Sutoyo hari libur
Perkiraan pengguna moda angkutan diambil dari
Quesioner dan pengamatan lapangan langsung Total pengunjung yang memasuki Pacific Mall
untuk jumlah kendaraan pribadi diambil melalui pintu utara adalah sebesar 2.973,6 SMP /
berdasarkan banyaknya kendaraan yang tabel hari atau sebesar 198,24 SMP / jam, sedangkan
baik yang menggunakan mobil maupun yang untuk SMP jalan Mayjen Sutoyo adalah
menggunakan sepeda motor, sedangkan untuk 2.924,78 SMP / jam.
pengunjung yang menggunakan angkutan umum
B. Jalan Kapten Sudibyo hari libur Lalu-lintas ruas Jalan di depan Pacific Mall
adalah lalu-lintas campuran yaitu lalu-lintas
Total pengunjung yang memasuki dan yang regional dan lalu-lintas tabel yang dapat
meninggalkan Pacific Mall melalui jalan pintu dikelompokkan ke dalam jenis kendaraan berat
barat adalah sebesar 2.040,6 SMP / hari atau (HV) antara lain truk dua as, truk tiga as, truk
sebesar 136,04 SMP / jam, sedangkan untuk gandeng, trailer dan bus. Jenis kendaraan ringan
total SMP Harian jalan Kapten Sudibyo adalah (LV) antara lain sedan, station wagon, pick up,
908,62 SMP jip, table us dan angkota, sepeda motor (MC)
dan kendaraan tak bermotor (UM). Data
Pengumpulan Data Lalu-Lintas Pada Ruas lapangan dari masing-masing jenis kendaraan
Jalan dihitung jumlahnya setiap periode pengamatan
yaitu periode 15 menitan dari pukul 06.00 WIB
sampai dengan pukul 21.00 WIB.

Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Volume Lalu-lintas Pada Ruas Jalan Mayjen Sutoyo SMP
Hari Libur Hari Kerja
43.871.8 SMP/15 jam 54.925 SMP/15 jam
Sumber : Hasil Survai 2006
Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Volume Lalu-lintas Pada Ruas Jalan Kapten Sudibyo dalam Satuan Kendaraan
Hari Libur Hari Kerja
13.629,35 SMP/15 jam 15.583,95 SMP/15jam
Sumber : Hasil Survai 2006
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Pengolahan Data Volume Lalu-lintas Pada Ruas Jalan
Tabel 4.5 Volume Total pada Jalan Mayjen Sutoyo Dalam SMP/Jam
Arah Arus Hari Libur Hari Kerja
Jakarta –Semarang 1421,73 SMP/jam 1.779,94 SMP/jam
Semarang Jakarta 1.503,05 SMP/jam 1.881,73 SMP/jam
Total 2 arah 2.924,78 SMP/jam 3.661.67 SMP/jam
Sumber : Pengolahan Data 2006
Tabel 4.6 Volume Total pada Jalan Kapten Sudibyo Dalam SMP/Jam
Arah Arus Hari Libur Hari Kerja
Tegal-Purwokerto 427,65 SMP/jam 475,05 SMP/jam
Purwokerto-Tegal 480,97 SMP/jam 563,88 SMP/jam
Total 2 arah 908,62 SMP/jam 1.038,93 SMP/jam
Sumber : Pengolahan Data 2006

Pengolahan Data Kapasitas Jalan Dari Tabel MKJI kemudian kita hitung untuk
kapasitas jalan yang menjadi obyek penelitian
Survai dilakukan pada dua titik pada dua ruas kita.
jalan yaitu Jalan Sudibyo dan Jalan Mayjen A. Jalan Mayjen Sutoyo
Sutoyo. Dalam penelitian ini akan dilakukan Kapasitas ruas Jalan Mayjen Sutoyo
analisis kapasitas jalan sehingga perlu dilakukan adalah 4.708,8 SMP/Jam.
pengolahan data mengenai kapasitas jalan. Data B. Jalan Kapten Sudibyo
yang diperlukan dalam pengolahan kapasitas Kapasitas ruas Jalan Kapten Sudibyo
jalan antara lain tipe jalan, lebar jalan efektif, adalah 2.457,8 SMP/Jam
split arah, hambatan samping, ukuran kota atau
jumlah penduduk
Tabel 4.7 Tingkat Derajat Kejenuhan pada Tiap Ruas Jalan Kondisi Eksisting 2006
Q C DS = Q/C
Jalan Total arus LL Kapasitas Derajat
( smp / jam ) ( smp / jam ) Kejenuhan
Mayjen Sutoyo Hari Libur 2924.78 4708.8 0.62
Mayjen Sutoyo Hari Kerja 3661.67 4708.8 0.78
Kapten Sudibyo Hari Libur 908.62 2457.8 0.37
Kapten Sudibyo Hari Kerja 1038.93 2457.8 0.42
Sumber : Pengolahan Data 2006

Untuk jalan Mayjen sutoyo derajat keje- didapat. Kajian tersebut digunakan untuk
nuhannya mencapai 0,78 dan jalan Kapten mengetahui variabel –variabel mana yang akan
Sudibyo hanya 0,42 hal ini dikarenakan pada berpengaruh terhadap tarikan perjalanan. Peng-
jalan Mayjen Sutoyo merupakan jalan utama gunaan perangkat komputer sangat membantu
pantura, sedangka jalan Kapten Sudibyo adalah peneliti dalam perhitungan dan uji statitiska.
jalan tabel dan yang melewatinya adalah Untuk menganalisa pada tesis ini digunakan
pengguna jalan dari slawi dan masyarakat Microsof Exel 2000 dan Statistical Product and
sekitar kota Tegal. service Solution (SPSS) versi 10.

Pengujian Korelasi
ANALISIS DATA
Uraian Umum Korelasi digunakan untuk mencari hubungan
antara dua variabel bebas atau lebih yang secara
Jalan Mayjen Sutoyo adalah salah satu jalan bersama – sama dihubungkan dengan variabel
protokol yang merupakan jalan penghubungkan terikatnya ( Y ), sehingga dapat diketahui
Kota Tegal dengan kota-kota lainnya di besarnya sumbangan seluruh variabel bebas
sekitarnya (Brebes, Cirebon, Pemalang dan yang menjadi obyek penelitian terhadap variabel
sebagainya). Jalan Mayjen Sutoyo dilewati terikatnya ( Usman, H, 1995 ).
kendaran yang cukup beragam, dari kendaraan
berat, kendaraan ringan, sepeda motor dan Pengujian Regresi
kendaraan tak bermotor. Kemudian pada akhir-
akhir ini terjadi perubahan pada jalan Mayjen Selain nilai r dan R yang sudah ditentukan
Sutoyo ini yaitu didirikannya sebuah mall yang melalui metode Stepwise secara manual pada
cukup banyak menyedot atau menarik konsu- pengujian korelasi terdahulu, juga dilakukan uji
mennya untuk berbelanja ke swalayan tersebut. koefisien determinasi, signifikansi dan nilai Y
Pembangunan ini sedikit banyak menimbulkan dari hasil masing – masing persamaan. Koefisien
suatu dampak, misalkan menimbulkan tundaan, determinan diambil yang mempunyai nilai tinggi
yang akhirnya mengakibatkan antrian. Untuk itu ( > 0,80 ), nilai signifikansi dicari yang
perlu diketahui dan diselidiki dampak-dampak mendekati nilai 0 dan nilai F dicari > 0.
apa saja yang mungkin terjadi disana. Kemudian Sedangkan nilai Y dicari yang mendekati nilai Y
untuk mengetahui dampak yang terjadi, maka survai ( 6.545 ).
perlu menganalisa data, baik yang diperoleh
melalui penelitian ( primer ) maupun data Pemilihan Model Tarikan Perjalanan
literatur ( Sekunder ). Data tersebut ada yang
merupakan data primer maupun sekunder, Y = 0,181 X1+0,349 X2+0,295 X3+0,351 X4-
dimana data primer dan data sekunder tersebut
0,665 X5-0,746 X6+3.672.
saling melengkapi untuk mendukung analisis
data. Keterangan
Y = jumlah pengunjung Pacific Mall data
Pengujian Statistik
hasil survai = 6545
X1 = jumlah penghasilan pengunjungdata
Pengujian secara statistik sangat diperlukan
hasil survai = 706
dalam kajian atau analisa dari data yang telah
X2 = jumlah pengeluaran pengunjung data dapat kita hitung pertumbuhan pengunjung
hasil survai = 499 Pacific Mall adalah sebesar 5.32%.
X3 = jumlah kendaraan pengunjung data P = 6.545 ( 1 – 0,532 )10
hasil survai = 491 P = 10.954,18 ≈ 10.954
X4 = jarak tempat tinggal pengunjung data Dari perhitungan diatas bahwa perkiraan
hasil survai = 7140 pengunjung Pacific Mall yang terjadi pada tahun
X5 = pengguna kendaraan pribadi data hasil 2016 adalah 10.954 pengunjung per hari.
survai = 100
X6 = pengguna angkutan umum data hasil Pembagian Lalu Lintas yang Keluar Masuk
survai = 47 Pacific Mall
Setelah data hasil survai dimasukan maka
didapatkan hasil sebagai berikut : Pembagian lalu lintas lalu lintas yang terjadi
Y=181.(706)+0,349(499)+0,295(491)+0,351 akibat dari adanya Pacific Mall dampaknya
langsung berpengaruh pada jaringan jalan yang
(7140)-0,665(100)-0,746(47)+3672
berada di dekitar Pacific Mall, adapun untuk
= 6.523 pengunjung/hari perhitungan dari pembagian lalu lintas tersebut
dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini :
Prediksi
Berdasarkan hasil pengujian diatas, diketahui
bahwa hasil persamaan yang paling mendekati Untuk Mobil
P = 869 ( 1 – 0.0532 )10
keadaan yang sebenarnya adalah sebesar 6.532
pengunjung /hari sehingga hampir mendekati P = 1.459,85 ≈ 1.460 kendaraan per
jumlah total pengunjung sebenarnya dari hasil hariUntuk Sepeda Motor
penelitian yaitu sebesar 6.545 pengunjung. P = 1.928 ( 1 – 0.0532 )10
P = 3.238,15 ≈ 3.239 kendaraan perhari
Persamaan untuk menentukan perkiraan jumlah Angkutan Umum
pengunjung yang akan terjadi pada tahun-tahun
berikutnya adalah sebagai berikut : Untuk pembagian lalu lintas dari pengunjung
mall dibagi sesuai dengan keadaan riil
P = Po(1 + i ) n dilapangan dimana terdapat tiga ruas jalan utama
yang dipakai pengunjung mall yaitu ruas jalan
Setelah data pengunjung harian pada SPSS kita Mayjen Sutoyo, Kolonel Sugiono dan Kaptem
diketahui, kemudian dilakukan prediksi Sudibyo. Ketiga ruas jalan ini adalah ruas jalan
pengunjung Pacific Mall yang akan terjadi pada yang akan dipakai untuk memprediksi pem-
10 tahun mendatang. Dari data yang peneliti bagian lalu lintas yang terjadi akibat adanya
terima dari Pacific Mall mengenai jumlah Pacific Mall, adapun pembagian lalu lintas yang
pengunjung pada tahun 2004 dan 2005 maka terjadi dapat dilihat pada Tabel 5.1 – 5.2
.
Tabel 5.1 Pembagian Lalu lintas jln Mayjen Sutoyo
Asal M o b il M o to r Angkot N o n M o to r T u ju a n M o b il M o to r Angkot N o n M o to r
P e rja la n a n (K e n d ) (K e n d ) (K e n d ) (K e n d ) P e r ja la n a n (K e n d ) ( Kend ) (K e n d ) (K e n d )
Tegal 847 1879 317 218 Tegal 918 2037 343 218
B re b e s 201 447 0 0 P e m a la n g 51 113 0 0
P e m a la n g 67 149 0 0 S e m a ra n g 24 52 0 0
C ire b o n 20 45 0 0
S e m a ra n g 40 87 0 0
J u m la h 1175 2607 317 218 J u m la h 993 2202 218
S u m b e r : H a s il A n a lis is 2 0 0 6
Tabel 5.2 Pembagian Lalu lintas jln Kapten Sudibyo
A sal M o b il M o to r Angkot N o n M o to r T u ju a n M o b il M o to r Angkot N o n M o to r
P e rja la n a n ( K en d ) (K en d ) (K en d ) (K en d ) P e r ja la n a n (K en d ) ( K en d ) (K en d ) (K en d )
S la w i 269 596 161 217 Tegal 918 2037 213 217
P u rw o k e rto 16 36 0 0 S la w i 241 535 0 0
B re b e s 190 421
P e m a la n g 51 113
P u rw o k e rto 20 45
C ire b o n 16 36
S e m a ra n g 24 52
J u m la h 285 632 161 217 J u m la h 1460 3239 213 217
S u m b e r : H a s il A n a lis is 2 0 0 6
Dari data diatas dapat dibuat sebuah Tabel guna memprediksi pembagian Lalu Lintas perjalan kendaraan yang
masuk mall maupun yang keluar dari mall.
Tabel 5.3 Volume Hasil Pembagian Lalu Lintas pada tahun 2016
Volume Kendaraan Volume Kendaraan dalam SMP/hari
Ruas jalan Tujuan
Mobil Motor Angkot Non Mtr Total Mobil Motor Angkot Non Mtr SMP Total
Mayjen Dari Tegal 1175 2607 317 366 4099 1175 1043 317 146.4 2681
Sutoyo Ke Tegal 993 2202 343 366 3538 993 880.8 343 146.4 2363
Kolonel Dari Brebes 221 492 0 0 713 221 196.8 0 0 418
Sugiono Ke Brebes 206 457 0 0 663 206 182.8 0 0 389
Dari Slawi 285 632 161 364 1078 285 158 161 145.6 750
Kapten
Ke Tegal 1199 2659 0 0 3858 1199 664.8 0 0 1864
Sudibyo
Ke Slawi 261 580 213 364 1054 261 145 213 145.6 765
Sumber : Hasil Analisis 2006

Analisa Kapasitas Jalan jalannya 2.457,8 SMP/Jam adalah


sehingga DS-nya adalah 0,37.
Volume lalu-lintas adalah jumlah kendaraan Untuk hari kerja Qtot adalah 1.038,93
yang melewati ruas jalan tertentu dalam satuan SMP/Jam sedangkan kapasitas jalannya
waktu. Perhitungan volume dilakukan perjam 2.457,8 SMP/Jam adalah sehingga DS-
untuk satu atau lebih periode, misalnya nya adalah 0,42.
didasarkan pada kondisi arus lalu-lintas rencana
jam puncak pada pagi, siang atau sore. Analisis Prediksi Arus Lalu-lintas untuk 10
Kemudian untuk perhitungannya dapat Tahun Mendatang
dilakukan langsung melalui table-tabel pada bab
IV dan dibuat grafik hubungan waktu dengan Dari data arus lalu-lintas yang telah diperoleh
arus lalu-lintas. Grafik ini untuk mendapatkan dapat dihitung perkiraan jumlah arus kendaraan
jam puncak (peak hours) yang terjadi dalam satu untuk periode sepuluh tahun mendatang. Ana-
periode. Adapun data data yang dapat diambil lisis ini berguna untuk mengetahui apakah
adalah arus lalu-lintas total, jumlah kendaraan kapasitas jalan yang ada sekarang ini dapat
(LV,HV,MC) total total pada jam puncak. menampung arus kendaraan yang diprediksikan
melewati jalan yang ditinjau pada tahun-tahun
Dengan melihat data yang telah ada didapatkan mendatang. Adapun persamaan untuk menen-
data mengenai jumlah volume total dan tukan perkiraan arus lalu-lintas yang akan terjadi
kapasitas total. pada tahun-tahun berikutnya.
1. Jalan Mayjen Sutoyo
Diketahui pada hari libur Qtot adalah Dampak yang terjadi pada tahun 2016
2.924,78 SMP/Jam sedangkan kapasitas
jalannya adalah 4.708,8 SMP/Jam Untuk pengunjung Pacific Mall pada tahun 2006
sehingga DS-nya adalah 0,62 mempunyai sekitar 6.545 pengunjung sedangkan
Untuk hari kerja Qtot adalah 3.661,67 pada tahun 2016 meningkat menjadi 10.954
SMP/Jam sedangkan kapasitas jalannya pengunjung, seiring dengan pertumbuhan
adalah 4.708,8 SMP/Jam sehingga DS- pengunjung maka semakin meningkat pula
nya adalah 0,78 kebutuhan akan ruang keluar masuk kendaraan
2. Jalan Kapten Sudibyo baik pengujung yang akan datang ke Pacific
Diketahui pada hari libur Qtot adalah Mall maupun yang akan meninggalkan mall.
908.62 SMP/Jam sedangkan kapasitas Pada tahun 2006 jumlah kendaraan yang
memasuki Pacific Mall sebanyak 869 untuk 2. Pada ruas jalan Mayjen Sutoyo pada
mobil dan 1.928 untuk sepeda motor. Pada tahun tahun 2006 derajat kejenuhannya adalah
2016 diprediksikan bahwa pengunjung pacific 0,78 dengan volume lalu lintas sebesar
Mall yang menggunakan mobil meningkat 3661,67 SMP/jam, dengan adanya
menjadi 1.460 kendaraan dan sepeda motor Pacific Mall maka jalan Mayjen Sutoyo
menjadi 3.239 kendaraan. akan terbebani sebesar 4,21% atau
sebesar 198,24 SMP/jam, dan pada
Tempat parkir Pacific Mall pada tahun 2006 tahun 2008 derajat kejenuhan sudah
menampung mobil sebanyak 869 kendaraan dan mencapai titik kritis yaitu sebesar 0,84
mempunyai turn over 0.71, untuk sepeda motor dengan volume lalu lintas sebesar
pada tahun 2006 menampung 1.928 kendaraan 3945.24 SMP/jam, sehingga perlu
dan mempunyai turn over sebesar 1,04. dari penanganan dan bila kondisi tersebut
nilai turn over yang diperoleh bahwa parkir tetap di biarkan maka pada tahun 2016
mobil pada tahun 2006 masih mampu untuk diprediksikan bahwa derajat kejenuhan
menampung kendaraan pengunjung Pacific Mall jalan Mayjen Sutoyo adalah sebesar
sedangkan untuk parkir sepeda motor pada tahun 1,13 dengan kontribusi lalu lintas akibat
2006 turn over sudah mencapai 1.04 sehingga adanya Pacific Maal sebesar 7,14 %
untuk parkir sepeda motor sudah bermasalah. atau sebesar 336,29 SMP/jam.
Pada tahun 2016 untuk turn over mobil 3. Pada ruas jalan Kapten Sudibyo pada
mempunyai nilai 1,04 sedangkan untuk sepeda tahun 2006 derajat kejenuhannya adalah
motor turn overnya sudah mencapai 1,52. yang 0,42 dengan volume lalu lintas sebesar
berarti tempat parkir untuk sepeda motor sudah 1.038,93 SMP/jam, dengan adanya
tidak mampu lagi untuk menampung kendaraan Pacific Mall maka jalan Kapten Sudibyo
pengunjung pacific Mall begitu juga untuk akan terbebani sebesar 5,54 % atau
parkir mobil pada tahun 2016 mulai ada sebesar 136,04 SMP/jam, dan pada
kendaraan pengunjung yang tidak memperoleh tahun 2016 derajat kejenuhan dari jl.
tempat parkir. Kapten Sudibyo mencapai 0,61 dengan
Sedangkan untuk kapasitas jalan Mayjen Sutoyo volume lalu lintas sebesar 1.508,55
pada tahun 2006 mempunyai derajat kejenuhan SMP/jam, dengan kontribusi lalu lintas
sebesar 0,78 yang berarti bahwa arus sudah akibat adanya Pacific Mall sebesar
mendekati tidak stabil walaupun kecepatan 9,16% atau sebesar 225,2 SMP/jam.
masih bisa dilolerir, sedangkan pada tahun 2016
derajat kejenuhan dari jalan sudah mencapai Saran
nilai 1.13 yang berarti di jalan tersebut sudah
mengalami kemacetan. Untuk kapasitas jalan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
Kapten Sudibyo pada tahun 2006 derajat diatas disarankan :
kejenuhan yang terjadi adalah 0,42 yang berarti 4. Dalam perencanaan pengembangan
bahwa jalan tersebut belum mengalami masalah suatu kawasan atau perencanaan tata
dan pada prediksi tahun 2016 derajat kejenuhan ruang suatu wilayah hendaknya selalu
dari jalan sudah mencapai 0,61. terintegerasi dengan perencanaan
jaringan transportasi kawasan tersebut,
sehingga dampak lalu lintas yang timbul
KESIMPULAN DAN SARAN
dapat diminimalkan dan memudahkan
Kesimpulan dalam penanganan.
5. Diperlukan kajian lebih lanjut dari
penelitian ini terutama dampak pengo-
Berdasarkan atas pendataan dan analisis data
perasian mall terhadap aspek lingkungan
yang telah dilakukan maka dapat diambil
berupa kebisingan, polusi dan getaran
beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
serta umur konstruksi dan saat
1. Pada perhitungan di atas dapat diketahui
pembangunan mall.
bahwa jumlah pengunjung Pacific Mall
6. Solusi yang dapat dilakukan adalah :
pada tahun 2006 sebesar 6.523 pengun-
a. Mengatur ruas jalan dengan cara
jung dan meningkat menjadi 10.954
memindahkan para pedagang yang
pada tahun 2016.
ada dipinggir jalan serta membuat
halte untuk tempat pemberhentian
angkutan sehingga tidak menggangu Murwono, D, 2003, “Perencanaan Lingkungan
arus lalu lintas serta tidak Transportasi”, Bahan Kuliah,
menurunkan kapasitas jalan jalan itu Magister Sistem dan Teknik
sendiri. Transportasi, UGM, Yogyakarta.
b. Membuat pengaturan lalu lintas Nasution,”Manajemen Transportasi”, Ghalia
untuk kendaraan yang masuk atau- Indonesia.
pun yang keluar dari Pacific Mall Salter, R.J, 1989, “Highway Traffic Analysis
dengan cara membuat trafic light and Design”, Second Edition, Mac
atau dengan memberikan seorang Millan Education, Ltd, London.
petugas untuk membantu para Standly, 2004, ”Analisis Dampak Lalu Lintas
pengunjung untuk masuk ke mall Pada Pusat Perbelanjaan Yang Telah
dan meninggalkan mall dengan Beroperasi”, Tesis Magister, Teknik
aman tanpa menggangu arus lalu Transportasi, Program Studi Sistem
lintas menerus. dan Teknik Transportasi, UGM,
Yogyakarta.
Sugiono, 2002, “Statistik Untuk Penelitian”,
DAFTAR PUSTAKA
Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
Tamin, O.Z, 2000, ”Perencanaan dan Pemodelan
Transportasi”, ITB, Bandung
Anonim, “Analisis Dampak Lalu Lintas”,
Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat.
Anonim, 1996, ”Perencanaan Transportasi”,
Lembaga Pengabdian Kepada
Masyarakat, ITB Bekerja sama
dengan KBK Rekayasa
Transportasi, ITB, Bandung.
Anonim, 1997, “Manual Kapasitas Jalan
Indonesia ( MKJI )”, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Anonim, 1997,”Pemodelan Sistem
Transportasi”, Lembaga Pengabdian
Kepada Masyarakat, ITB, bekerja
sama dengan KBK Rekayasa
Transportasi, ITB, Bandung.
Black, J.A. and Blunden,W.R., 1984, “The Land
Use/Transport System”, Pergamos
Press, Australia.
Dikun, S. dan Arief, D., 1993,”Strategi
Pemecahan Masalah Luas Bangunan
dan Lalu Lintas”, Bahan Seminar
Dampak pemanfaatan Intensitas
lahan gedung tinggi/Superblok di
Jakarta terhadap lalu lintas
disekitarnya, Universitas Taruma
Negara bekerja sama dengan
Pemerintah DKI Jakarta.
Hobbs, F.D, 1995, “Perencanaan dan Teknik
Lalu Lintas” Fakultas Teknik
Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Morlok,E.K.,1995, “Pengantar Teknik dan
Perencanaan Transportasi”,
Erlangga, Jakarta.
.HUBUNGAN KEPADATAN PEMUKIMAN DENGAN KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR1

Alfatana Bharayat Pranoto2. Bambang Riyanto3. Ismiyati4

ABSTRAK

Kepadatan pemukiman akan selalu diikuti oleh persoalan-persoalan sosial ekonomi, dan tidak terlepas
juga dengan persoalan infrastruktur diantaranya air bersih, drainase, sanitasi, persampahan, dan
transportasi. Persoalan Infrastruktur sendiri timbul karena bertambahnya penduduk pemukiman,
peningkatan pendapatan, peningkatan pemilikan kendaraan, dibangunnya fasilitas komersial.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kondisi sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap ketersediaan
infrastruktur, hanya beberapa komponen saja, seperti sanitasi yang dalam penelitian ini difokuskan
pada ketersediaan septictank dan jamban rumah tangga, berdasarkan data, wilayah dengan mayoritas
penduduknya golongan ekonomi lemah, ternyata keberadaan jamban rumah tangga tidak sama dengan
jumlah rumah tangga. Komponen lain seperti drainase, air bersih, persampahan, dan transportasi, sudah
disediakan oleh operator dalam hal ini bisa pengembang/ developer, kelurahan, sampai dengan tingkat
pemerintah kota semarang.

Hubungan yang didapat antara kepadatan pemukiman dengan ketersediaan infrastruktur adalah jika
pemukiman tersebut padat, ketersediaan infrastrukturnya akan semakin banyak atau besar pula. Begitu
juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kepadatan suatu pemukiman, maka ketersediaan infrastruktur
semakin sedikit. Terdapat beberapa korelasi antara kepadatan pemukiman dan ketersediaan
infrastruktur. Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap sumber air bersih rumah tangga yang
digunakan. Tingkat pendapatan yang tinggi cenderung untuk menggunakan air bersih dari sumur
pompa, PDAM, atau keduanya, sedangkan rumah tangga dengan tingkat pendapatan rendah akan
menggunakan PDAM. Tetapi masih ditinjau lagi faktor kualitas air tanah. Bila suatu pemukiman
dengan kualitas air tanah yang buruk, sedangkan mayoritas penduduknya adalah golongan ekonomi
kuat, maka terpaksa menggunakan layanan air bersih dari PDAM. Perbandingan antara luasan jalan
dengan luas wilayah akan semakin besar jika pemukiman tersebut padat, sebaliknya semakin rendah
tingkat kepadatan, perbandingannya semakin kecil. Banyaknya jumlah TPS dan kontainer tergantung
pada jumlah timbulan sampah, sehingga berhubungan dengan tingkat kepadatan. Bila pemukiman
semakin padat, jumlah TPS dan kontainer akan semakin banyak. Ketersediaan infrastruktur itu sendiri
akan ada pada titik maksimal, ketika sudah tidak bisa lagi melayani pemukiman yang semakin padat
tersebut.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam memperhatikan ketersediaan infrastruktur sejak awal
khususnya daerah yang kepadatannya masih rendah sebagai calon daerah berkembang. Sedangkan
untuk daerah dengan kepadatan tinggi, ketersediaan infrastruktur perlu dibenahi dan ditingkatkan lagi
mengingat sangat dimungkinkan daerah tersebut akan terus bertambah padat. Oleh karena itu
pentingnya usaha-usaha untuk mengantisipasi masalah-masalah tersebut dengan selalu mengkontrol
ketersediaan infrastruktur pada suatu pemukiman.14

Kata Kunci : Hubungan; Kepadatan Pemukiman; Infrastruktur

14
1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 103 - 114
2. Alumnus S2 Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
3.4. Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam Wuruk No 5 Semarang
PENDAHULUAN antara satu lingkungan pemukiman dengan
pemukiman yang lain. Di dalam penge-
Latar Belakang lompokan pemukiman ini terdapat kepadatan
pemukiman yang berbeda-beda sesuai dengan
Berkembangnya suatu kota pasti akan diikuti karakteristiknya masing-masing.
oleh pertambahan jumlah penduduk. Salah satu
permasalahan yang muncul seiring dengan Implikasi yang bisa terjadi dari kecenderungan
perkembangan suatu kota adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhan infrastruktur di
perumahan dan pemukiman. Menurut Bintarto kawasan pinggiran ini adalah terjadinya
(dalam Koestoer, 2001:46) perpindahan ke pusat kota sementara pada waktu
pemukiman menempati areal paling luas dalam yang bersamaan kawasan-kawasan di "daerah
pemanfaatan ruang, mengalami perkembangan baru" tidak mendapatkan pelayanan yang
yang selaras dengan perkembangan penduduk memadai. Hal ini pada gilirannya akan
dan mempunyai pola-pola tertentu yang menimbulkan kepadatan penduduk di pusat kota.
menciptakan bentuk dan struktur suatu kota Dampak yang sangat pasti terjadi adalah
yang berbeda dengan kota lainnya. Perkem- meningkatnya kebutuhan infrastruktur, yang
bangan permukiman pada bagian-bagian kota kemudian karena kejenuhannya menimbulkan
tidaklah sama, tergantung pada karakteristik tidak optimalnya pelayanan sarana dan
kehidupan musyarakat, potensial sumber daya prasarana .
(kesempatan kerja) yang tersedia, kondisi fisik
alami serta fasilitas kota yang terutama Lokasi Penelitian
berkaitan dengan infrastruktur.
Lokasi atau daerah yang dipilih untuk pene-
Peran infrastruktur dalam pengembangan litian ini adalah di pemukiman yang mewakili
perumahan dan permukiman dinilai sangat kepadatan rendah (Kelurahan Jatisari –
penting, karena infrastruktur merupakan syarat Kecamatan Mijen), kepadatan sedang (Kelu-
mutlak bagi terciptanya lingkungan permukiman rahan Jomblang – Kecamatan Candisari), dan
yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. kepadatan tinggi (Kelurahan Kuningan –
Persoalan infrastruktur tersebut timbul karena Kecamatan Semarang Utara) di Kota Semarang.
bertambahnya penduduk pemukiman, pening-
katan pendapatan, peningkatan pemilikan kenda- Tujuan Penelitian
raan dan dibangunnya fasilitas di kawasan
komersial di sekitar kota.. Ketersediaan infra- Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
struktur pada pengembangan perumahan skala adalah :
besar lebih beragam dan kompleks dibandingkan 1. Mengidentifikasi hubungan antara kepa-
dengan perumahan skala kecil. Berbeda dengan datan pemukiman dengan ketersediaan
perumahan skala kecil, perumahan skala besar infrastruktur pada masing-masing kawasan
memerlukan offsite infrastruktur dan kenya- yang mempunyai tingkat kepadatan rendah,
manan (amenity) lingkungan yang diwujudkan sedang, dan tinggi.
dengan pembangunan berbagai fasilitas social 2. Mengetahui kondisi sosial ekonomi rumah
yang beragam. Apabila hal ini tidak diperhatikan tangga dan hubungannya terhadap keterse-
dan ditangani secara khusus maka akan diaan infrastruktur pada pemukiman tersebut
mengakibatkan tingkat pelayanan menjadi (air bersih, persampahan, drainase, sanitasi,
rendah dan menimbulkan ketidaknyamanan. dan transportasi).

Identifikasi Permasalahan Batasan Penelitian

Perkembangan pemukiman pada bagian- Dengan mempertimbangkan luasnya kajian yang


bagian kota tidaklah sama, tergantung pada dapat diambil dalam penelitian dan karena
karakteristik kehidupan masyarakat, potensial keterbatasan pada pelaksanaan penelitian maka
sumber daya (kesempatan kerja) yang tersedia, digunakan batasan sebagai berikut :
kondisi fisik alami serta fasilitas kota yang 1. Penelitian hanya dilakukan di pemukiman
terutama berkaitan dengan transportasi. yang mewakili kepadatan rendah (Kelurah-
Pengelompokkan pemukiman di wilayah kota an Jatisari - Mijen), sedang (Kelurahan
Semarang yang sebagian besar tersebar di Jomblang - Candisari), dan tinggi
daerah pengembangan kota, menyebabkan (Kelurahan Kuningan - Semarang Utara) di
timbulnya variasi-variasi atau kekhususan Kota Semarang.
2. Penelitian difokuskan pada komponen- yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi
komponen infrastruktur, yang meliputi air kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial
bersih, drainase, persampahan, transportasi, dan ekonomi (Grigg, 1988).
dan sanitasi.
3. Pengumpulan data untuk keperluan analisa Sistem infrastruktur merupakan pendukung
diperoleh dengan menggunakan sampel utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem
random purposif. Metode yang digunakan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari
untuk pengambilan sampel adalah stratified masyarakat. Sistem infrastruktur dapat dide-
random sample yaitu pengambilan sampel finisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-
yang dilakukan secara acak dengan jumlah struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-
yang proporsional untuk setiap strata (tipe instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan
pemukiman) dari populasi. untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem
ekonomi masyarakat (Grigg, 2000). Definisi
TINJAUAN PUSTAKA teknik juga memberikan spesifikasi apa yang
Pemukiman dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan
bahwa infrastruktur adalah aset fisik yang
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan dirancang dalam sistem sehingga memberikan
hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa pelayanan publik yang penting.
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal Untuk menciptakan suatu lingkungan pemu-
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan kiman yang baik maka diperlukan infratruktur
yang mendukung perikehidupan dan peng- pemukiman dan fasilitas umum pemukiman.
hidupan (UU No.4 Tahun 1992). Pemukiman Adapun yang dimaksud dengan infrastruktur
diartikan sebagai perumahan atau kumpulan pemukiman ialah jalan lokal, saluran drainase,
tempat tinggal dengan segala unsur serta pengadaan air bersih, pembuangan air kotor,
kegiatan yang berkaitan dan yang ada di dalam persampahan, listrik dan telepon.
pemukiman. Kalau kita menyebut perumahan
harus diartikan sebagai wadah fisiknya, Hipotesa
sedangkan pemukiman harus kita bayangkan
sebagai paduan antara wadah dengan isinya, Hipotesa adalah pernyataan tentang suatu dalil,
yaitu manusia yang hidup bermasyarakat dan tetapi kebenarannya belum diuji secara empiris
berbudava. Sedangkan Prasarana lingkungan (Brotowidjoyo, M.D, 1991). Hipotesa pada
adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang penelitian ini adalah sebagai berikut :
memungkinkan lingkungan permukiman dapat 1. Terbatasnya atau kurangnya ketersediaan
berfungsi sebagaimana mestinya. Prasarana infrastruktur suatu pemukiman pada
dapat diartikan sebagai infrastruktur. kawasan-kawasan tersebut membuat
penduduk lebih memilih pemukiman yang
Kepadatan infrastrukturnya lebih memadai.
2. Kondisi infrastruktur merupakan syarat
Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek mutlak dan suatu acuan bagi penduduk
terhadap luas daerah. Dengan demikian satuan bila memilih tempat tinggal di pemukiman
yang digunakan adalah satuan/luas daerah. tersebut.
3. Karakteristik rumah tangga berupa jumlah
Kepadatan Pemukiman anggota keluarga, jumlah orang yang
bekerja atau sekolah, jumlah pendapatan
Kepadatan pemukiman adalah perbandingan dan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi
antara jumlah rumah tangga dengan luasannya akan mempengaruhi ketersediaan infra-
di suatu wilayah pemukiman, dimana pendu- struktur pada suatu kawasan pemukiman.
duknya mengelompok membentuk suatu pola 4. Semakin padat suatu pemukiman, akan
tertentu yang sesuai dengan faktor-faktor yang semakin besar pula ketersediaan Infra-
mempengaruhi, yaitu : strukturnya.
5. Dibutuhkan peningkatan pembangunan
Pengertian Infrastruktur infrastruktur pada kawasan pemukiman di
daerah pinggiran kota Semarang karena
Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang semakin meningkatnya jumlah penduduk
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, dan bertambah pula aktifitas kawasan
bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik tersebut.
- Alasan memilih lokasi hunian
METODOLOGI PENELITIAN (data primer)
2) Sarana dan prasarana yang tersedia
Variabel Penelitian di dalam perumahan/ pemukiman.
A. Variabel Kepadatan Pemukiman Ketersediaan kebutuhan infrastruktur
yang memadai mempengaruhi keingi-
Kepadatan pemukiman adalah perbandingan nan masyarakat untuk tinggal di dalam
jumlah rumah tangga dengan luasannya di suatu perumahan. Informasi yang
suatu wilayah pemukiman, dimana pendu- dibutuhkan adalah :
duknya mengelompok membentuk suatu pola - Ketersediaan komponen
tertentu yang sesuai dengan faktor-taktor yang infrastrukturdidalam
berpengaruh. Indikator yang akan diteliti dari perumahan, yang meliputi : air
variabel ini adalah : bersih, drainase, persampahan,
a. Tingkat kepadatan bruto di dalam sanitasi, dan transportasi.
suatu pemukiman yang ada di wilayah - Kondisi fasilitas-fasilitas yang
kelurahan Kuningan, kelurahan ada saat ini.
Jomblang, dan kelurahan Jatisari, yaitu
perbandingan antara jumlah rumah Variabel Infrastruktur
tangga di satu pemukiman/ perumahan a. Air Bersih
dengan luas wilayah pemukimannya. Dibutuhkan informasi mengenai :
Informasi yang diperlukan adalah - Sumber air bersih rumah tangga,
mengenai : yaitu dari PDAM, dari sumur, atau
- Jumlah penduduk (data sekunder) keduanya. (data primer)
-Jumlah rumah tangga/ kepala - Ketersediaan Sambungan Umum
keluarga (data sekunder) (SU) yaitu hidran (data primer)
- Luasan wilayah (data sekunder) - Bangunan fasilitas pendukung
b. Pola penggunaan ruang di dalam suatu lainnya, seperti tangki, truk tangki,
pemukiman yang ada di wilayah kelu- dll. (data primer dan sekunder)
rahan Kuningan, kelurahan Jomblang, - Kualitas pelayanan air bersih PDAM
dan kelurahan Jatisari. (data primer).
Pola penggunaan ruang dalam suatu - Frekuensi air PDAM tidak mengalir
perumahan ditinjau dari kajian (data primer).
geografis (letak), dengan instrumen
penelitian sebagai berikut : b. Saluran Drainase
1) Sosial ekonomi penduduk dalam Informasi yang dibutuhkan :
satu pemukiman,Dengan kenyataan - Sistem saluran yang digunakan pada
bahwa semakin tinggi kelas sosial pemukiman tersebut (terbuka,
ekonomi seseorang maka cenderung tertutup). (data primer)
akan memilih perumahan yang - Keberadaan bangunan pelengkap.
nyaman dan sehat, sehingga akan (data primer dan sekunder)
berpengaruh pada penggunaan ruang- - Kondisi fisik saluran drainase (data
nya. Dibutuhkan primer)
informasi seperti :
- Jumlah pendapatan rumah c. Pembuangan air kotor (Sanitasi)
tangga (data primer) Informasi yang dibutuhkan :
- Jumlah anggota keluarga (data - Ketersediaan jamban keluarga dan
primer) jamban jamak. (data primer dan
- Jumlah Kepala Keluarga (KK) sekunder)
(data primer) - Ketersediaan septictank (data
- Tingkat pendidikan (data primer)
primer)
- Jenis pekerjaan (data primer) d. Persampahan
- Jumlah kepemilikan sepeda Informasi yang dibutuhkan :
motor dan mobil (data primer) - Sarana pengangkutan sampah yang
- Lama Tinggal dipemukiman digunakan pada pemukiman tersebut
tersebut (data primer) (data primer dan sekunder)
- Frekuensi pengumpulan sampah untuk pengujian dengan parametrik sampel yang
rumah tangga. (data primer dan diambil harus > 30.
sekunder)
- Keberadaan TPS/ TPA (data primer) Jumlah sampel proporsional pilot survey untuk
- Tempat pembuangan sampah tiap tiap kelurahan dihitung jumlah golongan
rumah tangga (data primer) ekonomi lemah (I), ekonomi menengah (II), dan
- Kualitas pelayanan sampah ekonomi kuat (III) yang didapat dari data
pemukiman (data primer) sekunder yaitu data kelurga pra sejahtera dan
sejahtera I dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
e. Jaringan Jalan lokal/ lingkungan Semarang.
Informasi yang dibutuhkan :
- Kondisi fisik jalan (data primer) Setelah didapat data tersebut, dihitung jumlah
- Angkutan umum yang tersedia (data sampel pilot survey masing-masing kelurahan.
primer dan sekunder) Kemudian dilakukan survey dengan wawancara
- Total panjang dan luasan jalan di tiap kelurahan. Surveyor menentukan
pemukiman (data sekunder) responden tersebut dikategorikan dalam
Variabel infrastruktur tersebut diatas sebagai golongan I, II, dan III berdasarkan kondisi
acuan dalam memperoleh data di lapangan. deskriptif rumah, dan kepemilikan kendaraan.
Adapun indikator-indikator/ informasi tersebut
diperoleh dengan cara : Setelah pengumpulan data pilot survey,
1. Wawancara, dengan mengajukan dilakukan editing dan penentuan standar deviasi
beberapa pertanyaan yang sudah untuk mengetahui jumlah sampel besar. Standar
dipersiapkan pada lembar kuisioner. deviasi ditentukan berdasarkan pertanyaan pada
2. Melihat secara langsung, kondisi kuisioner dengan tingkat heteroginitas tinggi.
masing-masing komponen infra- Pada hasil perhitungan, angka standar deviasi
struktur. yang muncul sangat bervariasi, yang terbesar
3. Mencari data-data kuantitatif dari adalah 0,47, sedangkan yang terkecil adalah
instansi terkait (Kelurahan, 0,18. Seharusnya angka standar deviasi yang
Kecamatan). digunakan adalah 0,47 dengan hasil perhitungan
jumlah sampel besar (N) yang muncul adalah
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN 339 sampel per kelurahan sehingga secara
DATA keseluruhan untuk 3 (tiga) kelurahan berjumlah
1.018 buah sampel rumah tangga. Karena
Pengumpulan Data keterbatasan pada peneliti, maka standar deviasi
yang dipilih adalah yang terkecil dan sering
Sebelum dilakukan pendataan yang lengkap, muncul yaitu 0,18.
maka dilakukan survai pendahuluan untuk
menentukan jumlah sampel yang akan diambil. Dengan data survai tersebut, akan dihitung
Prinsip pengambilan sampel pada survai jumlah data yang diperlukan agar memenuhi
pendahuluan adalah dengan metode sampling secara statistik. Dengan menetapkan tingkat
dengan sampel diambil acak dan berada pada 3 kepercayaan (level of confidence) 95%, dari
(tiga) kelurahan yang dimaksud dengan tabel statistik diperoleh angka nilai z = 1,96 dan
memperhatikan golongan I (ekonomi lemah), standar error yang dapat diterima (acceptable
golongan II (ekonomi menengah) dan golongan standar error) besarnya adalah 1,96 dari
III (ekonomi kuat). Hasil dari survai sampling error yang dapat diterima (acceptable
pendahuluan ini kemudian direkap dan dijumlah standar error), agar error yang terjadi tidak
tiap komponen variabel (pertanyaannya), lebih dari 5% dari data yang ada, dan standar
kemudian dihitung n sampling untuk survai yang deviasi sebesar 0,18. Kemudian dihitung jumlah
mewakili 3 kelurahan. sampel untuk penelitian. Jumlah sampel ini
diambil menurut rumus yang diuraikan
Jumlah sampel minimum yang mewakili Sugiyono (2005).
keadaan yang sebenarnya tahap pertama (pilot
survey) akan dibagikan daftar kuesioner kepada Perhitungan diatas dilakukan untuk masing-
30 sampel rumah tangga secara proporsional masing kelurahan. Jadi minimal sampling yang
golongan ekonomi untuk setiap tingkat kepa- dibutuhkan adalah 50 responden. Kemudian
datan yang ada di kawasan pemukiman berdasarkan prosentasenya dihitung jumlah
tersebut. Pengambilan 30 sampel ini karena sampel berdasarkan golongan ekonomi.
Digunakan perkiraan proporsi untuk mengambil tingkat pendidikan seperti disajikan Tabel
sampling percobaan berdasarkan proporsi berikut
tingkat pendapatan, kepemilikan kendaraan, dan
. Tabel Proporsi Sampel Penelitian
Uraian Jatisari Jomblang Kuningan
Jumlah Rumah Tangga 1,831 3,669 3,047
Jumlah Sampling Pilot Survey 30 30 30
N sampling survey (Proporsional) 50 50 50

Golongan 1 (Ekonomi lemah) 16 12 25


Golongan 2 (Ekonomi menengah) 27 28 17
Golongan 3 (Ekonomi kuat) 7 10 8
Jumlah 50 50 50

Sedangkan data sekunder berupa data gambaran mungkin karena Jatisari merupakan daerah
umum wilayah penelitian, data kependudukan pengembangan dari kawasan pinggiran kota
dan data-data lain yang berhubungan dengan Semarang. Ketersediaan infrastruktur lebih
penelitian didapat dari kantorkantor kelurahan ditekankan, karena adanya pembangunan dan
dari lokasi penelitian. Data sekunder nantinya daerah tersebut kepadatannya masih rendah.
akan berguna sebagai pelengkap dari data primer Sehingga memicu rumah tangga baru atau yang
pada saat analisa data. tinggal di pusat kota untuk pindah atau tinggal di
daerah pinggiran yang sedang berkembang dan
ANALISA DAN PEMBAHASAN nyaman.
Alasan Memilih Lokasi
Jumlah Kepemilikan Kendaraan Pribadi
Pada 3 (tiga) kelurahan, ketersediaan infras-
truktur yang memadai tidak menjadi alasan Jumlah kepemilikan kendaraan paling banyak
utama. Pada penduduk Kuningan, mayoritas adalah pada Kelurahan Jatisari, sebanyak 94%
alasan karena warisan orang tua dan masih satu rumah tangga sudah memiliki sepeda motor, dan
rumah dengan orang tua yang sebagian besar sebanyak 18% rumah tangga sudah memiliki
merupakan penduduk golongan I. Sedangkan mobil. Sedangkan pada Kelurahan Kuningan,
pada kelurahan Jomblang, penduduknya sebanyak 44% jumlah rumah tangga belum
memilih lokasi tersebut karena faktor keamanan memiliki sepeda motor, dan Kuningan
dan kenyaman, dan sangat sedikit yang memilih merupakan yang paling rendah dalam tingkat
alasan ketersediaan infrastruktur. Demikian juga kepemilikan kendaraan pribadi diantara
dengan penduduk Jatisari, memilih karena lokasi Jomblang dan Jatisari. Sehingga dapat
aman dan nyaman, tetapi faktor ketersediaan disimpulkan semakin tinggi tingkat kepadatan
infrastruktur juga diperhitungkan dibandingkan pemukiman, belum tentu tingkat kepemilikan
dengan Kuningan dan Jomblang, terlihat banyak kendaraan pribadi juga tinggi, masih ditinjau
yang memilih point tersebut. lagi berdasarkan tingkat pendapatan tiap golong-
an ekonomi. Bila tingkat pendapatan tinggi,
Tidak banyak yang memilih karena alasan maka semakin tinggi pula tingkat kepemilikan
ketersediaan infrastruktur, namun faktor kendaraaan pribadi.
kenyamanan dan kemudahan akses ke tempat
tujuan lebih utama. Kelurahan Kuningan Air Bersih
memilih karena mereka masih tinggal dengan
orang tua, dan warisan orang tua. Kelurahan Bila melihat data kuisioner, hasilnya sama dan
Jomblang lebih dominan memilih karena sesuai dengan data dari PDAM. Pada kelurahan
keamanan dan kenyamanan, dan sangat sedikit Kuningan, banyak rumah tangga yang
yang memperhatikan alasan ketersediaan menggunakan air bersih dari PDAM dan sedikit
infrastruktur. Sedangkan pada Kelurahan Jatisari yang menggunakan sumur pompa, karena
banyak yang memilih karena lokasinya nyaman, mayoritas rumah tangga Kuningan merupakan
tetapi yang membedakan dengan Kuningan dan golongan ekonomi lemah, dan bila dihitung
Jomblang adalah banyak yang memilih faktor secara ekonomi, biaya air bersih dari PDAM
ketersediaan infrastruktur. Hal ini sangat lebih murah daripada menggunakan sumur
pompa. Selain itu, secara kebetulan Keluraha Jomblang yang berada di Kecamatan Candisari,
Kuningan merupakan daerah yang sering hanya dilayani 1 unit truk. Pada kelurahan
terkena rob, dan kondisi air tanahnya kurang Jatisari, karena belum terdapat TPS, maka tidak
baik untuk digunakan sumur pompa. Sehingga dijumpai truk pengangkut dari Dinas
memaksa penduduk untuk menggunakan ari Kebersihan, hanya kendaraan dari swadaya
bersih dari PDAM. penduduk yang mengangkut langsung ke TPA
Jatibarang. Sedangkan di daerah pemukiman
Berbeda dengan kelurahan Jomblang, yang perumahan Jatisari, truk disediakan oleh
menggunakan sumur pompa hampir sama pengelola/ developer.
jumlahnya dengan yang menggunakan air bersih
dari PDAM. Rumah tangga yang menggunakan Sarana pengangkut di tiap TPS menggunakan
PDAM jauh lebih sedikit daripada kelurahan truk dengan jenis ArmRoll. Ada keterkaitan
Kuningan, sebagian rumah tangga Jomblang antara jumlah truk pengangkut dengan jumlah
mengatakan kualitas PDAM cukup memuaskan, TPS dan kontainer. Jumlah truk akan mengikuti
tetapi sebagian lagi mengatakan tidak jumlah TPS. Sedangkan untuk rute menuju TPA
memuaskan. Sangat dimungkinkan karena tidak dapat dipastikan, pengemudi truk
wilayah Jomblang berbukit sehingga daerah menginginkan rute terpendek dan tercepat.
jangkauan lebih sulit
Bagi beberapa penduduk, istilah TPS sendiri
Sedangkan pada kelurahan Jatisari, jumlah belum bisa diidentifikasikan sebagai tempat
pelanggan PDAM sangat sedikit dan banyak pembuangan sampah sementara yang benar-
yang menggunakan sumur pompa, hal tersebut benar teratur, sebagai contoh pada Kelurahan
berbeda dengan data peta jaringan pelayanan Jomblang, Lokasi TPS terletak di pinggiran
PDAM yang menunjukan bahwa pada kelurahan sungai, sehingga bagi rumah tangga yang
Jatisari sudah ada saluran primer yang terdapat membuang langsung ke TPS, berarti juga
di Jl. Raya Mijen. Berdasarkan pengamatan, membuang sampah ke sungai.
banyak dijumpai penduduk pada pemukiman
lama yang menggunakan sumur galian, karena Berdasarkan data sekunder dan pengamatan,
kondisi air tanah di daerah Jatisari cukup bagus. TPS tersedia dalam tingkat kecamatan. Untuk
Kelurahan Kuningan, tempat pembuangan
Persampahan sementara berjumlah 5 (lima) TPS dengan 7
(tujuh) buah kontainer yang tersebar di beberapa
Analisa ketersediaan infrastruktur persampahan wilayah. Pada kelurahan Jomblang, hanya
ditinjau mengenai ketersediaan wadah individu terdapat 1 (satu) lokasi TPS dengan 3 (tiga)
(rumah tangga), alat pengumpul (sarana kontainer. Sedangkan untuk kelurahan Jatisari,
pengangkut), tempat pembuangan sementara, tidak terdapat TPS, Tempat Pembuangan
dan kualitas pelayanan sampah. Sementara langsung ke TPA Jatibarang.

Pada ketiga wilayah, tidak ada keterkaitan antara Jumlah Tempat Pembuangan Sementara di tiap
kondisi sosial ekonomi rumah tangga dengan kelurahan berbeda-beda. Berdasarkan data
wadah individu atau tempat membuang sampah. sekunder (wawancara dengan Dinas
Semua rumah tangga membuang sampah di bak/ Kebersihan), jumlah TPS disesuaikan dengan
tong sampah di depan rumah. Rumah tangga jumlah penduduk sehingga mempengaruhi
yang tingkat pendapatannya tinggi atau sedikit jumlah timbulan sampah tiap kelurahan, dan
tidak mempengaruhi wadah individu yang menjadi tanggung jawab tiap kecamatan. Setiap
digunakan. TPS menggunakan kontainer dalam
menghimpun sampah, tetapi ada beberapa lokasi
Bila ditinjau dari tingkat kepadatan pemukiman, yang tidak terdapat kontainer. Pada kelurahan
pada Jatisari, banyak yang dilayani dengan Jatisari, di Dinas Kebersihan tidak muncul data
angkutan berupa truk, karena jalan pada jumlah TPS, Kecamatan Mijen belum masuk
pemukiman tersebut bisa dilewati oleh angkutan daerah layanan. Sedangkan lokasi layanan
tersebut. Lain halnya dengan Jomblang dan terdekat adalah kecamatan Ngaliyan, karena
Kuningan, tidak ada yang langsung dilayani wilayah Jatisari merupakan wilayah layanan
dengan truk, karena padatnya pemukiman. Pada baru bagi Dinas Kebersihan yang belum dapat
kelurahan Kuningan yang berada di Kecamatan terlayani dan sedang dalam masa usulan dan
Semarang Utara, jumlah truk yang melayani perencanaan. Penduduknya inisiatif dan
sebanyak 5 unit. Sedangkan pada kelurahan swadaya menggunakan kendaraan pengangkut
untuk mengangkut sampah langsung ke TPA yaitu dataran rendah, dekat dengan hilir sungai
Jatibarang. Ada juga yang langsung membakar yang bermuara ke laut jawa, dan akibat dari
sampah mereka di tanah kosong. perilaku penduduk yang tinggal di pinggir
sungai, yang membuang sampah ke sungai,
Berdasarkan data kuisioner, pada ketiga selain itu daerah Kuningan merupakan daerah
wilayah, sebagian besar rumah tangga rob. Sistem drainase yang ada kurang baik. Pada
mengatakan bahwa kualitas pelayanan sampah pemukiman penduduk, air buangan rumah
cukup memuaskan, tetapi kadang-kadang tangga disalurkan ke saluran depan rumah,
sampah tidak terangkut tepat waktu, sehingga Berdasarkan pengamatan di lokasi, bentuk
tidak ada keterkaitan antara tingkat kepadatan saluran pada setiap rumah berbeda-beda,
dengan frekuensi pengumpulan sampah rumah beberapa saluran terbuka, dan sebagian tertutup.
tangga. Alirannya kurang lancar dan airnya keruh.
Untuk membandingkan pengamatan dan
Drainase kenyataan yang dialami oleh penduduk,
berdasarkan hasil survai kuisioner, penduduk
Pada analisa mengenai Drainase, SPSS tidak Kuningan sebanyak 89% menjawab daerah ini
digunakan, karena tidak relevan. Sehingga pernah dan sering terjadi banjir.
dilakukan analisa secara deskriptif melalui data
pengamatan langsung dan data sekunder. Pada komponen Infrastruktur drainase,
berdasarkan data, jumlah cross (saluran
Pemukiman di Kelurahan Jatisari tidak pernah melintang) pada ruas jalan utama, tidak
terjadi banjir, karena faktor topografi yaitu didasarkan pada tingkat kepadatan pemukiman.
dataran tinggi, selain itu juga sistem drainase Perbandingan jumlah cross dengan panjang ruas
yang ada sudah baik. Pada pemukiman pada Kelurahan Kuningan dan Jomblang,
penduduk lama, air buangan rumah tangga besarnya hampir sama. Demikian juga dengan
disalurkan ke saluran depan rumah, kemudian dalamnya saluran.
dialirkan ke daerah hilir. Demikian juga pada
pemukiman penduduk baru yang sebagian besar Sanitasi
di komplek perumahan Jatisari (Bukit Semarang
Baru), di wilayah pemukiman terdapat danau Data sekunder mengenai ketersediaan sanitasi
kecil untuk menampung air hujan. Berdasarkan tidak tersedia, dan karena adanya pembatasan
pengamatan di lokasi, bentuk saluran pada setiap masalah, maka data yang digunakan hanya data
rumah berbentuk saluran terbuka, dan alirannya primer. Hampir semua rumah tangga di
lancar. Untuk membandingkan pengamatan dan Kelurahan Jomblang, Jatisari dan Kuningan
kenyataan yang dialami oleh penduduk, sudah mempunyai sistem sanitasi yang baik.
berdasarkan hasil survai kuisioner, semua Hampir semua rumah tangga di kelurahan
responden menjawab daerah ini tidak pernah Jomblang dan Jatisari sudah terdapat WC.
terjadi banjir. Sedangkan di kelurahan Kuningan, sebanyak
18% rumah tangga belum mempunyai WC, hal
Demikian juga untuk pemukiman di Kelurahan ini sesuai dengan data pengamatan yaitu
Jomblang tidak pernah terjadi banjir, karena terdapatnya beberapa WC Umum di beberapa
faktor topografi yaitu dataran tinggi dan lokasi di Kelurahan Kuningan. Untuk septictank
berbukit, selain itu juga sistem drainase yang juga sudah ada di tiap rumah tangga di 3 (tiga)
ada sudah baik. Pada pemukiman, air buangan kelurahan yang mempunyai WC Sedikitnya
rumah tangga disalurkan ke saluran depan jumlah jamban rumah tangga pada kelurahan
rumah, kemudian dialirkan ke saluran besar Kuningan disebabkan karena masih banyak
yang terletak di jalan utama, kemudian dialirkan rumah tangga golongan ekonomi lemah.
ke sungai. Bentuk saluran pada setiap rumah Sehingga pendidikan akan kebersihan dan
berbentuk saluran terbuka, dan alirannya lancar. kesehatan masih kurang, selain itu jumlah
Untuk membandingkan pengamatan dan pendapatan yang rendah juga merupakan alasan
kenyataan yang dialami oleh penduduk, minimnya ketersediaan jamban rumah tangga.
berdasarkan hasil survai kuisioner, semua Karena sedikitnya jamban rumah tangga, maka
responden menjawab daerah ini tidak pernah jamban jamak sangat berperan.
terjadi banjir.
Semakin tinggi tingkat kepadatan suatu wilayah,
Lain halnya pemukiman di Kelurahan Kuningan semakin tinggi pula ketersediaan sanitasi,
sering terjadi banjir, karena faktor topografi terutama ketersediaan jamban jamak Tetapi
golongan ekonomi juga sangat berperan, Angkutan Umum
semakin banyak rumah tangga golongan
ekonomi lemah, tidak menjamin ketersediaan Angkutan Umum terdiri dari dua jenis trayek
sanitasi yang cukup dan baik. yaitu trayek utama dan trayek cabang. Trayek
utama berupa bus besar dan bus sedang,
Jaringan Jalan sedangkan trayek cabang berupa mobil
penumpang umum. Pada Kelurahan Kuningan
Bila melihat perbandingan luasan jalan dengan Jumlah angkutan yang melewati kelurahan ini
luas wilayah, Kelurahan Kuningan mempunyai sangat banyak yaitu 1623 buah dengan jenis dan
prosentase 24,61% terhadap luas wilayah, Pada rute yang bervariasi, tetapi lokasi jalan utama
Kelurahan Jomblang prosentasenya sebesar cukup jauh (Jl. Imam Bonjol dan Jl. Kol.
12,49%. Sedangkan Kelurahan Jatisari luasan Sugiono). Angkutan umum yang melewati
jalan hanya 3,48% dari luas wilayah. Pada kelurahan Jomblang berjumlah 758 buah
wilayah Jatisari dan Jomblang, prosentase luas angkutan umum dengan jenis dan rute yang
jalan dengan luas wilayah, perbandingannya bervariasi. Jalan utama (Jl. Tentara Pelajar dan
sangat jauh bila dibandingkan Kelurahan Jl. Dr. Wahidin) bersinggungan langsung
Kuningan. Dari data tersebut, menjelaskan dengan wilayah ini. Sedangkan pada Jatisari,
bahwa Kuningan yang kepadatannya tinggi, jumlah angkutan umum yang melewati sangat
perbandingan luasan jalan dengan luas wilayah sedikit yaitu sebanyak 67 buah. Satu-satunya
cukup besar, dan pola jaringannya teratur, lain jalan utama yang melewati dan bahkan
halnya dengan Jatisari yang tingkat bersinggungan langsung dengan kelurahan ini
kepadatannya rendah, perbandingan antara hanya Jl. Raya Mijen.
luasan jalan dengan luas wilayah kecil. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat Bila melihat data penggunaan moda bepergian.
kepadatan suatu pemukiman, akan semakin Rumah tangga di Jatisari lebih cenderung untuk
besar perbandingan luasan jalan terhadap luas menggunakan kendaraan pribadi, karena
wilayahnya. angkutan umum yang tersedia masih sedikit
dibandingkan dengan Jomblang dan Kuningan.
Kondisi jalan juga akan berbeda pada tiap Untuk Jomblang, berdasarkan data
tingkat kepadatan. Pada Kuningan, kondisi jalan kecenderungan, cukup banyak yang
sebagian cukup baik dan sebagian lagi kurang menggunakan moda angkutan umum karena
layak untuk digunakan. Pada Jomblang kondisi banyaknya jenis dan rute angkutan umum yang
jalan lingkungan pemukiman kurang baik, tersedia. Sedangkan di Kuningan, meskipun
terutama pada daerah dekat perbatasan dengan jumlah angkutan umum sangat banyak, tetapi
Kecamatan Tembalang, karena kondisi topografi banyak rumah tangga yang menggunakan
yang berbukit. Kondisi jalan lingkungan kendaraan pribadi, disebabkan beberapa hal
pemukiman Jatisari cukup baik. Pada daerah yaitu lokasi jalan utama yang cukup jauh, dan
yang penduduknya sudah lama tinggal di mobilitas penduduk yang rendah karena mata
pemukiman tersebut, jalan lingkungan sebagian pencaharian penduduk yang sebagian besar
masih berupa tanah, terutama jalan yang wiraswasta sebagai pedagang lokal dan buruh
menjorok ke hutan dan perbatasan kota. pabrik sehingga tidak melakukan pergerakan
yang cukup tinggi.
Ketersediaan jalan pada setiap tingkat kepadatan
akan mengikuti perkembangan pola kepadatan Kepadatan pemukiman mempengaruhi
pemukiman, dengan kata lain pada daerah ketersediaan angkutan umum. Semakin tinggi
dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang dan atau rendah tingkat kepadatan suatu pemukiman,
rendah, ketersediaan jalan akan menyesuaikan akan mempengaruhi jumlah angkutan umum
kepadatan tersebut. Pola jaringan jalan berbeda yang tersedia di jalan utama pemukiman
pada tiap kepadatan. Sebagai contoh, di tersebut. Faktor dominan yang mempengaruhi
Kuningan Polanya teratur, sedangkan di adalah kepadatan pemukiman, jarak dari pusat
Jomblang pola tidak teratur karena faktor kota/ pemerintahan, keberadaan jalan utama, dan
topografi tanah yang berbukit, sama halnya karakteristik penduduk. Semakin jauh dari pusat
dengan jaringan jalan pada Jatisari yang tidak kota maka angkutan umum yang tersedia
teratur karena pola pemukimannya menyebar semakin sedikit, dan sebaliknya.
dan tidak teratur.
dasar dari alasan-alasan tersebut. Diantara ketiga
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI wilayah, Jatisari paling banyak yang memilih
alasan karena ketersediaan infrastruktur, karena
Kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi banyak penghuni baru, dan tergolong daerah
ketersediaan infrastruktur pada suatu kawasan baru dan berkembang, sehingga permintaan
pemukiman. Tingkat ekonomi yang tinggi pada hunian lebih ditekankan ke infrastruktur
suatu pemukiman, infrastruktur yang tersedia pemukiman.
semakin banyak dan lengkap. Sebaliknya, pada
pemukiman yang tingkat ekonominya Tingkat ekonomi rumah tangga sangat mem-
rendah,ketersediaan infrastruktur semakin pengaruhi karakteristik dari rumah tangga
sedikit dan kondisinya buruk. tersebut dalam menentukan tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, alasan memilih hunian, dan
Semakin tinggi tingkat kepadatan, semakin pemilihan moda bepergian.
banyak ketersediaan infrastrukturnya. Keter-
sediaan infrastruktur itu sendiri akan mendekati Air Bersih
titik maksimal, ketika sudah tidak bisa lagi
melayani pemukiman yang semakin padat Ketiga kelurahan sudah terlayani dengan air
tersebut. Sehingga perlu perencanaan bersih dari PDAM, hanya saja tidak semua
infrastruktur sebelum dan setelah pemukiman itu rumah tangga menggunakannya. Terdapat
padat. keterkaitan antara kondisi sosial ekonomi
dengan ketersediaan infrastruktur air bersih.
Kondisi Sosial Ekonomi Karakteristik rumah tangga dalam memilih
sumber air bersih dipengaruhi oleh jumlah
Dari analisa dan pembahasan berdasarkan pendapatan dan kondisi air tanah. Air tanah yang
kondisi sosial ekonomi, dihasilkan kesimpulan bagus dan pendapatan rumah tangga yang tinggi,
bahwa untuk jumlah kepala keluarga, semakin memungkinkan untuk menggunakan sumur
tinggi kepadatan suatu pemukiman maka pompa, atau bahkan keduanya. Tetapi apabila
semakin banyak rumah tangga yang mempunyai pendapatan rumah tangga rendah, menggunakan
lebih dari 1 (satu) kepala keluarga, sehingga sumur galian atau hanya PDAM saja.
sudah tentu mempengaruhi jumlah anggota
keluarga dalam rumah tangga tersebut. Kualitas aliran air dari PDAM berdasarkan pada
Sedangkan tingkat pendidikan akan cenderung faktor topografi dan geografis dari suatu
semakin rendah bila kepadatan suatu wilayah. Bila suatu pemukiman tersebut dekat
pemukiman tersebut tinggi, terutama bila dengan pusat kota dan tanahnya datar, maka
didominasi oleh golongan ekonomi lemah. alirannya bagus. Sebaliknya bila pemukiman
Untuk jumlah pendapatan, pada Kuningan, atau wilayah tersebut jauh dari pusat kota, maka
rumah tangga yang berpenghasilan kurang dari 1 alirannya buruk.
(satu) juta sangat banyak, tetapi yang ber-
penghasilan lebih dari 4 (empat) juta juga paling Jumlah ketersediaan air bersih dalam hal ini air
banyak dibandingkan Jomblang dan Jatisari. bersih dari PDAM berdasarkan pada jumlah
Semakin tinggi tingkat kepadatan, tingkat permintaan pelanggan. Semakin banyak
pendapatan rumah tangga cenderung semakin permintaan pada suatu wilayah, akan semakin
rendah. Sedangkan untuk kepemilikan banyak pula suplai air bersih yang diberikan
kendaraan, semakin tinggi tingkat kepadatan oleh PDAM. Semakin tinggi tingkat kepadatan
pemukiman, belum tentu tingkat kepemilikan pemukiman, semakin banyak ketersediaan
kendaraan pribadi juga tinggi, masih ditinjau infrastruktur air bersih, dalam hal ini yang
lagi berdasarkan tingkat pendapatan tiap dimaksud adalah air bersih dari PDAM.
golongan ekonomi. Bila tingkat pendapatan
tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat Persampahan
kepemilikan kendaraaan pribadi.
Pada ketiga wilayah, semuanya sudah terlayani
Ketersediaan infrastruktur merupakan alasan dengan baik dalam infrastruktur persampahan.
utama sebuah rumah tangga dalam memilih Ketersediaan wadah individu, alat pengumpul,
lokasi hunian, meskipun banyak rumah tangga dan TPS sudah melayani kebutuhan infrastruktur
yang memilih Faktor keamanan, kenyamanan, persampahan pemukiman. Wadah individu
dan kemudahan aksesibilitas. Tetai bagaimana - sudah tersedia di setiap rumah tangga.
pun faktor ketersediaan infrastruktur merupakan Ketersediaan wadah individu tidak terpengaruh
oleh kepadatan pemukiman dan kondisi sosial Semakin banyak rumah tangga golongan
ekonomi didalamnya. Untuk indikator alat ekonomi lemah pada pemukiman, tidak
pengumpul, pada kelurahan Kuningan, jumlah menjamin ketersediaan sanitasi yang cukup.
truk pengangkut lebih banyak jika dibandingkan Semakin tinggi tingkat kepadatan suatu daerah,
dengan Jomblang dan Jatisari. Semakin tinggi ketersediaan jamban rumah tangga cenderung
tingkat kepadatan pemukiman, semakin banyak semakin sedikit. Untuk indikator ketersediaan
ketersediaan alat pengumpul sampah dan jamban jamak, pada kelurahan Kuningan, sering
semakin lama waktu pengumpulannya. dijumpai WC Umum, lain halnya di Jatisari dan
Sedangkan jumlah Tempat Pembuangan Jomblang yang sangat jarang dijumpai WC
Sementara (TPS) dipengaruhi oleh tingkat Umum. Semakin tinggi tingkat kepadatan suatu
kepadatan suatu pemukiman. Semakin padat, daerah, ketersediaan jamban jamak semakin
maka semakin banyak jumlah TPS yang banyak.
tersedia. Tidak ada keterkaitan antara tingkat
kepadatan dengan frekuensi pengumpulan Infrastruktur Transportasi
sampah rumah tangga, dibuktikan dengan
jawaban yang sama pada ketiga wilayah, bahwa Seperti halnya drainase, infrastruktur jalan
kadang-kadang sampah tidak terangkut tepat mengikuti pola pemukiman yang sudah ada.
waktu Ketersediaan jalan pada setiap tingkat kepa-
datan bersifat konstan, artinya pada daerah
Drainase dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang dan
rendah, ketersediaan jaringan jalan pada dimensi
Saluran drainase sudah tersedia di tiap rumah tetap mengikuti pola dan kepadatan pemukiman
tangga. Tidak terdapat hubungan antara kondisi yang sudah ada, tidak sejalan dengan
sosial ekonomi dengan jumlah drainase dan perkembangan jumlah rumah tangga ataupun
dimensi fisik yang tersedia pada pemukiman, penduduk. Hanya kondisi jalan tersebut yang
Tetapi tidak demikian dengan kondisi fisik dan membedakan. Seharusnya tidak demikian.
aliran, ada hubungannya dengan kondisi sosial Infrastruktur jalan harus sudah diperhitungkan
ekonomi. Pada tingkat ekonomi lemah dan dan disediakan sebelum pemukiman itu
tingkat kepadatan rendah, saluran drainase berkembang atau sebelum bertambah padat.
masih berupa tanah. Sedangkan pada pemu- Semakin tinggi tingkat kepadatan suatu
kiman dengan tingkat kepadatan tinggi dan pemukiman, jaringan jalan yang tersedia akan
tingkat ekonomi lemah, sebagian berupa tanah. semakin banyak, dan prosentase terhadap luas
Sebagai contoh, jumlah saluran melintang dan wilayah juga semakin besar. Untuk dimensi
dalamnya saluran jalan utama pada Kelurahan lebar, ada kecenderungan semakin sempit ruang
Kuningan dan Jomblang sama. Panjang saluran gerak untuk kendaraaan, dan kondisinya
drainase mengikuti pola jaringan jalan semakin buruk.
pemukiman, Semakin banyak jumlah anggota
keluarga, maka akan semakin banyak pula Untuk angkutan umum, pada Kuningan, jumlah
volume air buangan yang dihasilkan. yang tersedia lebih banyak daripada Jomblang.
Berdasarkan pengamatan, ukuran dimensi Sedangkan Jatisari paling sedikit diantara kedua
saluran drainase di Kuningan, Jomblang dan wilayah tersebut. Semakin rendah tingkat
Jatisari sama. kepadatan pemukiman, semakin kecil jumlah
angkutan umum yang tersedia. Dan semakin
Pada kelurahan Kuningan, sistem drainase buruk tinggi tingkat kepadatan pemukiman, angkutan
karena perilaku masyarakat, tingkat pendidikan umum yang tersedia semakin banyak. Faktor
yang rendah dan banyaknya golongan ekonomi karak-teristik cukup berperan dalam
lemah, dibandingkan dengan Jatisari yang ketersediaan infrastruktur, Ada beberapa faktor
kondisi drainase baik. Semakin tinggi kepadatan yang mempengaruhi ketersediaan angkutan
suatu daerah, kondisi saluran ada cenderung umum pada suatu pemukiman, diantaranya
semakin buruk. tingkat kepemilikan kendaraan pribadi,
frekuensi pergerakan, moda bepergian, dimana
Sanitasi keti-ganya saling berhubungan. Tetapi faktor
diluar karakteristik rumah tangga justru lebih
Berdasarkan indikator ketersediaan jamban berpengaruh, yaitu jarak dari pusat kota,
rumah tangga dan septictank, Ada keterkaitan keberadaan jalan utama, dan tingkat kepadatan
antara kondisi sosial ekonomi dengan suatu pemukiman.
ketersediaan sanitasi, dan cukup berperan.
Rekomendasi urbanizing world, Faber and Faber,
London, 1966
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah Besset, Keith and Short, John., Housing and
dilakukan ini maka dapat diberikan beberapa Residential Structure, Routledge and
rekomendasi sebagai berikut : Keaben Paul, London, 1980
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan Burgess, e. w., The growth of the City, in R. E.
dalam memperhatikan ketersediaan Park; E. W. Burgess and R. D.
infrastruktur sejak awal khususnya daerah McKenzie (eds), The City, University
yang kepadatannya masih rendah sebagai of Chicago Press, Chicago, 1925
calon daerah berkembang. Sedangkan Carter, H., The Study of Urban Geography,
untuk daerah dengan kepadatan sedang dan Edward Arnold, London, 1975
tinggi, ketersediaan infrastruktur perlu Chapin, F. S., Urban Land Use and Planning,
dibenahi dan ditingkatkan lagi mengingat University of Illinois, Urban, 1965
sangat dimungkinkan daerah tersebut akan Doxiadis, Constantinos A., EKISTIC ; An
terus bertambah padat. Introduction to the science of human
2. Untuk ketersediaan air bersih, PDAM settlement, Hutchinson, London, 1971
sebagai penyedia tunggal pelayanannya, Harris, C. D. and Ullmann, E. L., The Naturs of
seharusnya meningkatkan kualitas pela- Cities, in the Ann. Am. Acad. Pol. Sci.
yanan dalam peningkatan jumlah air bersih, 7, p. 242, 1945
memperluas zona layanan, dan menambah Hurd, R. M., Principles of City Land Values,
jaringan pipa tanpa memperhatikan The Record and Guide, New York,
topografi dan geografis tanah suatu 1924
pemukiman. Kuswartoyo, Tjuk, dkk., Perumahan dan
3. Untuk persampahan, pengelola harus Pemukirnan di Indonesia, Penerbit ITB,
memperhatikan manajemen pengelolaan Bandung, 2005 .
sampah, terutama frekuensi pengangkutan Law, Setha M and Chambers, Erve., Housing,
sampah rumah tangga. Culture and Design, University
4. Untuk drainase, perlu kesadaran dari Pensylvinia Press, Philadelphia, 1989
penduduk sebagai penghuni daerahnya Logan, John R & Molotch, Harvey L., Urban
sendiri untuk menjaga dan mengkontrol Fortune, University of California Press,
saluran air pemukiman agar tetap lancar. Barkley, Los Angeles, 1987
Dan instansi yang terkait tetap melakukan McKenzi., The Ecological Approach to the Study
pemeliharaan dan mencari solusi terhadap of Human Community, in R.E.Park; E.
daerah yang rawan banjir. W. Burgess and R. D. McKenzie (eds),
5. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan The City University of Chicago Press,
bahan pendukung dalam bidang trans- Chicago, 1925
porttasi. Dari penelitian ini diketahui Rappoport, Amos., House Form and Culture,
tingginya pergerakan penduduk dan Englewood Clive, Prentice Hall, New
cenderung menggunakan kendaraan pribadi York, 1969
dalam melakukan perjalanan. Sehingga Shevky, E. and Bell, W., Social Area Analysis,
perlu perencanaan jaringan jalan sebelum Stanford University Press, Stanford,
suatu pemukiman itu ada, dan 1955
memperhatikan kondisi jaringan jalan, Turner, J., Housing Priorities, Settlement
mengingat kondisi yang semakin buruk jika Patterns and Urban Development in
pemukiman tersebut bertambah padat. Modernizing Countries, in Journal of the
6. Untuk ketersediaan angkutan umum, perlu American Institute of Planners, Vol.
adanya koordinasi dan perencanaan yang 34, pp. 354 -363, 1968
lebih baik dengan adanya penambahan Yunus, Hari S., Struktur Tata Ruang Kota,
trayek pada wilayah pemukiman yang jauh Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta,
dari pusat kota tetapi pergerakan 2005
penduduknya tinggi. Sinulingga, Budi S., Pembangunan Kota :
Tinjauan Regional dan Lokal, Pustaka
Sinar Harapan, 2005
DAFTAR PUSTAKA Kodoatie, Robert J., Manajemen dan Rekayasa
Infrastruktur, Pustaka Pelajar,
Abrams, Charles., Housing in the Modern World Yogyakarta, 2003
: Man’s Struggle for shleter in
Surakhmad, Winarno., Pengantar Penelitian
Ilmiah : Dasar Metode Teknik, Tarsito,
Bandung, 1980
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, 2005
ANALISA KARAKTERISTIK PERGERAKAN KE KAWASAN INDUSTRI ROKOK
DI KABUPATEN KUDUS (STUDI KASUS KAWASAN MEGAWON
KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS)1

Sutomo2, Bambang Riyanto3, Ismiyati4

ABSTRACT

The development of activity centers located in Kudus makes the town the most frequently visited area
for that kind of activities. The residents of areas around Kudus work in the town because Kudus is an
industrial and trade center. The number of people visiting and work in the town then causes the
occurrence of settlement regions in Kudus. Amongst the types of industry that grow in Kudus are
rattan manufacture, wood-made furniture, the industry of sack production, industries in the field of
electronics such as the manufactures of active speakers, television, television tube, radio, tape-recorder,
paper industry and printing, textile and cigarette industries.

One of the industries that become the main icon of Kudus is cigarette industry, even the huge range of
the industry in the town emerge a popular slogan of “Kudus Kota Kretek” or “Kudus the Cigarette
Town.” It is understandable since the industry of cigarette is considerably huge. It is noted that from
this cigarette industry, as many of 100.000 work forces have been employed in the industry that spread
in many factories and braks throughout the region. The braks here refer to places in which the
cigarettes are produced manually using human capital. The activities in the braks are the processes of
rolling the cigarettes, cutting the tip of tobacco so that will be neater and packing the cigarettes.
Currently, the biggest cigarette industry is PT. Djarum with total number of work forces more than
50,000 men which are distributed in lots of braks region throughout Kudus. The entire braks owned by
PT. Djarum is 25 with production capacities approximately 58,000,000 cigarettes per day.

One of the braks of PT. Djarum located in Megawon has the biggest number of employees. The
Megawon region that is situated in the subdistrict of Jati, Kudus is one of the regions that become the
location of cigarette brak of PT. Djarum. The brak in the Megawon region itself has 8000 employees
with production capacity of 9,000,000 cigarettes a day.

The problem in this research is how the trip attraction habit pattern to the Megawon region in the Jati
subdistrict, Kudus, considering the number of work forces that mobile to the region is high enough. It
is also that the Megawon is a settlement region, so that it needs an identification of trip attraction habit
pattern in the region. It is hoped, therefore, that the identification will provide an advantage to increase
the development and arrangement of the region in Megawon, Kudus as well as the need of means and
infrastructure of transportation.

The administrative area of Kudus regency constitute of areas as large of 42,515,664 hectare that
administratively consists of 9 subdistricts, 124 villages, and 7 sub-subdistricts. The town is situated on
the regional transportation lane of Semarang-Kudus-Surabaya, Jepara-Kudus-Surakarta.15

1. PILAR Volume 18, Nomor 1, April 2008: Halaman 115 - 120


15 2. Dinas SETDA Kab. Kudus
Jl. Simpang Tujuh No.1 Kudus
3.4 Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam wuruk No.5 Semarang
PENDAHULUAN di lokasi yang cukup jauh, misalnya
Kecamatan Undaan dan Kecamatan Gebog.
Salah satu industri yang menjadi ikon utama
Kemudian mengusahakan adanya perkem-
di Kota Kudus adalah industri rokok, bahkan
bangan kawasan perumahan untuk pemu-
karena begitu besarnya industri rokok di
kiman untuk tenaga kerja sehingga mereka
Kudus sampai ada slogan yang menyatakan
dapat mempunyai rumah yang lebih dekat
“Kudus Kota Kretek”. Industri rokok yang
dengan Kawasan Megawon dan diharapkan
terbesar saat ini adalah Djarum dengan jumlah
dapat mengurangi biaya transportasi yang
tenaga kerja lebih dari 50.000 orang yang
disebabkan oleh pergantian moda anggutan
terbesar di 25 brak dengan kapasitas produksi
yang lebih dari 1 (satu) kali
mencapai 58.000.000 batang per hari. Jumlah
tenaga kerja terbanyak berada di Kawasan
Megawon yang menampung sekitar 8.000 TINJAUAN PUSTAKA TATA GUNA
tenaga kerja dengan kapasitas sekitar LAHAN
9.000.000 batang perhari.
Jumlah dan pola perjalanan yang terjadi dalam
Permasalahan dalam penulisan penelitian ini kota atau dapat disebut dengan pola bangkitan
adalah bagaimana pola perilaku pergerakan ke dan tarikan perjalanan tergantung pada dua
aspek tata guna lahan :
Kawasan Megawon Kecamatan Jati Kabu- a. Jenis tata guna lahan (jenis penggunaan
paten Kudus, mengingat jumlah tenaga kerja lahan).
yang melakukan perjalanan ke kawasan ter- b. Jumlah aktifitas (dan intensitas) pada tata
sebut cukup tinggi. guna lahan tersebut.

Analisa Regresi Berganda dilakukan untuk Pergerakan penduduk untuk mencapai satu
menguji atau mengetahui hubungan yang kuat tempat tujuan tertentu melahirkan apa yang
antara tenaga kerja yang digunakan sebagai disebut sebagai perjalanan. Karakteristik per-
variabel tidak bebas dengan dua atau lebih jalanan penduduk yang dihasilkan tentu akan
faktor-faktor yang mempunyai hubungan berbeda satu sama lain, tergantung dari tujuan
paling kuat dengan jumlah tenaga kerja pada perjalanan itu sendiri.
setiap analisa regresi tunggal yang kemudian Berbagai karakteristik perjalanan yang terjadi
dipakai sebagai variabel bebas. (dikenal dengan lalu lintas) sebenarnya
merupakan fungsi dari (Bruton, 1985) :
Dari hasil penelitian ini ada beberapa faktor 1. Pola dan perkembangan guna lahan kota.
yang merupakan karakteristik tenaga kerja 2. Karakteristik sosial ekonomi pelaku
yang dapat menyebabkan tarikan perjalanan perjalanan.
ke Kawasan Megawon. 3. Sifat dan kemampuan sistem perangkutan
yang ada.
Moda angkutan umum adalah moda yang
paling banyak digunakan oleh tenaga kerja di BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN
Kawasan Megawon, yaitu sebanyak 67,18 %.
Adanya tenaga kerja yang bertempat tinggal di Bangkitan dan tarikan lalu lintas tersebut
lokasi yang belum terlayani membuat mereka tergantung pada dua aspek tata guna lahan :
dalam sekali perjalanan dapat berganti moda ƒ Jenis tata guna lahan
angkutan sebanyak 2 (dua) kali. Jarak tempat ƒ Jumlah aktifitas (dan intensitas) pada tata
tinggal tenaga kerja dengan Kawasan guna lahan tersebut
Megawon sebagian besar adalah berjarak 3
km sampai dengan 5 km. Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemu-
kiman, pendidikan dan komersial) mempunyai
Berdasarkan hasil analisa, maka diperlukan ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda :
peningkatan saran dan prasarana di Kawasan ƒ Jumlah arus lalu lintas
Megawon dengan cara penataan rute untuk ƒ Jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk atau
melayani tenaga kerja yang bertempat tinggal mobil)
ƒ Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor ƒ 1 ha perkantoran menghasilkan 700 per-
menghasilkan arus lalu lintas pada pagi gerakan kendaraan per hari
dan sore hari, pertokoan menghasilkan ƒ 1 ha tempat parkir umum menghasilkan
arus lalu lintas di sepanjang hari) 12 pergerakan kendaraan per hari

Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan Bangkitan perjalanan bukan saja beragam
oleh setiap tata guna lahan merupakan hasil dalam jenis tata guna lahan, tetapi juga tingkat
dari fungsi parameter sosial dan ekonomi ; aktifitasnya. Semakin tinggi tingkat penggu-
seperti contoh di Amerika Serikat (Black, naan sebidang tanah, semakin tinggi perge-
1978). rakan arus lalu lintas yang dihasilkannya.
ƒ 1 ha perumahan menghasilkan 60-70 per- Salah satu ukuran intensitas aktifitas sebidang
gerakan kendaraan per minggu tanah adalah kepadatannya

. METODOLOGI PENELITIAN

Pola Perilaku Pergerakan Ke Kawasan Industri


( Studi kasus Kawasan Megawon Kudus)

Observasi Lapangan Studi Pustaka

Rancangan Sampling

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


- Penghasilan keluarga
- Siteplan Kawasan Megawon
- Asal/alamat/status tempat tinggal
- Tata Guna lahan Kawasan Megawon
- Jenis kelamin, umur,anggota keluarga
- Jumlah Tenaga kerja
- Kepemilikan kendaraan,moda yang
- Jumlah kapasitas produksi rokok
digunakan
- Trayek angkutan umum
- Jumlah pergerakan ,maksud perjalanan
- Jumlah/ jenis armada per trayek
- Status dalam keluarga

Analisa Data

Identifikasi Pola Pergerakan

Pola Perilaku Pergerakan ke Kawasan Industri Rokok Kawasan


Megawon Kota Kudus

Kesimpulan dan Rekomendasi

PENDEKATAN PENELITIAN pergerakan perjalanan ke Kawasan


Megawon Kabupaten Kudus. Yang
merupakan perjalanan dari rumah atau
Penulisan tugas akhir ini lebih dititik
pemukiman ke kawasan industri.
beratkan pada pengidentifikasian pola
Dengan demikian karakter pergerakan
tersebut adalah pergerakan yang ber- Permasalahan
basis rumah untuk kepentingan bekerja
ke brak rokok di Kawasan Megawon. Melihat perkembangan Kota Kudus
yang semakin pesat, khususnya perkem-
Pola perilaku pergerakan bisa didapat bangan pada Kawasan Megawon yang
melalui survei wawancara rumah tang- menjadi magnet untuk menarik orang-
ga, survei wawancara di tepi jalan, orang ( sekitar lebih dari 8000 tenaga
survei angkutan barang dan survei kerja) melakukan perjalanan ke sana
angkutan umum. Tamin OZ (2000). karena ada industri rokok, maka penulis
Dalam survei wawancara tersebut, bebe- bermaksud untuk menganalisa bagai-
rapa informasi berikut sangat dibu- manakah pola perilaku pergerakan yang
tuhkan yaitu, usia dan jenis kelamin, ada pada Kawasan Megawon Kudus.
pekerjaan, pendapatan, pemilikan
kendaraan, dan intesitas pergerakan, di
mana hal-hal tersebut akan dibuat Observasi Lapangan
prioritasnya sehingga lebih jelas.
Informasi lainnya yang juga bisa ditan- Observasi lapangan ini dilakukan di
yakan dalam pengidentifikasian karak- lokasi studi yaitu kawasan Megawon
teristik perjalanan , misalnya jenis tata .Sebagai tempat lokasi studi secara khu-
guna lahan waktu berangkat dan tiba, sus adalah pada brak rokok PT.Djarum
tujuan pergerakan, dan moda trans- untuk mendapatkan pengetahuan gam-
portasi yang digunakan. Pengambilan baran umum tentang kondisi lapangan.
sample 100% sangatlah tidak mungkin Pada kegiatan akan dilakukan hal-hal
karena membutuhkan biaya yang sangat sebagai berikut :
besar, tenaga yang sangat banyak ,dan 1. Pengamatan visual terhadap
waktu proses yang sangat lama. situasi yang akan diteliti.
2. Wawancara dengan sumber
.
Variabel-variabel yang dianggap mem-
Melalui observasi lapangan ini diperoleh
pengaruhi atau penentu tarikan perja-
data-data yang diperlukan untuk men-
lanan ke Kawasan brak rokok Megawon
dapat informasi atau keterangan tentang
beserta batasan-batasannya adalah
daerah penelitian serta jumlah tenaga
sebagai berikut :
kerja atau populasinya
¾ Tujuan Perjalanan
¾ Tempat Tinggal
Rancangan Sampling
¾ Pemilihan Moda
¾ Kepemilikan Kendaraan
Langkah selanjutnya yang akan dilaku-
¾ Periode Lama Kunjungan
kan adalah penentuan rancangan samp-
¾ Status Sosial
ling, hal ini dilakukan untuk mencari
¾ Tingkat Pendapatan per bulan
jumlah sample yang digunakan pada
¾ Jumlah Lalu Lintas
penelitian pola perilaku pergerakan ke
¾ Jumlah Tenaga Kerja
Kwasan Megawon. Untuk menentukan
jumlah sample, digunakan metode atau
ALUR PIKIR METODOLOGI
cara Krecjie. Dikarenakan metode ini
PEMECAHAN MASALAH
adalah metode yang paling praktis tetapi
dengan tingkat kepercayaan 95 % yang
Alur pemikiran metodologi pada pene- berarti sampling error yang terjadi tidak
litian pola perilaku pergerakan ke lebih dari 5 % dari data yang ada.
Kawasan industri yang mengambil lo-
kasi studi Kawasan Megawon Kudus Pengumpulan Data
dengan pengambilan sample pada brak
rokok PT.Djarum adalah sebagai Pengumpulan data merupakan langkah
berikut : selanjutnya setelah tahap persiapan
dalam penelitian pola perilaku perge-
rakan ke Kawasan Megawon Kabupaten tarikan perjalanan Kawasan Megawon.
Kudus Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
1. Data Primer dapat disimpulkan sebagai berikut;
2. Data Sekunder 1. Moda angkutan umum adalah
3. Rekapitulasi Data moda yang paling banyak
4. Analisa Data digunakan oleh tenaga kerja
5. Identifikasi Karakteristik Kawasan Megawon, yaitu se-
6. Kesimpulan dan Saran banyak 67,18 %. Adanya
tenaga kerja yang bertempat
tinggal di lokasi yang belurn
LINGKUP DAERAH PENELITIAN terlayani oleh angkutan umum,
membuat mereka dalam sekali
Lokasi studi secara umum di Kecamatan perjalanan dapat berganti
Jati, Kabupaten Kudus Propinsi Jawa moda angkutan sebanyak 2
Tengah dan secara khusus di Kawasan (dua) kali yaitu sebesar 37,40
Megawon yaitu pada brak rokok %. Untuk tenaga kerja yang
PT.Djarum Kudus seperti itu mereka bclurn bisa
meminimalkan biaya pengelu-
TEKNIK ANALISIS DATA aran untuk transportasi tiap
OUTPUT bulannya.
2. Jarak tempat tinggal tenaga
kerja dengan Kawasan Mega-
Kabupaten Kudus merupakan wilayah
won sebagian besar adalah
seluas 42.515,644 hemtar , yang secara
berjarak antara 3 Km sampai
administrative terdiri dari 9 kecamatan,
dengan 5 Km yaitu 25, 64 %
124 desa dan 9 Kelurahan.
dengan status rumah pada
umumnya adalah rumah pri-
TENAGA KERJA PADA
badi sebanyak 64,61 %.
PERUSAHAAN ROKOK DJARUM
Sedangkan untuk prosentase
tipe rumah tinggal kos-kosan,
PERHITUNGAN JUMLAH
kontrak, mess dan lainnya
SAMPEL
adalah sebesar 35,39 % hal
ini menunjukan bahwa sebe-
Dengan data jumlah tenaga kerja yang
narnya tenaga kerja masih
didapat dari Kantor HRD PT.Djarum
banyak yang belum memiliki
sebagai populasi, maka dapat diperoleh
rumah pribadi. Dan mereka
jumlah data yang diperlukan agar dapat
pada umumnya mencari tem-
memenuhi jumlah minimal data yang
pat tinggal yang dekat dengan
mencukupi dan memenuhi persyaratan.
lokasi Kawasan Megawon
Metode yang dipakai untuk penentuan
supaya dapat meminimalkan
jumlah sampel yang diperlukan adalah
biaya pengeluaran untuk
dengan Cara Metode Krecjie dengan
transportasi.
menetapkan tingkat kepercayaan (level
of confidence) sebesar 95% yang berarti
REKOMENDASI
sampling error yang terjadi tidak lebih
dari 5% dari data yang ada.
Berdasarkani hasil analisa, maka
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
KESIMPULANDAN
1. Peningkatan sarana dan pra-
REKOMENDASI
sarana di Kawasan Megawon,
misalnya dengan penataan rute
KESIMPULAN untuk melayani tenaga kerja
yang bertempat tinggal di
Dari hasil analisa statistik ada beberapa lokasi yang, cukup jauh misal-
faktor yang merupakan karakteristik nva Kecamatan Undaan dan
tenaga kerja yang dapat menyebabkan Kecamatan Gebog. Selain
dapat melayani terhadap para K. Hainim), Penerbit Erlangga
tenaga kerja, juga diharapkan Jakarta.
dapat lebih meminimalisir Nasution, H.M.N (1998) Manajemen
pengeluaran biaya transportasi Transportasi, Ghalia Indonesia
untuh para tenaga kerja. Jakarta
2. Mengusahakan adanya pen- Salim, H.a Abbas, (2002), Manajeman
gembangan kawasan peruma- Transportasi PT. Raja Grafindo
han, atau permukiman untuk Persada, Jakarta
tenaga kerja sehingga mereka Sugiyono (2002), Statiska Untuk
dapat mempunyai rumah atau Penelitian. CV. Alfabetha
tempat tinggal yang lebih Bandung.
dekat dengan Kawasan Swastono S, (2000), Tarikan Perjalanan
Megawon sehingga diharap- Kekampus Perguruan Tinggi
kan dapat mengurangi biaya (Studi Kasus Kampus UGM)
transportasi terutama dise- Dalam Forum Studi
babkan oleh pergantian moda Transportasi Antar Perguruan
angkutan yang lebih dari l Tinggi Prosiding Simposium III
(satu) kali. Yogyakarta Universitas Gajah
Mada
Tamin O.Z (2003) Perencanaan Dan
KEPUSTAKAAN Permodelan Transportasi
Penerbit ITB Bandung.
Warpani, Suwardjoko (1990).
Black, John, (1985) Urban Transport
Merencanakan Sistem
Planinng, Croom Helm,
Perangkutan Penerbit. ITB
London
Bandung.
Bruton, Michael J. ; Introduction to
Wells, G.R.(1969) Traffic Engineering
Transportation Planning and
an Introduction, Grifin, London
Co. Ltd; London
Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat,(1995), Menuju Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan
Yang Tertib, PT.Zaiyan
Putra/Putra Perdana Desain
,Jakarta
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
(2002), Kebijakan Pengelolaan
Jaringan Transportasi Jalan,
Bandung.
Masrianto (2004) Tesis Analisa
Karakteristik Tarikan
Perjalanan Pengunjung Obyek
Pariwisata (studi kasus: Obyek
Pariwisata Situs Ratu Boko
Yogyakarta)
Miro, Fidel,(1997) Sistem Transportasi
Kota: Teori Dan Konsep Dasar.
Penerbit Tarsito Bandung.
Miro, Fidel, (2005), Perencanaan
Transportasi, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Morlok, edward K, (1998), Pengantar
Teknik Dan Perencanaan
Transportasi (Terjemahan Johan
.

You might also like