SC Rohm Osula JM

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Peningkatan Ketercapaian Pembelajaran Fiqh di SMA

PENINGKATAN KETERCAPAIAN
PEMBELAJARAN FIQH DI SMA DENGAN
METODE BLENDED LEARNING

Lukman
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama
Islam Universitas Islam Indonesia
Email: lukmanairfan@gmail.com

Khairul Amri, Suratingsih, Ulfa Andriani


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Agama Islam Universitas Islam Indonesia

DOI: https://doi.org/10.20885/tarbawi.vol10.iss2.art2

Abstract
This paper focuses on fiqh (Islamic jurisprudence) learning at the high school
level. The aim of the research is to measure the extent to which the achievement of
fiqh learning at the high school level can be improved with the blended learning
method. Concept analysis method is used to understand the concept of blended
learning and explain its implementation in the field. This research is a class
action research which refers to the Kemmis model consisting of four components
namely planning, implementation, observation and reflection. It is expected
that the blended learning method can improve the achievement of fiqh learning
at the high school level. The research found that in the first phase of classroom
action research, students have not been able to adjust themselves to learning
using the blended learning method, especially with the Kahoot application.
Most students are still fixated on conventional learning. Basically, however,
the blended learning method can generate high attractiveness for students.
Enthusiasm and focus on learning become higher. The feedback obtained shows
that 100% of students claim to have learned something, 100% recommend it to
be reused and 80% welcome this method with fun. The study suggests that the
composition in the placement between direct communication with face to face

[]. ISSN: 1979998-5 [Halaman 13 - 26] .[]


Ju r n a l e L - Ta r b aw i 13
Volume X, No.2, 2017
Lukman

and online must be appropriate, so that an improvement in fiqh learning can


be achieved.
Keywords: blended learning, fiqh learning, learning outcome

Pendahuluan
Lembaga riset e-Marketer memperkirakan netter Indonesia bakal
mencapai 112 juta orang pada tahun 2017, mengalahkan Jepang di
peringkat ke-5. Tingginya penggunaan internet seharusnya berbanding
lurus dengan pengembangan potensi, termasuk dalam bidang pendidikan.
Pendidikan berupaya menjadi wadah bagi manusia untuk mengembangkan
potensi diri guna melangsungkan kehidupan dengan lebih baik. Dalam
pendidikan modern yang berbasis teknologi, proses pembelajaran Blended
Learning adalah program  pendidikan  formal dimana metode tatap
muka ruang kelas dikombinasikan dengan aktivitas bermedia komputer.
Blended Learning akan mendorong siswa untuk dapat mengikuti pelajaran
dengan lebih fleksibel tapi tetap terikat pada target, waktu dan materi
yang tepat. Materi yang disampaikan dapat sepenuhnya didukung oleh
penggunaan media online. Kaitannya dengan agama, Fiqih merupakan
bagian yang tak terpisahkan dalam pemahaman secara komprehensif.
Syariat yang diatur dalam fiqh sejatinya berhubungan langsung dengan
sains sebagai penjelasan dari beragam fenomena alamiah yang terjadi,
sehingga penting untuk menghubungkan antara ketetapan fiqh dengan
sains untuk peningkatan pemahaman dengan lebih luas.
Pesatnya perkembangan teknologi sudah semestinya menjangkau
semua bidang kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Proses
pendidikan yang baik akan mengoptimalkan ketercapaian tujuan
pembelajaran. Dengan baiknya pemanfaatan media pembelajaran
berbasis teknologi akan mendorong proses pembelajaran secara optimal.
Berbanding terbalik dengan fakta lapangan, bahwa masih banyak guru yang
dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan cara manual
tanpa penggunaan metode yang ditunjang dengan teknologi. Padahal
pembelajaran dengan metode beragam berpotensi besar meningkatkan
ketertarikan murid terhadap pembelajaran yang disampaikan.
Blended learning sebagai sebuah metode pembelajaran
menggabungkan media berbasis teknologi dengan pembelajaran langsung
dari guru. Artinya pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan dengan

14 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Peningkatan Ketercapaian Pembelajaran Fiqh di SMA

didukung penggunaan media secara daring. Mayoritas masyarakat


Indonesia yang beragama Islam memiliki keterkaitan erat dengan
pemahaman fiqih yang harus dimiliki. Dalam pembelajaran fiqih, terdapat
tuntutan bahwa guru harus mampu memberi contoh nyata pelaksanaan
fiqih dalam kehidupan sehari-hari. Tentu akan sangat memudahkan
bagi guru bila dalam penyampaiannya dapat memaparkan contoh secara
terperinci. Syariat yang diatur dalam fiqh sejatinya memiliki keterkaitan
dengan sains sebagai penjelasan dari beragam fenomena alamiah yang
terjadi. Penggunaan media dan teknologi akan mendukung guru dalam
memaparkan bukti empiris yang terkandung dalam pembelajaran fiqih.
Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan pendekatan
kualitatif model interaktif oleh Miles dan Huberman. Tahapannya
mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang
merupakan proses siklus dan interaktif.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Pengertian Fiqih
Fiqih merupakan sebuah ilmu yang diderivasi dari Al-Qur’an dan
Al-sunnah dengan menggunakan kerangka sebuah metode yang disebut
ushul fiqh. Ibnu Manzhur dalam kitab lisan al-Arab menjelaskan fiqih
dari segi bahasa sebagai pemahaman (Imam Mustofa: 2016). Dalam
bahasa Arab, secara harfiah fikih berarti pemahaman yang mendalam
terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa
arti fikih secara terminologi yaitu merupakan ilmu yang mendalami
hukum Islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur’an dan Sunnah.
Selain itu fikih merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar’iyyah
dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu
dalam ibadah maupun dalam muamalah. Fiqih menurut bahasa artinya
pemahaman yang mendalam ( ) dan membutuhkan pada adanya
pengarahan potensi akal. Kata fiqih ( ) secara bahasa punya dua makna.
Makna pertama adalah  al-fahmu al-mujarrad  ( ), yang artinya
kurang lebih adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja.
Makna yang kedua adalah  al-fahmu ad-daqiq  ( ), yang artinya
adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.
Sebagian orang menyangka, bahwa perbedaan-perbedaan ijtihad
dalam fiqih adalah suatu kekurangan, sehingga ada yang beranggapan untuk

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 15
Volume X, No.2, 2017
Lukman

mengikuti satu madzhab saja, bahkan ada yang berpedapat, bahwasannya


perbedaan-perbedan madzhab menimbulkan persangkaan, bahwa ada
pertentangan dalam sumber-sumber tasyri’. Padahal sesungguhnya
tidaklah demikian adanya perbedaan yang muncul sebagai suatu kekayaan
yang tak ada habisnya, kekayaan semakin bertambah semakin baik, maka
pengertian yang harus kita pahami adalah, adanya perbedaan pendapat
maupun jalan dalam perumusan ushul fiqh akan memberikan kesempatan
bagi umat Islam untuk dapat menemukan segala kebutuhannya. Sesuatu
yang kita tidak temukan dalam madzhab Syafi’i dapat kita temukan dalam
madzhab hanafi, maliki atau hambali. Perbedaan-perbedaan pendapat itu
dapat kita sandarkan atas syari’ah atas dasar bahwa ikhtilaf-ikhtilaf itu
hasil dari ijtihad, atau hasil dari pada takhrij dari dasar-dasar syari’at dan
dari nash-nash yang asasi. Dengan dasar ini segala pendapat para fuqaha,
para a-immah itu dapat kita katakan syariat islam, walaupun hal-hal itu
semua adalah hasil ijtihad atau hasil takhrij.
2. Urgensi fiqh
Apabila kita mampu dan mempunyai daya menggali kekayaan-
kekayaan fiqih yang sudah lama terpendam sebagaimana yang dilakukan
oleh ulama-ulama luar negeri sekarang ini, niscaya kita dapat menemukan
apa saja yang kita kehendaki untuk kepentingan masyarakat islam pada
khususnya dan kepentingan msyarakat manusia pada umumnya adapun
beberapa urgensi fiqh yakni:
1. Kunci memahami Al-Qur’an dan Sunnah
Ilmu Fiqh telah berhasil menjelaskan dengan pasti dan tepat
tiap potong ayat dan hadits yang bertebaran. Dengan menguasai
ilmu Fiqh, maka Qur’an dan Sunnah bisa dipahami dengan
benar sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkannya. Sebaliknya,
tanpa penguasaan ilmu syariah, Al-Quran dan Sunnah bisa
diselewengkan dan dimanfaatkan dengan cara yang tidak benar.
Munculnya beragam aliran yang aneh dan lucu itu lantaran tidak
dipahaminya nash-nash Al-Quran dan sunnah dengan benar.
Padahal untuk menjalankan Al-Quran dan Sunnah dibutuhkan
metode pemahaman yang baik dan benar. Dan metode untuk
memahaminya adalah fiqih itu sendiri. Bila dikatakan bahwa orang
yang tidak menguasai ilmu fiqih akan cenderung menyelewengkan
makna keduanya. Paling tidak akan bertindak parsial, karena hanya

16 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Peningkatan Ketercapaian Pembelajaran Fiqh di SMA

menggunakan satu dalil dengan meninggalkan dalil-dalil lainnya. 


2. Porsi terbesar ilmu keislaman
Dibandingkan dengan masalah aqidah, akhlaq atau pun
bidang lainnya, masalah syariah dan fiqih adalah porsi terbesar dalam
khazanah ilmu-ilmu ke-Islaman. Istilah ulama identik dengan ahli
syariah ketimbang ahli di bidang lainnya. Sebab seorang ahli fiqih
itu pastilah seorang yang ahli di bidang tafsir, ilmu hadits, ilmu
bahasa, ilmu ushul fiqih dan beragam disiplin ilmu lainnya. Di masa
lalu kita bisa mendapatkan seorang muhaddits tapi bukan faqih.
Namun tidak pernah didapat seorang faqih yang bukan muhaddits. 
3. Menghilangkan perpecahan
Salah satu penyebab banyak sekali terjadi perpecahan
antara umat Islam itu sendiri adalah tidak adanya pemahaman
yang mendalam tentang masalah Agama. Padahal perbedaan-
perbedaan dalam Fiqh atau madzhab-madzhab Fiqh tersendiri
merupakan masalah Furu’iyah (cabang) yang tidak semestinya
untuk diperdebatkan.
4. Melenyapkan ekstrimisme
Banyak sekali umat Islam yang salah mengartikan arti jihad
dalam Islam, sehingga yang mereka ketahui jihad itu hanyalah
sebatas aksi menyerang, menghancurkan, membumihanguskan
orang-orang kafir. Inilah bahaya dari orang yang berfikiran dangkal
yang tidak menguasai ilmu tentang agama menafsirkan ayat-ayat
dengan keliru.
5. Melahirkan kembali ulama
Jelaslah di akhir zaman ini sudah jarang sekali ditemukan
ulama-ulama seperti Imam Syafi’i, Imam Hanafi, Imam Hambali,
Imam Maliki, dan Ulama-Ulama terdahulu yang dikenal sebagai
Ulama Fiqh dengan keluasan Ilmu-Ilmu yang lainnya seperti Ilmu
Hadits, Ilmu Tafsir, Ilmu Tauhid, dan lain sebagainya.
3. Pengertian Blended Learning
Penggunaan aplikasi teknologi informasi (e-learning) sebagai media
pembelajaran sudah semakin sering ditemui dalam pendidikan. Konsep
e-learning tentunya memberi nuansa baru bagi proses pendidikan yang

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 17
Volume X, No.2, 2017
Lukman

selama ini hanya bertumpu pada eksistensi guru. Menurut Clark &
Mayer (2008: 10) bahwa e-learning adalah pembelajaran yang disajikan
dengan bantuan komputer. Huruf “e” dalam e-learning bermakna bahwa
materi yang diberikan berbentuk digital sehingga dapat disimpan dalam
perangkat elektonik. E-learning memberi ilustrasi bahwa dengan adanya
teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, pembelajaran
menjadi lebih terbuka (open) dan fleksibel (flexible), terjadi kapan saja,
dimana saja dan dengan dan kepada siapa saja di lokasi mana saja
(distributed), berbasis komunitas. Menurut Castle and McGuire (2010:
36), elearning mampu meningkatkan pengalaman belajar sebab siswa dapat
belajar di manapun dan dalam kondisi apapun selama dirinya terhubung
dengan internet tanpa harus mengikuti pembelajaran tatap muka (face to
facelearning).
Blended learning adalah suatu pendekatan yang fleksibel untuk
merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu dan
tempat untuk belajar. Menurut Rovai and Jordan (2004: 3) model blended
learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran
yang dilakukan secara tatap muka (face to face learning) dan secara virtual
(e-learning). Pembelajaran online atau e-learning dalam blended learning
menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas tradisional
yang menggunakan model tatap muka (face to face learning).
Lewat model blended learning, proses pembelajaran akan lebih
efektif karena proses belajar mengajar yang biasa dilakukan akan dibantu
dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini berdiri di
atas infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun
dan dimanapun. Selain itu menurut Jusoff and Khodabandelou (2009:
82), blended learning bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada
diantara siswa dan guru namun juga meningkatkan interaksi diantara
kedua belah pihak.
Berdasarkan proportion of content delivered online, Allen dkk (2007: 5)
memberikan kategorisasi yang jelas terhadap blended learning, traditional
learning, web facilitated dan online learning Dari tabel 1 dapat diketahui
bahwa sebuah pembelajaran dikatakan berbentuk blended atau hybrid
ketika porsi e-learning berada pada kisaran 30-79% digabungkan dengan
tatap muka (face to face learning). Di sisi lain, dengan adanya model
blended learning maka mendorong pendidik untuk merubah paradigma
pendidikan dari techer-centered learning menuju student-centeredlearning.

18 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Peningkatan Ketercapaian Pembelajaran Fiqh di SMA

4. Strategi Blended Learning


Blended learning pada dasarnya adalah suatu sistem belajar yang
memadukan antara belajar secara face to face (bertemu muka/klasikal)
dengan belajar secara online (melalui penggunaan fasilitas/media
internet). Ada beberapa pendapat yang berbeda dari para ahli yang
menentukan prosentase untuk masing masing cara, baik itu yang sifatnya
face to face atau online. Sloan (dalam Avgerinou, 2008) menyebutkan
bahwa sebuah pembelajaran dikatakan menggunakan strategi blended
learning apabila 30-80% dari desain dan implementasi pembelajaran baik
dalam hal isi maupun penyampaiannya dilakukan secara online Akhmad
Faizal menjelaskan bahwa dalam pembelajaran blended learning, siswa
tidak hanya mengandalkan materi yang diberikan oleh guru, tetapi dapat
mencari materi dalam berbagai cara, antara lain, mencari ke perpustakaan,
menanyakan kepada teman kelas atau teman saat online, membuka website
, mencari materi belajar melalui search engine, portal, maupun blog,
atau bisa juga dengan media media lain berupa software pembelajaran
dan juga tutorial pembelajaran. Graham (dalam Avgerinou, 2008)
menjelaskan tiga alasan penting kenapa seorang pengajar lebih memilih
mengimplementasikan Blended Learning dibandingkan pembelajaran
online maupun klasikal, yaitu: pedagogy yang lebih baik, meningkatnya
akses dan fleksibilitas, serta meningkatnya biaya manfaat.
Menurut Carman (2005: 2), ada lima kunci untuk melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan blended learning, yaitu:
1. Live Event, pembelajaran langsung atau tatap muka secara
sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama ataupun waktu
sama tapi tempat berbeda.
2. Self-paced learning, yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran
mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar
kapan saja, dimana saja secaraonline.
3. Collaboration, mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi
pengajar, maupun kolaborasi antar pesertabelajar.
4. Assessment, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis
assessmen online dan offline baik yang bersifat tes maupun non-tes.
5. Performance support materials, pastikan bahan belajar disiapkan
dalam bentuk digital, dapat diakses oleh peserta belajar baik secara

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 19
Volume X, No.2, 2017
Lukman

offline maupun online.


Penelitian blended learning dilakukan di SMAN 1 Ngaglik
yang beralamat di Jl. Yogya-Pulowatu Donoharjo Ngaglik. Sleman.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada
model Kemmis yang terdiri atas empat komponen yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Tahap perencanaan dilakukan melalui
koordinasi dengan guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Ngaglik.
Materi fiqih yang akan diajarkan yakni fiqih muamalah berupa ekonomi
islam. Lebih dikerucutkan lagi, materi yang disampaikan yakni tentang
jual beli dan pinjam meminjam dalam Islam. Media yang dibutuhkan
dalam penelitian yakni kertas manila sebagai media dalam menuliskan
materi dan smartphone sebagai pendukung pembelajaran online.
Tahap pelaksanaan dilakukan pada Senin, 22 Januri 2018. Sesuai
tahap perencanaan, penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 dengan
jumlah siswa sebanyak tiga puluh dua. Pelaksanaan penelitian dilakukan
melalui dua buah cara pembelajaran yaitu pembelajaran di kelas secara
konvensional dengan syarat adanya pertemuan antara siswa dengan guru
dan pembelajaran dengan bantuan e-learning. Materi yang diberikan pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi dua pokok bahasan
yaitu jual beli dan simpan pinjam dalam Islam. Materi yang dikembangkan
pada sistem e-learning menggunakan materi pembelajaran interaktif
dalam format Kahoot. Model ini dipilih karena mampu meningkatkan
kualitas media pembelajaran pada e-learning.
Kegiatan ini melibatkan dua orang peneliti dengan durasi waktu 90
menit. Pada tahap ini siswa yang akan mengikuti pembelajaran diberikan
bekal berupa mind map, materi, dan kertas manila sebagai bahan untuk
menuliskan materi sesuai kreatifitas siswa secara berkelompok. Pada
tahap awal siswa diberikan motivasi akan pentingnya mempelajari materi
jual beli dan simpan pinjam dalam Islam. Setelah itu, peneliti menuliskan
pokok bahasan materi berupa mindmap. Kertas yang berisi materi jual beli
dan simpan pinjam diberikan pada siswa sebagai acuan dalam memahami
materi yang akan dipelajari. Langkah selanjutnya adalah menugaskan
kepada siswa untuk memperdalam pemahaman pada materi dengan cara
menuliskan pokok materi dalam kertas manila. Hal ini dilakukan secara
berkelompok. Terdapat tujuh kelompok yang tiap kelompok teridiri atas
empat siswa yang dibentuk berdasarkan urutan tempat duduk.

20 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Peningkatan Ketercapaian Pembelajaran Fiqh di SMA

Dalam praktiknya, peneliti menggunakan aplikasi kahoot sebagai


bentuk e learning. Hal ini dikombinasikan dengan pembelajaran secara
langsung antara guru dan murid dengan partisipasi aktif siswa yang
dilakukan secara berkelompok. Durasi yang dimiliki untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yakni 2 x 45 menit. Pembelajaran
diawali dengan tilawah Al-Quran selama 15 menit. Sehingga waktu yang
tersisa untuk pembelajaran hanya 75 menit. Kegiatan berkelompok untuk
menuliskan hasil diskusi dilakukan selama 45 menit. Dalam rentang
waktu tersebut, siswa secara aktif mendiskusikan materi tentang jual
beli dan simpan pinjam kemudian menuliskannya dalam kertas manila.
Setelah itu pembelajaran dialihkan dalam e-learning menggunakan
kahoot yakni dengan menjawab pertanyaan secara online. Soal terdiri dari
sepuluh nomor pilihan ganda dengan durasi menjawab selama sepuluh
detik. Dalam menjawab soal siswa mengakses web “kahoot.it” melalui
smartphone masing-masing untuk kemudian menentukan pilihan jawaban
yang muncul di smarthphone nya. Setiap soal yang telah terjawab dijelaskan
kembali oleh tiap kelompok secara berurutan hingga semua soal terjawab,
lima jawaban dengan poin tertinggi akan ditampilkan secara berperingkat
oleh kahoot secara otomatis.
Pada tahap pertama tindakan kelas dengan menggunakan model
blended learning, siswa sudah bisa melakukan login ke sistem kahoot dan
sudah dapat mengikuti kuis yang diajukan oleh peneliti. Hal ini dipilih
karena siswa akan lebih tertarik dan fokus bila diberikan soal secara
bersamaan dengan adanya durasi waktu yang dijawab menggunakan
smarthphone masing-masing siswa. Sebagian besar siswa sudah dapat
mengikuti kuis dengan lancar.
Data ini dapat dilihat dari fasilitas laporan yang disediakan oleh
sistem kahoot pada user sebagai administrator. Dari menu laporan kahoot,
seorang pengajar dapat melihat semua jawaban yang dipilih oleh siswa ,
berkaitan dengan jawaban yang salah maupun benar serta berapa siswa
yang tidak ikut menjawab soal, juga dapat melihat tentang rata-rata
poin pencapaian serta feedback dari siswa terhadap metode tersebut.
Untuk meningkatkan keaktifan siswa, diberikan sebuah tugas penulisan
materi di kertas manila dan siswa diharuskan untuk mengerjakan dan
mengumpulkannya dalam waktu tiga puluh menit. Dari hasil ini masih
banyak siswa yang kekurangan waktu dalam mengerjakan tugasnya

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 21
Volume X, No.2, 2017
Lukman

Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah memahami materi


yang diberikan pada e-learning maka diadakan suatu tes (kuis) dengan
menggunakan kahoot, kuis telah diikuti oleh 59% siswa yang ada didalam
kelas, artinya lebih dari setengah jumlah siswa telah dapat mengikuti
menggunaan kahoot. Dari hasil tes ternyata perolehan rata-rata poin
sebesar 895,32 points, total jawaban yang benar adalah 31,17% dan total
jawaban salah sebesar 68,83%. Kemudian feedback yang diperoleh adalah
100% menyatakan bahwa ia telah belajar sesuatu, 100% merekomendasikan
untuk digunakan kembali dan 80% meyambut metode ini dengan
menyenangkan.

Tabel hasil jawaban kahoot


Dari ilustrasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahap
pertama penelitian tindakan kelas, siswa belum secara keseluruhan dapat
menyesuaikan diri dengan pembelajaran menggunakan kahoot. Mereka
belum memahamisecara benar pembelajaran berbasis e-learning sehingga

22 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Peningkatan Ketercapaian Pembelajaran Fiqh di SMA

mereka tidak mau mengakses fasilitas-fasilitas lainnya di e-learning yang


sebenarnya mempunyai manfaat yang sangat besar. Kebanyakan siswa
hanya mengandalkan pembelajaran di kelas secara konvensional untuk
memahami materi pelajaran.
Metode blended learning yang dipraktikkan di SMA N 1 Ngaglik
membutuhkan beberapa perbaikan untuk pengembangan metode serupa.
Dalam e learning, yang menjadi permasalahan diantaranya adalah pihak
yang terlibat dalam pembelajaran haruslah memiliki koneksi internet
yang kuat untuk mengakses kahoot. Dalam pelaksanaan di SMA Negeri
1 Ngaglik, beberapa siswa memiliki hambatan dalam mengakses internet
sehingga tidak semua bisa terlibat dalam memainkan kuis dan kadang juga
ada yang keluar dari kuis karena koneksi internet yang tiba-tiba menurun,
juga didapati kendala dari sulitnya siswa dalam menyesuaikan diri dengan
metode online yang baru diperkenalkan sehingga tidak maksimal dalam
mengikuti pembelajaran. Selain itu kurangnya pemanfaatan waktu secara
efisien juga menjadi kendala dalam pembelajaran. Kurangnya waktu yang
tersedia mengakibatkan penjelasan tentang soal yang dibahas oleh tiap
kelompok menjadi tidak maksimal.
Maka untuk mengatasi persoalan tersebut ada beberapa solusi yang
bisa dilakukan yakni pertama, memaksimalkan kualitas internet dalam
suatu sekolah agar koneksi selama melakukan blended learning dapat stabil
sehingga pembelajaran bisa berjalan baik tanpa ada gangguan karena
persoalan koneksi yang buruk. yang kedua adalah menjelaskan secara
jelas dan mengadakan simulasi singkat tentang teknis penerapan blended
learning sebelum memulai pembelajaran, karena beberapa masalah yang
terjadi adalah siswa masih kebingungan dalam mengikuti pembelajaran
secara online sehingga pembelajaran kadang terganggu karena harus
menjelaskan kembali tentang teknis penerapan e learning di tengah-
tengah proses pembelajaran. Dalam praktiknya, peneliti menggunakan
aplikasi kahoot sebagai bentuk e learning. Hal ini dikombinasikan dengan
pembelajaran secara langsung antara guru dan murid dengan partisipasi
aktif siswa yang dilakukan secara berkelompok. yang ketiga adalah
mengontrol kegiatan kelas dengan baik agar estimasi waktu yang ada,
dapat sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang diinginkan.
Pada pelaksanaannya pembelajaran dengan blended learning
khususnya dalam hal ini dengan menggunakan kahoot mempunya daya
tarik yang tinggi bagi siswa. Antusias dan fokus terhadap pelajaran

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 23
Volume X, No.2, 2017
Lukman

menjadi lebih tinggi, namun komposisi dalam penempatan antara


komunikasi secara langsung dengan tatap muka dan online harus tepat,
karena bila terjadi ketimpangan maka target yang diinginkan tidak dapat
tercapai, misalkan bila kahoot cenderung mendominasi maka esensi
materi akan terabaikan dengan keseruan menjawab soal. Namun bila
metode konvensional yang mendominasi maka e learning juga hanya akan
menambah kesukaran dalam proses pembelajaran.
Fiqh merupakan materi tekstual dan praktek yang membuthkan
pemahaman secara terbuka oleh siswa, hal itu karena didalam fiqh
terdapat beragam perbedaan pendapat ulama dalam kasus yang sama
sehingga dengan pemikiran yang terbuka, maka siswa akan dapat
menerima perbedaan dengan lebih rasional dan santun, oleh karena
itulah metode kelompok diskusi dirasa cocok dengan begitu siswa
akan secara aktif mendiskusikan materi dengan berbagai perspektif
yang ada, dan mampu menjelaskan kembali disertai dengan kejelasan
tentang tujuan pembelajaran, ketertarikan siswa dapat diperoleh dari
rasa penasaran terhadap soal yang diberikan serta penggunaan media
yang lebih kekinian dan dekat dengan kehidupan siswa, untuk itulah
dalam hal ini peneliti mengemukakan satu gagasan komposisi yang
tepat secara teori untuk melaksanaan pembelajaran blended learning,
yakni dengan menggabungkan metode kelompok diskusi, presentasi
dengan e learning seperti menjawab soal secara online melalui kahoot
lalu menguraikannya secara lebih jelas. diharapkan dengan pencampuran
antara metode konvensional dengan media daring atau yang disebut
dengan blended learning maka efektifitas pencapaian pembelajaran dapat
lebih meningkat. Untuk melaksanakannya dengan maksimal dibutuhkan
beberapa persyaratan yakni koneksi internet yang baik, penggunaan waktu
secara tepat, serta pelaksanaan yang mudah dimengerti dan diterima oleh
siswa. Dengan ini diharapkan pencapaian target pembelajaran dapat
ditingkatkan.
Kesimpulan
Blended learning merupakan metode yang mengkombinasikan tatap
muka antara guru dan siswa di ruang kelas dengan aktivitas  bermedia
komputer. Blended learning telah dipraktikkan oleh peneliti di SMAN
1 Ngaglik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
materi jual beli dan simpan pinjam dalam Islam. Keduanya merupakan

24 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017
Peningkatan Ketercapaian Pembelajaran Fiqh di SMA

bagian dari pembelajaran fiqh yakni fiqh muamalah. Pembelajaran


blended learning memungkinkan siswa mengembangkan kreatifitasnya
dalam mengembangkan konsep yang dituangkan dalam kertas manila
dan dilakukan secara berkelompok. Selain itu, penggunaan e-learning
akan meningkatkan fokus siswa dalam pembelajaran, karena perhatian
siswa akan sepenuhnya terkumpul pada kuis yang disajikan dalam
aplikasi kahoot. Kerjasama yang dibangun antar siswa dalam kelompok
juga memungkinkan berkembangnya social skill dalam dirisiswa. Secara
keseluruhan, masih diperlukan beberapa perbaikan dalam pengaplikasian
metode blended learning. Untuk itulah peneliti mengemukakan satu
gagasan komposisi yang tepat secara teori untuk melaksanaan pembelajaran
blended learning, yakni dengan menggabungkan metode kelompok diskusi,
presentasi dengan e learning seperti menjawab soal secara online melalui
kahoot. Dengan begitu siswa akan secara aktif mendiskusikan materi, dan
mampu menjelaskan kembali disertai dengan kejelasan tentang tujuan
pembelajaran, yang dapat diperoleh dari rasa penasaran terhadap soal yang
diberikan. Untuk melaksanakannya dibutuhkan beberapa persyaratan
yakni koneksi internet yang baik, penggunaan waktu secara tepat, serta
pelaksanaan yang mudah dimengerti dan diterima oleh siswa. Dengan ini
diharapkan pencapaian target pembelajaran dapat ditingkatkan.

Ju r n a l e L - Ta r b aw i 25
Volume X, No.2, 2017
Lukman

Daftar Pustaka
Annisa Ratna Sari. 2013. Strategi blended learning untuk peningkatan
kemandirian belajar dan kemampuan critical thinking mahasiswa
di era digital. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol.
XI, Nomor 2
Apriliya Rizkiyah.2015. Penerapan Blended Learning untuk Menngkatkan
Hasil Belajar SiswaJurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan.Vol
1. Hlm. 40 – 49
Fiqih Nurrahman, pengertian dan Urgensi Fiqh diakses dari http://pustaka.
abatasa.co.id/pustaka/detail/fiqih/ilmu-fiqih/117/pengertian-dan-
ruang-lingkup-fiqh.html pada Kamis, 18 Januari 2018, pukul 15.15
Gede sandi. 2012. pengaruh blended learning terhadap hasil belajar kimia
ditinjau dari kemandirian siswa. jurnal pendidikan dan pengajaran.
vol. 3. hlm. 241 – 251
Hermawanto, S. Kusairi, Wartono. 2013. Pengaruh Blended Learning
terhadap Penguasaan Konsep dan Penalaran Fisika Peserta Didik Kelas
X. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia vol. 9 hlm. 67-76
Imam Mustofa, 2016, Fiqih Muamalah Kontemporer, Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Izuddin Syarif. 2012. Pengaruh Penerapan Model Blended Learning.
Kalimantan Selatan: Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 2
Muksin Wijaya. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran e-Learning
Berbasis Web dengan Prinsip e-Pedagogy dalam Meningkatkan Hasil
Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur ( JPP) Vol. 19. Hlm. 20 – 37

26 Jur nal eL-Ta r bawi


Volume X, No.2, 2017

You might also like