Professional Documents
Culture Documents
SC Rohm Osula JM
SC Rohm Osula JM
SC Rohm Osula JM
PENINGKATAN KETERCAPAIAN
PEMBELAJARAN FIQH DI SMA DENGAN
METODE BLENDED LEARNING
Lukman
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama
Islam Universitas Islam Indonesia
Email: lukmanairfan@gmail.com
DOI: https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol10.iss2.art2
Abstract
This paper focuses on fiqh (Islamic jurisprudence) learning at the high school
level. The aim of the research is to measure the extent to which the achievement of
fiqh learning at the high school level can be improved with the blended learning
method. Concept analysis method is used to understand the concept of blended
learning and explain its implementation in the field. This research is a class
action research which refers to the Kemmis model consisting of four components
namely planning, implementation, observation and reflection. It is expected
that the blended learning method can improve the achievement of fiqh learning
at the high school level. The research found that in the first phase of classroom
action research, students have not been able to adjust themselves to learning
using the blended learning method, especially with the Kahoot application.
Most students are still fixated on conventional learning. Basically, however,
the blended learning method can generate high attractiveness for students.
Enthusiasm and focus on learning become higher. The feedback obtained shows
that 100% of students claim to have learned something, 100% recommend it to
be reused and 80% welcome this method with fun. The study suggests that the
composition in the placement between direct communication with face to face
Pendahuluan
Lembaga riset e-Marketer memperkirakan netter Indonesia bakal
mencapai 112 juta orang pada tahun 2017, mengalahkan Jepang di
peringkat ke-5. Tingginya penggunaan internet seharusnya berbanding
lurus dengan pengembangan potensi, termasuk dalam bidang pendidikan.
Pendidikan berupaya menjadi wadah bagi manusia untuk mengembangkan
potensi diri guna melangsungkan kehidupan dengan lebih baik. Dalam
pendidikan modern yang berbasis teknologi, proses pembelajaran Blended
Learning adalah program pendidikan formal dimana metode tatap
muka ruang kelas dikombinasikan dengan aktivitas bermedia komputer.
Blended Learning akan mendorong siswa untuk dapat mengikuti pelajaran
dengan lebih fleksibel tapi tetap terikat pada target, waktu dan materi
yang tepat. Materi yang disampaikan dapat sepenuhnya didukung oleh
penggunaan media online. Kaitannya dengan agama, Fiqih merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam pemahaman secara komprehensif.
Syariat yang diatur dalam fiqh sejatinya berhubungan langsung dengan
sains sebagai penjelasan dari beragam fenomena alamiah yang terjadi,
sehingga penting untuk menghubungkan antara ketetapan fiqh dengan
sains untuk peningkatan pemahaman dengan lebih luas.
Pesatnya perkembangan teknologi sudah semestinya menjangkau
semua bidang kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Proses
pendidikan yang baik akan mengoptimalkan ketercapaian tujuan
pembelajaran. Dengan baiknya pemanfaatan media pembelajaran
berbasis teknologi akan mendorong proses pembelajaran secara optimal.
Berbanding terbalik dengan fakta lapangan, bahwa masih banyak guru yang
dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan cara manual
tanpa penggunaan metode yang ditunjang dengan teknologi. Padahal
pembelajaran dengan metode beragam berpotensi besar meningkatkan
ketertarikan murid terhadap pembelajaran yang disampaikan.
Blended learning sebagai sebuah metode pembelajaran
menggabungkan media berbasis teknologi dengan pembelajaran langsung
dari guru. Artinya pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan dengan
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 15
Volume X, No.2, 2017
Lukman
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 17
Volume X, No.2, 2017
Lukman
selama ini hanya bertumpu pada eksistensi guru. Menurut Clark &
Mayer (2008: 10) bahwa e-learning adalah pembelajaran yang disajikan
dengan bantuan komputer. Huruf “e” dalam e-learning bermakna bahwa
materi yang diberikan berbentuk digital sehingga dapat disimpan dalam
perangkat elektonik. E-learning memberi ilustrasi bahwa dengan adanya
teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, pembelajaran
menjadi lebih terbuka (open) dan fleksibel (flexible), terjadi kapan saja,
dimana saja dan dengan dan kepada siapa saja di lokasi mana saja
(distributed), berbasis komunitas. Menurut Castle and McGuire (2010:
36), elearning mampu meningkatkan pengalaman belajar sebab siswa dapat
belajar di manapun dan dalam kondisi apapun selama dirinya terhubung
dengan internet tanpa harus mengikuti pembelajaran tatap muka (face to
facelearning).
Blended learning adalah suatu pendekatan yang fleksibel untuk
merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu dan
tempat untuk belajar. Menurut Rovai and Jordan (2004: 3) model blended
learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran
yang dilakukan secara tatap muka (face to face learning) dan secara virtual
(e-learning). Pembelajaran online atau e-learning dalam blended learning
menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas tradisional
yang menggunakan model tatap muka (face to face learning).
Lewat model blended learning, proses pembelajaran akan lebih
efektif karena proses belajar mengajar yang biasa dilakukan akan dibantu
dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini berdiri di
atas infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun
dan dimanapun. Selain itu menurut Jusoff and Khodabandelou (2009:
82), blended learning bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada
diantara siswa dan guru namun juga meningkatkan interaksi diantara
kedua belah pihak.
Berdasarkan proportion of content delivered online, Allen dkk (2007: 5)
memberikan kategorisasi yang jelas terhadap blended learning, traditional
learning, web facilitated dan online learning Dari tabel 1 dapat diketahui
bahwa sebuah pembelajaran dikatakan berbentuk blended atau hybrid
ketika porsi e-learning berada pada kisaran 30-79% digabungkan dengan
tatap muka (face to face learning). Di sisi lain, dengan adanya model
blended learning maka mendorong pendidik untuk merubah paradigma
pendidikan dari techer-centered learning menuju student-centeredlearning.
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 19
Volume X, No.2, 2017
Lukman
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 21
Volume X, No.2, 2017
Lukman
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 23
Volume X, No.2, 2017
Lukman
Ju r n a l e L - Ta r b aw i 25
Volume X, No.2, 2017
Lukman
Daftar Pustaka
Annisa Ratna Sari. 2013. Strategi blended learning untuk peningkatan
kemandirian belajar dan kemampuan critical thinking mahasiswa
di era digital. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol.
XI, Nomor 2
Apriliya Rizkiyah.2015. Penerapan Blended Learning untuk Menngkatkan
Hasil Belajar SiswaJurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan.Vol
1. Hlm. 40 – 49
Fiqih Nurrahman, pengertian dan Urgensi Fiqh diakses dari http://pustaka.
abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/117/pengertian-dan-
ruang-lingkup-fiqh.html pada Kamis, 18 Januari 2018, pukul 15.15
Gede sandi. 2012. pengaruh blended learning terhadap hasil belajar kimia
ditinjau dari kemandirian siswa. jurnal pendidikan dan pengajaran.
vol. 3. hlm. 241 – 251
Hermawanto, S. Kusairi, Wartono. 2013. Pengaruh Blended Learning
terhadap Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas
X. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia vol. 9 hlm. 67-76
Imam Mustofa, 2016, Fiqih Muamalah Kontemporer, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Izuddin Syarif. 2012. Pengaruh Penerapan Model Blended Learning.
Kalimantan Selatan: Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2
Muksin Wijaya. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
Berbasis Web dengan Prinsip e-Pedagogy dalam Meningkatkan Hasil
Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur ( JPP) Vol. 19. Hlm. 20 – 37