Professional Documents
Culture Documents
Telaah Kualitas Air
Telaah Kualitas Air
Abstract
The Indonesian Government’s programes for transmigration on tidal areas were conducted in Jambi
Province since 1973 has faced on several problems, i.e. (1) the soil peat and mineral has low capability
for agriculture, (2) limited accessibility, (3) peat decomposation is fibric stage and low of nutrients
availability, and (4) very poor drainage. To improve these conditions required drainage canals to
discard excessive water. These reclamations due to change the soil characteristics. The objectives of
this research were to study soil charasteristics due to reclamation during 30 years reclamation. The
research results showed the first ten-year reclamation, sulfuric acid was released from oxidized
underlying mangrove-clay, and raised up to the soil surface. The canal construction also caused peat
oxidation and land subsidence. The land subsidence showed by peat deplation of about 1,9 cm per year
in the first ten-year. After 20-year reclamation however peat subsidence rate was only 0.42 cm per year.
The process of the release sulfuric acid was very rapid during drought period cause acidification the
soil. The first ten-year reclamation caused decreasing of pH, K, Ca and Mg but increasing Al and
CEC. Otherwise, after 30 years reclamation soil pH increased but CEC, Al and exchangable bases
decreased. SO4-2 soils solution after 30 years reclamation increase at top soil and decrease at deeper
soil horizon.
Key words : Tidal swamp reclamation, soil characteristics (Reklamasi pasang surut, karakteristik
tanah)
5
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
turunnya muka air tanah. Dengan turunnya lokasi pengamatan pada tahun 1973 dan 1984
muka air tanah menyebabkan terjadinya sehingga diperoleh 3 lokasi pengamatan yang
subsiden, pematangan tanah, pematangan bersesuian yaitu : (1) Lokasi 1 Parit 4 Rantau
gambut dan yang sangat berbahaya adalah Rasau II, (2) Lokasi 2 SK 21 Sungai
lapisan bahan sulfidik mengandung pirit Dusun/Bangun Karya dan (3). Lokasi 3 SK 11
(FeS2), bila teroksidasi akan menghasilkan ion Harapan Mamur. Detail lokasi penelitian dan
H+ dan ion SO42- yang mengakibatkan tanah areal pengamatan dapat dilihat pada Gambar
yang mengandung bahan sulfidik menjadi 1.
tanah sulfat masam yang sangat masam (Van
Breemen, 1975; Dent, 1986; Widjaja-Adhi et
al., 1992). Keadaan sangat masam
meningkatkan kelarutan ion Al3+, Fe2+, dan
Mn2+ meningkat dan mendesak kation-kation
basa seperti Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+ keluar
dari komplek jerapan tanah.
Tanah sulfat masam yang mengalami
berbagai proses oksidasi, reduksi,
pengeringan, penggenangan, pencucian oleh
banjir secara berulang setiap tahun telah
mempengaruhi kandungan pirit terutama pada
tanah lapisan atas yang mengakibatkan
penurunan dan perubahan pada beberapa
karakteristik tanah akan mempengaruhi
produktivitas tanah sulfat masam (Syilla et
al., 1992).
Untuk mempelajari perubahan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian.
karakteristik tanah pasang surut ditutupi
bahan organik (gambut) setelah direklamasi, Penentuan Lokasi pengamatan ditentukan
maka dilakukan penelitian di Delta Berbak mengikuti metode penentuan satuan lahan
dengan merunut mulai reklamasi tahun 1973 pada lahan sulfat masam (Quang et al., 1992;
sampai tahun 2008 setelah tiga puluh tahun FAO, 1976). Pada lokasi pengamatan tersebut
reklamasi. Informasi ini sangat penting dalam dilakukan pengamatan tanah, air, kondisi
reklamasi dan pengelolaan lahan pasang surut saluran dan penggunaan lahan.
untuk pertanian. Data spasial dirubah ke format digital
dalam bentuk peta vektor dengan
BAHAN DAN METODE menggunakan Software Geographycal
Information System (GIS) ArcView 3.2 /
Penelitian dilaksanakan pada lahan pasang ArcGis 8.1 melalui digitasi layar (screen
surut di Delta Berbak, Kabupaten Tanjung digitize). Pengolahan data citra satelit
Jabung Timur, Provinsi Jambi yang dilakukan dengan Software ENVI untuk
merupakan permukiman transmigrasi yang identifikasi perubahan penggunaan lahan
telah direklamasi sejak tahun 1970-an. pasang surut mulai reklamasi tahun 1973
Pengamatan lapang dilaksanakan pada bulan sampai tahun 2008.
Agustus 2008 sampai maret 2009, ketebalan
bahan orgnik, dan karakteristik tanah. Karakteristik Tanah.
Data karakteristik tanah awal reklamasi
Metode Penelitian diperoleh dari laporan hasil survey P4S tahun
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode 1973, dan data sepuluh tahun setelah
survey dengan merunut time series mulai awal reklamasi diperoleh dari laporan akhir
pembukaan tahun 1973, tahun 1984 dan tahun Pelaksanaan Monitoring Lahan di Delta
2008. Lokasi pengamatan didasarkan pada Berbak oleh P3S tahun 1984. Sedangkan data
6
Asmadi sa’ad, dkk. : Perubahan karakteristik lahan pasang surut (Studi Kasus Reklamasi di
Delta Berbak, Jambi)
karateristik tanah tahun 2008 diperoleh dari Rantau rasau II, penurunan ketebalan bahan
survey lapangan. organik mencapai 40 cm (4 cm per tahun)
Untuk mendapatkan data karakteristik namun pada periode berikut tidak terjadi
tanah tahun 2008 dilakukan pengeboran dan penurunan. Hal ini disebabkan lokasi tersebut
pembuatan profil tanah sampai kedalaman lebih rendah dan terluapi oleh air pasang.
100 cm. Pengamatan tanah mencakup Pada lokasi 2 terjadi penurunan ketebalan
morfologi tanah kedalaman lapisan/horizon bahan organik 3 cm dalam 10 tahun pertama
tanah dan tekstur. Untuk gambut dilakukan reklamasi dimana lokasi tersebut terletak pada
pengamatan tingkat dekomposisi dan areal yang paling rendah selalu tergenang
ketebalan bahan organik. Pengamatan namun pada periode berikutnya terjadi
kedalaman lapisan (bahan sulfidik atau pyrite) penurunan yang cukup tinggi setelah adanya
menggunakan perioksida air (H2O2) 30 % pendalaman saluran. Pada lokasi 3 yang
(Mensvoort and Dent, 1998). Untuk lebih berada pada areal yang lebih tinggi
detail ditentukan di laboratorium dengan dibandingkan dengan lokasi lainnya terjadi
menganalisis total sulfur. Analisis total sulfur penurunan ketebalan bahan organik 13 cm
merupakan metode yang memiliki akurasi selama 10 tahun pertama reklamasi dan 11 cm
tinggi dalam mengidentifikasi tanah sulfat periode berikutnya. Penurunan ketebalan
masam (Jassen et al., 1992 dalam Andriesse, bahan organik pada lahan pasang surut setelah
1992). Pengambilan contoh menggunakan reklamasi sangat dipengaruhi oleh posisi
pipa paralon PVC berdimeter 4” (empat inchi) ketinggian dan terluapi atau tidak oleh air
dengan panjang 100 cm dibenamkan ke dalam pasang.
tanah secara tegak lurus terhadap permukaan
tanah dan ditutup rapat untuk dianalisis. Gambar 2. Perubahan Ketebalan Bahan
Analisa Data
Pengolahan data tabular dilakukan dengan
menggunakan software Statistik, sedangkan
untuk data spasial dengan menggunakan
software GIS. Perubahan karakteristik tanah
dianalisis secara deskriptif.
7
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
pH
KTK (me/100gr)
Al-dd (me/100gr)
-2
SO4 (me/100gr)
8
Asmadi sa’ad, dkk. : Perubahan karakteristik lahan pasang surut (Studi Kasus Reklamasi di
Delta Berbak, Jambi)
9
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
Quang, Le T., Nguyen Van Nhan, H.G.J. Syilla, M., N. van Bremeen, L.O. Fresco,
Huizing, and M.E.F. van Mensvoort. C.Dixon and A.Stein. 1992. Temporal
1992. Present land use as basis for and spatial variability of soil
land evaluation in two Mekong delta constraints affecting rice production
along the Great Scarcies mangrove
districts. Selected Papers of the Ho
swamps, Sierra Leone. Selected
Chi Minh City Symposium on Acid Papers of the Ho Chi Minh City
Sulphate Soils, March 1992. ILRI Symposium on Acid Sulphate Soils,
Publication 53 : 299-320. ILRI March 1992. ILRI Publication 53 :
Netherland. 247-259. ILRI Netherland.
Satari, A.M. 1979. A Selective strategy Van Breemen, N. 1979. Acidification and
approach in opening up new tidal deacidification of coastal soils as a
areas for agricultural development. result of periodic flooding.
Buku I Proceedings Simposium III Proceeding SSSA Vol 39, 1153-1157.
Pengembangan Daerah Pasang Surut Widjaya Adhi, I.P.G., K Nugroho, S. Didi
Ardi, dan A. Syarifudin Karama.
di Indonesia. Palembang, 5-9 Februari
1992. Sumber daya lahan rawa:
1979. Direktorat Jenderal Pengairan Potensi, keterbatasan dan
Departemen Pekerjaan Umum – pemanfaatan. Pusat Penelitian dan
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pengembangan Pertanian DEPTAN.
10