Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 99

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEPATUHAN DIIT PADA PASIEN DIABETES


MELITUS DI PUSKESMAS TANJUNG
PAKU KOTA SOLOK
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

MONA NELIA EFFENDI


NIM. 1414201015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2018
PROGRAM OF STUDY PUBLIC HEALTH SCIENCE FORT DE Kock
THE STUDY OF NURSING SCIENCE PROGRAM
Research, Septembert 2018

MONA NELIA EFFENDI

Factors related to the compliance of diit diabetes mellitus patients at Tanjung


Paku Public Health Center in Solok City in 2018
VII BAB, 72 pages, 8 tables, 2 chart, 9 attachment
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a health disorder in the form of a collection of
symptoms caused by blood sugar (glucose) due to insulin deficiency or resistance. If
diabetes mellitus treatment is not managed properly, it will lead to complications.
The purpose of this study was to determine the factors associated with diit adherence
of Diabetes Mellitus patients at Tanjung Paku Public Health Center in Solok City in
2018.
A descriptive analytic study with cross sectional method. The study was
conducted on 27 - 30 August 2018 with a study population of all diabetes mellitus
patients in Tanjung Paku Public Health Center in Solok City totaling 39 people.
Data were collected using a questionnaire where respondents filled out the
questionnaires and then processed computerized data using the chi-square test.
From the results of the study, more than a portion (51.3%) of respondents
had low knowledge, more than a part (51.3%) of respondents had less supportive
family support, more than half (51.3%) of respondents had a role of officers who had
less role and more of some (61.5%) respondents did not comply with DIIT. Based on
the analysis, there was a significant relationship between knowledge (p value =
0.006 and 9.714) and the role of health workers (p value = 0.006 and 9.714) with diit
adherence to diabetes mellitus patients at Tanjung Paku Public Health Center in
Solok City in 2018. with diit compliance (p value = 0.149 and 3.333)
It was concluded that diit adherence to diabetes mellitus patients was
influenced by the knowledge and role of health workers. It is expected that health
workers provide counseling about DM with methods and languages that are easily
understood by respondents and motivate respondents to be able to follow the
recommendations in appropriate DM standardization and encourage respondents to
always control blood sugar levels at home regularly.

Reading List : 34 (2000 -2015)


Key Words : Knowledge, Family Support, Role of Health Officers and
Compliance diit DM patients
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FORT DE KOCK BUKITTINGGI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, September 2018

MONA NELIA EFFENDI


Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan diit pasien Diabetes
Melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018
VII BAB, 72 halaman, 8 tabel, 2 Bagan, 9 lampiran
ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan gangguan kesehatan yang berupa kumpulan
gejala disebabkan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi
insulin. Jika perawatan diabetes mellitus tidak dikelola dengan baik, akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diit pasien Diabetes Melitus di
Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018.
Penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan metode cross sectional.
Penelitian dilakukan pada tanggal 27 – 30 Agustus 2018 dengan populasi penelitian
semua pasien diabetes melitus yang ada di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
berjumlah 39 orang data dikumpulkan menggunakan angket dimana responden
mengisi langsung angket yang diberikan kemudian data diolah secara komputerisas
mengunakan uji chi-square.
Dari hasil penelitian lebih dari sebagian (51,3%) responden mempunyai
pengetahuan rendah, lebih dari sebagian (51,3%) responden mempunyai dukungan
keluarga kurang mendukung, lebih dari sebagian (51,3%) responden mempunyai
peran petugas kurang berperan dan lebih dari sebagian (61,5%) responden tidak
patuh dengan diit. Berdasarkan analisis diperoleh ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan (p value = 0,006 dan 9,714) dan peran petugas kesehatan (p
value = 0,006 dan 9,714) dengan kepatuhan diit pasien diabetes melitus di
Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018. Sedangkan dukungan keluarga
tidak ada hubungan dengan kepatuhan diit (p value = 0,149 dan 3,333)
Disimpulkan kepatuhan diit pasien diabetes mellitus dipengaruhi oleh
pengetahuan dan peran petugas kesehatan. Diharapkan petugas kesehatan
memberikan penyuluhan tentang DM dengan metode dan bahasa yang mudah
dimengerti oleh responden dan memotivasi responden untuk dapat mengikuti anjuran
dalam penatalksanaan DM yang sesuai standar dan menganjurkan responden untuk
selalu mengontrol kadar gula darah di rumah secara rutin.

Daftar Bacaan : 34 (2000 -2015)


Kata Kunci : Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Peran Petugas Kesehatan
dan Kepatuhan diit pasien DM
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Peneliti Ucapkan Kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

Kepatuhan diit pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

tahun 2018”. Shalawat dan salam peneliti memohonkan kepada Allah SWT semoga

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan contoh dan suri

tauladan bagi manusia untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan program S1 Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi. Dalam

penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan masukan, bantuan, dukungan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati

dan penuh penghargaan peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ns. Silvia, S.Kep,

M.Biomed selaku Pembimbing I dan Detty Afriyanti, SST, M.Keb selaku

Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan arahan serta

masukan untuk penelitian dapat menyelesaikan skripsi ini Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

kepada yang terhormat:

1. Ibu Nurhayati, S.ST, M.Biomed selaku Ketua STIKes Fort De Kock

Bukittinggi

2. Ibu Ns. Wenny Lazdia, S.Kep, MAN Selaku Ketua Program Studi Profesi

Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi


3. Ibu Khairun nikmah Harahap, SKM, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Tanjung Paku

yang telah memberikan kemudahan dan izin dalam mengambil data untuk

menyelesaikan skripsi.

4. Seluruh Staf dan Dosen pengajar STIKes Fort De Kock Bukittingi yang telah

banyak memberikan ilmu kepada peneliti.

5. Mama, Papa dan Kakak tercinta yang selalu memberikan semangat, dorongan

baik itu moril maupun materil kepada peneliti dalam mempersiapkan diri

untuk menjalani semua tahapan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Keluarga besar dan rekan-rekan mahasiswa seangkatan STIKes Fort De Kock

Bukittinggi yang selalu membantu dan kerjasama yang baik dalam

penyusunan Skripsi ini.

7. Responden yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini

Selaku hamba Allah, peneliti sadar bahwa terdapat keterbatasan yang

dimiliki, sehingga menjadikan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

peneliti menerima kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini,

sehingga skripsi ini bisa dilanjutkan.

Bukittinggi, September 2018

Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….... 7
C. Tujuan Penelitian………………………………………………..... 7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………….. 8
E. Ruang Lingkup…………………………………………………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Diabetes Melitus................................................................. 10
B. Diit..................………………....................................................... 21
C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan....................... 31
D. Kerangka Teori................................................................................ 42

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep........................................................................... 43
B. Defenisi operasional....................................................................... 44
C. Hipotesa penelitian......................................................................... 46

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ………………………………………………… 47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………… 47
C. Populasi dan Sampel …………………………………………..... 47
D. Etika Penelitian.............................................................................. 49
E. Teknik pengumpulan data …………………………………….... 50
F. Teknik Pengolahan ..................................……….......................... 51
G. Teknik Analisa Data...................................................................... 52

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………......................... 54
B. Hasil Analisa Univariat …………………………………….......... 55
C. Hasil Analisa Bivariat..................................................................... 57

BAB VI PEMBAHASAN
A. Hasil Analisa Univariat …………………………………….......... 60
B. Hasil Analisa Bivariat..................................................................... 65
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………............................ 71
B. Saran.............................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 42

3.1 Kerangka Konsep........................................................................ 43


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1 Defenisi Operasional....................................................................... 44

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di


Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018....................... 55

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan


Keluarga di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018.... 55

5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Petugas


Kesehatan di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2018................................................................................................. 56

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Diit


Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok
Tahun 2018..................................................................................... 56

5.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diit Pasien Diabetes


Melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Tahun 2018................. 57

5.6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Pasien


Diabetes Melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Tahun
2018................................................................................................. 58

5.7 Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Diit


Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Tahun
2018................................................................................................ 59
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Format Persetujuan

Lampiran 3 : Kisi – Kisi Kuesioner

Lampiran 4 : Kuesioner

Lampiran 5 : Master tabel

Lampiran 6 : Hasil Olahan Data

Lampiran 7 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 8 : Lembaran Konsultasi Pembimbing I

Lampiran 9 : Lembar Konsultasi Pembimbing II


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian tertinggi di

dunia dengan 36 juta kematian setiap tahunnya dari sekitar 63 % seluruh

kematian terutama penyakit jantung, kanker, penyakit pernafasan kronis dan

Diabetes Melitus (Kemenkes 2016, p.1). Diabetes Melitus merupakan

sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam

darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah

tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.

Diabetes melitus sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan

umat manusia pada abad 21. Prevalensi penduduk dunia dengan diabetes melitus

diperhitungkan mencapai 125 juta pertahun, dengan prediksi berlipat ganda

mencapai 250 juta dalam 10 tahun mendatang (Brunner & Suddarth 2015,

p.1220).

Menurut data World Health Organisation (WHO), dunia didiami oleh

171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun

2030. Prevalensi diabetes melitus di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 (tahun

2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030 (Bustan, 2015).

Di Indonesia, menurut Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013)

prevalensi penderita DM pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan

dibandingkan pada tahun 2007 (1,1%). Prevalensi diabetes melitus banyak

menyerang kaum lanjut usia. Individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6 %
menderita diabetes melitus tipe II (Brunner & Suddarth 2015, p.1221). Laporan

Dinas kesehatan Propinsi Sumatera Barat (2016), Penyakit Diabetes Melitus

menempati urutan ke enam dari 16 macam penyakit dengan jumlah 3.738 /

100.000 orang penderita. Dimana Kota Solok berada pada urutan ke III terbanyak

jumlah penderita diabetes melitusnya yaitu (22,5 %).

Berdasarkan data dari dinas kesehatan kota Solok (2017), diabetes

melitus menduduki peringkat ke 6 dari 10 penyakit terbanyak pra usila dan usila

dengan jumlah 319 orang dimana 199 orang (62,3 %) diantaranya berada di

wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok.

Menurut Russel (2011, p.9) beberpa faktor resiko diabetes melitus adalah

faktor keturunan, pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat, kadar kolesterol

yang tinggi, jarang berolahraga, obesitas atau kelebihan berat badan. Penyebab

diabetes melitus tipe II pada umumnya karena gaya hidup yang tidak sehat. Hal

ini mengakibatkan metabolisme dalamtubuh tidak sempurna sehingga membuat

insulin dalamtubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon insulin dapat

diserap oleh lemak yang ada dalamtubuh. Sehingga pola makan dan gaya hidup

yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin.

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari

penatalaksanaan diabetes. Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa sendiri

atau SMBG (Self monitoring of blood glucose), penderita diabetes kini dapat

mengatur terapinya untuk mengatur kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini

memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemia dan berperan dalam

menentukan kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi

komplikasi diabetes jangka panjang (Brunner & Suddarth 2015, p.1228).


Pengontrolan kadar glukosa darah sebaiknya dilakukan secara rutin, terutama

bagi orang-orang yang berisiko terkena diabetes. Pengontrolan tersebut

dimaksudkan untuk mempertahankan kestabilan kadar glukosa darah agar berada

dalambatas normal. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara

mandiri atau dengan konsul ke dokter (Widiyanto 2009, p.88).

Faktor utama perkembangan diabetes melitus tipe II adalah resistensi

seluler terhadap efek insulin. Resistensi insulin ditingkatkan oleh kegemukan,

tidak beraktifitas, penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia. Pada kegemuka,

insulin mengalami penurunan kemampuan untuk mempengaruhi absorpsi dan

metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka dan jaringan adiposa. Hiperglikemia

meningkat secara perlahan dan dapat berlangsung lama sebelum DM didiagnosis,

sehingga kira-kira separuh diagnosis baru DM tipe II yang baru didiagnosis

sudah mengalami komplikasi (Priscilla LeMone 2014, p.654).

Komplikasi akibat diabetes melitus dapat bersifat akut atau kronis.

Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau

menurun tajam dalamwaktu relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa menurun

drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Komplikasi kronis berupa

kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa menyebabkan serangan jantung,

ginjal, saraf dan penyakit berat lainnya (Novitasari 2012, p.12).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi

atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik

diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Niven,

2008 ). Sackett (1976) dalam Niven (2008) menyatakan kepatuhan pasien adalah
sejauhmana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

profesional kesehatan. Kepatuham sangat penting dalam menanganan diit maka

ada beberapa faktor yang dapat mempengarui dan tidak mempengarui kepatuhan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien Diabetes Melitus

dalam mengendalikan kadar gula darah adalah menurut Niven (2008) adalah

pendidikan, akomodasi, modifikasi, faktor lingkungan sosial, perubahan model

terapi, meningkatkan interaksi, isolasi sosial dan keluarga, keyakinan sikap dan

kepribadian. Sedangkan menurut Lawrence Green dalam Notoadmojdo (2010)

perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (faktor pemudah) yaitu faktor-faktor

positif yang mempermudah terwujudnya perilaku (pengetahuan, sikap masyarakat

tentang kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi, pekerjaan). Faktor pemungkin (enabling) yaitu faktor-faktor yang

mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan (ketersediaan

saran dan prasarana), dan faktor penguat (reinforcing) meliputi motivasi dan

perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), serta motivasi dan

perilaku petugas kesehatan, dan dukungan dari pemerintah daerah. Berdasarkan

teori tersebut peneliti melihat hubungan dari faktor perilaku dengan kepatuhan

klien dalam mengendalikan kadar gula darah.

Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien disebabkan beberapa

faktor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan dan

keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu

diet diabetes melitus harus dilakukan sesuai programyang dianjurkan. Pasien

harus belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari guna

menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak, disamping


itu juga harus memiliki perilaku preventif dalampola makan untuk menghindari

komplikasi diabetik jangka panjang (Brunnner & Suddarth 2015, p.1222).

Pelaksanaan diet diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh adanya

dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki

atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalamkegiatan sehari-

hari. Perasaan saling terikat dnegan orang lain di lingkungan menimbulkan

kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi. Jika dukungan keluarga

tidak ada maka pasien diabetes melitus akan tidak patuh dalam pelaksanaan diet,s

ehingga penyakit diabetes melitus tidak terkendali dan terjadi komplikasi seperti

penyakit jantung, ginjal, kebutaan, aterosklerosis, bahkan sebagian tubuh dapat

diamputasi (Brunnner & Suddarth 2015, p.1223).

Peran dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan diet yaitu

mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota yang mendritta

diabetes melitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

pada pasien diabetes melitus, memberikan perawatan kepada anggota keluarga

yang menderita diabetes melitus, mempertahankan suasana rumah yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

memanfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan untuk pasien diabetes

melitus (Brunnner & Suddarth 2015, p.1223)

Berdasarkan penelitian Mayasari (2014) tentang faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam mengontrol gula darah di

Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makasar diperoleh hasil bahwa terdapat

hubungan antara pendidikan (p value = 0,02), pengetahuan (p value 0.01),

perilaku (p value= 0,003), sikap (p value 0,001) dengan kepatuhan pengendalian


gula darah pasien. Penelitian Ilmah (2015) tentang kepatuhan pasien rawat inap

terhadap diet diabetes melitus diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan peran

petugas kesehatan (p value= 0,002), sikap (p value = 0,001) dan dukungan

keluarga (p value = 0,001) dengan kepatuhan diet pasien diabetes melitus. Herlena

(2013) tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus

dengan kepatuhan diet diabetes melitus di RSUD AM Parikesit Kalimantan Timur

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan klien

menjalankan program diet p value = 0,015.

Penelitian Susanti (2013) tentang dukungan keluarga meningkatkan

kepatuhan diet pasien diabates melitus di ruang rawat inap RS Baptis Kediri

dimana hasil penelitian menunjukkan terbukti dukungan keluarga dapat

meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus. Peneltian Febsi (2016)

tentang hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan petugas kesehatan dengan

kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP

DR.M.Djamil Padang diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan peran petugas

kesehatan dengan kepatuhan diet pasien DM p value= 0,001.

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan pada tanggal 9 Oktober

2017 di puskesmas Tanjung Paku Kota Solok pada 15 orang pasien diabetes

mellitus tipe II. terdapat 10 orang tidak patuh dalam mengendalikan kadar gula

darah diantaranya 3 pasien mengatakan tidak perlu mengatur makan dan berolah

raga, 3 orang pasien mengatakan keluarga tidak mengawasi makannya, 3 orang

pasien mengatakan petugas kurang menjelaskan mengenai perawatan diabetes

melitus di rumah dan 1 orang dari mereka mengatakan tidak ada mengontrol gula

darah ke dokter maupun tenaga kesehatan lain.


Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diit pada pasien

diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah faktor – faktor apa saja yang

berhubungan dengan kepatuhan diit pada pasien diabetes melitus di Puskesmas

Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018.

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

diit pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun

2018.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan pasien diabetes melitus

tentang diit di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

b. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pasien diabetes

melitus terhadap diit di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

c. Mengetahui distribusi frekuensi peran petugas kesehatan terhadap pasien

diabetes melitus tentang diit di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

tahun 2018

d. Mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan pasien diabetes melitus

terhadap diit di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018


e. Mengetahui hubungan pengetahuan pasien diabetes melitus dengan

kepatuhan terhadap diet di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun

2018

f. Mengetahui hubungan dukungan keluarga pasien diabetes melitus dengan

kepatuhan terhadap diet di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun

2018

g. Mengetahui hubungan peran petugas kesehatan dengan kepatuhan

terhadap diet di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

D. Manfaat Peneliti

1. Bagi Ilmu Institusi Pendidikan

Mengembangkan ilmu pendidikan kesehatan, tentang empat pilar

penatalaksanaan Diabetes Melitus.

2. Bagi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

Sebagai bahan masukan dan informasi dalam rangka menangani kasus

Diabetes Mellitus.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti sendiri dapat memberikan pengalaman belajar yang berharga

dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan wawasan dan

pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan diit pasien diabetes melitus yang dilaksanakan pada tanggal 24 sampai

30 Agustus, Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami
diabetes mellitus tipe II yang ada di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok dengan

teknis pengambilan sampel adalah accidental sampling jumlah responden 39

orang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif

analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen

berupa lembaran kuesioner yang dilakukan oleh peneliti sendiri kemudian data

dianalisa secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. glukosa

secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. glukosa

dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon

yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan

mengatur produksi dan penyimpanannya (Brunner & Suddarth 2015).

Kesimpulannya, diabetes melitus adalah gangguan metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia,

aterosklerotik, mikroangiopati dan neuropati. Hiperglikemia terjadi karena

akibat dari kekurangan insulin atau menurunnya kerja insulin.

2. Klasifikasi diabetes mellitus

Menurut American Diabetes Asociation (ADA) tahun 2012, ada 4

klasifikasi diabetes mellitus yaitu :

a. Diabetes mellitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus),

tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga kekurangan

insulin absolut. Umumnya penyakit berkembang ke arah ketoasidosis diabetik

yang menyebabkan kematian. Pada diabetes mellitus tipe ini biasanya terjadi

sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar. Beberapa

9
faktor resiko dalam diabetes mellitus tipe ini adalah : autoimun, infeksi virus,

riwayat keluarga dengan diabetes mellitus.

b. Diabetes mellitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus), pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi insulin

yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat

kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai penyebabnya. Faktor

resiko NIDDM adalah : obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur

lebih dari 40 tahun, pengobatan dan riwayat keluarga dengan diabetes

mellitus. Hampir 90% penderita diabetes mellitus adalah diabetes mellitus

tipe II.

c. Diabetes mellitus dengan kehamilan atau Diabetes Mellitus Gestasional

(DGM), merupakan penyakit diabetes mellitus yang muncul pada saat

mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu

normal. Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada

DGM adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai

dengan riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, infeksi yang berulang,

melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg.

d. Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek

genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena

obat atau zat kimia, infeksi dan sindrome genetik lain yang berhubungan

dengan diabetes mellitus. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan,

kortisol, glukagon dan epinefrin bersifat antagonis atau melawan kerja

insulin. Kelebihan hormon tersebut dapat mengakibatkan diabetes mellitus

tipe ini (Brunner & Suddarth, 2015).


3. Penyebab Diabetes

Penyebab utama diabetes karena insulin yang dihasilkan oleh

pankreas tidak mencukupi untuk mengikat gula yang ada dalam darah akibat

pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat. Beberapa faktor risiko diabetes

dapat dilihat sebagai berikut:

a. Faktor keturunan

b. Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat

c. Kadar kolesterol yang tinggi

d. Jarang berolahraga

e. Obesitas atau kelebihan berat badan

Penyebab diabetes pada umumnya karena gaya hidup yang tidak

sehat. Hal ini mengakibatkan metabolisme dalam tubuh tidak sempurna

sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.

Hormon insulin dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh. Sehinggal

pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan

insulin.

4. Patofisiologi DM

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,

yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II

disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi

tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.


Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat

yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri

khas diabtes, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah

pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis

diabetik tidak terjadi pada diabetes. Meskipun demikan, diabetes yang tidak

terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom

hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang

berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes dapat berjalan tanpa

terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,

iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh,

infeksi dan pandangan yang kabur (Brunner & Sudarth, 2015)

5. Manifestasi Klinis DM

Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi

metabolik defisiensi insulin. Pasien – pasien dengan defisiensi insulin tidak

dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau

toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat

melebihi ambang ginjal untuk zat ini maka timbul glikosuria yang akan

mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin


(poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama

urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan

berkurang. Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai

akibat kehilangan kalori, pasien mengeluh lelah dan mengantuk

(Tjokroprawiro, 2006).

6. Faktor Risiko Diabetes Melitus

Menurut Bustan (2007) faktor risiko utama DM antara lain:

a. Genetik: mempunyai orang tua atau keluarga dengan DM

b. Obesitas terutama central obesity

c. Physical inactivity

d. Pengalaman dengan diabetik intrauterine: ditandai dengan riwayat

kehamilan abnormal, berupa abortus berulang-ulang, lahir mati,

malformasi, toxwmia gravidarum, berat badan bayi lebih 4 kg, glusuria

renal waktu hamil dan DM gestational.

e. Riwayat minum susu formula (cow milk) pada waktu bayi

f. Low Birth Weight (LBW)

Sedangkan kelompok risiko (high risk group) DM dalam

masyarakat antara lain:

1) Usia> 45 tahun.

2) Berat badan lebih (BBR > 110% atau IMT > 25 kg/m).

3) Hipertensi (> 140/90 mmHg).

4) Ibu dengan riwayat melahirkan bayi > 4000 gram.

5) Pernah diabetes sewaktu hamil.

6) Riwayat keturunan DM.


7) Kolesterol HDL < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl.

8) Kurang aktivitas fisik.

7. Diagnosis

Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara.

Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma >

200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Kedua,

dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan,

mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan

untuk diagnosis diabetes melitus. Ketiga dengan TTGO (Tes Toleransi

Glukosa Oral). Meskipun TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) dengan beban

75 gram, glukosa lebih sensitif dan spesifik di banding dengan pemeriksaan

glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan sendiri.

Tabel 2.1
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena < 110 110 – 199 > 200
- Darah kapiler < 90 90 – 199 > 200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena < 110 110 – 125 > 126
- Darah kapiler < 90 90 – 109 > 110
Sumber : Soegondo, 2009

Kadar gula darah puasa menurut Russel (2011: 11)

Normal : di bawah 100 mg/dl

Pradiabetes : 100-126 mg/dl

Diabetes : di atas 126 mg/dl


8. Komplikasi Diabetes Mellitus

Kondisi kadar gula darah tetap tinggi akan timbul berbagai

komplikasi. Komplikasi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu

komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi

ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia.

Komplikasi kronik adalah makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati.

Makroangiopati terjadi pada pembuluh darah besar (makrovaskular) seperti

jantung, darah tepi dan otak. Mikroangiopati terjadi pada pembuluh darah

kecil (mikrovaskular) seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal.

B. Penatalaksanaan Empat Pilar Diabetes Melitus

1. Edukasi (Penyuluhan)

Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes.

Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan

keterampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap

pasien diabetes. Disamping kepada pasien diabetes, edukasi juga diberikan

kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat berisiko tinggi dan

pihak-pihak perencana kesehatan (Waspadji, 2009).

Diantara berbagai materi edukasi, yang perlu diberikan pada pasien

diabetes diantaranya adalah: (1) apakah itu diabetes (2) faktor-faktor yang

berpengaruh pada timbulnya diabetes dan upaya-upaya menekannya (3)

Pengelolaan diabetes secara umum (4) Pengaturan makan dan latihan

jasmani (5) Obat-obat hipoglikemik (6) Komplikasi diabetes (7) Pencegahan


dan pengenalan komplikasi akut/kronik (8) Pemeliharaan kaki (Waspadji,

2009)

Penyuluhan kesehatan harus sering diberikan oleh dokter atau

perawat kepada para penderita diabetes melitus. Penyuluhan tersebut

meliputi beberapa hal antara lain: pengetahuan mengenai perlunya diet

ketat, latihan fisik, minum obat, serta pengetahuan mengenai komplikasi,

pencegahan, maupun perawatannya. Penyuluhan dapat diberikan secara

langsung baik perseorangan maupun kelompok, ataupun melalui selebaran

dan poster (Widharto, 2009).

Penyuluhan ini juga dapat dilakukan antar penderita diabetes

sendiri untuk berbagi pengalaman mengenai segala hal tentang penyakit

yang mereka derita. Selain dapat memperoleh informasi lebih tentang

penyakit mereka, melalui cara ini mereka juga dapat berbagi rasa serta

saling memberikan dukungan moril maupun spritual. Dengan demikian

melalui cara ini pula dapat membangkitkan semangat hidup dan

memberikan kemandirian dalam merawat diri mereka sendiri (Widharto,

2009).

2. Olahraga

Semua penderita diabetes melitus dianjurkan melakukan latihan

fisik atau berolahraga secara teratur setiap harinya selama lebih kurang 20

menit. Olahraga yang dilakukan cukup berupa olahraga ringan namun harus

dilakukan secara rutin. Latihan fisik ini dilakukan sekitar 1,5 jam sesudah

makan. Bagi penderita diabetes melitus yang mengalami obesitas,

dianjurkan untuk melakukan latihan fisik sedikit lebih berat. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar dapat menurunkan berat badannya menjadi

normal (ideal).

Dengan melakukan latihan fisik secara teratur dan

berkesinambungan, diharapkan dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Namun tidak semua penderita dapat melakukan latihan fisik tanpa adanya

risiko. Hanya penderita diabetes melitus yang masih ringan melakukan

olahraga dengan aman.

Selain memperoleh kebugaran tubuh, berolahraga dapat pula

membuang kelebihan kalori maupun lemak dalam tubuh. Dengan demikian

dapat mencegah kegemukan, mengontrol kadar gula darah, mengurangi

ketergantungan pada obat atau insulin, serta dapat mengurangi kandungan

lemak pada orang yang kegemukan. Berolahraga dapat pula mencegah

terjadinya gejala diabets melitus dini bagi orang-orang yang berisiko tinggi

menderita diabetes melitus, misalnya orang dalam keadaan obesitas.

Latihan fisik yang baik bagi penderita diabetes melitus yaitu

aerobik. Aerobik merupakan kegiatan fisik yang terus menerus dalam

jangka waktu cukup lama. Latihan ini rutin dilakukan selama lebih kurang 3

– 5 kali seminggu selama lebih kurang 50-60 menit. Sebelum latihan

sebiknya dilakukan pemanasan. Setelah latihan juga perlu dilakukan

pendinginan. Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sesuai program CRIPE

yaitu continous, rhythmical, interval, progressive dan endurance training.

a. Program tersebut mempunyai maksud sebagai berikut:

1) Continous, latihan yang dilakukan harus terus menerus (berkelanjutan)

selama 50-60 menit


2) Rhythmical, latihan yang dilakukan secara berirama dan teratur, tidak

asal-asalan

3) Interval, latihan yang dilakukan sebaiknya dilaksanakan secara

berselang – seling, kadang cepat, tetapi kadang juga lambat tetapi tanpa

berhenti. Misalnya jalan cepat, kadang berlari, kemudian jalan cepat

lagi

4) Progressive, latihan dilakukan secara bertahap dengan beban latihan

ditingkatkan secara perlahan-lahan

5) Endurance merupakan latihan ketahanan, untuk meningkatkan

kesegaran jantung dan pembuluh darah penderita (Widharto, 2009)

Latihan aerobik yang cocok dilakukan oleh penderita diabetes yaitu

berlari santai (jogging), berjalan kaki, bersepeda dan berenang. Olahraga

sebaiknya dihentikan jika kadar glukosa meningkat sangat tinggi. Bagi

penderita yang menggunakan insulin sebaiknya mengecek kadar gula

darahnya sebelum dan sesudah melakukan latihan (Widharto, 2009).

b. Standar olah raga penderita DM

Menurut jurnal diabetes care, penderita diabetes disarankan untuk

menjalankan setidaknya 150 menit latihan aerobic melalui latihan yang

sedang hingga berat, selama setidaknya tiga hari dalam seminggu. Berikut

adalah senam diabetes :

1) Pemanasan 1

Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke atas selurus bahu. Kedua tangan

bertautan lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.


2) Pemanasan 2

Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu.

Kemudian gerakkan kedua jari tangan seperti hendak meremas lalu buka

lebar. Lakukan secara bergantian, namun tangan diangkat ke kanan – kiri

tubuh hingga lurus bahu dengan waktu 5-10 menit.

3) Inti 1

Posisi berdiri tegap, kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki kiri tetap

di tempat, tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan

tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara

bergantian

4) Inti 2

Posisi berdiri tegap, kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentuk

sudut 90 derajat. Kaki kiri tetap ditempat. Tangan kanan diangkat kekanan

tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga tangan

mendekati dada. Lakukan secara bergantian

5) Pendinginan 1

Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan

selurus bahu. Tangan kanan ditekuk kedalam. Lakukan secara bergantian.

6) Pendinginan 2

Posisi kaki bentuk huruf V terbalik. Kedua tangan direntangkan ke atas

dengan membentuk huruf V dengan waktu 5-10 menit.


3. Pengaturan Makan

a. Pengertian Pengaturan Makan

Diet atau pengaturan makan merupakan salah satu pilar utama dalam

pengelolaan penderita DM. Umumnya dokter akan menganjurkan diet

selama 4 – 8 minggu dengan aktivitas fisik yang cukup sebelum melakukan

pengobatan. Setelah anjuran pertama ini dilakukan dengan baik kadar gula

darah belum mencapai sasaran.

Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM.

makanan yang masuk harus dibagi merata sepanjang hari ini harus konsisten

dari hari kehari . Peran diet ini jelas sekali terutama pada pasien yang

gemuk, dimana toleransi glukosa jelas menjadi normal dengan menurunnya

berat badan.

Diet tinggi karbohidrat sudah menjadi diet standar di indonesia,

karena selain baik, juga sesuai dengan pola makan Indonesia. Bertambahnya

sekresi insulin atau meningkatnya sensitivitas insulin di jaringan perifer

pada diet tinggi karbohidrat merupakan sebab mengapa kadar glukosa darah

menjadi lebih mudah terkendali.

Diet standar untuk diabetes saat ini umumnya berdasarkan

1) Tinggi karbohidrat, rendah lemak, tinggi serat

2) Tinggi karbohidrat, tinggi asam lemak tidak jenuh berikatan tunggal

b. Tujuan Pengaturan Makan

1) Dapat memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Dapat mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal


3) Dapat memenuhi kebutuhan energi untuk mempertahankan atau mencapai

berat badan normal

4) Dapat menekan atau menunda komplikasi

5) Menormalkan pertumbuhan bagi penderita DM anak dan orang dewasa

muda

6) Dapat di modifikasi sesuai dengan kondisi penderita

7) Dapat disesuaikan dengan pola makan penderita

c. Penerapan pola makan sehari-hari

Untuk menjaga kadar gula darah dan berat badan, makanan yang anda

makan harus rendah lemak, kaya serat, mengandung lebih banyak karbohidrat

yang kompleks, dan menghindari gula sederhana. Penderita diabetes sebaiknya

mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya kira – kira

sekitar 68 persen karbohidrat, 20 persen lemak dan 12 persen protein.

Tip sederhana yang dapat digunakan sebagai acuan yaitu:

1) Hindari gula yang sudah diproses seperti yang terdapat dalam kue,

permen, biskuit, es krim, soda, madu cokelat dan puding.

2) Hindari buah-buahan yang dikeringkan

3) Hindari konsumsi makanan yang diproses seperti hot dog, bacon,

bologna, mayones

4) Makanlah apel dan buah-buahan yang kaya pektin

5) Protein sebaiknya didapatkan dari ikan serta sayuran yang berbentuk

biji-bijian dan polong

6) Makanlah sayuran segar yang dapat disajikan dalam bentuk jus

7) Makan 3 kali sehari secara teratur pada waktu yang sama


8) Hindari daging berwarna merah

9) Ganti nasi putih anda dengan nasi dari beras merah

10) Makanlah makanan yang dapat membantu menstabilkan gula darah

seperti spirulina, beri, keju, kuning telur, ikan, bawang putih, kacang

kedelei, tofu timun, avokat

11) Sebelum berolahraga, makanlah lebih banyak karbohidrat

12) Jangan merokok

13) Kurangi konsumsi alkohol / hentikan.

14) Jangan mengkonsumsi vitamin C, vitamin B 1 dan B3 dalam jumlah

berlebihan. Jumlah yang berlebihan dapat membuat kerja insulin tidak

aktif

15) Hindari kelelahan fisik dan emosional (Widharto, 2009)

4. Manfaat Pengaturan Makan Diabetes Melitus

Dapat mengurangi resiko hiperglikemia dan hipoglikemia serta berat

badan yang berlebihan sehingga penderita DM dapat menjalani hidup dengan

normal tanpa adanya gangguan dari penyakit Jantung dan ginjal dan tentunya

diperlukan penyesuaian jumlah masukan protein agar tidak menambah beban

kerja ginjal. Pasien DM dengan keadaan khusus seperti para wanita yang

hamil dan menyusui untuk menambah kalori protein bagi perbaikan dan

pertumbuhan jaringan.

5. Jenis Diet Diabetes Melitus

Diet DM diklasifikasikan menurut jumlah kalori, yaitu :

1) Diet I (1100 kal)

2) Diet II (1300 kal)


3) Diet III (1500 kal)

4) Diet IV (1700 kal)

5) Diet V (1900 kal)

6) Diet VI (2100 kal)

7) Diet VII (2300 kal)

8) Diet VIII (2500 kal)

Diet I sampai diet III diberikan kepada pasien yang gemuk (Obesitas) dan

diet IV sampai diet V diberikan kepada penderita yang mempunyai berat

badan normal dan Diet VI sampai Diet VIII diberikan pada pasien kurus dan

untuk pasien yang memerlukan diet tinggi kalori.

Tabel 2.1
Jenis Diet Diabetes Melitus
Jenis Diet Kalori Protein Lemak Hidrat Arang
Kalori (g) (g) (g) (g)
I 1100 50 30 160
II 1300 55 35 195
III 1500 60 40 205
IV 1700 65 45 260
V 1900 70 50 300
VI 2100 80 55 325
VII 2300 85 65 350
VIII 2500 90 65 390
(Almatsier, 2006)
Tabel 2.2
Jumlah bahan Makanan Sehari untuk tiap Standar Diet Diabetes Melitus
(Dalam Satuan Penukar)

1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500


Energi
Pagi :
1. Nasi ½ 1 1 1 11/2 2 ½ 2
2. Hewani ½ ½ ½ ½ ½ 1 1 1
3. Nabati - - 1 1 1 1 1 1
4. Sayuran A S S S S S S S S
B - - - - - - - -
5. Minyak - 1 1 1 1 1 2 2
6. Susu - - - - - - - -

10.00 : Buah 1 1 1 1 1 1
Siang :
1. Nasi 1 1 11/2 2 2 2 S S
2. Hewani 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Nabati 1 1 1 1 1 1 1 2
4. Sayuran A S S S S S S S S
B 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Minyak 1 1 1 1 1 1 1 1
6. Susu 1 1 1 2 2 3 S S

16.00 : Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Malam
1. Nasi ½ 1 1 11/2 2 2 21/2 21/2
2. Hewani 1 1 1 1 1 1 1 1
3. Nabati 1 1 1 1 1 1 1 2
4. Sayuran A S S S S S S S S
B 1 1 1 1 1 1 1 1
5. Minyak 1 1 1 1 1 1 1 1
6. Susu 1 1 1 1 2 2 2 2

Ket : S : Sekehendak (Almatsier, 2006)


Dalam melaksanakan diet Diabetes Melitus sehari-hari, hendaknya diikuti

pedoman 3J (Jumlah, Jadwal, Jenis) artinya :

J 1 : Jumlah makanan harus diseimbangkan dan disesuaikan dengan jumlah

kalori yang dibutuhkan penderita setiap harinya. Kebutuhan ini

disesuaikan secara perseorangan berdasarkan berat badan, jenis

kelamin, usia dan aktifitas sehari-hari


J2 : Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan intervalnya. Pada umumnya

orang memiliki 6 porsi makan, yaitu 3 porsi besar dan 3 porsi kecil.

Pengelompokan ini berdasarkan jumlah kalori pada makanan tersebut.

Hal ini dilakukan agar kalori yang dibutuhkan dapat tercukupi secara

merata setiap harinya. Di samping itu penjadwalan yang dilakukan

dengan disiplin waktu dapat membantu pankreas mengeluarkan

insulin secara rutin pula. Dengan demikian terhindar dari kenaikan

kadar gula yang melonjak

J3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari termasuk “Pantang” buah

golongan A dan makanan lain yang manis. Jenis makanan bagi

penderita diabetes melitus ini pada dasarnya tidak jauh berbeda

dengan jenis makanan orang sehat yaitu terdiri dari karbohidrat,

protein dan lemak. Akan tetapi pada penderita diabetes melitus

disarankan untuk memenuhi kebutuhan makanannya berdasarkan

komposisi sebagai berikut:

1) Dua perlima bagian makanan mengandung karbohidrat terutama dari

karbohidrat berserat tinggi misalnya kentang

2) Dua perlima bagian makanan dipenuhi dengan sayuran berserat

maupun buah-buahan

3) Seperlima bagian yang lain sebaiknya dipenuhi dengan makanan yang

mengandung protein misalnya daging, ikan, telur dan kacang-

kacangan (Widharto, 2009)


4. Kontrol Gula Darah

Pemantauan diabetes mellitus merupakan pengendalian kadar gula

darah mencapai kondisi senormal mungkin. Dengan terkendalinya kadar gula

darah maka akan terhindar dari keadaan hiperglikemia danhipoglikemia serta

mencegah terjadinya komplikasi (Bustan, 2015). Pemantauan kadar glukosa

darah harus dilakukan secara teratur untuk mengetahui pengobatan dalam

mengendalikan diabetes melitus. Kendali yang baik dalam pengontrolan gula

darah adalah dengan melakukan pemeriksaan gula darah guna mencegah

komplikasi jangka panjang minimal 1 kali sebulan (Buckman, 2010)

Hasil Diabetes Control And Complcation Trial (DCCT) /

pengendalian diabetes dan uji komplikasimenunjukkan bahwa pengendalian

diabetes yang baik dapat mengurangikomplikasi Diabetesseperti retinopati,

nefropati serta neuropati (Smeltzer & Bare, 2002). Pemantauan kadar glukosa

darah merupakan prosedur yang berguna bagi semua penderita diabetes.

Pemantauan kadar glukosa darah sangat membantu dalam melakukan

pemantauan terhadap efektivitas latihan, diet dan obat hipoglikemia oral, dan

membantu memotivasi klien dalam melanjutkan terapinya.

Tabel 2.3
Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa 80 – 100 100 – 125 ≥ 126
(mg/dl)
Glukosa darah 2 jam post 80 – 144 145 – 179 ≥ 180
parandial (mg/dl)
AIc (%) < 6.5 6.5 – 8 ≥8
Kolestrol total (mg/dl) < 200 200 – 239 ≥ 240
Kolestrol LDL (mg/dl) < 100 100 – 129 ≥ 130
Kolestrol HDL (mg/dl) >45
Trigliserida (mg/dl) < 150 150 – 199 ≥ 200
IMT (kg/m²) 18.5 – 23 23 – 25 >25
Tekanan darah (mmhg) ≤ 130/80 130-140/80– >140/90
90
Sumber:konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2, Perkeni
2006

Cara pelaksanaan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) menurut WHO

tahun 1985 ( Arif Mansjoer, 2001: 580) yaitu :

a. 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa.

b. kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan.

c. puasa semalam, selama 10-12 jam.

d. kadar glukosa darah puasa diperiksa.

e. diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml

dan diminum selama/dalam waktu 5 menit.

f. diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama

pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Glucotest seperti alat kesehatan lainnya memiliki umur pemakaian,

biasanya akan mengalami kekeliruan dalam pembacaan hasil kadar gula darah

setelah dipakai dalam masa yang panjang. Biasanya manufaktur alat gucotest

menyarankan agar alat tersebut dilakukan kalibrasi untuk memastikan

keakuratan hasil tes darah. Meskipun bisa juga dengan melakukan croschek

pada pemeriksaan laboratorium di rumah sakit.Sebulan sekali memang harus

memeriksakan kadar gula darah di laboratorium untuk mendapatkan hasil

pembanding. Memang ini akan memberi kepastian bahwa hasil gula darah

yang dicek dengan glucotest sama akuratnya. Selebihnya yang lebih penting

adalah mengantisipasi hasil dari kadar gula darah. Apakah jumlah insulinnya
ditambah atau diet makannya yang ditambah? Ini tentunya bergantung dari

hasil pemeriksaan kadar gula darah tadi (Brunner & Suddarth, 2015:1234)

C. Teori Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan adalah sikap atau ketaatan. Kepatuhan dimulai dari individu

mematuhi anjuran petugas kesehatan tanpa relaan untuk melakukan tindakan

(Niven, 2002)

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan :

Menurut Niven (2002) faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

adalah :

a. Pendidikan .

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang

bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti

penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri.

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian

pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus

dilibatkan secara aktif dalam program pengobatan.

c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial .

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman – teman

sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu

memahami kepatuhan terhadap program pengobatan.


d. Perubahan model terapi .

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien .

Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi diagnosa .

3. Faktor Penentu Derajat Ketidakpatuhan

Niven (2008) mengungkapkan derajat ketidak patuhan ditentukan

oleh kompleksitas prosedur pengobatan, derajat perubahan gaya

hidup/lingkungan kerja yang dibutuhkan, lamanya waktu dimana perawat

mematuhi prosedur tersebut, apakah prosedur tersebut berpotensi

menyelamatkan hidup, dan keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri

oleh pasien bukan petugas kesehatan.

4. Mengurangi Ketidakpatuhan

Untuk meningkatkan kepatuhan, diantaranya adalah:

a. Pemberian Informasi Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya

pemberian asuhan keperawatan berdasarkan prosedur yang ada membantu

meningkatkan kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan pelatihan-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak

rumah sakit ataupun instansi kesehatan lain

b. Perilaku Sehat Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya

kepatuhan perawat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah

menyentuh pasien ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan


c. Pengontrolan perilaku seringkali tidak cukup untuk mengubah perilaku itu

sendiri. Faktor kognitif / pengetahuan juga berperan penting.

d. Dukungan Sosial Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan

keluarga. Pasien dan keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku

yang dilakukan oleh perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan

pasien, sehingga perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidak

patuhan dapat dikurangi

e. Dukungan Profesional Kesehatan Dukungan profesional kesehatan sangat

diperlukan untk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling

sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya tehnik

komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi

yang baik diberikan oleh profesional kesehatan, isalnya antara kepala

perawatan dengan bawahannya (Niven, 2002).

5. Faktor- faktor yang mempengaruhi Ketidakpatuhan

Menurut Niven (2002) faktor ketidakpatuhan digolongkan menjadi

empat yaitu:

a. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang

instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967

menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di wawancarai setelah

bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan

kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan

profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan


istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat

oleh penderita

b. Isolasi sosial dan keluarga

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga

teman, waktu, dan uang merupakan factor penting dalam kepatuhan contoh

yang sederhana, jika tidak ada transportasi dan biaya dapat mengurangi

kepatuhan penderita. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi

ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat

menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat

menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan

sosial nampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memeliki status

sosial lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat.

c. Keyakinan sikap dan kepribadian

Adapun tingkat ketidakpatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai

dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Pasien

mungkin tidak mematuhi tujuan atau mungkin melupakan begitu saja atau

salah instruksi yang diberikan.

Jenis-jenis kepatuhan

a. Kepatuhan penuh

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai

batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat

secara teratur sesuai petunjuk

b. Penderita yang sama sekali tidak patuh

Penderita yang putus obat atau tidak menggunakan obat sama sekali
D. Faktor – faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Klien Diabetes

Melitus

Menurut Lawrence Green dalam Notoadmojdo (2010) perilaku

dipengaruhi oleh faktor predisposisi (faktor pemudah) yaitu faktor-faktor

positif yang mempermudah terwujudnya perilaku (pengetahuan, sikap

masyarakat tentang kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, pekerjaan). Faktor pemungkin (enabling) yaitu

faktor-faktor yang mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan (ketersediaan saran dan prasarana), dan faktor penguat

(reinforcing) meliputi motivasi dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama (toga), serta motivasi dan perilaku petugas kesehatan, dan dukungan

dari pemerintah daerah.

2. Dukungan Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Menurut Friedman (2010), keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga

berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan

bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Bila salah satu

dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka sistem didalam

keluarga akan terganggu.

Baxter, dkk (1998) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya

pengaruh dari faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan

kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Kahneman, Diener, &


Schwarz (1999) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa pada saat

kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui

hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui

pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik, baik

secara fisik maupun emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani,

Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009) juga

menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki

kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup subjektif.

Burgess dkk (1963) dalam Friedman (2010), mengemukakan tentang

definisi keluarga adalah sebagai berikut:

1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

2) Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama sama dalam satu

rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam

peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, saudara

kandung.

4) Penggunaan kultur yang sama didalam keluarga.

b. Tugas dan Fungsi Keluarga

Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (2010) yaitu:


1) Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian): Untuk stabilitas

kepribadian keluarga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota

keluarganya termasuk dalam mendapatkan kesehatan yang layak.

2) Fungsi sosialisasi: Untuk sosialisasi primer yang bertujuan membuat

anggota keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif.

3) Fungsi reproduktif: Menjaga kelangsungan generasi dan

keberlangsungan hidup anggota keluarga.

4) Fungsi ekonomis: Mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai

dan pengalokasian secara efektif.

5) Fungsi-fungsi perawatan kesehatan: Untuk pengadaan, perawatan dan

penyedia kebutuhan- kebutuhan fisik hingga kebutuhan akan perawatan

kesehatan bagi anggota keluarga.

Sedangkan beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman, (1998)

adalah:

1) Mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah

kesehatan yang terjadi dikeluarga.

2) Mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan masalah

pada keluarga tersebut.

3) Merawat anggota keluarga.

4) Memelihara lingkungan.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Menurut tugas dan fungsi keluarga diatas, keluarga merupakan faktor

penting dalam pemberian atau penerimaan sebuah layanan kesehatan,

terutama bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.


c. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010), menyatakan bahwa keluarga berfungsi

sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan

dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga

yaitu:

1) Dukungan informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator

(penyebar) informasi tentang dunia. Apabila individu tidak dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan

dengan cara memberi informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara

penyelesaian masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi

yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat, serta

pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari.

Pemberian saran, sugesti, informasi yang didapat digunakan

mengungkapkan suatu masalah merupakan bagian dari dukungan

informasional. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekankan

munculnya stresor karena informasi yang diberikan dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu, aspek dalam

dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator

(penyebar informasi).

2) Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator

identitas keluarga diantaranya memberi support, penghargaan dan perhatian.

Dukungan penilaian ini memberikan penjelasan kepada keluarga tentang

penerimaan terhadap keluarga yang menderita gagal jantung, pemberian

dorongan dan motivasi-motivasi positif demi kesembuhan penderita,

pencurahan kasih sayang serta perhatian, sehingga penderita merasa dihargai

dan diterima oleh keluarga meskipun disatu sisi penderita mengalami

perubahan fungsi dan peran, keluarga juga berperan sebagai feedback pasien

dalam kemajuan proses masalahnya (Brunner & Suddarth, 2007).

3) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

kongkrit (Friedman, 2010). Dukungan ini bersifat nyata dan bentuk

materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang

membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehingga keluarga

merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup

dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta modifikasi

lingkungan. Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan

kongkrit diantaranya, kesehatan individu, dalam hal ini kebutuhan

makan, minum, istirahat dan terhindarnya dari penderitaan dan kelelahan.

4) Dukungan emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-

orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota

keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta


pemulihan penguasaan emosi. Pemberian empati, cinta, kejujuran dan

perawatan serta memiliki kekuatan yang hubungannya konsisten sekali

dengan status kesehatan.

Manfaat ini adalah menjamin nilai-nilai individu (baik laki-laki

maupun perempuan) akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingin

tahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi

dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian, mendengarkan dan didengar. Keluarga sebagai sebuah tempat

yang aman dan damai untuk istrahat dan pemulihan serta membantu

penguasaan emosi (Brunner & Suddarth, 2007).

d. Sumber dan Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga

(dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat

berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami / istri atau

dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal.

3. Peran dan Dukungan Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan sebagai salah satu orang yang berpengaruh dan

dianggap penting oleh masyarakat sangat berperan penting dalam terjadinya

perilaku kesehatan pada masyarakat. Menurut Effendi (2008) banyak peranan

yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat yakni berupa :


a. Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan (provide of nurcing care),

dimana peranan utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah sebagai

pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik yang sehat maupun sakit atau yang mempunyai masalah

kesehatan atau keperawatan, apakah itu dirumah, di sekolah, Puskesmas,

panti dan sebagainya.

b. Sebagai pendidik (health educator), memberikan pendidikan kesehatan

pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara terorganisir

dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan

perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang

optimal

c. Sebagai pengamat kesehatan (health monitor), melaksanakan terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok,

dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan

keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan

melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan

pengumpulan data.

d. Sebagai koordinator pelayanan kesehatan (koordinator of service),

mengkoordinator seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat

dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama

dengan kesehatan lain sehingga tercipta keterpaduan dalam system

pelayan kesehatan, dengan demikian pelayanan kesehatan yang diberikan

merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah

antara satu dengan yang lainya.


e. Sebagai pembaharuan (innovator), perawat kesehatan masyarakat dapat

berperan sebagai agen pembaharuan terhadap individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola

hidup yang erat kaitanya dengan peningkatan dan pemeliharaan

kesehatan.

f. Sebagai pengorganisasian pelayanan kesehatan (organisator), perawat

kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi

dalam rangka meningkatkan keikutsertaan individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan oleh masyarakat.

g. Sebagai panutan (roole mode), perawat kesehatan masyarakat dapat

dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat untuk memecah berbagai permasalahan dalam bidang

kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Perawat kesehatan

diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi

masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.

h. Sebagai pengelola (manager), perawat kesehatan masyarakat diharapkan

mengelila berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan sesuai

dengan beban tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya.


E. Kerangka Teori
Faktor pencetus
(Predisposing factor)
- Pengetahuan
- Sikap
- Ekonomi
- Nilai-nilai
- Tradisi/budaya

Faktor pemungkin
(Enabling factor)
- Fasilitas pelayanan
- Kualitas pelayanan Kepatuhan Pasien DM

Faktor penguat
(Reinforcing factor)
- Peran tokoh masyarakat
- Peran petugas
kesehatan
- Dukungan Keluarga

Sumber: Modifikasi Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2014) dan Niven


(2002)
BAB III
KERANGKA KONSEP

I. Kerangka Konsep

Menurut Carpenito tahun 2000 bahwa kepatuhan adalah tingkat

seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dalam dan perilaku yang

disarankan.Kepatuhan merupakan tingkat seseorang dalam melaksanakan

perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau

tenaga kesehatan lainnya.

Komplikasi akibat diabetes mellitus dapat bersifat akut atau kronis.

Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau

menurun tajam dalam waktu relative singkat. Kadar glukosa darah bias menurun

drastis jika penderita menjalani diet yang terlalu ketat. Komplikasi kronis berupa

kelainan pembuluh darah yang akhirnya bias menyebabkan serangan jantung,

ginjal, saraf dan penyakit berat lainnya (Novitasi 2012, p.12). Komplikasi diabetes

dapat dicegah apabila penatalaksanaan diabetes mellitus dilaksanakan secara

maksimal. Adapun 4 pilar utama dalam pengendalian Diabetes Melitus yang dapat

dilakukan yaitu diit, olahraga, kontrol glukosa darah, dan minum obat sesuai

anjuran (Vitahealth, 2004).

Variabel Independen Variabel Dependen


Pengetahuan

Dukungan Kepatuhan Pasien


Keluarga
Peran petugas
kesehatan
Gambar 3.1
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Pada Pasien
Diabetes Melitus Di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2018

H. Defenisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala


o Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
A Dependen

1 Kepatuhan Tindakan Angket Responden Patuh jika Ordinal


lansia yang mengisi semua poin
dilakukan langsung dilakukan
lansia dalam
angket yang
mengendalik Tidak Patuh
an kadar gula diberikan
jika terdapat
darah melalui
salah satu poin
edukasi, diit,
aktivitas fisik tidak dilakukan
dan
(Niven, 2002)
pengontrolan
gula darah

B Independen

2 Pengetahuan Sesuatu hal Angket Responden Positif bila skor Ordinal


yang mengisi ≥ Mean (16)
diketahui langsung
oleh pasien Negatif bila
angket yang
tentang diit skor < Mean
pasien diberikan
(16)
diabetes
melitus (Wawan, 2010)

3 Dukungan Pernyataan Angket Responden Kurang Baik Ordinal


Keluarga responden mengisi bila nilai < mean
tentang langsung (39)
dukungan Baik bila nilai >
angket yang
dari keluarga mean (39)
responden diberikan
yang
memberikan
pengaruh
dalam
mengendalik
an kadar gula
darah
4 Peran Suatu Angket Responden Kurang Baik Ordinal
Petugas dukungan mengisi bila nilai < mean
Kesehatan dari petugas langsung (19)
kesehatan Baik bila nilai >
angket yang
yang mean (19)
memberikan diberikan
pengaruh
dalam
mengendalik
an kadar gula
darah

J. Hipotesis Penelitian

1. Adanya hubungan pengetahuan responden dengan kepatuhan terhadap diit di

Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

2. Adanya hubungan dukungan keluarga responden dengan kepatuhan terhadap

diit di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

3. Adanya hubungan peran petugas kesehatan

dengan kepatuhan terhadap diit di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

tahun 2018
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif

analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional study, dimana

variabel Independen dan dependen diteliti secara bersamaan, yang bertujuan

untuk melihat Faktor – faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diit pada

pasien diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

(Notoatmojo, 2010).

B. Lokasi dan waktu

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok

pada tanggal 27 sampai 30 Agustus 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

tersebut (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

pasien Diabetes Mellitus di puskesmas Tanjung Paku yaitu berjumlah 95

orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sumber data atau informasi yang dapat

mewakili populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

Accidental sampling yaitu pasien DM yang ke Puskesmas Tanjung Paku pada

saat penelitian berjumlah 39 orang.

47
NZ (1  a / 2)2 P(1  P)
n 
 
N d 2  Z (1  a / 2)2 P(1  P)

Ket : n = Jumlah sample


N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan ( 0,1)
(Notoatmodjo, 2010:92)

207
n   67
 
1  207 0,12

Adapun kriteria sampel

a. Inklusi

1) Bersedia menjadi responden dalam penelitian

2) Mampu berkomunikasi dengan baik dan benar

3) Pasien diabetes melitus tipe II yang berobat

b. Ekslusi

1) Klien mengalami komplikasi penyakit

D. Etika Penelitian

Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian yang diperhatikan. Masalah etik

yang harus diperhatikan antara lain (Sonatha B, 2012) :

1. Persetujuan (Informed Consent)


Sebelum responden mengisi angket, peneliti menjelaskan tujuan penelitian

kepada responden, jika responden bersedia maka diharapkan responden

menanda tangani Informed consent diberikan.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek peniliti dengan tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan.

4. Menghormati keadilan dan inklusivitas (Respect for justice inclusiveness)

Penelitian ini dilakukan secara jujur, tepat, dan hati-hati. Peneliti juga

memberikan keuntungan dan beban merata sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhan subjek

E. Jenis Data

1. Data Primer

a. Data primer

Data primer dikumpulkan dengan melakukan penelitian menggunakan

angket dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan,

dukungan keluarga, peran petugas kesehatan dan kepatuhan, dimana

responden diberi penjelasan sebelumnya tentang tujuan penelitian.

b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dinas kesehatan Kota Solok

dan Puskesmas Tanjung Paku berupa profil Puskesmas Tanjung Paku.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada

para responden yang dipilih sebelum melakukan pengisian angket. Disamping

itu, peneliti juga memberi penjelasan kepada responden agar memudahkanya

dalam pengisisan angket selanjutnya angket yang telah diisi oleh responden

dikumpulkan dan diperiksa untuk mengetahui apakah semua pertanyaan telah

dijawab dengan lengkap, setelah diperiksa kelengkapanya, peneliti

mengucapkan terimakasih pada responden atas kerjasamaanya.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Penyuntingan data (editing)

Melakukan pengecekan terhadap isian angket apakah jawaban yang sudah

dibuat sudah lengkap, jelas dan jawaban sudah relevan dengan pertanyaan.

2. Pengkodean data (coding)

Memberikan kode pada setiap informasi yang sudah terkumpul pada setiap

pertanyaan dalam kuesioner untuk memudahkan dalam mengolah data.

Jawaban yang benar untuk pertanyaan pengetahuan nilai 1 jawaban salah

diberi nilai 0, dukungan keluarga dan peran petugas kesehatan digunakan

dengan standar Likert, dimana nilai pernyataan positif untuk sangat setuju

nilai 4, sedangkan nilai pernyataan negatif untuk sangat tidak setuju 4, tidak

setuju nilai 3, setuju nilai 2, sangat setuju nilai 1.

3. Pemprosesan data (Entery Data)


Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah

melewati pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data

agar dapat dianalisa. Pemprosesan data dilakukan secara manual dengan

menggunakan master tabel yang telah dibuat terdiri dari baris dan kolom.

4. Pembersihan data (Cleaning)

Data yang telah dimasukkan dicek kembali untuk memastikan data tersebut

telah bersih dari kesalahan.

5. Tabulasi data (Tabulating),

Memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam tabel-tabel agar

mudah dipahami (Notoatmodjo, 2010).

H. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul dan diolah secara komputerisasi. Tapi sebelumnya

di editing kelengkapannya dan ditabulasi serta disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi. Menentukan hasil ukur dengan melihat normalitas data

dengan menggunakan tes normalitas kolmogorov smirnov karena estimasi

ukuran sampel penelitian > 50 orang, setelah tahu hasil penilaian statistiknya,

jika data terdistribusi normal untuk ke 3 variabel peneliti akan menggunakan

mean sehingga acuan ukur variabel, namun jika sebaliknya, peneliti akan

menggunakan median sebagai acuan hasil ukur tiap variabel.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel

atau analisa yang dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo,
2010). Analisa Univariat merupakan penyajian dalam bentuk satu variabel

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Analisa univariat adalah analisis terhadap masing-masing variable

penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi

dari tiap variabel. Data yang ada diklasifikasikan dalam beberapa kelompok

menurut variasi yang ada dalam pertanyaan sesuai dengan sub variable

penelitian. Jawaban responden dimasukkan dalam distribusi, dan kemudian

dideskriptifkan dengan menggunakan skala yang telah ditetapkan. Kemudian

data dipersentase dari setiap variable dinilai secara keseluruhan dihitung

dengan menggunakan rumus analisa yaitu jumlah persentase yang di cari

dengan frekuensi jumlah jawaban responden di bagi dengan jumlah seluruh

responden atau sampel dan dikali dengan 100% .

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan

hubungan dan besarnya hubungan atau pengaruh antara satu variabel

independen dan variabel dependen. Data –data yang dikumpulkan diolah

dengan komputerisasi dan dianalisa secara deskriptif. Data ditampilkan dalam

bentuk tabel frekuensi, untuk melihat sejauh mana hubungan dua variabel

tersebut, digunakan tabel silang (chi-square) dan dinyatakan bermakna jika

value p ≤ 0,05 dan jika p > 0,05 maka dinyatakan tidak ada hubungan yang

bermakna.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan Diit pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota

Solok tahun 2018, yang dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus sampai 30

Agustus 2018 dengan jumlah responden adalah 39 orang.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Puskesmas Tanjung Paku

tahun 2015, Kelurahan Tanjung Paku mempunyai luas 2,35 Km2 terdiridari4

Kelurahan yaitu Kelurahan Koto Panjang, Kampung jawa, Tanjung Paku dan

PPA. Puskesmas Tanjung Paku mempunyai 12 posyandu lansia dan 8 Posbindu

yang terdiri dari 3 orang kader setiap posyandu, pada umumnya semua posyandu

di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku dapat dilalui oleh kendaraan. Wilayah

kerja Puskesmas Tanjung Paku Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok ini

berbatasan dengan:

Di sebelah utara : Kelurahan Nan Balimo

Di sebelah Selatan : Kelurahan IV Suku

Di sebelah Barat : Nagari Saok laweh

Di sebelah Timur : Kelurahan KTK

B. Hasil Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi setiap

variabel, dimana variabel independenan (pengetahuan, dukungan keluarga dan


peran petugas kesehatan) dan variabel dependen (kepatuhan Diit pasien Diebetes

Melitus).

1. Pengetahuan Responden

Tabel 5.1
Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas
Tanjung PakuKota Solok Tahun 2018

No Pengetahuan f %
1. Rendah 20 51,3
2. Tinggi 19 48,7
Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 39 responden, lebih dari

sebagian (51,3%) responden mempunyai pengetahuan rendah tentang diit diabetes

melitus dan kurang dari sebagian 48,7 % responden mempunyai pengetahuan

tinggi tentang diit diabetes melitus.

2. Dukungan Keluarga

Tabel 5.2
Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Dukungan Keluargadi
Puskesmas Tanjung PakuKota Solok Tahun 2018

No Dukungan Keluarga f %
1. Tidak Mendukung 20 51,3
2. Mendukung 19 48,7
Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 39 responden, lebih dari

sebagian (51,3 %) responden dengan dukungan keluarga kurang mendukung

dalam mengatur diit pasien.


3. Peran Petugas Kesehatan

Tabel 5.3
Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Peran Petugas Kesehatandi
Puskesmas Tanjung PakuKota Solok Tahun 2018

Peran Petugas
No f %
Kesehatan
1. Kurang Berperan 20 51,3
2. Berperan 19 48,7
Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 39 responden, lebih dari

sebagian (51,3 %) responden menyatakan petugas kesehatan kurang berperan.

4. Kepatuhan Diit Pasien Diabetes Melitus

Tabel 5.4
Distribusi FrekuensiResponden Berdasarkan Kepatuhan Diit Pasien Diabetes
Melitusdi Puskesmas Tanjung PakuKota Solok Tahun
2018

No Kepatuhan Diit f %
1. Tidak Patuh 24 61,5
2. Patuh 15 38,5
Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 39 responden, lebih dari

sebagian (61,5%) responden tidak patuh dengan diit.

C. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan dua variabel yaitu

variabel independent dan variabel dependent. Untuk membuktikan ada tidaknya

hubungan tersebut, digunakan uji chi-square yaitu apabila p ≤ α berarti ada


hubungan antara variebel independent dengan variabel dependen dan sebaliknya

apabila p > α berarti tidak ada hubungan antara variabel independent dengan

variabel dependen, dimana α = 0,05.

1. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diit Pasien Diabetes Melitus

Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuandengan Kepatuhan Diit Pasien Diabetes Melitusdi
Puskesmas Tanjung PakuKota Tahun 2018

Kepatuhan Diit
Tidak Jumlah p
Pengetahuan Patuh OR
Patuh value
n % n % n %
Rendah 17 85 3 15 20 100 9,714
Tinggi 7 36,8 12 63,2 19 100 0,006 (2,080 –
Jumlah 24 61,5 15 38,5 39 100 45,368)

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 20 responden dengan

pengetahuanrendah,terdapat 17 responden (85 %) respondentidak patuh dengan

diit, sedangkan dari 19 responden denganpengetahuantinggi, terdapat 7 orang

(36,8%) responden tidak patuh dengan diit.

Hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa pvalue = 0,006. Nilai ini

menunjukan bahwa p < α (α = 0,05) atau 0,006< 0,05, dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan kepatuhan diit pasien

diabetes melitus. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 9,714 artinya responden yang

memiliki pengetahuanrendah memiliki peluang tidak patuh dengan diitsebesar

9,714 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuantinggi.


2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Pasien

Tabel 5.6
Hubungan Dukungan Keluargadengan Kepatuhan Diit Pasien Diabetes Melitus
di Puskesmas Tanjung PakuKota Tahun 2018

Kepatuhan Diit
Dukungan Tidak Jumlah p
Patuh OR
Keluarga Patuh value
n % n % n %
Tidak
15 75 5 25 20 100 3,333
Mendukung
0,149 (0.860 –
Mendukung 9 47,4 10 52,6 19 100
12,919)
Jumlah 24 61,5 15 38,5 39 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 20 responden dengan

dukungan keluarga tidak mendukung, terdapat 15 responden (75 %) responden

tidak patuh dengan diit, sedangkan dari 19 responden dengan dukungan keluarga

mendukung, terdapat 9 orang (47,4 %) responden tidak patuh dengan diit.

Hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa pvalue = 0,149. Nilai ini

menunjukan bahwa p > α (α = 0,05) atau 0,149 > 0,05, dapat disimpulkan tidak

terdapat hubungan antara dukungan keluarga responden dengan kepatuhan diit

pasien diabetes melitus. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 3,333 artinya responden

yang memiliki dukungan keluarga tidak mendukung memiliki peluang tidak

patuh dengan diit sebesar 3,333 kali dibandingkan dengan responden yang

memiliki dukungan keluarga mendukung.


3. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Diit Pasien

Tabel 5.7
Hubungan Peran Petugas Kesehatandengan Kepatuhan Diit Pasien Diabetes
Melitus di Puskesmas Tanjung PakuKota Tahun 2018

Kepatuhan Diit
Peran
Tidak Jumlah p
Petugas Patuh OR
Patuh value
Kesehatan
n % n % n %
Kurang
17 85 3 15 20 100 9,714
Berperan
0,006 (2.080 –
Berperan 7 36,8 12 63,2 19 100
45,368)
Jumlah 24 61,5 15 38,5 39 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 20 responden dengan petugas

kesehatan kurang berperan, terdapat 17 responden (85 %) responden tidak patuh

dengan diit, sedangkan dari 19 responden dengan petugas kesehatan berperan,

terdapat 7 orang (36,8 %) responden tidak patuh dengan diit.

Hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa pvalue = 0,006. Nilai ini

menunjukan bahwa p < α (α = 0,05) atau 0,006< 0,05, dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan responden dengan kepatuhan

diit pasien diabetes melitus. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 9,714 artinya

responden yang memiliki peran petugas kesehatan kurang berperan memiliki

peluang tidak patuh dengan diit sebesar 9,714 kali dibandingkan dengan

responden yang memiliki petugas kesehatan berperan.


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Pengetahuan Responden

Berdasarkantabel 5.1 hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari

sebagian (51,3%) responden mempunyai pengetahuan rendah tentang diit

diabetes mellitus.

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu

dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu.Penginderaan terjadi melalui alat indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Peningkatan

pengetahuan memiliki hubungan yang positif dengan perubahan

perilaku.Dimana pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan dan

penyuluhan-penyuluhan kesehatan.Hal ini bisa didapatkan juga dengan

membaca buku dan mendengarkan televisi, radio, juga dapat diperoleh melalui

pengamatan berupa penglihatan, penciuman dan raba.Selain itu pengetahuan

juga dapat diperoleh melalui institusi pendidikan.Dimana institusi pendidikan

merupakan tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal,

dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar

kepada anak didiknya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan

penyerapan informasi. Informasi inilah yang menjadi pengetahuan bagi

seseorang (Notoatmodjo, 2010).

59
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Misdarina (2012) di RSUD

Adam Malik Medan dengan judul pengetahuan diabetes melitus dengan kadar

gula darah pada pasien DM Tipe 2 diperoleh bahwa kurang dari

sebagianrespondenbelum mendapat edukasi tentang penyakit diabetes melitus.

Menurut asumsipeneliti lebih dari sebagian (51,3 %) responden

mempunyai pengetahuan rendah hal ini disebabkan karena responden jarang

mengikuti penyuluhan kesehatan tentang diabetes melitus sehingga responden

kurang memahami tentang penyakit dan diit bagi pasien diabetes mellitus serta

juga disebabkan 74,4 % responden mempunyai pendidikan dasar. Kurang dari

sebagian 48,7 % responden mempunyai pengetahuan tinggi hal ini disebabkan

responden telah mendapatkan penyuluhan5 dari petugas tentang bagaimana


2
mengatur diit agar dapat mempertahankan gula darah dalam batas normal.

2. Dukungan Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari sebagian (51,3%)

responden mempunyai dukungan keluarga tidak mendukung.

Menurut Friedman (2008) dukungan adalah suatu keadaan yang

bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya,

sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memeperhatikan,

menghargai, dan mencintai. Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi

istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya adalah mendidik,

mengarahkan, serta mengertikan istri terhadap kebenaran, kemudian memberi

nafkah lahir batin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mayasari (2014) tentang

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam


mengontrol gula darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makasar

diperoleh hasil bahwa lebih dari sebagian 56,6 % responden mempunyai

dukungan keluarga kurang mendukung. Penelitian Ilmah (2015) tentang

kepatuhan pasien rawat inap terhadap diet diabetes melitus diperoleh hasil

bahwa lebih dari sebagian 62,1 % responden mempunyai dukungan keluarga

tidak mendukung.

Menurut asumsi peneliti lebih dari sebagian responden mempunyai

dukungan keluarga tidak mendukung hal ini disebabkan keluarga sibuk bekerja

dan juga disebabkan keluarga juga tidak mengetahui bagaimana mengatur diit

pasien diabetes mellitus berdasarkan jawaban kuesioner 46,2 % keluarga tidak

mengingatkan pasien untuk mengatur pola makan sesuai diit yang dianjurkan

petugas dan 40,2 % responden menyatakan keluarga tidak meminta pendapat

pasien dalam menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Dan kurang dari

sebagian dukungan keluarga mendukung hal ini disebabkan keluarga tidak

bekerja dan selalu menemani pasien kontrol berobat ke puskesmas dimana

keluarga telah mengetahui bagaimana mengatur diit sehingga keluarga selalu

menginggatkan pasien dalam mengkonsumsi diit sesuai dengan takaran yang

telah ditetapkan petugas gizi puskesmas.

3. Peran Petugas Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari sebagian (51,3%)

responden mempunyai peran petugas kurang berperan.

Menurut Effendi (2008) banyak peranan yang dapat dilakukan oleh

perawat kesehatan masyarakat salah satunya sebagai pelaksana pelayanan

keperawatan (provide of nurcing care), dimana peranan utama dari perawat


kesehatan masyarakat adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun sakit atau

yang mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, apakah itu di rumah, di

sekolah, Puskesmas, panti dan sebagainya.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mayasari (2014)

tentang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam

mengontrol gula darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makasar

diperoleh hasil bahwa lebih dari sebagian 62,4 % responden mempunyai peran

petugas kesehatan berperan. Penelitian Ilmah (2015) tentang kepatuhan pasien

rawat inap terhadap diet diabetes melitus diperoleh hasil bahwa lebih dari

sebagian 58 % responden mempunyai peran petugas kesehatan berperan.

Menurut asumsi peneliti di lapangan dari hasil data yang dikumpulkan

menunjukan bahwa responden yang mempunyai peran petugas kesehatan kurang

berperan hal ini disebabkan karena petugas kesehatan kurang memberikan

penyuluhan kesehatan tentang diit pasien diabetes melitus, dan juga disebabkan

responden jarang menghadiri posbindu dimana di posbindu dilakukan

penyuluhan tentang cara mengatur diit pasien diabetes melitus. Sedangkan

kurang dari sebagian responden menyatakan baik peran petugas kesehatan hal

ini disebabkan karena responden menyatakan bahwa petugas kesehatan berperan

aktif dalam memberikan pengetahuan dan memberikan pelayanan secara efektif

serta petugas mengunjungi pasien diabetes mellitus ke rumah untuk melihat

kemandirian pasien dalam mengkonsumsi diitnya.


4. Kepatuhan Diit pasien Diabetes Melitus

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa lebih dari sebagian (61,5%)

responden tidak patuh dengan diit.

Menurut Carpenito(2000) kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam

melaksanakan suatu aturan dalam dan perilaku yang disarankan.Kepatuhan

merupakan tingkat seseorang dalam melaksanakan perawatan, pengobatan dan

perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

Menurut Tambayong (2002) kepatuhan penderita dalam mentaati diet diabetes

mellitus sangat berperan penting untuk menstabilkan kadar glukosa pada

penderita diabetes mellitus, sedangkan kepatuhan itu sendiri merupakan suatu

hal yang penting untuk dapat mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat

membantu penderita dalam mengikuti jadwal diet yang kadangkala sulit untuk

dilakukan oleh penderita. Kepatuhan dapat sangat sulit dan membutuhkan

dukungan agar menjadi biasa dengan perubahan yang dilakukan dengan cara

mengatur untuk meluangkan waktu dan kesempatan yang dibutuhkan untuk

menyesuaikan diri.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mayasari (2014) tentang

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam

mengontrol gula darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makasar

diperoleh hasil bahwa lebih dari sebagian 59 % responden tidak patuh dengan

diitnya. Penelitian Ilmah (2015) tentang kepatuhan pasien rawat inap terhadap

diet diabetes melitus diperoleh hasil bahwa lebih dari sebagian 62,5 %

responden tidak patuh dengan diitnya.


Menurut asumsi peneliti kurang dari sebagian responden patuh dengan

diitnya, hal ini disebabkan karena responden mempunyai pengetahuan

tinggitentang diit diabetes melitus dan responden mempunyai dukungan

keluarga yang mendukung sehingga keluarga selalu menginggatkan jadwal,

jumlah dan jenis diit pasien serta juga petugas kesehatan selalu mengingatkan

pasien tentang diitnya. Dan lebih dari sebagian respondentidak patuh dengan

diitnya hal ini disebabkan responden belum mengetahui bagaimana cara

membagi makan sehari sesuai jumlah kalori yang diajarkan petugas dan juga

disebabkan responden tidak diingatkan keluarga tentang diit disebebkan

keluarga juga sibuk bekerja.

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diit pasien Diabetes melitus

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value = 0,006. Nilai ini

menunjukan bahwa p < α (α = 0,05) atau 0,006< 0,05, dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara pengetahuan responden dengan kepatuhan diit pasien

diabetes melitus. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 9,714 artinya responden yang

memiliki pengetahuanrendah memiliki peluang tidak patuh dengan diit sebesar

9,714 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuantinggi.

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan

itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu.Penginderaan terjadi melalui alat indera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Peningkatan


pengetahuan memiliki hubungan yang positif dengan perubahan

perilaku.Dimana pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan dan

penyuluhan-penyuluhan kesehatan.Hal ini bisa didapatkan juga dengan

membaca buku dan mendengarkan televisi, radio, juga dapat diperoleh melalui

pengamatan berupa penglihatan, penciuman dan raba.Selain itu pengetahuan

juga dapat diperoleh melalui institusi pendidikan.Dimana institusi pendidikan

merupakan tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal,

dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar

kepada anak didiknya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kemampuan

penyerapan informasi. Informasi inilah yang menjadi pengetahuan bagi

seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mayasari (2014) tentang

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam

mengontrol gula darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makasar

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p value 0.01),

dengan kepatuhan pengendalian gula darah pasien. Penelitian Ilmah (2015)

tentang kepatuhan pasien rawat inap terhadap diet diabetes melitus diperoleh

hasil bahwa terdapat hubungan pengetahuan (p value= 0,002)dengan kepatuhan

diet pasien diabetes melitus.

Kenyataan ditemukan di lapangan sebagian kecil responden

denganpengetahuan rendah, tapi patuh dalam mengkonsumsi diitnya hal ini

dikarenakan responden makanan responden selalu diatur oleh keluarga dan juga

disebabkan responden selalu diingatkan petugas kesehatan agar mengkonsumsi

diit sesuai yang telah dianjurkan. Dan sebagian kecil respoden dengan
pengetahuan tinggi tapi tidak patuh dengan diitnya hal ini disebabkan responden

bekerja sehingga mengkonsumsi makanan luar dan juga disebabkan responden

tidak dapat menahan nafsu makan sehingga responden makan di luar jadwal

walaupun keluarga telah mengingatkan.

2. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit pasien Diabetes


melitus

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value = 0,149. Nilai ini

menunjukan bahwa p > α (α = 0,05) atau 0,149 > 0,05, dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara dukungan keluarga responden dengan kepatuhan diit

pasien diabetes melitus. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 3,333 artinya responden

yang memiliki dukungan keluarga tidak mendukung memiliki peluang tidak

patuh dengan diit sebesar 3,333 kali dibandingkan dengan responden yang

memiliki dukungan keluarga mendukung.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mayasari (2014)

tentang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam

mengontrol gula darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makasar

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga (p value =

0,02) dengan kepatuhan pengendalian gula darah pasien. Penelitian Ilmah (2015)

tentang kepatuhan pasien rawat inap terhadap diet diabetes melitus diperoleh

hasil bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga (p value = 0,001) dengan

kepatuhan diet pasien diabetes melitus. Penelitian Susanti (2013) tentang

dukungan keluarga meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes mellitus di

ruang rawat inap RS Baptis Kediri dimana hasil penelitian menunjukkan terbukti

dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes mellitus.


Menurut Friedman (2008) dukungan adalah suatu keadaan yang

bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya,

sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memeperhatikan,

menghargai, dan mencintai. Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi

istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya adalah mendidik,

mengarahkan, serta mengertikan istri terhadap kebenaran, kemudian memberi

nafkah lahir batin.

Kenyataan ditemukan di lapangan sebagian kecil responden dengan

dukungan keluarga tidak mendukung, tapi patuh dalam mengkonsumsi diitnya

hal ini dikarenakan responden rajin kontrol ke puskesmas sehingga selalu

diingatkan petugas kesehatan tentang diitnya dan juga disebabkan responden

telah mengetahui bagaimana mengatur diit (jadwal, jumlah, jenis). Dan sebagian

kecil respoden dengan dukungan keluarga mendukung tapi tidak patuh dengan

diitnya hal ini disebabkan responden tidak dapat menahan nafsu makan sehingga

responden makan di luar jadwal walaupun keluarga telah mengingatkan.

3. Hubungan Peran Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan Diit pasien


Diabetes melitus

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value = 0,006. Nilai ini

menunjukan bahwa p < α (α = 0,05) atau 0,006 < 0,05, dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan responden dengan kepatuhan

diit pasien diabetes melitus. Nilai Odds Ratio (OR) adalah 9,714 artinya

responden yang memiliki peran petugas kesehatan kurang berperan memiliki

peluang tidak patuh dengan diit sebesar 9,714 kali dibandingkan dengan

responden yang memiliki petugas kesehatan berperan.


Menurut Effendi (2008) banyak peranan yang dapat dilakukan oleh

perawat kesehatan masyarakat salah satunya Sebagai pelaksana pelayanan

keperawatan (provide of nurcing care), dimana peranan utama dari perawat

kesehatan masyarakat adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun sakit atau

yang mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, apakah itu di rumah, di

sekolah, Puskesmas, panti dan sebagainya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mayasari (2014) tentang

faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus dalam

mengontrol gula darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makasar

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara peran petugas kesehatan (p

value 0,001) dengan kepatuhan pengendalian gula darah pasien. Penelitian Ilmah

(2015) tentang kepatuhan pasien rawat inap terhadap diet diabetes melitus

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan peran petugas kesehatan (p value=

0,002) dengan kepatuhan diet pasien diabetes melitus. Peneltian Febsi (2016)

tentang hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan petugas kesehatan dengan

kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP

DR.M.Djamil Padang diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan peran petugas

kesehatan dengan kepatuhan diet pasien DM p value= 0,001.

Kenyataan ditemukan di lapangan sebagian kecil responden dengan

peran petugas kesehatan kurang berperan, tapi patuh dalam mengkonsumsi

diitnya hal ini dikarenakan responden telah mengetahui bagaimana mengatur diit

(jadwal, jumlah, jenis) dan juga disebabkan responden selalu diingatkan

anggota keluarga yang lain untuk makan sesuai dengan diit yang telah
dianjurkan oleh petugas gizi. Dan sebagian kecil respoden dengan peran petugas

kesehatan berperan tapi tidak patuh dengan diitnya hal ini disebabkan responden

mengatakan tidak dapat mengatur diit karena sibuk bekerja sehingga sering

membeli makanan luar rumah yang tidak tahu takaran kalori.


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Lebih dari sebagian (51,3%) responden mempunyai pengetahuan rendah

tentang diit diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun

2018.

2. Lebih dari sebagian (51,3%) responden mempunyai dukungan keluarga

kurang mendukung tentang diit diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku

Kota Solok tahun 2018.

3. Lebih dari sebagian (51,3 %) responden mempunyai peran petugas kurang

berperan di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

4. Lebih dari sebagian (61,5%) responden tidak patuh dengan diit di Puskesmas

Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018.

5. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan diit

pasien diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2018

dengan p value = 0,006 dan 9,714.

6. Tidak ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan diit pasien diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota

Solok tahun 2018 dengan p value = 0,149 dan 3,333.

7. Ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan

kepatuhan diit pasien diabetes melitus di Puskesmas Tanjung Paku Kota

Solok tahun 2018 dengan p value = 0,006 dan 9,714.

70
B. Saran

1. Bagi Puskesmas Tanjung Paku

a. Diharapkan Kepala Puskesmas dapat menyediakan tempat konsultasi

bagi penderita diabetes melitus sebelum mendapatkan pengobatan di

puskesmas.

b. Diharapkan petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang DM

dengan metode dan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden dan

memotivasi responden untuk dapat mengikuti anjuran dalam

penatalaksanaan DM yang sesuai standar dan menganjurkan responden

untuk selalu mengontrol kadar gula darah di rumah secara rutin.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh olahraga terhadap penurunan kadar gula darah pasien DM.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pembendaharaan karya

ilmiah di perpustakaan dan sekaligus diharapkan dapat memberikan informasi

bagi pembaca pada umumnya dan dapat memberikan peluanguntuk

meningkatkan wawasan mahasiswadalam menambah informasi tentangdiit

pasien diabetes melitus dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Dewani, dan Maloedyn Sitanggang. 2006. Terapi Jus & 38 Ramuan Tradisional
Untuk Diabetes. Jakarta : AgroMedia Pustaka.

Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 1.
Jakarta : EGC

____________________.2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol


1. Jakarta : EGC

Buckman. 2010. Seharusnya anda ketahui tentang hidup dnegan diabetes melitus.
Marshall Edition. Jakarta

Bustan. 2015 Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipka.


Jakarta

Carpenito, 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC.

Corwin. Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Effendy. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Bandung : EGC


Hasbi, Muhammad. 2012. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Penderita Diabetes Mellitus Dalam Melakukan Olahraga di Wilayah Kerja
Puskesmas Praya Lombok tengah”. FIK UI 2012.

Ilmah. 2015. Kepatuhan pasien rawat inap terhadap diet diabetes melitus. Skripsi.

Kepmenkes RI. 2010. Petunjuk Pengukuran Faktor Risiko di Posbindu PTM .Jakarta
Maryam, Siti. 2010. Buku Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Trans Info Media.
Jakarta
M.Friedman,Marilyn.2010. keperawatan Keluarga.EGC.Jakarta
Mayasari. 2014. Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan klien diabetes melitus
dalam mengontrol gula darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji
Makasar

Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Jilid Pertama. Jakarta: Media
Aesculapius.

Notoatmojdo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.

____________________.2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka


Cipta.
Neil Niven. 2008. Psikologi Kesehatan. Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC.
Prayugo. 2011. “Upaya penanganan dan perilaku pasien penderita diabetes melitus
di puskesmas Bara Baraya Kota Makasar”. FIK Hasanuddin Makasar

Price, A, Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4.


Jakarta : EGC

Phitri et al, 2013. “Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes
Mellitus Dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di RSUD AM. Parikesit
Kalimantan Timur”. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1, No.1 Mei 2013;
(58-74).

Riskesdas. 3013. Riset Kesehatan dasar. Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. et al. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner


& Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.

Soegondo. 2009. Penatalsanaan Diabetes Melitus. FKUI. Jakarta

Sutedjo. 2010. Strategi Penderita Diabetes Melitus. Kanisius. Yogyakarta

Suiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Nuha Medika. Yogyakarta

Sonatha. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga dalam


pemberian perawatan pasien pasca stroke. Depok: FIK UI. Skripsi

Tjokroprawiro. 2006. Hidup sehat dan bahagia bersama diabetes melitus. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta

Vitahealth. 2004. Diabetes Melitus. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Widharto. 2009. Kencing Manis (Diabetes). Sunda Kelapa Pustaka. Jakarta

Widiyanto. 2009. Mengenal 10 Penyakit Mematikan. Insan Mandiri. Jakarta

Waspadji. 2009. Pedoman Diet Diabetes melitus.FKUI. Jakarta

Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran: Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Ibu/Saudari
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : MONA NELIA EFFENDI
NIM : 1414201015
Alamat : Solok
Adalah mahasiswa STIKes Fort De Kock Bukittinggi yang bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Diit Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Tanjung
Paku Kota Solok Tahun 2018”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan bagi responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujuan dan menjawab semua pertanyaan yang
disediakan dengan sejujurnya sesuai dengan yang diketahui.
Demikianlah atas perhatian dan kesediaan ibu sebagai responden saya
ucapkan terima kasih.

Peneliti

MONA NELIA EFFENDI

Lampiran 2
FORMAT PERSETUJUAN

(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi yang

bernama MONA NELIA EFFENDI, NIM 1414201015 dengan judul :” Faktor –

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Pada Pasien Diabetes

Melitus Di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018”. Saya menyadari

penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan terhadap saya, dan

jawaban / informasi yang saya berikan adalah yang sebenarnya sesuai dengan yang

saya ketahui tanpa ada tekanan dari pihak manapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, Agustus 2018

Responden

( )
Lampiran 3

KISI-KISI KUESIONER

Tujuan Variabel Jumlah Nomor item pertanyaan


Item
Untuk Pengetahuan 14 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
mendapatkan
Faktor –
Dukungan 20 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,
Faktor Yang
Berhubungan Keluarga 18,19,20
Dengan
Kepatuhan
Peran 10 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Petugas
Perawat
5 1,2,3,4,5
Kepatuhan
Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Pada Pasien Diabetes
Melitus Di Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2018

1. Nomor responden :
2. Tanggal diisi :

I. Identitas
A. Nama
Pekerjaan : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Umur : …………………………………………
Pendidikan :................................................................

II. Daftar Pertanyaan

B. Pengetahuan

SS S TS STS
NO Pernyataan
4 3 2 1
1. Kadar gula darah meningkat sesuai dengan usia adalah hal
yang wajar
2. Penyakit Diabetes mellitus tidak perlu diatur pola makan
karena tidak mempengaruhi kadar gula darah
3. Saya makan tepat waktu sesuai jadwal yang sudah
dikonsultasikan oleh dokter atau petugas kesehatan yang
lain.

4. Mengkonsumsi obat diabetes mellitus merupakan metode


yang paling tepat untuk menurunkan kadar gula darah bila
dibandingkan dengan menjalankan perilaku hidup sehat
seperti pengaturan pola makan
5. Sebagai penderita diabetes mellitus dengan melakukan
perilaku hidup sehat seperti mengatur pola makan dengan
baik akan memperkecil kemungkinan terkena komplikasi
diabetes mellitus
6. Penderita diabetes melitus melakukan perencanaan makan
untuk menjaga agar kadar gula darah tidak meningkat
7. Saat gula darah saya sudah atau mendekati normal, maka
aman memilih makanan yang saya mau
8 Saya makan makanan yang sesuai anjuran dokter atau
petugas kesehatan yang lain.

9. Jadwal aturan makan / diet yang dianjurkan terasa berat bagi


saya.
10. Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah kepuskesmas
/ pelayanan kesehatan yang lain untuk menentukan
kebutuhan diet saya.
11. Saya selalu melakukan variasi makanan pada jadwal diet
makan saya agar tidak terjadi kebosanan.
12. Jadwal makan dapat kita atur sendiri asalkan mencapai 6
kali makan dengan ketentuan 3 kali makan besar dan 3 kali
makan kecil
13. Saya tidak mau mentaati aturan makan penderita DM karena
menyusahkan.
14 Saya akan melakukan aktivitas fisik minimal 3 kali
seminggu dengan durasi 30 menit sekali pelaksanaan agar
gula darah saya stabil
Total Skor
2. Dukungan Keluarga

No Dukungan Tidak Kadang- Sering Selalu


perna kadang
h

Dukungan Informasional 0 1 2 3

1 Keluarga mencari informasi tentang


penyakit dan pengobatan diabetes
melitus yang bapak / ibu alami

2 Keluarga menginggatkan bapak /


ibu untuk mengatur pola makan dan
melakukan aktifitas fisik

3 Keluarga menginggatkan bapak /


ibu tentang dampak bila tidak
mematuhi diet yang telah
ditentukan

4 Keluarga menjelaskan kepada bapak


/ ibu setiap bapak/ ibu bertanya
tentang hal-hal tidak jelas dalam
proses penyakit dan pengobatan
diabetes melitus

5 Keluarga memberitahu bapak / ibu


tentang hal-hal yang tidak boleh
dilakukan

Dukungan Penilaian

6 Keluarga memberikan pujian


kepada bapak / ibu dalam mengatur
pola makan dan melakukan aktifitas
fisik

7 Keluarga bersedia mendukung


bapak / ibu untuk mengatur pola
makan dan melakukan persiapan
aktifitas fisik

8 Keluarga akan meminta pendapat


bapak / ibu dalam menyelesaikan
masalah yang bapak / ibu alami

9 Keluarga memperhatikan bapak /


ibu dalam mengkonsumsi makanan
dan melakukan aktifitas fisik

10 Keluarga mengetahui kapan bapak /


ibu untuk kontrol gula dan darah
berobat ke rumah sakit

Dukungan Instrumental

11 Keluarga bersedia menyediakan


waktu dan fasilitas jika bapak / ibu
memerlukan dalam mengatur pola
makan dan melakukan aktifitas fisik

12 Keluarga berperan aktif dalam


proses pengobatan bapak / ibu

13 Keluarga bersedia membiayai


semua kebutuhan pengobatan
bapak / ibu

14 Keluarga berusaha membeli


kebutuhan yang diperlukan dalam
pengobatan

15 Keluarga bersedia memenuhi semua


kebutuhan pengobatan bapak/ibu
Dukungan Emosional

16 Keluarga bersedia mendampingi


bapak / ibu dalam proses
pengobatan

17 Keluarga bersedia memberi


perhatian kepada bapak / ibu dalam
mengkonsumsi makanan dan
melakukan aktifitas fisik serta
pengobatan

18 Keluarga tetap memperhatikan


bapak / ibu dalam melakukan
aktifitas fisik

19 Keluarga memaklumi jika bapak /


ibu belum dapat mengikuti diet dan
aktifitas fisik dengan baik

20 Keluarga bersedia mendengarkan


kendala bapak / ibu dalam proses
pengobatan

Total skor

3. Peran Petugas Kesehatan

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah
3 2 1 0
1. Saya mendapatkan penyuluhan tentang manfaat
mengendalikan kadar gula darah melalui
pengaturan diit, melakukan aktivitas fisik dan
memantau kadar gula darah rutin
2. Saya diberi tahu dampak tidak mematuhi diit yang
telah ditentukan
3 Di Puskesmas saya mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang penyakit DM dan mengatur diit
sehari-hari
4 Jika saya menolak mengikuti diit diabetes melitus,
petugas menjelaskan pada saya manfaat dari
pengaturan diit bagi kesehatan saya
5. Petugas kesehatan menganjurkan saya untuk
melakukan aktifitas fisik secara teratur minimal 3
kali seminggu sekali pelaksanaan 30 menit
6. Saya pernah mendapatkan penjelasan tentang
manfaat pengendalian gula darah melalui
pengaturan makan, aktivitas fisik dan
pengontrolan gula darah
7. Petugas melakukan kunjungan rumah bila saya
tidak dapat datang ke puskesmas terdekat
8 Petugas kesehatan memberikan informasi tentang
penyakit diabetes melitus dan cara mengendalikan
kadar gula darah ?
9 Petugas kesehatan memberikan informasi dampak
bila tidak patuh dengan diit yang telah ditentukan
10 Saya pernah melihat poster,atau gambar tentang
diit DM dan aktifitas fisik bagi penderita diabetes
melitus

Total skor
4. Kepatuhan Pengendalian Gula Darah

No Pernyataan Ya Tidak

1 Apakah bapak / ibu makan sesuai porsi yang


dianjurkan

2 Apakah bapak / ibu menghindari makan / ngemil di luar


rumah

3 Apakah bapak / ibu menghabiskan makanan yang


disediakan

4 Apakah bapak / ibu makan sesuai jadwal yang telah


ditentukan

5 Apakah bapak / ibu tidak mengkonsumsi makan diluar


porsi yang diberikan petugas

You might also like