Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi
Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi
1, Februari
2012
ABSTRACT
Pain is the most common reason for people to seek health care
and is one of the most common complaint of patients after a surgery. To
cope with pain, pain management is needed that includes non-
pharmacological and pharmacological management. Hand grip relaxation
technique is one of non-pharmacological techniques to emotions which
can cause pain increase for the post laparotomy patients. The aim of this
study is to find out the influence of hand grip Relaxation Technique to
Decrease pain Intensity of Post Laparatomy Patients in PKU
Muhammadiyah Gombong Hospital.This research method is a Quasi-
experiment with the pre test-post test approach with control group
design. The study was conducted in PKU Muhammadiyah Gombong
Hospital with 34 respondents using purposive sampling based on
inclusion and exclusion criteria.
The paired t-test shows that mean pain intensity in the
experimental group pre-test = 6.64 and the mean postoperative pain
intensity of the test = 4.88. While the mean pain intensity in the control
group pre test = 6.58 and the mean postoperative pain intensity test =
6.47. The average difference of pre and post test in the experimental
group =1.764, whereas the average difference of the pre and post test in
the control group = 0.117. Based on independent t-test results, it was
obtained significance (p), with p-value = 0.000, where the value (p <0.05),
meaning that there is an influence of hand grip Relaxation Technique to
Decrease pain Intensity of Post Laparatomy Patients in PKU
Muhammadiyah Gombong Hospital.
1
aktual atau potensial atau yang menjadi pengalaman yang
dirasakan dalam kejadian- kurang menyenangkan akibat
kejadian dimana terjadi pengelolaan nyeri yang tidak
kerusakan” (IASP, 1979). Nyeri adekuat (Zulaik, 2008). Tingkat
dapat merupakan faktor utama dan keparahan nyeri pasca
yang menghambat kemampuan operatif tergantung pada
dan keinginan individu untuk fisiologis dan psikologis individu
pulih dari suatu penyakit (Potter dan toleransi yang ditimbulkan
& Perry, 2005). nyeri (Brunner & Suddart, 2002).
Nyeri merupakan salah Perawat berperan dalam
satu keluhan tersering pada mengidentifikasi kebutuhan-
pasien setelah mengalami suatu kebutuhan pasien dan
tindakan pembedahan. membantu serta menolong
Pembedahan merupakan suatu pasien dalam memenuhi
peristiwa yang bersifat bifasik kebutuhan tersebut termasuk
terhadap tubuh manusia yang dalam manajemen nyeri
berimplikasi pada pengelolaan (Lawrence, 2002). Menurut
nyeri. Lama waktu pemulihan Simpson (2001), keahlian
pasien post operasi normalnya perawat dalam berbagai strategi
terjadi hanya dalam satu sampai penanganan rasa nyeri adalah
dua jam (Potter & Perry, 2005). hal yang sangat penting, tapi
Pemulihan pasien post operasi tidak semua perawat meyakini
membutuhkan waktu rata-rata atau menggunakan pendekatan
72,45 menit, sehingga pasien non farmakologis untuk
akan merasakan nyeri yang menghilangkan rasa nyeri ketika
hebat rata-rata pada dua jam merawat pasien post operasi
pertama sesudah operasi karena karena kurangnya pengenalan
pengaruh obat anastesi sudah teknik non farmakologis, maka
hilang, dan pasien sudah keluar perawat harus mengembangkan
dari kamar sadar (Mulyono, keahlian dalam berbagai strategi
2008). dalam penanganan rasa nyeri.
Pasca pembedahan (pasca Manajemen nyeri
operasi) pasien merasakan nyeri merupakan salah satu cara yang
hebat dan 75% penderita digunakan dibidang kesehatan
mempunyai pengalaman yang untuk mengatasi nyeri yang
kurang menyenangkan akibat dialami oleh pasien. Manajemen
pengelolaan nyeri yang tidak nyeri yang tepat haruslah
adekuat. (Sutanto, 2004 cit mencakup penanganan secara
Novarizki, 2009). Hal tersebut keseluruhan, tidak hanya
merupakan stressor bagi pasien terbatas pada pendekatan
dan akan menambah kecemasan farmakologi saja, karena nyeri
serta keteganggan yang berarti juga dipengaruhi oleh emosi dan
pula menambah rasa nyeri tanggapan individu terhadap
karena rasa nyeri menjadi pusat dirinya. Secara garis besar ada
perhatiannya. Bila pasien dua manajemen untuk
mengeluh nyeri maka hanya mengatasi nyeri yaitu
satu yang mereka inginkan yaitu manajemen farmakologi dan
mengurangi rasa nyeri. Hal itu manajemen non farmakologi.
wajar, karena nyeri dapat
Teknik farmakologi adalah mencakup latihan pernafasan
cara yang paling efektif untuk diafragma, teknik relaksasi
menghilangkan nyeri terutama progresif, guided imagery, dan
untuk nyeri yang sangat hebat meditasi, beberapa penelitian
yang berlangsung selama telah menunjukkan bahwa
berjam-jam atau bahkan relaksasi nafas dalam sangat
berhari-hari (Smeltzer and Bare, efektif dalam menurunkan nyeri
2002). Pemberian analgesik pasca operasi (Brunner &
biasanya dilakukan untuk Suddart, 2001).
mengurangi nyeri. Selain itu, Beberapa penelitian, telah
untuk mengurangi nyeri menunjukkan bahwa relaksasi
umumnya dilakukan dengan efektif dalam menurunkan nyeri
memakai obat tidur. Namun pascaoperasi. Ini mungkin
pemakaian yang berlebihan karena relatif kecilnya peran
membawa efek samping otot-otot skeletal dalam nyeri
kecanduan, bila overdosis dapat pasca-operatif atau kebutuhan
membahayakan pemakainya pasien untuk melakukan teknik
(Coates, 2001). Pemberian relaksasi tersebut agar efektif.
analgesik dan pemberian Periode relaksasi yang teratur
narkotik untuk menghilangkan dapat membantu untuk
nyeri tidak terlalu dianjurkan melawan keletihan dan
karena dapat mengaburkan ketegangan otot yang terjadi
diagnosa (Sjamsuhidayat, 2002). dengan nyeri kronis dan yang
Metode pereda nyeri non meningkatkan nyeri (Smeltzer
farmakologis biasanya and Bare, 2002). Demikian juga
mempunyai resiko yang sangat penelitian yang dilakukan oleh
rendah. Meskipun tindakan Jacobson dan Wolpe
tersebut bukan merupakan menunjukkan bahwa relaksasi
pengganti untuk obat–obatan, dapat mengurangi ketegangan
tindakan tesebut mugkin dan kecemasan (Wallace, 1971.
diperlukan atau sesuai untuk Beech dkk, 1982). Relaksasi
mempersingkat episode nyeri merupakan kebebasan mental
yang berlangsung hanya dan fisik dari ketegangan dan
beberapa detik atau menit stress, karena dapat mengubah
(Smeltzer and Bare, 2002). persepsi kognitif dan motivasi
Teknik relaksasi merupakan afektif pasien. Teknik relaksasi
salah satu metode manajemen membuat pasien dapat
nyeri non farmakologi dalam mengontrol diri ketika terjadi
strategi penanggulangan nyeri, rasa tidak nyaman atau nyeri,
disamping metode TENS stress fisik dan emosi pada nyeri
(Transcutaneons Electric Nerve (Potter & Perry, 2005).
Stimulation), biofeedack, plasebo Berbagai macam bentuk
dan distraksi. Manajemen nyeri relaksasi yang sudah ada adalah
dengan melakukan teknik relaksasi otot, relaksasi
relaksasi merupakan tindakan kesadaran indera, relaksasi
eksternal yang mempengaruhi meditasi, yoga dan relaksasi
respon internal individu hipnosa (Utami, 1993). Dari
terhadap nyeri. Manajemen nyeri bentuk relaksasi di atas belum
dengan tindakan relaksasi pernah dimunculkan kajian
tentang teknik relaksasi kontrol dan kelompok
genggam jari. Relaksasi genggam eksperimen dilakukan
jari adalah sebuah teknik berdasarkan acak atau random.
relaksasi yang sangat sederhana Kemudian dilakukan pretest
dan mudah dilakukan oleh pada kedua kelompok tersebut,
siapapun yang berhubungan dan diikuti intervensi (X) pada
dengan jari tangan serta aliran kelompok eksperimen. Setelah
energi di dalam tubuh kita. beberapa waktu dilakukan
Teknik genggam jari disebut juga postest pada kedua kelompok
finger hold (Liana,2008 ). tersebut (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan data rekam Populasi dalam penelitian ini
medik RSU PKU Muhmmadiyah adalah semua pasien rawat inap
Gombong pada tanggal 16 RSU PKU Muhammadiyah
Agustus 2010, dalam 1 tahun Gombong yang telah menjalani
terakhir RS PKU Muhammadiyah post operasi laparatomi. Jumlah
Gombong telah menangani 168 populasi pasien laparatomi
kasus bedah laparatomi. Dari dalam 1 tahun terakhir adalah
hasil wawancara dengan 5 berjumlah 168 orang.
pasien post operasi, mereka Sampel merupakan bagian
mengatakan mulai merasakan populasi yang akan diteliti atau
nyeri antara 3-4 jam pasca sebagian jumlah atau
pembedahan dan nyeri akan karakteristik yang dimiliki oleh
berkurang dengan pemberian populasi (Aziz, 2007).
obat analgetik. Selain itu, Pengambilan sampel
perawat diruangan juga menggunakan Purposive
mengajarkan teknik nafas dalam Sampling yaitu suatu teknik
untuk mengurangi nyeri pasien, penetapan sampel dengan cara
tetapi cara yang diajarkan masih memilih sampel diantara
sangat sederhana dan pasien populasi sesuai yang
masih tetap mengeluhkan dikehendaki peneliti, sehingga
nyerinya. Berdasarkan latar sampel tersebut dapat mewakili
belakang diatas penulis tertarik karakteristik populasi yang telah
untuk mengambil judul dikenal sebelumnya (Nursalam,
“Pengaruh Teknik Relaksasi 2001). Dalam menentukan
Genggam Jari Terhadap sampel, apabila populasinya
Penurunan Intensitas Nyeri pada berjumlah lebih dari 100 maka
Pasien Post Operasi Laparatomi sebaiknya diambil antar 10 – 15
di RS PKU Muhammadiyah % atau 20 – 25 % (Arikunto,
Gombong”. 2006). Dan jika populasinya
kurang dari 100 maka jumlah
METODE PENELITIAN sampelnya adalah seluruh dari
Penelitian ini menggunakan jumlah populasi (Arikunto,
metode Quasi-Experiment dengan 2006). Sampel yang akan
rancangan pretest-posttest with digunakan dalam penelitian ini
control group design. Rancangan adalah 20% dari jumlah populasi
pretest-posttest with control group yaitu:
design yaitu pengelompokkan Rumus :
anggota-anggota kelompok
20% X ∑ populasi
20% X 168 = 33.6 dibulatkan 34
Jadi peneliti akan menggunakan 17 responden kelompok
eksperimen dan 17 responden kelompok kontrol dalam 3 bulan.
Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :
a. Kriteria Inkulsi
1) Umur 15 - 50 tahun
2) Pasien post operasi laparatomi hari ke-1
3) Pasien mendapatkan terapi analgetik yang sama
4) 7-8 jam setelah pemberian analgetik
5) Pasien sadar
6) Pasien bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien post operasi laparatomi yang masuk ICU
2) Pasien tidak kooperatif
atau
keterangan :
t : t hitung
: rata-ratan dari beda antara nilai pre test dengan post test
: simpangan baku dari
: banyaknya sampel
Selanjutnya hasil t hitung membandingkan antara
dibandingkan dengan t tabel, kelompok eksperimen dan
tabel t yang digunakan dengan kelompok kontrol menggunakan
derajat bebas (df = db = dk) = n – t-test independent adalah
1. Apabila t hitung > t tabel, digunakan untuk mengetahui
maka Ho ditolak, dan menerima perbedaan nilai rata-rata antara
Ha artinya ada beda secara satu kelompok dengan kelompok
signifikan antara rata-rata pre yang lain, dimana satu kelompok
dan post (Riwidikdo, 2008) dengan kelompok yang lain tidak
Sedangkan untuk saling berhubungan.
Rumus :
Keterangan :
Uji Varians F : Hipotesisnya, Ho : tidak ada beda varians.
Uji t : hipotesisnya, Ho : tidak ada beda rata-rata antar
kelompok (Riwidikdo, 2008)
Intensitas Beda
Kelompok Mean SD t P
Nyeri Mean
Pre 6.64 0.492
Eksperimen 1.76 9.670 0.000
Post 4.88 0.600
Pre 6.58 0.507
Kontrol 0.11 1.461 0.163
Post 6.47 0.624
Berdasarkan uji statistik 9.670 dan p-value 0.000. Oleh
paired sample t-test, didapatkan karena t hitung > t tabel (9.670
hasil intensitas nyeri pre test > 1.75) dan p-value (0,000 <
pada kelompok eksperimen 0,05) maka H0 ditolak, artinya
menunjukkan mean = 6.64 dan ada perbedaan antara pre dan
pada post test menunjukkan post dengan perlakuan relaksasi
mean = 4.88. Sedangkan beda genggam jari terhadap
mean pre test dan post test penurunan intensitas nyeri pada
adalah 1.76 dengan t-hitung kelompok eksperimen di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah mengemukakan bahwa
Gombong. pemulihan waktu post operasi
Berdasarkan uji statistik membutuhkan waktu rata-rata
paired sample t-test pada 72,45 menit, sehingga pasien
kelompok kontrol, intensitas akan merasakan nyeri yang
nyeri pre test menunjukan mean hebat rata-rata pada dua jam
= 6.58 dan pada post test pertama setelah operasi karena
menunjukkan mean = 6.47. pengaruh obat anastesi sudah
Sedangkan beda mean pre test hilang.
dan post test adalah 0.11 dengan Intensitas nyeri post
t-hitung 1.461 dan p-value = test pada responden yang
0.163. Oleh karena t hitung > t dilakukan relaksasi genggam jari
tabel (1.852 > 1.75) dan p-value memiliki rata-rata (mean) 4.88
(0.163 < 0.05) maka Ho diterima, sedangkan post test pada
artinya tidak ada perbedaan kelompok kontrol memiliki rata-
antara pre dan post tanpa rata (mean) 6.47, sehingga
perlakuan relaksasi genggam jari tampak perbedaan intensitas
pada kelompok kontrol di nyeri antara kelompok
Rumah Sakit PKU eksperimen dan kelompok
Muhammadiyah Gombong. kontrol post test. Pada kelompok
Berdasarkan hasil penelitian, eksperimen telah diberikan
terlihat bahwa Intensitas nyeri perlakuan relaksasi genggam jari
pre test pada responden yang selama + 15 menit sehingga
dilakukan relaksasi genggam jari terdapat penurunan intensitas
(kelompok eksperimen) memiliki nyeri. Sesuai dengan Liana
rata-rata (mean) 6.64, sedangkan (2008) yang mengemukakan
pre test pada kelompok kontrol bahwa menggenggam jari sambil
memiliki rata-rata (mean) 6.58, menarik nafas dalam-dalam
yang berarti kedua kelompok (relaksasi) dapat mengurangi
tersebut memiliki hasil rata-rata dan menyembuhkan ketegangan
yang tidak jauh berbeda, fisik dan emosi, karena
dikarenakan pre test pada kedua genggaman jari akan
kelompok ini dilakukan pada menghangatkan titik-titik keluar
hari pertama (24 jam setelah dan masuknya energi pada
operasi), dimana dalam masa meredian (energi channel) yang
tersebut nyeri sudah mengalami terletak pada jari tangan kita.
penurunan sehingga tidak Titik-titik refleksi pada tangan
ditemukan nyeri yang berat dan akan memberikan rangsangan
sangat berat. Hal ini sesuai secara refleks (spontan) pada
dengan penelitian Ekstein (2006) saat genggaman. Rangsangan
tentang studi prospektif tersebut akan mengalirkan
intensitas nyeri dalam 24 jam semacam gelombang kejut atau
dan pemberian analgesia pada listrik menuju otak. Gelombang
pembedahan laparaskopi dan tersebut diterima otak dan
laparatomi, pada penelitian diproses dengan cepat, lalu
tersebut ditemui 0-4 jam post diteruskan menuju saraf pada
operasi kategori hebat dan organ tubuh yang mengalami
setelah 24 jam nyeri berkurang. gangguan, sehingga sumbatan di
Mulyono (2008) juga
jalur energi menjadi lancar nyeri. Hal ini dikarenakan pada
(Puwahang, 2011). hari pertama (24 jam setelah
Potter & Perry (2005) operasi), luka post operasi masih
menyatakan bahwa teknik dalam fase inflamasi dimana fase
relaksasi membuat pasien dapat inflamasi berlangsung sampai 5
mengontrol diri ketika terjadi hari pasca operasi dan pasien
rasa tidak nyaman atau nyeri, masih berada dalam kondisi
stress fisik dan emosi pada merasakan nyeri (artikel
nyeri. Relaksasi juga dapat kesehatan, 2009). Pasien yang
menurunkan kadar hormon tidak mendapatkan perlakuan
stres cortisol, menurunkan relaksasi genggam jari masih
sumber-sumber depresi dan berpusat pada rasa nyeri dan
kecemasan, sehingga nyeri dapat ketidaknyamanan terhadap nyeri
terkontrol dan fungsi tubuh yang dirasakan. Sehingga dalam
semakin membaik (Tarigan, waktu + 15 menit dilakukannya
2006). post test tanpa perlakuan
Pada kelompok kontrol, relaksasi genggam jari, nyeri
dapat diartikan bahwa tidak tersebut tidak mengalami
terjadi penurunan intensitas penurunan.