Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENYUSUNAN


ANGGARAN DANA DESA UNTUK PENGEMBANGAN PROGRAM
KESEHATAN DI POSYANDU KECAMATAN SRENGAT
KABUPATEN BLITAR

Linda Ismawati, Ayun Sriatmi, Eka Yunila Fatmasari


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: lindhaisma@gmail.com

Abstract: Since 2015 source of village income increased, it was because getting
allocations from the central government called (the village fund). However, the
budgetary funds provided for Posyandu as one of the basic services in the village
center was still low, while there are many health problems that occur. This is
possible because of the lack of concern for the government in improving the
utilization of the village fund for Posyandu. This study aims to determined the
government’s role in the preparation of the budget for the development of health
programs in the Posyandu. This study used a qualitative method by which data
were obtained from 4 (four)- depth interviews with the village chief. The results
showed that interpersonal’s role in participation and evaluation budgetary had
not been good. This is indicated by the exclusion of Posyandu cadres in the
preparation of the budget in one of the villages and the lack of coordination in
evaluating the budget in several villages. The village chief related to
informational’s role in the preparation of the budget was also not optimal, it was
indicated by the complaints of cadres in Posyandu who felt the village chief did
not find out about the clarity of targets, difficulty of targets, and evaluation of the
existing budget in Posyandu. In a decisional’s role was also not going optimally,
as indicated by the complains of the secretary of the village who said in decision-
making related to difficulty of targets and evaluation of budgets submitted to him.
Where the village chief should also be required to had decision making skills in
solving problems that exist within the organization he leads. This is expected
village chief can improve coordination and good communication both with the
village secretary and cadres in order to avoid misunderstandings and differences
of perception related to the budget given to Posyandu.

Keywords : Posyandu (IHC), Village Fund, The Village Governmental’s role


Bibliography : 61 (1979-2015)

PENDAHULUAN dialokasikan untuk 33 provinsi di


Sejak tahun 2015 sumber Indonesia sebagai wujud dari
pendapatan desa bertambah. Desa pemenuhan hak desa untuk
mendapatkan dana dari pemerintah menyelenggarakan otonominya.1,2
pusat yang bersumber dari Anggaran Otonomi daerah yang dilakukan oleh
dan Pendapatan Belanja Negara setiap desa diharapkan dapat
(APBN) yang disebut Dana Desa.1 meningkatkan pembangunan termasuk
Tahun 2015 sebanyak Rp meningkatnya kualitas kehidupan
20.766.200.000.000 dana desa manusia yang dilihat dari Indeks

75
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pembangunan Manusia (IPM) setiap yaitu Posyandu yang bergerak


daerah. Pengukuran IPM dibidang promotif dan preventif.
menggunakan indeks dasar kualitas Data dari BAPEMAS menunjukkan
hidup mulai dari kesehatan, pendidikan bahwa dari 12 desa di Kecamatan
hingga standar hidup layak. Nilai IPM Srengat, hanya ada dua desa yang
Indonesia pada tahun 2015 yaitu menggunakan dana desanya untuk
69,55.3 pengelolaan dan pembinaan Posyandu
Anggaran Dana Desa Kabupaten yaitu Desa Ngaglik dan Desa
Blitar tahun 2015 sebesar Rp Pakisrejo. Anggaran yang diberikan ke
62.103.692.000 yang dialokasikan Posyandu juga masih rendah yaitu
untuk 220 desa. Indeks Pembangunan Desa Ngaglik sebesar 2,12% dan
Manusia Kabupaten Blitar pada tahun Desa Pakisrejo sebesar 3,68% dari
2014 dibawah IPM Jawa Timur (68,14) dana desa yang diterimanya.
dan terendah kedua se Eks Tiga dari 12 desa di Kecamatan
Karesidenan Kediri dengan nilai Srengat menunjukkan bahwa masih
66,88.4 Tahun 2015 IPM Kabupaten ditemui masalah kesehatan yang
Blitar meningkat menjadi 68,13, tetapi cukup serius, yaitu adanya kematian
nilai tersebut ternyata masih dibawah bayi maupun ibu dan masalah gizi
nilai IPM Jawa Timur.5 pada balita. Informasi yang didapatkan
Kecamatan Srengat merupakan dari Desa Ngaglik diketahui bahwa
salah satu Kecamatan di Kabupaten terdapat 7 Posyandu di Desa Ngaglik
Blitar yang mendapatkan alokasi Dana dan selama tahun 2015 terjadi 1 kasus
Desa cukup tinggi namun juga kematian ibu serta 2 kasus gizi kurang
merupakan salah satu kecamatan pada balita. Di Desa Pakisrejo terdapat
yang paling lambat dalam 4 Posyandu dan selama tahun 2015
pengumpulan berkas persyaratan terjadi 1 kasus gizi buruk pada balita.
Dana Desa.6 Dana Desa yang Selain itu, Kader Posyandu
didapatkan Kecamatan Srengat pada mengatakan dana yang diberikan desa
tahun 2015 sebesar 3.319.195.000 untuk Posyandu selama ini masih
untuk dialokasikan ke 12 desa. Data kurang untuk menjalankan
dari Dinkes menunjukkan bahwa pada programnya, apalagi anggaran yang
tahun 2015 terdapat kasus kematian diberikan ke Posyandu masih dipotong
ibu tertinggi sebanyak tiga kasus dan PPH sebesar 3% dan PPN sebesar
kasus gizi buruk tertinggi ketiga 10%. Sedangkan Desa Bagelenan
dengan jumlah 25 kasus di Kecamatan sebagai desa yang tidak
Srengat. memanfaatkan dana desanya untuk
Salah satu prioritas penggunaan Posyandu, didapatkan informasi
dana desa untuk pembangunan desa bahwa Desa Bagelenan memiliki 4
melalui pemenuhan kebutuhan dasar Posyandu dan selama tahun 2015
yang didalamnya termasuk untuk terdapat 3 kasus gizi buruk, 4 kasus
pembinaan dan pengelolaan UKBM gizi kurang pada balita, dan pada awal
serta pendidikan anak usia dini.7 tahun 2016 terdapat 1 kasus kematian
Dalam renstra Kementerian Kesehatan bayi.
RI juga dijelaskan bahwa minimal 10% Berdasarkan latar belakang yang
dari dana desa dimanfaatkan untuk telah diuraikan diatas, maka yang
UKBM yang ada di desa.8 Namun dapat diteliti yaitu “Analisis peran
kenyataannya di Kecamatan Srengat, pemerintah desa dalam penyusunan
seluruh dana desa masih difokuskan anggaran dana desa untuk
untuk pembangunan sarana dan pengembangan program kesehatan di
prasarana. Salah satu bentuk UKBM

76
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Posyandu Kecamatan Srengat Peran Interpersonal Kepala Desa


Kabupaten Blitar”. dalam Penyusunan Anggaran
Dalam peran interpersonal, seorang
METODE PENELITIAN pemimpin (manager) dituntut untuk
Penelitian ini merupakan melaksanakan tugas-tugas yang
penelitian yang menggunakan metode melibatkan semua karyawan yang ada
kualitatif melalui wawancara didalam dan luar organisasi dan tugas
mendalam kepada 4 (empat) Kepala lain yang sifatnya seremonial atau
Desa di Kecamatan Srengat simbolis.9 Peran interpersonal dalam
Kabupaten Blitar. Pemilihan subyek partisipasi anggaran ditunjukkan oleh
menggunakan teknik purposive, sebagian besar desa dengan
dengan kriteria desa yang melibatkan perwakilan dari Kader
mendapatkan alokasi dana desa Posyandu, ketua PKK dan Bidan Desa
terbesar dan terkecil, serta memiliki dalam penyusunan anggaran. Hal
masalah kesehatan (kematian bayi, tersebut dilakukan oleh Kepala Desa
kematian ibu, dan gizi). Data kemudian agar dari pihak Posyandu bisa
dianalisis menggunakan analisis isi mengusulkan kebutuhannya secara
untuk mengcrosschek informasi yang langsung, mengetahui anggaran yang
disampaikan oleh informan utama diterimanya dan semua kegiatan yang
dengan informasi dari informan dianggarkan oleh desa. Akan tetapi,
triangulasi. ada desa yang hanya mengundang
Bidan Desa sebagai perwakilan dari
HASIL DAN PEMBAHASAN pihak Posyandu dan tidak
Karakteristik Informan mengundang Kader Posyandu.
Informan utama dalam penelitian ini Dimana dari segi kecukupan anggaran
yaitu empat Kepala Desa dengan usia dana di desa yang tidak melibatkan
yang beragam, dengan kisaran usia Kader Posyandu, didapatkan informasi
38-60 tahun. Sedangkan dari latar dari Kader Posyandu bahwa anggaran
pendidikan, dua informan utama yang diberikan tidak mencukupi
memiliki tingkat pendidikan SMA dan dengan sasarannya.
dua lainnya S1. Masing-masing Keterlibatan Kader Posyandu dalam
informan sudah menjabat sebagai penyusunan anggaran sangat penting
Kepala Desa berkisar antara 3-9 karena Kader Posyandu merupakan
tahun. orang yang melaksanakan kegiatan di
Sedangkan untuk informan Posyandu, serta yang mengetahui
triangulasi terdiri dari empat Sekretaris masalah dan kebutuhan di Posyandu.
Desa dan empat Kader Posyandu Adanya partisipasi dari Kader dapat
dengan umur yang bervariasi, yaitu memberikan pertukaran informasi yang
dalam kisaran umur 33-53 tahun. lebih efektif dan meningkatkan
Tingkat pendidikan mayoritas informan motivasi Kader Posyandu. Selain itu,
triangulasi SMA sebanyak 4 informan, adanya partisipasi dari pelaksana
SMP sebanyak 2 informan, SD 1 program akan didapatkan suatu
informan dan S1 juga 1 informan. perkiraan anggaran yang lebih akurat
Masing-masing informan triangulasi daripada perkiraan yang disiapkan
memiliki masa kerja berkisar antara 3- oleh manajer level atas yang memiliki
24 tahun. pengetahuan kurang detail mengenai
kegiatan sehari-hari.10
Terkait koordinasi dalam penentuan
sasaran anggaran di Posyandu,
diketahui bahwa seluruh desa sudah

77
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

melakukan koordinasi dengan pihak tidak ada evaluasi dari Kepala Desa.
Posyandu baik secara langsung Salah satu Sekretaris Desa juga
dengan Kader Posyandu maupun menjelaskan bahwa dalam evaluasi
melalui perantara Bidan Desa dan anggaran, Kepala Desa tidak terlibat
Perangkat Desa. Koordinasi dilakukan bahkan untuk SPJ hanya tanda tangan
untuk membahas kebutuhan, sasaran dan tidak pernah mencari tahu
maupun kegiatan di Posyandu. kebenaran dari evaluasi yang
Disamping untuk membahas kegiatan dilakukan oleh perangkat.
rutin Posyandu, salah satu desa juga Evaluasi anggaran dilakukan untuk
melakukan koordinasi untuk menelusuri penyimpangan atas
membahas masalah maupun program anggaran ke departemen yang
tertentu yang membutuhkan anggaran bersangkutan dan digunakan sebagai
dari desa. dasar untuk penilaian kinerja
11
Dalam menyelesaikan kesulitan departemen. Dalam melakukan
sasaran anggaran yang dirasakan evaluasi juga dibutuhkan suatu
Kader Posyandu, setiap Kepala Desa koordinasi, namun terkadang pada
juga memiliki cara yang berbeda-beda kenyataannya masih ditemukan
dalam menyelesaikan maupun dalam berbagai masalah yang menyebabkan
melibatkan pihak lain. Akan tetapi, kurang efektifnya koordinasi. Beberapa
dalam mencari masukan untuk hal yang bisa menjadi hambatan
menyelesaikan kesulitan yang dalam melakukan koordinasi
dirasakan Posyandu sebagian besar diantaranya, kurangnya kemampuan
Kepala Desa menggunakan cara yang dari pimpinan untuk menjalankan
sama yaitu dengan musyawarah. koordinasi yang disebabkan oleh
Dalam hal ini, sebagai pemimpin kurangnya kecakapan, wewenang dan
Kepala Desa bertanggung jawab atas kewibawaan, selanjutnya masih
segala sesuatu yang dikerjakan kurangnya komunikasi diantara
bawahannya. Secara formal, pimpinan dan bawahan untuk saling
organisasi hanya menyediakan tukar menukar informasi dan
sejumlah kewenangan, namun menciptakan pengertian satu sama
kepemimpinanlah yang menentukan lain untuk kelancaran pelaksanaan
sejauh mana kekuasaan yang tersedia kerjasama.12
akan dimanfaatkan.9 Dengan diberikannya anggaran
Berkaitan dengan evaluasi dana untuk Posyandu, sebagian besar
anggaran yang dilakukan oleh Kepala desa hanya meminta umpan balik
Desa kepada Posyandu, evaluasi dalam bentuk SPJ yang berupa nota-
dilakukan Kepala Desa dengan nota pembelian dari anggaran yang
melibatkan Perangkat Desa. Dimana diberikan kepada Posyandu sebagai
evaluasi dilakukan oleh seluruh Kepala bentuk pertanggungjawaban dari pihak
Desa dengan menyesuaikan laporan Posyandu. Hal ini dilakukan oleh
SPJ dengan perencanaan Kepala Desa untuk mengetahui bahwa
sebelumnya, evaluasi tersebut anggaran untuk Posyandu sudah
dilakukan oleh Kepala Desa setiap diberikan dan sudah digunakan. Dalam
setahun sekali. Selain dari SPJ, hal ini, umpan balik anggaran
sebagian besar Kepala Desa juga digunakan untuk mengukur aktivitas-
melakukan evaluasi dengan bertanya aktivitas yang telah dilaksanakan yang
dan komunikasi dengan Bidan Desa memudahkan organisasi untuk
maupun Kader Posyandu. Pernyataan menyusun target anggaran. Umpan
dari Kepala Desa tersebut ditolak oleh balik terhadap sasaran anggaran yang
seluruh Kader posyandu yang merasa dicapai merupakan hal yang penting

78
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk memberikan motivasi kepada Kader jika bertanya kepada Kepala


manajer.11 Desa.
Informasi terkait kesulitan sasaran
Peran Informasional Kepala Desa anggaran yang dirasakan oleh pihak
dalam Penyusunan Anggaran posyandu diketahui Kepala Desa dari
Peran informasional dilakukan laporan yang diberikan pihak
Kepala Desa dalam penyusunan Posyandu sendiri dan adapula yang
anggaran, dimana peran tersebut langsung bertanya kepada pihak
digunakan untuk memperoleh Posyandu. Meskipun adapula Kepala
informasi yang akan dijadikan dasar desa yang tidak mencari tahu sendiri
pertimbangan dalam memberikan terkait kesulitan sasaran anggaran di
anggaran dana untuk Posyandu. Posyandu dan hanya menunggu
Informasi didapatkan Kepala desa dari laporan saja dengan alasan yang
perbincangan, komunikasi, dan berbeda antara kedua kepala Desa.
laporan yang disampaikan oleh Kenyataannya, salah satu Kader
anggota internal desa maupun Posyandu mengatakan tidak pernah
eksternal. Hal tersebut dilakukan ditanya dan tidak melapor kepada
seorang pemimpin untuk mengetahui Kepala Desa terkait kesulitan sasaran
persoalan yang ada dilingkungannya anggaran yang dialaminya. Hal
dan tahu kapan suatu informasi harus tersebut dilakukan Kader Posyandu
diberikan untuk keperluan pembuatan karena merasa takut untuk
keputusan.9 mengatakan situasi yang dialaminya
Dalam penyusunan anggaran, kepada Kepala Desa dan lebih memilih
Kepala desa juga menyampaikan untuk bicara dengan Bidan Desa
sasaran, sumber dana, dan besaran termasuk jika ada kesulitan dana di
anggaran yang didapatkan oleh posyandu.
posyandu secara langsung maupun Salah satu arus komunikasi yang
dengan perantara perangkat desa. Hal terjadi dalam organisasi formal yaitu
tersebut dilakukan sebagian besar arus horizontal (lateral atau silang).
Kepala Desa agar pihak Posyandu Dimana komunikasi tersebut
mengetahui dana yang didapatkan dan merupakan arus pengiriman dan
sasarannya. Dimana untuk penerimaan pesan yang terjadi antara
mengetahui mengenai kejelasan dan pimpinan dan bawahan.13 Jika dilihat
kepahaman Kader Posyandu terhadap dari hasil temuan, komunikasi
informasi yang disampaikannya horizontal antara Kepala Desa dan
tersebut, masing-masing Kepala Desa Kader Posyandu belum berjalan
memiliki cara yang berbeda-beda lancar. Dimana Kepala Desa hanya
mulai dari bertanya langsung sampai menerima laporan saja tanpa
melihat kesesuaian antara laporan berusaha untuk mencari tahu,
dengan aplikasi yang dilakukan oleh sedangkan dari Pihak Posyandu juga
Posyandu. Akan tetapi, salah satu tidak berani untuk menyampaikan
Kader Posyandu mengatakan Kepala langsung kepada Kepala Desa terkait
desa tidak pernah menanyakan kesulitannya.
kepahaman dari Kader Posyandu Monitoring terhadap anggaran yang
terkait informasi yang disampaikan. diterima oleh Posyandu dilakukan oleh
Dari pihak Kader sendiri juga tidak Kepala Desa dengan mendatangi
berani bertanya langsung kepada langsung pada saat kegiatan
Kepala Desa jika ada yang belum Posyandu. Kegiatan monitoring
dimengerti. Hal tersebut dikarenakan tersebut dilakukan Kepala Desa untuk
adanya ketakutan yang dirasakan oleh melihat pelayanan dan makanan yang

79
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

diberikan oleh Posyandu. Sebagian bahwa semua kader bisa datang dan
besar dari Kepala Desa juga semangat karena adanya rangkulan
mengungkapkan sebenarnya tidak ada dari Bidan Desa bukan karena
monitoring secara resmi dan rutin yang anggaran dari desa maupun Kepala
dilakukan Kepala Desa terhadap Desa.
anggaran di Posyandu. Hal tersebut Salah satu proses terakhir
dikarenakan mengingat tugas dari komunikasi menurut Argiris yaitu
Kepala Desa yang tidak selalu ada umpan balik dari penerima. Setelah
dikantor dan adanya acara lain yang mendapat pesan, penerima
dimiliki oleh Kepala Desa. memberikan respon berupa umpan
Dalam melakukan monitoring, salah balik. Dalam hal ini, umpan balik bisa
satu Kepala Desa hanya melakukan bersifat positif maupun negatif.14 Dari
pengawasan melalui pengamatan dari hasil penelitian bisa dilihat bahwa
jauh, karena menurutnya Posyandu Kader Posyandu tidak memberikan
sudah tahu kewajibannya dan yang umpan balik kepada Kepala Desa
harus dilakukannya, sehingga tidak dimungkinkan karena kurangnya
ada lagi yang perlu ditinjau. Hal komunikasi diantara Kepala Desa dan
tersebut ternyata mengakibatkan pihak Posyandu.
persepsi lain dari Kader posyandu.
Dimana Kader Posyandu merasa Peran Decisional Kepala Desa
Kepala Desa tidak mengurus kegiatan dalam Penyusunan Anggaran
perempuan, karena tidak pernah Seorang pemimpin memainkan
datang ke Posyandu, untuk peran utama dalam proses pembuatan
menanyakan sasarannya juga jarang, keputusan. Hal ini didasari karena
bahkan Kepala Desa juga seakan wewenang dan kedudukan formalnya
kurang rela jika Posyandu sebagai pusat syaraf organisasi, dan
mendapatkan dana yang banyak. hanya dia yang bisa mengambil
Menurut Henry Mintzberg, pemimpin keputusan yang bersifat stategis.9
memiliki jaringan kontak pribadi yang Dalam pembuatan keputusan
sangat luas, sehingga pemimpin dapat terkait anggaran yang akan
melakukan pengawasan dari berbagai dialokasikan untuk semua lembaga
pihak pada suatu kegiatan. yang ada di desa termasuk Posyandu
Pengawasan bisa berupa data dimulai dari musrenbangdes,
langsung maupun tidak langsung yang kemudian usulan yang didapatkan dari
berguna untuk kepentingan musyawarah tersebut oleh mayoritas
organisasi.9 Kepala Desa ditampung dahulu untuk
Dari adanya anggaran dana yang diprioritaskan, dianalisis dan
diberikan ke Posyandu, sebagian dirumuskan bersama Perangkat Desa
besar Kepala Desa menyampaikan dan lembaga desa untuk menjadi RKP
harapannya sebagai tujuan dari Desa. Setelah selesai, dirapatkan lagi
diberikannya anggaran kepada sampai mengerucut menjadi RAPBDes
posyandu secara langsung. Disamping dan APBDes. Penetapan dan
itu, salah satu Kepala Desa tidak persetujuan APBDes dilakukan
menyampaikan harapan yang pemerintah desa dengan rapat
dimilikinya dengan adanya anggaran bersama BPD untuk diputuskan dan
dana yang diberikan kepada Posyandu ditandatangani oleh Kepala Desa dan
karena beranggapan kalau Kader BPD. Hal tersebut sesuai dengan
Posyandu sudah tahu dengan tupoksi Undang-undang no 6 tahun 2014
kerjanya. Hal tersebut menimbulkan tentang Desa dan peraturan menteri
persepsi di dalam diri Kader Posyandu dalam negeri nomor 113 tahun 2014

80
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

tentang Pengelolaan Keuangan Desa. pendekatan kombinasi antara


Sedangkan untuk penetapan besaran pendekatan top down dan bottom
dana untuk Posyandu, mayoritas down. Dimana menurut Brownell,
Kepala Desa menggunakan pedoman pendekatan tersebut merupakan
pembuatan APBDes, dimana 70% pendekatan yang paling efektif dalam
untuk fisik dan 30% untuk penyusunan anggaran.16
kelembagaan. Berkaitan dengan kesulitan pada
Berbeda dengan salah satu desa saat memutuskan sasaran anggaran
yang menyerahkan pembuatan dan besaran anggaran untuk
keputusan terkait penetapan sumber Posyandu, semua Kepala Desa
dan besaran dana untuk Posyandu mengungkapkan tidak ada kesulitan
kepada Sekretaris Desa, karena dalam menetapkannya. Hal tersebut
Kepala Desa tidak mau memegang tidak disetujui oleh salah satu
uang, hanya sekedar mengetahui dan Sekretaris Desa yang mengatakan ada
menyetujui rancangan yang sudah kesulitan dan Kepala Desa tidak
dibuat oleh Sekretaris Desa. Dalam mengetahui karena hanya menerima
pengelolaan dana di APBDes, Kepala laporan. Hal tersebut disebabkan
Desa bertugas sebagai PKPKD karena dari Sekretaris Desa berusaha
(Pemegang Kekuasaan Pengelolaan menyelesaikannya sendiri, karena
Keuangan Desa) dan Sekretaris Desa meskipun Kepala Desa mengetahui
sebagai koordinator PTPKD.15 kesulitan dalam menetapkan sasaran
Pembuatan keputusan terkait dan besaran dana tidak ada keputusan
sasaran anggaran untuk posyandu maupun pendapat yang disampaikan,
awalnya ditentukan oleh Posyandu melainkan sering melimpahkan kepada
terlebih dahulu sesuai dengan Sekretaris Desa untuk
kebutuhannya. Kemudian dari pihak menyelesaikannya. Henry Mintzberg
Posyandu mengusulkannya ke desa. mengungkapkan salah satu peran
Dari usulan yang diajukan oleh decisional pemimpin yaitu pengendali
Posyandu, masing-masing desa gangguan, dimana setiap organisasi
memiliki cara yang berbeda-beda tidak ada satupun yang berjalan
untuk memutuskan sasaran anggaran mulus. Gangguan bisa datang dari
tersebut, mulai dari dipadukan dengan suatu hal yang diluar jangkauan
rancangan yang sudah dibuat oleh pemimpin, sehingga selaku pemimpin
desa, dipertimbangkan dengan melihat ia harus mampu mengatasinya.9
kepentingan dan kebutuhan dari Begitupula dalam evaluasi
usulan, dan menganalisis dengan anggaran, keputusan yang diambil
melihat ada tidaknya dana yang Kepala Desa dipengaruhi oleh hasil
dimiliki oleh desa. Adapula desa yang yang didapatkan pada saat monitoring
sebelumnya sudah merancang evaluasi. Dimana jika hasilnya sudah
sasaran anggaran untuk Posyandu baik akan dibiarkan dan akan ada
terlebih dahulu, tetapi masih bisa tindakan dari Kepala Desa seandainya
berubah jika ada usulan dari pihak ditemukan suatu masalah. Akan tetapi,
Posyandu pada saat musyawarah. pernyataan tersebut tidak disetujui
Dimana usulan dari Posyandu akan oleh Sekretaris Desa yang
dipertimbangkan oleh desa dengan mengatakan tidak ada tindakan
BPD yang kemudian baru diputuskan maupun keputusan yang diberikan
untuk diberi atau tidak. Melihat proses oleh Kepala Desa setelah mengetahui
pembuatan keputusan yang dilakukan hasil dari monev di Posyandu, baik
Kepala Desa tesebut, dapat diketahui hasil tersebut menunjukkan ada
bahwa seluruh desa menggunakan masalah maupun tidak. Bahkan

81
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kepala Desa mengembalikan hasil perwakilan Kader Posyandu dari setiap


evaluasi tersebut kepada Sekretaris pos sebagai pelaksana dan pengelola
Desa. Salah satu keahlian yang keuangan di posyandu dalam
diperlukan seorang pemimpin yaitu penyusunan anggaran agar
ketrampilan pengambilan keputusan. didapatkan informasi yang lebih efektif
Dimana ketrampilan yang dimaksud dan akurat untuk menganggarkan
berkaitan dengan kemampuan dananya.
pemimpin untuk mengenali secara Peran informasional mayoritas
benar masalah dan kesempatan yang Kepala Desa belum berjalan optimal,
kemudian digunakan untuk memilih ditunjukkan dengan adanya keluhan
suatu tindakan yang sesuai untuk dari informan triangulasi yang merasa
memecahkan masalah dan Kepala Desa tidak mencari tahu
memanfaatkan kesempatan tersebut.17 mengenai paham tidaknya Kader
Dari adanya umpan balik yang terhadap sasaran, kesulitan sasaran
diberikan pihak Posyandu kepada anggaran dan bahkan beranggapan
pemerintah desa, sebagian desa bahwa untuk kegiatan Posyandu tidak
memberikan keputusannya berupa diurusi. Selain itu, terdapat desa yang
keinginan untuk menaikkan anggaran tidak menyampaikan tujuan dari
Posyandu di tahun berikutnya. diberikannya dana ke Posyandu
Adapula desa yang hanya memberi sehingga dari Kader posyandu merasa
ucapan terima kasih dan memberikan umpan balik yang diberikannya bukan
motivasi secara lisan. Adanya untuk pemerintah desa tetapi kepada
motivasi, bukan berarti menggantikan bidan desa. Melihat keluhan tersebut,
perencanaan, pengendalian, dan diharapkan dari pemerintah desa
pengorganisasian, tetapi untuk saling dapat meningkatkan komunikasi dan
mengisi. Salah satu jenis motivasi koordinasi dengan pihak Posyandu
yaitu motivasi positif. Dimana motivasi untuk mempermudah jalannya
tersebut merupakan proses informasi.
mempengaruhi orang lain dengan Peran decisional secara umum
memberikan tambahan tingkat sudah dilakukan dengan baik oleh
kepuasan tertentu, misalnya Kepala desa. Meskipun terdapat desa
memberikan promosi, tambahan yang menyerahkan pembuatan
penghasilan, dan sebagainya.18 keputusannya kepada Sekretaris
Desa. Selain itu, informan triangulasi
KESIMPULAN DAN SARAN juga mengatakan dalam kesulitan
Peran interpersonal Kepala Desa sasaran dan evaluasi anggaran Kepala
belum berjalan dengan baik, Desa tidak melakukan perannya
ditunjukkan dengan adanya keluhan sebagai pengendali gangguan tetapi
dari informan triangulasi yang merasa menyerahkan kepada Sekretaris Desa
tidak ada evaluasi yang dilakukan terutama terkait anggaran. Selain
Kepala Desa, bahkan sampai SPJ meningkatkan komunikasi dengan
Kepala Desa hanya sekedar Posyandu, sebaiknya dari pemerintah
tandatangan saja. Selain itu, dalam desa juga memperbaiki komunikasi di
partisipasi anggaran terdapat desa dalam organisasinya terlebih dahulu
yang tidak melibatkan Kader Posyandu agar dapat meningkatkan koordinasi,
sehingga dalam kecukupan anggaran pembagian informasi, pembagian
dirasa kurang dengan sasaran yang tugas antar perangkat.
ada di Posyandu. Maka dari itu Disamping itu semua, diharapkan
disarankan agar dalam penyusunan desa dapat melakukan monitoring
anggaran, desa dapat melibatkan maupun evaluasi secara langsung

82
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

terutama dengan melihat kecukupan Tahun 2015. Kabupaten Blitar,


anggaran yang ada di Posyandu, agar 2015.
didapatkan gambaran yang lebih 7. Peraturan Menteri Desa,
akurat daripada hanya melalui SPJ Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan dapat meningkatkan hubungan Dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun
interpersonal Kepala Desa dengan 2015 Tentang Penetapan Prioritas
pihak luar. Penggunaan Dana Desa Tahun
Diharapkan juga dari pihak 2015
Posyandu jika dalam penyampaian 8. Kementerian Kesehatan RI.
informasi tidak berani berbicara Rencana Strategis Kementerian
langsung, mungkin dalam menuliskan Kesehatan Tahun 2015-2019.
proposal kegiatan yang membutuhkan Jakarta: Kementerian Kesehatan
dana dari desa dapat dituliskan juga RI, 2015.
catatan-catatan yang dirasakan 9. Sarwono, sarlito wirawan.
Posyandu selama ini, agar dari Psikologi sosial: psikologi
pemerintah desa juga mengetahui kelompok dan psikologi terapan.
gambaran dan kemauan dari Cetakan 3. Jakarta: balai Pustaka,
posyandu. 2005.
10. Garrison, Ray H., Eric W. Noreen.
DAFTAR PUSTAKA Akuntansi Manajerial. Buku 1, Alih
Bahsa A. Totok Bidisantoso.
1. Peraturan Bupati Blitar No 23
Jakarta: Salemba Empat, 2000.
Tahun 2015 Tentang Pedoman
11. Kenis, Izzetin. Effects of
Umum Dana Desa (DD)
Budgetary Goal Characteristicson
Kabupaten Blitar Tahun 2015.
Managerial Attitudes and
Blitar, 2015.
Performance. The Accounting
2. Kementerian Keuangan Republik
Review: 1979. 702-721 p.
Indonesia. Lampiran XXII Rincian
12. Handayaningrat, Soewarno.
Dana Desa Menurut
Administrasi pemerintahan dalam
Kabupaten/Kota.
pembangunan nasional. Jakarta:
http://www.kemenkeu.go.id/.
Haji Masagung, 1989.
Diakses pada tanggal 3 Juni 2016
13. Sunarcaya, Putu. Analisis Faktor-
pukul 20.00 WIB
Faktor yang Mempengaruhi
3. Kementerian Kesehatan Republik
Kinerja Pegawai Di Lingkungan
Indonesia. 2015 Profil Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Alor
Indonesia. Jakarta: Kementerian
Nusa Tenggara Timur. Tugas
Kesehatan RI, 2016.
Akhir Program Magister (TAPM).
4. BPS Kabupaten Blitar. Indeks
Jakarta: Universitas Terbuka,
Pembangunan Manusia Provinsi
2008.
Jawa Timur dan Se Eks
14. Supriyanto. Perencanaan dan
Karisedenan Kediri Tahun 2010-
Evaluasi Administrasi Kesehatan
2014 (Persen).
Masyarakat. Surabaya: FKM
http://blitarkab.bps.go.id/. Diakses
Universitas Airlangga, 2003.
tanggal 3 Juni 2016 pukul 21.00
15. BAPEMAS Kabupaten Blitar.
WIB
Petunjuk Pelaksanaan dan
5. BPS Kabupaten Blitar. Statistik
Petunjuk Teknis Tahun 2015 Dana
Daerah Kabupaten Blitar 2016.
Desa. Kabupaten Blitar, 2015.
Blitar: BPS Kabupaten Blitar,
16. Brownell, P. A Field Study
2016.
Examination Of Budgetary
6. BAPEMAS Kabupaten Blitar.
Participation And Locus Of
Pedoman Umum Dana Desa

83
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 1, Januari 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Control. The Accounting Review. 18. Fuad, dkk. Pengantar Bisnis.


Vol. 57, No. 4, hal: 766-777, 1982. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
17. Griffin, Ricky W. Manajemen. Jilid Utama, 2006
1. Jakarta: Erlangga, 2004.

84

You might also like