Professional Documents
Culture Documents
Identifikasi Siswa Beresiko Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik Di Taman Kanak-Kanak
Identifikasi Siswa Beresiko Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik Di Taman Kanak-Kanak
net/publication/303223886
CITATIONS READS
0 357
1 author:
Adriatik Ivanti
Universitas Pembangunan Jaya
13 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Gambaran Student Proximal Achievement Outcome Pada Mahsiswa Universitas “XXX” yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah
Menengah Homeschooling View project
All content following this page was uploaded by Adriatik Ivanti on 19 April 2018.
Adriatik Ivanti
Abstract
Early childhood stage is very critical. In this stage, children learn a lot of things and
gain experiences in an extraordinary pace. Therefore, many concerned-parents send
their young children to school earlier than their cohorts in the past. Unfortunately,
finding the right school is very cumbersome for those parents. There are too many
school choices, ranging from teaching methods to learning approaches. For instance,
one kindergarten emphasizes on academic substance, while the others introduce the
learning-by-playing method. Though there are some negative impacts of school
institution that focuses in academicals aspect, on the other hand there are also some
advantages that can be taken from that kind of learning method. One of the
advantages of kindergarten that focuses in reading, writing and spelling
(academically) is that both teachers and parents can early identify the symptoms of
specific learning abilities. Those symptoms can also be early recognized by if both
teachers and parent posses well understanding in regard of their children learning
characteristic as well as aware of children unusual or abnormal learning behaviour.
Early intervention by parents will help children to catch up their developmental lag.
Pendahuluan
Saat ini, cukup banyak anak-anak yang berusia dua sampai lima
tahun yang sudah disekolahkan oleh orang tuanya. Fenomena yang terjadi
ini berkaitan erat dengan peningkatan jumlah wanita bekerja di sektor-
sektor industri maupun sektor pekerjaan lainnya (Berk, 2005). Meskipun
bekerja, para wanita tersebut tetap berusaha memberikan stimulasi yang
terbaik bagi anak-anaknya dengan cara menyekolahkan mereka. Dengan
demikian, kegiatan stimulasi yang biasa diberikan ibu untuk mengisi waktu
luang anak di pagi hari , tetap dapat diberikan di sekolah.
Terdapat berbagai macam bentuk atau program pendidikan anak
usia dini. Salah satunya adalah program yang mengedepankan siswa
sebagai pusat belajar, yang disebut sebagai child centre program (Berk,
2005). Dalam program ini, para siswa dibiarkan untuk memilih sendiri
aktivitas yang akan dilakukan di kelas dan sisa waktunya digunakan untuk
bermain. Di lain pihak, ada program yang menekankan bidang akademik,
seperti belajar membaca, menulis, dan berhitung. Guru pada program ini
menekankan belajar huruf, angka, warna, bentuk geometri, dan
kemampuan akademik lainnya (Berk, 2005).
Jurnal Universitas Paramadina Vol.6 No. 1, April 2009: 37-48
38
Adriatik Ivanti
Identifikasi Siswa Beresiko Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik di Taman Kanak-Kanak
Kajian Teoritis
A. Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar terbagi menjadi dua golongan, yaitu kesulitan
belajar umum dan kesulitan belajar spesifik. Unsur pembeda dari kedua
klasifikasi ini terletak dari penyebab timbulnya kesulitan belajar.
Pada kesulitan belajar umum, didefinisikan sebagai kesulitan
mengikuti proses belajar mengajar di sekolah yang disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal (yaitu faktor psikologis yang berasal dari dalam
diri siswa) dan faktor eksternal (yaitu faktor yang berasal dari luar diri
siswa) (Soekadji, 1989). Faktor internal berkaitan dengan kondisi psikologis
siswa, seperti motivasi, kebutuhan berprestasi, regulasi belajar, dan lain
lain. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan kondisi lingkungan
sosial/budaya yang ada di sekeliling siswa, seperti kondisi keluarga, sosial
ekonomi, fasilitas, dan lain lain.
Sedangkan, kesulitan belajar spesifik – yang dikenal sebagai specific
learning disabilities adalah sekelompok gangguan yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan dalam mengintrepretasikan apa yang
dilihat, didengar, dan menghubungkan informasi dari berbagai bagian otak
(Giulian dan Pierangela, 2007). Dengan adanya masalah ini, maka dapat
menyebabkan seseorang kesulitan melakukan kegiatan belajar spesifik,
seperti membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, pemahaman, dan
melakukan penghitungan aritmatik (Giulian dan Pierangela, 2007).
Definisi lainnya – yang digunakan sampai saat ini – adalah
gangguan pada salah satu atau lebih proses psikologis dasar yang
melibatkan kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, baik tertulis
atau verbal, sehingga menyebabkan seseorang kesulitan untuk berpikir,
mendengar, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau melakukan
penghitungan matematika, termasuk kondisi adanya gangguan persepsi,
kerusakan otak, disfungsi otak minimal, disleksia, dan gangguan bahasa.
Namun, kesulitan belajar ini bukan disebabkan karena adanya hambatan
visual, auditori, atau motorik yang disebabkan dari retardasi mental,
gangguan emosional, atau kekurangan stimulasi dari lingkungan, budaya,
maupun ekonomi (Giulian dan Pierangela, 2007).
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang
mengalami kesulitan belajar spesifik merupakan siswa yang memiliki
inteligensi rata-rata bahkan di atas rata-rata namun mengalami kesulitan
belajar membaca, menulis, mengeja, dan berhitung. Penyebab utamanya
adalah terdapat gangguan pada sinyal-sinyal di otak ketika pemrosesan
informasi sehingga menggangu proses tersebut. Dengan demikian, kondisi
kesulitan belajar merupakan gangguan neurologis, yaitu adanya
perberbedaan antara proses kerja dan struktur otak .
39
Jurnal Universitas Paramadina Vol.6 No. 1, April 2009: 37-48
41
Jurnal Universitas Paramadina Vol.6 No. 1, April 2009: 37-48
42
Adriatik Ivanti
Identifikasi Siswa Beresiko Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik di Taman Kanak-Kanak
43
Jurnal Universitas Paramadina Vol.6 No. 1, April 2009: 37-48
44
Adriatik Ivanti
Identifikasi Siswa Beresiko Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik di Taman Kanak-Kanak
Diskusi
Berdasarkan uraian di atas, sangat jelas tergambar bahwa kesulitan
belajar spesifik tidak muncul secara tiba-tiba di kelas dua atau tiga SD.
Namun, kesulitan belajar tersebut sudah memberikan ”tanda-tanda” awal
ketika individu yang bersangkutan berada pada rentang usia 0 – 5 tahun.
Dalam makalah ini, khususnya ketika mereka di taman kanak-kanak – usia
4 sampai 6 tahun – yang mengedepankan program akademik.
Proses identifikasi seperti ini membutuhkan sensitivitas orang tua
dan para pengasuh. Peran mereka berada di tahap pertama dari proses
identifikasi dan asesmen. Hal ini dikarenakan mereka merupakan ujung
tombak penemuan siswa beresiko, maka pengetahuan yang memadai
mengenai tumbuh kembang anak, ”trend” penyakit-penyakit terkini dari
bidang pendidikan, psikologi, maupun kedokteran, sangat diperlukan oleh
mereka. Pengetahuan ini dapat membantu mereka ”menangkap”
keganjilan/keanehan yang dialami oleh siswa-siswa secara dini.
Selain itu, hal yang harus diperhatikan– mengingat guru dan orang
tua merupakan orang awam – adalah mendengarkan hati nurani dan feeling
yang mereka rasakan ketika melihat anak atau anak didiknya belajar.
Misal: mereka menemukan secara konsisten siswa-siswa di TK B yang
menulis mirror-writing, kesulitan mengingat bunyi huruf, bengong di kelas,
malas menulis, dan sebagainya. Orang tua atau guru diharapkan tidak
mengabaikan perasaan yang mereka rasakan ketika melihat keganjilan
tersebut. Dengan mengabaikan perasaan tersebut, dapat ”menahan” mereka
untuk segera mencari pertolongan bagi anak-anaknya. Semakin dini orang
tua atau guru menyadari, semakin dini mereka dapat memberikan
intervensi untuk membantu anak-anak mereka tumbuh dan berkembang
seperti anak-anak normal lainnya.
Namun, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
penulis – sebagai profesional yang berhubungan dengan screening dan
diagnosing bagi siswa-siswa pra sekolah atau usia TK ini. Permasalahan ini
berkaitan erat dengan sifat dari perkembangan manusia itu sendiri. Sudah
sangat jamak terdengar mengenai slogan ”anak-anak tumbuh dan
berkembang secara berbeda, mereka memiliki waktunya sendiri dalam
tumbuh dan berkembang”. Bila ditarik esensi utama dari kalimat tersebut
adalah kematangan dari anak-anak sangat tergantung dengan waktu yang
sudah digariskan kepada mereka sendiri. Misal, anak A sudah dapat
berjalan ketika usia 10 bulan, belum tentu anak B akan berjalan di usia
tersebut juga. Mereka memiliki waktu-waktunya sendiri.
Dalam ilmu Psikologi Perkembangan, memang sudah terdapat
milestone perkembangan di masing-masing rentang kehidupan manusia,
baik dalam perkembangan motorik, perkembangan kognitif, dan
perkembangan sosial emosional. Sudah terdapat batasan-batasan khusus
pula kapan seorang anak dapat berjalan, dapat tersenyum, dapat bermain,
dapat belajar membaca/menulis, dan sebagainya. Walaupun demikian, tidak
terdapat laporan resmi secara detil mengenai pada usia berapa anak dapat
45
Jurnal Universitas Paramadina Vol.6 No. 1, April 2009: 37-48
46
Adriatik Ivanti
Identifikasi Siswa Beresiko Mengalami Kesulitan Belajar Spesifik di Taman Kanak-Kanak
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas, dapat disarankan beberapa hal agar
kondisi di atas dapat diatas dengan baik. Adapun sarannya adalah sebagai
berikut :
1. Bagi profesi psikolog yang berkecimpung dalam bidang kesulitan
belajar spesifik diharapkan mulai mensosialisasikan mengenai
kesulitan belajar spesifik ini. Mulai, dari membuat poster atau flyer
yang disebarkan di sekolah-sekolah taman kanak-kanak sampai
kepada penyuluhan-penyuluhan terhadap guru-guru TK. Dengan
demikian, para guru TK dapat mulai belajar mengenali hal tersebut
dan diharapkan dapat mengenali secara dini gejala tersebut bila
terjadi pada anak didiknya.
2. Bagi lembaga yang berkecimpung dalam bidang kesulitan belajar
spesifik, diharapkan dapat bekerja sama dengan LSM yang peduli
dengan masalah kesulitan belajar spesifik ini. Dengan demikian,
bantuan dana untuk menyebarluaskan informasi dan penyuluhan
terhadap guru-guru dapat dioptimalkan.
3. Bagi pemerintah, diharapkan mulai memberikan perhatian serius
terhadap masalah kesulitan belajar spesifik ini. Hal ini dapat
dilakukan dengan mulai menambah jumlah sekolah kesulitan
belajar khusus agar masyarakat luas yang membutuhkan bantuan
dapat menjangkau fasilitas tersebut dengan mudah, mengingat saat
ini sekolah yang mengkhususkan diri pada kesulitan belajar spesifik
hanya ada satu sekolah di Jakarta.
47
Jurnal Universitas Paramadina Vol.6 No. 1, April 2009: 37-48
Daftar Pustaka
Berk, Laura E. 2005. Infants, children, and adolescents. 5th ed. USA: Pearson
Education, Inc
Lerner, Janet. 2000. Learning disabilities: theory, diagnosis, and teaching strategies.
8th ed. USA: Houghton Mifflin Company.
Sumarlis, Vitriani. 2008. Deteksi dini resiko kesulitan belajar, Makalah yang
disampaikan pada seminar dan workshop Mendidik dan mempersiapkan
masa depan yang lebih baik bagi anak-anak berkesulitan belajar. Jakarta :
24-25 Mei 2008.
48