Professional Documents
Culture Documents
Sikap Beban Kerja Dan Kelelahan Kerja Pa A29dd55c PDF
Sikap Beban Kerja Dan Kelelahan Kerja Pa A29dd55c PDF
(BKM Journal of Community Medicine and Public Health) Halaman 213-218
Abstract
Purpose: This study aimed to determine the effect of age, occupation,
nutritional status, sleep duration, smoking habit of work attitude and work
Dikirim: 30 November 2016
Diterbitkan: 1 April 2017
load to work fatigue on factory workers of "SP" alumunium unit of
Yogyakarta. Methods: This research was an observational analytic study
using a cross-sectional design. The population was 153 people. The sample
was taken based on the total sampling on the production unit of the
Alumunium "SP" factory. Data were analyzed by using univariate, bivariate,
and multivariate analyses. Results: This study found age to increase risk
factors for work fatigue (OR = 2.52). The period of work is another risk factor
that affects work fatigue (OR=2.36). Work attitudes and workload are also
risk factors for work fatigue (OR=2.4 and OR=3.18). Meanwhile, nutritional
status, sleep duration and smoking are not risk factors for work fatigue.
Multivariate analysis showed that the most influencing variable of work
fatigue was work attitude (p-value=0.022) with risk level 3 times greater in
work attitude of weight category and age p-value=0.019 with risk level 3
times greater in people aged > 35 years. Conclusion: We found that work
attitudes, workload, age, length of service, sleep duration can affect work
fatigue while nutritional status and smoking habits had no effect on work
fatigue.
1
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
(Email: elinachrisniati@yahoo.com)
2
Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada
213
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 4 Tahun 2017
PENDAHULUAN METODE
Peran tenaga manusia sampai saat ini merupakan Penelitian cross-sectional dilakukan pada unit
hal utama dalam proses produksi. Tidak sedikit proses produksi alumunium ‘SP’ melibatkan total sampling
produksi yang masih menggunakan peralatan manual berjumlah 100 orang. Instrumen penelitian
dan melibatkan peran manusia atau dikenal dengan menggunakan lembar isian untuk mengetahui faktor
pekerjaan manual. Manusia memiliki keterbatasan individu. Microtoise dan timbangan injak digunakan
khususnya segi fisik, sehingga dapat menimbulkan untuk mengetahui tinggi badan dan berat badan.
kelelahan (1). Kelelahan kerja merupakan salah satu Kamera digital, video camera recorder, stopwatch dan
dari gangguan kesehatan yang dialami oleh pekerja checklist digunakan untuk menilai sikap kerja.
akibat dari pekerjaan yang dilakukan (2). Kelelahan Reaction timer digunakan untuk mengukur kelelahan
karena aktivitas kerja berulang dapat memunculkan kerja. Kuat hubungan digambarkan dengan nilai Odds
risiko cedera tubuh. Energi yang tidak sesuai dengan Ratio. Keseluruhan uji menggunakan Confidence
yang dilakukan akan mempercepat seseorang merasa Interval 95% dan tingkat kemaknaan p value 0,05.
lelah (3). Dampak yang ditimbulkan oleh kelelahan
telah dikemukakan oleh International Labour
HASIL
Organization (ILO) yang menyebutkan bahwa setiap
tahun 2 juta pekerja meninggal dunia karena Tabel 1 menunjukkan hasil odd ratio untuk
kecelakaan kerja yang disebabkan faktor kelelahan. masing-masing variabel penelitian.
Tahun 2002-2004, dari 134 kecelakaan fatal 11%
disebabkan oleh faktor kelelahan di New Zealand, Tabel 1. Odd ratio untuk masing-masing variabel
sedangkan, pada tahun 2004 tercatat 414 kecelakaan penelitian
kerja di Indonesia, 27,8% disebabkan oleh faktor Belum lelah Lelah OR
Variabel
(n=32) (n=68) (CI 95%)
kelelahan dan 9,5% mengalami kecacatan. Penyebab
Sikap kerja
kelelahan di industri sangat bervariasi. Beban kerja Sedang 16 20 2.4*
yang tinggi dan sikap kerja yang tidak ergonomis Berat 16 48 (0.92-6.24)
Beban kerja
dapat mempercepat kelelahan pada pekerja (4).
Sedang 24 33 3.18*
Kelelahan dapat terjadi karena interaksi antara Berat 8 35 (1.16-9.29)
pekerja dengan pekerjaan. Kelelahan kerja jika Usia (tahun)
≤35 14 16 2.52*
dihubungkan dengan prinsip ergonomi mencakup
>35 18 52 (0.93-6.77)
kesesuaian antara kondisi kerja dan kondisi pekerja Masa kerja (tahun)
itu sendiri (5). Apabila pekerjaan yang dilakukan <10 17 22 2.36*
≥10 15 46 (0.91-6.12)
melebihi batas kemampuan yang dimiliki, Status gizi
kecenderungan pekerja mengalami kelelahan kerja Normal 22 43 1.27
akan meningkat. Faktor-faktor pencetus kelelahan Tidak normal 10 25 (0.48-3.53)
Kebiasaan merokok
kerja berasal dari individu pekerja dan pekerjaan (6). Tidak merokok 15 24 1.61
Beberapa masalah yang ditemukan yaitu sebagian Merokok 17 44 (0.62-4.13)
Durasi tidur (jam)
besar cara kerja tidak dilakukan dengan ergonomis
≤5 16 48 0.41*
seperti posisi kerja jongkok, teknik pengangkatan >5 16 20 (0.16-1.08)
beban yang keliru dan sifat pekerjaan yang cepat Keterangan: p-value= nilai signifikansi; *=nilai p<0,05
karena pekerja dituntut untuk mengejar target
sehingga pekerja berisiko mengalami kecelakaan Analisis multivariat dilakukan menggunakan 4
kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahap. Tahap pertama diperoleh variabel sikap kerja,
apakah sikap kerja, beban kerja dan faktor individu beban kerja, usia, masa kerja dan durasi tidur. Setelah
berpengaruh terhadap kelelahan kerja pada pekerja melakukan uji pada beberapa tahap diperoleh model
pabrik unit produksi alumunium ‘SP’ Yogyakarta. ke 4 dengan variabel sikap kerja dan usia.
214
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 4 Tahun 2017
Tabel 2. Hasil analisis multivariat variabel usia, masa Beban kerja dengan kelelahan kerja.
kerja, durasi tidur, dan beban kerja Beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja
CI 95% dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang
Nilai
Model Variabel OR Batas Batas p-value
ROC ergonomi, setiap beban kerja yang diterima seseorang
Bawah Atas
1 Usia 3,24 1,17 8,96 0,023 harus sesuai dan seimbang terhadap kemampuan fisik
Masa maupun psikologis pekerja yang menerima beban
2,12 0,79 5,68 0,131
Kerja
Durasi kerja tersebut (11). Ukuran beban kerja yang diterima
0,44 0,17 1,17 0,120
Tidur 0,75 oleh seorang pekerja dapat digunakan untuk
Sikap
2,56 0,95 6,87 0,061 menentukan berapa lama seorang pekerja dapat
Kerja
Beban melakukan aktivitas pekerjaan sesuai dengan
2,20 0,77 6,23 0,138
Kerja
2 Usia 3,15 1,16 8,54 0,024 kemam-puan atau kapasitas kerja yang dimiliki.
Masa
2,66 1,04 6,80 0,040 Semakin berat beban kerja, akan semakin pendek
Kerja
waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan
Durasi 0,73
0,40 0,12 1,46 0,059
Tidur (12).
Sikap
2,88 1,10 7,56 0,031 Penelitian ini menemukan beban kerja adalah
Kerja
3 Usia 3,10 1,17 8,21 0,022 faktor risiko kelelahan kerja. Semakin besar tingkat
Masa beban kerja maka semakin besar risiko kelelahan
2,45 0,98 6,08 0,053
Kerja 0,70
Sikap kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
3,08 1,19 7,96 0,020
Kerja yang menyatakan bahwa pengaruh yang paling
4 Usia 3,13 1,20 8,12 0,019
Sikap 0,67 dominan terhadap kelelahan adalah beban kerja (13).
2,95 1,17 7,45 0,022
Kerja Beban kerja berat akan berpengaruh terhadap kele-
lahan kerja (14). Penelitian lain menemukan terdapat
BAHASAN pengaruh antara beban kerja terhadap kelelahan
pekerja industri kereta api (15). Beban kerja menjadi
Sikap kerja dengan kelelahan kerja.
faktor utama kelelahan pada Pegawai Badan Perta-
Sikap tubuh dalam bekerja merupakan gambaran
nahan Nasional Samarinda (16).
tentang kaitan posisi badan, kepala, dan anggota
tubuh lainnya (21). Sikap kerja merupakan titik
Usia dengan kelelahan kerja.
penentu untuk meng- analisis kefektifan dari suatu
Usia dapat memengaruhi kondisi fisik seseorang.
pekerjaan. Apabila sikap kerja yang dilakukan sudah
Seseorang yang berumur lebih muda sanggup
baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang
melakukan pekerjaan berat, sebaliknya seseorang
diperoleh pekerja akan baik. Akan tetapi, bila sikap
berusia lanjut, kemam- puan dalam melakukan
kerja pekerja tidak ergo- nomis maka pekerja akan
pekerjaan berat akan menga- lami penurunan (17).
mudah mengalami kele- lahan (7).
Usia juga berpengaruh terhadap kelelahan kerja.
Terdapat pengaruh sikap kerja terhadap kelelahan
Pekerja dengan usia lebih tua rentan mengalami
kerja. Hal ini disebabkan karena di unit produksi SP
penurunan kekuatan otot (18).
Alumunium sebagian besar sikap kerja pekerja tidak
Terdapat pengaruh antara usia dengan kelelahan
ergonomis. Hal ini membuat pekerja mengalami kele-
kerja. Hal ini dapat disebabkan karena tidak ada
lahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
pembagian jenis kerja berdasarkan usia. Sebagian
yang menjelaskan bahwa bekerja secara tidak ergono-
pekerja usia tua malah ditempatkan di unit yang mem-
mis berpengaruh terhadap kelelahan (8). Hasil
butuhkan kekuatan fisik cukup tinggi. Hasil penelitian
penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang
ini menyatakan bahwa perawat yang lebih tua
menyatakan, sikap kerja dengan sistem kerja yang
berkon- tribusi besar terhadap kelelahan (19). Usia tua
tidak sehat akan menyebabkan kelelahan (9). Hal ini
meru- pakan salah satu faktor yang berpengaruh
sejalan dengan penelitian yang menjelaskan bahwa
terhadap kelelahan (20, 21). Sebagian besar sistem
sikap kerja tidak ergonomis berpengaruh terhadap
fisiologis berkurang dan kerentanan terhadap
kelelahan (10). Pematung yang melakukan sikap kerja
berbagai penya- kit meningkat seiring dengan
tidak ergonomis akan memengaruhi kelelahan (4).
pertambahan usia (22).
Sikap kerja yang tidak ergonomis dapat memengaruhi
kelelahan para pekerja (1).
Masa kerja dengan kelelahan kerja.
Semakin lama seseorang bekerja, akan timbul
perasaan jenuh akibat kerja monoton dan
215
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 4 Tahun 2017
berpengaruh terhadap ting- kat kelelahan yang perokok pada pekerja perempuan tidak memengaruhi
dialami (18). Hasil analisis bivariat antara masa kerja kelelahan kerja (33). Kebiasaan merokok tidak berpe-
dengan kelelahan kerja menun- jukkan terdapat ngaruh terhadap kelelahan (34). Perokok merasa
pengaruh yang signifikan. Lama masa kerja berkaitan mendapatkan stimulasi jika merokok. Hal ini menje-
dengan pengalaman yang dimiliki, tetapi semakin laskan bahwa tidak ada pengaruh merokok dengan
lama masa kerja semakin besar pula tingkat risiko kelelahan (35).
terpapar bahaya dalam lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Durasi tidur dengan kelelahan kerja.
menyatakan bahwa kelelahan pekerja pada bagian Circardian rhythms merupakan proses yang
tenaga bongkar muat dipengaruhi oleh masa kerja dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan
(23). Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang me- perubahan waktu selama 24 jam (36). Proses
nyatakan bekerja > 5 tahun akan mempercepat kon- pemulihan yang terhambat menye- babkan organ
traksi otot, dengan kata lain pengaruh masa kerja tubuh tidak bekerja maksimal, sehingga orang yang
signfikan terhadap kelelahan kerja (24). Hasil kurang tidur akan cepat lelah (37).
penelitian ini sesuai dengan penjelasan bahwa masa Terdapat pengaruh antara durasi tidur dengan
kerja yang lama berpengaruh terhadap kelelahan (25). kelelahan kerja. Lama intensitas bekerja juga berpe-
Hasil ini ditunjang dengan pembuktian bahwa masa ngaruh terhadap jumlah jam tidur setiap hari. Tidur
kerja yang lama memiliki hubungan terhadap kele- berpengaruh pada daya tahan tubuh dalam mela-
lahan walau aspek pengalaman, kematangan dan kukan pekerjaan. Jam tidur yang kurang setiap hari
mental tinggi (26). akan berpengaruh terhadap kelelahan kerja. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa
Status gizi dengan kelelahan kerja. pekerja minimarket yang mengalami tidur yang
Penelitian ini menemukan tidak ada pengaruh kurang akan mengalami kelelahan (38). Penyebab
status gizi terhadap kelelahan kerja. Hal ini utama kelelahan kerja di Jepang yaitu faktor tidur
disebabkan oleh masa kerja responden yang tergolong pekerja yang kurang (39). Dalam penelitian tersebut,
sudah lama. Masa kerja yang lama berkaitan dengan kekurangan tidur akan mengakibatkan tingkat kewas-
banyak pengalaman yang dimiliki oleh pekerja dan padaan pekerja menurun (40). Hal ini sesuai dengan
pengalaman tersebut akan membuat kemampuan penjelasan bahwa durasi tidur pada dosen berpe-
dalam bekerja dan bertindak semakin matang. Hasil ngaruh pula dengan tingkat kelelahan (41). Pekerja
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang yang mengalami insomnia memiliki durasi tidur yang
dilakukan oleh Setyowati yang menya- takan bahwa kurang, sehingga menyebabkan kelelahan (42).
status gizi tidak berpengaruh terhadap kelelahan kerja
(27). Hasil penelitian lain menemukan bahwa status
SIMPULAN
gizi pada pekerja weaving tidak berpengaruh
signifikan dengan kelelahan kerja (28). Sesuai dengan Sikap kerja, beban kerja, usia, masa kerja dan
penelitian pada pekerja catering menjelaskan bahwa durasi tidur memengaruhi kelelahan kerja.
status gizi pekerja tidak berpe- ngaruh terhadap Sementara, status gizi dan kebiasaan merokok tidak
kelelahan kerja (29). Penelitian tersebut sesuai dengan berpengaruh terhadap kelelahan kerja.
penelitian yang menyatakan bahwa status gizi tidak Perlu ada pengaturan beban kerja pada setiap unit
berpengaruh terhadap kele- lahan kerja (30). Pada produksi dan memberikan waktu istirahat yang lebih
penelitian di industri roti, sebanyak 26 orang khususnya pada unit peleburan, cetak kering dan
menyebutkan bahwa status gizi tidak berpengaruh cetak basah.
terhadap kelelahan (31).
Kebiasaan merokok dengan kelelahan kerja.
Abstrak
Kebiasaan merokok tidak berpengaruh terhadap
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kelelahan kerja. Bagi pekerja, merokok dapat mem-
pengaruh usia, masa kerja, status gizi, durasi tidur,
berikan sugesti positif. Hasil penelitian ini sejalan
kebiasaan merokok sikap kerja dan beban kerja
dengan penelitian yang menyatakan saat tidak mero-
terhadap kelelahan kerja pada pekerja pabrik unit
kok, pekerja akan merasa kondisi badan tidak enak
produksi “SP” alumunium Kota Yogyakarta.
dan tidak bisa berkonsentrasi (32). Sejalan dengan
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
penelitian lain yang menyebutkan bahwa mayoritas
216
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 4 Tahun 2017
217
Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 33 No. 4 Tahun 2017
kerja pada karyawan perusahaan Tahu Baxo Bu The perception of female smokers with
Pudji Di Unggaran Tahun 2014. Jurnal FKM Dian fibromyalgia on the effects of smoking on
Nuswantoro Semarang. Diakses. 2014;16:03-15. fibromyalgia symptoms. Pain Practice. 2016 Nov
25. Mentari A, Kalsum SA. Hubungan Karakteristik 1;16(8):1054-63.
Pekerja dan Cara Kerja dengan Kelelahan Kerja 34. Ridwansyah., Nurbeti, M., Sunarto. Faktor-Faktor
pada Pemanen Kelapa Sawit di PT. Perkebunan yang Berhubungan dengan Kelelahan pada
Nusantara IV (PERSERO) Unit Usaha Adolina: Lanjut Usia di Desa Umbulmartani, Sleman Tahun
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas 2015. JKKI; 2015 Vol. 6 (4), hal. 188-197.
Sumatera Utara. Medan. 2012. 35. Gaghiwu, L., Josephus, J., Rompas, R.M. Analisis
26. Robbins, S.P. Organizational Behavior: Concepts, Beberapa Faktor Penyebab Kelelahan Kerja Pada
Controversies, Applications. New Jersey: Tenaga Bongkar Buat Di Pelabuhan Samudera
Prentice-Hall, Inc; Bitung. Paradigma, Vol. 4 (1); 2016, hal. 59-70.
27. Setyowati DL, Shaluhiyah Z, Widjasena B. 36. Tayyari. F., Smith. J.L. Occupational Ergonomics:
Penyebab Kelelahan Kerja pada Pekerja Mebel. Principles and Applications. Chaman & Hall.
Kesmas: National Public Health Journal. 2014 May London; 1997.
1;8(8):386-92. 37. Diani, A.W. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
28. Triyunita, N., Ekawati., Daru, L. Hubungan Beban Kecenderungan Kesulitan Tidur Pada Mahasiswa
Kerja Fisik, Kebisingan Dan Faktor Individu yang Menyusun Skripsi. Tesis. Surabaya: UIN
dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving Pt.X Sunan Ampel; 2014.
Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat; 2013 Vol. 2 38. Wulandari. I. N.,Adiputra. L.M.I.S.H., Hubungan
(2). Gangguan Tidur Dengan Kelelahan Pada Sistem
29. Ramayanti R. Analisis Hubungan Status Gizi Dan Kerja Bergilir (Shift) Malam Terhadap Karyawan
Iklim Kerja Dengan Kelelahan Kerja Di Catering Minimarket 24 Jam Di Kota Denpasar. The
Hikmah Food Surabaya. The Indonesian Journal Indonesian Journal Of Ergonomic; 2015 Volume 1,
of Occupational Safety and Health. 2017 Mar No 1, 2015 Hal 51-60.
16;4(2):177-86. 39. Hamaguchi, M., Kawahito, Y., Takeda, N., Kato, T.,
30. Chesnal H, Raitu AJ, Lampus BS. Hubungan Kojima, T. Characteristics Of Chronic Fatigue
antara Umur, Jenis Kelamin, dan Status Gizi Syndrom In Japanese Community Population;
dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja di Chronic Fatigue Syndrome In Japan. Clin
Bagian Produksi PT. Putra Karangetang Rheumatol; 2011 Vol. 30 (7), pp. 895- 906.
Popontelen Minahasa Selatan. Jurnal Kesehatan 40. Rose M, Giray N. Universal fatigue management
Masyarakat. 2012:12-5. strategies. Sleep Medicine Clinics. 2013 Jun
31. Nainggolan, R.S.D. Hubungan Beban Kerja Dan 1;8(2):255-63.
Karakteristik Tenaga Kerja Dengan Kelelahan 41. Yogisutanti G, Kusnanto H, Setyawati L, Otsuka Y.
Pada Tempat Kerja Yang Bertekanan Panas (Studi Kebiasaan Makan Pagi, Lama Tidur dan
Di Industri Roti Di Kabupaten Jepara). Tesis. Kelelahan Kerja (Fatigue) Pada Dosen. Jurnal
Univeritas Diponegoro. Semarang; 2010. Kesehatan Masyarakat. 2013;9(1):53-7.
32. Rahayu, R.N.B. Pengaruh Metode 5As Terhadap 42. Richter K, Acker J, Adam S, Niklewski G.
Sikap Rokok. Tesis. Universitas Sebelas Maret; Prevention of fatigue and insomnia in shift
2010. workers—a review of non-pharmacological
33. Weingarten TN, Vincent A, Luedtke CA, Beebe TJ, measures. EPMA journal. 2016 Dec 1;7(1):16.
Welch TL, Chong EY, Schroeder DR, Warner DO.
218