Professional Documents
Culture Documents
706 2873 1 PB
706 2873 1 PB
Abstract: Since 2015 source of village income increased, it was because getting
allocations from the central government called (the village fund). However, the
budgetary funds provided for Posyandu as one of the basic services in the village
center was still low, while there are many health problems that occur. This is
possible because of the lack of concern for the government in improving the
utilization of the village fund for Posyandu. This study aims to determined the
government’s role in the preparation of the budget for the development of health
programs in the Posyandu. This study used a qualitative method by which data
were obtained from 4 (four)- depth interviews with the village chief. The results
showed that interpersonal’s role in participation and evaluation budgetary had
not been good. This is indicated by the exclusion of Posyandu cadres in the
preparation of the budget in one of the villages and the lack of coordination in
evaluating the budget in several villages. The village chief related to
informational’s role in the preparation of the budget was also not optimal, it was
indicated by the complaints of cadres in Posyandu who felt the village chief did
not find out about the clarity of targets, difficulty of targets, and evaluation of the
existing budget in Posyandu. In a decisional’s role was also not going optimally,
as indicated by the complains of the secretary of the village who said in decision-
making related to difficulty of targets and evaluation of budgets submitted to him.
Where the village chief should also be required to had decision making skills in
solving problems that exist within the organization he leads. This is expected
village chief can improve coordination and good communication both with the
village secretary and cadres in order to avoid misunderstandings and differences
of perception related to the budget given to Posyandu.
75
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
76
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
77
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
melakukan koordinasi dengan pihak tidak ada evaluasi dari Kepala Desa.
Posyandu baik secara langsung Salah satu Sekretaris Desa juga
dengan Kader Posyandu maupun menjelaskan bahwa dalam evaluasi
melalui perantara Bidan Desa dan anggaran, Kepala Desa tidak terlibat
Perangkat Desa. Koordinasi dilakukan bahkan untuk SPJ hanya tanda tangan
untuk membahas kebutuhan, sasaran dan tidak pernah mencari tahu
maupun kegiatan di Posyandu. kebenaran dari evaluasi yang
Disamping untuk membahas kegiatan dilakukan oleh perangkat.
rutin Posyandu, salah satu desa juga Evaluasi anggaran dilakukan untuk
melakukan koordinasi untuk menelusuri penyimpangan atas
membahas masalah maupun program anggaran ke departemen yang
tertentu yang membutuhkan anggaran bersangkutan dan digunakan sebagai
dari desa. dasar untuk penilaian kinerja
11
Dalam menyelesaikan kesulitan departemen. Dalam melakukan
sasaran anggaran yang dirasakan evaluasi juga dibutuhkan suatu
Kader Posyandu, setiap Kepala Desa koordinasi, namun terkadang pada
juga memiliki cara yang berbeda-beda kenyataannya masih ditemukan
dalam menyelesaikan maupun dalam berbagai masalah yang menyebabkan
melibatkan pihak lain. Akan tetapi, kurang efektifnya koordinasi. Beberapa
dalam mencari masukan untuk hal yang bisa menjadi hambatan
menyelesaikan kesulitan yang dalam melakukan koordinasi
dirasakan Posyandu sebagian besar diantaranya, kurangnya kemampuan
Kepala Desa menggunakan cara yang dari pimpinan untuk menjalankan
sama yaitu dengan musyawarah. koordinasi yang disebabkan oleh
Dalam hal ini, sebagai pemimpin kurangnya kecakapan, wewenang dan
Kepala Desa bertanggung jawab atas kewibawaan, selanjutnya masih
segala sesuatu yang dikerjakan kurangnya komunikasi diantara
bawahannya. Secara formal, pimpinan dan bawahan untuk saling
organisasi hanya menyediakan tukar menukar informasi dan
sejumlah kewenangan, namun menciptakan pengertian satu sama
kepemimpinanlah yang menentukan lain untuk kelancaran pelaksanaan
sejauh mana kekuasaan yang tersedia kerjasama.12
akan dimanfaatkan.9 Dengan diberikannya anggaran
Berkaitan dengan evaluasi dana untuk Posyandu, sebagian besar
anggaran yang dilakukan oleh Kepala desa hanya meminta umpan balik
Desa kepada Posyandu, evaluasi dalam bentuk SPJ yang berupa nota-
dilakukan Kepala Desa dengan nota pembelian dari anggaran yang
melibatkan Perangkat Desa. Dimana diberikan kepada Posyandu sebagai
evaluasi dilakukan oleh seluruh Kepala bentuk pertanggungjawaban dari pihak
Desa dengan menyesuaikan laporan Posyandu. Hal ini dilakukan oleh
SPJ dengan perencanaan Kepala Desa untuk mengetahui bahwa
sebelumnya, evaluasi tersebut anggaran untuk Posyandu sudah
dilakukan oleh Kepala Desa setiap diberikan dan sudah digunakan. Dalam
setahun sekali. Selain dari SPJ, hal ini, umpan balik anggaran
sebagian besar Kepala Desa juga digunakan untuk mengukur aktivitas-
melakukan evaluasi dengan bertanya aktivitas yang telah dilaksanakan yang
dan komunikasi dengan Bidan Desa memudahkan organisasi untuk
maupun Kader Posyandu. Pernyataan menyusun target anggaran. Umpan
dari Kepala Desa tersebut ditolak oleh balik terhadap sasaran anggaran yang
seluruh Kader posyandu yang merasa dicapai merupakan hal yang penting
78
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
79
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
diberikan oleh Posyandu. Sebagian bahwa semua kader bisa datang dan
besar dari Kepala Desa juga semangat karena adanya rangkulan
mengungkapkan sebenarnya tidak ada dari Bidan Desa bukan karena
monitoring secara resmi dan rutin yang anggaran dari desa maupun Kepala
dilakukan Kepala Desa terhadap Desa.
anggaran di Posyandu. Hal tersebut Salah satu proses terakhir
dikarenakan mengingat tugas dari komunikasi menurut Argiris yaitu
Kepala Desa yang tidak selalu ada umpan balik dari penerima. Setelah
dikantor dan adanya acara lain yang mendapat pesan, penerima
dimiliki oleh Kepala Desa. memberikan respon berupa umpan
Dalam melakukan monitoring, salah balik. Dalam hal ini, umpan balik bisa
satu Kepala Desa hanya melakukan bersifat positif maupun negatif.14 Dari
pengawasan melalui pengamatan dari hasil penelitian bisa dilihat bahwa
jauh, karena menurutnya Posyandu Kader Posyandu tidak memberikan
sudah tahu kewajibannya dan yang umpan balik kepada Kepala Desa
harus dilakukannya, sehingga tidak dimungkinkan karena kurangnya
ada lagi yang perlu ditinjau. Hal komunikasi diantara Kepala Desa dan
tersebut ternyata mengakibatkan pihak Posyandu.
persepsi lain dari Kader posyandu.
Dimana Kader Posyandu merasa Peran Decisional Kepala Desa
Kepala Desa tidak mengurus kegiatan dalam Penyusunan Anggaran
perempuan, karena tidak pernah Seorang pemimpin memainkan
datang ke Posyandu, untuk peran utama dalam proses pembuatan
menanyakan sasarannya juga jarang, keputusan. Hal ini didasari karena
bahkan Kepala Desa juga seakan wewenang dan kedudukan formalnya
kurang rela jika Posyandu sebagai pusat syaraf organisasi, dan
mendapatkan dana yang banyak. hanya dia yang bisa mengambil
Menurut Henry Mintzberg, pemimpin keputusan yang bersifat stategis.9
memiliki jaringan kontak pribadi yang Dalam pembuatan keputusan
sangat luas, sehingga pemimpin dapat terkait anggaran yang akan
melakukan pengawasan dari berbagai dialokasikan untuk semua lembaga
pihak pada suatu kegiatan. yang ada di desa termasuk Posyandu
Pengawasan bisa berupa data dimulai dari musrenbangdes,
langsung maupun tidak langsung yang kemudian usulan yang didapatkan dari
berguna untuk kepentingan musyawarah tersebut oleh mayoritas
organisasi.9 Kepala Desa ditampung dahulu untuk
Dari adanya anggaran dana yang diprioritaskan, dianalisis dan
diberikan ke Posyandu, sebagian dirumuskan bersama Perangkat Desa
besar Kepala Desa menyampaikan dan lembaga desa untuk menjadi RKP
harapannya sebagai tujuan dari Desa. Setelah selesai, dirapatkan lagi
diberikannya anggaran kepada sampai mengerucut menjadi RAPBDes
posyandu secara langsung. Disamping dan APBDes. Penetapan dan
itu, salah satu Kepala Desa tidak persetujuan APBDes dilakukan
menyampaikan harapan yang pemerintah desa dengan rapat
dimilikinya dengan adanya anggaran bersama BPD untuk diputuskan dan
dana yang diberikan kepada Posyandu ditandatangani oleh Kepala Desa dan
karena beranggapan kalau Kader BPD. Hal tersebut sesuai dengan
Posyandu sudah tahu dengan tupoksi Undang-undang no 6 tahun 2014
kerjanya. Hal tersebut menimbulkan tentang Desa dan peraturan menteri
persepsi di dalam diri Kader Posyandu dalam negeri nomor 113 tahun 2014
80
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
81
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
82
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
83
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
84