Estimasi Struktur Ukuran, Mortalitas, Rasio Eksploitasi Dan Rekrutmen Populasi Ikan Lompa

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

ESTIMASI STRUKTUR UKURAN, MORTALITAS, RASIO EKSPLOITASI DAN

REKRUTMEN POPULASI IKAN LOMPA


(Thryssa baelama Forsskål) DI PERAIRAN PANTAI APUI KOTA MASOHI
KABUPATEN MALUKU TENGAH

ESTIMATE SIZE STRUCTURE, MORTALITY, EXPLOITATION RATE AND


RECRUITMENT OF LOMPA (Thryssa baelama Forsskål) POPULATION IN APUI
COASTAL AREAS, MASOHI CITY, CENTRAL MOLLUCAS

Meillisa Carlen Mainassy1


1
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Pattimura
Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon
e-mail: meilisa_carlen@yahoo.com/meilisacarlen@gmail.com

ABSTRACT

Lompa fish (Thryssa baelama Forsskål) is one of the worldwide distributed fish. One of lompa
habitat in Central Mollucas is in Apui coastal areas. This study aim to estimate size structure,
mortality, exploitation rate, and recruitment of lompa population in Apui coastal areas Masohi
City.Sample was taken during October to Desember using catch per unit of effort method and
were analyzed by FISAT II version 1.1.0. Total mortality was estimated by Beverton and Holt
(1956) model, while natural mortality, fishing mortality and exploitation rate analyzed by Paully
(1980) equation. The number of recruitment was estimated by Bhattacharya method. The study
showed that lompa population in Apui coastal areas consist of twelve size class, and the greatest
size class is range between 12,1 to 12,4 cm, while the smallest size class range between 13,9 to
14,2 cm. Lompa population consist of one age class. Mortality (total, natural and fishing) were
1,356, 0,9494 and 0,4066 individual per year respectively. Exploitation rate were 0,30
individual per year and the number of recruitment is one based on number of age class.

Keywords: lompa, structure, mortality, exploitation, recruitment

Pendahuluan

Ikan lompa adalah salah satu jenis ikan yang mempunyai penyebaran luas di dunia
(Grzimek, 1973;Webber & Thurman, 1991).Ikan lompa hidup di perairan laut, teluk, laguna,
dermaga, mangrove, dan estuari. Habitat yang beragam ini mengindikasikan bahwa ikan lompa
mempunyai toleransi yang lebar terhadap salinitas (Tuhumuri, 2004). Di Maluku, ikan
lompa dapat ditemukan di beberapa lokasi seperti perairan Pulau Ambon, Pulau Seram, dan
Pulau Haruku (Schuster & Djajadireja, 1952).
Salah satu daerah di Maluku Tengah yang merupakan habitat ikan lompa adalah
perairan pantai Apui kota Masohi. Masyarakat dan nelayan di perairan pantai Apui serta daerah
sekitar umumnya memanfaatkan ikan lompa sebagai sumber makanan dan ikan umpan. Secara
ekologis ikan lompa mempunyai peranan penting dalam rantai makanan di perairan yaitu
sebagai sumber makanan bagi ikan lain pada tingkat trofik di atasnya (Campbell dkk., 2004).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan populasi ikan lompa di
habitatnya adalah dengan pembatasan frekuensi pemanfaatan ikan tersebut. Sebagai dasar dalam
melakukan upaya tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang struktur ukuran, mortalitas,
rasio eksploitasi dan rekrutmen dari populasi tersebut. Pengetahuan ini dapat memberikan
informasi tentang dinamika suatu populasi yang dieksploitasi, besarnya anggota populasi ikan

1
dalam periode waktu tertentu, jumlah stok ikan setelah aktivitas penangkapan maupun karena
kematian alami serta penambahan individu baru yang siap untuk dieksploitasi. Berkaitan dengan
itu, dinamika populasi ikan lompa yang meliputi struktur ukuran, mortalitas, rasio eksploitasi
dan rekrutmen perlu dihitung. Salah satu metode yang digunakan dalam mengukur populasi
ikan lompa ialah catch per unit of effort dan dianalisa dengan menggunakan program FISAT II.
Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi struktur ukuran, mortalitas, rasio eksploitasi,
dan rekrutmen populasi ikan lompa di perairan pantai Apui.

Metodologi

Lokasi dan Waktu


Data hasil tangkap diperoleh dengan melakukan sampling ikan lompa di perairan pantai
Apui, Kota Masohi, Kabupaten Maluku Tengah, pada bulan Oktober sampai dengan Desember
2013, dengan menggunakan jala lempar ukuran mata jaring ¾ inci.

Pendugaan Struktur Ukuran

Struktur ukuran ditentukan berdasarkan ukuran panjang tubuh total (Total Length/TL).
Panjang tubuh total setiap ikan lompa yang tertangkap diukur dan dikelompokan ke dalam
beberapa kelas ukuran dengan membuat tabel distribusi frekuensi ukuran. Frekuensi kelas
diperoleh dengan menentukan jumlah individu yang menjadi anggota setiap kelas.
Distribusi frekuensi panjang total tubuh ditentukan berdasarkan ukuran populasi (n),
panjang terbesar dan terkecil yang dicuplik. Estimasi distribusi frekuensi meliputi penentuan
kisaran kelas ukuran, jumlah kelas ukuran, dan panjang kelas (Walpole, 1995).

Pendugaan Nilai Parameter Dinamika Populasi

Untuk setiap data hasil tangkap, diduga parameter dinamika populasi ikan berupa
panjang asimptotik (L∞), koefisien pertumbuhan (K), mortalitas alami (M), mortalitas total (Z),
mortalitas penangkapan (F) dengan menggunakan perangkat lunak FISAT II FAO-ICLARM
Fish Stock Assessment Tools, FAO, Rome, Italy (Gayanilo et al., 2005). Nilai L∞ dan K
ditentukan dengan membuat kurva pertumbuhan yang paling banyak melalui puncak kurva
distribusi frekuensi panjang dengan program ELEFAN I. Terlebih dahulu, nilai L∞ diduga
dengan metoda Powell–Wetherall sebagai nilai masukan program ELEFAN I. Nilai Z diduga
dengan metoda konversi kurva penangkapan menurut Beverton dan Holt (1956). Nilai M
berdasarkan rumus empiris Pauly (1980) yang dikoreksi dengan mengalikan 0,8 pada hasil
analisis, karena ikan lompa termasuk golongan ikan yang bergerombol (Pauly, 1983). Nilai F
ditentukan dengan mengurangkan nilai Mpada nilai Z, serta laju eksplotasi E dihitung dari F/Z
(Pauly, 1983).

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Distribusi frekuensi panjang ikan lompa (Thryssa baelama Forsskål)

Kelas Nilai
Oktober November Desember Total
Ukuran Tengah
10,6 - 10,9 10,8 0 0 2 2
10,9 - 11,2 11,1 4 5 9 18
11,2 - 11,5 11,4 18 7 7 32
11,5 - 11,8 11,7 62 18 33 113
11,8 - 12,1 12,0 145 57 68 270

2
12,1 - 12,4 12,3 179 88 110 377
12,4 - 12,7 12,6 167 58 127 352
12,7 - 13,0 12,9 87 33 89 209
13,0 - 13,3 13,2 38 18 58 114
13,3 - 13,6 13,5 12 12 16 40
13,6 - 13,9 13,8 2 1 9 12
13,9 - 14,2 14,1 0 0 1 1
Jumlah 714 297 529 1540

Kisaran ukuran panjang tubuh yang ditemukan mengindikasikan bahwa populasi ikan
lompa di perairan pantai Apui tergolong kelompok individu dewasa. Lapola (2001) menyatakan
bahwa panjang tubuh dari ikan-ikan famili Engraulidae pada kematangan gonadnya yang
pertama berkisar antara 65 - 80 % dari panjang maksimal. Jika panjang maksimum ikan lompa
yang diperoleh adalah 14,1 cm maka kemungkinannya ikan lompa mulai mengalami
kematangan gonad pada kisaran ukuran 9,2 - 11,3 cm, sehingga dapat dikatakan bahwa populasi
ikan lompa di perairan pantai Apui termasuk kelompok individu yang telah mengalami beberapa
kali matang gonad.
Populasi ikan lompa di perairan pantai Apui di kelompokkan ke dalam dua belas kelas
ukuran dengan jumlah individu tertinggi pada kelas ukuran 12,1 - 12,4 cm yaitu 377 individu
dan jumlah individu terendah pada kelas ukuran 13,9 - 14,2 cm yaitu satu individu (Tabel 1).
Sebaran distribusi frekuensi populasi ikan lompa setiap bulannya dapat dilihat pada
tabel 1. Pada bulan Oktober, ikan lompa dengan panjang tubuh antara 12,1 - 12,4 cm ditemukan
dalam jumlah terbanyak yaitu 179 individu, sedangkan panjang tubuh antara 13,6 - 13,9 cm
ditemukan hanya 2 individu. Pada bulan November, ditemukan ukuran panjang tubuh 12,2 -
12,5 cm dengan jumlah terbanyak yaitu 88 individu, sedangkan panjang tubuh 13,7 - 14,0 cm
ditemukan satu individu. Sementara pada bulan Desember, ikan lompa dengan ukuran panjang
tubuh 12,4 -12,7 cm ditemukan sebanyak 127 individu sedangkan ukuran panjang tubuh 13,9 -
14,2 cm yaitu satu individu.
Sebaran distribusi frekuensi kelas ukuran ikan lompa pada bulan Oktober, November dan
Desember menunjukkan bahwa ikan yang ditemukan sebagian besar merupakan kelompok
individu dewasa yang berukuran lebih dari 10,6 cm (Tabel 1). Banyak ditemukannya individu
dewasa pada populasi ikan lompa di perairan pantai Apui akan berpengaruh terhadap
peningkatan ukuran populasi karena akan meningkatkan peluang bertambahnya individu baru ke
dalam populasi tersebut (Ongkers, 2002).

Tabel 2. Pendugaan parameter dinamika populasi ikan lompa (Thryssa baelama Forsskål)

K Z M F E
Spesies (1/tahun (1/tahun (1/tahun (1/tahun (1/tahun Sumber
L
(cm) ) ) ) ) )
Stolephorusindicus Pattikawaet
12,20 1,2 10,73 2,64 8,09 0,75 al (2002)
Sohilait
Stolephorusheterolobu
10,5 2,5 4,28 1,94 2,34 0,55 (2004)
s
Thryssabaelama Penelitianin
14,63 0,40 1,356 0,9494 0,4066 0,30 i (2013)

Hasil perhitungan nilai parameter kurva pertumbuhan (K) dengan menggunakan metode
Shepherd (Gayaniloet al., 2002) didapatkan nilai K sebesar 0,40 cm per tahun. Ikan lompa di

3
perairan pantaiApui, diperkirakan mampu tumbuh hingga mencapai panjang tubuh maksimal
14,63 cm. Nilai parameter kurva pertumbuhan menunjukkan seberapa cepat ikan tersebut
mencapai panjang maksimal ( L ). Nilai parameter kurva pertumbuhan yang diperoleh
menunjukkan bahwa ikan lompa mempunyai pertumbuhan yang cepat dibanding dengan
beberapa anggota family Engraulidae lainnya (Sparre&Venema, 1998). Hasil estimasi panjang
maksimal atau panjang asimptot ( L ) dengan metode plot Powell-Wetherall (Gayaniloet al.,
2002) menghasilkan nilai L sebesar 14,63 cm (Tabel 2).
Nilai mortalitas total (Z) sebesar 1,356 individu per tahun. Bila dibandingkan dengan
spesies lain, nilai mortalitas total yang diperoleh ini lebih rendah. Nilai mortalitas total pada
spesies Stolephorus indicus adalah sebesar 10,73 individu per tahun, sementara nilai mortalitas
total pada spesies Stolephorus heterolobus yaitu sebesar 4,28 individu per tahun (Ongkers,
2002; Sohilait, 2004). Rendahnya nilai mortalitas total yang diperoleh dalam penelitian ini
karena dipengaruhi oleh rendahnya nilai mortalitas akibat penangkapan. Sementara spesies
Stolephorus indicus dan Stolephorus heterolobus memiliki nilai mortalitas total yang cukup
tinggi, hal ini diduga karena besarnya nilai mortalitas akibat penangkapan. Nilai mortalitas total
yang didapat ini sangat tergantung dari nilai mortalitas penangkapan (F) dengan asumsi bahwa
bahwa nilai mortalitas alami (M) selalu konstan sepanjang tahun (Sparre & Venema, 1998).
Nilai mortalitas alami (M) yang diperoleh yaitu 0,9494 individu per tahun. Sudirman dkk.,
(1997) mengemukakan bahwa ikan yang mempunyai pertumbuhan cepat umumnya mempunyai
mortalitas alami yang tinggi, sebaliknya ikan yang tumbuh secara lambat mempunyai mortalitas
alami yang rendah. Dalam hubungannya dengan reproduksi, Sparre & Venema (1998)
mengemukakan bahwa ikan yang mempunyai nilai mortalitas alami tinggi akan lebih cepat
matang gonad sehingga reproduksinya lebih cepat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh upaya
pemulihan populasi secara alami untuk menjaga kestabilan ukuran populasi (Ongkers, 2002).
Nilai mortalitas akibat penangkapan (F) yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu sebesar
0,4066 individu per tahun. Nilai mortalitas akibat penangkapan yang diperoleh dalam penelitian
ini sangat rendah. Rendahnya nilai mortalitas akibat penangkapan dapat disebabkan eksploitasi
ikan lompa yang belum intensif di perairan pantai Apui. Tuhumuri dkk., (2007) mengemukakan
bahwa masyarakat pesisir pantai Apui yang merupakan warga pendatang kurang memanfaatkan
ikan lompa sebagai lauk dan ikan umpan sehingga upaya penangkapannya relatif lebih rendah
dibanding spesies ikan lain seperti Stolephorus indicus dan Stolephorus heterolobus. Nilai
mortalitas akibat penangkapan untuk Stolephorus indicus adalah sebesar 8,09 individu per tahun
dan untuk Stolephorus heterolobus adalah sebesar 2,34 individu per tahun (Ongkers, 2002;
Sohilait, 2004) (Tabel 2). Nilai mortalitas akibat penangkapan ini lebih tinggi dari mortalitas
akibat penangkapan ikan lompa di perairan pantaiApui. Tingginya mortalitas akibat
penangkapan untuk kedua spesies tersebut karena permintaan ikan umpan dari jenis puri lebih
besar dari pada ikan lompa, sehingga mengakibatkan penangkapan ikan puri lebih intensif
disbanding ikan lompa.
Rasio eksploitasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,30 individu per tahun yang
merupakan perbandingan antara koefisien mortalitas akibat penangkapan (F) dengan koefisien
mortalitas total (Z). Nilai rasio eksploitasi yang diperoleh mengindikasikan bahwa saat ini
eksploitasi ikan lompa di perairan pantai Apui masih bisa ditingkatkan sampai mencapai
tangkapan maksimum lestari yaitu sebesar 0,5 individu per tahun. Ongkers (2002) menyatakan
bahwa suatu populasi akan mencapai tangkapan maksimum lestari (MSY_maximum sustainable
yield) jika mortalitas akibat penangkapan memiliki nilai yang sama dengan mortalitas alami.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka rasio eksploitasi akan mencapai optimal (E optimum) bila
nilai rasio eksploitasi (E) sama denganmortalitas akibat penangkapan (F) dibagi dengan dua kali
mortalitas akibat penangkapan (F) dan memiliki nilai sebesar 0,5 individu per tahun.
Hasil estimasi kelompok umur populasi ikan lompa di perairan pantai Apui berdasarkan
panjang total tubuh dengan metode Bhattacharya, menghasilkan satu kelompok umur yang
ditunjukkan oleh satu kurva normal yang terbentuk (Gambar 1). Hal ini berarti bahwa populasi

4
ikan lompa diperairan pantai Apui terdiri atas satu kelompok umur dan menunjukkan bahwa
populasi ikan lompa ini berasal dari satu kali periode pemijahan yang menggambarkan kejadian
rekrutmen yang berlangsung didalam populasi tersebut. Kejadian rekrutmen didalam suatu
populasi umumnya berasal dari proses pemijahan individu-individu anggota populasi tersebut
(Leimena, 2004).

Gambar 1. Jumlah kelompok umur berdasarkan distribusi frekuensi panjang tubuh total
ikan lompa di Perairan Pantai Apui dengan menggunakan metode Bhattacharya
(Program FISAT II).

Pada bulan Oktober, November dan Desember terdapat satu kelompok umur dengan nilai
modus sebesar 12,39 cm, 12,43 cm dan 12,38 cm (Gambar 2 dan Tabel 3). Adanya kesamaan
jumlah kelompok umur pada ketiga periode sampling kemungkinan disebabkan karena populasi
ikan lompa di perairan pantai Apui berasal dari satu kali periode pemijahan (Gambar 2).

(a)(b)

(c)

Gambar 2. Jumlah kelompok umur berdasarkan distribusi frekuensi panjang tubuh


ikan lompa tiap periode sampling di Perairan Pantai Apui dengan menggunakan
metode Bhattacharya (Program FISAT II). (a) Bulan Oktober; (b) Bulan November;
(c) Bulan Desember.

5
Tabel 3. Estimasi jumlah kelompok umur dan individu ikan lompa setiap periode sampling di
perairan pantai Apui berdasarkan metode Bhattacharya (Program FISAT II).

Panjang rata- Indeks


Periode Kelompok Populasi Standart
rata pemisahan
sampling umur ke- (N) deviasi
(cm) (SI)
Oktober 1 715 12,39 0,47 -

November 1 293 12,43 0,46 -

Desember 1 529 12,38 0,56 -

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hoedt (1992) dan Latuheru (2008) pada spesies
Thryssa aestuaria dan Thryssa baelama menemukan bahwa kelompok ikan ini memilki satu
kali frekuensi pemijahan dalam satu musim. Namun salah satu anggota famili Engraulidae yaitu
Anchoa mitchilli di pulau Rhode memilki dua kelompok umur dan dua kali frekuensi pemijahan
dalam satu musim. Perbedaan jumlah kelompok umur pada populasi ikan pelagis kecil
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan spesies dan perbedaan musim pemijahan (Lapolla,
2001).

Kesimpulan dan Saran

Populasi ikan lompa di perairan Pantai Apui belum mengalami penangkapan berlebih
namun tetap perlu dilakukan pembatasan frekuensi pemanfaatan agar kelestariannya tetap
terjaga. Perlu dilakukan penelitian lanjutan, khususnya menyangkut aspek dinamika populasi
seperti reproduksi, pola rekrutmen serta faktor-faktor fisik kimia lainnya yang berpengaruh
terhadap keberadaan ikan lompa di perairan pantaiApui.

DaftarPustaka

Beverton, R.J.H. and S.J. Holt. 1956. A review of methods for estimating mortality rates in
exploited fish populations, with special reference to sources of bias in catch sampling.
Rapp. P.V.Reun. CIEM, 140: 67-83.
Campbell, N.A, J. B. Reece.dan L. G. Mitchel. 2004. Biologi. Terjemahan dari Biologi oleh
Wasmen Manalu. Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga, Jakarta.
Gayanilo, F. C. P, Sparre and D. Paully.2002.Fisat II users guide. Food and Agriculture
Organization of The United Nation. Roma
Gayanilo, F.C.Jr., P. Sparre, D. Pauly. 2005. FAO-ICLARM stock assessment tools II (FISAT
II). revised version. User's guide.FAO Computerized Information Series (Fisheries).
No. 8, revised version.FAO. Rome. 168 p.
Grzimek, B. 1973. Grzimek′s Animal Life Encyclopedia.Vol. 4. Fishes I. Litton World Trade
Corporation. Van Nostrand Ltd., England.
Hoedt, F. E. 1992. Validation of Dayly growth Increments in otoliths Form Thryssaaestuaria
(ogiiby) a Tropical Anchovy FromNortern Australia. Australian Journal of Marine and
Freshwater Research 43 (5) 1043 – 1050.
http://www.publish.csiro.av/paper/mf9921043.htm. Diaksestanggal 23 April 2013.

6
Lapolla, A. E. 2001.Bay Anchovy Anchoamitchilli In Narragansett bay, Rhode Island. I.
Population Structure, Growth and Mortality. Marine Ecology Progress Series.Vol.
217:93 – 102.
Latuheru, G. 2008. UkurandanStrukturPopulasiIkanLompa(ThryssabaelamaForsskål) di Sungai
WairutungDesaWaaiKecamatanSalahutu, Kabupaten Maluku Tengah.Skripsi.Program
SarjanaFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam.UniversitasPattimura, Ambon.
Leimena, H. E. P. 2004. StrukturPopulasidanPolaDistribusiKeong Lola (Trochusniloticus) di
PulauSaparua, Maluku Tengah.Tesis. Program PascaSarjana. ITB.Bandung.
Ongkers, O .T. S. 2002. Dinamika Populasi Ikan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura, Ambon.
Pauly, 1980.A Selection Simple Methods for the Assesment of Tropical Fish Stock FAO. Man
Fish. Circ. (7299) 54 p.
______1983.Length Converted Catch a Powerfull for Fisheries Research in Tropical (part I).
Fishbyte, Philipine.
Schuster, W. H. and R. R. Djajadireja. 1952. Local Common Names of Indonesian Fishes, N. V.
Penerbit W. Van Hoeve, Bandung.
Sparre, P. &Vennema, J. 1998.Introduction to Tropical Fish Stock Assesment. Part I. Manual.
FAO. Rome.
Sohilait, D. W. 2004. Dinamika Populasi Ikan Puri Merah (Stolephorus heterolobus) di
Perairan Teluk Ambon Bagian Dalam. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura. Ambon.
Sudirman, M. N. Nessa dan F. Amir.1997. Dinamika Populasi Ikan Kerapu sunu (Plectropomus
leopardus) di perairan kepulauan Spermond, Sulawesi Selatan. JurPen. Seminar
kelautan LIPI-UNHAS, Ambon 4-6 Juli 1997:71-78.
Tuhumuri, E. 2004. Pengembangan Sistem Sasi Sebagai Upaya Konservasi Ikan Lompa
(Thryssa baelama, Forskall) di Desa Haruku, Maluku Tengah. Tesis. Program Pasca
Sarjana, ITB Bandung.
Tuhumuri, E. H. E. P. Leimena dan D. Sahetapy. 2007, Ekologi Ikan Lompa (Thryssa baelama
Forsskal) dan Strategi Pengelolaannya di Kabupaten Maluku Tengah.
LaporanPenelitianHibahBersaingTahun I, UniversitasPattimura, Ambon
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka
utama, Jakarta.
Webber H. H. and V. H. Thurman. 1991. Marine Biology, 2th edition. Harper Collins Publisher
Inc. USA.

You might also like