Jurnal BPPK: Volume 1, Nomor 1, Juli 2010

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 29

JURNAL BPPK

Volume 1, Nomor 1, Juli 2010

Persepsi Etis Aparat Pajak dan Mahasiswa:


Studi Empiris pada Pemeriksa Pajak, Account Representative dan
Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Oleh :

Marsono

Eko Suwardi

2 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Persepsi Etis Aparat Pajak dan Mahasiswa:


Studi Empiris pada Pemeriksa Pajak, Account Representative dan
Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Marsono1
Eko Suwardi2

Abstract

The objectives of this study were to empirically test the difference of


ethical perceptions between tax officers and students, and to test the difference
between groups in tax officers and students. Population of this study was tax
officers in Java except West Java and Banten provinces and students of Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Questionnaires were distributed to 1000 tax
officers and 400 students. The number of returned and qualified questionnaires
was 830 consisting of 535 from tax officers and 295 from students.
The difference test with .05 significant level indicated that there was
significant difference in ethical perceptions between the tax officers and the
students where the tax officers had better ethical perceptions than the students did.
The other result revealed that there was no significant difference in ethical
perceptions between the tax auditors and the account representatives with a
tendency that account representative‟s ethical perceptions were better than tax
auditor‟s. Besides, based on the result of the difference test between the freshmen
and the seniors, there was no difference in ethical perceptions with a tendency that
the senior‟s ethical perceptions were better than the freshmen‟s.
The implication of this study includes a need to continuously enforce
ethical values in tax institution through examples from their executives in
maintaining good ethical climate and culture. Besides, to engraft ethical values to
among students of STAN as tax officer candidates, appropriate ethical education
formats are needed both when they sit in their college and when they are about to
be tax officers.
Keywords: ethical perception, tax officer, tax auditor, account representative,
student.

1
Pegawai pada Direktorat Jenderal Pajak
2
Wakil Dekan pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

3 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

1. Pendahuluan perguruan tinggi di Indonesia yang


mempunyai pengetahuan yang luas dan
1.1. Latar Belakang moralitas yang baik diharapkan akan
membuat DJP terisi oleh sumber daya
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang mumpuni dan bermoral walaupun
mendapatkan sorotan tajam dari pada kenyataanya tidak jarang
masyarakat atas perilaku etis para mahasiswa yang semula mempunyai
pegawainya. Hal itu terlihat dari hasil idealisme tinggi saat di bangku kuliah
survei harian Kompas yang menyatakan menjadi oportunis ketika menghadapi
bahwa masyarakat masih berpersepsi permasalahan yang melibatkan dilema
negatif terhadap Direktorat Jenderal etis.
Pajak dan aparatnya (Kompas, 26 Permasalahan etika di DJP
November 2005). Survei Transparency menghangat seiring dengan reformasi
Internasional Indonesia (TII, 2006) birokrasi di tubuh DJP untuk
menguatkannya dengan menempatkan memperbaiki citra dan meningkatkan
DJP di urutan keenam instansi yang kinerja pegawainya. Salah satu program
tingkat meminta suapnya tinggi (76%). reformasi adalah penegakan kode etik
Hasil survei sebelumnya (TII, 2004) secara bertahap di lingkungan DJP. Hal
menyebutkan DJP sebagai instansi tersebut merupakan salah satu usaha DJP
terkorup nomor dua setelah Direktorat untuk mencapai visi DJP menjadi
Jenderal Bea Cukai. Sedangkan survei institusi pemerintah yang
terbaru (TII, 2008) menunjukkan bahwa menyelenggarakan sistem administrasi
DJP berada di peringkat 13 dari 15 perpajakan modern yang efektif, efisien
instansi yang dianggap terjadi praktik dan dipercaya masyarakat dengan
suap di dalamnya dengan indeks suap integritas dan profesionalisme yang
14%. Meskipun dari tahun ke tahun tinggi (DJP, 2008). Sesuai dengan
terjadi penurunan persepsi negatif Rencana Strategis Direktorat Jenderal
masyarakat, DJP masih termasuk dalam Pajak tahun 2008-2012, DJP
daftar instansi publik yang rawan menekankan pada integritas dan
penyuapan. profesionalisme aparatnya.
Kalau dilihat sumber daya Dengan demikian perhatian
manusia di DJP, selama ini DJP terhadap kualitas moral calon aparat
melakukan perekrutan pegawainya pajak juga menjadi penting karena
sebagian dari alumni perguruan tinggi di merekalah yang akan mengisi formasi di
Indonesia, baik melalui perekrutan DJP, terutama lulusan Sekolah Tinggi
sarjana maupun melalui perguruan tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang
kedinasan Sekolah Tinggi Akuntansi merupakan salah satu sumber daya yang
Negara (STAN). Lulusan perguruan memenuhi syarat untuk diangkat sebagai
tinggi tersebutlah yang telah dan akan pemeriksa pajak maupun account
menjadi aparat pajak. Mahasiswa representative di DJP. Sebagai

4 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

perguruan tinggi kedinasan di aparat pajak (mahasiswa STAN).


lingkungan Kementerian Keuangan, Dengan demikian, permasalahan yang
STAN mempunyai peran strategis dalam akan dijawab dalam penelitian ini
menghasilkan calon aparat pajak yang adalah: (1) Bagaimana persepsi etis
handal dan beretika tinggi. Pembekalan aparat pajak dibandingkan dengan
pendidikan etika di STAN, selain persepsi etis mahasiswa? (2) Apakah
kemampuan teknis, adalah sangat terdapat perbedaan persepsi etis antara
penting agar para lulusannya memiliki account representative dan pemeriksa
moralitas yang baik sebelum terjun di pajak? (3) Apakah terdapat perbedaan
dunia kerja. Berdasarkan kurikulum di persepsi etis antara mahasiswa tingkat
STAN, terdapat mata kuliah Etika awal dan mahasiswa tingkat akhir?
Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS),
selain mata kuliah lain yang juga 1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian
mengandung muatan pendidikan etika,
seperti mata kuliah akuntansi, perpajakan Tujuan penelitian ini adalah
dan auditing. Dengan sistem paket, mata menguji secara empiris apakah terdapat
kuliah yang bermuatan etika di STAN perbedaan persepsi etis antara aparat
lebih banyak diterima oleh mahasiswa pajak dan mahasiswa serta persepsi etis
tingkat akhir daripada mahasiswa tingkat antara masing-masing kelompok aparat
awal. pajak (pemeriksa dan account
Penelitian ini dilakukan dengan representative) dan masing-masing
alasan masih sangat jarang penelitian kelompok mahasiswa (mahasiswa
yang mengobservasi persepsi etis aparat tingkat awal dan mahasiswa tingkat
pajak dan calon aparat pajak (mahasiswa akhir). Selain itu penelitian ini juga ingin
STAN) dengan jumlah sampel yang menyajikan item/hal apa saja yang masih
besar. Selain itu penelitian ini bisa memerlukan perhatian dan yang
menunjukkan indikasi hasil reformasi dipersepsikan secara berbeda oleh
moral dan etika di DJP yang ditandai kelompok yang diperbandingkan.
dengan diberlakukannya kode etik Dengan demikian penelitian ini
pegawai. Penelitian ini juga akan diharapkan bisa memberikan manfaat
memberikan informasi tentang hal-hal bagi DJP dalam merumuskan kebijakan
yang masih memerlukan perhatian oleh dan tindakan yang harus diambil dalam
DJP dalam menegakkan nilai-nilai etika menegakkan nilai-nilai etika di DJP.
dan STAN sebagai lembaga Sedangkan bagi STAN diharapkan bisa
penyelenggara pendidikan. memberikan informasi untuk
Berdasarkan uraian di atas, perlu penyempurnaan pendidikan etika di
kiranya untuk mengetahui bagaimana STAN secara berkesinambungan.
persepsi etis para aparat pajak, terutama
pemeriksa pajak dan account 2. Kerangka Teoretis dan
representative, serta persepsi etis calon Pengembangan Hipotesis

5 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

2.1. Persepsi akhlak, watak; perasaan, sikap, cara pikir


(Bertens, 2005). Bertens (2005)
Menurut Kamus Besar Bahasa menyebutkan bahwa bentuk jamak (ta
Indonesia (2007) persepsi didefinisikan etha) yang bermakna adat kebiasaan,
sebagai tanggapan (penerimaan) menjadi latar belakang bagi terbentuknya
langsung dari sesuatu, serapan atau istilah etika yang sudah dipakai oleh
merupakan proses seseorang mengetahui Aristoteles untuk menunjukkan filsafat
beberapa hal melalui panca inderanya. moral.
Robbins (1997) mendefinisikan persepsi Jika dilihat dalam Kamus Besar
sebagai suatu proses yang mana Bahasa Indonesia edisi pertama (1998),
individu-individu mengorganisasikan istilah etika mempunyai tiga arti: 1) ilmu
dan menafsirkan kesan indera mereka tentang apa yang baik dan apa yang
agar memberi makna kepada lingkungan buruk dan tentang hak dan kewajiban
mereka. moral (akhlak); 2) kumpulan asas atau
Hal ini senada dengan nilai yang berkenaan dengan akhlak; 3)
pendapat Rahmat (2007) yang nilai mengenai benar dan salah yang
mendefinisikan persepsi sebagai dianut suatu golongan atau masyarakat.
pengalaman tentang objek, peristiwa, Hal senada diajukan oleh Velasquez
atau hubungan-hubungan yang diperoleh (2002) bahwa etika merupakan ilmu
dengan menyimpulkan informasi dan yang mendalami standar moral
menafsirkan pesan. Dengan demikian perorangan dan standar moral
persepsi merupakan suatu proses yang masyarakat. Etika mempertanyakan
didahului oleh penginderaan (Walgito, bagaimana standar-standar diaplikasikan
2003). Menurut Walgito (2003) persepsi dalam kehidupan dan apakah standar
melibatkan proses pengorganisasian, tersebut masuk akal atau tidak.
penginterpretasian terhadap stimulus Keraf (1998) membedakan
yang diterima sehingga merupakan pengertian etika menjadi dua. Etika
sesuatu yang berarti dan merupakan dalam pengertian pertama sama persis
aktivitas yang integrated dalam diri pengertiannya dengan moralitas yang
individu. berisikan nilai dan norma-norma konkret
yang menjadi pedoman dan pegangan
2.2. Etika hidup manusia dalam seluruh
kehidupannya. Etika dalam pengertian
Pengertian etika kedua adalah sebagai filsafat moral, atau
ilmu yang membahas dan mengkaji nilai
Istilah etika berasal dari bahasa dan norma yang diberikan oleh moralitas
Yunani kuno, yaitu ethos yang dalam dan etika dalam pengertian pertama di
bentuk tunggal mempunyai banyak arti: atas.
tempat tinggal yang biasa; padang Dari beberapa definisi di atas
rumput, kandang; kebiasaan, adat; dapat disimpulkan bahwa etika

6 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

merupakan seperangkat dalam tiga level, yaitu


aturan/norma/pedoman yang mengatur prakonvensional, konvensional dan
perilaku manusia, baik yang harus pascakonvensional (Bertens, 2005).
dilakukan maupun yang harus Makin tinggi perkembangan moral
ditinggalkan yang dianut oleh seseorang, makin kurang
sekelompok atau segolongan bergantung pada pengaruh-
manusia/masyarakat/profesi. pengaruh luar dan makin cenderung
untuk berperilaku etis.
Faktor yang mempengaruhi dimensi 3. Iklim etis di organisasi
etis Menurut Fritzsche (1997) iklim etis
dalam unit organisasi mungkin
Banyak faktor yang dianggap mempunyai pengaruh yang kuat
mempengaruhi dimensi etis dalam pada cara pembuat keputusan
pembuatan suatu keputusan, di antaranya mendekati dimensi etis dari masalah
adalah faktor personal dan faktor bisnis. Sutherland dan Cressey
organisasi yang biasanya berinteraksi mengembangkan teori differential
dengan menghasilkan pengaruh yang association yang menyatakan
berbeda (Fritzsche, 1997). bahwa seseorang akan cenderung
1. Nilai (Values) mengadopsi perilaku dan keyakinan
Menurut Fritzsche (1997) sikap dimana dia berhubungan sehingga
individu berdasar pada sistem nilai perilaku dan keyakinan seseorang
personal setiap orang sehingga yang mungkin akan dekat atau sama
mendasari perilaku adalah nilai dengan rekan dekatnya daripada
yang merupakan poros dari rekan di divisi yang lain (Fritzsche,
pembuatan keputusan yang etis. 1997).
Lebih lanjut Fritzsche (1997) 4. Tujuan organisasi
menjelaskan bahwa nilai etis adalah Tujuan organisasi yang mempunyai
kepercayaan yang menentukan pengaruh dalam dimensi etis
tentang apa yang benar dan apa pembuatan keputusan adalah
yang salah. Nilai-nilai ini terbentuk kebijakan dan struktur penghargaan
dan termodifikasi sepanjang (Fritzsche, 1997). Kebijakan bisa
pengalaman hidup yang dihadapi. berbentuk kode etik dan kebijakan
2. Tahap Perkembangan Moral operasi yang dinyatakan oleh
Tahap-tahap perkembangan moral manajemen atas. Fritzsche (1997)
adalah suatu penilaian dari kapasitas menyatakan bahwa struktur
seseorang untuk menimbang- penghargaan juga mempengaruhi
nimbang apakah suatu hal secara aspek etis dari pembuat keputusan.
moral dibenarkan (Robbins, 1996).
Kohlberg mendokumentasikan 2.3. Kode Etik Pegawai Direktorat
enam tahapan perkembangan moral Jenderal Pajak

7 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Kode etik pegawai Direktorat Ludigdo dan Mahfoedz (1999)


Jenderal Pajak diatur dalam Peraturan menemukan adanya perbedaan signifikan
Menteri Keuangan Nomor 1/PM.3/2007 antara persepsi akuntan dan mahasiswa
dan dirinci dalam panduan pelaksanaan terhadap etika bisnis. Sedangkan
kode etik dalam Surat Edaran Dirjen persepsi antara mahasiswa tingkat
Pajak Nomor SE-33/PJ./2007. Adanya pertama dan tingkat akhir terhadap etika
kode etik tersebut lebih diperkuat dengan bisnis tidak terdapat perbedaan yang
pencantuman dalam pasal 36 B Undang- signifikan. Demikian juga antara ketiga
undang No. 28 Tahun 2007 mengenai kelompok akuntan (akuntan pendidik,
perubahan ketiga UU No. 6 Tahun 1983 akuntan publik, dan akuntan pendidik
tentang ketentuan umum dan tata cara sekaligus akuntan publik) tidak terdapat
perpajakan. Kode etik tersebut berisi perbedaan persepsi. Sihwahjoeni dan
sembilan kewajiban dan delapan Gudono (2000) menemukan tidak adanya
larangan pegawai dalam menjalankan perbedaan persepsi yang signifikan di
tugasnya serta dalam pergaulan hidup antara tujuh kelompok akuntan terhadap
sehari-hari. Segala bentuk ucapan, kode etik akuntan. Akan tetapi terdapat
tulisan, atau perbuatan yang melanggar perbedaan yang signifikan antara
kode etik merupakan suatu pelanggaran akuntan pendidik dan akuntan
dan akan dikenakan sanksi moral dan manajemen serta antara akuntan pendidik
atau hukuman disiplin. dan akuntan pemerintah.
Penelitian Davis dan Welton
2.4. Penelitian Terdahulu (1991) menemukan perbedaan antara
persepsi etis mahasiswa tingkat awal,
Penelitian mengenai mahasiswa di tingkat yang lebih tinggi
sensitivitas etika pemeriksa pajak dan mahasiswa yang telah lulus.
dilakukan oleh Praptiningsih (2008). Sedangkan bagi mahasiswa yang
Penelitian tersebut menghasilkan adanya mendapatkan pendidikan etika secara
pengaruh positif dan signifikan dari kode formal tidak berbeda dengan mahasiswa
etik, komite kode etik dan remunerasi yang tidak mendapatkan pendidikan
terhadap sensitivitas etika pemeriksa etika secara formal. Demikian juga
pajak. Penelitian mengenai perbandingan secara gender mahasiswa laki-laki dan
persepsi etis aparat pajak dan mahasiswa perempuan tidak ada perbedaan persepsi.
sepanjang pengetahuan peneliti belum Steven et al. (1993) melakukan
dilakukan. Dengan masih jarangnya penelitian tentang perbandingan evaluasi
penelitian etika untuk aparat pajak dan etis dari staf pengajar dan mahasiswa
calon aparat pajak maka penelitian ini sekolah bisnis. Secara umum tidak ada
mengacu pada penelitian persepsi etis perbedaan signifikan di antara kelompok
lainnya, terutama tentang etika bisnis dan tersebut walaupun ada kecenderungan
etika profesi akuntan yang telah ada. bahwa anggota staf pengajar lebih
berorientasi pada etis dibandingkan

8 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

mahasiswa senior dan mahasiswa junior. bahwa mahasiswa perempuan lebih


Selain itu terdapat kecenderungan bahwa berorientasi etis daripada mahasiswa
mahasiswa senior lebih berorientasi etis laki-laki. Sedangkan hipotesis bahwa
dibandingkan mahasiswa junior. mahasiswa yang lebih tua lebih etis
Hasil penelitian Glenn dan Van daripada mahasiswa yang lebih muda
loo (1993) menunjukkan bahwa tidak terdukung. Demikian juga hipotesis
mahasiswa membuat pilihan yang kurang bahwa mahasiswa S1 lebih etis daripada
etis dibandingkan dengan praktisi bisnis. mahasiswa MBA tidak terdukung. Hasil
Sedangkan berkaitan dengan analisis lainnya adalah pemberian studi kasus
antar waktu didapatkan bahwa secara mendalam akan berpengaruh
mahasiswa pada tahun 1980-an membuat secara positif terhadap persepsi etis
keputusan yang kurang etis dibandingkan mahasiswa, membuat mahasiswa lebih
pada tahun 1960-an. Hasil penelitian berorientasi etis.
Fischer dan Rosenzweig (1995) Dari telaah terhadap
menunjukkan adanya perbedaan keseluruhan penelitian tersebut
signifikan antara kelompok mahasiswa menunjukkan belum adanya
dan praktisi dalam tiga dari empat faktor kekonsistenan hasil penelitian. Walaupun
dalam manajemen laba. dalam banyak kasus tidak ada perbedaan
Penelitian Cole dan Smith persepsi etis yang signifikan antara
(1996) menunjukkan terdapat perbedaan akuntan atau praktisi dengan mahasiswa
persepsi antara mahasiswa dan pelaku akuntansi atau bisnis, akuntan atau
bisnis dengan mahasiswa yang lebih praktisi mempunyai kecenderungan yang
menerima hal yang questionable serta lebih baik dalam hal etika tersebut.
mempunyai pandangan yang lebih Peneliti merasa tertarik untuk melakukan
negatif daripada pelaku bisnis. Selain itu, penelitian sejenis untuk mengkonfirmasi
secara gender tidak terdapat perbedaan penelitian-penelitian sebelumnya dalam
antara laki-laki dan perempuan. konteks persepsi aparat pajak (pemeriksa
Sedangkan untuk pembandingan praktisi pajak dan account representative) dan
bisnis berdasarkan kelompok umur calon aparat pajak (mahasiswa STAN).
didapatkan hasil bahwa praktisi bisnis
yang lebih muda ternyata memiliki 2.5. Pengembangan Hipotesis
persepsi etis yang lebih rendah daripada
praktisi bisnis yang lebih tua. Persepsi merupakan aktivitas
Penelitian Abratt, Bendixen, yang integrated dalam diri individu
dan Drop (1999) secara umum sehingga apa yang ada dalam diri
menunjukkan adanya perbedaan antara individu akan ikut aktif dalam persepsi.
ketiga kelompok dalam perusahaan Oleh karena perasaan, kemampuan
retail, yaitu eksekutif, manajer dan berpikir, dan pengalaman-pengalaman
tenaga penjualan. Sedangkan penelitian individu tidak sama, maka dalam
Cagle dan Baucus (2006) menunjukkan mempersepsi sesuatu stimulus, hasil

9 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

persepsi mungkin akan berbeda antar dengan konteks persepsi antarkelompok


individu satu dengan individu lain aparat pajak, dapat diajukan hipotesis:
(Walgito, 2002).
Hal-hal yang mempengaruhi Ha2: Terdapat perbedaan persepsi etis
dimensi etis seseorang meliputi faktor antara pemeriksa pajak dan
pribadi dan faktor organisasi tempat account representative
berada (Fritzsche, 1997). Faktor karakter
pribadi terutama adalah value (nilai) Pendidikan etika akan
yang diyakini yang terbentuk dan menghasilkan pengaruh positif pada
termodifikasi sepanjang pengalaman penilaian dan persepsi etis (Cagle dan
hidup yang dihadapi. Selain itu sesuai Baucus, 2006). Pemberian materi kuliah
dengan teori perkembangan moral, fase yang bermuatan etika akan memberikan
perkembangan moral yang sedang dampak yang positif terhadap
dialami oleh tiap individu pemahaman mahasiswa mengenai
memungkinkan adanya perbedaan permasalahan etika. Davis dan Welton
persepsi etis. Sedangkan karakter (1991) menenemukan bahwa secara
organisasi yang mempengaruhi adalah umum terdapat perbedaan antara persepsi
iklim etis dan kebijakan serta struktur etis mahasiswa tingkat awal, mahasiswa
penghargaan dalam organisasi, termasuk di tingkat yang lebih tinggi dan
kode etik yang diberlakukan dalam mahasiswa yang telah lulus.
organisasi (Fritzsche, 1997). Dengan kurikulum di STAN
Dari penelitian Ludigdo dan yang bersistem paket, mahasiswa tingkat
Mahfoedz (1999), Glenn dan Van loo akhir lebih banyak mendapatkan mata
(1993), dan penelitian Cole dan Smith kuliah bermuatan etika daripada
(1996) dapat dikemukakan hipótesis: mahasiswa tingkat awal sehingga
dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi
Ha1: Terdapat perbedaan persepsi etis etis antara kedua kelompok mahasiswa
antara aparat pajak dan mahasiswa tersebut. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan peneliti adalah:
Teori differential association
menyatakan bahwa seseorang akan Ha3: Terdapat perbedaan persepsi etis
cenderung mengadopsi perilaku dan antara mahasiswa tingkat awal dan
keyakinan dimana dia berhubungan mahasiswa tingkat akhir
sehingga perilaku dan keyakinan
seseorang mungkin akan dekat/sama 3. Metodologi Penelitian
dengan rekan dekatnya daripada rekan di
bagian yang lain. Dari penelitian 3.1. Tipologi Penelitian
Sihwahjoeni dan Gudono (2000) dan
Abratt, et al. (1999) yang dihubungkan Penelitian ini merupakan
penelitian bersifat survei dengan

10 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

menggunakan instrumen kuesioner. mahasiswa STAN selain pegawai tugas


Penelitian ini mengambil acuan utama belajar adalah 4.797 orang (Sumber
dari penelitian Ludigdo dan Mahfoedz http://www.stan.ac.id., 19 September
(1999) dengan subjek yang berbeda dan 2008).
modifikasi instrumen dimensi etis. Dari populasi PNS DJP di
Ludigdo dan Mahfoedz (1999) Pulau Jawa selain Jawa Barat dan
menggunakan responden akuntan dan Banten, diambil sampel dengan
mahasiswa sedangkan dalam penelitian pertimbangan tertentu (judgment
ini menggunakan responden aparat pajak sampling) sehingga dipilih sampel hanya
dan mahasiswa. Penelitian ini juga dari pegawai yang menjadi pemeriksa
mengubah dimensi etis bidang auditing pajak dan account representative.
yang digunakan dengan dimensi etis Pertimbangan yang digunakan adalah
bidang perpajakan. jabatan pemeriksa pajak dan acccount
representative merupakan posisi yang
3.2 Populasi dan Teknik Pengambilan mempunyai fungsi strategis di DJP dan
Sampel sering berhubungan dengan wajib pajak.
Setelah itu dari kelompok pemeriksa
Populasi dalam penelitian ini pajak dan account representative dipilih
adalah Pegawai Negeri Sipil Direktorat sampel secara convenience tetapi dengan
Jenderal Pajak di Pulau Jawa selain memperhatikan keterwakilan pada tiap
Provinsi Jawa Barat dan Banten dan daerah.
mahasiswa nontugas belajar Sekolah Dalam pengambilan sampel
Tinggi Akuntansi Negara. Pemilihan mahasiswa STAN digunakan
populasi penelitian yang hanya di Pulau pertimbangan berdasarkan besarnya
Jawa, selain Jawa Barat dan Banten peluang menjadi pegawai Direktorat
disebabkan keterbatasan jangkauan Jenderal Pajak khususnya untuk jabatan
peneliti. pemeriksa pajak dan account
Pada saat penelitian, jumlah representative. Oleh karena itu dipilih
populasi PNS DJP di Pulau Jawa selain sampel dari mahasiswa spesialisasi D III
Jawa Barat dan Banten tidak dapat Administrasi Perpajakan dan D III
diketahui secara pasti. Untuk menjaga Akuntansi Pemerintahan karena mereka
agar hasil penghitungan sampel yang mempunyai peluang yang besar untuk
harus diambil tidak kurang dari yang diangkat sebagai PNS di DJP dan
seharusnya maka dalam rangka memenuhi syarat untuk menduduki
penentuan jumlah sampel digunakan jabatan pemeriksa pajak dan account
jumlah acuan yg lebih besar daripada representative. Hal ini terlihat dari
jumlah populasi sesungguhnya, yaitu banyaknya lulusan D III Akuntansi
jumlah seluruh pegawai DJP yang Pemerintahan dan D III Administrasi
berjumlah sekitar 32.000 orang (DJP, Perpajakan yang menjadi pegawai DJP
2008). Sedangkan jumlah populasi tiap tahunnya. Setelah ditentukan bahwa

11 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

sampel diambil dari kedua spesialisasi contact person yang merupakan staf
tersebut kemudian dipilih mahasiswa pengajar di STAN dan pengurus
yang berada di tingkat awal (baru organisasi kemahasiswaan. Setelah
menyelesaikan maksimal 2 semester) dan terkumpul kembali maka kuesioner
mahasiswa di tingkat akhir (telah dikirimkan kembali ke peneliti melalui
menyelesaikan 5 semester) secara contact person tersebut dengan amplop
convenience. yang telah ditempel perangko dan alamat
Dalam menentukan jumlah peneliti agar responden mudah
sampel target yang memadai untuk suatu mengirimkan kembali sehingga respon
penelitian, peneliti menggunakan rumus meningkat (Hartono, 2008: 296).
Slovin. Dengan persentase kelonggaran Kuesioner dibagikan dari
(tingkat kesalahan) 0,05 dan dengan tanggal 10 Oktober 2008 sampai dengan
acuan jumlah pegawai DJP sekitar 7 November 2008. Sedangkan kuesioner
32.000 orang maka sampel yang yang diolah adalah yang diterima peneliti
seharusnya didapatkan adalah 395 orang. sampai dengan tanggal 28 November
Sedangkan dari jumlah mahasiswa 2008.
STAN di tahun ajaran 2007/2008
sebanyak 4.797 orang seharusnya 3.4. Definisi Operasional dan
didapatkan sampel sebanyak 369 orang. Pengukuran Variabel
Untuk mencapai jumlah tersebut peneliti
mengirimkan 1000 kuesioner ke pegawai Persepsi etis didefinisikan
DJP dan 400 kuesioner ke mahasiswa sebagai tanggapan berdasarkan
STAN. Dengan demikian penelitan ini pemahaman dan pengalaman yang
menggunakan sampel yang besar dimiliki terhadap nilai-nilai etika secara
sehingga memenuhi central limit umum, nilai etika dalam dimensi
theorem yang menyatakan bahwa keagamaan dan nilai-nilai etika di bidang
distribusi rata-rata sampel akan normal perpajakan. Persepsi terhadap nilai-nilai
jika menggunakan sampel yang besar etika secara umum diukur dengan enam
(Sumodiningrat, 2007). belas pernyataan yang berasal dari
modifikasi atas pengindonesian (secara
3.3. Pengumpulan Data bahasa dan konteks) oleh Ludigdo dan
Data untuk penelitian ini Mahfoedz (1999) pada kuesioner Ruch
dikumpulkan melalui survei dengan dan Newstrom (1975) yang telah
mengirimkan kuesioner menggunakan dimodifikasi oleh O‘Clock dan Okleshen
surat kepada contact person tertentu. (1993). Untuk persepsi terhadap nilai
Kuesioner untuk kelompok pegawai DJP etika dalam dimensi keagamaan diukur
dikirimkan ke contact person yang dengan tujuh pernyataan yang
merupakan pegawai DJP di setiap kantor dikembangkan oleh Ludigdo dan
tujuan. Sedangkan kuesioner untuk Mahfoedz (1999). Sedangkan
kelompok mahasiswa dikirimkan ke pengukuran persepsi terhadap nilai-nilai

12 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

etika di bidang perpajakan digunakan pengujian menghasilkan sig. (2 tailed)


dua belas pernyataan yang sebesar 0,839 yang lebih besar daripada
dikembangkan sendiri oleh peneliti yang taraf kesalahan 0.05 sehingga berarti
bersumber dari kode etik pegawai DJP. tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Kuesioner penelitian termuat pada antara dua kelompok tersebut. Dengan
lampiran. demikian ancaman non-response bias
telah dapat dikurangi.
3.5. Uji non-response bias
3.6. Uji validitas
Uji ini dilakukan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan karakteristik Pengujian validitas dan
jawaban yang diberikan oleh responden reliabilitas dilakukan untuk meyakinkan
yang mengembalikan kuesioner dengan kualitas data yang terkumpul dari
responden yang tidak mengembalikan instrumen yang ada. Validitas berkaitan
kuesioner. Dengan keterbatasan dengan ketepatan alat ukur dalam
informasi yang diperoleh peneliti mengukur apa yang yang seharusnya
terhadap identitas individu responden diukur. Hartono (2007:120) menyatakan
yang tidak mengembalikan kuesioner bahwa pengukuran dikatakan valid jika
maka dalam pengujian ini responden mengukur tujuannya dengan nyata dan
yang mengembalikan kuesioner benar.
melewati waktu tertentu dianggap Pendekatan yang digunakan
mewakili jawaban dari responden yang dalam penelitian ini dengan
tidak mengembalikan kuesioner. mengorelasikan skor tiap-tiap item
Untuk penelitian ini uji non- dengan skor total. Teknik korelasi yang
response bias hanya dilakukan pada digunakan adalah Pearson‟s Correlation
responden aparat pajak karena respon Product Moment untuk pengujian dua
rate-nya lebih rendah daripada sisi yang terdapat pada SPSS 13.0 for
mahasiswa. Jawaban yang diterima Windows. Hasil uji korelasi dikatakan
dikelompokkan ke dalam dua kelompok valid jika tingkat signifikansinya lebih
yaitu (1) kelompok awal, yaitu kuesioner kecil dari 0,05. Dari 35 pertanyaan
yang diterima peneliti dalam waktu satu kuesioner semuanya valid dengan tingkat
minggu sejak kuesioner diterima probabilitas masing-masing item di
responden, sebanyak 96 kuesioner dan bawah 0,05.
(2) kelompok akhir, yaitu kuesioner yang
diterima peneliti setelah empat minggu 3.7. Uji reliabilitas
sejak diterima responden, sebanyak 109
kuesioner. Reliabilitas menunjukkan
Pengujian dilakukan dengan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya.
independent sample t-test untuk menguji Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat
perbedaan dua kelompok tersebut. Hasil diandalkan) jika dapat dipercaya

13 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

sehingga harus akurat dan konsisten sebesar 535 (53,5%). Sedangkan dari
(Hartono, 2007:120). Pengujian 400 kuesioner yang dikirimkan ke
reliabilitas pada penelitian ini mahasiswa, kuesioner yang kembali dan
menggunakan teknik Cronbach‟s Alpha memenuhi syarat sebesar 295 (73,75%).
yang terdapat pada SPSS 13.0 for Statistik deskriptif variabel
Windows. Sekaran (2003) menyatakan rinci ditunjukkan dalam Tabel 2 di
bahwa semakin dekat koefisien alpha lampiran. Dari jawaban para responden
pada nilai 1 berarti butir-butir pernyataan didapatkan bahwa pernyataan etika yang
dalam kuesioner semakin reliabel. berskor paling rendah (kurang etis) untuk
Besarnya nilai alpha yang dihasilkan jika aparat pajak adalah pada item ‖menolak
di bawah 0,600 berarti jelek (Sekaran, perintah kedinasan yang tidak termasuk
2003:311). Dari hasil uji reliabilitas dalam uraian jabatan‖. Sedangkan untuk
pernyataan responden terlihat bahwa mahasiswa, skor terendah terdapat pada
diperoleh koefisien Cronbach‟s Alpha pernyataan ‖mengisikan SPT Wajib
sebesar 0,908 sehingga termasuk Pajak secara cuma-cuma‖.
kategori reliabel.
4.3. Uji Hipotesis
3.8. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis pertama
Pengujian perbedaan atas dua
kelompok sampel yang saling Hasil pengujian menggunakan
independen menggunakan independent independent sample t-test dan Mann-
sample t-test yang robust terhadap data Whitney U ditunjukkan dalam Tabel 3 di
yang tidak terdistribusi secara normal lampiran yang menghasilkan nilai sig. (2
(Rasch dan Guiard, 2004). Meskipun tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil
demikian, pengujian hipotesis akan dari taraf kesalahan 0,05 sehingga
disandingkan dengan pengujian Mann- hipotesis nol ditolak. Dengan demikian
Whitney U sebagai konfirmasi. kedua bentuk pengujian menghasilkan
hal yang sama bahwa terdapat perbedaan
4. Analisis Hasil Penelitian signifikan antara persepsi etis aparat
pajak dan mahasiswa.
4.1. Deskripsi Data Pengujian pelengkap atas tiga
dimensi yang ada menunjukkan bahwa
Kuesioner yang yang dikirim untuk dimensi etika yang umum dan
dan diterima kembali ditunjukkan dalam dimensi perpajakan terdapat perbedaan
Tabel 1 di lampiran. Dari 1000 signifikan antara aparat pajak dan
kuesioner yang dikirim ke aparat pajak di mahasiswa. Sedangkan untuk dimensi
70 kantor di Jawa Tengah, Yogyakarta, keagamaan tidak terdapat perbedaan
Jawa Timur dan Jakarta, kuesioner yang signifikan. Hasil uji beda per-item
yang kembali dan memenuhi syarat pertanyaan kuesioner menghasilkan

14 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

bahwa dari 35 pertanyaan, terdapat 24 menghasilkan nilai sig. (2 tailed) sebesar


pertanyaan yang berbeda secara 0,209. Hasil pengujian menggunakan
signifikan yang terdiri dari 12 item dalam Mann-Whitney U menghasilkan nilai
dimensi etika yang umum, 1 item dalam asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0,069.
dimensi keagamaan, dan 11 item dalam Keduanya menunjukkan nilai yang lebih
dimensi perpajakan. besar dari taraf kesalahan 0,05 sehingga
hipotesis nol tidak dapat ditolak. Hal ini
Hasil pengujian hipotesis kedua berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara persepsi etis mahasiswa
Hasil pengujian menggunakan tingkat awal dan mahasiswa tingkat
independent sample t-test ditunjukkan akhir.
dalam tabel 4 di lampiran yang Pengujian pelengkap atas tiga
menghasilkan nilai sig. (2 tailed) sebesar dimensi etis menunjukkan bahwa untuk
0,689 dan hasil pengujian menggunakan dimensi etika yang umum dan dimensi
Mann-Whitney U menghasilkan nilai keagamaan tidak terdapat perbedaan
asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0,647. signifikan. Sedangkan pengujian untuk
Keduanya menunjukkan nilai yang lebih dimensi perpajakan terdapat perbedaan
besar dari taraf kesalahan 0,05 sehingga yang signifikan. Hasil uji beda per-item
hipotesis nol tidak dapat ditolak. Hal ini pertanyaan kuesioner terlihat bahwa dari
berarti tidak terdapat perbedaan yang 35 item, terdapat 12 item yang berbeda
signifikan antara persepsi etis pemeriksa secara signifikan yang terdiri dari 5 item
dan account representative. dari dimensi etika yang umum, dan 7
Pengujian pelengkap atas tiga item dalam dimensi perpajakan.
dimensi dalam persepsi etis
menunjukkan bahwa ketiga dimensi etis, 4.4. Pembahasan
yaitu dimensi etika yang umum, dimensi
keagamaan dan dimensi perpajakan tidak Pembahasan hipotesis pertama
terdapat perbedaan signifikan. Hasil uji Hasil pengujian perbedaan
beda per-item pertanyaan kuesioner persepsi etis aparat pajak dan mahasiswa
terlihat bahwa dari 35 pertanyaan, menghasilkan adanya perbedaan
terdapat 7 item yang berbeda secara signifikan antara persepsi etis kedua
signifikan yang terdiri dari 4 item dalam kelompok tersebut dengan aparat pajak
dimensi etika yang umum dan 3 item lebih berpersepsi etis daripada
dalam dimensi perpajakan. mahasiswa. Hasil ini dikarenakan adanya
pengaruh iklim etis organisasi DJP yang
Hasil pengujian hipotesis ketiga telah memberlakukan kode etik selain
pengaruh dari value personal yang
Hasil pengujian menggunakan dimiliki tiap pegawai. Pemberlakuan
independent sample t-test ditunjukkan kode etik di DJP beserta usaha
dalam Tabel 5 di lampiran yang internalisasinya yang dibarengi dengan

15 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

pemberian insentif yang memadai serta account representative sehingga iklim


adanya sanksi yang tegas terhadap etis yang ada pada kelompok account
pelanggaran sangat memungkinkan representative masih terbawa ketika
terciptanya iklim etis yang positif. Hal berganti jabatan menjadi pemeriksa.
ini berbeda dengan mahasiswa yang Akan tetapi ketika data responden
walaupun berada dalam lingkungan pemeriksa pajak tersebut dikeluarkan
dengan idealisme yang tinggi, tidak dari analisis ternyata tidak ada perbedaan
berada dalam suatu organisasi yang sehingga hal tersebut bukanlah penyebab
formal, mapan dan rapi seperti DJP yang tidak adanya perbedaan persepsi etis
telah menerapkan kode etik dan sistem antara pemeriksa pajak dan account
reward yang jelas. representative.
Selain itu terdapat perbedaan Penjelasan yang paling dekat
tahapan perkembangan moral yang atas hasil pengujian di atas adalah karena
sedang dialami oleh aparat pajak dan adanya kode etik di DJP telah membuat
mahasiswa. Faktor pribadi dan para pegawai DJP mempunyai standar
lingkungan yang mempengaruhi bisa saja perilaku yang sama yang mengikat
membuat suatu kelompok berada dalam semua pegawai meskipun berbeda
tingkat perkembangan moral yang lebih jabatan. Hal tersebut menyebabkan tidak
tinggi, dalam hal ini adalah aparat pajak ada perbedaan persepsi etis antara
yang kebanyakan telah berusia dewasa kelompok pemeriksa pajak dan
karena nilai yang dianut seseorang kelompok account representative karena
mungkin saja menjadi lebih kuat dengan keduanya mengacu pada pedoman yang
bertambah dewasanya seseorang (Cole sama. Hal ini lebih mendukung teori
dan Smith, 1996). bahwa adanya kebijakan dan struktur
penghargaan mempengaruhi dimensi etis
Pembahasan Hipotesis Kedua dalam organisasi (Fritzsche, 1997).

Hasil pengujian perbedaan Pembahasan Hipotesis Ketiga


persepsi etis pemeriksa pajak dan
account representative mendapatkan Hasil pengujian perbedaan
hasil tidak adanya perbedaan signifikan persepsi etis mahasiswa tingkat awal dan
antara persepsi etis pemeriksa pajak dan mahasiswa tingkat akhir mendapatkan
account representative dengan hasil tidak terdapat perbedaan signifikan
kecenderungan account representative antara persepsi etis mahasiswa tingkat
lebih berpersepsi etis daripada awal dan mahasiswa tingkat akhir
pemeriksa. dengan kecenderungan mahasiswa
Responden pemeriksa pajak tingkat akhir lebih berpersepsi etis
untuk penelitian ini ternyata sebagian daripada mahasiswa tingkat awal. Hal
baru diangkat pada bulan Juli 2008 yang yang bisa menjelaskan hasil penelitian
sangat dimungkinkan berasal dari jabatan ini adalah karena selisih umur dari

16 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir dimensi perpajakan yang berkaitan
tidaklah berbeda jauh. Responden dengan etika dalam dunia perpajakan,
mahasiswa kebanyakan berusia di bawah diperlukan pendidikan formal melalui
20 tahun untuk mahasiswa tingkat awal kurikulum di kampus yang berisi
dan di bawah 25 tahun untuk mahasiswa pemahaman tentang dunia perpajakan
tingkat akhir. Selain itu untuk pendidikan dan kode etik pegawai DJP.
Diploma III di STAN hanya ditempuh
dalam enam semester, sehingga jarak 5. Penutup
antara mahasiswa tingkat awal dan
mahasiswa tingkat akhir hanya sekitar 2- 5.1. Simpulan
3 semester saja.
Dengan selisih yang tidak Secara keseluruhan persepsi
begitu jauh membuat mereka dalam etis aparat pajak cukup baik dengan rata-
tingkat kematangan yang tidak berbeda rata 4,106 tetapi untuk skor dimensi etika
jauh. Selisih waktu tersebut bagi yang umum masih rendah dibanding
mahasiswa tingkat awal bisa jadi telah kedua dimensi etis lainnya. Sedangkan
terisi dengan pendidikan etika secara persepsi etis mahasiswa tidak sebaik
nonformal dari lingkungan sekitarnya aparat pajak, yaitu dengan rata-rata
(organisasi dan masyarakat). Oleh karena 3,845. Dimensi etis yang paling rendah
itu, meskipun mahasiswa tingkat awal pada persepsi etis mahasiswa adalah di
lebih rendah persepsi etisnya daripada bidang perpajakan. Hal tersebut
mahasiswa tingkat akhir, secara menunjukkan bahwa persepsi etis aparat
keseluruhan tidak terdapat perbedaan pajak lebih baik daripada persepsi etis
yang signifikan di antara keduanya. mahasiswa.
Penjelasan lainnya adalah Hasil pengujian hipotesis
sebenarnya untuk dimensi perpajakan pertama menghasilkan adanya perbedaan
terdapat perbedaan signifikan antara signifikan antara persepsi etis aparat
mahasiswa tingkat awal dan mahasiswa pajak dan mahasiswa dengan persepsi
tingkat akhir dengan kecenderungan etis aparat pajak yang lebih baik daripada
mahasiswa tingkat akhir berpersepsi etis mahasiswa. Apabila dilihat per dimensi
lebih tinggi daripada mahasiswa tingkat persepsi etis, terdapat perbedaan yang
awal. Akan tetapi, dua dimensi lainnya signifikan untuk dimensi etika yang
tidak terdapat perbedaan signifikan umum dan dimensi perpajakan,
sehingga secara keseluruhan hasilnya sedangkan untuk dimensi keagamaan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hal itu menunjukkan bahwa nilai etika Hasil ini mendukung teori adanya
yang umum dan nilai etika dalam pengaruh faktor organisasi pada dimensi
dimensi keagamaan bisa didapatkan dari etis, dalam hal ini adalah kode etik dan
luar kurikulum pendidikan tinggi. sistem reward and punishment.
Sedangkan untuk nilai etika dalam

17 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Pengujian hipotesis kedua 5.2. Keterbatasan Penelitian


menunjukkan tidak adanya perbedaan
yang signifikan antara persepsi etis Penelitian ini mempunyai
pemeriksa dan account representative beberapa keterbatasan yang melekat.
dengan kecenderungan account Keterbatasan pertama, penelitian ini
representative lebih baik persepsi etisnya hanya mengobservasi persepsi saja
daripada pemeriksa. Ketika pengujian sehingga belum tentu hal tersebut
dilakukan per dimensi persepsi etis, diaplikasikan dalam tindakan keseharian.
masing-masing dimensi tersebut tidak Keterbatasan kedua, beberapa responden
terdapat perbedaan signifikan antara merasa tidak jelas dengan pertanyaan
pemeriksa dan account representative. kuesioner pada butir III.6 yang berbunyi
Hasil ini dijelaskan dengan adanya kode ‖mengisikan SPT Wajib Pajak secara
etik pegawai DJP yang menjadi pedoman cuma-cuma‖. Beberapa responden
yang seragam bagi perilaku etis para menyatakan bahwa kalimat tersebut
pegawai DJP, termasuk pemeriksa dan rancu karena jika diisi dengan jawaban
account representative. tidak setuju maka terkesan seharusnya
Pengujian hipotesis ketiga dalam mengisikan SPT adalah tidak
menghasilkan tidak adanya perbedaan gratis (cuma-cuma). Penambahan kata
persepsi etis antara mahasiswa tingkat ‖secara cuma-cuma‖ oleh peneliti
awal dan mahasiswa tingkat akhir sebenarnya untuk memberikan suasana
dengan kecenderungan persepsi etis dilema etis karena secara substansi
mahasiswa tingkat akhir lebih baik mengisikan SPT Wajib Pajak adalah
daripada mahasiswa tingkat awal. tidak boleh, sehingga jika dilakukan
Pengujian per dimensi etis menunjukkan tanpa mengutip bayaran pun tetap tidak
tidak terdapat perbedaan yang signifikan boleh. Hal tersebut sesuai dengan
dalam dimensi etika yang umum dan panduan pelaksanaan kode etik pegawai
dimensi keagamaan. Sedangkan untuk DJP (SE-33/PJ./2007) yaitu kewajiban
dimensi perpajakan terdapat perbedaan keempat.
yang signifikan. Hal ini mengindikasikan Keterbatasan ketiga, dalam
bahwa pendidikan etika secara formal di membangun sendiri kuesioner persepsi
kampus bukanlah faktor yang dominan etis dalam bidang perpajakan, selain
dalam perkembangan persepsi etis mendiskusikan dengan pembimbing,
seseorang (Davis dan Welton, 1991). peneliti hanya melakukan pretest kepada
Namun demikian, dengan adanya mahasiswa S2 yang merupakan pegawai
perbedaan signifikan untuk dimensi DJP sekaligus meminta penelaahan dari
perpajakan sebenarnya mendukung teori mereka. Peneliti tidak melakukan
bahwa pendidikan etika (dalam hal ini pembentukan panel pakar untuk
etika di dunia perpajakan) menghasilkan mengkonfirmasi kebenaran item-item
pengaruh positif pada penilaian dan yang membentuk konstruk-konstruk
persepsi etis. (Hartono, 2008:28). Keterbatasan

18 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

keempat, responden aparat pajak masih Mahasiswa D I Administrasi Perpajakan


terbatas pada pemeriksa dan account sehingga hasil penelitian ini tidak bisa
representative saja, belum mencakup digeneralisasikan ke seluruh mahasiswa
jabatan lainnya seperti pelaksana, STAN.
pegawai tugas belajar, penelaah
keberatan, dan pejabat eselon sehingga 5.3. Implikasi Hasil Penelitian
hasil penelitian ini tidak bisa
digeneralisasikan ke seluruh aparat Penelitian ini mempunyai
pajak. implikasi bagi DJP untuk menciptakan
Keterbatasan kelima, suasana yang kondusif bagi pengamalan
pengambilan sampel aparat pajak hanya nilai-nilai etika dengan internalisasi
di Pulau Jawa dan belum merata ke kode etik secara berkesinambungan
semua kantor di Pulau Jawa, terutama karena training yang efektif haruslah
Jawa Barat dan Banten. Sedangkan untuk dilakukan secara berulang (Davis dan
wilayah Jawa Tengah dan DIY kuesioner Welton, 1991). Selain itu perlu
lebih banyak disebarkan kepada penegakan hukum yang tegas atas
pemeriksa (sangat sedikit untuk account pelanggaran kode etik yang ada. Hal
representative). Keterbatasan keenam, yang lebih penting lagi adalah perlunya
metode pengumpulan kuesioner dalam keteladanan dari pejabat atau pimpinan
penelitian ini sangat mengandalkan DJP untuk menularkan nilai-nilai etis
kinerja dari contact person, dari dalam organisasi. Selain itu, DJP perlu
menyebarkan, mengumpulkan dan memperluas internalisasi kode etik
mengirimkan kuesioner kembali kepada dengan dimensi etika yang umum karena
peneliti. skor aparat pajak untuk dimensi tersebut
Keterbatasan ketujuh, paling rendah dibanding dimensi yang
responden mahasiswa STAN masih lainnya.
terbatas pada mahasiswa D III Akuntansi Untuk mahasiswa, perlu
Pemerintahan dan mahasiswa D III ditanamkan nilai-nilai etika yang lebih
Administrasi Perpajakan, belum mendalam saat berada di bangku kuliah
mencakup mahasiswa dari spesialisasi dan ketika para mahasiswa masuk
yang lain yang mempunyai peluang menjadi PNS di DJP, terutama yang
menjadi PNS di DJP, yaitu mahasiswa D berkaitan dengan dimensi perpajakan
III Pajak Bumi dan Bangunan dan yang mana skor jawaban mahasiswa
paling rendah dibandingkan lingkungan yang baik agar mendukung
dimensi yang lainnya. Dengan fakta pembentukan moral yang baik.
bahwa pendidikan etika secara formal di Meskipun demikian peran pendidikan
kampus bukanlah satu-satunya faktor secara formal melalui mata kuliah
yang membentuk nilai-nilai etika pada bermuatan etika dan mata kuliah
diri mahasiswa maka mahasiswa perlu keahlian perpajakan sangat mendukung
didorong untuk menempatkan diri pada terbentuknya pemahaman yang benar

19 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

atas aturan perpajakan dan etika dalam yang membentuk konstruk-konstruk


profesi perpajakan sehingga perlu dalam kuesioner sehingga kuesioner
disusun kurikulum pendidikan yang yang dibentuk lebih terjaga validitas dan
cermat dan metode pembelajaran yang reliabilitasnya. Untuk kuesioner
tepat bagi para calon aparat pajak. mengenai persepsi etis di bidang
perpajakan diskusi bisa dilakukan
5.4. Saran untuk Penelitian dengan penggagas dan pendesain kode
Berikutnya etik pegawai DJP.
Responden aparat pajak perlu
Untuk penelitian selanjutnya diperluas pada jabatan yang lain seperti
diharapkan bisa menyempurnakan pelaksana (termasuk juga pegawai tugas
keterbatasan di penelitian ini, yaitu belajar), penelaah keberatan, dan pejabat
dengan memperluas penelitian tidak eselon. Sedangkan untuk responden
hanya pada persepsi responden saja mahasiswa diperluas untuk spesialisasi
tetapi ditambah seperti model penelitian lain seperti D III Pajak Bumi dan
O‘clock dan Okleshen (1991) dengan Bangunan dan D I Administrasi
membandingkan apa yang responden Perpajakan.
yakini, apa yang rekan kerja yakini, apa Dalam pengambilan sampel
yang dilakukan responden dan apa yang perlu diperluas dengan pengambilan
rekan kerja lakukan. secara merata di seluruh kantor di tiap
Dalam mendesain kuesioner wilayah, atau bila hal itu tidak mungkin
sendiri terlebih dahulu dilakukan pretest maka dilakukan pengambilan sampel
dengan membentuk panel pakar untuk yang mewakili tiap wilayah, sehingga
mengkonfirmasi kebenaran item-item semua wilayah telah terwakili.

20 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Daftar Pustaka Fritzsche, D. J. 1997. Business Ethics, A


Global and Managerial
Abratt, R., M. Bendixen dan K. Drop. Perspective. Singapore: McGraw-
1999. ―Ethical Perceptions of South Hill.
African Retailers: Management and
Sales Personnel‖. International Glenn, Jr., J. R., dan M.F. Van loo. 1993.
Journal of Retail & Distribution ―Business Students‘ and
Management. Vol.27. No. 2: 91-104. Practitioners‘ Ethical Decisions
Over Time‖. Journal of Business
Bertens, K. 2005. Etika. Jakarta: PT Ethics. Vol.12: 835-847.
Gramedia Pustaka Utama.
Hartono, J. 2007. Metodologi Penelitian
Cagle, J. A. B. dan M. S. Baucus. 2006. Bisnis: Salah Kaprah dan
―Case Studies of Ethics Scandals: Pengalaman-Pengalaman.
Effect on Ethical Perceptions of Yogyakarta: BPFE.
Finance Students‖. Journal of
Business Ethics. Vol. 64: 213-229. Hartono, J. 2008. Pedoman Survei
Kuesioner: Mengembangkan
Cole, B. C. dan D. L. Smith. 1996. Kuesioner, Mengatasi Bias dan
―Perception of Business Ethics: Meningkatkan Respon.
Students vs. Business People‖. Yogyakarta: BPFE.
Journal of Business Ethics. Vol.
15: 889-896. Jumlah Mahasiswa STAN. Diakses dari
http://www.stan.ac.id/about_stan/j
Davis, J. R. dan R. E. Welton. 1991. umlah-mahasiswa pada tanggal 19
―Professional Ethics: Business September 2008.
Students‘ Perceptions‖. Journal of
Business Ethics. Volume 10, 451- Indriantoro, N dan B. Supomo. 1998.
463. Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akuntansi dan Manajemen.
Fischer, M dan K. Rosenzweig. 1995. Edisi Pertama.Yogyakarta: BPFE.
‖Attitudes of Students and
Accounting Practioners Keraf, A. S. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan
Concerning the Ethical dan Relevansinya. Yogyakarta:
Acceptability of Earning Kanisius.
Managements‖. Journal of
Business Ethics. Vol. 14: 433- Ludigdo, U. dan M. Machfoedz. 1999.
444. ―Persepsi Akuntan dan
Mahasiswa terhadap Etika
Bisnis‖. Jurnal Riset Akuntansi

21 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Indonesia. Vol. 2. No. 1: 168- Sihwahjoeni dan Gudono. 1999. Persepsi


184. Akuntan terhadap Kode Etik
Akuntan. Jurnal Riset Akuntansi
O‘clock, P. and M. Okleshen. (1993). A Indonesia. Vol. 3. No. 2: 1-19.
Comparasion of Ethical
Perceptions of Business and Stevens, R.E., O.J. Harris dan S.
Engineering Majors. Journal of Williamson. 1993. ―A
Business Ethics 12: 677-687 Comparasion of Ethical
Evaluations of Business School
Praptiningsih. 2008. ―Pengaruh Sistem Faculty and Students: A Pilot
Administrasi Pajak Modern Study‖. Journal of Business
terhadap Sensitivitas Etika Ethics. Vol. 12: 611-619.
Pemeriksa Pajak di Lingkungan
Kanwil DJP Jakarta Khusus‖. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian
Tesis tidak diterbitkan. Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada. Sumodiningrat, G. 2007. Ekonometrika
Pengantar. Edisi Kedua.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Yogyakarta: BPFE.
Bahasa. 1988. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Edisi Pertama. Survei TII Tahun 2004. Diakses dari
Jakarta: Balai Pustaka. http://www.ti.or.id/researchsurvey
/90/tahun/2006/bulan/02/tanggal/
Rakhmat, J. 2007. Psikologi Komunikasi. 16/id/3472/ pada tanggal 19
Edisi Revisi. Bandung: PT September 2008.
Remaja Rosdakarya,
Survei TII Tahun 2006. Diakses dari
Rasch, D. and V. Guiard. 2004. ―The http://www.ti.or.id/researchsurvey
Robustness of Parametric /90/tahun/2007/bulan/02/tanggal/
Statistical Methods‖. Psychology 28/id/2820/pada tanggal 19
Science. Vol. 46. No. 2:175-208. September 2008.

Robbins, S. P. 1997. Perilaku Organisasi Survei TII Tahun 2006. Diakses dari
(diterjemahkan oleh: Pujaatmaka), http://www.ti.or.id/researchsurvey
Jakarta: PT Prenhallindo. /90/tahun/2009/bulan/01/tanggal/
21/id/3816/pada tanggal 22
Sekaran, U. 2000. Research Method for Januari 2009.
Business: A Skill Building Velazquez, M. G. 2002. Business Ethics:
Approach. Third Edition. New Concept and Case. Fifth
York: John Wiley & Sons, Inc.

22 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Edition.New Jersey: Prentice


Hall,

Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial


(Suatu Pengantar). Yogyakarta:
Andi Offset.

23 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

DAFTAR PERATURAN Jabatan Fungsional Pemeriksa


Pajak para Pegawai Negeri Sipil
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. di Lingkungan Direktorat
Undang-undang Nomor 28 Tahun Jenderal Pajak Kementerian
2007 tentang Perubahan Ketiga Keuangan. Jakarta.
UU No 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Direktorat Jenderal Pajak. 2007. Surat
Perpajakan. Jakarta. Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-33/PJ./2007 tentang
Kementerian Keuangan Republik Panduan Pelaksanaan Kode Etik
Indonesia. 2007. Peraturan Pegawai Direktorat Jenderal
Menteri Keuangan Nomor Pajak. Jakarta.
1/PM.3/2007 tentang Kode Etik
Pegawai Direktorat Jenderal Direktorat Jenderal Pajak. 2008.
Pajak. Jakarta. Keputusan Direktur Jenderal
Kementerian Keuangan Republik Pajak Nomor KEP-111/PJ/2008
Indonesia. 2007. Keputusan tentang Rencana Strategis
Menteri Keuangan Nomor Direktorat Jenderal Pajak Tahun
447/KM.1/UP.11/2008 tentang 2008-2012. Jakarta
Pengangkatan Pertama dalam

24 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

BAGIAN I DATA RESPONDEN

Isilah dengan memberi tanda silang (x) pada kotak yang tersedia dan menuliskan data yang diminta pada
tempatnya

1. Jenis Kelamin: 1 Laki-laki 2 Perempuan

2. Usia: 1 < 20 th 2 20-30 th 3 31-40 th 4 >40 th

3. Status: PNS DJP: Mahasiswa STAN:


1 Account Representative 3 D III Administrasi Perpajakan
2 Pemeriksa Pajak 4 D III Akuntansi Pemerintahan

4. Jika status Anda adalah mahasiswa STAN:(Hanya diisi oleh mahasiswa)


a. Tahun masuk sebagai mahasiswa STAN :
b. Instansi yang diminati 1 DJP 2 Lainnya: ……………………………

5. Jika status Anda adalah PNS DJP: (Hanya diisi oleh PNS)
a. Ijazah tertinggi yang telah diraih: 1 SMU 2 DI 3 D III 4 D IV/S1 5 S2 6 S3
b. Latar belakang pendidikan 1 Akuntansi 2 Perpajakan 3 Manajemen
4 Ekonomi Pembangunan 5 Nonekonomi:…………………………….
c. Nama Sekolah/Perguruan Tinggi Almamater: ……………………………………………………
d. Bekerja di DJP mulai tahun
e. Berada di jabatan sekarang (AR/Pemeriksa) mulai tahun
f. Golongan/ruang sekarang 1 II c 3 III a 5 III c 7 IV a 9 IV c
2 II d 4 III b 6 III d 8 IV b 10 IV d
g. Pernah mendapatkan materi kode etik dalam diklat/training: 1 Ya 2 Tidak
h. Nama kantor tempat bekerja sekarang: …………………………………………………………..
i. Letak kantor tempat bekerja: 1 Jakarta 2 Luar Jakarta

25 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

BAGIAN KEDUA PERNYATAAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Bapak/Ibu/Sdr. diminta untuk memberikan tanggapan atas pernyataan yang ada pada angket ini sesuai
dengan keadaan, pendapat, perasaan Bapak/Ibu/Sdr., bukan pendapat umum atau pendapat orang lain.
Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini mempunyai lima alternatif jawaban. Mohon diisi dengan
melingkari atau memberi tanda silang pada skala 1 sampai 5 yang tersedia di samping tiap pernyataan.
Kerjakan seteliti mungkin dan jangan ada yang terlewatkan.
Skala 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Skala 4 = Setuju (S)
Skala 2 = Tidak Setuju (TS) Skala 5 = Sangat Setuju (SS)
Skala 3 = Netral (N)

I. Pernyataan Tentang Etika dalam Perspektif yang Umum


STS TS N S SS
1 Sulit memisahkan antara penggunaan jasa kantor untuk kepentingan 1 2 3 4 5
pribadi dan untuk kepentingan kantor
2 Memberi hadiah/cindera mata dalam suatu urusan agar mendapatkan 1 2 3 4 5
perlakuan istimewa
3 Memerlukan waktu yang lebih lama dari yang seharusnya untuk 1 2 3 4 5
melakukan suatu pekerjaan
4 Urusan pribadi dapat dilakukan pada jam kerja 1 2 3 4 5
5 Tidak mempedulikan kesalahan kerja yang dilakukan oleh orang lain 1 2 3 4 5
6 Tidak perlu merasa prihatin jika kesalahan yang dilakukan menjadi 1 2 3 4 5
tanggung jawab orang lain yang tidak bersalah
7 Tidak mempermasalahkan pelanggaran peraturan atau kebijakan kantor 1 2 3 4 5
yang dilakukan oleh bawahan
8 Fasilitas kantor dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi 1 2 3 4 5
9 Menerima hadiah/cindera mata yang berkaitan dengan pekerjaan 1 2 3 4 5
10 Menggunakan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan keperluan 1 2 3 4 5
pribadi (misal: makan siang yang terlalu lama atau datang terlambat)
11 Tidak acuh terhadap pelanggaran peraturan atau kebijakan kantor yang 1 2 3 4 5
dilakukan orang lain
12 Menyempatkan diri untuk menonton suatu pertandingan/perlombaan 1 2 3 4 5
olahraga (secara langsung atau melalui TV) pada jam kerja
13 Merokok dalam ruangan yang tidak selayaknya untuk merokok 1 2 3 4 5
(misalnya, dalam ruangan ber-AC)

26 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

STS TS N S SS
14 Meng-copy software kantor tempat kerja untuk keperluan pribadi 1 2 3 4 5
15 Resepsionis diminta untuk mengatakan kepada penelpon bahwa orang 1 2 3 4 5
yang dimaksud tidak ada walaupun sebenarnya ada
16 Tidak melaporkan kepada pihak yang berwenang atas pelanggaran 1 2 3 4 5
hukum yang dilakukan oleh kantor tempat kerja

II. Pernyataan Tentang Etika Dikaitkan dengan Dimensi Keagamaan


STS TS N S SS
1 Perbedaan agama mempengaruhi pola hubungan kerja dengan rekan 1 2 3 4 5
kerja atau bawahan
2 Dalam kondisi tertentu untuk kepentingan pekerjaan, suatu tindakan 1 2 3 4 5
yang dilarang agama akan dilakukan
3 Menganggap urusan agama hanya pada saat melaksanakan ibadah 1 2 3 4 5
ritual keagamaan, selebihnya urusan lain
4 Meninggalkan kewajiban ibadah ritual untuk melaksanakan suatu 1 2 3 4 5
pekerjaan
5 Menunda menunaikan kewajiban ibadah ritual untuk melaksanakan 1 2 3 4 5
suatu pekerjaan
6 Tidak mempedulikan tindakan rekan kerja atau bawahan yang 1 2 3 4 5
bertentangan dengan ajaran agama
7 Dengan alasan kepadatan kerja, tidak memberikan keleluasaan 1 2 3 4 5
melaksanakan ibadah ritual

III. Pernyataan Tentang Etika Dikaitkan dengan Bidang Perpajakan


STS TS N S SS
1 Dengan pertimbangan sosial, memenuhi permintaan Wajib Pajak untuk 1 2 3 4 5
mengubah data agar kewajiban perpajakan menjadi lebih kecil
2 Menangani Wajib Pajak (WP) yang masih kerabat 1 2 3 4 5
3 Mengendurkan pengawasan atas Wajib Pajak yang kewajiban 1 2 3 4 5
perpajakannya diwakilkan kepada pensiunan pegawai pajak
4 Memberikan foto copy SPT (Surat Pemberitahuan Pajak) milik Wajib 1 2 3 4 5
Pajak lain sebagai contoh kepada Wajib Pajak baru yang mengalami
kesulitan dalam pengisian SPT

27 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

STS TS N S SS
5 Menolak memberikan penjelasan mengenai perpajakan bagi WP yang 1 2 3 4 5
tidak terdaftar di kantor sendiri
6 Mengisikan SPT Wajib Pajak secara cuma-cuma 1 2 3 4 5
7 Menolak perintah kedinasan yang tidak termasuk dalam uraian jabatan 1 2 3 4 5
kita
8 Tidak perlu memasukkan adanya penghasilan lain ke dalam SPT 1 2 3 4 5
Tahunan sendiri
9 Menjadi simpatisan aktif partai politik 1 2 3 4 5
10 Meminta bawahan/rekan kerja untuk mengubah penilaian objektif atas 1 2 3 4 5
pemeriksaan terhadap WP
11 Menerima honor yang telah dipotong PPh 21 dari WP atas penyuluhan 1 2 3 4 5
yang diberikan dalam rangka tugas dinas
12 Memberi isyarat yang mengesankan meminta atau mengharapkan 1 2 3 4 5
sesuatu dari Wajib Pajak

-o0o-

Saran mengenai kuesioner/penelitian ini, jika ada:

Catatan:
Apabila Anda menginginkan hasil penelitian ini, silahkan tulis alamat email Anda di bawah ini:

28 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Tabel 1
Kuesioner yang dikirim dan diterima kembali

Persentase
No. Responden Dikirim Kembali Cacat Diolah
kembali diolah
1. Aparat Pajak
a. Pemeriksa 594 295 22 273 49.66% 45.96%
b. Account Representative 406 292 30 262 71.92% 64.53%
Jumlah 1000 587 52 535 58.70% 53.50%
2. Mahasiswa
a. Tingkat awal 200 184 18 166 92.00% 83.00%
b. Tingkat akhir 200 143 14 129 71.50% 64.50%
Jumlah 400 327 32 295 81.75% 73.75%
TOTAL 1400 914 84 830 65.29% 59.29%

Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel

No. Variabel Mean Deviasi Standar Rentang Aktual


1. Persepsi Aparat Pajak
a. Pemeriksa 4.0995 0.4243 2.80 - 5.00
b. Account Representative 4.1133 0.3703 3.00 - 5.00
Persepsi Aparat Pajak Keseluruhan 4.1063 0.3985 2.80 - 5.00

2. Persepsi Mahasiswa
a. Mahasiswa Tingkat Awal 3.8220 0.3190 3.00 - 5.00
b. Mahasiswa Tingkat Akhir 3.8737 0.3850 2.17 - 4.83
Persepsi Mahasiswa Keseluruhan 3.8446 0.3497 2.17 - 5.00

Tabel 3
Uji Beda Aparat Pajak dan Mahasiswa
Mean (Deviasi Standar) Uji Beda
No Yang diuji p-value p-value
Aparat Pajak Mahasiswa Hasil
T Test MW Test
I. Keseluruhan 4.11 (0.40) 3.85 (0.35) 0.000 0.000 beda
II. Per dimensi:
1. Umum 4.04 (0.45) 3.79 (0.42) 0.000 0.000 beda
2. Keagamaan 4.25 (0.53) 4.19 (0.49) 0.103 0.083 tidak beda
3. Perpajakan 4.11 (0.46) 3.72 (0.39) 0.000 0.016 beda

29 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010


Marsono | Eko Suwardi

Tabel 4
Uji Beda Pemeriksa Pajak dan Account Representative
Mean (Deviasi Standar) Uji Beda
No Yang diuji p-value p-value
Pemeriksa AR Hasil
T Test MW Test
I. Keseluruhan 4.10 (0.40) 4.11 (0.35) 0.689 0.647 tidak beda
II. Per dimensi:
1. Umum 4.02 (0.49) 4.06 (0.40) 0.297 0.259 tidak beda
2. Keagamaan 4.22 (0.59) 4.29 (0.46) 0.632 0.504 tidak beda
3. Perpajakan 4.13 (0.46) 4.08 (0.45) 0.198 0.174 tidak beda

Tabel 5
Uji Beda Mahasiswa Tingkat Awal dan Mahasiswa Tingkat Akhir

Mean (Deviasi Standar) Uji Beda


No Yang diuji Mahasiswa Tk. Mahasiswa p-value p-value
Hasil
Awal Tk. Akhir T Test MW Test
I. Keseluruhan 3.82 (0.32) 3.87 (0.38) 0.209 0.069 tidak beda
II. Per dimensi:
1. Umum 3.82 (0.38) 3.74 (0.47) 0.131 0.272 tidak beda
2. Keagamaan 4.18 (0.50) 4.20 (0.48) 0.737 0.934 tidak beda
3. Perpajakan 3.61 (0.36) 3.86 (0.40) 0.000 0.000 beda

30 Jurnal BPPK Vol. I Tahun 2010

You might also like