Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Arlina Dewi, Warih Andan Puspitosari, Pengaruh APGAR Keluarga ...

Pengaruh APGAR Keluarga terhadap Kecerdasan Emosi Remaja

Influence of APGAR Family on Adolescent Emotional Intelligence


Arlina Dewi, Warih Andan Puspitosari
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email : dewikoen@yahoo.com

Abstract

Emotional intelligence (EQ​​) contributed 80% in determining one’s success. EQ


was developed in 3 containers, namely: family, school and society, and experts agree that
keluargalah have great influence on the development anak.Untuk, it is necessary to find whether
the relationship between healthy functioning in the family (Apgar family) with adolescent
emotional intelligence in family. This study aims to determine whether or not there any healthy
relationship between family function with emotional intelligence in adolescents in the family.
Observational study conducted by the research design of cross-sectional survey. Samples
were selected by simple random sampling from the population at SMU Negeri 1 Bantul Poor.
Research instruments for assessing emotional intelligence using the instrument Baron Emotional
Quotient Inventory Version and family function assessment using the Family Apgar instrument
of Gabriel Smilkstein, which has been translated. Data analysis to determine relations between
the two variables above using Pearson test. Statistical analysis showed that the Apgar Family
related / correlated (r = 0.460) was significant (p <0.05) with adolescent emotional intelligence
in the family. Concluded that there is a significant relationship between Apgar Families with
teenagers Emotional Intelligence.

Key words: emotional intelligence, family APGAR, adolescent

Abstrak

Kecerdasan emosi (EQ) menyumbang 80% dalam menentukan keberhasilan seseorang.


Kecerdasan emosi dikembangkan dalam 3 wadah, yaitu : keluarga, sekolah dan masyarakat,
dan para ahli sepakat bahwa keluargalah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
anak.Untuk itu, perlu dicari hubungan antara sehat tidaknya fungsi di dalam keluarga (APGAR
keluarga) dengan kecerdasan emosi remaja di dalam keluarga tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui adakah hubungan antara sehat tidaknya fungsi keluarga dengan kecerdasan
emosi pada remaja di keluarga tersebut. Penelitian dilakukan secara observasional dengan
rancangan penelitian cross-sectional. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling
dari populasi di SMU Negeri 1 Kasihan Bantul. Instrumen penelitian untuk menilai kecerdasan
emosi menggunakan BarOn Emotional Quotient Inventory Version dan penilaian fungsi keluarga
menggunakan instrumen Family APGAR dari Gabriel Smilkstein, yang telah dialihbahasakan.
Analisis data untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel di atas menggunakan uji
Pearson. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa APGAR Keluarga mempunyai hubungan/
korelasi (r=0,460) yang bermakna (p<0,05) dengan kecerdasan emosi remaja di keluarga
tersebut. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara APGAR Keluarga dengan
Kecerdasan Emosi remaja.

Kata kunci : kecerdasan emosi, APGAR keluarga, remaja

110
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 110-115, Juli 2010

Pendahuluan respon imun, distress emosi dan gejala


Dahulu diyakini bahwa kesuksesan depresi.4,5,6
seseorang ditentukan oleh kecerdasan yang Melihat hal-hal tersebut diatas maka
dikenal dengan IQ. Gardner menyatakan dapat dirumuskan permasalahan yang ada
bahwa bukan hanya ada satu kecerdasan adalah : apakah terdapat hubungan antara
yang monolitik yang penting untuk meraih APGAR keluarga dengan tinggi rendahnya
kesuksesan dalam kehidupan, melainkan kecerdasan emosi remaja di keluarga
ada spectrum kecerdasan yang lebih lebar tersebut.
yang disebutnya dengan kecerdasan pribadi. Penelitian ini bertujuan untuk
Salah satu dari kecerdasan pribadi itu adalah mengetahui adakah hubungan antara sehat
kecerdasan emosi.1 Menurut Goleman2 para tidaknya fungsi keluarga dengan kecerdasan
ahli psikologi sepakat bahwa kecerdasan emosi pada remaja di keluarga tersebut.
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan, masukan di bidang ilmu Kedokteran
dan 80% sisanya berasal dari faktor lain Keluarga dalam mengembangkan
yang disebut kecerdasan emosi. penggunaan APGAR Keluarga sebagai
Individu yang memiliki kecerdasan salah satu instrumen untuk menilai fungsi
emosi mampu mengetahui dan menangani keluarga dan sebagai masukan bagi orang
perasaan mereka sendiri dengan baik, tua untuk meningkatkan kecerdasan emosi
dan mampu membaca dan menghadapi pada remaja dengan bijaksana
perasaan orang lain dengan efektif.1
Di manakah kecerdasan emosi dapat Bahan dan Cara
dikembangkan? Setidaknya ada tiga wadah
di mana individu memperoleh pendidikan
Jenis penelitian yang digunakan
yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.
adalah observasional dengan menggunakan
Ketiganya berperan dalam pembentukan
rancangan penelitian cross-sectional
nilai, sikap dan perilaku individu. Neni
survey. Data dikumpulkan dengan metode
Utami Adiningsih, pemerhati masalah sosial
kuantitatif, yaitu survey dengan kuesioner.
dan pendidikan Indonesia, menguatkan
Pengambilan data ini dilakukan melalui
pendapat yang ada bahwa rumah adalah
pengisian langsung di tempat penelitian
lembaga yang paling dominan dalam proses
oleh responden penelitian.
belajar anak dan seharusnya orangtualah
Responden penelitian berasal dari
yang menjadi pendidik pertama dan utama
siswa siswi SMU Negeri 1 Kecamatan
bagi anak-anaknya.
Kasihan Bantul Yogyakarta. Pengambilan
Mengukur sehat atau tidaknya fungsi
sampel dalam penelitian dilakukan dengan
di dalam keluarga, dapat dilakukan dengan
metode acak sederhana (simple random
metode penilaian sederhana yang dikenal
sampling) secara proporsional sesuai
dengan nama APGAR Keluarga (Family
jumlah siswa di setiap kelas. Besar sampel
APGAR) yang telah dikenalkan oleh Gabriel
dihitung dengan menggunakan rumus
Smilkstein pada tahun 1978. Kuesioner
sampel tunggal variabel numerik dengan
Apgar keluarga ini telah banyak digunakan
standar deviasi (δ) kecerdasan emosi = 15,8
untuk menilai hubungan antara fungsi
perbedaan klinis yang diinginkan Xa-Xo =
keluarga dengan kondisi-kondisi dalam
5, tingkat kemaknaan α = 0,05 dan power
pelayanan kesehatan maupun kejadian
sebesar 80% didapatkan jumlah subyek
penyakit. Penelitian Chao’s tahun 1998
sebagai sampel penelitian sebesar 100
menemukan hubungan bermakna antara
orang.
rendahnya fungsi keluarga (rendahnya score
Kriteria inklusi penelitian ini adalah
APGAR keluarga) dengan perningkatan
siswa berusia 15 -18 th dan bersedia mengisi
jumlah pelanggaran janji kunjungan ke
informed consent, dan kriteria eksklusi adalh
dokter, peningkatan kejadian stress individu,
siswa yang tidak aktif (absen) pada saat
dan rendahnya deraajat kesehatan individu.
pengambilan data. Kuesioner dinyatakan
Pada praktek klinik, score APGAR keluarga
drop out apabila instrumen APGAR keluarga
berhubungan dengan kunjungan dokter,

111
Arlina Dewi, Warih Andan Puspitosari, Pengaruh APGAR Keluarga ...

tidak terisi lengkap, tidak mengisi > 6 item valid pada semua butir dengan korelasi
pada instrumen BarOn Emotional Quotient antara 0,3772 sampai dengan 0,8525
Inventory-Youth Version dan jumlah skor dan realibilitas masing-masing subskala
ketidakkonsisten jawaban BarOn Emotional berkisar antara 0,6758 sampai dengan
Quotient Inventory-Youth Version ≥ 1 0,7956. Hasil validasi ini dinyatakan
Variabel terikat / dependent penelitian baik dan tidak ada butir yang gugur
ini adalah skor kecerdasan emosi dan karena nilai korelasi tidak ada yang <
variabel bebas / independent-nya adalah 0,3 dan dikatakan realibel karena nilai
persepsi anak terhadap fungsi keluarga. realibilitasnya > 0,6 10
Fungsi keluarga didefinisikan secara 2. Instrumen untuk menilai persepsi fungsi
operasional sebagai persepsi subyek keluarga menggunakan instrumen
penelitian terhadap kepuasan hubungan Family APGAR Questionnaire yang
antar anggota keluarga, yang meliputi 5 disusun oleh Gabriel Smilkstein (1978).
parameter yang dinilai yaitu : Adatability Untuk menjaga validitas instrumen,
(Adaptasi), Partnership (Kemitraan), Growth maka alihbahasa dilakukan dengan
(Pertumbuhan), Affection (Kasih sayang), melakukan konsultasi ke pakar psikologi
Resolve (kebersamaan). Sedangkan yang keluarga. Uji reliabilitas pada 5 item
dimaksudkan kecerdasan emosi dalam pertanyaan dilakukan dengan ujicoba
penelitian ini adalah skor kecerdasan emosi pada 30 responden dan hasil analisis uji
dari subyek penelitian yang diukur dengan reliabilitas Alpha = 0,4.
instrumen kecerdasan emosi BarOn. Skor Pengolahan data dimulai dengan
yang dikorelasikan adalah total EQ yang menghitung skor instrumen penelitian, yang
disesuaikan dengan golongan umur dan nantinya akan digunakan untuk perhitungan
jenis kelamin masing-masing subyek statistik. Skor kecerdasan emosi dari BarOn
penelitian. test dihitung dengan bantuan BarOn EQ-i:YV
Instrumen yang dipergunakan dalam Scoring page. Peneliti hanya mencari total
penelitian ini ada 2. EQ masing-masing subyek penelitian. Total
1. Instrumen kecerdasan emosi, EQ yang didapat kemudian dikonversikan
menggunakan instrumen BarOn ke standar skor dari BarOn EQ-i:YV Profile
Emotional Quotient Inventory-Youth dengan memperhatikan jenis kelamin dan
Version. Instrumen ini terdiri dari 60 umur. Standar skor inilah (skala numerik)
item pernyataan dari 5 subskala, yaitu yang digunakan untuk dilakukan analisis
: (a) intrapersonal, (b) interpersonal, data.
(c) pernyesuaian diri, (d) manajemen Untuk menguji kemaknaan
stress, (e) general mood. Masing-masing hubungan skor kecerdasan emosi (skala
butir mempunyai unsur penghayatan numerik) dengan skor APGAR keluarga
subyektif dari pasien, yaitu dengan (skala numerik) digunakan uji Pearson.
cara memberi bobot 0 apabila tidak
pernah mengalami keadaan tersebut,
Hasil
1 bila jarang, 2 bila kadang-kadang, 3
bila sering, dan 4 bila sangat sering.9
Penelitian dengan membagi instrumen
Instrumen ini telah dilakukan validasi
penelitian kepada 105 siswa (termasuk
oleh Sukardiansyah dengan 3 macam
cadangan) yang terpilih sebagai sampel
cara, yaitu (a) uji substansial, (b) uji
penelitian dilaksanakan dalam 1 hari,
validitas internal dan (c) uji reabilitas.
dengan response rate 100%.
Dari hasil korelasi didapatkan hasil yang

112
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 110-115, Juli 2010

Tabel 1. Data Kuesioner yang Drop Out

No Kriteria drop out Jumlah Persentase


1. Tidak mengisi instrumen APGAR keluarga 0 0%
dengan lengkap
2 Tidak mengisi > 6 item pada instrumen 1 0,9%
Kecerdasan emosi
3 Jumlah skor ketidakkonsisten 1 0,9%
4 Total kuesioner yang dianalisis 103 98%

Tabel 2. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tinggal Bersama
Orangtua

No Variabel Frekuensi Persentase (%)


1. Usia:
- 15 th 38 36.9
- 16 th 61 59.2
- 17 th 3 2.9
- 18 th 1 1.0
2 Jenis kelamin
- laki-laki 46 44.7
- perempuan 57 55.3
3. Tinggal bersama orang tua
- ya 98 95.1
- tidak 5 4.9

Tabel 3. Hasil Uji Analisis Hubungan Antara APGAR Keluarga dengan Kecerdasan Emosi

APGAR Kecerdasan Emosi


APGAR Pearson Correlation 1.000 .460
Sig. (2-tailed) . .000
N 103 103
Kecerdasan Emosi Pearson Correlation .460 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 103 103

113
Arlina Dewi, Warih Andan Puspitosari, Pengaruh APGAR Keluarga ...

Hasil analisis statistik dengan korelasi Keluarga adalah tempat anak


Pearson pada hubungan APGAR keluarga mengalami proses tumbuh kembang secara
dengan kecerdasan emosi terdapat korelasi fisik, emosi, sosial, moral, spiritual dan
(r = 0,460) yang bermakna (p<0,05) seperti intelektual. Melalui kehidupan keluarga
terlihat pada Tabel 3. seorang anak akan belajar mengenal dirinya
sendiri maupun orang lain dan kemudian
Diskusi lingkungan sekitarnya. Anak yang berasal
dari keluarga dengan “ego” tinggi, tidak
mempunyai kepedulian terhadap anggota
Analisis kecerdasan emosi terhadap
keluarga yang lain (Adaptability), akan
masing-masing subyek penelitian
menghasilkan remaja yang sosial skillnya
disesuaikan dengan pembagian golongan
berkembang jelek.12
usia (13–15 tahun & 16 – 18 tahun) dan jenis
Walgito pada tahun 1993
kelamin. Meskipun terdapat 5 responden
mengungkapkan dalam bukunya bahwa
(4,9%) yang tidak tinggal bersama kedua
sikap demokratis orangtua (Growth)
orangtua, hal ini tidak mempengaruhi hasil
mendorong untuk terbentuknya hubungan
penilaian APGAR keluarga, karena subyek
yang harmonis dengan anak. Kontrol orang
penelitian diminta untuk menilai perasaannya
tua terhadap anak tidak berlebihan, ada
terhadap keluarga yang paling lama tinggal
dialog anak dan orang tua. Karena itu antara
bersamanya .
anak dan orang tua dapat saling bertukar
Adanya korelasi antara kecerdasan
pikiran (Partnership), orang tua menghargai
emosi seorang remaja dengan penilaian
anak, dan anak mempunyai respek terhadap
fungsi di dalam keluarganya sesuai dengan
orang tuanya. Anak dekat dengan orang tua
teori yang menyatakan bahwa keluarga
sehingga anak tidak segan meminta nasehat
sangat mempengaruhi perkembangan
kepada orang tua apabila menghadapi
seorang remaja. Hal ini beralasan karena
masalah, anak tidak takut untuk berinisiatif.
keluarga merupakan lembaga awal yang
Rasa percaya dirinya akan berkembang
berinteraksi dengan anak. Positifnya persepsi
dengan baik dan anak akan mempunyai
siswa terhadap fungsi di dalam keluarganya
rasa tanggung jawab yang tinggi.13
akan mendorong kecerdasan emosi remaja
Mengembangkan kecerdasan
kearah yang lebih optimal. Cara-cara yang
emosi seseorang dimulai dari kemampuan
digunakan pasangan suami isteri untuk
untuk mawas diri, kemudian ditingkatkan
menangani perasaan-perasaan diantara
dengan kemampuan untuk kepedulian
mereka, termasuk tindakan / sikap terhadap
terhadap orang lain, dan terakhir dengan
anaknya (Affective), memberikan pelajaran
mengembangkan kemampuan berempati.
yang mendasar bagi anak-anaknya, karena
Proses ini dapat tercapai dengan usaha
anak-anak adalah murid yang pintar, yang
dari diri sendiri dan didukung oleh model
sangat peka terhadap transmisi emosi yang
lingkungan tempat remaja itu tumbuh.14
paling halus sekalipun.1
Keluarga yang menyediakan waktu
cukup untuk menjalin kebersamaan antar Kesimpulan
anggota keluarganya (Resolve) akan sangat
membantu bagi perkembangan psikologis Hasil penelitian ini menunjukkan
anggota keluarganya. Penelitian yang bahwa terdapat hubungan bermakna antara
dilakukan oleh Compan, et al. pada tahun APGAR keluarga dengan kecerdasan
2002 menunjukkan bahwa kebersamaan emosi remaja. Kecerdasan emosi remaja
saat makan siang dengan orang tua yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi yang ada
lengkap dapat mengurangi gangguan / di dalam keluarga (APGAR keluarga).
masalah psikologis anak-anaknya. Saat Keluarga merupakan tempat awal dimana
makan siang yang dilaksanakan ritual rutin anak mulai belajar mengenal nilai, sikap
bersama-sama, terjadi komunikasi antar dan perilaku. Keluarga menjadi “modal” bagi
anggota keluarga.11 anak, sehingga sudah sewajarnya orang

114
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 2: 110-115, Juli 2010

tua perlu untuk mengusahakan agar semua 7. Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2002.
anggota keluarganya merasakan : Dasar-dasar Metodologi Penelitian
a. adaptasi dalam keluarga sudah Klinis. Edisi ke-2. CV Sagung Seto.
berjalan dengan baik Jakarta.
b. kebersamaan dalam suka dan duka 8. Bar-On, R., and Parker, J.D.A. 2000.
c. kebebasan yang bertanggung BarOn Emotional Quotient Inventory:
jawab Youth Version (EQ-i:YV): Technical
d. kasih sayang manual. Multi-Health Systems. Toronto,
e. membagi waktu bersama Canada.
9. Bar-On, R. 1997. BarOn Emotional
Quotient Inventory (EQ-i): A Test of
Daftar Pustaka
Emotional Intelligence. Multi-Health
Systems. Toronto, Canada
1. Goleman, D. 1995. Kecerdasan
10. Sukardiansyah. 2004. Hubungan
Emosional. PT Gramedia Pustaka
Kecerdasan Emosi Dengan Kecemasan
Utama. Jakarta.
Pada Siswa SMU. Tesis. Universitas
2. Patton, P. 2002. EQ-Pengembangan
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sukses Lebih Bermakna. Mitra Media
11. Compan, E., Moreno, J., Ruiz, M.T.,
Publisher.
Pascual, E. 2002.”Doing Things
3. Adiningsih, N.U. 2001. Pembelajaran
Together: Adolescent Health and Family
Anak oleh Orangtua. Dalam Media
Rituals”. Journal of Epidemiology and
Indonesia, 2 Mei 2001. Jakarta.
Community Health. 56 : 89-94.
4. Bluestein, D. & Rutledge, C. 1993.
12. Tendean, E.S.B. 2001. Kecerdasan
“Family Relationships and Depressive
Emosional Ditinjau dari Pola Asuh
Symptom Preceding Induced Abortion” .
Demokratis dan Gaya Kepemimpinan
Family Practice Research Journal, 13.
Demokratis dalam Proses Belajar
5. Gardner, W., Nutting, P.A., Kelleher,
Mengajar. Tesis. Fakultas Psikologi
K.J., Werner, J.J., Farley, T., Stewart.,
UGM. Yogyakarta.
L., Hartsell M., Orzano, A.J. 2001.”Does
13. Walgito, B. 1991. Hubungan Antara
the Family APGAR Effectively Measure
Persepsi Mengenai Sikap Orang Tua
Family Functioning?” Journal of Family
dengan Harga Diri Para Siswa SMU
Practice,Jan.
di Propinsi Jawa Tengah. Disertasi.
6. Langford, D. 2001. Family Assesment
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Assignment. NURS621 Families
14. Reeves, A. 2005. “Emotional Intelligence:
& Health.http://personal.uncc.edu/
Recognizing and Regulating Emotions”.
drlangfo/nurs6210/familyassesment.
AAOHN Journal, Apr, 53; Health and
htm
Medical Complete pg 172

115

You might also like