Strategi Pemberdayaan Petani Muda Kopi Wirausaha D

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No.

Strategi Pemberdayaan Petani Muda Kopi Wirausaha di Kabupaten Simalungun

Strategies of Young Farmers Entrepreneurship Empowerment in Simalungun Regency

Titik Sumarti1, Rokhani2, Sriwulan Ferindian Falatehan3

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,


13

Institut Pertanian Bogor, Bogor


2
Fakultas Pertanian, Universitas Jember, Jember

Abstract

Arabica coffee is a product that people all around the world know well. It is also recognized that such a coffee product from
Simalungun Regency has high quality to compete internationally. A sustainable coffee business in Simalungun Regency really
depends on young farmer entrepreneurs. The young farmers as national asset need more attention from the stakeholders,
including the government, to be able to compete in the globalization era. This study used a method of a qualitative approach
with primary data. The techniques of data collection were using focus group discussions (FGD). Discussion was held in two
times, which each discussion followed by 15 young coffee farmers and also using in-depth interviews with snowballing technique
which followed by 11 young coffee farmers. The subjects of the study were young coffee farmers involved in the coffee business.
The result shows that it is necessary to emerge two components: driving and facilitating factors as the strategies of empowering
young coffee entrepreneurs. The driving factors include the change from the system of non-market economy into the market
system, the change from the patron-client system into the market system; opening an access to coffee processing tools, creating
the image of young farmers as active and critical agents, and viewing the young coffee farmers as dynamic subjects in building
leadership and entrepreneurship characters. The facilitating factors include building collectivity, organizing young coffee
farmers by strengthening social capital, protecting water and land resources by applying good agricultural practices (GAP),
livelihood diversification, market access, and technology and information-based extension and advisory-based coffee business.
In the era of free markets (MEA), it is necessary to reposition the young coffee farmers from producer farmers into suppliers.

Keywords: advisory-based, farmer typology, coffee product, entrepreneurs

Abstrak

Kopi arabika merupakan produk global, dan kopi arabika Simalungun mampu bersaing di dunia internasional. Keberlanjutan
usaha kopi arabika tergantung pada petani muda wirausaha. Petani muda sebagai aset bangsa perlu mendapat perhatian agar
usahanya mampu bersaing di era global. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis data primer. Teknik
pengumpulan data adalah FGD sebanyak 2 kali masing-masing diikuti 15 orang petani muda kopi dan wawancara mendalam
dengan teknik snow ball terhadap 11 orang petani muda kopi. Subyek penelitian adalah petani muda kopi yang terlibat dalam
usaha kopi. Hasil penelitian menunjukkan: strategi pemberdayaan petani muda kopi wirausaha memerlukan dua komponen,
yaitu faktor penggerak dan pelancar. Faktor penggerak meliputi: perubahan sistem ekonomi non pasar menjadi pasar, perubahan
sistem patron klien menjadi pasar; membuka akses alat pengolahan kopi, membentuk citra petani muda sebagai agen yang
aktif dan kritis, menempatkan petani muda kopi sebagai subyek yang dinamis dalam membangun karakter kepemimpinan dan
kewirausahaan. Faktor pelancar meliputi: membangun kolektifitas, mengorganisir petani muda kopi dengan memperkuat modal
sosial, melindungi basis sumberdaya air dan lahan dengan menerapkan good agricultural practices (GAP), diversifikasi mata
pencaharian, membuka akses pasar, penyuluhan dan pendampingan usaha kopi berbasis informasi dan teknologi. Dalam era
pasar bebas (MEA), diperlukan reposisi petani muda kopi dari petani produsen menjadi petani pemasok.

Kata kunci: pendampingan, tipologi petani, produk kopi, wirausaha

Pendahuluan muda kopi. Petani muda sebagai aset bangsa perlu


mendapat perhatian agar usahanya mampu bersaing di
Kopi merupakan produk global dan kopi era global. Data dari Pusat Data dan Sistem Informasi
arabika Simalungun mampu bersaing di dunia Pertanian (2013) menunjukkan selama periode 2010-
internasional. Pasar internasional tersebut antara 2012, struktur umur tenaga kerja subsektor perkebunan
lain Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Thailand, untuk golongan produktif menengah sebesar 43,12%,
Hongkong, Philipina dan Vietnam (Antara, 2012). produktif muda sebesar 41,92%, dan produktif tua
Keberlanjutan usaha kopi tergantung pada petani sebesar 14,96%. Semakin menuanya tenaga kerja
1
Korespondensi penulis
E-mail: titiksumarti61@gmail.com 31
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

pertanian dan subsektor perkebunan di satu sisi, dan dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
di sisi lain lambatnya peningkatan jumlah tenaga kerja termasuk individu-individu yang mengalami masalah
golongan produktif menengah serta relatif terbatasnya kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan merujuk
keterlibatan golongan produktif muda sebagai tenaga pada keadaan atau hasil yang dicapai oleh sebuah
kerja memerlukan upaya penanganan serius dari perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya,
pemerintah. memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan
Sebagai negara dengan produsen kopi keempat dalam memahami kebutuhan hidupnya.
terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia, Berdasarkan uraian tersebut di atas, pertanyaan
produksi kopi Indonesia sangat tergantung pada usaha dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana tipologi
perkebunan rakyat. Produksi kopi telah mencapai lebih petani muda kopi di Kabupaten Simalungun? (2)
kurang 650.000 ton per tahun dari sektor perkebunan Apa saja faktor penggerak dan pelancar strategi
rakyat (96,2%), sisanya dari sektor perkebunan pemberdayaan petani muda kopi wirausaha di
swasta lebih kurang sebesar 10.000 ton (1,5%) dan Kabupaten Simalungun? (3) Dalam kaitannya dengan
sektor perkebunan  negara menyumbang rata-rata pasar global (MEA), apakah persiapan yang perlu
15.000 ton (2,3%) per tahun. Provinsi Sumatera dilakukan oleh petani muda kopi? Dengan rumusan
Utara merupakan salah satu penghasil kopi arabika di pertanyaan tersebut, maka tujuan dari penilitian ini
Indonesia. Luas perkebunan kopi rakyat di Sumatera adalah: (1) Menjelaskan tipologi petani muda kopi;
Utara adalah 79.181 Ha, dengan produksi 55.313 ton. (2) Menjelaskan faktor penggerak dan pelancar dalam
(BPS Sumatera Utara, 2013). Salah satu kabupaten strategi pemberdayaan petani muda kopi wirausaha;
yang potensial dalam pengembangan kopi adalah dan (3) persiapan yang perlu dilakukan oleh petani
Kabupaten Simalungun (9.966 Ha) (BPS Sumatera muda kopi dalam kaitannya dengan pasar global
Utara, 2013). Keberlanjutan pengembangan kopi (MEA).
arabika di Kabupaten Simalungun ini bergantung Dari rumusan penelitian tersebut, fokus
pada petani muda kopi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini adalah tipologi petani muda kopi, strategi
penelitian Ningsih dan Sjaf (2015) dimana pertanian pemberdayaan petani muda kopi dan persiapan petani
berkelanjutan tidak akan terwujud tanpa adanya muda kopi di era MEA. Fokus penelitian ini penting
keterlibatan pemuda pada kegiatan pertanian, yang untuk dilakukan untuk membatasi studi kualitatif dan
meliputi: persiapan lahan dan benih, pemeliharaan, membatasi penelitian guna memilih data yang relevan
dan panen. dengan tujuan penelitian (Moeleong, 2007).
Hasil penelitian Ningsih dan Sjaf (2015)
menunjukkan bahwa keterlibatan pemuda pada Metode Penelitian
kegiatan pertanian semakin menurun. Faktor yang
membuat rendahnya keterlibatan pemuda pada Metode penelitian menggunakan pendekatan
kegiatan pertanian berkelanjutan adalah sosialisasi kualitatif dengan jenis data primer. Jenis data primer
orangtua dan kohesivitas teman sebaya yang rendah. diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD)
Pertanian dianggap sebagai pekerjaan yang tidak dan wawancara mendalam. FGD dilakukan 2 kali
menjanjikan secara ekonomi sehingga perlu perhatian masing-masing diikuti 15 petani muda kopi di Nagori
berbagai pihak untuk meningkatkan sosialisasi Sait Buttu Saribu dan Nagori Pamatang Sidamanik
mengenai pertanian serta wadah untuk menfasilitasi Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten
pemuda dalam berbagi informasi mengenai pertanian. Simalungun, sehingga jumlah total petani muda yang
Berdasarkan paparan tentang permasalahan turut serta dalam FGD sebanyak 30 orang. Pemilihan
ketenagakerjaan di subsektor perkebunan serta peserta FGD dilakukan secara sengaja yakni petani
keberlanjutan usaha kopi, maka menjadi relevan untuk kopi arabika dengan batasan usia petani muda kopi
melakukan penelitian strategi pemberdayaan petani menurut pandangan setempat (emic), yakni berusia
muda kopi wirausaha di Kabupaten Simalungun. 20 sampai dengan 40 tahun. Subyek penelitian dalam
Konsep pemberdayaan dalam penelitian ini mengacu wawancara mendalam adalah petani muda kopi yang
pada konsep Ife (1995) dan Suharto (2010) menyatakan terlibat dalam usaha kopi yang dipilih secara sengaja
bahwa pemberdayaan merupakan sebuah proses dengan teknik snowball (bola salju). Data jenuh
dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah pada subyek penelitian ke 11. Wawancana mendalam
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan dengan subyek penelitian dilakukan semi terstruktur

32
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

menggunakan pedoman wawancara. Hasil dan Pembahasan


Sebagai penelitian kualitatif, data yang
dianalisis berupa kata-kata bukan rangkaian angka. Pada bab pembahasan ini dibagi menjadi 3 sub
Data yang telah dikumpulkan dengan cara FGD bab, yakni tipologi petani muda kopi, faktor penggerak
dan wawancara mendalam lalu dicatat, diketik dan dan pelancar dalam strategi pemberdayaan petani
disunting. Analisis data dilakukan dengan model muda kopi serta persiapan petani muda kopi dalam
interaktif mengikuti pendapat Miles dan Huberman kaitan dengan era pasar bebas (MEA) sesuai dengan
(1992: 16). Dalam model ini, dilakukan reduksi data, pertanyaan dan tujuan penelitian. Penjelasan setiap sub
penyajian data, dan penarikan kesimpulan, yang bab adalah sebagai berikut.
ketiganya merupakan suatu siklus untuk memperkuat
pengambilan kesimpulan Gambar 1. Artinya sebagai Tipologi Petani Muda Kopi
metode kualitatif, data yang terkumpul dan analisis pun
bersifat kualitatif. Data berupa kata-kata dimaksudkan Menurut White (1980; 1991), strategi
tidak untuk menarik generalisasi, namun lebih penghidupan rumahtangga petani dibedakan menjadi
menekankan pada makna, sehingga penelitian ini ini 3 (tiga) yakni strategi survival, konsolidasi dan
tergolong penelitian deskriptif. akumulasi. Strategi survival yakni strategi untuk
memenuhi kebutuhan hidup pada tingkat minimum
Pengumpulan agar petani dapat bertahan hidup. Strategi konsolidasi
data adalah strategi petani untuk memenuhi kebutuhan
Penyajian data hidup (baik kebutuhan pokok maupun kebutuhan
sosial). Strategi akumulasi adalah strategi pemenuhan
kebutuhan hidup baik kebutuhan pokok, sosial
Reduksi maupun penumpukan modal (kapital). Strategi yang
data dilakukan oleh satu masyarakat bisa berbeda-beda
disesuaikan dengan kondisi ekonomi rumahtangga.
Pada penelitian ini, strategi penghidupan rumahtangga
Kesimpulan-kesimpulan:
penarikan/verifikasi
petani dipergunakan oleh penulis untuk menentukan
tipologi petani muda kopi.
Sumber: Miles dan Huberman (1992:16)
Mengacu pada konsep White (1980, 1991),
tipologi petani muda kopi di Kecamatan Pamatang
Gambar 1. Analisis model interaktif Sidamanik dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu petani
muda yang berusaha tani kopi dengan tujuan masih
untuk bertahan hidup (survival), konsolidasi hingga
Langkah pertama yakni reduksi data dilakukan untuk akumulasi kapital. Rumah tangga yang belum
dengan merangkum hasil wawancara dan FGD serta bisa mencukupi kebutuhan dasarnya masuk dalam
fokus pada temuan penting di lapangan, lalu mencari kelompok strategi survival, rumah tangga mampu
tema dan polanya. Dengan reduksi data akan diperoleh memenuhi kebutuhan dasar dan mampu menghadapi
gambaran yang lebih jelas sehingga mempermudah fluktuasi perubahan pendapatan sewaktu-waktu masuk
peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang tipologi strategi konsolidasi dan rumah tangga yang
masih dirasa kurang. Langkah kedua yakni penyajian sudah berlebih sehingga mampu melakukan investasi
data dilakukan dengan penyusunan informasi untuk masuk tipologi strategi akumulasi.
mempermudah dalam penarikan kesimpulan. Dalam Pertama, Petani muda kopi yang bertipologi
penelitian kualitatif, data disajikan dalam berbagai bertahan hidup (survival) memiliki ciri semua hasil
bentuk, dan dalam penelitian ini data disajikan dalam penjualan kopi arabika dipergunakan untuk memenuhi
bentuk teks naratif. Langkah terakhir yakni penarikan kebutuhan hidup minimal yakni pangan untuk tujuan
kesimpulan yang dilakukan dengan menjawab rumusan bertahan hidup (Saptari, 1997). Sekalipun kopi arabika
masalah yang telah ditetapkan sejak awal. Penarikan diproduksi untuk tujuan ekspor, namun hasilnya
kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan dengan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar saja.
mendialogkan data hasil temuan di lapangan dengan Karakter petani muda tipologi ini umumnya masih
teori-teori serta hasil penelitian terdahulu. tinggal bersama orangtua, masih mengandalkan

33
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

sumberdaya manusia (human capital) dengan bekerja memiliki pekerjaan di sektor jasa (misal salon, reparasi
sebagai tenaga kerja upahan di kebun kopi maupun motor maupun sopir). Hasil bekerja di sektor jasa
perusahaan (PT. Toba Pulp Lestari) untuk mendapatkan disimpan sebagai tabungan untuk mengembangkan
uang tunai pada masa kopi arabika tidak panen usaha, termasuk untuk membeli ladang kopi secara
(track). Artinya petani muda kopi dengan strategi bertahap.
survival hanya mengandalkan tenaga kerja (human Uraian di atas menunjukkan bahwa petani
capital) untuk bertahan hidup, karena kepemilikan muda kopi tipologi konsolidasi berhasil melakukan
sumberdaya (aset) lain seperti lahan relatif terbatas, konsolidasi asset (sumberdaya) serta mampu
hanya mengelola ladang milik orang tuanya. Modal meningkatkan produksi secara bertahap. Namun
utama dalam bekerja hanyalah tenaga kerja, sehingga demikian tak jarang petani muda yang mengalami
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya petani muda kegagalan dalam melakukan konsolidasi sehingga
harus senantiasa sehat, karena sakit berarti kehilangan turun menjadi petani yang baru mampu memenuhi
sumber nafkah karena tidak dapat bekerja. kebutuhan dasarnya (survival).
Untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, petani Ketiga, Tipologi petani muda kopi untuk
muda kopi dengan tipologi survival melakukan dua tujuan akumulasi adalah petani muda kopi yang telah
strategi sekaligus, yakni menjadi tenaga kerja upahan menguasai teknologi pasca panen atau teknologi
untuk meningkatkan sumber dana rumahtangga serta di hilir. Jumlah petani dengan tipologi ini masih
melakukan tindakan-tindakan dengan membatasi terbatas. Berbagai alat pengolah kopi dari alat yang
konsumsi rumahtangga akan barang dan jasa. Upaya menghasilkan green bean, kopi sangrai hingga kopi
mengadopsi lebih dari satu strategi dilakukan petani bubuk telah dikuasai. Berkat jaringan yang dimilikinya
muda kopi untuk mempertahankan hidupnya. petani muda kopi pun dapat mengakses berbagai
Kedua, Tipologi petani muda kopi untuk macam alat pengolah kopi dari berbagai instansi,
tujuan konsolidasi. Menurut White (1991), tipologi mulai dari kementerian pertanian, Dirjen P2HP, Dinas
konsolidasi umumnya diterapkan oleh kelompok Perkebunan Propinsi maupun Kabupaten Simalungun
menenngah yang mengutamakan stabilitas pendapatan hingga bantuan Bank Indonesia. Seluruh peralatan
dari pengolahan sumberdaya yang dimiliki. Petani diperoleh karena kelembagaan yang kuat, dalam bentuk
muda kopi di Simalungun tipologi konsolidasi kelompok tani (Taruna Tani). Beberapa alat pengolah
umumnya mulai inisiatif memelihara kopi dengan kopi tersebut adalah: Satu unit pulper kapasitas 500
menerapkan Good Agricultural Practice (GAP) dan kilogram per jam dari Dirjen P2HP (tahun 2013) senilai
SOP agar kopi yang diproduksi memenuhi standar 30 juta rupiah, satu unit huller kapasitas 400 kilogram
pasar global (MEA). Usaha memelihara kopi dengan per jam dari Dirjen P2HP (tahun 2013) senilai 40 juta
prinsip-prinsip GAP dan sesuai SOP diperoleh dari rupiah, satu unit huller kapasitas 2,5 sampai 3 ton per
berbagai tenaga agronomis dari pendamping eksportir, jam dari Bank Indonesia (tahun 2015) senilai 207 juta
seperti ECOM-Indocafco maupun dari Sumatera rupiah, satu unit mesin sortir kapasitas 1 ton per jam
Specialty Cofffee (SSC) hingga starbucks selaku dari Dirjen P2HP (tahun 2013) senilai 30 juta rupiah,
pembeli (buyer). Para pendamping eksportir umumnya satu unit mesin sangrai (roasting) kapasitas 20 kilogram
memiliki tenaga agronomis sebanyak 3 (tiga) orang, dari dirjen P2HP (tahun 2013) senilai 73 juta rupiah,
2 orang bagian budidaya dan seorang bagian hama satu unit mesin press Aluvo kapasitas 100 kilogram
dan penyakit tanaman kopi. Petani muda kopi yang per jam dari Dirjen P2HP (tahun 2013) senilai 13 juta
menerapkan GAP dan SOP dapat bertanya langsung rupiah, satu unit hand tractor dari menteri pertanian
pada pendamping eksportir untuk mempelajari teknik (tahun 2015) senilai 43 juta rupiah. Alat pengolah
budidaya kopi yang benar untuk mendapatkan hasil kopi dikelola di tingkat kelompok dengan sistem bagi
panen yang besar secara kuantitas dan bermutu tinggi. hasil 20 persen untuk kas kelompok, 40 persen untuk
Petani kopi dengan strategi konsolidasi operasional tenaga kerja (upah tenaga kerja) dan 40
menganggap kopi sebagai tanaman tabungan. Untuk persen untuk cadangan biaya perawatan peralatan.
memenuhi kebutuhan akan uang tunai, petani muda Petani muda kopi yang sudah berstrategi
kopi menanam tanaman muda seperti: cabe rawit, akumulasi sudah berposisi dalam kelompok tani, dan
cabe merah, tomat, jagung yang berumur lebih pendek orientasi usahanya sudah berubah dari petani produsen
sehingga cepat panen di sela-sela tanaman kopi. Petani menjadi petani pemasok. Dengan jaringan yang dimiliki,
muda kopi dengan strategi konsolidasi umumnya petani muda dapat mengakses pembibitan kopi seluas

34
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

2 rante (800 meter persegi) dengan kapasitas 25.000 kemampuannya dalam menabung baik dalam bentuk
bibit kopi bantuan dari (Conservation International uang maupun asset atau barang lainnya. Dengan modal
Indonesia) atau CII dan starbucks (tahun 2013) senilai yang dimilikinya, peluang untuk melakukan investasi,
43 juta rupiah dan saung tani senilai 52 juta rupiah diversifikasi melalui pengembangan usaha (termasuk
dari CII dan starbucks (tahun 2014). Saung tersebut usaha pengolahan kopi arabika) sangat dimungkinkan.
dipergunakan untuk tempat penyuluhan dan pelatihan Ciri lain dari petani dengan tipologi akumulasi
bagi petani kopi (farmer training coffee conservation adalah berani menanggung resiko dan telah memiliki
and organic). Jaringan yang dikuasai petani muda perilaku kewirausahaan (entrepreneurial behavior)
kopi yang telah berposisi dalam kelompok tani mampu sebagai respon terhadap tuntutan pasar dan perubahan
mengakses pasar bebas (MEA). Teknologi (internet) lingkungan. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian
sangat membantu petani muda kopi mendapatkan Zainura et al., (2016) dimana faktor kewirausahaan
informasi harga kopi langsung dari eksportir yaitu yang ditunjukkan oleh petani kopi arabika Gayo
Sumatera Specialty Coffee (SSC) dan Specialty Coffee menentukan berhasil tidaknya petani kopi dalam
Asociatioan American (SCAA). menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Perilaku
Penggunaan IT pemasaran kopi arabika kewirausahaan berperan penting dalam peningkatan
sumatera simalungun berbasis teknologi (on line). kinerja usahatani dan dengan ketekunan, tanggap
Petani muda kopi yang berstrategi akumulasi umumnya terhadap peluang, inovatif, berani menanggung resiko
berciri innovator, dengan ciri berani mencoba hal- serta kemandirian maka akan memberikan pengaruh
hal yang baru, akses berbagai pelatihan seperti test pada kinerja usahatani kopi arabika Gayo (Zaunira el
cupper selama 2 minggu yang diselenggarakan oleh al., 2016).
Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI) Jakarta Ketiga tipologi petani muda kopi yang
dengan biaya 48 juta rupiah, sebesar 42 juta rupiah telah diuraikan bersifat dinamis dan berkaitan
diperoleh dari Kemenkumham. Petani muda kopi dengan pemanfaatan sumberdaya yang dimiliki
menyadari bahwa dalam dunia usaha, jaringan yang oleh rumahtangga petani muda kopi. Artinya petani
luas mutlak diperlukan. Upaya memperluas jaringan muda kopi yang semula bertipologi survival dapat
pasar juga dilakukan dengan mengikuti berbagai meningkatkan taraf penghidupannya menuju tipologi
pameran baik di dalam maupun luar negeri atas sponsor konsolidasi hingga ke tipologi akumulasi maupun
beberapa lembaga, diantaranya adalah: kementerian tetap bertahan pada strategi konsolidasi. Menurut
perdagangan, kementerian pertanian, kementerian Baiquni (2007), perubahan menaik atau menurun
koperasi dan UMKM hingga Kemenkumham dan sangat bergantung pada kemampuan rumahtangga
kerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif1 (Bekraf) dalam menyesuaikan dengan perubahan eksternal baik
Jakarta. di tingkat makro, meso maupun mikro.
Senada dengan temuan White (1991) dan
Saptari (1997), dimana petani dengan strategi Faktor Penggerak dan Pelancar dalam Strategi
akumulasi telah mampu secara berlebih untuk Pemberdayaan Petani Muda Kopi
memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mampu
melakukan investasi dan mengembangkan usahanya Menurut Ife (1995), pemberdayaan diartikan
baik di bidang pertanian maupun bidang lain. Skala sebagai pemberian “power” atau kekuasaan atau
usaha yang digelutinya tergolong besar, memiliki kekuatan atau daya kepada kelompok yang lemah
lahan dan mampu melakukan investasi. Tambahan agar memiliki kekuatan untuk berbuat. Suharto (2010)
dari studi ini adalah kemampuan petani muda dalam menyatakan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah
melakukan investasi didukung oleh jaringan (network) proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
yang dimiliki oleh petani muda kopi untuk memperluas adalah serangkaian kegiatan memperkuat kekuasaan
jaringan pasar kopi serta mengakses peralatan atau dan keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
mesin pengolah kopi yang bernilai ratusan juta rupiah. termasuk individu-individu yang mengalami masalah
Kemampuan petani muda kopi untuk melakukan kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan merujuk
investasi atau akumulasi modal ditunjukkan dengan pada keadaan atau hasil yang dicapai oleh sebuah
1. Badan Ekonomi Kreatif adalah lembaga pemerintah non perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya,
kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di memiliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan
bidang pariwisata. Bekraf dibentuk era presiden Joko Widodo. dalam memahami kebutuhan hidupnya. Selanjutnya

35
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

keberhasilan dalam pemberdayaan masyarakat dapat kritis (Setiawan, 2012) sebagai kritik atas pandangan
dilihat dari keberdayaan mereka yang menyangkut yang positivistik.
kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses Sejalan dengan hal tersebut maka strategi
manfaat kesejahteraan, dan kemampuan kultural dan pemberdayaan petani muda kopi wirausaha dilakukan
politis. Ketiga aspek tersebut dikaitkan dengan empat melalui kegiatan pengembangan karakter wirausaha,
dimensi kekuasaan, yaitu: ‘kekuasaan di dalam’ (power pemberdayaan ekonomi, dan penyadaran pengakuan
within), ‘kekuasaan untuk’ (power to), ‘kekuasaan atas’ petani muda kopi. Dalam program pengembangan
(power over), dan ‘kekuasaan dengan’ (power with). karakter wirausaha, dilakukan bebrapa kegiatan: (1)
Kekuasaan di dalam (power within) Pembentukan reference group (petani muda berhasil),
dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan (2) Pelatihan kewirausahaan; dan (3) Magang. Dalam
keinginan untuk berubah. Kekuasaan untuk (power program pemberdayaan ekonomi kopi, dilakukan
to) dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan kegiatan: (1) Peningkatan akses terhadap usaha kopi;
individu untuk berubah dan meningkatkan kesempatan (2) Sewa lahan jangka panjang; (3) Peningkatan akses
untuk memperoleh akses. Kekuasaan atas (power modal sesuai musim dan kebutuhan anak muda; (4)
over) dimaksudkan untuk perubahan pada hambatan- Pelatihan teknologi (IT); (5) Demplot tumpangsari
hambatan sumber dan kekuasaan pada tingkat rumah dan pengolahan hasil kopi, (6) Pilot project pedagang
tangga, masyarakat, dan makro, kekuasaan atau kopi dan pengusaha kopi. Demikian Program
tindakan individu untuk menghadapi hambatan- pengembangan sosial petani muda kopi, dilakukan
hambatan tersebut serta meningkatkan kesempatan kegiatan: (1) Pendampingan keluarga petani muda kopi
untuk memperoleh akses. Sedangkan kekuasaan melalui penanaman nilai positif kopi; (2) Pembentukan
dengan (power with) dimaksudkan untuk meningkatkan kelompok petani muda kopi wirausaha; (3) Pelibatan
solidaritas atau tindakan bersama dengan orang lain kaum muda dalam jaringan pasar; (4) Koordinasi
untuk menghadapi hambatan-hambatan sumber dan kelompok dalam pengembangan kopi.
kekuasaan pada tingkat rumah tangga, masyarakat dan Upaya memberdayaan masyarakat dapat
makro. dilihat dari tiga sisi. Pertama, menciptakan suasana
Merujuk pada hal tersebut, berdasarkan hasil atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
sintesa tipologi petani muda kopi yang diperoleh berkembang (enabling). Kedua, memperkuat potensi
melalui wawancara mendalam dan FGD, petani muda atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
kopi wirausaha yang dianggap berdaya adalah petani Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti
muda yang memiliki karakter wirausaha, akses dan melindungi (Mardikanto dan Poerwoko, 2012).
kontrol pada usaha kopi kuat, dan posisi sosial yang Dengan demikian, dalam upaya pemberdayaan
diakui masyarakat. petani muda kopi wirausaha, diperlukan faktor
Nasdian (2013) mengungkapkan bahwa upaya penggerak dan pelancar. Apabila dalam pembangunan
pemberdayaan merupakan suatu upaya menumbuhkan pertanian memerlukan faktor utama dan faktor
peranserta dan kemandirian sehingga masyarakat pelancar (AT. Mosher, 1983), maka dari hasil FGD
baik di tingkat individu, kelompok, kelembagaan, untuk memberdayakan petani muda kopi diperlukan
maupun komunitas memiliki tingkat kesejahteraan faktor penggerak dan pelancar. Faktor penggerak
yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses mencakup: (1) Perubahan orientasi usaha dari non
pada sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu pasar menjadi pasar; (2) Asuransi/jaminan pribadi,
melakukan pengorganisasian dan kontrol sosial dari patron klien menjadi pasar (cadangan uang tunai untuk
segala aktivitas pembangunan yang dilakukan di tabungan); (3) Membuka akses pada alat produksi;
lingkungannya. (4) Membentuk citra petani muda sebagai agen yang
Pemberdayaan dalam konteks ilmu sosial selalu aktif dan kritis; dan (5) Menempatkan petani muda
menunjukkan keberpihakan pada kaum lemah dan kopi sebagai subyek yang dinamis dalam membangun
korban-korban pembangunan yang tidak berdaya. Nilai- karakter kepemimpinan dan kewirausahaan.
nilai yang terkandung dalam konsep pemberdayaan Perubahan orientasi usaha dari non pasar menjadi
adalah kesadaran (consciousness), proses, kemandirian, pasar harus dilakukan karena kopi arabika dan hasil
tanggung jawab dan juga keberlanjutan karena secara olahannya merupakan komoditi ekspor sehingga petani
epistemologis pemberdayaan (empowerment) berakar harus beradaptasi dengan tuntutan pasar. Hubungan-
dari teori sosial kritis (critical theory) atau paradigma hubungan sosial yang semula berikatan ganda dan

36
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

berciri patron-klien sedikit demi sedikit semakin


menuntut kesiapan petani untuk memasuki sistem pasar
terkikis digantikan dengan hubungan yang kontraktual.
bebas negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.
Sebagai jaminan atau asuransi, petani kopi memerlukan
Pada uraian sebelumnya telah dibahas di era MEA
tabungan. Upaya untuk membuka akses pada alat diperlukannya penguatan kelembagaan petani, baik
produksi dilakukan dengan memperkuat modal sosial
melalui kelompok tani, koperasi maupun Gapoktan
baik secara vertikal (pemerintah kabupaten maupun
agar dapat bernegosiasi dengan pihak luar dan
propinsi) maupun horizontal. Upaya membentuk membangun jaringan kerja. Jaringan merupakan salah
citra petani muda sebagai agen yang aktif dan kritis
satu unsur modal sosial. Modal sosial berkontribusi
terhadap tindakan atau aksi kolektif (Meinzen-Dick et
dilakukan melalui berbagai training atau pelatihan untuk
al., 2004). Aksi kolektif dalam bentuk kelembagaan
meningkatkan ketrampilan dan kritis terhadap berbagai
perubahan dan tuntutan pasar. Upaya membangun dapat mencapai tujuan bersama. Hasil studi Rokhani
et al., (2016) menunjukkan bahwa dengan tindakan
karakter kepemimpinan dan kewirausahaan dilakukan
dengan memberikan kepercayaan pada petani muda kolektif, petani dapat mengakses pasar global, artinya
dalam wadah kelompok tani muda (Taruna Tani) serta
pasar dengan segala tuntutannya tidak dihindari oleh
memberikan peluang memulai usaha dengan dukungan
petani, namun petani berusaha memenuhi segala
penuh baik dari orang tua maupun pemerintah. tuntutan pasar global.
Faktor pelancar mencakup: (1) Membangun
Petani muda di Kecamatan Pamatang
kolektifitas melalui penguatan kelembagaan petani
Sidamanik Kabupaten Simalungun dapat mengakses
muda kopi (kelompok tani, Koperasi, Gapoktan); (2)
teknologi (berupa peralatan pengolah kopi) secara
Memperkuat modal sosial: trust/kepercayaan, jaringan,
berkelompok. Artinya upaya pemberdayaan petani
kelembangaan yang kuat; (3) Melindungi basis muda selama ini menggunakan kelembagaan
sumberdaya: sumber mata air, sungai, lahan subur untuk
kelompok tani. Introduksi teknologi melalui kelompok
kelestarian lingkungan (good agricultural practices);
memudahkan pemberi bantuan untuk memonitoring
(4) Diversifikasi mata pencaharian (nafkah ganda)
program. Hasil studi ini diperkuat dengan hasil
dengan melepaskan ketergantungan pada peminjam penelitian Karsidi (2007) menunjukkan bahwa dengan
uang; (5) Membuka akses pasar; dan (6) Memberikan
pendekatan kelompok memudahkan pengelolaan kredit
penyuluhan dan pendampingan usaha kopi berbasisdan dapat menekan risiko sehingga secara keseluruhan
Inovasi Teknologi (IT). Penerapan Inovasi Teknologi ini
layanan kredit menjadi lebih ekonomis. Pendekatan
penting untuk dilakukan karena hasil penelitian Fatchiya
kelompok juga mempermudah pendampingan usaha
et al. (2016) juga menunjukkan bahwa penerapan bagi pengintervensi program.
teknologi inovasi berperan besar dalam meningkatkan
Upaya untuk memberdayakan petani muda
produktivitas usaha tani, sehingga berpeluang untuk
kopi tidak hanya cukup dengan introduksi teknologi
meningkatkan kesejahteraan hidup rumahtangga petani
pengolah kopi saja. Yang tidak kalah penting adalah
dengan salah satu indikator yakni ketahanan pangan
mengubah paradigma petani. Menurut Sadono
rumahtangga petani. (2008) untuk memberdayakan petani diperlukan
Upaya percepatan adopsi inovasi teknologi
perubahan paradigma dari paradigma lama yang lebih
dilakukan melalui berbagai cara. Hasil penelitian Muchtar
menekankan pada alih teknologi ke paradigma baru
et al. (2015) percepatan adopsi inovasi di tingkat petani
yang mengutamakan pada sumberdaya manusia atau
pendekatan farmer first, yakni dengan “mengubah
untuk peningatan produksi secara berkelanjutan dilakukan
melalui program Sekolah Lapangan Pengelolaan petani”, bukan “mengubah cara bertani”.
Tanaman Terpadu (SL-PTT). Namun dalam konteks Di Era MEA, peran kelembagaan petani
petani kopi arabika di Simalungun, percepatan adopsi
sangat penting karena melalui kelembagaan petani
teknologi dilakukan dengan cara memberikan bantuan
dapat meningkatkan posisi tawar (bargaining
position), bernegosiasi, memperluas jaringan
mesin pengolah kopi arabika diiringi dengan pelatihan
singkat penggunaan peralatan tersebut. pasar dengan membuat nota kesepahaman (MoU)
dalam pemasaran hasil dengan harga yang telah
Persiapan Petani Muda Kopi dalam Kaitan dengan disepakati. Penguatan kelembagaan memerlukan
Era Pasar Bebas (MEA) peran penyuluh sebagaimana amanah UU Nomor
16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian
Era Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) Perikanan dan Kehutanan (SP3K) yang menyebut

37
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

penyuluhan sebagai proses pembelajaran bagi pelaku permintaan pasar atau petani pemasok. Upaya untuk
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mempersiapkan petani kopi arabika yang bukan
mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya sekedar sebagai produsen namun juga sebagai pemasok
dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, juga dilakukan oleh petani kopi di Simalungun
permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya Sumatera Utara dengan dukungan berbagai pihak, baik
untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pemerintah maupun swasta.
pendapatan dan kesejahteraannya serta meningkatkan Dukungan swasta di Simalungun ditunjukkan
kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. dengan keberdaan ECOM-Indocafco, perusahaan
Hasil penelitian Rahmawati dan Muksin eksportir terbesar kedua dari pelabuhan Belawan yang
(2016) menunjukkan bahwa peran, kinerja dan inovasi turut serta mendampingi petani muda kopi mulai dari
yang dilakukan oleh penyuluh berpengaruh secara budidaya hingga pasca panen. Upaya mendampingi
langsung dan signfikan terhadap keberdayaan peternak petani muda kopi, eksportir menerjunkan para
di Kabupaten Jember. Peran dan inovasi penyuluh juga agronomis untuk mendampingi usaha petani muda
berpengaruh terhadap kinerja penyuluh di lapangan. kopi agar melakukan proses produksi sesuai dengan
Sebagai garda terdepan, kapasitas penyuluh harus SOP dan menerapkan Good Agricultural Practice
terus ditingkatkan baik melalui pelatihan maupun (GAP). Dukungan pemerintah kepada petani muda
pemberian motivasi atau dorongan bagi penyuluh kopi dilakukan dengan memberikan bibit kopi arabika
sebab hasil penelitian Putri et al., (2016) menunjukkan hingga bantuan mesin pengolah kopi dengan hasil
bahwa frekuensi pelatihan dan motivasi dari penyuluh akhir baik kopi gabah, green bean maupun kopi bubuk.
pertanian berpengaruh positif terhadap kinerja
penyuluh. Penyuluhan pertanian oleh penyuluh adalah Kesimpulan
suatu bentuk pengaruh sosial yang disadari, artinya
komunikasi dilakukan secara sengaja oleh penyuluh Terdapat tiga tipologi petani muda kopi, yaitu
untuk memberikan informasi guna membantu petani survival, konsolidasi dan akumulasi dalam strategi
membuat keputusan yang benar dan mengubah bernafkah ganda. Tipologi petani muda kopi yang
perilaku petani menjadi lebih baik (Van Den Ban dan berstrategi akumulasi memiliki skala usaha besar,
Hawkins, 1999). menguasai teknologi pengolahan kopi, telah berposisi
Lebih lanjut Van Den Ban dan Hawkins (1999) dalam kelompok tani dan berposisi sebagai petani
juga menjelaskan pentingnya teknologi yang perlu produsen sekaligus pemasok. Petani muda kopi dengan
diadopsi oleh petani untuk meningkatkan produksi strategi survival maupun konsolidasi masih fokus
guna mendukung pembangunan pertanian Indonesia. pada usaha lain (bukan usaha kopi), skala usahanya
Dengan teknologi diharapkan mampu meningkatkan relatif kecil, belum berposisi di dalam kelompok tani,
produktivitas, mutu dan diversifikasi produk olahan di baru sebagai petani produsen belum menjadi petani
sektor hilir baik dalam skala kecil, menengah maupun pemasok. Strategi pemberdayaan petani muda kopi
besar. Dalam konteks petani muda kopi, teknologi yang wirausaha memerlukan dua komponen, yaitu: faktor
diakses petani muda kopi tergolong skala menengah. penggerak dan pelancar.
Memperkuat peran kelembagaan petani di era Faktor penggerak meliputi: perubahan sistem
MEA perlu dibarengi dengan usaha mereposisi petani ekonomi non pasar menjadi pasar, perubahan sistem
bukan hanya sebagai petani produsen namun juga petani patron klien menjadi pasar; membuka akses alat
pemasok. Reposisi petani merupakan implementasi pengolahan kopi, membentuk citra petani muda sebagai
dari UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan agen yang aktif dan kritis, menempatkan petani muda
dan Pemberdayaan Petani dengan memberi ruang kopi sebagai subyek yang dinamis dalam membangun
untuk mereposisi petani dari petani produsen menjadi karakter kepemimpinan dan juga kewirausahaan.
petani pemasok. Berbeda dengan petani produsen Faktor pelancar meliputi: membangun kolektivitas,
yang pernah diraih Indonesia pada masa revolusi hijau, mengorganisir petani muda kopi dengan memperkuat
dimana petani mampu memproduksi hasil pertanian modal sosial, melindungi basis sumberdaya air dan
melalui teknologi usaha tani. lahan dengan menerapkan good agricultural practices
Namun di era pasar bebas (MEA), bukan (GAP), diversifikasi mata pencaharian, membuka
sekedar petani produsen yang dibutuhkan namun akses pasar, penyuluhan dan pendampingan usaha
petani yang mampu merespon dan memenuhi kopi berbasis informasi dan teknologi.

38
Jurnal Penyuluhan, Maret 2017 Vol. 13 No. 1

Daftar Pustaka Ayam Petelur di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa


Timur. Jurnal Penyuluhan, 12(2):183-189.
Antara. (2012, April 19). AS, Perancis, Jepang, Hongkong Rokhani, Sumarti T, Damanhuri DS, Wahyuni ES.
Tertarik Kopi Arabika Simalungun. [internet]. [dapat 2016. Dilema Kolektivitas Petani Kopi: Tinjauan
diunduh di http://www.medanmagazine.com/] Sosiologi Weberian (Kasus Petani Kopi di
Baiquni M. 2007. Strategi Penghidupan di Masa Kritis. Nagori Sait Buttu Saribu, Kecamatan Pamatang
Yogyakarta (ID): Idial Media. Sidamanik Kabupaten Simalungun, Sumatera
Fatchiya A, Amanah S, Kusumastuti YI. 2016. Penerapan Utara). Sodality Jurnal Sosiologi Pedesaan, 4(1).
Inovasi Teknologi Pertanian dan Hubungannya dengan Sadono D. 2008. Pemberdayaan Petani: Paradigma
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani. Jurnal Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jurnal
Penyuluhan, 12(2): 190-197. Penyuluhan, 4(1).
Ife J. 1995. Community Development, Creating Saptari R. 1997. Social Security and The Study of
Community Alternatives: Vision, Analysis and Java: Concepts, Issues and Problems. Workshop
Practice. Australia: Longman. Social Security. Yogyakarta (ID): Pusat Penelitian
Karsidi, R. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kependudukan UGM.
Kecil dan Mikro (Pengalaman Empiris di Wilayah Setiawan I. 2012. Dinamika Pemberdayaan Petani.
Surakarta Jawa Tengah). Jurnal Penyuluhan, 3(2). Sebuah Refleksi dan Generalisasi Kasus di Jawa
Mardikanto T, Poerwoko S. 2012. Pemberdayaan Barat. Bandung (ID): Widya Padjajaran.
Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. SuhartoE.2005.MembangunMasyarakatMemberdayakan
Bandung (ID): Alfabeta. Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Meinzen-Dick R, Di Gregorio M. 2004. Collective Action Sosial & Pekerja Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
and Property Rights for Sustainable Development. [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16
2020Vision for Food,Agriculture and the Environment. Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Focus 11, Brief 1. Washington DC (US): IFPRI. Perikanan dan Kehutanan.
Miles M, AM Huberman. 1992. Analisis Data [UU] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Baru. Jakarta (ID): UI Press. Petani.
Moeleong L. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. White BNF. 1980. Rural Household Studies in
Bandung (ID): PT.Remaja Rosdakarya. Anthropological Perspective. Bunga rampai: Rural
Mosher AT. 1983. Menggerakkan dan Membangun Household Studies in Asia. Singapore: Singapore
Pertanian. Jakarta (ID): Yasaguna. University Press.
Muchtar K, Susanto J, Purnaningsih N. 2015. Adopsi -----------------------------. 1991. Economic Diversification
Teknologi Petani pada Sekolah Lapangan Pengelolaan and Agrarian Change in Rural Java 1900-1990. Pp
Tanaman Terpadu (SL-PTT). Jurnal Penyuluhan, 41-49. Alexander, Paul, Boomgard, Peter and White,
11(2): 176-185. Benjamin (eds). 1991. In the Shadow of Agrarculture:
Nasdian, FT. 2013. Pengembangan Masyarakat. Bogor Non Farm Activities in Javanese Economy, Past and
(ID): IPB Press. Present. Amsterdam: Royal Tropical Institute
Ningsih F, Sjaf S. 2015. Faktor-Faktor yang Menentukan Van Den Ban AW, HS Hawkins. 1999. Penyuluhan
Keterlibatan Pemuda Pedesaan pada Kegiatan Pertanian. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan, 11(1): Zainura U, Kusnadi N, Burhanuddin. 2016. Perilaku
23-37. Kewirausahaan Petani KopiArabika Gayo di Kabupaten
[PDSIP] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Bener Meriah Provinsi Aceh. Jurnal Penyuluhan, 12(2):
2013. Analisis dan Proyeksi tenaga Kerja Pertanian 126-143.
2013-2019. Jakarta (ID).
Putri IW, Fatchiya A, Amanah S. 2016. Pengaruh
Pelatihan Non Teknis terhadap Kinerja Penyuluh
Pertanian BP4K di Kabupaten Bungo Propinsi
Jambi. Jurnal Penyuluhan, 12(1).
Rahmawati IR, Muksin R. 2016. Peran dan Kinerja
Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan Peternak

39

You might also like