Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

KAJIAN TEORITIS PEMISAHAN H2S DALAM BIOGAS SECARA

ABSORBSI REAKTIF KE DALAM LARUTAN Fe-EDTA


MENGGUNAKAN PACKED COLUMN

THEORETICAL STUDY OF H2S SEPARATION FROM BIOGAS


BY REACTIVE ABSORPTION INTO Fe-EDTA SOLUTION IN
PACKED COLUMN
Ali Altway*, Nonot Suwarno, Susianto, Waleed Nour Eldien, Zaki, Indra Wenda
Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa
Jurusan Teknik Kimia, FTI-ITS
*e-mail: alimohad@chem-eng.its.ac.id

Abstract
The presence of H2S in biogas gives dangerous effect on environment; Therefore, H2S must be eliminated
from the biogas. The purpose of this research is to analyze theoretically the elimination process by reactive
absorption of H2S in biogas into aqueous Fe-EDTA solution in packed column. This research was carried
out by developing mathematical model of the process. The interfacial mass transfer phenomena were
described by film model equations solved using van Krevelen approximation. Steady state, isothermal
condition, and plug-like pattern of gas-liquid flow in packed column were assumed in this study. The model
consists of differential mass balance of H2S in gas phase and Fe-EDTA in liquid phase arising system of non-
linear first order differential equations solved numerically by Fourth order Runge-Kutta method under
Mathlab facility. The system studied consists of a column 10 cm in diameter filled with 1cm raschig rings
to the height of 100 cm. The gas flow rate was held constant at GV = 100 mL/s, liquid flow rate L’ was
varied 20, 30, and 40 mL/s, pressure P was varied from 1 to 2.5 atm, the concentration of Fe-EDTA in inlet
absorbent was varied from 0.02 to 0.06 kmol/m3. The experimental work was also carried out to validate the
simulation prediction. The simulation results showed that the percentage of absorbed H2S can be enhanced
by decreasing pressure, increasing temperature, liquid flow rate, and Fe-EDTA concentration The trend of
pressure and temperature effect on % H2S recovery showed that the absorption process is controlled by the
gas resistance. Using column with packing height of 1 meter, gas flow rate of 100 mL/s, using absorbent
containing 0.06 kmol/m3 Fe-EDTA with flow rate of 20 mL/s, and at ambient pressure and temperature, the
percentage recovery of H2S reached the value of above 99%. The simulation results agree very well with the
experimental data within 3% error.

Keywords: biogas purification, H2S removal, Fe/EDTA catalyst, film model

1. PENDAHULUAN konsentrasi yang rendah, gas ini memiliki bau


yang tidak sedap, dan pada konsentrasi yang
Proses anaerobik sering digunakan untuk tinggi akan membahayakan jiwa seseorang.
mengolah limbah cair dan limbah padat. Nilai ambang batas konsentrasi H2S di udara
Proses ini merupakan penguraian senyawa ambient adalah 8 sampai 10 ppm. Namun,
organik tanpa adanya oksigen. Hasil produk biogas adalah sumber energi yang menarik
samping dari proses adalah biogas yang pada karena kandungan metannya yang tinggi.
umumnya mengandung 40-70% CH4, 30-60% Pemakaian langsung biogas sebagai bahan
CO2, 0-1% H2 dan 0-3% H2S (Soewarno et bakar tanpa penghilangan H2S akan
al., 1991). Emisi biogas ini dapat merusak menyebabkan pembentukan sulphur dioxide
lingkungan karena kandungan gas H2S yang yang merupakan polutan yang beracun dan
membahayakan manusia dan binatang. Pada menyebabkan hujan asam di atmosfir. Selain
28 Jurnal Purifikasi, Vol. 10, No. 1, Juli 2009: 27 - 38

itu, biogas juga mengandung karbon dioksida. dalam biogas menggunakan larutan absorben
Gas ini tidak terlalu berbahaya bagi manusia Fe-EDTA ini, proses diawali dengan absorbsi
dan binatang. Namun kandungan gas ini H2S oleh air dan reaksi dissosiasi dalam air.
dalam biogas akan mengurangi nilai kalor Proses tersebut dapat dituliskan sebagai
biogas. Selain itu gas ini juga memberikan berikut (O’Brien, 1991 dalam Horikawa et al.,
kontribusi terhadap pemanasan global oleh 2004):
efek rumah kaca. Gas ini juga harus
H2S (g) + H2O (l) → H2S (Aq)
dihilangkan dari biogas.
H2S (l) → HS- + H+
-
HS → S2- + H+
Terdapat beberapa proses di literatur untuk
menghilangkan gas H2S (Horikawa, 2001;
Selanjutnya ion sulfur (S2-) bereaksi dengan
Davidson et al., 1995; Kohl dan Riesenfeld,
ion feri (Fe3+) yang ada di dalam larutan,
1985) yang dapat dibagi menjadi dua
mengikuti reaksi sebagai berikut:
kelompok, yaitu absorpsi reaktif dan adsorpsi.
Absorpsi reaktif adalah absorpsi disertai S2- + 2Fe3+ → S (s) + 2Fe2+
reaksi kimia, di mana gas yang terserap
bereaksi dengan reaktan yang ada di dalam Sulfur hasil reaksi ini adalah sulfur padat yang
fasa liquid. Sedangkan adsorpsi adalah proses berada di dalam sistem larutan absorben.
penyerapan pada permukaan partikel padat Selanjutnya sulfur padat tersebut dipisahkan
yang disebut adsorben. Dalam hal penerapan secara filtrasi. Filtrat dari hasil filtrasi
gas H2S, adsorben yang umum digunakan diregenerasi menggunakan udara. Pada saat
adalah ZnO. Pada penggunaan adsorben ini regenerasi terjadi reaksi-reaksi berikut :
H2S bereaksi menjadi ZnS. Sebagian besar ½ O2 (g) + H2O (l) → ½ O2 (aq)
proses ini hanya menghilangkan H2S dari gas ½ O2 (aq) + 2Fe + H2O → 2Fe3+ + 2OH-
2+

tapi tak merubahnya menjadi produk yang


lebih stabil dan bermanfaat. Beberapa peneliti Larutan yang telah diregenerasi mengandung
telah mempelajari proses penghilangan gas ion ferri selanjutnya digunakan kembali untuk
H2S di dalam aliran gas dengan merubahnya menyerap H2S. Secara keseluruhan proses
menjadi belerang yang lebih stabil (Horikawa absorbsi dan regenerasi dapat dituliskan
et al., 2004; Demmink dan Beenackers, 1998; sebagai berikut :
Asai et al., 1997; Broekhuis et al., 1992; H2S (g) + ½ O2 (g) → H2O (l) + S (s)
Kikuchi et al., 1991; Hix dan Lynn, 1991;
Asai et al., 1990). Demmink dan Beenackers Kajian teoritis mengenai proses absorpsi gas
(1998) mengusulkan proses desulfurisasi gas H2S ke dalam larutan besi chelate EDTA atau
dengan larutan Ferric Chelate dari pada HEDTA ataupun ke dalam larutan garam
EDTA dan HEDTA. Asai et al. (1997, 1990) Fe(III) pada packed column belum pernah
dan Broekhuis et al. (1992) mengusulkan dilakukan. Kajian teoritis ini penting untuk
proses perubahan H2S menjadi belerang desain dan analisis kinerja kolom. Peneliti
dengan mereaksikannya dengan garam-garam terdahulu telah banyak melakukan kajian
besi Ferric. Sedang Hix dan Lynn (1991) teoritis dan eksperimental mengenai sistem
mengusulkan proses penyerapan gas H2S ke absorpsi reaktif yang lain seperti Astarita
dalam larutan SO2 dalam polyglycol ether (1963), Glasscock dan Rochelle (1993), Linek
yang juga menghasilkan elemental belerang. dan Vaclav (1990), Qian et al. (1995), Sanyal
Horikawa et al. (2004) mengusulkan proses et al. (1988), dan Xu et al. (1992). Danckwerts
penghilangan gas H2S dari biogas dengan me- dan Gillham (1966) menyajikan prosedur
rubahnya menjadi belerang (S) menggunakan desain untuk absorpsi disertai reaksi kimia di
proses penyerapan ke dalam larutan chelate dalam packed column. Paiva dan Kachan
besi dari pada EDTA. Pada penyerapan H2S (1998) mengembangkan model dan simulasi
Altway, Kajian Teoritis Pemisahan H2S dalam Biogas secara Absorbsi Reaktif 29

packed column untuk absorpsi Nitrogen disertai reaksi irreversible order dua
oksida dengan hidrogen peroksida. Altway menggunakan model Penetrasi. Al-Ubaidi et
dan Yuyun (1999) mengembangkan model al. (1990) dan Bhattacharya et al. (1997)
dan simulasi absorpsi gas karbon dioksida ke mempelajari peningkatan laju perpindahan
dalam larutan DEA pada packed column massa absorpsi gas disertai reaksi irreversible
menggunakan gabungan metoda Kolokasi order dua pada kondisi non-isotermal
Ortogonal dan Beda Hingga. Savitri et al. mengunakan model film. Sedang Vas Bhat et
(2001) mengembangkan model packed al. (1997) dengan menggunakan model
column untuk absorpsi disertai reaksi penetrasi menganalisis proses absorpsi gas
irreversible order dua pada kondisi non- disertai reaksi reversible pada kondisi non-
isotermal. Wijaya dan Altway (2007) isotermal. Effendi dan Ikhlas (2001)
mengembangkan model packed column untuk menggunakan model film untuk memprediksi
absorpsi gas CO2 ke dalam larutan Benfield faktor peningkatan absorpsi disertai reaksi
pada kondisi non-isotermal. irreversible order dua pada kondisi non-
isotermal. Yunita et al. (2008) memprediksi
Kajian teoritis absorpsi reaktif di dalam faktor peningkatan absorpsi disertai reaksi
packed column memerlukan estimasi pe- reversible order dua pada kondisi non-
ningkatan laju absorpsi dengan adanya reaksi isotermal menggunakan model Eddy
di dalam fasa liquid (enhancement factor) Diffusivity.
berdasar anggapan model perpindahan massa
antar fasa yang berlaku. Terdapat beberapa Salah satu informasi penting yang dibutuhkan
model perpindahan massa yang terdapat di untuk mengestimasi faktor peningkatan
literatur seperti model Film (Whitman, 1923 (enhancement factor) yang diuraikan sebelum-
dalam Danckwertz, 1970), model Penetrasi nya adalah data kinetik. Banyak penelitian-
(Higbie, 1935, dalam Danckwertz, 1970), penelitian yang telah dilakukan untuk
model Danckwerts (1951) dalam Danckwerts mempelajari kinetika reaksi gas-cair. Neumann
(1970), model Film-Penentration oleh Toor dan Lynn (1986) mempelajari kinetika reaksi
dan Marcello (1958) dan model Eddy H2S dan SO2 di dalam larutan organik. Xu et
diffusivity oleh King (1966). Brian et al. al. (1992) mempelajari kinetika absorpsi gas
(1961) menggunakan model penetrasi untuk CO2 ke dalam larutan MDEA aktif. Xu et al.
mengestimasi faktor peningkatan untuk (1993) mempelajari kinetika reaksi gas CO2
absorpsi gas disertai reaksi irreversible order dengan larutan 2-Piperidine ethanol. Wubs
dua secara numerik. Penelitian Huang dan dan Beenackers (1993 dan 1994) telah
Kuo (1965) mempelajari perpindahan massa mempelajari kinetika absorpsi gas H2S di
dengan reaksi reversible dengan teori dalam larutan chelat Fe-EDTA. Asai et al.
penetrasi film. Hikita dan Asai (1964) (1990) mempelajari kinetika absorpsi gas H2S
mempelajari proses absorpsi disertai reaksi ke dalam larutan Ferric sulfate. Hikita et al.
irreversible umum secara analitik. Altway et (1975) mempelajari kinetika absorpsi gas
al. (1995) mempelajari secara numerik chlorine kedalam larutan Acidic Ferrous
penyelesaian model penetrasi untuk absorpsi Chloride.
disertai reaksi irreversible umum. Hix dan
Lynn (1991) mempelajari pengaruh volatilitas Penelitian kali ini akan mengembangkan
reaktan terlarut terhadap peningkatan laju model simulasi (teoritis) untuk penghilangan
transfer massa dengan mengambil contoh H2S dari biogas dengan larutan Fe-EDTA di
absorpsi gas H2S ke dalam larutan SO2 dalam dalam packed column menggunakan teori film
polyglycol ether. Altway (1995) menganalisis untuk model perpindahan massa antar fasanya
pengaruh volatilitas reaktan terlarut terhadap serta data kinetik dan kelarutan yang
harga faktor peningkatan absorpsi gas diperlukan diperoleh dari literatur. Penelitian
30 Jurnal Purifikasi, Vol. 10, No. 1, Juli 2009: 27 - 38

ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam dalam Wub dan Beenackers, 1994). Apabila
pemurnian gas bio sehingga biogas dapat konstanta kecepatan reaksi tersebut
dipergunakan sebagai bahan bakar alternatif dikorelasikan menggunakan persamaan
yang aman dan ramah lingkungan. Arrhenius, akan menjadi persamaan sebagai
berikut:
2. METODOLOGI
3173.9

Penelitian dilakukan secara teoritis dan k  7.7207 x 10 4 e T


m3 kmol-1s-1
eksperimen. Penelitian teoritis dilaksanakan
dengan pengembangan model matematik di mana:
proses absorpsi reaktif gas H2S ke dalam T = temperatur (K)
larutan EDTA pada packed column. Model ini
digunakan untuk menganalisis pengaruh Selain reaksi kimia, pelarutan gas H2S ke
berbagai variabel proses yang relevan. dalam larutan Fe-EDTA juga berpengaruh
Penelitian eksperimental digunakan untuk terhadap kinerja proses. Kelarutan gas H2S ke
validasi hasil prediksi teoritis. dalam larutan Fe-EDTA mengikuti hukum
Henry dengan konstanta Henry yang telah
Pengembangan Model Matematik ditentukan oleh Wubbs and Beenackers (1994)
Reaksi yang menentukan pada pengembangan pada beberapa temperatur. Bila data ini
model matematik proses absorpsi reaktif gas dikorelasikan menggunakan persamaan serupa
H2S ke dalam larutan Fe-EDTA adalah reaksi dengan persamaan Arrhenius maka diperoleh
antara ion S2- dengan ion Fe3+. Reaksi persaman sebagai berikut:
tersebut dapat tuliskan sebagai berikut: 975.27

S2-
+ 2Fe 3+
S (s) + 2Fe 2+ He  358 .9 e T
(atm m3 kmol-1)

Reaksi ini irreversible dan memiliki order dua di mana:


dengan konstanta kecepatan reaksi yang He = konstanta Henry (atm.kmol/m3)
diperoleh dari data De Berry et al. (1991 T = temperatur (K)

CA,IN
YA,OUT
G
CB,IN
L

dz

CA,OUT
YA,IN CB,OUT
G L

Gambar1. Diagram Alir Absorbsi dalam Packed Column

Pengembangan model dimulai dengan Neraca massa ini ditunjukkan pada persamaan
membentuk persamaan neraca massa berikut:
komponen A (yaitu H2S) dalam fasa gas dan dYA E.k L a
B (yaitu Fe-EDTA) dalam fasa liquid pada  C Ai  C A0  (3)
dz GM
elemen setebal dz pada packed column.
Altway, Kajian Teoritis Pemisahan H2S dalam Biogas secara Absorbsi Reaktif 31

dCB 0 E.k L a Danckwertz (1970) dan ditunjukkan pada


 2 C Ai  C A0  (4) persamaan (5).
dz L'

di mana: Ei  E
MH
R Ei  1 (5)
YA = Fraksi mol A (H2S) dalam fasa gas E
E = Faktor Peningkatan (Enhancement k L C Ai Ei  E
tan h M H
factor) Ei  1
kL = Koefisien perpindahan massa fase liquid
D A k 2 C Bo  D C 
(m/detik) MH  2
; Ei  1  B B 0  (6)
α = Konstanta pada Persamaan (7) kL  z.D A C Ai 
z = Posisi aksial pada packed column (m)
GM = Laju molar gas per satuan luas di mana:
(kmol/m2s) R = Laju Absorbsi (kmol/m2s)
CAi = Konsentrasi molar A (H2S) dalam fasa Ei = Faktor Peningkatan untuk reaksi spontan
liquid pada interface (kmol/m3) MH = Kwadrat dari bilangan Hatta
CA0= Konsentrasi molar A dalam badan fasa DA = Koefisien difusi A dalam fasa liquid
liquid (kmol/m3) (m2/detik)
CB0 = Konsentrasi molar B (Fe-EDTA) dalam DB = Koefisien difusi B dalam fasa liquid
badan fasa liquid (kmol/m3) (m2/detik)
L' = Laju alir volumetrik liquid (m3/detik) DG = Koefisien difusi A dalam fasa gas
(m2/detik)
E pada persamaan (3) dan (4) diprediksi
dengan menggunakan model film yang Sherwood dan Holloway (1940 dalam
penyelesaian pendekatannya diadopsi dari van Danckwertz, 1970) melaporkan korelasi
Krevelen dan Hoftijzer (1948) dalam berikut untuk estimasi harga k L dan a :

1 n 0.5
  .D A  L    
kL       (7)
 a     .D A 
a
at
 0.75 0.1

 1  exp  1.45 c /   L / at   L2 at /  G
2
 L
 0.05 2
/  . .at 
0.2
 (8)

di mana: estimasi harga koefisien perpindahan massa


α = Konstanta pada Persamaan (7) sisi gas, k G :
μ = Viskositas fasa liquid (Pa.s)
ρ = Densitas fasa liquid (kg/m3) 0.3 2 / 3
 5.23G  1.7  G.d   G 
ρ = Densitas fasa liquid (kg/m3) kG   at d      (9)
ρG = Densitas fasa gas (kg/m3)  P.M  
 G    G DG 
σ = Tegangan permukaan liquid (N/m)
σc = Tegangan permukaan kritis untuk di mana:
material packing (N/m) G = Kecepatan massa gas (kg/m2s)
L = Kecepatan massa liquid (kg/m2s) P = Tekanan (atm)
M = Berat molekul (kg/kmol)
Harga α = 550 ft-1.46 = 3116.742 m-1.46 dan d = Diameter packing (m)
n=0.46 untuk Raschig ring 1 cm (atau 3/8 μG = Viskositas fasa gas (Pa.s)
inchi). Onda et al. (1968 dalam Danckwertz, at = Luas permukaan partikel packing per
1970) memberikan korelasi berikut untuk satuan volume packed column (m-1)
32 Jurnal Purifikasi, Vol. 10, No. 1, Juli 2009: 27 - 38

Konsentrasi gas H2S terlarut pada interface di mana:


diperkirakan dari data kelarutan yang YA,IN = Molfraksi A dalam aliran gas masuk
mengikuti hukum Henry dan dengan YA,OUT = Molfraksi A dalam aliran gas keluar
memperhitungkan tahanan sisi gas yaitu:
Metoda Eksperimen
k P  E.k L C A
0
Penelitian eksperimental dilaksanakan dengan
C Ai  G A (10) peralatan yang ditunjukkan pada Gambar 2.
E.k L  k G He
Pada eksperimen ini sampel biogas pada saat
di mana: masuk dan keluar proses dianalisis
He = Konstanta Henry (atm.kmol/m3) komposisinya dengan “chromatography gas”.
kG = Koeffisien perpindahan massa fase gas Persentase penyisihan H2S diperoleh dengan
(kmol/m2atm.s) membagi beda komposisi masuk dan keluar
PA = Tekanan parsial A (atm) dengan komposisi masuk.

Konstanta Henry H e pada persamaan (10) Penelitian eksperimen dilakukan dengan


menggunakan kolom berdiameter 0,1 m yang
diperoleh dari Wubs dan Beenackers (1994), diisi dengan packing tipe Raschig ring dari
sedang sifat sifat fisik yang lain didapat dari aluminium dengan diameter 0,01 m sampai
Geankoplis (1997). ketinggian 1 m. Biogas yang digunakan pada
percobaan ini diperoleh dari hasil percobaan
Persamaan (3) dan (4) merupakan sistem biodegradasi secara anaerobik dari vinase
persamaan-persamaan differensial biasa non- (limbah pabrik alkohol). Hasil percobaan
linear yang diselesaikan dengan metoda tersebut dilakukan oleh Nonot Suwarno atas
Runge Kutta order 4 untuk menghasilkan dukungan dana penelitian RAPID. Kolom
profil YA dan C B0 dalam kolom. Dari profil beroperasi pada tekanan 1 atmosfir dan suhu
ini, persen recovery H2S dapat diperoleh dari 300C. Absorben yang digunakan adalah larutan
persamaan (11). 0,02 kmol/m3 Fe-EDTA. Larutan Fe-EDTA
dibuat dengan melarutkan FeCl3 dan EDTA
Y Ain Y Aout
 kedalam air. Laju alir gas dbuat konstan 100
1  Y Ain 1  Y Aout mL/s (0,0001 m3/detik), sedang laju alir
% Re cov ery H 2 S  (11)
Y Ain absorben divariasi 20, 30, dan 40 mL/detik
1  Y Ain (0,00002, 0,00003, dan 0,00004 m3/detik).

Keterangan:
T-2
T-1 : Tangki penyimpan larutan absorben
V-2 M-1 T-2 : Tangki overflow
T-3 : Tangki penampung larutan hasil absorpsi
V-1 : valve by-pass (stabilisasi overflow larutan )
V-2 : valve aliran absorben ke packed column
Pc
V-3 : valve aliran gas
M-3
V-5 : valve pembuangan larutan dari T-1
V-1 F P : Pompa
F : Packed column
Pc : Packing
V-4
P
V-3 M-1 : Manometer absorben
R M-2 : Manometer gas
T-1 V-5
M-2 T-3 M-3 : Manometer untuk mengukur pressure drop
T
R : Regulator biogas
T : Tabung biogas
Gambar 2. Skema Peralatan Percobaan
Altway, Kajian Teoritis Pemisahan H2S dalam Biogas secara Absorbsi Reaktif 33

3. HASIL DAN PEMBAHASAN posisi bawah kolom. Terlihat bahwa molfraksi


H2S mengalami penurunan dengan cepat dari
Penelitian simulasi dilakukan pada kolom bawah ke atas. Semakin ke atas kecepatan
absorpsi dengan diameter 0,10 m yang diisi penurunan molfraksi makin rendah.
dengan packing tipe Raschig ring dengan Sebaliknya konsentrasi Fe-EDTA mengalami
diameter 0,01 m sampai ketinggian 1 m. Pada penurunan dari atas ke bawah dan makin ke
penelitian ini dipelajari pengaruh variabel bawah kecepatan penurunannya makin besar.
tekanan, suhu, konsentrasi Fe-EDTA pada Bentuk profil konsentrasi ini memperlihatkan
absorben masuk, dan laju alir absorben bahwa tahanan perpindahan massa sisi
terhadap persen H2S yang terserap. Laju alir gas lebih menentukan daripada tahanan sisi
gas dibuat tetap yaitu 100 cm3/s, demikian liquid.
pula konsentrasi gas H2S di dalam gas masuk
adalah 2,2%. Hasil perhitungan simulasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
berupa distribusi molfraksi H2S dalam fasa faktor ketahanan film gas lebih memegang
gas, yA, pada packed column, dan distribusi kendali daripada faktor kelarutan H2S dalam
konsentrasi Fe-EDTA dalam fasa cair, CB, larutan. Dengan kata lain proses absorpsi
pada packed column. Selain itu hasil masih didominasi oleh tahanan film gas dari
perhitungn ini diplot secara grafis pengaruh pada tahanan film liquid. Kenyataan ini sesuai
berbagai variabel proses terhadap % recovery dengan hasil perhitungan profil kosentrasi
H2S. yang ditunjukkan pada Gambar 3. Pada proses
absorpsi ini, tahanan sisi liquid kecil
Gambar 3 menunjukkan distribusi molfraksi dibandingkan dengan tahanan sisi gas. Hal
H2S dalam fasa gas dan distribusi konsentrasi tersebut dikarenakan reaksi antara gas H2S dan
Fe-EDTA dalam fasa liquid pada packed Fe-EDTA sangat cepat. Reaksi yang sangat
column. Pada Gambar 3, z=0 menunjukkan cepat ini sangat menurunkan tahanan sisi
posisi atas kolom, sedang z=1 menunjukkan liquid.

0.025

CB
YA, molfraksi
0.02
Konsentrasi Species

0.015

0.01

0.005

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Z, m

Gambar 3. Distribusi Konsentrasi Spesies secara Aksial di dalam Packed Column. (L=20 x 10-6
m3/s, CB,IN = 0,02 kgmol/m3, P = 1 atm)
34 Jurnal Purifikasi, Vol. 10, No. 1, Juli 2009: 27 - 38

Hasil dari Gambar 4 menunjukkan bahwa kenaikan tekanan operasi berakibat pada
semakin besar tekanan maka H2S yang besarnya kelarutan H2S dalam larutan,
terserap semakin kecil. Hasil ini menarik sehingga % removal H2S menjadi lebih besar.
sekali, karena pada umumnya kenaikan Sebenarnya kenaikan tekanan operasi juga
tekanan mengakibatkan kenaikan persen akan menaikkan tahanan fasa gas dan hal ini
penyerapan. Hal ini disebabkan karena akan menurunkan % penyisihan H2S.

100

98

96
% Recovery H2S

94

92
L'=0.00002 m3/s
L'=0.00003 m3/s
L'=0.00004 m3/s
90

88

86
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
P, atm

Gambar 4. Pengaruh Tekanan terhadap % Penyisihan H2S ( CBin= 0,02 kgmol/m3 , T=300C )

Hasil data eksperimen dari Horikawa et al. besar. Fakta ini juga menunjukkan bahwa
(2004) menunjukkan bahwa kenaikan tekanan proses absorpsi ini didominasi oleh tahanan
juga menurunkan persen penyisihan H2S sisi gas. Kenaikan suhu akan menurunkan
(lihat Gambar 5). Sebagaimana telah kelarutan H2S dalam cairan absorben sehingga
diuraikan di muka, hal ini disebabkan karena menaikkan tahanan sisi liquid. Namun
tahanan sisi gas lebih mengendalikan proses kenaikan suhu juga akan menaikkan koefisien
absorpsi daripada tahanan sisi liquid. Gambar transfer massa sisi gas yang mengakibatkan
4 juga menunjukkan pengaruh laju alir penurunan tahanan sisi gas.
absorben terhadap % penyisihan H2S dan
nampak bahwa kenaikan laju alir dari 0,00002 Gambar 6 juga menunjukkan bahwa kenaikan
sampai 0,00004 m3/detik. Hal ini konsentrasi Fe-EDTA dari 0,02 sampai 0,06
menunjukkan kenaikan % penysihan H2S dan kgmol/m3 masih memberikan pengaruh
nampak juga bahwa untuk laju yang makin terhadap kenaikan penyisihan H2S. Untuk
besar pengaruh kenaikan tekanan terhadap konsentrasi Fe-EDTA pada absorben masuk
penurunan % penyisihan H2S makin rendah. sebesar 0,06 kgmol/m3, suhu 600C, tekanan 1
atm, dan laju alir absorben 0,00002 m3/detik %
Gambar 6 menunjukkan pengaruh suhu dan penyisihan gas H2S sudah mencapai sekitar
konsentrasi Fe-EDTA dalam absorben masuk 99,8% (mendekati angka 100 %) dimana tinggi
terhadap % penysihan H2S dan terlihat bahwa packing hanya 1 meter dan laju alir gas 0,0001
makin tinggi suhu, % penysihan H2S makin m3/detik.
Altway, Kajian Teoritis Pemisahan H2S dalam Biogas secara Absorbsi Reaktif 35

120

100

80
% Penyisihan H2S

60

40
P=1.2 atm
P=2.2 atm

20

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu, menit

Gambar 5. Pengaruh Tekanan terhadap % Penyisihan H2S ( CBin= 0,02 kgmol/m3 , T=300C, GV
=1000 cm3/menit atau ,000017 m3/detik ). (Percobaan Horikawa et al.,2004)

Hasil prediksi simulasi dibandingkan dengan m, tinggi packing 0,36 m, konsentrasi Fe-
data eksperimen seperti ditunjukkan pada EDTA dalam absorben masuk sebesar 0,2
Gambar 7. Biogas yang digunakan pada kgmol/m3, laju alir gas 1000 cm3/menit
eksperimen mengandung 74,66 % CH4, 11,2 (0,000017 m3/detik), dan suhu 300C. Untuk
% CO2, 9,59 % N2, 2,35 % O2 dan 2,2 % H2S. tekanan operasi sebesar 2,2 atm, dan laju alir
Terlihat bahwa baik hasil simulasi maupun absorben 83,61 cm3/menit (0,0000014
eksperimen memperlihatkan persen recovery m3/detik), % penyisihan H2S dari data
yang hampir 100%. Hasil prediksi simulasi eksperimen Horikawa adalah 95%. Sedangkan
juga dibandingkan dengan data eksperimen prediksi pada penelitian ini menghasikan %
Horikawa et al. (2004). Percobaan Horikawa penyisihan gas H2S sebesar 96,83 %, atau
menggunakan kolom dengan diameter 0,054 deviasi sebesar kurang dari 3%.
100

99.5 CBIN=0.02
CBIN=0.04
CBIN=0.06
99
% Recovery H2S

98.5

98

97.5

97

96.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80
T, C

Gambar 6. Pengaruh Suhu terhadap % Penyisihan H2S ( L’= 0.00002 m3 /detik, P= 1 atm )
36 Jurnal Purifikasi, Vol. 10, No. 1, Juli 2009: 27 - 38

105

100
% Recovery H2S

95

90
Experiment
Simulation

85

80
10 15 20 25 30 35 40 45
1000000xL'( m3/s)

Gambar 7. Perbandingan Hasil Prediksi Simulasi dan Data Eksperimen ( CB,IN = 0.02 kmole/m3 ,
P= 1 atm, T= 300C, GV = 0,000075 m3/detik)
KESIMPULAN atas hibah penelitian RAPID yang mendukung
penelitian ini.
Pada kajian teoritis dikembangkan model
matematik proses yang terjadi dengan dasar DAFTAR PUSTAKA
model film untuk perpindahan massa antar
fasanya. Di mana anggapan pola alir plug Al-Ubaidi, B.S, M.S.Salim, dan A.A.Shaikh
flow untuk aliran gas dan liquid. Ternyata (1990). Non Isothermal Gas Absorpsion
model ini cukup akurat untuk Accompanied by a Second Order
mendiskripsikan proses yang terjadi dengan Irreversible Reaction. AIChE J. 36. 141-
penyimpangan kurang dari 3% terhadap data 146.
eksperimen. Kenaikan suhu dan penurunan Altway, A. (1995). Pengaruh Volatilitas
tekanan dapat menaikkan persen penyisihan Reaktan Terlarut Terhadap Harga Faktor
H2S. Hasil ini mengindikasikan bahwa proses Peningkatan Absorpsi Disertai Reaksi
absorpsi dikendalikan oleh tahanan sisi gas Kimia Irreversible Umum. IPTEK. 6 (2).
dan regim reaksi sangat cepat. Dengan kata 130-137.
lain larutan Fe-EDTA merupakan absorben
yang sangat efektif dalam penyerapan gas Altway, A., dan Yuyun, L.W. (1999)
H2S. Dengan menggunakan packed column Simulation of Carbon Dioxide
yang diisi raschig ring dengan ketinggian Absorption into Diethanolamine
hanya 1 meter dan konsentrasi Fe-EDTA Solution in Packed Column Using
sebesar 0,06 kmol/m3 dimungkinkan untuk Combination of Orthogonal Collocation
menyerap H2S dengan persen penyisihan and Finite Difference Method.
hampir 100%. Proceeding ITB. 31 (2).
UCAPAN TERIMA KASIH Altway, A., Suwarno, N., Andhini, P. dan
Astuti, Y. (1995). Penyelesaian Numerik
Kami ucapkan terima kasih pada (1) LPPM Model Penetrasi untuk Absorpsi Gas
ITS atas dana penelitian DIPA untuk disertai Reaksi Kimia Irreversible Umum.
penelitian Guru Besar dan DP2M, (2) Dikti IPTEK. 6 (2).
Altway, Kajian Teoritis Pemisahan H2S dalam Biogas secara Absorbsi Reaktif 37

Asai, S., Y. Konishi dan T.Yabu (1990). H2S. Ind. Eng. Che. Res. 37 (4). 1444-
Kinetics of Absorption of H2S into 1453.
Aqueous Ferric Sulfate Solutions.
Effendi, M dan Ikhlas, M. (2001). Simulasi
AIChE J. 36. 1331-1338.
Absorpsi Gas Disertai Reaksi Kimia
Asai,S., Nakamura,H. dan Aikawa, H. (1997). Irreversible Order Dua Pada Kondisi
Absorption of H2S into Aqueous Ferric NonIsothermal. Skripsi, Laboratorium
Chloride Solutions. Journal of Chemical Perpindahan Panas dan Massa, Jurusan
Engineering of Japan. 30 (3). Teknik Kimia, FTI, ITS.
Astarita, G. (1963). Absorption of Carbon Geankoplis,C.J. (1997). Transport Process and
Dioxide into Alkaline Solutions in Unit Operations. 3rd Ed. Prentice-Hall of
PackedTower. I&EC Fundamentals. 2 India.
(4).
Glasscock,D.A. dan Rochelle, G.T. (1993).
Bhattacharya, A, Gholap, R.V. dan Chaudari, Approximate Simulation of CO2 and H2S
R.V. (1997) Gas Absorption with Absorption into Aqueous Alkalinolamine.
Exothermic Bimolecular (1,1 Order) AIChE Journal. 39 (8).
Reacton. AIChE J. 33. 1507-1513.
Horikawa, M.S., F.Rosi, M.L. Gimenes,
Brian, P.L.T., Hurley, J.F. dan Hasseltine, C.M.M. Costa, dan M.G.C. da Silva,
E.H. (1961) Penetration Theory for Gas (2004). Chemical Absorption of H2S for
Absorption Accompanied by a Second Biogas Purification. Brazilian Journal of
Order Chemical Reaction. AIChE J. 7. Chemical Engineering. 21 (03). pp. 415-
226. 422.
Broekhuis, R.R., Koch, D.J., dan Lynn, S. Hikita, H. dan Asai,S. (1964). Gas Absorption
(1992) A Medium-Temperature Process with (m,n)-th Order Irreversible
for Removal of H2S from Sour Gas Chemical Reaction. Int. Chem. Eng. 4.
Stream with Aqueous Metal Sulfate 332.
Solutions. Ind. Eng. Chem. Res. 31.
Hix, R.M. dan Lynn, S. (1991) Reactive
2635-2642.
Absorption of H2S by a Solution of SO2
Danckwertz FRS, P.V. (1970) Gas Liquid in Poly Glycol Ether: The Effect of
Reaction. McGraw Hill, New York. Volatile Dissolved Reactant on Mass
Transfer Enhancement. Ind. Eng. Chem.
Danckwertz, P.V. dan Gillham, A.J. (1966).
Res. 30. 930-939.
The Design of Gas Absorbers I:Method
for Predicting Rates of Absorption with Huang, C.J. dan Kuo, C.H. (1965).
Chemical Reaction in Packed Columns Mathematical Models for Mass Transfer
and Tests with 1 ½ in Raschig Rings. Accompanied Reversible Chemical
Trans. Inst. Chem. Engrs. 44. T42-T54. Reaction. AIChE Journal. (11). 901-910.
Davidson, J.M., Lawrie,C.H., dan Sohail, K. Kikuchi, T., Komori, N., Noguchi, H., Honna,
(1995) Kinetics of the Absorption of K., dan Iida, H. (1991). A New Process
H2S by High Purity and High Surface for Hydrogen and Sulfur Recovery from
Area Zinc Oxide. Ind Eng Chem. Res. H2S. World Congress of Chemical
34. 2981-2989. Engineering, Karlsruhe, Germany.
Demmink, J.F, dan Beenackers,A.A.C.M. King, C.J. (1966). Turbulent Liquid-Phase
(1998). Gas Desulfurization with Ferric Mass Transfer at a Free Gas-Liquid
Chelates of EDTA and HEDTA: New Interface”, Ind.Eng.Chem.Fund. 5 (1). 1-
Model for the Oxidative Absorption of 8.
38 Jurnal Purifikasi, Vol. 10, No. 1, Juli 2009: 27 - 38

Kohl, A.L. dan Riesenfeld, F.C. (1985) Gas Vas Bhat, R.D., Swaaij, W.P. van, Benes, N.E.,
Purification. Gulf Publishing Company, Kuipers, J.A.M., dan Versteeg,G.F.
Houston, Texas. (1997). Non-isothermal gas Absorption
with reversible chemical reaction.
Linek dan Vaclav (1990). Verification of The Chemical Engineering Science. 52. 4079-
Design Methods for Industrial Carbon 4094.
Dioxide-Triethanolamine Absorbers:
Laboratory Differential Simulation and Xu G.W., Cheng-Fang Zhang, Shu-Jun Qin,
Computational Methods. Ind.Eng.Res. dan Wang, Yi-Wei (1992). Kinetics
29 (9). Study on Absorption of Carbon Dioxide
into Solution of Activated
Paiva, J.L. de dan Kachan, G.C. (1998). Methyldiethanolamine. Ind.Eng.Chem.
Modeling and Simulation of a Packed 31. 921-927.
Column for NOx Absorption with
Hydrogen Peroxide. Ind. Eng. Chem. Xu,S.,Yi-Wei Wang, F.D.Otto dan Mather,
Res. 37. 609-614. A.E. (1993). Kinetics of The Reaction of
Carbon Dioxide With Aqueous 2-
Qian,W.,Yi-gui Li, dan Mather, A.E. (1995). Piperidineethanol Solutions. AIChI
Correlation and Prediction of Solubility Journal. 39 (10).
of CO2 and H2S in an Aqueous Solution
of Methyldiethanolamine and Sulfone. Wijaya, R.P, dan Altway, A. (2007). Simulasi
Ind.Eng.Chem.Res..34 (7). Hidrodinamika dan Transfer Massa
Disertai Reaksi Kimia pada Absorpsi
Sanyal,D., Vasishtha, N., dan Saraf, D.N. CO2 dengan Larutan Benfield didalam
(1988). Modeling of Carbon Dioxide Packed Column. Prosiding Seminar
Absorber Using Hot Carbonate Process. Nasional Rekayasa Kimia dan Proses.
Ind.Eng.Chem.Res. 27 (11). UNDIP, Semarang,
Savitri, Y., Sepfitri, E., dan Altway, A. (2001) Wubs, H.J. dan Beenackers, A.A.C.M. (1993).
Simulasi Absorpsi Gas Disertai Reaksi Kinetics of the Oxidation of Ferrous
Kimia Irreversible Order Dua pada Chelates of EDTA and HEDTA into
Packed Column dalam Kondisi Aqueous Solutions. IND. Eng. Chem.
NonIsotermal. Seminar Nasional Res. 32. pp.2580-2594.
Rekayasa Kimia dan Proses.
Wubs, H.J. dan Beenackers, A.A.C.M. (1994).
Soewarno, N., Wibawa,G., dan Puspita,N.F. Kinetics of the Oxidation of Ferrous
(1991). Anaerobic Digestion of Chelates of EDTA and HEDTA into
Distillary Slop in ITS Biogas Pilot Aqueous Solutions. IND. Eng. Chem.
Plant. International Association on Res. 40 (3). pp.433-444
Water Pollution Research and Control
Yunita D. Indrasari, Serpara, Koatlely A.,
(IAWWPC) Conference on Appropriate
Altway, A., dan Susianto (2008) Simulasi
Waste Management Technologies, Nov.
Enhancement Factor untuk Absorpsi
27-29, Perth, Australia,
Gas disertai Reaksi Kimia Reversible
Toor, H.L. dan Maechello, J.M. (1958) Film- Order Dua Kondisi Non-Isothermal
Penetration Model for Mass and Heat dengan Model Difusifitas Eddy.
Transfer. A.I.Ch.E. Journal. 4 (1). 97- Seminar Nasional “Kejuangan”. UPN
101. Yogyakarta..

You might also like