Professional Documents
Culture Documents
Bank Sampah Di Sby
Bank Sampah Di Sby
Abstract
This research aims to discover the community participation and factors that affect the community participation on waste
management in Bank Sampah PITOE Jambangan. The reason behind the emergence of this research is waste problem in Surabaya.
To resolve this problem, Surabaya Government with private sector through Green and Clean program, involving community
participation on waste management, among others by the establishment of waste banks. One kampung in Surabaya that got many
rewards for good waste management is RW III, Kelurahan Jambangan, where up to 2015 won ten awards. One of the best waste
banks on this region is Bank Sampah PITOE Jambangan. The results of this research shows from participation’s shapes, community
participate in decision making, implementation, and the utilization of waste management activities in Bank Sampah PITOE
Jambangan. However, community did not participate in the evaluation process. While from degree of participation, shows
community participation is on interactive degree related to decision making, is on self-mobilization degree related to implementation
and enjoy the results, and is on consultative degree related to evaluation process. The results of this research also shows the factors
that affect community participation, i.e., economic motive, social motive for creating harmony, pscyhology motive for achievement of
residence and self-satisfaction as the environment becomes clean, motivation and support from local government, motivation and
support from the staff of Bank Sampah PITOE Jambangan, motivation and support from environmental cadres, the communication
with community that going smoothly, and citizen forum is routinely performed.
Pendahuluan Tabel 1.
Pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Provinsi
tidak hanya menjadi salah satu faktor penyebab Tahun 2010 – 2015
permasalahan – permasalahan seperti persaingan
diantara masyarakat semakin ketat ataupun urbanisasi
dari desa ke kota semakin tinggi saja, tetapi juga
menjadi penyebab limbah buangan yang disebut
sebagai sampah semakin bertambah jumlahnya. Salah
satu negara di dunia yang mengalami permasalahan ini
sebagai dampak dari bertambahnya jumlah penduduk
adalah negara Indonesia.
Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk yang
cukup padat dan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar ke
– 4 didunia pada tahun 2010 setelah China (1,341
milyar), India (1,225 milyar), dan Amerika Serikat
(310 juta) (dalam Widjajanti, et al. 2014:2). Data
mengenai perkembangan jumlah penduduk di
Indonesia berdasarkan provinsi tahun 2010 – 2015
tertera pada tabel berikut:
230
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup padat yang terangkut secara berturut – turut semakin
dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 1. meningkat, sehingga menjadi 61.398,5 m3 di tahun
menunjukkan bahwa di tahun 2010, jumlah penduduk 2011, 67.582,14 m3 di tahun 2012, dan 1.361.604,58
Indonesia hanya sebesar 237.641.300 jiwa. Namun di m3 di tahun 2013. Pada tahun 2014, volume sampah
tahun 2011 hingga 2013, jumlah penduduk di yang terangkut per hari mengalami penurunan
Indonesia mengalami peningkatan, sehingga jumlah 535.160,33 m3, sehingga menjadi 826.444,25 m3. Tabel
penduduk Indonesia berturut – turut menjadi 2. juga menunjukkan bahwa Kota Surabaya menjadi
241.990.700 jiwa di tahun 2011, 251.857.940 jiwa di salah satu kota dengan volume sampah terbesar di
tahun 2012, dan 253.602.810 jiwa ditahun 2013. Di Indonesia.
tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia mengalami Pertambahan jumlah penduduk di Kota Surabaya
penurunan sebesar 1.438.010 jiwa, sehingga menjadi menyebabkan sampah di Kota Surabaya semakin
252.164.800 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk di bertambah hingga menjadi salah satu kota di Indonesia
Indonesia kembali terjadi di tahun 2015, sehingga dengan volume sampah terbesar. Kondisi ini kemudian
menjadi 255.182.140 jiwa. Hal ini kemudian yang semakin di perparah dengan masih diterapkannya
menjadi salah satu penyebab jumlah sampah yang ada penggunaan paradigma lama pengelolaan sampah oleh
di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke sebagian besar masyarakat Kota Surabaya. Selama ini
tahun. sebagian besar masyarakat Kota Surabaya masih
Pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak
Indonesia menyebabkan jumlah sampah yang ada di berguna, tidak berharga, menjijikkan, bahkan sampah
Indonesia semakin hari semakin bertambah. Data dilihat sebagai sumber daya yang tidak perlu
mengenai volume sampah yang terangkut per hari dimanfaatkan dan tidak memiliki nilai ekonomis.
menurut kota di Indonesia tahun 2010 – 2014 dapat Masyarakat dalam mengelola sampah selama ini masih
dilihat pada tabel berikut: bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe), yaitu
Tabel 2. sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat
Volume Sampah yang Terangkut per Hari Menurut pemrosesan akhir sampah begitu saja. Data mengenai
Kota di Indonesia cara pembuangan sampah rumah tangga Kota Surabaya
Tahun 2010 – 2014 tahun 2011 – 2012 tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.
Cara Pembuangan Sampah Rumah Tangga Kota
Surabaya
Tahun 2011 – 2012
231
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
sampah di wilayah RW III Kelurahan Jambangan masalah dalam penelitian ini adalah:
adalah melalui adanya bank sampah. Dari 180 unit 1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam
bank sampah yang ada di Kota Surabaya pada tahun pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
2013(http://waste.ccacknowledge.net/sites/default/files/ Jambangan, Kota Surabaya?
files/events_documents/Surabaya%20City%20Indonesi 2. Faktor – faktor apakah yang mempengaruhi tingkat
a.pdf, akses: 18 Februari 2016), terdapat 9 unit bank partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
sampah terbaik dengan jumlah nasabah terbanyak dan di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota
omzet pendapatan per bulan terbesar sebagai Surabaya?
indikatornya, dimana salah satunya terdapat di wilayah
RW III Kelurahan Jambangan. Data mengenai 9 bank Dan berdasarkan permasalahan yang dirumuskan
sampah terbaik di Kota Surabaya pada tahun 2013 di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
tertera pada tabel berikut: 1. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam
Tabel 5. pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Sembilan Unit Bank Sampah Terbaik di Kota Surabaya Jambangan, Kota Surabaya.
Tahun 2013 2. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi
tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan, Kota
Surabaya.
233
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
2. Menurut Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Aktivitas pengelolaan sampah tidak terbatas pada
Umum (2007) (dalam Hermawati, et al. 2015:1) aspek teknis semata, tetapi juga aspek – aspek lainnya
sampah diartikan sebagai suatu buangan atau seperti yang dikemukakan oleh Sucipto (2012:32),
produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat diantaranya: (1) aspek teknologi, (2) aspek partisipasi
kegiatan manusia yang dapat dianggap sudah tidak masyarakat (sosial), (3) aspek ekonomi dan finansial,
bermanfaat lagi, untuk itu harus dikelola agar tidak (4) aspek hukum dan peraturan, (5) aspek organisasi
membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. dan manajemen, (6) aspek operasional, dimana masing
3. Menurut Ecolink (1996) (dalam Samal, ed. 2010:2) – masing aspek ini saling berkaitan satu sama lain yang
memberikan pengertian sampah sebagai bahan yang tidak dapat dipisahkan. Namun, diantara semua aspek
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas yang ada, Dhokhikah, et al. (2015:153) berpendapat
baik yang dilakukan oleh manusia maupun alam bahwa partisipasi masyarakat menjadi suatu faktor
yang belum memiliki nilai ekonomis. kunci keberhasilan pengelolaan sampah terpadu.
Partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam
Pengelolaan Sampah mencapai pengelolaan sampah secara terpadu.
Paradigma Pengelolaan Sampah
Dari berbagai literatur yang ada, setidaknya terdapat Bank Sampah
dua paradigma pengelolaan sampah yang selama ini Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
digunakan (Penjelasan Undang – Undang Nomor 18 Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah), yaitu Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle
paradigma lama dan paradigma baru. Melalui Bank Sampah dalam pasal 1 ayat 1
1. Dalam paradigma lama, sampah dipandang sebagai mendefinisikan bank sampah sebagai tempat
material yang tidak berguna sehingga cukup pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur
ditangani dengan cara pendekatan akhir (end of ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai
pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan ekonomi.
dibuang atau disingkirkan begitu saja. Sedangkan Dhokhikah, et al. (2015:154) memandang
2. Paradigma baru memandang sampah sebagai bank sampah sebagai bank yang didirikan oleh
sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan komunitas masyarakat. Bank sampah menerima
dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, sampah daur ulang dari komunitas (yang disebut
kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. sebagai nasabah / klient dari bank sampah). Bank
sampah menerima sampah daur ulang, seperti botol
Pengelolaan Sampah Secara Terpadu (Terintegrasi) plastik, gelas bekas air kemasan, koran, majalah, buku,
Tchobanoglous, et al. (1993) (dalam Hermawati, et al., kertas bekas, kertas bekas pemakaian di kantor –
2015:87) mendefinisikan pengelolaan sampah sebagai kantor, kabel – kabel bekas, kaleng bekas, kaleng
suatu disiplin kegiatan yang terkait dengan bensin, besi tua, dan sepatu bekas, dan lain sebagainya
pengendalian timbulan sampah hingga pembuangannya dari nasabah. Harga sampah per kilogram bergantung
dengan cara yang sesuai dengan prinsip – prinsip pada jenis sampahnya. Setiap jenis sampah ditimbang
kesehatan masyarakat, ekonomi, rekayasa, konservasi, yang kemudian dicatat dalam buku tabungan sampah.
estetika, dan lingkungan. Menurut Tchobanoglous, et Masing – masing nasabah memiliki buku tabungan,
al. (1993), aktivitas pengelolaan sampah dari titik yang didalamnya berisi jenis sampah yang
timbulan sampah sampai ke pembuangan akhir dikumpulkan, berat sampah yang dikumpulkan dan
meliputi enam elemen fungsional yaitu timbulan telah ditimbang, harga per kilogram, dan jumlah total
sampah; penanganan, pemisahan, penyimpanan, dan saldo nominal uang dari sampah yang telah
pemrosesan akhir di sumber; pengumpulan sampah; dikumpulkan. Bank sampah sangat berguna untuk
pemisahan, pemrosesan, dan transformasi sampah; meminimalkan jumlah sampah dari sumber sebelum
transfer dan pengangkutan sampah; dan pembuangan diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS).
akhir sampah. Hubungan antar elemen dalam sistem
pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar berikut: Partisipasi Masyarakat
Gambar 1. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Skema Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Seorang ahli ekonomi kerakyatan, Mubyarto (1997)
(dalam Huraerah 2008:96) mengatakan, pengertian
partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat
dalam suatu proses pembangunan dimana masyarakat
ikut terlibat mulai dari tahap penyusunan program,
perencanaan dan pembangunan, perumusan kebijakan,
dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Sulaiman
(1985) (dalam Huraerah 2008:96), mengungkapkan
partisipasi sosial sebagai keterlibatan aktif warga
masyarakat secara perorangan, kelompok, atau dalam
Sumber: Tchobanoglous, et al. (1993) dalam kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan
Hermawati, et al. (2015:9). keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan
program serta usaha pelayanan dan pembangunan
234
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
kesejahteraan sosial di dalam dan atau di luar Partisipasi ini menjadi tahap lanjutan dari tahap
lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran pertama. Terkait dengan hal ini, Uphoff
tanggung jawab sosialnya. berpendapat bahwa masyarakat dalam pelaksanaan
Pada dasarnya partisipasi masyarakat menjadi hal yang pembangunan dapat memberikan kontribusinya
penting dalam penyelenggaraan negara, khususnya guna menunjang pelaksanaan pembangunan berupa
dalam pembangunan. Tjokrowinoto (1987) (dalam tenaga, uang, barang, material, ataupun informasi
Mardiyanta 2013:228 – 229) berpendapat bahwa yang berguna bagi pelaksanaan pembangunan.
argumentasi pentingnya konsep dan praktek partisipasi Moebyarto menambahkan bahwa hal yang penting
masyarakat dalam pembangunan meliputi: dan perlu diperhatikan dalam hal ini adalah
1. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan terakhir kesediaan masyarakat untuk membantu agar
pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis program yang dijalankan dapat berhasil harus
dari dalil tersebut; sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
2. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan setiap orang dan tanpa mengorbankan kepentingan
kemampuan pribadi untuk dapat turut serta dalam diri sendiri ini sudah dikategorikan sebagai
keputusan penting yang menyangkut masyarakat; partisipasi.
3. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan 3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil
balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, Dalam hal ini, masyarakat mempunyai hak untuk
kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa berpartisipasi dalam menikmati setiap usaha
keberadaannya akan tidak terungkap. Arus bersama yang ada secara adil. Adil dalam
informasi ini tidak dapat dihindari untuk pengertian ini adalah setiap orang mendapatkan
berhasilnya pembangunan; bagiannya sesuai dengan pengorbanannya dan
4. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan menurut norma – norma yang berlaku. Uphoff, et
dimulai dari di mana rakyat berada dan dari apa al., berpendapat bahwa partisipasi dalam menikmati
yang mereka miliki; hasil dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dari aspek
5. Partisipasi memperluas zone (kawasan) penerimaan manfaat materialnya (material benefit), manfaat
proyek pembangunan; sosialnya (social benefit), dan manfaat pribadi
6. Ia akan memperluas jangkauan pelayanan (personal benefit).
pemerintah kepada seluruh masyarakat; 4. Partisipasi dalam evaluasi
7. Partisipasi menopang pembangunan; Sudah umum disepakati bahwa setiap
8. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif penyelenggaraan apa pun dalam kehidupan
baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun bersama, hanya dapat dinilai berhasil apabila dapat
pertumbuhan manusia; memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk
9. Partisipasi merupakan cara yang efektif mengetahui hal ini, sudah sepantasnya masyarakat
membangun kemampuan masyarakat untuk diberi kesempatan untuk menilai hasil yang telah
pengelolaan program pembangunan guna dicapai. Masyarakat dapat dijadikan sebagai
memenuhi kebutuhan khas daerah; „hakim‟ yang adil dan jujur dalam menilai hasil
10. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak yang ada.
demokratis individu untuk dilibatkan dalam
pembangunan mereka sendiri. Derajat Partisipasi Masyarakat
Prety, J. (1995) (dalam Sugandi 2011:184 – 185)
Bentuk – Bentuk Partisipasi Masyarakat berpendapat bahwa ada tujuh karakteristik tipologi
Kaho (2007:127) menarik kesimpulan bahwa bentuk partisipasi, yang berturut – turut semakin dekat dengan
partisipasi yang dapat diberikan oleh masyarakat, bentuk ideal, yaitu:
yaitu: 1. Partisipasi pasif atau manipulatif, dimana dalam
1. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan partisipasi ini masyarakat hanya dijadikan sebagai
Setiap proses penyelenggaraan, terutama dalam penerima pemberitahuan dari apa yang sedang dan
kehidupan bersama masyarakat, pasti melewati telah terjadi. Pengumuman sepihak yang dilakukan
tahap penentuan kebijaksanaan. Dalam hal ini oleh pelaksana proyek ini tidak memperhatikan
Moebyarto menegaskan, “... dalam keadaan yang tanggapan masyarakat sebagai sasaran program.
paling ideal keikutsertaan masyarakat untuk Informasi yang dipertukarkan terbatas pada
membuat „putusan politik‟ yang menyangkut nasib kalangan profesional saja, diluar kelompok sasaran.
mereka, adalah ukuran tingkat partisipasi rakyat. Partisipasi bentuk ini merupakan partisipasi yang
Semakin besar kemampuan untuk menentukan paling lemah.
nasib sendiri, semakin besar partisipasi 2. Partisipasi informatif, dimana dalam hal ini
masyarakat.” Dalam hal ini, bentuk partisipasi yang masyarakat hanya menjawab pertanyaan –
dapat diberikan oleh masyarakat adalah dengan pertanyaan untuk proyek, namun tidak memiliki
terlibat dalam pembuatan keputusan karena kesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi
keputusan yang dibuat pada dasarnya menyangkut proses keputusan. Akurasi hasil studi juga tidak
nasib masyarakat itu sendiri. dibahas bersama masyarakat.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan 3. Partisipasi konsultatif, dimana dalam hal ini
masyarakat berpartisipasi dengan cara
235
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan, keikutsertaannya itu akan membawa dampak
serta menganalisis masalah dan pemecahannya. meningkatnya status sosialnya. Pada sisi negatif,
Masyarakat juga belum memiliki peluang untuk orang akan „terpaksa‟ berpartisipasi dalam satu
membuat keputusan bersama. Para profesional kegiatan (pembangunan) karena „takut‟ terkena
tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan sanksi sosial (tersisih atau dikucilkan oleh
masyarakat (sebagai masukan) untuk masyarakat). Motif semacam ini dikendalikan oleh
ditindaklanjuti. norma – norma sosial yang masih kuat di dalam
4. Partisipasi insentif, dimana dalam hal ini masyarakat, terutama yang masih bersifat
masyarakat memberikan pengorbanan barang dan keguyuban.
jasa untuk memperoleh imbalan insentif berupa 3. Motif keagamaan
upah, walau tidak dilibatkan dalam proses Motif keagaamaan didasarkan pada kepercayaan
pembelajaran atau eksperimen – eksperimen yang kepada kekuatan yang ada di luar manusia (Tuhan,
dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk sesuatu yang gaib, supernatural). Agama sebagai
melanjutkan kegiatan – kegiatan setelah insentif ideologi sosial yang mempunyai berbagai macam
dihentikan. fungsi bagi pemeluknya, yaitu fungsi – fungsi:
5. Partisipasi fungsional, masyarakat membentuk inspiratif, normatif, integratif, identifikatif, dan
kelompok sebagai bagian proyek, setelah ada operatif / motivatif. Melalui aktualisasi fungsi –
keputusan – keputusan utama yang disepakati. Pada fungsi itu agama dapat meningkatkan peranannya
tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak di dalam proses pembangunan, dan lebih dari itu
luar, tetapi secara bertahap kemudian menunjukkan agama dapat meningkatkan peran para pemeluknya
kemandiriannya. dalam proses pembangunan.
6. Partisipasi interaktif, dimana dalam hal ini 4. Motif ekonomi
masyarakat berperan dalam proses analisis untuk Laba (profit) adalah motif ekonomi yang dapat dan
perencanaan kegiatan dan pembentukan atau bahkan seringkali efektif mendorong orang
penguatan kelembagaan, pola ini cenderung mengambil keputusan untuk ikut berpartisipasi
melibatkan metode interdisipliner yang mencari didalam kegiatan (pembangunan). Dengan
keragaman perspektif dalam proses belajar yang menggunakan tata nalar ekonomi orang akan
terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki memutuskan berpartisipasi (dalam suatu kegiatan)
peran untuk mengontrol atas pelaksanaan keputusan manakala kegiatan – kegiatan itu dapat
– keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam menghasilkan manfaat / keuntungan bagi dirinya
keseluruhan proses kegiatan. atau bagi perusahaan / kelompoknya, atau setidak –
7. Mandiri (self mobilization), dimana dalam hal ini tidaknya ia akan ikut berpartisipasi jika tidak akan
masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas memperoleh kerugian atau paling tidak kerugian
(tidak dipengaruhi pihak luar) untuk mengubah yang diperoleh dari partisipasinya lebih kecil
sistem atau nilai – nilai yang mereka junjung. daripada kerugian yang dapat di derita karena tidak
Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga – ikut berpartisipasi.
lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan 5. Motif politik
dukungan teknis serta sumberdaya yang diperlukan, Dasar utama motif politik ini adalah kekuasaan.
yang terpenting masyarakat juga memegang kendali Oleh karenanya, partisipasi seseorang atau
atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau golongan akan ditentukan oleh besar – kecilnya
digunakan (Syahyuti, 2006). kekuasaan yang dapat diperoleh dari partisipasinya
di dalam berbagai kegiatan (pembangunan). Makin
Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi besar kekuasaan yang mungkin di peroleh dari
Masyarakat keterlibatannya di dalam kegiatan (pembangunan),
Billah (dalam Huraerah 2008:105 – 107) maka makin kuat pula kemungkinan untuk ikut
mengungkapkan bahwa setidak – tidaknya ada 5 motif berpartisipasi.
masyarakat berpartisipasi, yaitu: Sedangkan, Najib (2005) (dalam Huraerah 2008:108)
1. Motif psikologi memandang keberhasilan partisipasi masyarakat
Kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
telah mencapai sesuatu (achievement) dapat 1. Siapa penggagas partisipasi: apakah pemerintah
merupakan motivasi yang kuat bagi seseorang pusat, pemerintah daerah atau LSM. Non –
untuk melakukan kegiatan, termasuk juga untuk government stakeholders berpeluang untuk lebih
berpartisipasi meskipun kegiatan atau lanjut.
partisipasinya itu tidak akan menghasilkan 2. Untuk kepentingan siapa partisipasi itu
keuntungan (baik berupa uang ataupun materi). dilaksanakan: apakah untuk kepentingan
2. Motif sosial pemerintah atau untuk masyarakat. Jika untuk
Terdapat dua sisi motif sosial, yaitu untuk kepentingan warga maka program kemiskinan
memperoleh status sosial dan untuk menghindarkan dengan pendekatan partisipasi akan lebih berlanjut.
dari terkena pengendalian sosial (social control). 3. Siapa yang memegang kendali: apakah pemerintah
Orang akan dengan suka hati berpartisipasi dalam pusat, pemerintah daerah, atau lembaga donor. Jika
suatu kegiatan (pembangunan) manakala pemerintah daerah atau LSM yang memegang
236
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
237
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
masyarakat dalam proses kegiatan pengelolaan dinikmati oleh masyarakat setidaknya dapat
sampah juga terletak pada dukungan mereka dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek pendapatan
kepada pengurus Bank Sampah PITOE (ekonomi), aspek lingkungan, dan aspek sosial.
Jambangan dengan memberikan makanan Pertama dalam aspek pendapatan (ekonomi),
ringan, snack, kue, roti, ataupun minuman. dimana masyarakat dapat menikmati hasil dari
Gambar 5. proses pelaksanaan pengelolaan sampah di
Masyarakat Membantu Pengurus Bank Sampah PITOE Bank Sampah PITOE Jambangan berupa uang
Jambangan dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan dari hasil penjualan sampah. Melalui
Sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan ini, sampah yang dulunya terbuang
begitu saja, ternyata dapat menjadi tambahan
penghasilan yang cukup lumayan bagi
masyarakat melalui adanya Bank Sampah
PITOE Jambangan ini. Hasil uang atau
tabungan dari masyarakat memang tidak terlalu
besar, sehingga tidak dapat mencukupi
kebutuhan hidup primer sehari – hari. Namun,
uang atau tabungan yang diperoleh oleh
masyarakat ini biasanya digunakan oleh
masyarakat sebagai tambahan untuk memenuhi
Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei kebutuhan sekunder, misalnya untuk membeli
2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. tak‟jil, membeli kue – kue kering untuk lebaran,
ataupun untuk tambahan membayar uang
Gambar 6. sekolah anak.
Seorang Masyarakat membawa Permen untuk Manfaat kedua adalah terkait pada kebersihan
Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan lingkungan sekitarnya. Masyarakat merasa
bahwa dengan adanya pengelolaan sampah di
Bank Sampah PITOE Jambangan ini jumlah
tumpukkan sampah yang ada dirumah menjadi
semakin berkurang dan membuat lingkungan di
wilayah Jambangan Tama menjadi bersih dari
sampah. Disisi lain, keterlibatan masyarakat
dalam pengelolaan sampah di Bank Sampah
PITOE Jambangan sedikit banyaknya
membantu Pemerintah Kota Surabaya dalam
menangani permasalahan sampah yang semakin
menumpuk dan menggunung di TPA Benowo.
Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 22 Mei Selain itu, keberadaan Bank Sampah PITOE
2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan. Jambangan juga membuat masyarakat semakin
Dari hasil temuan peneliti selama berada sadar untuk menggunakan dan menerapkan
dilapangan dan teori mengenai partisipasi salah satu konsep 3R, yaitu reuse
masyarakat dalam pelaksanaan sebagaimana (menggunakan kembali). Melalui adanya Bank
dikemukakan oleh Uphoff dan Moebyarto dapat Sampah PITOE Jambangan, masyarakat tidak
disimpulkan bahwa masyarakat dalam malu dan tidak segan untuk membeli dan
pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah di mempergunakan kembali barang yang dianggap
Bank Sampah PITOE Jambangan memberikan sebagai sampah oleh pemilik sebelumnya.
kontribusinya untuk menunjang pelaksanaan Gambar 7.
kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan, Lingkungan Jalan Jambangan Tama yang Bersih dan
baik berupa tenaga, uang, barang, maupun Hijau
material. Seperti yang dikemukakan oleh
Mubyarto, masyarakat bersedia untuk
membantu dalam pelaksanaan kegiatan
pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Jambangan, jika tanggungjawabnya sebagai ibu
rumah tangga sudah selesai dilakukan.
239
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Manfaat ketiga yang diperoleh masyarakat masyarakat atau pilihan yang kedua adalah
adalah terletak pada aspek sosial. Masyarakat dengan menampung seluruh usulan dan
merasa bahwa dengan adanya kegiatan masukan yang disampaikan oleh masyarakat
pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE untuk kemudian dibawa dalam rapat internal
Jambangan setiap hari Minggu semakin pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan.
meningkatkan keguyuban antar masyarakat di Namun, bukan berarti usul dan masukan yang
wilayah Jambangan Tama. Masyarakat yang disampaikan oleh masyarakat ini dapat langsung
setiap hari jarang untuk bersosialisasi dan keluar disetujui dan dilaksanakan oleh pengurus Bank
rumah karena kesibukan dan padatnya aktivitas Sampah PITOE Jambangan. Hal ini bergantung
yang harus dilakukan, menjadi dapat pada apakah pengurus sanggup untuk
bersosialisasi satu sama lain melalui adanya melaksanakan usul dan masukan yang diberikan
kegiatan di Bank Sampah PITOE Jambangan tersebut. Proses evaluasi dilakukan secara rutin
ini. minimal satu kali dalam setahun. Laporan
Gambar 8. keuangan Bank Sampah PITOE Jambangan
Pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan yang dalam satu tahun menjadi bentuk evaluasi yang
sedang Berbincang – Bincang dengan Masyarakat dilakukan oleh pengurus Bank Sampah PITOE
Jambangan. Secara terbuka pengurus
memberikan lembaran fotocopy laporan
keuangan selama satu tahun kepada masyarakat.
Gambar 9.
Rapat Internal Pengurus Bank Sampah PITOE
Jambangan Setelah Evaluasi yang diadakan dalam
Pertemuan PKK
241
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
masyarakat melalui adanya Bank Sampah peran sertanya. Pemimpin dalam hal ini menjadi
PITOE Jambangan. figur contoh bagi masyarakat.
3. Motif psikologi
a. Motivasi untuk Pencapaian Prestasi Tempat
Tinggalnya
Dalam motif ini, masyarakat terdorong Sumber: Dokumentasi Peneliti pada tanggal 29
untuk memberikan peran sertanya dalam Mei 2016 di Bank Sampah PITOE Jambangan.
setiap kegiatan pengelolaan sampah di Bank
Sampah PITOE Jambangan karena 5. Motivasi dan Dukungan Pengurus Bank
masyarakat ingin agar tempat tinggalnya Sampah PITOE Jambangan
memenangkan banyak kompetisi, baik yang Dalam motif ini, faktor yang mendorong
diadakan oleh Pemerintah maupun pihak – masyarakat untuk memberikan peran sertanya
pihak lainnya. Semangat kompetitif yang dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di
tinggi disertai dengan keinginan yang tinggi Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena
untuk memenangkan kompetisi membuat adanya motivasi dari pihak pengurus Bank
tingkat kepedulian masyarakat terhadap Sampah PITOE Jambangan, yang mana sering
lingkungan semakin meningkat. mengingatkan warga untuk tetap menjaga
kebersihan lingkungan. Para pengurus Bank
b. Kepuasan Diri karena Lingkungan menjadi Sampah PITOE yang selalu terbuka dan siap
Bersih untuk menerima masukan dan saran juga
Dalam motif ini, faktor yang mendorong membuat masyarakat menjadi termotivasi untuk
masyarakat untuk memberikan peran semakin memberikan peran sertanya di Bank
sertanya dalam setiap kegiatan pengelolaan Sampah PITOE Jambangan. Disisi lain,
sampah di Bank Sampah PITOE Jambangan pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan juga
adalah karena ingin melihat lingkungan sangat welcome terhadap siapapun juga serta
sekitarnya menjadi bersih. Ada suatu tidak pernah membeda – bedakan orang
kepuasan tersendiri dalam diri masyarakat membuat tidak adanya gap atau jarak antara
ketika melihat tumpukkan sampah didalam masyarakat dan pihak pengurus.
rumah menjadi berkurang, lingkungan
sekitar menjadi lebih bersih dan bebas dari 6. Motivasi dan Dukungan Kader Lingkungan
sampah, serta dapat membantu Pemerintah Dalam motif ini, kader lingkungan juga
Kota Surabaya untuk mengurangi jumlah memegang peran penting dan menjadi faktor
sampah yang menggunung di TPA Benowo. yang mendorong masyarakat untuk memberikan
peran sertanya dalam setiap kegiatan
4. Motivasi dan Dukungan dari Pemerintah pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE
Dalam motif ini, faktor yang mendorong Jambangan. Kader lingkungan diposisikan
masyarakat untuk memberikan peran sertanya sebagai agent of change dalam merubah
dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di perilaku masyarakat yang dulunya masyarakat
Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena Jambangan ini memiliki kebiasaan membuang
adanya motivasi dan dukungan dari pihak sampah dan hajat dikali menjadi masyarakat
pemerintah, baik Pemerintah Kota Surabaya, yang memiliki budaya hidup bersih dan sehat.
Camat Jambangan, Lurah Jambangan, Ketua Kader lingkungan ini yang kemudian menjadi
RW maupun Ketua RT yang ada diwilayah ujung tombak dalam pembentukan perilaku dan
Jambangan. Dukungan – dukungan seperti dana meningkatkan partisipasi masyarakat.
hingga dukungan moril lainnya membuat
masyarakat semakin terpacu untuk memberikan 7. Komunikasi dengan Masyarakat yang Lancar
242
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
Dalam motif ini, faktor yang mendorong PITOE Jambangan juga sebaiknya memberikan
masyarakat untuk memberikan peran sertanya edukasi kepada masyarakat yang menjadi nasabah
dalam setiap kegiatan pengelolaan sampah di misalnya dengan memberikan pelatihan daur ulang.
Bank Sampah PITOE Jambangan adalah karena 2. Pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Surabaya
adanya komunikasi yang baik dan lancar antara disarankan dapat memberikan sosialisasi dan
pihak pengurus Bank Sampah PITOE pengetahuan kepada masyarakat mengenai
Jambangan dengan pihak masyarakat. pengelolaan sampah, sehingga masyarakat semakin
Komunikasi yang lancar ini kemudian juga tertarik dan termotivasi untuk memberikan peran
membuat tidak adanya gap atau jarak antara sertanya.
masyarakat dengan pengurus Bank Sampah 3. Sebagai bentuk pengembangan dari penelitian ini,
PITOE Jambangan. Masyarakat dapat peneliti memberikan saran kepada peneliti
mengungkapkan isi hatinya kepada pengurus selanjutnya agar melakukan pengkajian dan
Bank Sampah PITOE Jambangan tanpa harus penelitian yang terkait dengan faktor – faktor yang
selalu melalui pertemuan – pertemuan formal. mempengaruhi keberhasilan pengelolaan sampah di
wilayah Jambangan.
8. Forum Warga yang Rutin Dilakukan
Forum / pertemuan – pertemuan dengan Daftar Pustaka
masyarakat yang sering dan rutin dilakukan juga Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Status
menjadi faktor pendorong masyarakat untuk Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota
memberikan peran sertanya. Setidaknya dalam Surabaya Tahun 2011.
satu bulan terdapat tiga pertemuan yang secara ______, Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)
rutin diadakan, yaitu pertemuan PKK, Kota Surabaya Tahun 2012.
pertemuan dasawisma, dan pengajian. Badan Pusat Statistik, Penduduk Indonesia Hasil
Survey Penduduk Antar Sensus 2015.
Kesimpulan ______, Proyeksi Penduduk Indonesia Umur Tertentu
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari dan Umur Satu Tahunan 2010 – 2025.
bentuk partisipasinya, masyarakat berpartisipasi dalam ______, Statistik Indonesia Tahun 2015.
pembuatan keputusan, pelaksanaan, dan pemanfaatan ______, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun
hasil pengelolaan sampah di Bank Sampah PITOE 2012.
Jambangan. Namun, masyarakat tidak berpartisipasi ______, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun
dalam proses evaluasi. Sedangkan dari derajat 2013.
partisipasi ternyata partisipasi masyarakat berada ______, Statistik Lingkungan Hidup Indonesia Tahun
dalam derajat interaktif terkait dengan pembuatan 2015.
keputusan, derajat mandiri (self mobilization) terkait Dhokhikah, Yeny, Yulinah Trihadiningrum, dan Sony
dengan pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan hasil, Sunaryo (2015). Community Participation in
dan derajat konsultatif terkait dengan proses evaluasi. Household Waste Reduction in Surabaya,
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ternyata Indonesia. Journal Resources, Conservation,
faktor – faktor yang mempengaruhi partisipasi and Recycling, 102: 153 – 162.
masyarakat dalam pengelolaan sampah di Bank Hermawati, Wati, et al. (2015). Pengelolaan dan
Sampah PITOE Jambangan, antara lain motif ekonomi, Pemanfaatan Sampah di Perkotaan.
motif sosial untuk menciptakan keguyuban, motif Yogyakarta: Plantaxia.
psikologi untuk pencapaian prestasi tempat tinggal dan Huraerah, Abu (2008). Pengorganisasian dan
kepuasan diri karena lingkungan menjadi bersih, Pengembangan Masyarakat; Model dan
motivasi dan dukungan dari Pemerintah, motivasi dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan.
dukungan pengurus Bank Sampah PITOE Jambangan, Bandung: Humaniora.
motivasi dan dukungan kader lingkungan, komunikasi Kaho, Josef Riwu (2007). Prospek Otonomi Daerah di
dengan masyarakat yang lancar, dan forum warga yang Negara Republik Indonesia (Identifikasi Faktor
rutin dilakukan. – Faktor yang Mempengaruhi Penyelenggaraan
Otonomi Daerah). Jakarta: PT RajaGrafindo
Saran Persada.
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh oleh peneliti Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
pada saat berada dilapangan, maka beberapa saran Penghargaan Kalpataru (berita online). Didapat
yang diberikan oleh peneliti, diantaranya: dari: http://www.menlh.go.id/penghargaan-
1. Peneliti memberikan saran kepada pihak pengurus kalpataru/ (Akses: 20 Februari 2016).
Bank Sampah PITOE Jambangan untuk melibatkan Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia.
masyarakat secara penuh dalam proses pembuatan Rekapitulasi Data Kependudukan Per Provinsi
keputusan dan evaluasi yang ada di Bank Sampah (Edisi 31 Desember 2013). Didapat dari:
PITOE Jambangan. Pengurus Bank Sampah PITOE http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/detail/re
Jambangan juga sebaiknya melakukan inovasi – kapitulasi-data-kependudukan-per-provinsi-
inovasi kegiatan untuk mencegah masyarakat edisi-31-desember-2013 (Akses: 14 Juli 2016).
menjadi jenuh. Selain itu, pengurus Bank Sampah
243
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 4, Nomor 2, Mei-Agustus 2016
244