Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 23

PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN TRIGLISERIDA

TERHADAP DERAJAT TEKANAN DARAH PADA PENDERITA


HIPERTENSI

Kartika Ikawati1, Fransisca P Hadimarta 2


1,2 Dosen di Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945 Semarang
Jl. Jendral Sudirman 350 Semarang. Telp/fek/surel (024)7608694/
(024)7625060/www.analis17smg.com
Email: kartika.aisha@yahoo.com

ABSTRACK

Hypertension is a health problem in Indonesia due to high prevalence of


cases and associated with other diseases. Cholesterol and triglycerides can
trigger the occurrence of hypertension through various mechanisms. The purpose
of this study to determine the relationship of total cholesterol and triglyceride
levels with blood pressure levels in patients with hypertension.
The type of analytic observation research with a sample of 30 patients who
meet the criteria of inclusion in RSUD Tugurejo Semarang. The sampling
technique uses consecutive sampling. Examination of cholesterol level by CHOD-
PAP method while examination of triglyceride level by GPO-PAP method.
Based on the results of research on 30 respondents obtained average
cholesterol levels in patients with stage 1 hypertension is 220.5 mg / dl with the
lowest value 170.5 mg / dl and highest 272.4 mg / dl. The mean cholesterol level
of stage 2 hypertension was 242 mg / dl with the lowest score of 181.6 mg / dl and
the highest value was 402.5 mg / dl. While the average triglyceride level in
patients with stage 1 hypertension was 160.4 mg / dl with the lowest value of
111.8 mg / dl, the highest value of 193.2 mg / dl. The average triglyceride level in
patients with stage 2 hypertension was 238.1 mg / dl with the lowest score of
178.9 mg / dl, the highest score was 306.5 mg / dl. Sperman correlation test
results on cholesterol levels obtained P value> 0.05 while for triglyceride levels
obtained P <0.05 and R = 0.725
There was no significant association between total cholesterol levels and
the degree of blood pressure and there was a strong positive relationship between
triglyceride levels and adarah pressure.

Keywords : Blood pressure, total cholesterol, trigliserida


RINGKASAN
Hipertensi menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena prevalensi
kasus tinggi dan berasosiasi dengan penyakit lainnya. Kolesterol dan trigliserida
dapat memicu terjadinya hipertensi melalui berbagai mekanisme. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol total dan trigliserida
terhadap derajad tekanan darah pada penderita hipertensi.
Jenis penelitian observasi analitik dengan sampel sebanyak 30 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi. Tehnik sampling menggunakan consecutive sampling
dari populasi pasien rawat inap dan jalan di RSUD Tugurejo Semarang.
Pemeriksaan kadar kolesterol dengan metode CHOD-PAP sedangkan
pemeriksaan kadar trigliserida dengan metode GPO-PAP.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden didapatkan rata-rata
kadar kolesterol pada penderita hipertensi stadium 1 sebesar 220.5 mg/dl dengan
nilai terendah 170.5 mg/dl dan tertinggi 272.4 mg/dl. Rata- rata kadar kolesterol
pada penderita hipertensi stadium 2 sebesar 242 mg/dl dengan nilai terendah
181.6 mg/dl dan nilai tertinggi 402.5 mg/dl. Sedangkan rata kadar trigliserida
pada penderita hipertensi stadium 1 adalah 160,4 mg/dl dengan nilai terendah
111.8 mg/dl dan nilai tertinggi 193.2 mg/dl. Rata-rata kadar trigliserida pada
penderita hipertensi stadium 2 sebesar 238.1 mg/dl dengan nilai terendah 178.9
mg/dl dan nilai tertinggi 306.5 mg/dl. Hasil uji korelasi Sperman terhadap kadar
kolesterol didapatkan nilai P>0.05 sedang untuk kadar trigliserida didapatkan P<
0.05 dan R=0.725
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar kolesterol total
dengan derajat tekanan darah dan terdapat hubungan kuat positif antara kadar
trigliserida dengan tekanan adarah.

Kata kunci : Tekanan darah, kolesteril total, trigliserida


PENDAHULUAN

Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia dewasa ini menyebabkan


terjadinya pergeseran penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak
menular/PTM. Salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi dan
insidensinya tinggi adalah hipertensi.(Kemenkes RI, 2012) Hipertensi atau
tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi yang ditandai peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran atau lebih dalam keadaan cukup
istirahat/tenang.(JNC VII, 2003) World Health Organization (WHO)
memperkirakan hipertensi menyebabkan 9,4 juta kematian dan mencakup 7% dari
beban penyakit di dunia.(WHO, 2014)
Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat
ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat (JNC 7. 2004). Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan adanya peningkatan prevalensi
hipertensi berdasarkan wawancara (riwayat didiagnosis nakes dan minum obat
hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Jumlah ini
akan terus meningkat apabila tidak dilakukan upaya penanganan yang tepat. (
Riskesdas. 2013)
Hipertensi juga berasosiasi dengan penyakit lain seperti kardiovaskuler,
penyakit jantung, stroke, retinopati, dan penyakit ginjal. The Third Nacional
Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi
mampu meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan
meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.(Tjokronegoro A, 2001) .Hipertensi
disebabkan oleh factor yang dapat dimodifikasi dan factor yang tidak dapat
dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti umur, jenis kelamin
dan ras. Sedangkan factor yang dapat dimodifikasi dan dapat dikendalikan adalah
perilaku, seprti kebiasaan merokok, konsumsi alcohol, olah raga stress, diabetes
meletus dan dyslipidemia. Dislipideia yang terdiri dari hiperkolesterol, rendahny
kadar High Density Lipoprotein (HDL) dan tingginya Low Dencity Lipoprotein
(LDL), merupakan masalah yang penting dalam mempengaruhi kejadian
hipertensi, ini berdasarkan kesimpulan yang di sampaikan oleh Patel dan beberapa
penelitian lainnya.(Lydia HA, 2007)
Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2013 diketahui bahwa
meningkatnya prevalensi kasus hipertensi di Indonesia seiring dengan
meningkatnya prevalensi kasus hiperkolesterolemia pada warga. Hasil riset
menujukkan proporsi penduduk usia >15 tahun dengan kadar kolesterol total di
atas nilai normal merujuk nilai yang ditentukan pada NCEP-ATP III cukup tinggi
yaitu sebesar 35,9 %, yang merupakan gabungan penduduk kategori borderline
(nilai kolesterol total 200-239 mg/dl) dan tinggi (nilai kolesterol total >240
mg/dl).

Kolesterol merupakan sterol terbanyak dalam tubuh, dalam bentuk


kolesterol bebas maupun terikat pada asam lemak sebagai katalisator. Kolesterol
dalam tubuh mempunyai fungsi sangat penting sebagai sebagai sumber energy,
bahan pembuat, sumber pembuatan empedu, pembuat membrane sel dan bahan
pembentuk berbagai hormon. ( Price S , 2006). Berdasarkan ATP III Guidelines
At-A-Glance Quick Desk Reference, kadar koelsterol optimal normal jika < 200
mg/dL, Borderline high 200-239 mg/dL.dan hiperkolesterol jika kadar kolesterol
total ≥ 240 mg/dL.

Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme yang terjadi


secara primer atau sekunder akibat berbagai penyakit.. Hiperkolesterolemia
berhubungan erat dengan hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia.
Hiperkolesterolemia dapat terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah
yang dalam jangka panjang mempercepat kejadian. arteriosklerosis dan hipertensi.
( Price S , 2006)

Kadar kolesterol yang tinggi serta berlangsung lama dapat menyebabkan


penebalan pembuluh darah dengan risiko penyempitan pembuluh darah
(Nurwahyu, 2012). Kelebihan kolesterol dan trigliserida akan bereaksi dengan
zat-zat lain dan mengendap dalam pembuluh darah arteri dan menyebabkan
terjadinya plak atau sumbatan yang disebut artherosklerosis . Penyempitan
pembuluh darah tersebut menyebabkan jantung bekerja lebih keras agar dapat
memenuhi kebutuhan darah ke semua jaringan, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi. (Yulianti, 2006).

Penelitian mengenai hubungan kolesterol total terhadap tekanan darah


pada penderita hipertensi belum pernah dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang.
Penelitian ini penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan
pencegahan terjadinya hiperkolesterol dan trigliserida pada penderita hipertensi.

METODE
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan
Crossectional Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar
kolesterol total terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Populasi
penelitian adalah penderita hipertensi yang menjalani rawat inap atau rawat jalan
di RSUD Tugurejo Semarang. Klasifikasi tekanan darah menurut menurut JNC*
VII, 2003 diklasifikasikan menjadi 4 yaitu : Normal ( sistol < 120 mmHg, diastole
< 80 mmHg), Prehipertensi ( sistole 120-139 mmHg dan diastole 80-89 mmHg),
hipertensi stage 1 (sistole 140-159, diastole 90-99) dan hipertensi stage 3 ( sistole
≥ 160 mmHg dan diastole ≥ 100 mmHg). Sedangkan kriteria hiperkolesterol
menurut WHO; Dikatakan tinggi jika (≥ 240 mg/dl), Normal jika
( 200-239 mg/dL) dan optimal (< 200 mg/dL) Longo DH, 2011. Jenis data
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah kadar kolestero
sedangkan dat skeunder adalah riwayat hipertensi.
Sampel penelitian sebanyak 90 penderita dengan riwayat hipertensi
minimal 3 bulan. Sampel dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu 30 responden
prehipertensi, 30 penderita hipetretensi stage 1 dan 30 penderita hipertensi stage
3. Tehnik sampling dilakukan dengan cara consecutive . Variabel independen
dalam penelitian ini adalah kadar kolesetrol total. Sedangkan variabel dependent
adalah tekanan darah. Tempat pemeriksaan kadar kolesetrol total dilakukan di
Laboratorium medis Akademi Analis Kesehatan 17 Agustus 1945 Semarang.
Pemeriksaan kadar kolesterol dengan menggunakan bahan serum dan diperiksa
dengan metode CHOD – PAP. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien
puasa 10-14 jam dan bersedia mengikuti proses penelitian samapai sedangkan
kriteria ekslusi adalah serum penderita yang lisis. Setelah data diperoleh
kemudian dilakukan analisis data secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan SPSS 22.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis pestisida yang biasa dihunakan oleh petani di Desa Glonggong Kbupaten

Brebes dapat diketahui dari tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Pestisida yang Digunakan Petani di Desa Glonggong Kabupaten


Brebes Jawa Tengah
Nama dagang Jenis Bahan aktif
Dursband 200EC Insektisida Klorpirofos
Antracol 70WP Fungisida Propineb
Daconil Fungisida Klorotalonil
Demolish 18EC Insektisida Abamectin

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui merk-merk pestisida yang sering

digunakan oleh petani di Desa Glonggong Kabupaten Brebes. Pestisida yang

paling sering digunakan adalah Dursband berjenis insektisida dan mengandung

bahan aktif klorpirofos, kemudian Antracol 70WP berjenis fungisida yang

mengandung propineb, Daconil merupkan fungisida dengan bahan aktif

klorotalonil dan Demolish 18EC berjenis insektisida yang mengandung bahan

aktif abamectin.
Gambaran jumlah dan jenis leukosit pada petani yang terpapar

pestisida di Desa Glonggong Kabupten Brebes didapatkan hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.2. Gambaran jumlah dan jenis leukosit pada Petani


N Maksimum Minimum Rata-rata
Leukosit (sel/mm3) 30 12.300 3.450 7.590
Basofil (%) 30 1 0 0
Eosinofil (%) 30 29 2 14
Netrofil Batang (%) 30 17 0 4
Netrofil Segmen (%) 30 73 26 46
Limfosit (%) 30 44 6 30
Monosit (%) 30 12 0 6

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah leukosit

pada petani adalah 7.590 sel/mm3, dengan jumlah leukosit maximum

12.300 sel/mm3, dan jumlah leukosit minimum 3.450 sel/mm3. Rata-rata

eosinofil 14%, dengan eosinofil minimum 2%, dan eosinofil maksimal

29%. Rata-rata netrofil batang adalah 4% dan rata-rata netrofil segmen

sebanyak 46%. Limfosit memiliki jumlah maksimum sebanyak 44% dan

limfosit minimum 6% dengan rata-rata limfosit sebanyak 30%, sedangkan

monosit dengan rata-rata 6%, monosit maksimum 12% dan monosit

minimum tidak ditemukan.

Rata-rata jumlah dan jenis leukosit berdasarkan usia dapat dilihat

dari tabel berikut :


Tabel 4.3. Tabel rata-rata jumlah dan jenis leukosit pada petani
berdasarkan usia
Netrofil Netrofil
Leukosit Basofil Eosinofil Limfosi Monosi
Usia batang segmen
(sel/mm3) (%) (%) t (%) t(%)
(%) (%)

31-40 8.250 1 13 3 46 30 7

41-50 5.840 - 14 3 46 20 5

51-61 8.260 - 14 6 44 30 5

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa pada kisaran petani berusia

31 sampai 40 tahun memiliki rata-rata jumlah leukosit sebesar 8.250

sel/mm3 darah, dengan rata-rata eosinofil yaitu 13%, rata-rata netrofil batang

dan segmennya adalah 3% dan 46%. Sedangkan rata-rata limfositnya 30%

dan monosit 7%. Pada kisaran usia 41 hingga 50 tahun didapat rata-rata

leukosit sebanyak 5.480 sel/mm3 darah, eosinofil 14%, netrofil batang dan

segmen sebanyak 3% dan 46% sedangkan limfosit 20% dan monosit 5%.

Pada kisaran usia 51 hingga 61 tahun didapat rata-rata 8.260 sel/mm3 darah,

eosinofil sebanyak 14% dan netrofil batang dan segmennya 6% dan 44%

sedangkan limfosit 30% dan monosit 5 %.

Rata-rata jumlah dan jenis leukosit pada petani berdasarkan kurun

waktu lamanya bekerja dapat dilihat dari tabel berikut :


Tabel 4.4. Tabel rata-rata jumlah dan jenis leukosit berdasarkan kurun
waktu lama kerja sebagai petani
Netrofi
Netrofil
Lama Leukosit Basofil Eosinofil l Limfosit Monosit
segmen
kerja (sel/mm3) (%) (%) batang (%) (%)
(%)
(%)

<10
7.270 1 12 4 45 29 6
tahun

>10
8.550 - 15 5 46 30 6
tahun

Dari tabel rata-rata diatas, petani yang bekerja dalam kurun waktu

kurang dari 10 tahun memiliki rata-rata jumlah leukosit yang lebih rendah

dari yang telah bekerja lebih dari 10 tahun. Hanya eosinofil yang mengalami

kenaikan diatas nilai normalnya yaitu 2-6%, sedangkan hasilnya yang

bekerja kurang dari 10 tahun sebanyak 12% dan lebih dari 10 tahun

sebanyak 15%. Didapat pula hasil Netrofil batang dan segmen, limfosit serta

monosit dalam keadaan normal.

Hasil pemeriksaan jumlah dan jenis leukosit pada petani

berdasarkan lamanya penyemprotan dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 4.5. Tabel rata-rata jumlah dan jenis leukosit pada petani
penyemprot pestisida berdasarkan lama penyemprotan
Netrofil Netrofil
Lama Leukosit Basofil Eosinofil Limfosi Monosi
3 batang segmen
Semprot (sel/mm ) (%) (%) t (%) t (%)
(%) (%)
1-2 jam 7.500 - 13 4 44 28 4

3-4 jam 7.700 1 14 5 47 31 6


Dari tabel diatas, didapatkan hasil petani yang yang bekerja

menyemprot selama 1-2 jam memiliki hasil 7.500 sel/mm3 darah, lebih

rendah dari petani yang bekerja menyemprot selama 3-4 jam yaitu 7.700

sel/mm3 darah. Hanya kadar eosinofil yang melebihi batas nomal, walaupun

petani yang bekerja selama 3-4 jam sehari hasilnya lebih tinggi dari petani

yang bekerja selama 1-2 jam namun hasilnya masih dalam kisaran normal.

Rata-rata pemeriksaan jumlah dan jenis leukosit berdasarkan alat

perlengkapan diri yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6. Tabel rata-rata jumlah dan jenis leukosit pada petani
penyemprot pestisida berdasarkan alat perlindungan diri
Alat Netrofil Netrofil
Leukosit Basofil Eosinofil Limfosit Monosit
perlindungan batang segmen
(sel/mm3) (%) (%) (%) (%)
diri (%) (%)

Lengkap 7.405 - 12 3 45 29 6

Tidak
7.830 1 14 5 46 30. 6
lengkap

Pada tabel, di dapatkan hasil rata-rata jumlah leukosit pada petani

yang menggunakan alat perlindungan diri lengkap adalah sebanyak 7.405

sel/mm3 darah sedangkan yang tidak menggunakan alat perlindungan diri

lengkap adalah sebanyak 7.830 sel/m3 darah. Hasil rata-rata eosinofil

meningkat, yaitu sebanyak 12% untuk pemakai alat perlindungan diri

lengkap dan 14% pada pemakai alat pelindungan diri tidak lengkap. Netrofil
batang dan segmen, limfosit serta monosit petani yang menggunakan alat

perlindungan diri lengkap lebih rendah daripada para petani yang tidak

menggunakan alat perlindungan diri lengkap.

A. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah dan jenis

leukosit pada sebuah perkumpulan kelompok tani di Desa Glonggong

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Sebanyak 30 sampel dari petani laki-laki

didapatkan jumlah leukosit dengan rata-rata normal, namun eosinofil

hasilnya diatas normal. Jenis leukosit lain seperti basofil, netrofil segmen

dan batang, limfosit serta monosit didapatkan rata-rata normal.

Rata-rata jumlah dan jenis leukosit pada petani penyemprot

pestisida ini dibedakan berdasarkan beberapa hal, antara lain:

1. Umur petani

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan rata-rata dalam

kondisi normal yaitu 8.250 sel/mm3 pada kisaran usia 31-40 tahun,

sebanyak 5.840 sel/mm3 pada kisaran usia 41-50 tahun dan sebanyak

7.750 sel pada kisaran usia 51-61 tahun. Pestisida yang masuk kedalam

tubuh akan merangsang antibodi untuk memproduksi leukosit lebih

banyak karena racun pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan

dilawan dengan sel darah putih dan meningkatnya jumlah sel darah
putih adalah indikator adanya perlawanan terhadap keracunan.

(Arisman,2013).

2. Kurun Waktu Lama Kerja

Dari hasil penelitian didapatkan para petani yang bekerja

kurang dari 10 tahun lamanya didapatkan hasil jumlah leukosit yang

lebih rendah yaitu 7.270 sel/mm3 dibandingkan dengan para petani

yang telah bekerja lebih dari 10 tahun yakni sebesar 8.550 sel/mm3. Hal

ini disebabkan karena lebih lama para petani kontak dengan pestisida

maka potensi keracunannya akan lebih tinggi. (Kemenkes, 2012)

3. Durasi Lamanya Penyemprotan Pestisida

Dari hasil penelitian didapatkan hasil jumlah leukosit dan jenis

leukosit dalam rentan normal, namun petani yang melakukan

penyemprotan selama 3-4 jam memiliki hasil jumlah dan jenis leukosit

lebih tinggi walaupun masih dalam rentan normal dibandingkan dengan

petani yang melakukan penyemprotan selama 1-2 jam. Hal ini

disebabkan karena semakin lama waktu kontak kerja sebagai petani

penyemprot pestisida maka akan lebih beresiko tingi pula mengalami

keracunan, ini dikarenakan semakin lama serta tinginya frekuensi

penyemprotan maka akan semakin banyak pestisida yang menempel

pada tubuh dan akan terjadi pengikatan kolinesterase pada darah.

(Budiawan, 2014).

4. Penggunan Alat Perlindungan Diri


Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil petani yang

menggunakan alat perlindungan diri lengkap lebih rendah daripada

petani penyemprot yang tidak menggunakan alat perlindungan diri

walaupun hasil keduanya masih dalam kurun nilai normal. Begitu pula

jenis leukosit seperti netrofil batang dan segmen, limfosit serta monosit

walaupun masih dalam kurun normal petani yang menggunakan alat

perlindungan diri lengkap hasilnya lebih rendah daripada petani yang

tidak menggunakan alat perlindungan diri lengkap seperti masker,

celana panjang, baju lengan panjang dan lai-lain. Dengan penggunaan

alat perlindungan diri dapat mencegah terjadinya keracunan pestisida

terhadap pestisida dan keracunan secara langsung. (Depkes RI, 2000).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terhadap 30 sampel petani penyemprot

pestisida,di dapatkan hasil sebagai berikut:

1. Hasil jumlah leukosit terendah 3.450 sel/mm3 dan jumlah leukosit

tertinggi adalah 12.300 sel/mm3, serta di dapatkan rata-rata 7.590

sel/mm3 darah.

2. Rata-rata eosinofil adalah 14%, dengan eosinofil minimum 2%, dan

eosinofil maksimal 29%. Rata-rata netrofil batang adalah 4% dan rata-

rata netrofil segmen 46%. Limfosit memiliki jumlah maksimum 44%

dan limfosit minimum 6% dengan rata-rata limfosit sebanyak 30%,

sedangkan monosit dengan rata-rata 6%, monosit maksimum 12% dan

monosit minimum tidak ditemukan.

B. Saran

1. Bagi Analis Lain

Dapat melakukan pemeriksaan jumlah dan jenis leukosit dengan cara

automatic, serta karena di dapatkan hasil eosinofil melewati normal

disarankan untuk melakukan pemeriksaan feses petani apakah

mengalami kecacingan atau tidak.

2. Bagi Masyarakat Khususnya Petani


Hendaknya menggunakan alat pelindung diri saat melakukan

penyemprotan pestisida agar terhindar dari infeksi yang dapat

ditimbulkan oleh paparan pestisida secara langsung.

HASIL
Hasil pemeriksaan kadar kolesterol total terhadap 90 responden
mendapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total


Kadar kolesterol Std
N Min Max Mean
hipertensi Deviation
Stadium 1 11 170.5 272.4 220.527 34.3908
Stadium 2 19 181.6 402.5 241.937 47.7221

Berdasarkan data pemeriksaan kadar kolesterol 30 sampel penelitian dapat


diketahui bahwa rata-rata kadar kolesterol pada penderita hipertensi stadium 1
adalah 220.527 mg/dl, kadar kolesterol minimum: 170.5 mg/dl, kadar kolesterol
maksimum: 272.4 mg/dl, standar deviasi 34.3908 mg/dl, sedangkan rata-rata
kadar kolesterol pada penderita hipertensi stadium 2 adalah 241.937 mg/dl, kadar
kolesterol minimum: 181.5 mg/dl, kadar kolesterol masimum: 402.5 mg/dl,
standart deviation: 47.7221 mg/dl.
Hasil pemeriksaan kadar trigliserida terhadap 30 responden sebagai
berikut :
Tabel 2. Hasil Statistik dari Pemeriksan Kadar Trigliserida

Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Kadar Trigliserida
30 111.8 193.2 160.364 20.8188
Hipertensi Stadium 1
Kadar Trigliserida
30 178.9 306.5 238.137 43.3363
Hipertensi Stadium 2

Berdasarkan data pada tabel 2, dapat diketahui bahwa rata-rata kadar trigliserida
pada penderita hipertensi stadium 1 adalah 160.364 mg/ dl, dengan nilai minimal
111.8 mg/dl, maksimal 193.2 mg/dl dan standar deviasi 20.8188 mg/dl, sedangkan
rata-rata kadar trigliserida pada penderita hipertensi stadium 2 adalah 238.137
mg/dl dengan kadar trigliserida minimal 178.9 mg/dl, kadar trigliserida maksimal
306.5 mg/dl dan standar deviasi 43.3363 mg/dl.

Tabel 3. Hasil Uji Statistika Kadar Kolesterol Total


Uji Normalitas Uji Kolerasi
Shapiro Wilk Sperman
Sig. Sig. R
Kadar Kolesterol
Hipertensi 0.803 0.261 0.212
Stadium 1
Kadar Kolesterol
Hipertensi 0.001 0.261 0.212
Stadium 2

Untuk mengetahui distribusi data dilakukan pengujian dengan Shapiro Wilk


dan didapatkan P= 0.803 dan P= 0.001 ( P> 0.05 ). Kemudian dilanjutkan dengan
uji yang sesuai yaitu Kolerasi Sperman. Dari data uji kolerasi sperman didapatkan
P= 0.261 ( P > 0.05) yang menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna
antara kadar kolesterol dengan derajat tekanan darah. Kekuatan hubungan dapat
dilihat pada nilai R < 0.5 yang berartu hubungan sangat lemah.
Untuk mengetahui hubungan antara kadar trigliserida dengan tekanan darah
dilakukan uji yang sama yaitu Korelasi Sperman dan didapatkan hasil sebagai
berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Statistika Kadar Trigliserida


Uji Normalitas Uji Korelasi
Shapiro Wilk Pearson
Sig. Sig. R
Kadar Trigliserida
0.399 0.000 0.725
Hipertensi Stadium 1
Kadar Trigliserida
0.103 0.000 0.725
Hipertensi Stadium 2

Dari data uji korelasi pearson didapatkan P = 0.000 (P< 0.05) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kadar trigliserida dengan derajat
tekanan darah. Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai R positif ( R = 0.725 )
berarti ada hubungan positif atau berbanding lurus antara kadar trigliserida dengan
derajat tekanan darah. Artinya, semakin tinggi kadar trigliserida maka akan
semakin tinggi derajat tekanan darah

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol total


dan trigkliserida dengan derajat tekanan darah. Hasil analisa statistika terhadap
kadar kolesterol menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kadar kolesterol
dengan derajat tekanan darah. Nilai hubungan tersebut adalah negatif yang berarti
bahwa kenaikan kadar kolesterol tidak menyebabkan kenaikan pada derajat
tekanan darah seseorang.
Menurut Lingga (2012) tidak semua penderita hiperkolesterolemia
menderita hipertensi dan tidak semua penderita hipertensi menderita
hiperkolesterolemia. Tetepi kadar kolesterol darah yang cenderung tinggi
mendorong peningkatan tekanan darah. Orang yang paling beresiko memiliki
kadar kolesterol tinggi adalah mereka yang menerapkan pola makanan yang
mengandung lemak jenuh tinggi seperti yang terdapat pada ikan, mentega dan
krim akan meningkatkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein ( LDL )
dalam darah.
Dari hasil pengukuran kadar kolesterol total terhadap penderita hipertensi
didapatkan 5 responden dengan kadar kolesterol normal. Dari hasil wawancara
diketahui responden mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur, rajin
berolah raga dan diet rendah lemak. (Lingga, 2012 ).
Hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada derajat tekanan darah pada stadium
1 dan stadium 2 pada 30 responden sebanyak 25 responden memiliki kadar
kolesterol diatas normal, kadar kolesterol diatas normal disebabkan olen makanan
yang mengandung lemak, kebiasaan hidup statis, kebiasaan hidup dengan fasilitas
modern serta kesibukan karena tuntutan kerja yang padat membuat masyarakat
minim bergerak, latihan olahraga yang semakin jarang dilakukan dan tekanan
stres yang tinggi untuk mengikuti tuntutan hidup modern membuat gen yang
semula kebal tehadap hipertensi akhirnya cenderung lemah dan rawan
hipertensi(Lingga 2012).
Tingginya kadar kolesterol dapat menyebabkan artheriosklerosis yaitu
pemblokiran aliran darah akibat pembekuan lemak yang mengendap dalam
pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah kejantung. Umumnya
penyakit darah tinggi senantiasa bersamaan dengan peningkatan kadar kolesterol
dalam darah yang tinggi, bahwa orang yang tidak makan sayur memiliki kadar
tekanan darah yang jauh lebih rendah dari pada pemakan daging dan tidak
memakan makanan lemak jenuh yang mengakibatkan kolesterol tinggi. (Guyton
& Hall, 1997)
Menurut lingga ( 2012 ) seseorang yang gemar melakukan aktifitas fisik
memiliki respon baik terhadap makanan yang dikonsumsi, dibandingkan dengan
orang yang tidak melakukan aktifitas fisik akan rawan penyakit hipertensi atau
kardiovaskuler, dengan melakukan gerakan yang yang tepat selam 30-40 menit
atau sebanyak 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10
mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik.
Hasil analisa statistika terhadap kadar trigliserida mendapatkan nilai P <
0.05 dan R = 0.725 atau terdapat hubungan kuat positif, yang berarti bahwa
peningkatan trigliserida akan meningkatkan derajad tekanan darah. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Riyadina Moro yang mendapatkan kadar trigliserida
dalam darah berhubungan bermakna dengan hipertensi tidak terkendali pada
wanita menapouse di kota Bogor ( Riyadi W, 2014)
Kenaikan kadar trigliserida akan menyebabkan kenaikan pada derajat
tekanan darah seseorang. hal ini dapat dijelaskan bahwa adanya penimbunan
lemak dalam jumlah besar pada pembuluh darah mengakibatkan pembuluh darah
menjadi keras dan timbul plak sehingga pembuluh darah kehilangan elastisitasnya
dan menjadi sempit. Keadaan seperti ini akan menyebkan aliran darah terhambat
(Guyton & Hall, 1997). Penyempitan pembuluh darah tersebut menyebabkan
jantung bekerja lebih keras agar dapat memenuhi kebutuhan darah kesemua
jaringan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi (Yuliati S,
2006).
Penelitian terhadap 30 responden dengan hasil derajat tekanan darah
stadium 1 sebanyak 11 (36,6%) responden, dari 11 responden diantaranya terdapat
8 responden dengan kadar trigliserida diatas normal dan 3 responden dengan
kadar trigliserida normal, kadar trigliserida normal dikarenakan terdapat 2
responden yang jarang mengkonsumsi makanan berlemak dan terdapat 1
responden sering mengkonsumsi makanan berlemak namun tidak memiliki faktor
riwayat keluarga yang memiliki hipertensi (Mahler, 1995).
Hasil pemeriksaan kadar trigliserida pada derajat tekanan darah stadium 2
sebanyak 19 responden yang semuanya memiliki kadar trigliserida diatas normal
hal ini disebabkan karena 8 responden sering makan makanan berlemak seperti
gorengan yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik disertai dengan usia yang
lebih dari 30 tahun, dari 11 responden yang jarang mengkonsumsi makanan
berlemak namun telah berusia diatas 30 tahun dan 5 diantaranya memiliki faktor
riwayat keluarga dengan hipertensi. Meningkatnya usia seseorang juga dapat
meningkatkan kadar lemak di dalam tubuh terutama pada saat usia diatas 30 tahun
(Jalal, 2008).
Tubuh menggunakan trigliserida sebagai timbunan lemak. Timbunan lemak
dapat melindungi organ tubuh dan merupakan cadangan energy bagi tubuh. Pada
saat timbunan lemak tak terkendali pada pembuluh darah dapat menyebabkan
mengerasnya pembuluh darah dan menjadi plak yang disebut aterosklerosis
(D’Adamo, 2004). Sebagian besar makanan yang dimakan mengandung
trigliserida yang kemudian dibebaskan kedalam darah dimana trigliserida dipecah
dengan melepaskan asam lemak dari rangka gliserol. Asam lemak yang
dibebaskan diambil oleh otot sebagai energy atau disimpan dalam jaringan lemak
yang dipakai bila diperlukan. Pemecahan ini terjadi dipembuluh darah yang
dikerjakan oleh enzim yang disebut lipoprotein lipase sehingga terbentuk asam
lemak bebas dalam pembuluh darah (Graha, 2010). Karena adanya penimbunan
lemak pada pembuluh darah, akibatnya pembuluh darah kehilangan elastisitasnya
dan menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Penyempitan pembuluh
darah tersebut menyebabkan jantung bekerja lebih keras agar dapat memenuhi
kebutuhan darah kesemua jaringan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
penyakit hipertensi (Yulianti S, 2006).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar kolesterol total dan trigliserida dengan


derajat tekanan darah pada penderita hipertensi pada 30 pasien RSUD Tugurejo
Semarang dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata kadar kolesterol hipertensi stadium 1 adalah 220.5 mg/dl, nilai
minimum: 170.5 mg/dl, nilai maximum: 272.4 mg/dl, dan standart deviasi
34.3908 mg/dl. Rata - rata kadar Trigliserida hipertensi stadium 1 adalah
160.364 mg/ dl, dengan kadar trigliserida minimum 111.8 mg/dl dan kadar
trigliserida maksimum 193.2 mg/dl.
2. Rata-rarta kadar kolesterol hipertensi stadium 2 adalah 241. 937 mg/dl,nilai
mininum: 181.6 mg/dl, nilai maximum: 402.5 mg/dl, dan standart deviasi
47.7221 mg/dl. Rata - rata kadar Trigliserida hipertensi stadium 1 adalah
160.364 mg/ dl, dengan kadar trigliserida minimum 111.8 mg/dl dan kadar
trigliserida maksimum 193.2 mg/dl.
3. Tidak ada hubungan antara kadar kolesterol dengan derajat tekanan darah pada
penderita hipertensi. Sedangkan untuk kadar trigliserida terdapat hubungan
positif kuat.

KEKURANGAN

Kekurangan penelitian ini karena menggunakan pendekatan cross


sectional. Korelasi faktor risiko dengan dampaknya paling lemah bila
dibandingkan dengan rancangan penelitian analitik lainnya. Untuk mengatasi
kekurangan tersebut digunakan data sekunder cacatan medis terhadap riwayat
tekanan darah dan untuk mengurangi pengaruh faktor perancu dari makanan
dipilih responden yang puasa.

UCAPAN TERIMKASIH

Atas terselenggaranya penelitian ini peneliti mengucapkan terimakasih


kepada AAK 17 Agustus 1945 Semarang yang telah menyediakan dana, sarana
dan prasarana penelitian. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada RSUD
Tugurejo Seamarng yang telah memberikan ijin guna pengambilan data primer
dan sekunder serta responden penelitian yang telah bersedia menjadi obyek
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

D’Adamo, Peter, Catherine, W. 2004. “ Diabetes : Penemuan Baru Memerangi


Diabetes Melalui Diest Golongan Darah”. Yogyakarta : B-first.
Graha, Chairinniza. 2010. “100 Question & Answer : Kolesterol”. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo

Guyton, Hall. 1997. “Fisiologi Kedokteran”. Jakarta: EGC

Jalal, Fasli. 2008. “Hubungan Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah,
Trigliserida dan Tekanan Darah pada Etis Minang di Kabupaten Padang
Pariaman, Sumatera Barat”. Jurnal FK Universitas Andalas

Lingga L, 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Argo Media Pustaka

Mahler, Donald et.al. 1995. “ACMS: Panduan Uji Latihan Jasmani Dan
Peresapannya”. Jakarta: EGC

Nurwahyu, Eti. 2012. “Jurnal Hubungan Profil Lipid Darah dengan Obesitas
Sentral pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poli Jantung RSUD. Dr.
Hardjono Ponorogo Jawa Timur”.

Prasetyaningrum, I. Y. 2014.Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta : Agro


Media Pustaka.

Riyadi W, Kodim N, et all (2014). Trigliserida sebagai Faktor Prognosis untuk


Hipertensi Tidak Terkendali pada Wanita Pasca Menopause di Kota Bogor,
Tahun 2014. Buletin Penelitian Kesehatan. 45(2). hal : 89-96
http://dx.doi.org/10.22435/bpk.v45i2.6273.89-96

Tjokronegoro A dan H. Utama.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In: E.
Susalit, E.J. Kapojos, dan H.R. Lubis ed. Hipertensi Primer. Jakarta:
Gaya Baru; 2001. p: 453-56.

Wiganti, A.M. 2007. Pengaruh Pemberian Sari Seduh Teh Hijau ( Camellia
Sinensis ). Terhadap Penebalan Tunika Aorta Jantung Tikus ( Rattus
norvegicus ) yang diberi Obat Diet Tinggi Lemak. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang :
Malang

Yulianti, Sufrida, Maloedyn, S. 2006. “30 Ramuan Penakluk Hipertensi”. Jakarta:


Agro Media Pustaka.
WHO. 2014. Global target 6: A 25% relative
reduction in the prevalence of raised blood
pressure or contain the prevalence of raised
blood pressure, according to national
circumstances. Jenewa: World Health
Organization.

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,


and Treatment of High Blood Pressure (JNC). The Seventh
Report of the JNC (JNC-7). JAMA. 2003;289(19):2560-72.

Lydia HA. Studi prevalensi dan determinasi prevalensi hipertensi di provinsi


kepulauan Bangka Belitung (skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia; 2007.

Kemenkes RI. Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan RI. 2012;Volume


2.

George L. Prevention , Detection , Evaluation , and Treatment of High Blood


Pressure. U.S Departement Of Health And Human Services; 2003.

You might also like