Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ISSN 2355-4721 Perencanaan Trotoar dalam Rangka Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Pejalan Kaki

PERENCANAAN TROTOAR DALAM RANGKA


PENINGKATAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN
PEJALAN KAKI

PAVEMENT CONSTRUCTION PLANNING


TO IMPROVING PEDESTRIAN SECURITY AND SAFETY
Abdullah Ade Suryobuwono Prasadja Ricardianto
Universitas Pasundan Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti
jajakabinangkit1977@gmail.com ricardianto@yahoo.com

ABSTRACT

A safe, convenient, and comfortable pedestrian network in the Kebon Nanas area
is an important component that should be provided to improve the effectiveness of
citizen mobility. Currently the availability of pedestrian network has not been able to
meet the needs of the community both in terms of quantity and standard provision. The
purpose of this research is to identify the need for revitalization of pavement in the area
around IPN, Kebon Nanas East Jakarta. The approach method used in this research
is descriptive quantitative analysis through direct measurement method in the field by
Traffic Counting (TC) for vehicles and pedestrians, through which the study is reviewed
based on development criteria. Sampling was conducted on eight points. The conclusions
of this study are (1) the traffic volume in the vicinity of the IPN road is high enough for
a community road class, while the pavement capacity is not standardized, thus affecting
the safety and safety of pedestrians; (2) Based on field measurements, the number of
pedestrians is very minimal, 2 persons/minute/meter, but it is necessary to revitalize to
obtain adequate capacity according to the volume of pedestrians by considering safety and
security; (3) Planning of pedestrian facility requirement in IPN and surrounding roads
includes green lines, lighting, seating, safety fences, garbage cans, markers, shophouses
and traffic signs.

Keywords: pavement; security; safety; pedestrian

ABSTRAK

Jaringan pejalan kaki yang aman, nyaman, dan manusiawi di kawasan Kebon Nanas
merupakan komponen penting yang harus disediakan untuk meningkatkan keefektifan
mobilitas warga. Saat ini ketersediaan jaringan pejalan kaki belum dapat memenuhi
kebutuhan warga baik dari segi jumlah maupun standar penyediaannya. Tujuan penelitian
ini untuk melakukan identifikasi kebutuhan revitalisasi trotoar dan lokasi penelitian di
wilayah disekitar ruas jalan IPN, Kebon Nanas Jakarta Timur. Metode yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif deskriptif melalui metode pengukuran
langsung di lapangan dengan cara Traffic Counting (TC) untuk kendaraan dan pejalan
kaki, dimana studi ini ditinjau berdasarkan kriteria pengembangan. Sampel pada delapan
titik penelitian. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) volume lalu lintas di ruas sekitar jalan

335
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Abdullah Ade Suryobuwono, Prasadja Ricardianto ISSN 2355-4721

IPN cukup tinggi untuk kelas jalan lingkungan, sedangkan kapasitas trotoar tidak sesuai
standar, sehingga hal ini mempengaruhi keamanan dan keselamatan pejalan kaki; (2)
Berdasarkan hasil pengukuran lapangan jumlah pejalan kaki sangat minim yaitu 2 orang/
menit/meter, namun perlu dilakukan revitalisasi untuk mendapatkan kapasitas yang cukup
sesuai volume pejalan kaki dengan mempertimbangkan keselamatan, dan keamanan; (3)
Perencanaan kebutuhan fasilitas pejalan kaki di ruas jalan IPN dan sekitarnya meliputi
jalur hijau, lampu penerangan, tempat duduk, pagar pengaman, tempat sampah, marka,
perambuan dan papan informasi.

Kata Kunci : trotoar; keamanan; keselamatan; pejalan kaki; kepadatan lalu lintas

336
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Perencanaan Trotoar dalam Rangka Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Pejalan Kaki

PENDAHULUAN hak yang sama dengan kendaraan untuk


menggunakan jalan.
Jaringan pejalan kaki yang aman, Trotoar adalah bagian dari jalan raya
nyaman, dan manusiawi di kawasan yang khusus disediakan untuk pejalan kaki
perkotaan merupakan komponen penting yang terletak didaerah manfaat jalan, yang
yang harus disediakan untuk meningkatkan diberi lapisan permukaan dengan elevasi
keefektifan mobilitas warga di perkotaan. yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan
Saat ini ketersediaan jaringan pejalan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan
kaki belum dapat memenuhi kebutuhan jalur jalan lalu lintas kendaraan (Direktur
warga baik dari segi jumlah maupun Jendral Bina Marga, 1999).
standar penyediaannya. Selain itu Penghitungan lalu lintas atau Traffic
keterpaduan antarjalur pejalan kaki Count (TC) adalah perhitungan lalu lintas
dengan tata bangunan, aksesibilitas kendaraan dan pejalan kaki, yang dilakukan
antarlingkungan, dan sistem transportasi di sepanjang jalan, jalan atau persimpangan
masih belum terwujud. Undang-Undang tertentu. Traffic Count biasanya dilakukan
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan secara otomatis (dengan pemasangan
Ruang, Rencana Tata ruang wilayah kota alat perekam), atau secara manual oleh
harus memuat rencana penyediaan dan pengamat yang secara visual menghitung
pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas dan mencatat lalu lintas pada perangkat
minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah elektronik genggam atau lembaran
kota. Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) penghitungan (FHWA, 2015).
pada wilayah perkotaan adalah sebesar Survei manual dengan menggunakan
minimal 30% yang terdiri atas 20% ruang tenaga surveyor untuk menghitung arus
terbuka hijau publik dan 10% terdiri atas lalu lintas yang melalui suatu potong jalan,
ruang terbuka hijau privat. Proporsi survei ini membutuhkan biaya tenaga kerja
30% merupakan ukuran minimal untuk yang besar, tapi dapat dilakukan dengan
menjamin keseimbangan ekosistem kota, mudah. Permasalahan yang ditemukan
baik keseimbangan sistem hidrologi dan dengan survei yang dilakukan secara
keseimbangan mikroklimat, maupun sistem manual adalah keakuratan dari hasil survei
ekologis lain yang dapat meningkatkan yang sangat tergantung kepada motivasi
ketersediaan udara bersih yang diperlukan surveyor yang melakukan survei. Survei
masyarakat, serta sekaligus dapat mekanis/elektronis, merupakan survei
meningkatkan nilai estetika kota. yang mempergunakan peralatan mekanis
Keamanan dan keselamatan berlalu ataupun elektronis untuk mengukur jumlah
lintas, tercantum pada Pasal 2 ayat (2) kendaraan yang melewati suatu potong jalan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ataupun kawasan di persimpangan. Waktu
Nomor: 20/PRT/M/2010 tentang pedoman pelaksanaan survei arus tergantung
pemanfaatan dan penggunaan bagian- kepada tujuan pelaksanaan survei, untuk
bagian jalan yang menyatakan bahwa mendapatkan arus lalu lintas harian maka
pengaturan pemanfaatan dan penggunaan survei dilakukan sepanjang hari, namun
bagian–bagian jalan bertujuan untuk dapat dilakukan penyederhanaan dengan
pengamanan fungsi jalan, menjamin melakukan survei 16 jam, sebelum puncak
kelancaran dan keselamatan pengguna jalan, pagi terjadi sampai dengan sesudah puncak
dan keamanan konstruksi jalan. Saat ini sore, hasil kemudian dikonversikan untuk
tidak semua jalan yang ada memperhatikan mendapatkan lalu lintas harian (CTRE,
keselamatan para penggunan jalan dan 2009).
pejalan kaki. Contohnya tidak semua Kawasan studi yang berada di sekitar
menyediakan trotoar bagi para pejalan ruas Jalan IPN, Jalan Kebon Nanas yang
kaki padahal pejalan kaki mempunyai menghubungkan jalan arteri DI Panjaitan

337
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Abdullah Ade Suryobuwono, Prasadja Ricardianto ISSN 2355-4721

dan Banjir Kanal Timur dan pemukiman menimbulkan konflik dengan kendaraan-
warga di sekitar TPU Kebon Nanas kendaraan yang melaju pada jalan yang
(Gambar 1). Selain itu, terdapat STMT sama.
Trisakti sebagai pusat pendidikan dan Prasarana dan sarana jaringan
Hotel Nalendra sebagai pusat kegiatan pejalan kaki secara umum berfungsi untuk
perhotelan di wilayah sekitar ruas jalan memfasilitasi pergerakan pejalan kaki dari
yang diteliti. Kebutuhan fasilitas pejalan satu tempat ke tempat lain dengan mudah,
kaki pada pedestrian dan tepi jalan. lancar, aman, nyaman, dan mandiri termasuk
Meskipun pedestrian merupakan pelengkap bagi pejalan kaki dengan keterbatasan fisik.
prasarana jalan, namun pelengkap ini Fungsi prasarana dan sarana pejalan kaki
mutlak dibutuhkan di jalan-jalan urban yaitu sebagai berikut: (1) jalur penghubung
apalagi yang memiliki karakteristik antarpusat kegiatan, blok ke blok, dan
perdagangan dan jasa, sebab pelengkap ini persil ke persil di kawasan perkotaan; (2)
mampu mewadahi sirkulasi pejalan kaki. bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem
Kenyataan di lapangan, fasilitas pejalan pergantian moda pergerakan lainnya; (3)
kaki ini kondisinya tidak layak karena lebar ruang interaksi sosial; (4) pendukung
jalan yang tidak sesuai standar, adanya keindahan dan kenyamanan kota; dan (5)
kerusakan pada fasilitas dan adanya pohon jalur evakuasi bencana.
yang tumbuh pada fasilitas pejalan kaki, Penyediaan dan pemanfaatan
sehingga lebar efektifnya tinggal beberapa prasarana dan sarana jaringan pejalan
sentimeter, pejalan kaki harus bejalan kaki selain bermanfaat untuk menjamin
lambat dan seringkali menggunakan badan keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki
jalan untuk berjalan. Pergerakan tersebut untuk berjalan kaki dari suatu tempat ke
sangat berbahaya, karena pejalan kaki dapat tempat yang lain juga bermanfaat untuk:

Gambar 1 Wilayah studi penelitian

338
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Perencanaan Trotoar dalam Rangka Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Pejalan Kaki

(1) mendukung upaya revitalisasi kawasan bebas jalur pejalan kaki ini yaitu sebagai
perkotaan; (2) merangsang berbagai berikut: (1) memiliki tinggi paling sedikit
kegiatan ekonomi untuk mendukung 2.5 meter; (2) memiliki kedalaman paling
perkembangan kawasan bisnis yang sedikit 1 meter; dan (3) memiliki lebar
menarik; (3) menghadirkan suasana samping paling sedikit dari 0.3 meter.
dan lingkungan yang khas, unik, dan Kriteria dan spesifikasi ruang bebas jalur
dinamis; (4) menumbuhkan kegiatan yang pejalan kaki dimaksud harus diperhatikan
positif sehingga mengurangi kerawanan dalam penempatan utilitas/perlengkapan
lingkungan termasuk kriminalitas; (5) lainnya. Kebutuhan ruang bebas di atas
menurunkan pencemaran udara dan suara; menggambarkan kebutuhan ruang untuk
(6) melestarikan kawasan dan bangunan orang per orang beserta kegiatan yang
bersejarah; (7) mengendalikan tingkat dilakukannya (Kementerian PU, 2014).
pelayanan jalan; dan (8) mengurangi Volume lalu lintas dilakukan untuk
kemacetan lalu lintas (Kementerian PU, mengetahui jumlah kendaraan dan/atau
2014). pejalan kaki pada ruas jalan dan/atau
Kebutuhan ruang jalur pejalan persimpangan selama satu interval waktu
kaki untuk berdiri dan berjalan dihitung tertentu. Volume lalu lintas pada ruas
berdasarkan dimensi tubuh manusia. jalan per satuan waktu, yang dikenal
Dimensi tubuh yang lengkap berpakaian dalam perencanaan lalu lintas adalah Lalu
adalah 45 cm untuk tebal tubuh sebagai Lintas Harian Rata-Rata Tahunan (LHRT)
sisi pendeknya dan 60 cm untuk lebar bahu dan Volume Jam Perencanaan (VJP)
sebagai sisi panjangnya. (Kementerian Perhubungan, 2015).
Berdasarkan perhitungan dimensi Komposisi lalu lintas dalam hal
tubuh manusia, kebutuhan ruang minimum ini lebih dikenal dengan klasifikasi
pejalan kaki adalah (1) tanpa membawa kendaraan. Klasifikasi kendaraan sangat
barang dan keadaan diam yaitu 0,27 m2; tergantung tujuan dari suatu survei yang
(2) tanpa membawa barang dan keadaan dilakukan. Klasifikasi kendaraan meliputi:
bergerak yaitu 1,08 m2; dan (3) membawa 1) klasifikasi kendaraan berdasarkan
barang dan keadaan bergerak yaitu antara berat kendaraan, terutama beban sumbu,
1,35 m2 -1,62 m2. Kebutuhan ruang umumnya dilakukan untuk hal-hal yang
gerak minimum tersebut di atas harus berhubungan dengan desain konstruksi
memperhatikan kondisi perilaku pejalan perkerasan dan penanganan jalan; 2)
kaki dalam melakukan pergerakan, baik klasifikasi kendaraan berdasarkan dimensi
pada saat membawa barang, maupun kendaraan umumnya dilakukan untuk
berjalan bersama (berombongan) dengan menentukan lebar lajur dan radius putar;
pelaku pejalan kaki lainnya, dalam kondisi 3) klasifikasi kendaraan berdasarkan
diam maupun bergerak(Kementerian PU, kendaraan pribadi dan kendaraan umum,
2014). umumnya dilakukan untuk menentukan
Perencanaan dan perancangan jalur skema manajemen pembatasan yang
pejalan kaki harus memperhatikan ruang akan dilakukan; 4) klasifikasi kendaraan
bebas. Ruang bebas jalur pejalan kaki berdasarkan kendaraan bermotor, kendaraan
memiliki kriteria sebagai berikut: (1) tidak bermotor dan 5) pejalan kaki,
memberikan keleluasaan pada pejalan umumnya dilakukan untuk menentukan
kaki; (2) mempunyai aksesibilitas tinggi; teknik-teknik optimasi penggunaan
(3) menjamin keamanan dan keselamatan; ruang jalan dan keselamatan pejalan kaki
(4) memiliki pandangan bebas terhadap (Kementerian Perhubungan, 2015).
kegiatan sekitarnya maupun koridor jalan Variasi lalu lintas diperoleh dari
keseluruhan; dan (5) mengakomodasi hasil perhitungan volume lalu lintas pada
kebutuhan sosial pejalan. Spesifikasi ruang beberapa satuan waktu. Satuan waktu yang

339
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Abdullah Ade Suryobuwono, Prasadja Ricardianto ISSN 2355-4721

digunakan dapat dalam bentuk satuan pada suatu ruas jalan. Terdapat 2 (dua)
waktu jam, satuan waktu harian, dan satuan jenis kecepatan rata-rata setempat (mean
waktu bulanan, yaitu 1) variasi jam-an: spot speed), yaitu: a) kecepatan rata-rata
Volume lalu lintas umumnya rendah pada waktu (time mean speed) yang merupakan
malam hari, tetapi meningkat secara cepat rata-rata aritmatik kecepatan kendaraan
pada pagi hari dan sore hari. Volume jam yang melintasi suatu titik selama rentang
sibuk biasanya terjadi di jalan perkotaan waktu tertentu; b) kecepatan rata-rata
pada saat orang melakukan perjalanan ke/ ruang (space mean speed) yang merupakan
dari tempat kerja atau sekolah. Volume jam rata-rata aritmatik kecepatan kendaraan
sibuk pada jalan antarkota lebih sulit untuk yang berada pada rentang jarak tertentu
diperkirakan; 2) variasi harian: Volume lalu pada waktu tertentu. 2) Kecepatan lalu
lintas bervariasi sesuai dengan hari dalam lintas dapat diukur juga sebagai kecepatan
seminggu. Alasan utama terjadinya variasi tempuh (travel speed): Kecepatan tempuh
harian adalah karena adanya hari Minggu, (travel speed) merupakan kecepatan rata-
hari libur, hari keagamaan, hari ‘pasar’, dan rata (km/jam) arus lalu-lintas dihitung dari
siklus perjalanan angkutan barang; dan 3) panjang jalan dibagi waktu tempuh rata-
variasi bulanan: Variasi lalu lintas bulanan rata kendaraan yang melalui segmen jalan
sangat dipengaruhi oleh perbedaan musim (Kementerian Perhubungan, 2015).
dan perbedaan liburan (Kementerian Waktu tempuh rata-rata yang
Perhubungan, 2015). digunakan kendaraan menempuh segmen
Distribusi arah lalu lintas terdiri jalan dengan panjang tertentu, termasuk
dari: 1) distribusi lalu lintas pada ruas semua tundaan waktu berhenti (detik)
jalan: Distribusi lalu lintas pada ruas atau jam. Waktu tempuh tidak termasuk
jalan diperoleh dari hasil perhitungan berhenti untuk istirahat dan perbaikan
volume lalu lintas pada satuan waktu per kendaraan, 3) kecepatan arus bebas (free
arah lalu lintas. Distribusi arah dihitung flow speed) : Kecepatan arus bebas (free
pada suatu ruas jalan yang menerapkan flow speed) merupakan kecepatan rata­rata
arus lalu lintas 2 (dua) arah; 2) distribusi teoritis (km/jam) lalu lintas pada kerapatan
lalu lintas pada persimpangan: Distribusi = 0, yaitu tidak ada kendaraan yang lewat.
lalu lintas pada persimpangan diperoleh Kecepatan arus bebas (free flow speed)
dari hasil perhitungan volume lalu lintas juga diartikan sebagai kecepatan (km/
pada satuan waktu sesuai arah gerak pada jam) kendaraan yang tidak dipengaruhi
cabang persimpangan/kaki persimpangan oleh kendaraan lain (yaitu kecepatan
misalnya volume lalu lintas untuk arah dimana pengendara merasakan perjalanan
belok kiri, arah lurus dan arah belok kanan yang nyaman, dalam kondisi geometrik,
(Kementerian Perhubungan, 2015). lingkungan dan pengaturan lalu-Jintas
Pengaturan arus lalu lintas yang yang ada, pada segmen jalan dimana tidak
dimaksud dalam hal ini adalah pengaturan ada kendaraan yang lain).
arus lalu lintas yang telah ada dan tetap Perkiraan volume lalu lintas
berlaku pada saat inventarisasi dan analisis yang akan datang merupakan perkiraan
situasi lalu lintas dilakukan. Pengaturan volume lalu lintas pada ruas jalan dalam
arus lalu lintas meliputi pengaturan arus jangka waktu 1 (satu) tahun atau beberapa
lalu lintas di ruas jalan dan pengaturan arus tahun sesuai tahun perencanaan. Perkiraan
lalu lintas di persimpangan (Kementerian volume lalu lintas dilakukan melalui:
Perhubungan, 2015). 1) kecenderungan dari data historis; 2)
Kecepatan lalu lintas dapat diukur menyusun model simulasi lalu lintas.
sebagai: 1) kecepatan setempat (spot Perkiraan volume lalu lintas dilakukan
speed): Kecepatan setempat (spot speed) dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1) perkiraan
adalah kecepatan sesaat di lokasi tertentu volume lalu lintas apabila tidak dilakukan

340
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Perencanaan Trotoar dalam Rangka Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Pejalan Kaki

skema penanganan manajemen dan dilakukan yaitu: 1) Pendekatan teori; 2)


rekayasa lalu lintas (do nothing); dan Tinjauan kebijakan/peraturan-peraturan; 3)
2) perkiraan volume lalu lintas apabila Pendekatan lapangan, dengan melakukan
dilakukan skema penanganan manajemen pengukuran dan observasi langsung.
dan rekayasa lalu lintas (do something) Observasi lapangan dilakukan dengan
(Kementerian Perhubungan, 2015). menggunakan Traffic Count (TC) aplikasi
Kajian mengenai kondisi kebutuhan GPS, guna mengetahui, lingkungan dan
dan fasilitas pedestrian pernah dilakukan permasalahan aktual jalur pejalan kaki
di Indonesia oleh Utomo (2008), Muchtar di sepanjang jalan IPN dan jalan Kebon
(2010), Pratama et al (2014). Penelitian Nanas, Jakarta Timur setelah dilakukan uji
lainnya dilakukan oleh Bilema et al coba rekayasa lalu lintas di jalan Kebon
(2017) mengenai hubungan pedestrian Nanas-Jalan DI Panjaitan – Jalan Otista III,
dan keamanan berdasarkan teori perilaku. Jakarta Timur.
Analisis konflik dengan menggunakan
langkah-langkah keamanan pengganti
(Surogate Safety Measures/SSMs) telah HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi pendekatan yang efisien untuk
meneliti isu-isu keselamatan. Analisis ini A. Analisis terhadap Traffic pada Ruas
sudah diterapkan oleh Gettman dan Head Jalan IPN dan Sekitarnya
(2003) serta Highway Safety Manual, Hasil traffic counting yang dilakukan
USA (2010) (Chen et al, 2017). Penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 1 dan Tabel 2
berikutnya adalah, menginvestigasi aspek Berdasarkan data tabel, untuk ukuran
keselamatan pejalan kaki dengan meng- jalan lingkungan, volume kendaraan sudah
gunakan Post-Encroachment Time (PET) cukup banyak, namun lancar. Hal ini perlu
dan Ambang Batas Menunggu Waktu diperhatikan mengingat trotoar existing
atau The Threshold Wait Time (TWT) kapasitasnya tidak sesuai standar sehingga
untuk pejalan kaki selama persimpangan pejalan kaki sering kali menggunakan
(Chandrappa et al, 2016). Perancangan badan jalan.
fasilitas pedestrian, dengan melakukan
perhitungan yang wajar dari jarak antar B. Identifikasi Kebutuhan Lebar
persimpangan antarpusat pejalan kaki, Efektik Jalur Pejalan Kaki
menghitung interval penyeberangan pejalan Berikut ini adalah kondisi pedestrian
kaki yang wajar (Li et al, 2013). Penelitian
di ruas jalan IPN :
mengenai keamanan pedestrian dan a. Lebar trotoar < 1,5 m bahkan pada
merancang atau memodifikasi lingkungan salah satu ruas hanya 50 cm saja
binaan untuk meminimalkan resiko pejalan b. Terdapat dasar trotoar sudah rusak
kaki telah dikaji oleh Stoker et al (2015).c. Terdapat pohon yang tumbuh di atas
trotoar terdapat dinding yang condong
ke trotoar menyebabkan lebar trotoar
METODE PENELITIAN yang dapat dimanfaatkan < 1 m
d. Tidak banyak tersediannya ada penan-
Metode yang dilakukan dalam daan atau perambuan
penelitian ini adalah analisis kuantitatif
deskriptif yang didasarkan untuk Lebar efektif trotoar dapat diketahui
mengetahui keadaan sesuatu yang bersifat setelah melakukan penghitungan volume
kuanlitatif dengan melalui metode pejalan, sehingga seberapa besar kebutuhan
pengukuran langsung di lapangan, pejalan kaki terhadap pedestrian dapat
dimana studi ini ditinjau berdasarkan ditentukan. Dengan menggunakan rumus
kriteria pengembangan. Pendekatan yang (Pedoman Teknis Perencanaan Spesifikasi

341
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Abdullah Ade Suryobuwono, Prasadja Ricardianto ISSN 2355-4721

Trotoar, 1991): bila patok rambu lalu lintas, kotak


surat, pohon peneduh atau fasilitas
umum lainnya ditempatkan pada jalur
Keterangan : tersebut.
P = volume pejalan kaki (orang/ g. Lebar minimum jalur pejalan kaki
menit/meter) diambil dari lebar yang dibutuhkan
W = lebar jalur pejalan kaki untuk pergerakan 2 orang pejalan kaki
secara bergandengan atau 2 orang
Berdasarkan TC untuk pejalan kaki pejalan kaki yang berpapasan tanpa
yang telah dilakukan, dapat diperoleh terjadinya persinggungan. Lebar absolut
estimasi volume pejalan kaki yaitu 2 orang/ minimum jalur pejalan kaki ditentukan
menit/meter. Untuk mendapatkan lebar 2 x 75 cm + jarak dengan bangunan-
jalur pejalan kaki, maka dapat dihitung : bangunan di sampingnya, yaitu (2 x 15
cm) = 1,80 m.

D. Trotoar
a. Trotoar dapat direncanakan pada ruas
Dengan demikian, minimum lebar jalan yang terdapat volume pejalan
trotoar adalah 1,56 meter kaki lebih dari 300 orang per 12 jam
(jam 6.00 - jam 18.00) dan volume lalu
C. Perencanaan Kebutuhan Fasilitas lintas lebih dan 1000 kendaraan per 12
Pejalan Kaki jam (jam 6.00 -jam 18.00).
Jalur Pejalan Kaki b. Ruang bebas trotoar tidak kurang dari
a. Lebar jalur pejalan kaki harus leluasa, 2,5 meter dan kedalaman bebas tidak
minimal bila dua orang pejalan kaki kurang dari satu meter dan permukaan
berpapasan, salah satu di antaranya pedestrian. Kebebasan samping tidak
tidak harus turun ke jalur lalu lintas kurang dan 0,3 meter. Perencanaan
kendaraan. pemasangan utilitas selain harus
b. Lebar minimum jalur pejalan kaki memenuhi ruang bebas pedestrian juga
adalah 1,50 meter. harus memenuhi ketentuan-ketentuan
c. Maksimum arus pejalan kaki adalah 50 dalam buku petunjuk pelaksanaan
pejalan kaki/menit. pemasangan utilitas.
d. Untuk dapat memberikan pelayanan c. Lebar pedestrian harus dapat melayani
yang optimal kepada pejalan kaki volume pejalan kaki yang ada. Lebar
maka jalur harus diperkeras, dan minimum pedestrian sebaiknya sesuai
apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan klasifikasi jalan yaitu 1,5 m.
dengan sekitarnya harus dibentuk
pembatas (dapat berupa kerb atau batas E. Penyediaan Sarana Jaringan Pejalan
penghalang/barrier). Kaki
e. Perkerasan dapat dibuat dan blok Kriteria penyediaan sarana pejalan
beton, beton, perkerasan aspal, atau kaki, selain merujuk pada kriteria
plesteran. Permukaan harus rata dan penyediaan prasarana jaringan pejalan kaki,
mempunyai kemiringan melintang 2 - juga memperhatikan kriteria ketersediaan
4 % supaya tidak terjadi genangan air. (lebar) ruas pada jaringan pejalan kaki serta
Kemiringan memanjang disesuaikan tidak mengganggu fungsi utama jaringan
dengan kemiringan memanjang jalan pejalan kaki sebagai tempat pergerakan
dan disarankan kemiringan maksimum untuk pejalan kaki. Sarana jaringan
adalah 10 %. pejalan kaki di ruas IPN terdiri atas jalur
f. Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah, hijau, lampu penerangan, tempat duduk,

342
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Perencanaan Trotoar dalam Rangka Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Pejalan Kaki

pagar pengaman, tempat sampah, marka, Article ID 52002150.


perambuan dan papan informasi. Chandrappa, Anush Konayakanahalli,
Kinjai Bhattacharya, & Bharghap
F. Jalur Hijau Maitra. 2016. Estimation of Post-
Ruang pejalan kaki dibangun Encroachment Time and Threshold
dengan mempertimbangkan nilai ekologis Wait Time for Pedestrains on a Busy
ruang terbuka hijau (RTH). Jalur hijau Urban Corridor in a Heterogeneous
ditempatkan pada jalur amenitas dengan Traffic Environment: An Expderience
lebar 150 centimeter dan bahan yang in Kolkata. Asian Tranpot Studies. 4
digunakan adalah tanaman peneduh. Ini (2): 421-429.
hanya dapat diaplikasikan pada ruas kebon [DirJen Bina Marga RI] Direktur Jenderal
nanas. Sedangkan pada ruas sekitar jalan Bina Marga Republik Indonesia
IPN, seluruh pohon yang tumbuh di atas Nomor 76/KPTS/Db/1999 tanggal
pedestrian harus ditebang. 20 Desember 1999 tentang Trotoar/
Sidewalk. Jakarta: Dirjen Bina Marga
RI.
SIMPULAN Muchtar, Chaerul. 2010. Identifikasi
Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki
Volume lalu lintas di ruas sekitar Studi Kasus Jalan Kedoya Raya –
jalan IPN cukup tinggi untuk kelas jalan Arjuna Selatan, Jurnal PLANESATM. 1
lingkungan, sedangkan kapasitas trotoar (2).
kapasitasnya tidak sesuai standar, sehingga [Permenhub RI] Peraturan Menteri
hal ini mempengaruhi keamanan dan Perhubungan Republik Indonesia
keselamatan pejalan kaki; Nomor PM 96 Tahun 2015 Tentang
Berdasarkan hasil pengukuran Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
lapangan jumlah pejalan kaki sangat minim Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas,
yaitu 2 orang/menit/meter, namun perlu Kementerian Perhubungan, 2015.
dilakukan revitalisasi untuk mendapatkan Jakarta: PM Perhub RI.
kapasitas yang cukup sesuai volume [PM PU RI] Peraturan Menteri Pekerjaan
pejalan kaki dengan mempertimbangkan Umum Nomor: 20/PRT/M/2010
keselamatan, keamanan dan kenyamanan. tentang pedoman pemanfaatan dan
Lebar minimum yang diusulkan adalah penggunaan bagian-bagian jalan.
1,56 meter; Jakarta: PM PU RI.
Perencanaan kebutuhan fasilitas [PM PU RI] Peraturan Menteri Pekerjaan
pejalan kaki di ruas jalan IPN dan sekitarnya Umum Republik Indonesia Nomor
meliputi jalur hijau, lampu penerangan, 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman
tempat duduk, pagar pengaman, tempat Perencanaan, Penyediaan, Dan
sampah, marka, perambuan dan papan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana
informasi. Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan
Perkotaan, Kementerian Pekerjaan
Umum, 2014. Jakarta: PM PU RI.
DAFTAR PUSTAKA Pratama, Novalino. 2014. Studi Perencanaan
Trotoar di Dalam Lingkungan Kampus
Chen, Peng, Weiliang Zheng, Guizhen Yu, Universitas Sriwijaya Inderalaya.
& Yunpoeng Wang. 2017. Surrogate Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan.
Safety Analysis of Pedestrian-Vehicle 2 (2).
Conflict at Intersecftions Using Stoker, Philip, Andrea Garfinkel-Castro,
Unmanned Aerial Vehicle Videos. Meleckidzedeck Khayesi, Wilson
Journal of Advanced Transportation. Odero, Martin N. Mwangi, Margie

343
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Abdullah Ade Suryobuwono, Prasadja Ricardianto ISSN 2355-4721

Peden & Reid Ewing. 2015. Pedestrian


Safety and the Built
Utomo, Nugroho & Iwan Wahjudjanto.
2008. Analisa Tingkat Pelayanan
Jalur Pejalan Kaki Yang Sinergis
Dengan Fasilitas Transportasi Publik
di Kota Surabaya. Jurnal Rekayasa
Perencanaan. 4 (3).
[UU RI] Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, Rencana Tata
ruang wilayah kota. Jakarta: UU RI.

344
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
ISSN 2355-4721 Perencanaan Trotoar dalam Rangka Peningkatan Keamanan dan Keselamatan Pejalan Kaki

Tabel 1 Rekapitulasi Jumlah Kendaraan (smp: satuan mobil penumpang)

345
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017
Abdullah Ade Suryobuwono, Prasadja Ricardianto ISSN 2355-4721

Tabel 2 Rekapitulasi Volume Kendaraan dan Rata-rata Kecepatan

346
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 03, November 2017

You might also like