Professional Documents
Culture Documents
The Ugly Duckling Bebek Buruk Rupa
The Ugly Duckling Bebek Buruk Rupa
Soon, six small, beautiful, yellow ducklings and one big, gray duckling came out of the eggs.
Tak lama, enam anak bebek kecil dan lucu, dan satu anak bebek abu-abu besar keluar dari
telur-telur tersebut.
The gray duckling had big eyes, and was ugly, but mother duck loved him.
Anak bebek abu-abu memiliki mata besar dan tampak buruk rupa, tapi Ibu Bebek
menyayanginya.
Sometimes the ugly duckling felt sad, because he did not look like any of his brothers and
they didn’t want to play with him.
Terkadang Si Bebek Buruk Rupa merasa sedih karena ia tak sama seperti saudara-
saudaranya, dan mereka tak mau bermain dengannya.
He didn’t ask the swans because he was shy. They had long necks and white feathers. They
were very beautiful.
Ia tak bertanya pada para angsa karena ia merasa malu. Mereka memiliki leher panjang dan
bulu putih. Mereka sangat cantik.
It was winter, so mother duck took her ducklings to the warm barn.
Musim dingin tiba, Ibu Bebek membawa anak-anaknya ke dalam lumbung yang hangat.
The ugly duckling couldn’t wait to go to the pond again. He wanted to see the beautiful
swans.
Si Bebek Buruk Rupa tak sabar ingin ke kolam lagi. Ia ingin melihat para angsa yang cantik.
Soon it was spring again, and the ugly duckling ran to the pond.
Tak lama kemudian, musim semi dating kembali, dan Si Bebek Buruk Rupa lari ke kolam.
Kau lihat, ia bukanlah bebek buruk rupa lagi – ia menjadi angsa yang cantik!
“We’re swans like you!” they said. “We are happy to meet you.”
“Kami semua angsa sepertimu!” kata mereka. “Kami senang berkenalan denganmu.”
The young swan smiled – he rustled his feathers, curved his slender neck, and cried joyfully,
“I never dreamed of this, I am so happy!”