1007 5031 1 PB

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JPPM Vol. 9 No.

2 (2016)

PENGGUNAAN STRATEGI TTW(THINK-TALK-WRITE)


DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA
MTsN RAWAMERTA KARAWANG
Hanifah Nurus Sopiany1), Ipah Syarifatul Hijjah AS2)
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Singaperbangsa Karawang

hanifahnurussopiany@gmail.com

ABSTRACT
The results of the observation by the authors through PLP program conducted in one of the first
secondary school in the district karawang carried out for two months, indicate a weakness of students in
the problem solving and mathematical disposition. Weak mathematical problem solving ability of not
achieving visible results of the exercise and test customized with indicators of mathematical problem
solving. While the weakness shown by the mathematical disposition statement more negative than positive
remarks put forward students on the observation sheet and the questionnaires are made by the author.
This study aims to investigate the mathematics learning outcomes are either using Think Talk Write
strategy with a contextual approach to the mathematical problem-solving ability and disposition of
students' mathematical problem solving. Tests in this study using a quantitative approach with the
experimental method. The research design is quasi-experimental with a non equivalent control group
design. The subjects of this study consisted experimental class and control class with 47 students for each
class. Collecting data using problem-solving ability test administration and disposition questionnaire
solving mathematical problems, which were analyzed using SPSS 22 for windows. Based on the research
data it can be concluded that the use of learning strategies Think Talk Write with contextual approach
can improve mathematical problem solving ability and disposition of mathematical problem solving.

Keywords : Think Talk Write, Contextual Approach, Mathematical Problem Solving and Mathematical
Disposition

ABSTRAK
Hasil observasi penulis melalui program PLP yang dilakukan di salah satu sekolah menengah pertama di
kabupaten karawang yang dilakukan selama dua bulan, menunjukkan adanya kelemahan siswa dalam
kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis. Lemahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis terlihat dari tidak tercapainya hasil latihan dan test yang disesuaikan dengan indikator
pemecahan masalah matematis. Sedangkan lemahnya disposisi matematis ditunjukkan dengan pernyataan
negatif lebih banyak daripada pernyataan positif yang dikemukakan siswa pada lembar observasi dan
lembar wawancara yang dibuat oleh penulis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hasil
pembelajaran matematika yang baik dengan menggunakan strategi TTW dengan pendekatan kontekstual
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan disposisi pemecahan masalah matematis siswa.
Pengujian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain
penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan bentuk non equivalent control grup design.
Subyek penelitian ini terdiri kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan 47 siswa untuk masing-masing
kelasnya. Pengumpulan data dengan menggunakan pemberian tes kemampuan pemecahan masalah dan
angket disposisi pemecahan masalah matematis, yang dianalisis menggunakan bantuan software SPSS 22
for windows. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi
pembelajaran TTW dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis dan disposisi pemecahan masalah matematis.

Kata Kunci: Think Talk Write, Pendekatan Kontekstual, Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi
Pemecahan Masalah Matematis.

268
Hanifah Nurus Sofiany dan Ipah Syarifatul Hijjah AS

A. PENDAHULUAN
Kemampuan pemecahan masalah penalaran mereka sendiri; (6) menilai
merupakan salah satu kemampuan kognitif aplikasi matematika ke situasi lain dalam
yang menjadi target tujuan pendidikan matematika dan pengalaman sehari-hari; 7)
disekolah. Memiliki kecakapan pada apresiasi (appreciation) peran matematika
kemampuan pemecahan masalah matematis dalam kultur dan nilai, matematika sebagai
memungkinkan siswa memperoleh alat, dan sebagai bahasa. Pernyataan 1, 2, 3,
pengalaman menggunakan pengetahuan dan 5 nampak berhubungan dengan
serta keterampilan yang sudah dimiliki kemampuan pemecahan masalah yang
untuk diterapkan pada pemecahan masalah kemukakan Soemarmo (2007), bahwa
yang tidak rutin sehingga dapat membantu pemecahan masalah matematik sebagai
keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari. suatu proses meliputi beberapa kegiatan
Keberhasilan pendidikan tidak hanya yaitu: mengidentifikasi kecukupan unsur
ditunjukkan dengan ketercapaian untuk penyelesaian masalah, memilih dan
kemampuan kognitif yang siswa miliki, melaksanakan strategi untuk menyelesaikan
namun ketercapaian kemampuan afektif masalah, melaksanakan perhitungan, dan
siswapun menjadi target tujuan menginterpretasikan solusi terhadap
pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan masalah semula dan memeriksa kebenaran
isi point ke (3) dan (5) pada Permendiknas solusi. Dengan demikian penulis
No. 22 Tahun 2006 yang menyatakan menyimpulkan adanya kaitan yang erat
bahwa mata pelajaran matematika antara antara kemampuan pemecahan masalah
lain bertujuan agar peserta didik memiliki matematis dan disposisi matematis.
(3) kemampuan memecahkan masalah yang Untuk mengetahui ketercapaian
meliputi kemampuan memahami masalah, kemampuan pemecahan masalah matematis
merancang model matematika, dan disposisi matematis siswa, maka studi
menyelesaikan model dan menafsirkan pendahuluan yang penulis lakukan adalah
solusi yang diperoleh. (5) Memiliki sikap pada saat penulis melaksanakan program
menghargai kegunaan matematika dalam latihan profesi (PLP) di salah satu SMP di
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, kabupaten Karawang. Penulis mencoba
perhatian, dan minat dalam mempelajari memberikan materi dengan metode
matematika, serta sikap ulet dan percaya pembelajaran konvensional, latihan dan test
diri dalam pemecahan masalah. dilakukan dengan membuat lembar latihan
Kemampuan afektif yang sesuai dan instrument tes yang disesuaikan dengan
dengan isi tujuan pendidikan matematika indikator kemampuan pemecahan masalah
tersebut salah satunya adalah disposisi matematis. Adapun untuk menilai disposisi
matematika. Polking (Hendriana & matematis siswa, penulis membuat lembar
Soemarmo: 2014), mengemukakan bahwa observasi dan lembar wawancara yang
disposisi matematika menunjukkan: 1) rasa disesuaikan dengan indikator disposisi
percaya diri dalam menggunakan matematis. Hasil yang didapat
matematika, memecahkan masalah, menunjukkan tidak lebih dari 50% siswa
memberi alasan dan mengomunikasikan mampu menyelesaikan tes kemampuan
gagasan; 2) fleksibilitas dalam menyelidiki pemecahan masalah yang diberikan.
gagasan matematika dan berusaha mencari Demikian dengan hasil observasi dan
metode alternative dalam memecahkan wawancara menunjukkan bahwa pernyataan
masalah; 3) tekun mengerjakan tugas negatif lebih banyak dikemukakan daripada
matematika; 4) minat, rasa ingin tahu pernyataan positif. Dengan hasil studi
(curiosity), dan daya temu dalam pendahuluan tersebut, maka penulis
melakukan tugas matematika; 5) cenderung mencoba mengembangkannya menjadi
memonitor, merefleksikan performance dan

269
Penggunaan Strategi Think Talk Write

suatu penelitian yang dilakukan pada siswa melihat keterhubungan sintaks strategi TTW
MTsN Rawamerta Karawang. dengan pendekatan kontekstual, maka
Siswa pada tingkat SMP ataupun penulis melakukan pembelajaran dengan
MTs masih memiliki karakter siswa yang menggabungkan strategi TTW dengan
dapat dengan mudah menerima pendekatan kontekstual dalam menggali
pembelajaran dengan pendekatan dunia kemampuan pemecahan masalah matematis
nyata, hal ini sesuai dengan karakteristik dan disposisi matematis siswa MTsN
pendekatan kontekstual. Suherman (2003) Rawamerta Karawang.
menyatakan pembelajaran dengan Adapun rumusan masalah dalam
pendekatan kontekstual adalah penelitian ini adalah: (1) Apakah
pembelajaran yang mengambil kemampuan pemecahan masalah matematis
(menstimulasikan, menceritakan berdialog, siswa setelah mengikuti pembelajaran
atau tanya jawab) kejadian pada dunia dengan menggunakan strategi TTW dengan
nyata kehidupan sehari-hari yang dialami pendekatan kontekstual lebih baik daripada
siswa kemudian diangkat kedalam konsep siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
yang dibahas. Menstimulasi, menceritakan menggunakan model pembelajaran
berdialog, atau tanya jawab mendekati pada konvensional dengan pendekatan
sintaks strategi pembelajaran TTW. kontekstual? (2) Apakah peningkatan
Menurut Porter (1992) bahwa TTW adalah kemampuan pemecahan masalah matematis
pembelajaran dimana siswa diberikan siswa setelah mengikuti pembelajaran
kesempatan kepada peserta didik untuk dengan menggunakan strategi TTW dengan
memulai belajar dengan memahami pendekatan kontekstual lebih baik daripada
pemasalahan terlebih dahulu, kemudian siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
terlibat secara aktif dalam diskusi menggunakan model pembelajaran
kelompok, dan akhirnya menuliskan dengn konvensional dengan pendekatan
bahasa sendiri hasil belajar yang kontekstual? (3) Bagaimana kemampuan
diperolehnya. Dengan kata lain TTW disposisi matematis siswa setelah mengikuti
merupakan strategi yang memfasilitasi pembelajaran dengan menggunakan strategi
latihan berbahasa secara lisan dan menulis TTW dengan pendekatan kontekstual?
bahasa tersebut dengan lancar. Dengan

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan diberi pretest untuk mengetahui keadaan
pendekatan kuantitatif dengan metode awal adakah perbedaan anatara kelompok
eksperimen. Kelas eksperimen adalah siswa eksperimen dan kelompok kontrol
yang pembelajarannya menggunakan (Sugiyono:2014). Subyek penelitian ini
strategi TTW dengan pendekatan yakni kelas VIII A sebanyak 47 orang siswa
kontekstual, sedangkan kelas control adalah untuk kelas kontrol dengan model
siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas VIII
pembelajaran konvensional dengan B sebanyak 47 orang siswa untuk kelas
pendekatan kontekstual. Penelitian ini di eksperimen. Demi terjaganya kestabilan
katagorikan ke dalam salah satu design sekolah yang diteliti maka teknik sampling
Quasi-eksperimental design yaitu yang peneliti gunakan nonprobability
Nonequivalent control group sampling yaitu Purposive sampling.
design.Nonequivalent control group design Instrument yang digunakan terbagi
ini hampir sama dengan pretest-posttes menjadi dua yaitu instrument tes dan non
control group hanya pada desain ini tes. Instrument tes diberikan pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kemampuan pemecahan masalah matematis
kontrol tidak diilih secara random. Dalam berupa lembar soal matematika yang
design ini terdapat dua kelompok kemudian disesuaikan dengan indikator kemampuan

270
Hanifah Nurus Sofiany dan Ipah Syarifatul Hijjah AS

pemecahan masalah matematis. Sedangkan dimaksudkan dengan analisis data adalah


instrument non tes untuk disposisi pengolahan data yang diperoleh dengan
matematis menggunakan angket. Untuk menggunakan rumus-rumus atau aturan-
mengukur keabsahan instrument tes yang aturan yang ada sesuai dengan pendekatan
dibuat, maka instrument di ujikan terlebih penelitian atau desain yang diambil.
dahulu yang selanjutnya di olah data Langkah-langkah yang diambil dalam
pengujiannya dengan menghitung validitas, analisis data pada penelitian ini adalah uji
reliabilitas, daya pembeda dan indeks normalitas, uji homogenitas, uji dua rerata
kesukaran. Sedangkan untuk instrument dan uji N-gain. Teknis analisis data Non
non tes keabsahannya dilakukan dengan Tes yang berupa angket dapat dilakukan
menguji validitas muka dan isi oleh pakar dengan cara menentukan presentase
pada bidang pendidikan matematika dan jawaban responden untuk masing-masing
psikologi. item pertanyaan dalam angket yang
Teknik analisis data Arikunto selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
(2006) menjelaskan bahwa yang

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Data Pretest Kemampuan Kelas Eksperimen dan Kelas
Pemecahan Masalah Matematis Kontrol
Tabel 1. Analisis Data Awal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kelas Jumlah Siswa Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan Baku
Eksperimen 47 6 37 18,80 6,71
Kontrol 47 5 40 19,29 8,29

Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa kontrol lebih tinggi 0,49 dari kelas
pencapaian skor minimum pada kelas eksperimen. Namun hal ini belum
eksperimen menunjukan skor 6 dan kelas menunjukkan perbedaan karakteristik kedua
kontrol skor 5, sedangkan skor maksimum kelas karena selisih skor pretes dan postes
kelas Eksperimen skor 37 dan kelas kontrol yang tidak terlalu jauh. Untuk lebih
skor 40. Rata-rata kelas kontrol 18,80 meyakinkan hasil skor pretes maka
dengan simpangan baku 6,71 dan rata-rata dilakukan uji normalitas, uji homogenitas,
kelas eksperimen 19,29 dengan simpangan dan uji perbedaan rata-rata.
baku 8,29. Rata-rata skor Pretest kelas a. Uji Normalitas
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Shapiro-Wilk
Kelas
Signifikansi Interpretasi Kesimpulan
Eksperimen 0,31 Normal H0 diterima

Kontrol 0,52 Normal H0diterima

Melalui aplikasi program SPSS 22 Hipotesis yang digunakan untuk uji


denagn taraf signifikansi 5 % (0,05), kenormalan adalah :
dengan kriteria sebagai berikut : H0 : Data Pretest berdistribusi normal.
1) H0 diditolak jika nilai signifikansi H1 : Data Pretest tidak berdistribusi normal.
<0,05 artinya distribusi tidak normal. Berdasarkan tabel 1.2 uji normalitas
2) H0 diterima jika nilai signifikansi dapat dilihat pada kolom signifikansi hasil
>0,05 artinya distribusi normal. pretest pada kelas eksperimen bernilai 0,31
artinya data berdistribusi normal sehingga

271
Penggunaan Strategi Think Talk Write

H0 dapat diterima begitupun dengan kelas hasil pretest kemampuan pemecahan


kontrol bernilai 0,52 artinya data masalah matematis berdistribusi normal.
berdistribusi normal H0 dapat diterima. b. Uji Homogenitas
Dengan demikian kedua kelas berdasarkan
Tabel 3. Hasil Pretest Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Uji Homogenitas
Pretest Signifikansi Interpretasi Kesimpulan
0,11 Normal H0 diterima

Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa Selanjutnya kriteria pengambilan


kemampuan pemecahan masalah matematis keputusan untuk pengujian dua rata-rata
pada kedua kelas memiliki signifikansi 0,11 tersebut adalah jika nilai signifikansi lebih
artinya H0 diterima. Dapat disimpulkan besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1
bahwa data yang diperoleh bersifat ditolak dan sebaliknya. Berdasarkan hasil
homogen. pengolahan data pretest kemampuan
c. Uji Dua Rata-rata pemecahan masalah matematis dapat
terlihat dari tabel berikut:
Tabel 4. Hasil Pretest Uji-T Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Independent Sampel Test
Pretest Signifikansi Interpretasi Kesimpulan
0,75 Normal H0 diterima

Tabel 4 terlihat bahwa nilai disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki


signifikansinya 0,75. Karena dalam karakteristik yang sama sehingga penelitian
penelitian ini pengujian yang dilakukan dilanjutkan dengan memberikan perlakuan
merupakan uji pihak kanan, maka nilai pada masing-masing kelas untuk
nilai tersebut memperoleh data postes sebagai bahan
menjawab rumusan masalah pertama.
lebih besar dari sehingga H0 2. Analisis Data Postest Kemampuan
diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan Pemecahan Masalah Matematis
rata-rata pada hasil pretes kedua kelas Kelas Eksperimen dan Kelas
sebelum diberikan perlakuan. Karena tidak Kontrol
terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
nilai pretes kedua kelas, maka dapat
Tabel 5. Analisis Data Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata
Eksperimen 47 34,48
Kontrol 47 26,17

Tabel 5 memperlihatkan bahwa rata- memungkinkan adanya perbedaan hasil


rata skor postes kelas kontrol 26,17 postes kelas eksperimen dan kelas kontrol.
sedangkan kelas eksperimen 34,48. Jika Jika dilihat dari nilai rata-rata postes kelas
melihat pada hasil tabel terlihat adanya eksperimen lebih baik daripada kelas
perbedaan skor rata-rata postes sebesar 8,31 kontrol, namun untuk lebih meyakinkannya
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. maka dilanjutkan pada uji normalitas, uji
Perbedaaan skor rata-rata dapat kita homogenitas dan uji dua rata-rata.
asumsikan cukup besar sehingga

272
Hanifah Nurus Sofiany dan Ipah Syarifatul Hijjah AS

a. Uji Normalitas

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Shapiro-Wilk
Kelas
Signifikansi Interpretasi Kesimpulan
Eksperimen 0,23 Normal H0 diterima

Kontrol 0,46 Normal H0diterima

Tabel 6 uji normalitas dapat dilihat normal H0 dapat diterima. Dengan demikian
pada kolom signifikansi hasil postes pada kedua kelas berdasarkan hasil postes
kelas eksperimen bernilai 0,23 artinya data kemampuan pemecahan masalah matematis
berdistribusi normal sehingga H0 dapat berdistribusi normal.
diterima begitupun dengan kelas kontrol b. Uji Homogenitas
bernilai 0,46 artinya data berdistribusi
Tabel 7. Hasil Postes Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Uji Homogenitas
Posttest Signifikansi Interpretasi Kesimpulan
0,19 Normal H0 diterima

Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa artinya H0 diterima. Artinya data yang


kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh bersifat homogen.
pada kedua kelas memiliki signifikansi 0,19 c. Uji Dua Rata-rata
Tabel 8. Hasil Postest Uji-t Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Independent Sampel Test
Pretest Signifikansi Interpretasi Kesimpulan
0,00 Tidak Normal H0 ditolak

Tabel 8 terlihat bahwa nilai hasil kemampuan pemecahan masalah


signifikansinya 0,00 yang artinya nilai antara kelas eksperimen dengan kelas
tersebut lebih kecil dari α = 0,05, sehingga kontrol, dimana kelas eksperimen lebih
H0 ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang baik daripada kelas kontrol. Untuk melihat
signifikan rata-rata postes kemampuan peningkatan kemampuan pemecahan
pemecahanm masalah matematis antara masalah matematis maka dilanjutkan
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. dengan analisis n-gain.
Berdasarkan skor rata-rata postes dan uji 3. Analisis N-Gain Ternormalisasi
rata-rata skor postes maka dapat kita Kemampuan Pemecahan Masalah
nyatakan bahwa setelah kedua kelas Matematis Antara Kelas
diberikan perlakuan terdapat perbedaan Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 9. Analisis Deskriptif N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata
Eksperimen 47 0,47
Kontrol 47 0,22

Tabel 8 memperlihatkan bahwa rata-


rata skor kelas kontrol 0,22 dengan dan

273
Penggunaan Strategi Think Talk Write

rata-rata kelas eksperimen 0,47. Rata-rata


skor kelas Eksperimen lebih tinggi dari a. Uji Normalitas N-Gain Kelas
kelas Kontrol. Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas N-Gain
Shapiro-Wilk
Kelas
Signifikansi Df Kesimpulan
Eksperimen 0,00 47 H0 ditolak

Kontrol 0,05 47 H0 ditolak

Tabel 10 menunjukkan uji normalitas berdasarkan hasil n-gain kemampuan


n-gain pada kelas eksperimen bernilai 0,00 pemecahan masalah matematis berdistribusi
artinya data berdistribusi tidak normal tidak normal. Karena tidak berdistribusi
sehingga H0 ditolak sedangkan kelas normal maka selanjutnya menggunakan uji
kontrol bernilai 0,05 artinya data Mann- Whitney.
berdistribusi tidak normal sehingga H0 b. Uji Mann-Whitney
ditolak. Dengan demikian kedua kelas
Tabel 11. Hasil Uji Mann-Withney
Mann-Whitney
Signifikansi Uji Z Interpretasi Kesimpulan
0,00 -5,488 Tidak Normal H0 ditolak

Tabel 11 terlihat nilai Zhitung yang memperoleh pembelajaran konvensional


diperoleh sebesar -5,488. Kemudin asymp. dengan pendekatan kontekstual.
Sig (2-tailed) sebesar 0,000. Karena 4. Analisis Data Angket Kemampuan
pengujian yang dilakukan merupakan uji Disposisi Matematis Kelas
pihak kanan, maka nilai Eksperimen
maka H0 ditolak artinya Analisis data angket dilakukan
dengan cara menentukan presentase
kemampuan pemecahan matematis siswa
jawaban responden/siswa untuk masing-
yang memperoleh pembelajaran TTW
masing item/pertanyaan dalam angket yang
dengan pendekatan kontekstual memiliki
selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
peningkatan yang signifikan (lebih baik)
Presentase yang diperoleh pada masing-
dibandingkan dengan siswa yang
masing pertanyaan, kemudian ditafsirkan
berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 12. Kriteria Penafsiran Presentase Jawaban Angket
Kriteria Penafsiran
P = 0% Tak Seorang pun
0% < P < 25% Sebagian Kecil
25% ≤ P < 50% Hampir Setengahnya
P = 50% Setengahnya
50% < P < 75% Sebagian Besar
75% ≤ P < 100% Hampir Seluruhnya
P = 100% Seluruhnya

Penentuan presentase jawaban siswa secara keseluruhan pertanyaan dalam


untuk masing-masing item dan rata-rata angket dengan menggunakan excel.

274
Hanifah Nurus Sofiany dan Ipah Syarifatul Hijjah AS

Tabel 13. Rekapitulasi Angket Disposisi Matematika Kelas Eksperimen


Persentase Hasil Jawaban Angket Nilai % Penafsiran
Sebelum perlakuan 33% Hampir Setengahnya
Setelah perlakuan 51% Sebagian Besar

Tabel 4.2 menunjukan bahwa hasil yang mendekati batas kriteria


presentase rata-rata disposisi matematis setengahnya yang artinya kemungkinkan
siswa meningkat sebesar 18 %. Artinya kemampuan disposisi matematika siswa
setengahnya siswa telah memiliki disposisi dalam kelas eksperimen berimbang antara
matematis. Meskipun demikian disposisi siswa yang memiliki disposisi matematika
matematis siswa masih perlu ditingkatkan yang baik dengan siswa yang disposisi
karena 51% dapat kita tafsirkan sebagai matematika yang rendah.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan berikut: (1) Strategi TTW dengan
pengolahan data pada keseluruhan tahapan pendekatan kontekstual hendaknya menjadi
penelitian dengan mengacu pada rumusan alternatif strategi pembelajaran bagi guru
masalah yang dikemukakan pada SMP/ MTs khususnya dalam
pendahuluan, maka dapat diambil meningkatkan kemampuan pemecahan
kesimpulan: (1) Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. (2) Untuk
masalah matematis siswa yang menerapkan pembelajaran dengan
pembelajarannya menggunakan strategi pembelajaran TTW dengan pendekatan
TTW dengan pendekatan kontekstual lebih kontekstual, sebaiknya guru membuat
baik daripada siswa yang pembelajarannya sebuah skenario dan perencanaan yang
menggunakan model pembelajaran lebih baik, sehingga pembelajaran TTW
konvensional dengan pendekatan dengan pendekatan kontekstual dapat
kontekstual. (2) Peningkatan kemampuan diterapkan. (3) Perlu dilakukan penelitian
pemecahan masalah matematis siswa yang lanjutan, untuk melihat keefektifan
pembelajarannya menggunakan strategi penerapan model pembelajaran TTW
TTW dengan pendekatan kontekstual lebih dengan pendekatan kontekstual pada semua
baik daripada siswa yang pembelajarannya kategori sekolah dengan peringkat baik. (4)
menggunakan model pembelajaran Agar pembelajaran TTW dengan
konvensional dengan pendekatan pendekatan kontekstual tidak asing bagi
kontekstual. (3) Kemampuan disposisi siswa dan mudah diterapkan, sebaiknya dari
matematis siswa yang pembelajarannya mulai tingkat sekolah dasar sudah mulai
menggunakan strategi TTW dengan diperkenalkan dengan memilih materi yang
pendekatan kontekstual memiliki sesuai dengan karakteristik strategi
peningkatan berdasarkan persentasi rata- pembelajaran TTW dengan pendekatan
rata dengan kategori hampir setengahnya kontekstual. (5) Perlunya pengembangan
namun masih perlu ditingkatkan karena disposisi matematis pada siswa yang dapat
mendekati batas criteria setengahnya. dilakukan menggunakan TTW dengan
Kesimpulan yang dikemukakan di pendekatan kontekstual disetiap materi
atas memberikan rekomendasi sebagai yang sesuai.

275
Penggunaan Strategi Think Talk Write

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Tersedia:


Jakarta: PT Rineka Cipta. http://www.kajianpustaka.com/201
4/02/model pembelajaran-
Hendriana & Soemarmo. (2014). Penilaian kooperatif-think. html [11 juni
Pembelajaran Matematika. Bandung: PT. 2016.
Refika Aditama
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
DePorter, B. (2010). Quantum Teaching. Kombinasi. Bandung : Alfabeta.
Bandung : Penerbit Kaifa.
Suherman, E. (2003), Pengertian
Permendiknas. (2006). Lampiran Peraturan Pembelajaran Kontekstual dan
Menteri Pendidikan Nasional Komponennya. [Online]. Tersedia:
Republik Indonesia Nomor 22 http://www.sekolahdasar.net/
Tahun 2006 Tentang Standar Isi. 2011/06/pengertian-pembelajaran-
Jakarta: BSNP. kontekstual. [Tidak Tersedia]

Riadi&Muchlisin. (2014). Model Soemarmo, U. (2007). Pembelajaran


Pembelajaran Kooperatif Think- Matematika. Bandung: Universitas
Talk Write (TTW). [online]. Pendidikan Indonesia Press.

276

You might also like