Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

USULAN PERBAIKAN PEMELIHARAAN PREDIKTIF METODE TERMOGRAFI

DENGAN PENDEKATAN PARETO, FISH BONE DIAGRAM & METODE


5W1H PADA SUATU PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI
Sinanuri Surawijaya1, Tanto P. Utomo2
Program Studi Magister Teknik Industri, Universitas Mercu Buana
Email: sinanuri@gmail.com, utomo.tanto@gmail.com

ABSTRACT
Maintenance of equipment at a power station is of great importance where the equipment used
continuously can affect the performance and reliability of the equipment itself. One of the
maintenance system used in one of the geothermal power plant that is predictive maintenance
(PdM) where in this maintenance can know the early changes or abnormalities in the physical
condition and function of the equipment system and one of the technology used is the method of
thermography. The condition is still there is interference equipment caused by heat on the
equipment resulting in the burning of the equipment because it is not known early. Therefore it is
necessary to evaluate the implementation of predictive maintenance with the thermography
method whether it is running well or not. Evaluation is done by using tools to find and solve
problems such as pareto diagram, fish bone diagram and 5W1H method. Based on the results of
the research, the biggest contributor to the predictive maintenance problem comes from the
problem of thermography 68.89% with 6 components of the main cause equipment problems on
generating equipment obtained from the measurement of thermography. Based on the number of
disturbances, the frequent components of the problem are contact grip, contactor, terminal
connection, NFB breaker (No Fuse Breaker), motor connection terminals and pump bearings where
the contact grip equipment on the Switchboard 380 VAC panel is ranked first of all equipment
monitoring of 48.1%. In the research, the researcher proposed improvements such as changing the
grip contact model to suit the needs and having good quality, replacing the contact grip on the
380 V Switch Board panel which always has a high temperature with power cable connected
directly to the busbar and change the period especially thermographic measurements on the 380 V
Feeder Switch Board panel equipment from 12 weeks to 4 weeks to detect early abnormalities.
Keyword: Predictive Maintenance, Thermography, Pareto, Fish Bone Diagram

ABSTRAK
Pemeliharaan peralatan pada suatu pembangkit listrik merupakan suatu hal yang sangat penting
dimana peralatan yang digunakan secara terus menerus dapat mempengaruhi kinerja dan
keandalan dari peralatan itu sendiri. Salah satu sistem pemeliharaan yang digunakan pada salah
satu pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu predictive maintenance (PdM) dimana pada
pemeliharaan ini dapat mengetahui secara dini terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi
fisik maupun fungsi dari sistem peralatan dan salah satu teknologi yang digunakan yaitu metode
termografi. Kondisi saat ini masih terdapat gangguan peralatan yang disebabkan oleh panas pada
peralatan sehingga mengakibatkan terbakarnya peralatan tersebut karena tidak diketahui secara
dini. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan pemeliharaan prediktif dengan metode
termografi apakah sudah berjalan dengan baik atau belum. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan tool-tool untuk mencari dan mengatasi permasalahan seperti diagram pareto,
diagram fish bone dan metode 5W1H. Berdasarkan hasil penelitian, penyumbang permasalahan
terbesar pada kegiatan pemeliharaan prediktif berasal dari permasalahan termografi 68.89 %
dengan 6 komponen peralatan penyebab utama permasalahan pada peralatan pembangkit yang
diperoleh dari hasil pengukuran termografi. Berdasarkan banyaknya jumlah gangguan, komponen
yang sering mengalami masalah yaitu grip contact, kontaktor, terminal koneksi, breaker NFB (No

1
Fuse Breaker), terminal koneksi motor dan bearing pompa dimana peralatan grip contact pada
panel Switchboard 380 VAC menempati peringkat pertama dari seluruh peralatan yang dilakukan
monitoring sebesar 48,1 %. Dalam peneitian, peneliti memberikan usulan perbaikan seperti
melakukan penggantian model grip contact yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kualitas
yang bagus, melakukan penggantian grip contact pada panel Switch Board 380 V yang selalu
memiliki temperatur tinggi dengan kabel power yang dihubungkan langsung ke busbar dan
melakukan perubahan periode pengukuran termografi khususnya pada peralatan panel Feeder
Switch Board 380 V dari periode setiap 12 Week menjadi 4 Week untuk mendeteksi lebih awal
terjadinya kelainan.
Kata kunci: Pemeliharaan Prediktif, Termografi, Pareto, Fish Bone Diagram

PENDAHULUAN
Pemeliharaan peralatan pada suatu pembangkit listrik merupakan suatu hal yang sangat penting
dimana peralatan yang digunakan secara terus menerus dapat mempengaruhi kinerja dan
keandalan dari peralatan itu sendiri. Untuk itu maka dib utuhkan suatu sistem pemeliharaan yang
baik agar peralatan tidak mengalami kerusakan yang akhirnya akan mengganggu proses produksi
listrik di pembangkit listrik. Saat ini pada peralatan pembangkit listrik telah menerapkan pola
pemeliharaan berdasarkan pilar-pilar Total Productive Maintenance (TPM) yaitu preventive
maintenance (PM), predictive maintenance (PdM), corrective maintenance (CM) dan first line
maintenance (FLM) sehingga diharapkan adanya gangguan listrik atau peralatan yang mengalami
breakdown bisa dihindari.

Salah satu sistem pemeliharaan yang digunakan pada salah satu pembangkit listrik tenaga panas
bumi yaitu predictive maintenance (PdM) dimana pada pemeliharaan ini dapat mengetahui secara
dini terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan.
Predictive Maintenance (PDM) sering juga disebut sebagai pemeliharan berdasarkan kondisi
(Condition Based Maintenance-CBM). Perawatan prediktif biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat-alat monitor yang canggih dan bantuan panca indra sehingga kinerja
pembangkit dapat tercapai karena kelainan yang muncul pada peralatan dapat segera diketahui.
Metode pada pemeliharaan prediktif terdiri dari berbagai macam seperti pemantauan vibrasi,
analisis motor, tribology, thermography, analisis akustik, pemantauan parameter proses dan
teknik pengujian non destruktif lainnya (Satmoko, 2007). Dari beberapa teknologi tersebut,
metode yang digunakan untuk kondisi peralatan yang beroperasi dan lokasi yang tidak terjangkau
oleh teknisi, yaitu metode termografi inframerah.

Termografi inframerah merupakan salah satu teknik yang sangat efektif karena tidak merusak
bidang peralatan yang dilakukan pengukuran dan telah digunakan secara luas di berbagai bidang
seperti agrikultur, industri proses, manufaktur, industri farmasi dan industri konstruksi. Pada
metode ini menghasilkan pola gambar (thermal imaging) yang dapat dilakukan analisa sehingga
dapat mendeteksi kelainan, memprediksi kemungkinan kegagalan/kerusakan dan memeriksa
kualitas dari suatu objek.

Pemanfaatan teknologi termografi pada sistem pemeliharaan prediktif pembangkit telah mulai
digunakan sejak tahun 2011 dimana telah terdapat jadwal pelaksanaan kegiatan pengukuran
monitoring termografi peralatan secara periodik yang ditetapkan setiap awal tahun dalam suatu
jadwal pemeliharaan 52 Week. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih terdapat gangguan
peralatan yang disebabkan oleh panas pada peralatan sehingga mengakibatkan terbakarnya
peralatan tersebut karena tidak diketahui secara dini. Gangguan tersebut mengakibatkan salah

2
satu unit pembangkit tidak dapat beroperasi selama beberapa hari karena harus dilakukan
perbaikan terlebih dahulu sehingga menyebabkan kerugian yang cukup besar pada perusahaan
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Laporan Gangguan Unit 2 PLTP
No. Mesin Gangguan Waktu Lama Kehilangan
Pembangkit Gangguan Gangguan kWH
1 PLTP Unit 02 MO terlampaui (Proses 21/07/2016 4,65 Jam 255,750.00
Protective Device Test)
2 PLTP Unit 02 Limit 3witch MSV LH 16/08/2016 14,47 Jam 795,666.67
mulfuntion / rusak
3 PLTP Unit 02 Hilang Tegangan 380 Volt AC 12/10/2016- 4 Hari 5,349,513.33
(Panel Terbakar) 16/10/2016 3,43 Jam
4 PLTP Unit 02 Condensor Level Very Low Trip 22/10/2016 5,13 Jam 112,933.33
5 PLTP Unit 02 Fuse 110 Volt DC putus 08/11/2016 4,27 Jam 234,666.67
akibat Aging

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan termografi adalah penelitian yang
dilakukan oleh Huda, et al (2014), Caciotta, et al (2014), Chou dan Yao (2009), Pasagic, et al (2009)
menyatakan bahwa metode termografi inframerah sangat efektif untuk mendiagnosis
kegagalan/kerusakan pada komponen sistem kelistrikan. Sedangkan menurut penelitian Garcia-
Ramireza, et al (2014), Jeffali, et al (2015) menyebutkan bahwa penggunaan termografi
inframerah dapat mendeteksi kegagalan pada motor induksi dengan melihat ketidaknormalan
pada temperature yang dapat digunakan untuk mendeteksi keausan atau cacat lainnya.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif eksploratif yaitu penelitian yang
menggunakan metode baru untuk menemukan penyelesaian sebuah masalah (problem solution),
yaitu bagaimana memperbaiki pola pemeliharaan prediktif dengan metode termografi pada
peralatan pembangkit PLTP saat ini. Sehingga menghindari terjadinya gagal fungsi peralatan
karena tidak termonitornya kondisi peralatan yang berakibat gangguan pada unit pembangkit.

Untuk penyelesaian masalah pada penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk
menemukan akar permasalahan dan cara untuk mengatasinya. Metode-metode yang digunakan
yaitu:
1. Diagram Pareto
Diagram pareto adalah penggambaran grafik yang menunjukkan kedua hubungan distribusi
relatif dan distribusi mutlak jenis kesalahan, masalah atau penyebab kesalahan (Dahlgaard et
al, 2007). Secara umum diketahui bahwa dalam kebanyakan kasus beberapa jenis kesalahan
(masalah atau penyebab) mencapai 80-90 % dari jumlah total kesalahan dalam produk dan
karena itu penting untuk mengidentifikasi beberapa jenis utama dari kesalahan.
2. Diagram Fish Bone
Menurut Dahlgaard et al (2007), diagram fish bone digunakan untuk menganalisa faktor
penyebab timbulnya permasalahan utama sehingga mendapatkan suatu hipotesa dari
penyebab kerusakan mutu dan masalah. Kekuatan diagram ini mudah digunakan dan
dipahami serta dapat digunakan di semua bidang di berbagai tingkatan. Diagram ini disebut
diagram Ishikawa karena diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada
tahun 1943 di Steel Works Kawasaki Jepang dalam program peningkataan kualitas produk.
3. Metode 5W + 1H
Borris (2006) dalam Suhardianto (2014) menyatakan bahwa analisa 5W + 1H merupakan suatu
metode analisis yang digunakan untuk melakukan penanggulangan terhadap setiap akar
permasalahan, yaitu:

3
a. What – apa penanggulangannya? Menjelaskan tentang langkah penanggulangan yang
diambil untuk memecahkan masalah yang ada.
b. Why – mengapa ditanggulangi? Menjelaskan mengenai penggulangan yang dilakukan.
c. Where – dimana penanggulangannya? Menjelaskan tempat penyelesaian masalah
direncanakan.
d. When – kapan penanggulangan? Menjelaskan waktu penyelesaian masalah akan
dilakukan
e. Who – siapa yang melakukan? Menjelaskan pihak terkait yang melakukan penyelesaian
terhadap masalah, biasa disebut person in charge (PIC).
f. How – bagaimana mengatasinya? Menjelaskan tentang detail langkah-langkah
penanggulangan terhadap permasalahan yang ada.

HASIL
Dari hasil pengumpulan data rekapitulasi laporan Technology Examination pada divisi CBM
(Condition Based Maintenance) di unit pembangkit PLTP, maka dapat dibuat diagram pareto
untuk mengidentifikasi faktor utama yang menyumbang gangguan terbesar. Gangguan dapat
diidentifikasi berdasarkan jenis peralatan yang digunakan sehingga dapat fokus untuk proses
perbaikan atau improvement seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Pareto Rekapitulasi Technology Examination Tahun 2015-2016

Faktor-faktor penyebab terjadinya permasalahan termografi yang timbul pada peralatan-


peralatan di pembangkit PLTP dapat diidentifikasi dengan menggunakan diagram pareto
gangguan berdasarkan laporan Technology Examination yang tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Pareto Jumlah Gangguan Termografi Tahun 2015-2016

4
Berdasarkan diagram pareto jumlah gangguan akibat permasalahan termografi pada Gambar 2
serta hasil diskusi dan wawancara dengan personil di divisi Condition Based Maintenance, maka
dapat dijabarkan beberapa penyebab utama permasalahan tingginya temperatur operasi. Dari
hasil analisa menggunakan metode fishbone, gangguan pada peralatan grip contact, kontaktor,
terminal koneksi, breaker NFB dan bearing memiliki karakteristik permasalahan yang sama seperti
yang terlihat pada Gambar 3.
MAN METHODE MACHINE
Pengecekan
Proses kekencangan
Teknisi kurang Planner tidak Life Time
pemeliharaan baut tidak ada
Operator Tidak paham terampil paham kondisi
tidak standar
karakteristik peralatan Program peralatan Lidah KontakTor
Periode Standar Baut Koneksi
Kurangnya pelatihan inspeksi Peralatan Longgar Sudah Aus
acuan
pengecekan pegawai tidak sesuai
Jadwal patrol Kurangnya tidak ada
Jadwal Prosedur tidak ada Kabel Skun Grip
scheduling Contact rusak Vibrasi
check tidak pelatihan Salah
Peralatan
tepat
Kelalaian
Anggaran
terbatas
tidak tepat
Perawatan
peralatan
Prosedur tidak
direview dan Material kabel & GANGGUAN
operator diupdate skun jelek
tidak teratur
GRIP CONTACT,
KONTAKTOR, TERMINAL,
Mutu & kualitas
material jelek
Proses
Tidak ada
pengecekan
data material
NFB & BEARING
pengadaan
tidak sesuai Spesifikasi
Suplier tidak Salah Tingkat H2S
kompeten yang Tinggi
Tidak melihat
Quality Control peralatan existing
suplier tidak ada Kemampuan hantar
arus & Spare Part
material tidak sesuai

MATERIAL ENVIRONMENT
Gambar 3. Diagram Fish Bone Gangguan Termografi Peralatan

Berdasarkan penyebab-penyebab terjadinya gangguan kenaikan temperatur pada peralatan


pembangkit, maka dapat dilakukan analisa penyelesaian masalah dengan menggunakan metode
5W dan 1H seperti yang terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Problem Solving Gangguan Termografi Peralatan
No Problems What Why Where Who When How
1 Operator Memberikan Operator yang PLTP Operator Setiap 1 Rencana In-
Tidak paham pelatihan kepada tidak paham Kamojang Turbin kali per House Training
karakteristik operator mengenai operasi Generator & semester mengenai
peralatan mengenai peralatan dapat Alat Bantu Peralatan Unit
karakteritik mengakibatkan
peralatan berkurangnya
pembangkit. keandalan
pembangkit.
2 Anggaran Menyediakan Tidak adanya PLTP Divisi Setiap Lakukan
terbatas anggaran biaya anggaran untuk Kamojang Pengembang tahun pendataan
pelatihan pelatihan an SDM training setiap
sehingga berakibat tidak pegawai untuk
meningkatkan kompetennya diajukan pada
kompetensi teknisi yang RKA tahun
teknisi melakukan berikutnya
pemeliharaan
3 Planner tidak Memberikan Planner yang tidak PLTP Planner Setiap 1 Rencana In-
paham kondisi pelatihan kepada paham mengenai Kamojang Pemeliharaa kali per House Training
peralatan operator kondisi peralatan n semester mengenai
mengenai tidak dapat peralatan unit,
kondisi peralatan menyusun jadwal Pelatihan
pembangkit. pemeliharaan teknik
dengan tepat penjadwalan
peralatan
pembangkit
4 Prosedur tidak Melakukan Prosedur PLTP Teknisi Setiap satu Mengecek
direview dan review terhadap pemeliharaan yang Kamojang Listrik & tahun kondisi
diupdate prosedur & salah sesuai dapat Teknisi PdM sekali lapangan,
periode yang berakibat rusak PLTP lakukan
sesuai dengan peralatan. Kamojang perubahan
standar prosedur &
internasional jadwal sesuai
terbaru kondisi

5
No Problems What Why Where Who When How
5 Pengecekan Memastikan Sambungan baut Panel Teknisi Setiap Buat Check List
kekencanga kekencangan yang longgar Switch Listrik PLTP pemelihar pengencanagn
n baut tidak baut yang menyebabkan Board 380 Kamojnag aan baut pada setiap
ada terhubung pada busur api & VAC periodik peralatan.
terminal, kabel berakibat panas (MO, SI)
maupun
peralatan
6 Material Memastikan dan Kualitas yang jelek Panel Divisi Setiap Memeriksa
kabel & skun memeriksa dapat berakibat Switch pengadaan periodik kompetensi
jelek kualitas material panas dan Board 380 pengadaan vendor, Periksa
yang datang terbakarnya VAC material workshop
sesuai spesifikasi peralatan overhoul pembuatan
material
7 Life Time Memeriksa Waktu pemakaian Panel Bagian Setiap Buat jadwal
waktu yang berlebihan Switch Perencanaan pemelihar penggantian
pemasangan dapat merusak Board 380 dan aan peralatan secara
terakhir masing- peralatan dan VAC dan Pengendalia periodik periodik
masing peralatan berakibat panas area n (MO, SI)
Basement Pemeliharaa
Unit PLTP n
Kamojang
8 Vibrasi Memeriksa Ketidakselarasan Area Teknisi Setiap Lakukan
Peralatan kesejajaran poros motor & Basement Listrik PLTP pemelihar pengecekan
poros antara pompa dapat Unit PLTP Kamojnag aan vibrasi secra
motor & pompa menyebabkan Kamojang periodik periodik.
vibrasi dan (MO, SI)
berakibat panas
pralatan
9 Quality Memastikan Suplier yang tidak UPJP Divisi Setiap Membuat form
Control kualitas dan kompeten dapat Kamojang pengadaan semester penilaian vendor,
Suplier tidak kompetensi megirimkan Membuat form
ada pihak suplier material dan spare pengecekan
yang memasok part yang jelek material & spare
spare part & sehingga dapat part yang datang
material mengakibatkan
kerusakan
peralatan
10 Tidak ada Memastikan Tidak adanya UPJP Teknisi Setiap Membuat form
pengecekan material dan pengecekan Kamojang Pemeliharaa proses spesifikasi pada
data spare part yang menyebabkan n, Enginer, pengadaan dokumen
material akan dibeli material atau divisi spare part pengadaan
sesuai dengan spare part yang pengadaan dan barang
peralatan dibeli dapat salah material
spesifikasi yang dan tidak sesuai
terdapat di unit dengan kondisi
pembangkit peralatan yang ada
11 Tngkat H2S Memeriksa Kondisi yang Panel Teknisi Setiap Mengecek
yang tinggi kondisi udara korosif dapat Switch Listrik UPJP setahun kondisi HVAC
sekitar peralatan merusak peralatan Board 380 Kamojang sekali
V

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari diagram pareto rekapitulasi technology examination tahun 2015-2016
(Gambar 1) dapat diketahui bahwa penyumbang utama dari permasalahan yang terjadi pada
peralatan pembangkit berdasarakan monitoring divivsi CBM (Condition Based Maintenance) dari
tahun 2015 – 2016 sebesar 68.89 % berasal dari hasil pengukuran termografi. Selain itu, dari
diagram pareto pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa terdapat 6 komponen peralatan penyebab
utama permasalahan pada peralatan pembangkit yang diperoleh dari hasil pengukuran
termografi. Berdasarkan banyaknya jumlah gangguan, komponen yang sering mengalami masalah
yaitu grip contact, kontaktor, terminal koneksi, breaker NFB (No Fuse Breaker), terminal koneksi
motor dan bearing pompa dimana peralatan grip contact menempati peringkat pertama dari
seluruh peralatan yang dilakukan monitoring.

6
Berdasarkan hasil evaluasi dari kegiatan pemeliharaan prediktif dengan metode termogafi, maka
dalam penelitian ini terdapat beberapa usulan perbaikan sehingga dapat mencegah terjadinya
kebakaran pada peralatan, antara lain:
1. Penggantian Model Grip Contact
Kondisi grip contact saat ini ketika dilakukan pengukuran oleh tim Condition Based
Maintenance (CBM) selalu menunjukkan temperatur yang tinggi. Berdasarkan analisa
permasalahan pada grip contact dengan menggunakan diagram fish bone dan metode 5W1H,
maka penyebab tinginya temperatur disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kualitas material pada grip yang terhubung ke busbar tidak bagus sehingga hubungan
antara busbar dengan grip contact tidak sempurna.
b. Sambungan koneksi kabel dengan grip contact tidak terhubung sempurna sehingga bisa
menjadi penyebab munculnya titik panas saat beroperasi.
c. Skun kabel grip contact yang terhubung dengan breaker proses crimping tidak bagus
sehingga kabel tidak masuk sepenuhnya ke dalam skun.
d. Kualitas kabel grip contact yang kurang bagus sehingga tidak mampu menahan arus yang
mengalir.
Dari beberapa faktor tersebut, grip contact yang terpasang pada panel Switchboard 380 V
selalu beroperasi pada temperatur tinggi dimana mengakibatkan peralatan tersebut sering
mengalami kerusakan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4 dan harus dilakukan
penggantian yang mengakibatkan terganggunya kegiatan operasi pembangkit.

Gambar 4. Kerusakan Grip Contact


Penggunaan model grip contact seperti yang terpasang saat ini selalu mengakibatkan
timbulnya temperatur tinggi saat pengukuran. Tetapi sampai penelitian ini dilakukan pihak
pemeliharaan unit pembangkit PLTP belum dapat mengganti grip contact tersebut dengan
model lain yang lebih andal dikarenakan tidak adanya pihak ketiga (supplier) yang dapat
menyediakan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh unit pembangkit. Untuk itu perlu adanya
tindakan lain agar permasalahan termografi pada grip contact tidak selalu muncul terus
menerus.
2. Penggunaan Kabel Power Sebagai Pengganti Grip Contact
Dengan belum adanya grip contact yang sesuai dengan kebutuhan, maka untuk mengatasi
permasalahan termografi diajukan opsi untuk menghilangkan penggunaan grip contact dan
menggantinya dengan menggunakan kabel power yang dihubungkan langsung antara busbar
dengan input pada breaker. Usulan ini dilakukan pertama kali pada panel Switch Board 380 V
Unit 3 pembangkit PLTP yaitu panel Fan Cooling Tower No. 1 hingga 5 dimana pada panel
tersebut sering sekali muncul temperatur tinggi pada grip contact. Penggantian dilakukan di
Unit 3 pada bulan November 2017 karena bersamaan dengan waktu pemeliharaan total
peralatan pembangkit yang berlangsung selama + 20 hari sehingga tidak mengganggu kinerja
operasi pembangkit. Proses kegiatan pemasangan kabel power pada busbar switchboard 380
VAC dapat terlihat pada Gambar 5.

7
Gambar 5. Pemasangan Kabel Power pada Busbar

Setelah dilakukan penggantian dan panel Switch Board 380 V Unit 3 beroperasi kembali lalu
dilakukan pengukuran termografi, ternyata terdapat penurunan temperatur yang sangat
signifikan dibandingkan saat masih menggunakan grip contact seperti yang terlihat pada
Gambar 5.6 dan Gambar 5.7 serta penjelasannya pada Tabel 5.2 dan Tabel 5.3.
Ar1 91.4 °C 95.6 °C

80
Ar2

60 50

Ar3 Ar1
Ar4 Ar2
Ar5 40.7 Ar3 15.1

Gambar 5.6. Pengukuran Panel FCT No. 03 Sebelum Penggantian

Tabel 3. Pengukuran Grip Contact FCT No. 03 Unit 3 (Sebelum)


Temperatur Temperatur Incoming
Titik Ukur Grip Contact Breaker dari Grip Contact
(Kiri) (Kanan)
Ar1 (Phasa S Atas) 100.7 °C -
Ar2 (Phasa T Atas) 67.4 °C -
Ar3 (Phasa R Bawah) 91.2 °C 89.7 °C
Ar4 (Phasa S Bawah) 68.5 °C 96.6
Ar5 (Phasa T Bawah) 65.1 °C 82.2
Δ Temp Antar Phase max. 33.3 °C 14.1 °C
Δ Temp Phase R antara Grip 35.6 °C -
Contact Atas & Bawah

44.6 °C 44.5 °C
Ar1 Ar1
40

40

30

35.3 26.8

Gambar 5.7. Pengukuran Panel FCT No. 03 Setelah Penggantian

Tabel 4. Pengukuran Grip Contact FCT No. 03 Unit 3 (Setelah)


Temperatur Temperatur Incoming Breaker
Titik Ukur Grip Contact dari Grip Contact
(Kiri) (Kanan)
Ar1 (Total Phasa) 42.5 °C 44.1 °C

8
3. Perubahan Jadwal Monitoring Termografi
Monitoring termografi yang dilakukan oleh tim CBM Unit Pembangkit pada panel Switch
Board 380 V saat ini tidak berjalan dengan efektif karena masih terjadinya gangguan besar
yang menyebabkan terbakarnya salah satu panel Switch Board akibat permasalahan
termografi sehingga unit pembangkit tidak dapat beroperasi dalam jangka waktu yang cukup
lama. Gangguan tersebut terjadi di luar waktu periode pengukuran yang telah ditetapkan
pada awal tahun sehingga perlu dilakukan evaluasi untuk menghindari terjadinya gangguan
yang serupa dengan melakukan perubahan pada jadwal monitoring termografi.
Periode pengukuran termografi pada panel Switch Board antara masing-masing periode yang
saat ini dilakukan yaitu setiap 12 Week (Tabel 5.4) dirasa terlalu panjang dan cukup lama
untuk dapat mengetahui gejala kelainan pada peralatan. Untuk itu disarankan agar melakukan
perubahan jadwal monitoring termografi dari sebelumnya 12 Week menjadi setiap 4 Week
(Tabel 5.5) sehingga gejala kelainan temperatur yang timbul pada peralatan dapat diketahui
lebih dini oleh teknisi pemeliharaan CBM. Usulan perubahan jadwal termografi hanya
dilakukan pada panel Switch Board 380 V sedangkan untuk peralatan lain masih menggunakan
periode lama karena sifatnya yang urgensi dan memerlukan perhatian yang lebih seksama.
Tabel 5. Periode Termografi Switch Board 380 V Tahun 2016
W4 W18 W31 W43
NO PM DESCRIPTION PERALATAN FREQ 18 - 22 25 - 29 Apr 25 - 29 17 - 21
Jan 2016 2016 Juli 2016 Oct 2016
1 PDM THERMOGRAPHY FEEDER FOR ELECTRICAL 12 W X X X X
DUA BELAS MINGGUAN INSTRUMENTS AND
SWITCH BOARD 380 V CONTROL (380 V Unit
UNIT-2 KAMOJANG Running A & B) UNIT 2
2 PDM THERMOGRAPHY FEEDER FOR ELECTRICAL 12 W X X X X
DUA BELAS MINGGUAN INSTRUMENTS AND
SWITCHBOARD 380 UNIT- CONTROL (380 V Unit
3 KAMOJANG Running A & B) UNIT 3

Tabel 6. Periode Termografi Switch Board 380 V Tahun 2017


W1 W5 W9 W14 W18 W23 W27 W31
30 Jan 27 Feb
2-8 3-9 1-7 5- 11 3-9 31 Jul -
NO PM DESCRIPTION PERALATAN FREQ –5 –5
Jan Apr Mei Jun Jul 6 Aug
Feb Mar
2017 2017 2017 2017 2017 2017
2017 2017
1 PDM FEEDER FOR 4W X X X X X X X X
THERMOGRAPHY ELECTRICAL
EMPAT MINGGUAN INSTRUMENTS AND
SWITCH BOARD 380 CONTROL (380 V
V UNIT-2 Unit Running A & B)
KAMOJANG UNIT 2
2 PDM FEEDER FOR 4W X X X X X X X X
THERMOGRAPHY ELECTRICAL
EMPAT MINGGUAN INSTRUMENTS AND
SWITCH BOARD 380 CONTROL (380 V
V UNIT-3 Unit Running A & B)
KAMOJANG UNIT 3

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada kegiatan pemeliharaan prediktif di unit pembangkit maka dapat
diketahui terdapat 6 komponen peralatan yang menyebabkan permasalahan termografi, yaitu
grip contact, kontaktor, terminal koneksi, breaker NFB (No Fuse Breaker), terminal koneksi motor
dan bearing pada pompa. Penyumbang terbesar dari keseluruhan permasalahan termografi
terdapat pada peralatan grip contact yaitu sebesar 48.1 %. Gangguan yang terjadi akibat dari
permasalahan termografi hingga mengakibatkan terbakarnya salah satu peralatan Feeder 380 VAC
yang terdapat di unit pembangkit PLTP disebabkan oleh kondisi grip contact yang terpasang saat
ini kurang bagus karena memiliki kualitas dan mutu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan
baik dari sisi material maupun proses finishing peralatan sehingga selalu menunjukkan
temperatur tinggi setiap dilakukan pengukuran. Selain itu, periode waktu pengukuran peralatan
yang tidak tepat khususnya pada peralatan panel listrik Switch Board 380 V dimana gangguan

9
terbakarnya peralatan terjadi diantara 2 waktu periode pengukuran dengan jarak 12 Week
sehingga kenaikan temperatur peralatan tidak diketahui lebih awal.

Usulan perbaikan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pemeliharaan dan menghindari


terjadinya lagi gangguan terbakar akibat permasalahan termografi pada unit PLTP Kamojang yaitu:
a. Melakukan penggantian model grip contact yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki
kualitas yang bagus.
b. Melakukan penggantian grip contact pada panel Switch Board 380 V yang selalu memiliki
temperatur tinggi.
c. Hasil pengukuran termografi dengan menggunakan kabel power yang dihubungkan langsung
dari input breaker ke busbar dan dilakukan pada akhir tahun 2016 pada unit 3 PLTP Kamojang
menunjukkan sudah tidak ada lagi indikasi temperatur tinggi serta terdapat perbedaan yang
signifikan pada hasil pengukuran berdasarkan uji statisitka.
d. Melakukan perubahan periode pengukuran termografi khususnya pada peralatan panel
Feeder Switch Board 380 V dari periode setiap 12 Week menjadi 4 Week untuk mendeteksi
lebih awal terjadinya kelainan

DAFTAR PUSTAKA
[1] Caciotta, M., Leccese, F., Spagnolo, G. S., & Cozzella, L. Automatic Industrial Electrical Circuit
Firing Prevention using Infrared Termography.
[2] Chou, Y. C., & Yao, L. (2009, December). Automatic diagnostic system of electrical equipment
using infrared thermography. In Soft Computing and Pattern Recognition, 2009. SOCPAR'09.
International Conference of (pp. 155-160). IEEE.
[3] Dahlgaard, J. J., Khanji, G. K., & Kristensen, K. (2008). Fundamentals of Total Quality
Management: Process Analysis and Improvement. London: Nelson Thornes
[4] Garcia-Ramirez, A. G., Morales-Hernandez, L. A., Osornio-Rios, R. A., Benitez-Rangel, J. P.,
Garcia-Perez, A., & de Jesus Romero-Troncoso, R. (2014). Fault detection in induction motors
and the impact on the kinematic chain through thermographic analysis. Electric Power
Systems Research, 114, 1-9.
[5] Huda, A. S. N., Taib, S., Ghazali, K. H., & Jadin, M. S. (2014). A new thermographic NDT for
condition monitoring of electrical components using ANN with confidence level analysis. ISA
transactions, 53(3), 717-724.
[6] Jeffali, F., Kihel, B. E. L., Nougaoui, A., & Delaunois, F. (2015). Monitoring and diagnostic
misalignment of asynchronous machines by Infrared Thermography. J. Mater. Environ. Sci,
6(0), 4.
[7] Pašagić, V., Mužević, M., & Kelenc, D. (2008). Infrared Thermography in Marine Applications.
Brodogradnja, 59(2), 123-130.
[8] Suhardianto. (2014). Rancangan Autonomous Maintenance Untuk Meningkatkan Kinerja First
Line Maintenance Pada Mesin MSM HP963 (Studi Kasus: PLTU Batubara). Jakarta: Universitas
Mercu Buana

10

You might also like