Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

PERBEDAAN KADAR BETA KAROTEN ANTARA DAUN KELOR

SEGAR DAN KERING MENGGUNAKAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Nurul Hadiatun

Jurusan Analis Kesehatan STIKes Maharani Malang

ABSTRACT

Hadiatun, Nurul. 2018. Difference of Moringa oleifera L. Beta Carotene in Fresh


and Dry Leaves using UV-Vis Spectrophotometric Method. Final
Assigment. Maharani Health College, Medical Laboratory Diploma.
Supervisors: (1) Ns. Wiwik Agustina, S.Kep., M.Biomed.

Moringa leaves are part of the moringa plants that contain nutrients. The chemical
compounds contain in moringa leaves are very much, one of them is beta carotene.
Beta carotene is a very potential source of vitamin A and has the highest vitamin A
activity of all carotenoids. The purpose of this study was to determine beta carotene
content in fresh and dry moringa leaves using UV-Vis spectrophotometry method.
The population was the moringa leaves, sample was fresh and dry Moringa leaves.
Method and analysis of this research was conducted by descriptive method. The
results were 19,82μg/g beta carotene of fresh leaves, whereas in dry leaves was
187,45μg/g at 461,1nm wavelength by UV-Vis spectrophotometry. These were
caused by various factors, such as; environment, temperature, and humidity.
Drying process for dry leaves also affect the beta carotene content of the samples.
The conclusion was beta carotene content of dry leaves higher (187.45 μg/g) than
fresh leaves (19.82 μg/g). Suggestion of this research, it is necessary to measure
Moringa oleifera leaves before drying process into oven, make the same sample
with different method, or do research with different sample but using the same
method.

Keywords: Beta Carotene, Moringa oleifera, Spectrophotometer UV-Vis.


1. PENDAHULUAN menyelamatkan penglihatan anak-anak
Indonesia memiliki potensi sumber yang rentan kebutaan karena defisiensi
daya alam yang berlimpah, baik yang vitamin A (Krisnadi, 2015). Di beberapa
berasal dari hewan maupun dari tanaman negara berkembang termasuk Indonesia,
yang dapat dijadikan sebagai sumber prevalensi kurang zat gizi mikro sebesar
makanan ataupun obat-obatan. Salah satu 50-60 persen, dengan 9 persen angka
tanaman yang dapat dimanfaatkan kematian anak dan 13 persen kematian
sebagai bahan makanan dan obat - obatan ibu disebabkan karena kekurangan
adalah kelor (Moringa oleifera Lam.). vitamin A.
Kelor (Moringan oleifera Lam.) Vitamin A merupakan salah satu
dikenal di seluruh dunia sebagai tanaman vitamin yang larut dalam lemak atau
yang bernilai gizi tinggi, tanaman minyak. Salah satu prekusor vitamin A
tersebar di daerah tropis dan subtropis. atau provitamin A adalah beta karoten.
WHO telah memperkenalkan kelor Beta karoten merupakan sumber vitamin
sebagai salah satu pangan alternatif untuk A yang sangat potensial dan memiliki
mengatasi masalah gizi (malnutrisi) aktivitas vitamin A tertinggi dari semua
(Broin, 2010). Salah satu bagian dari karotenoid yang diketahui (Ruwanti,
tanaman kelor yang telah banyak diteliti 2010). Beta karoten memiliki peranan
kandungan gizi dan kegunaannya adalah penting dalam penglihatan mata,
daun kelor. Senyawa kimia yang pertumbuhan, reproduksi dan imunitas,
terkandung dalam daun kelor diantaranya selain itu juga memiliki kapasitas
adalah protein, beta karoten, vitamin B, antioksidan yang baik, dan mencegah
vitamin C, mineral terutama zat besi dan penyakit rabun senja, penyakit kanker
kalsium (Zakaria, et al., 2015; Tahir, et terutama kanker paru-paru (Englberger,
al., 2016; Sugianto, 2016). et al., 2008; Kondorori, 2017). Beta
Yayasan Mata Internasional karoten merupakan provitamin A yang
(berbasis di Maryland, USA) terdapat dalam pada sayuran dan buah-
mempromosikan daun kelor untuk buahan yang berwarna kuning jingga
pencegahan kebutaan pada anak (karena seperti ubi jalar dan mangga, maupun
kekurangan gizi) di negara-negara pada sayuran yang berwarna hijau seperti
miskin, karena daun kelor yang kaya kangkung (Astawan, 2008). Pemberian
dengan kandungan vitamin A dapat vitamin A dalam dosis tinggi dapat
bersifat toksis, tetapi beta karoten dalam kandungan beta karoten pada daun kelor
jumlah banyak mampu memenuhi segar dan daun kelor kering dengan
kebutuhan vitamin A. Berdasarkan latar menggunakan metode spektrofotometri
belakang di atas, peneliti ingin UV-Vis.
melakukan penelitian untuk mengetahui
Bahan yang digunakan adalah
2. METODE PENELITIAN
aquades, aseton, petroleum eter,
Rancangan penelitian yang
Na2SO4 anhidrat, daun kelor segar
digunakan adalah deskriptif. Populasi
dan kering, standar baku beta
dalam penelitian ini adalah daun kelor
karoten, kapas.
yang terdapat di Kecamatan Wagir
b. Prosedur Penelitian
Kabupaten Malang. Sampel adalah
a) Pembuatan Larutan Baku
daun kelor segar dan daun kelor
1) Pembuatan larutan induk β-
kering. Pada daun kelor segar
karoten 1000ppm dilakukan
langsung dibuat perlakuan,
dengan cara ditimbang
sedangkan pada daun kelor kering
dengan teliti 0,05gram beta
disimpan selama 2 hari didalam oven,
karoten, lalu dilarutkan
dengan suhu 37°C. Teknik sampling
dengan 1ml petroleum
menggunakan teknik purposive
eter:aseton (1:1) kemudian
sampling. Penelitian dilakukan pada
dimasukkan ke dalam labu
bulan Februari-Juli 2018. Penelitian
ukur 50 mL. Setelah itu
dilakukan di Laboratorium Kimia,
diimpitkan dengan petroleum
Genetika dan Molekuler Fakultas
eter:aseton (10:1) hingga
SAINTEK UIN Malang.
tanda batas.
a. Alat dan Bahan
2) Selanjutnya dibuat larutan
Alat yang digunakan adalah
induk β-karoten 100 ppm.
spatula, gelas ukur, batang pengaduk,
b) Pembuatan kurva baku
Erlenmeyer, beaker glass 100 ml,
1) Pembuatan deret standar β-
timbangan analitik, mikropipet,
karoten 20 ppm; 40 ppm; 60
sentrifuge, blender, refrigerator,
ppm; dan 80 ppm, dilakukan
spektrofometri UV-VIS (merek
dengan cara larutan β-karoten
shimadzu, tipe 1240).
100 ppm dipipet masing-
masing secara berturut-turut ditambahkan dengan 25ml
sebanyak 1 mL, 2 mL, 3 mL, petroleum eter.
dan 4 mL, lalu dimasukkan ke 3) Kemudian larutan
dalam tabung reaksi. disentrifuge pada kecepatan
2) Kemudian larutan 2000rpm selama 5 menit,
ditambahkan petroleum dengan suhu 4°C.
eter:aseton (10:1) hingga 4) Kemudian didekantasi
volume 5 mL. (memisahkan campuran
3) Setelah itu diukur larutan). Residu/pelet
absorbansinya dengan ditambahkan dengan pelarut
spektrofotometer UV-Vis yang sama, lalu disentrifuge
pada panjang gelombang kembali hingga residu/pelet
maksimum. tidak berwarna.
c) Penentuan Panjang 5) Setelah itu, kumpulan
Gelombang Maksimum filtrat/supernatan dipipet ke
Diambil salah satu dalam Erlenmeyer.
konsentrasi larutan baku, 6) Selanjutnya ditambahkan
diukur serapannya pada Na2SO4 anhidrat,
rentang panjang gelombang penambahan Na2SO4 anhidrat
420–480ƛ menggunakan befungsi untuk
spektrofotometer UV-Vis. menghilangkan fase polar
d) Preparasi Sampel dan yang terikat pada akuades,
Pengukuran Kadar Beta sehingga diperoleh pigmen β-
Karoten dengan karoten yang terikat pada
Spektrofotometer UV-Vis petroleum eter, lalu dikocok
(Yulianti, et al., 2016) berkali-kali dan dipindahkan
1) Sampel Sampel yang telah ke dalam tabung reaksi dan
dihaluskan ditimbang dibekukan selama 24 jam.
sebanyak ± 30gram. 7) Setelah dibekukan, pigmen
2) Kemudian ditambahkan 42 ml dipipet ke kuvet dan dibaca
aseton dan 90 ml akuades lalu pada spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang
maksimum (dilakukan Menurut Penelitian Rahman et
pengulangan pada masing- al (2012), tepung daun kelor
masing sampel adalah 3 kali). merupakan daun kelor dalam
bentuk serbuk yang telah
3. Hasil dan Pembahasan dikeringkan, demikian juga
a. Hasil kandungan nutrisi daun kelor
Tabel 1 Hasil Rerata Kadar β Karoten segar dan daun kelor yang
Daun Kelor Segar, Daun
Kelor Kering, dan Standar β-Karoten dibuat tepung berbeda, dimana
murni dengan Spektrofotometer UV- tepung daun kelor memiliki
Vis.
nilai gizi yang lebih tinggi dari
Berat Rerata
Sampel Sampel Kadar β- pada daun kelor segar. Selain
(gram) Karoten (µg/g)
itu pula, kandungan vitamin A
A 30 19,82
B 30 187,45 pada daun kelor segar 4 kali
C 0,05 9463,2
Keterangan: lebih tinggi daripada wortel,
A : Sampel Daun Kelor Segar dan pada daun kelor kering 10
B : Sampel Daun Kelor Kering
C : Standar β-Karoten Murni kali lebih tinggi daripada
wortel (Krisnadi, 2015).
b. Pembahasan
Menurut Hakim Bey dalam
Hasil penelitian
Krisnadi (2015), kandungan air
menunjukkan bahwa daun
pada daun kelor segar
kelor kering memiliki
sebanyak 75.0% sedangkan
kandungan β-karoten lebih
pada daun kelor kering
tinggi dibandingkan dengan
sebanyak 7.5% (1:10). Oleh
daun kelor (Moringa oleifera
karena itu, apabila daun kelor
Lam.) segar (Tabel 5.1). Hasil
akan dibuat tepung, maka daun
penelitian ini sejalan dengan
kelor harus dikeringkan
Krisnadi (2015), yang
terlebih dahulu, agar kadar
menyatakan bahwa kadar β-
airnya hilang. Cara yang dapat
karoten pada daun kelor kering
dilakukan untuk mengurangi β-
lebih tinggi dibandingkan pada
karoten yang rusak, yakni
daun kelor segar, yakni daun
dengan pengeringan
kelor segar 6,80mg dan daun
menggunakan oven pada suhu
kelor kering 16,3mg (1:2,3).
37oC selama 2 hari (Yulianti, et provitamin A (β-karoten) pada
al., 2016). Menurut daun kelor segar dan daun
Kusumayadi et al (2013), kelor kering, dikategorikan
perbedaan kadar dapat dalam vitamin A kandungan
disebabkan oleh berbagai sedang, dimana RE 1000-
faktor pertumbuhan dan 20.000μg/100g yang terdapat
perkembangan tanaman, pada hati kambing, hati ayam,
seperti ketinggian tempat sayuran daun hijau tua (bayam,
tumbuh, lokasi tempat tumbuh daun ubi kayu), buah dan
akan berpengaruh pada suhu sayuran warna oranye
udara, sinar matahari dan (semangka, wortel dan ubi
kelembaban udara. Semakin merah) (winarno, 2008).
tinggi suatu tempat, suhu udara FDA pada tahun 2015
semakin rendah sehingga akan merekomendasikan diet
menghambat proses vitamin A dalam sehari adalah
fotosintesis. Selain itu, proses sebesar 5000 IU atau setara
perlakuan seperti suhu dan dengan 3mg beta karoten
lama pengeringan juga sintetik (UGM, 2016). Untuk
mempengaruhi kadar suatu dapat memenuhi kebutuhan
bahan/sampel (Nurismanto et vitamin A tersebut, maka
al., 2017). konsumen dapat mengonsumsi
Walaupun demikian, daun kelor kering sebanyak
kadar β-karoten (provitamin A) 480gram perhari (konversi dari
daun kelor segar dan daun hasil penelitian 3mg beta
kelor kering, masih termasuk karoten = 480gram daun kelor
dalam kategori vitamin A kering). Batas dosis maksimal
kandungan sedang, dimana konsumsi vitamin A adalah
menurut Flint dalam Winarno tidak lebih dari 25.000 IU
(2008), kandungan vitamin A sampai 50.000 IU perhari.
dibagi dalam 3 kelompok, Konsumsi buah-buahan dan
yaitu; kandungan tinggi, sayuran seperti daun kelor
sedang, dan rendah. Kadar sebaiknya dilakukan dalam
jumlah yang cukup banyak. Broin, 2010. Growing and processing
moringa leaves.. france:
Hal ini disebabkan sangat
Imperimerie Horizon.
sedikitnya beta karoten dari
Day, R.A, Jr & A. L Underwood.
makanan yang dapat diserap
2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
tubuh (Astawan, 2008). Jakarta: Erlangga.

4. KESIMPULAN Dachriyanus, 2004. Analisis Struktur


Senyawa Organik Secara
Dari hasil penelitian Spektroskopi. Padang: Lembaga
yang telah dilakukan dapat Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi
ditarik kesimpulan bahwa (LPTIK). Universitas Andalas.
daun kelor kering
Englberger, L L., Schierle, J.,
mengandung kadar β-karoten Kraemer, K., Aalbersberg, W.,
yang tinggi yaitu rata-rata Dolodolotawake, U., Humphries,
J., Graham, R., Reid, A.P., Albert,
187,45µg/g, dan pada daun K., Levendusky, A., Johnson, E.,
kelor segar memiliki kadar Paul, Y., Sengebau, F. 2008.
JFCA, Carotenoid and Mineral
beta karoten 19,82µg/g. Content of Micronesian Giant
Sedangkan kadar β-karoten Swamp Taro (Cytrosperma)
Cultivars.
standar adalah 9463,2µg/g.
Gunawan, E., 2009. Profil
Peningkatan Recovery pada
DAFTAR RUJUKAN Proses Pemekatan Beta Karoten
dari Minyak Sawit Kasar dengan
Adrian, N., 2009. Alat Analisa. metode Pengulangan Fraksinasi
Surakarta: Jurusan Teknik Kimia Pelarut.
Fakultas Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Hardiyanthi, F., 2015. Pemanfaatan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Almatsier, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Daun Kelor (Moringa oleifera)
Gizi.. Jakarta: Gramedia Pustaka dalam Sediaan Hand and Body
Utama. Cream.

Aminah, S., Ramdhan, T. & Yanis, Hermawan, J., 2016. Peningkatan


M., 2015. Sifat Fungsional Kandungan Beta Karoten Pada
Tanaman Kelor (Moringa oleifera Fitoplankton dunaliella salina
lam). dengan media salinitas yang
berbeda.
Astawan, M., 2008. Khasiat Warna
Warni Makanan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Kondorori, F., Martosupono, M. &
AB Susanto., 2017. Peranan β-
karoten dalam Sistem Imun untuk Karoten, Indoneian Journal of
Mencegah Kanker. Human Nutrition.

Krisnadi, A. D., 2015 . Kelor Super Misra, A., Srivastava, S., &
Nutrisi. s.l.:Pusat Informasi dan Srivastava, M. 2014. Evaluation
Pengembangan Tanaman Kelor of anti diarrheal potential of
Indonesia (LSM-MEPELING), Moringa oleifera (Lam.) leaves.
Kunduran, Blora, Jawa tengah.
Mulja, M. &. S., 1995. Analisis
Kusumaningtyas, RS & Limantara, Instrumental. surabaya:
L., 2009. Isomerasi dan Oksidasi Airlangga University Press.
Senyawa Karotenoid dalam Buah Mutiara, K. T., 2011. Uji Efek
Kelapa Sawit Selama Pengolahan Pelancar ASI Tepung Daun
CPO. Kelor (Moringa oleifera (Lam)
pada Tikus Putih Galur Wistar..
Laksana, Raden, P.B., 2016.
PETUNJUK TEKNIS Nurrahmah, dan Widiarnu, B., 2013.
PENGOPERASIAN ALAT ACE Analisis Kadar Beta-Karoten
HOMOGENIZER. In: Bogor: Kulit Buah Naga Menggunakan
PUSAT PENELITAN Spektrofotometer UV-Vis, Jurnal
BIOMATERIAL. Dinamika.

Majid, R., 2010. Analisis Noviyanto, F., Tjiptasurasa & Utami,


Perbandingan Kadar β-Karoten P. I., 2014. . Ketoprofen,
dalam Buah labu Kuning Penetapan Kadarnya Dalam
(cucurbita moschata) Berdasarkan Sediaan Gel Dengan Metode
Tingkat Kematangan Buah secara Spektrofotometri Ultraviolet-
Spektrofotometri UV-VIS.. Visibel.

Malang., S. M., 2016. Buku Panduan Simbolan, M., Sitorus, M. & dan
Penyusunan Skripsi dan Karya Katharina, N., 2008. Cegah
Tulis Ilmiah. Malang: Stikes Malnutrisi dengan Kelor.
Maharani Malang. Yogyakarta: Kansius.
Sugianto, A. K., 2016. Kandungan
Masdiana, T., Nurul Hikmah &
Gizi Daun Kelor (Moringa
Rahmawati. D., 2016. Analisis
Oleifera) Berdasarkan Posisi
Kandungan Vitamin C dan β-
Daun Dan Suhu Penyeduhan.
Karoten dalam Daun Kelor
Bogor: Departemen Gizi
(Moringa oleifra lam.) dengan
Masyarakat Fakultas Ekolgi
Metode Spektrofotometri UV–
Manusia Institut Pertanian
VIS..
Bogor.
Meiliana, Meiliana, Roekistiningsih,
dan Sutjiati., 2014. Pengaruh Sugiyono, 2016. Metode Penelitian
Proses Pengolahan Daun Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Singkong (Manihot Esculenta Bandung: Alfabeta.
Crantz) Dengan Berbagai
Perlakuan Terhadap kadar β- Suhartati, T., 2017. Dasar-Dasar
Spektrofotometer UV-Vis dan
Spektrometri Massa untuk Batang Kelor (Moringa oleifera.
Penentuan Struktur Senyawa L) pada Air Kelapa Muda (Cocos
Organik. Bandar Lampung: CV. nucifera) dan pada Ekstrak
Anugrah Utama Raharja. Rebung Bambu Betung
(Dendrocalamus Asper)..
Tanumihardjo, S.A & S.A. Arcott,
2013. Carotenoid and Human Yulianti, Natsir, Hasnah & Wahab,
Health. New York: Humana A. W., 2016. Analisis kadar β-
Press. karoten dalam Ekstrak Petroleum
Eter Daun Kelor (Moringa
Wijoseno, T., 2011. Uji Pengaruh oleifera lam.) dari Daerah Pesisir
Variasi Media Kultur Terhadap dan Pegunungan Serta
Tingkat Pertumbuhan Potensinya Sebagai Antioksidan..
Kandungan Protein, Lipid dan
karotenoid pada Mikroalga Zakaria, Abdullah, Tamrin.,
Chlorella Vulgaris Buitenzorg. Nursalim & Irmayanti., 2015.
Pengaruh Perlakuan Blanching
Winarno, F.G., 2008. Kimia Pangan Terhadap Kadar Β-karoten pada
dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pembuatan Tepung Daun Kelor
Pustaka Utama. (moringa oleifera).
Yakub, D. C., 2016. Studi tentang
Perlakuan Perendaman Stek

You might also like