Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 8
NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : SPJ-97/01-55/03/2017 Nomor : KEP-087/A/JA/03/2017 Nomor : /27/I1/2017 TENTANG KERJA SAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Pada hari ini, Rabu tanggal dua puluh sembilan bulan Maret tahun dua ribu tujuh belas, bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini AGUS RAHARDJO, selaku KETUA KOMIS| PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 133/P/2015 tentang Pengangkatan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan HR Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. H.M. PRASETYO, selaku JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 131 Tahun 2014 tanggal 20 November 2014 tentang Pengangkatan Jaksa Agung Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. JENDERAL POLISI Drs. M. TITO KARNAVIAN, M.A., Ph.D, selaku KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 48/Polri/2016 tanggal 01 Juli 2016 tentang Pengangkatan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan Trunujoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KETIGA. PIHAK.... PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, dan PIHAK KETIGA selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebin dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: a. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-Undang, yang berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam pemberantasan korupsi (trigger mechanism) serta memiliki kewenangan pencegahan, monitoring, koordinasi dan supervisi termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna tethadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi b. Bahwa PIHAK KEDUA adalah lembaga pemerintahan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang. ©. Bahwa PIHAK KETIGA adalah alat negara yang dibentuk _berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta_memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri Dengan memperhatikan Ketentuan dan Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut: 4, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lemberan Negara Republik Indonesia Nomor 3851; 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 4, — Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168; 5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi ) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjadi Undang-Undang; 6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67); 7. Peraturar (i) (2) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4910); Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Panduan Penyusunan Kerja Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia. BABI MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman kepada PARA PIHAK tentang Kerja Sama Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Tujuan Nota Kesepahaman adalah untuk meningkatkan Sinergitas Kerja Sama dan Koordinasi antara PARA PIHAK dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. BABI RUANG LINGKUP Pasal2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman Bersama ini meliputi: pange a Sinergi Penanganan Tindak Pidana Korupsi; Pembinaan Aparatur Penegak Hukum Bantuan Narasumber/ahili, Pengamanan dan Serana/Prasarana; Permintaan Data dan/atau Informasi; dan Peningkatan dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan serta Sumber Daya Manusia. BABII PELAKSANAAN Bagian Kesatu ‘Sinergi Penanganan Tindak Pidana Korupsi Pasal 3 PARA PIHAK bersinergi dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi yang meliputi pelaksanaan koordinasi, supervisi, pencegahan, penindaken dan pelaporan. (2) PIHAK.

You might also like