Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 9

Fenny Marcelina (1162070029)

LAMPIRAN
Pengolahan Dan Perhitungan Data
A. Pengolahan Data
 Ungu
V = 0,5 V
1
Δ𝑉 = 𝑛𝑠𝑡
2
1
= 0,001
2
= 0,0005 𝑉
Δ𝑉
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑉
0,0005
= × 100%
0,5
= 0,1 (4 𝐴𝑃)
𝐾𝑇𝑃 = (0,5000 ± 0,0005)𝑉
 Biru
V = 0,35 V
1
Δ𝑉 = 𝑛𝑠𝑡
2
1
= 0,001
2
= 0,0005 𝑉
Δ𝑉
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑉
0,0005
= × 100%
0,35
= 0,143 (4 𝐴𝑃)
𝐾𝑇𝑃 = (0,3500 ± 0,0005)𝑉
 Hijau
V = 0,3 V
1
Δ𝑉 = 𝑛𝑠𝑡
2
1
= 0,001
2
= 0,0005 𝑉
Δ𝑉
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑉
0,0005
= × 100%
0,3
= 0,167 (4 𝐴𝑃)
𝐾𝑇𝑃 = (0,3000 ± 0,0005)𝑉

 Kuning
V = 0,26 V
1
Δ𝑉 = 𝑛𝑠𝑡
2
1
= 0,001
2
= 0,0005 𝑉
Δ𝑉
𝐾𝑆𝑅 = × 100%
𝑉
0,0005
= × 100%
0,26
= 0,192 (4 𝐴𝑃)
𝐾𝑇𝑃 = (0,2600 ± 0,0005)𝑉

B. Perhitungan Data
(1) Menentukan frekuensi
 Ungu
𝑐 3 × 108
𝑓= = = 7,41 × 1014
𝜆 4,05 × 10−7
 Biru
𝑐 3 × 108
𝑓= = = 6,88 × 1014
𝜆 4,36 × 10−7
 Hijau
𝑐 3 × 108
𝑓= = = 5,49 × 1014
𝜆 5,46 × 10−7
 Kuning
𝑐 3 × 108
𝑓= = = 5,19 × 1014
𝜆 5,78 × 10−7

(2) Menentukan Konstanta Planck


 Ungu – Biru
∆𝑣
ℎ = ∆𝑓 × 𝑒
(0,5 − 0,35)
= 1,62 × 10−19
(7,41 − 6,88) × 1014
ℎ = 4,726 × 10−34

 Biru – Ungu
∆𝑣
ℎ = ∆𝑓 × 𝑒
(0,35 − 0,5)
= 1,62 × 10−19
(6,88 − 7,41) × 1014
ℎ = 4,726 × 10−34
 Ungu – Hijau
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,5 − 0,3)
= 1,62 × 10−19
(7,41 − 5,49) × 1014
ℎ = 1,739 × 10−34

 Hijau – Ungu
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,3 − 0,5)
= 1,62 × 10−19
(5,49 − 7,41) × 1014
ℎ = 1,739 × 10−34

 Ungu – Kuning
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,5 − 0,26)
= 1,62 × 10−19
(7,41 − 5,19) × 1014
ℎ = 1,805 × 10−34

 Kuning – Ungu
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,26 − 0,5)
= 1,62 × 10−19
(5,19 − 7,41) × 1014
ℎ = 1,805 × 10−34

 Biru – Hijau
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,35 − 0,3)
= 1,62 × 10−19
(6,88 − 5,49) × 1014
ℎ = 0,601 × 10−34

 Hijau - Biru
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,3 − 0,35)
= 1,62 × 10−19
(5,49 − 6,88) × 1014
ℎ = 0,601 × 10−34
 Biru – Kuning
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,35 − 0,26)
= 1,62 × 10−19
(6,88 − 5,19) × 1014
ℎ = 0,889 × 10−34

 Kuning - Biru
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,26 − 0,35)
= 1,62 × 10−19
(5,19 − 6,88) × 1014
ℎ = 0,889 × 10−34
 Hijau – Kuning
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,3 − 0,26)
= 1,62 × 10−19
(5,49 − 5,19) × 1014
ℎ = 2,227 × 10−34
 Kuning - Hijau
∆𝑣
ℎ= ×𝑒
∆𝑓
(0,26 − 0,3)
= 1,62 × 10−19
(5,19 − 5,49) × 1014
ℎ = 2,227 × 10−34
(3) Perhitungan Ralat dan KSR
 Ungu – Biru
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(4,726 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 1,894 × 10−34
∆ℎ 1,894 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 4,726 × 10−34
= 0,4% (4 𝐴𝑃)
ℎ = (4,726 ± 1,894) × 10−34

 Biru - Ungu
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(4,726 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 1,894 × 10−34
∆ℎ 1,894 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 4,726 × 10−34
= 0,4% (4 𝐴𝑃)
ℎ = (4,726 ± 1,894) × 10−34

 Ungu – Hijau
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(1,739 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 4,881 × 10−34
∆ℎ 4,881 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 1,739 × 10−34
= 2,81% (3 𝐴𝑃)
ℎ = (1,74 ± 4,88) × 10−34
 Hijau – Ungu
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(1,739 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 4,881 × 10−34
∆ℎ 4,881 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 1,739 × 10−34
= 2,81% (3 𝐴𝑃)
ℎ = (1,74 ± 4,88) × 10−34
 Ungu – Kuning
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(1,805 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 0,273 × 10−34
∆ℎ 0,273 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 1,805 × 10−34
= 0,15% (4 𝐴𝑃)
ℎ = (1,805 ± 0,2730) × 10−34

 Kuning – Ungu
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(1,805 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 0,273 × 10−34
∆ℎ 0,273 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 1,805 × 10−34
= 0,15% (4 𝐴𝑃)
ℎ = (1,805 ± 0,2730) × 10−34
 Hijau – Biru
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(0,601 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 0,091 × 10−34
∆ℎ 0,091 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 0,601 × 10−34
= 0,15% (4 𝐴𝑃)
ℎ = (0,6010 ± 0,0910) × 10−34

 Biru – Hijau
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(0,601 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 0,091 × 10−34
∆ℎ 0,091 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 0,601 × 10−34
= 0,15% (4 𝐴𝑃)
ℎ = (0,6010 ± 0,0910) × 10−34

 Hijau – Kuning
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(2,227 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 4,393 × 10−34
∆ℎ 4,393 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 2,227 × 10−34
= 1,97% (3 𝐴𝑃)
ℎ = (2,23 ± 4,39) × 10−34

 Kuning – Hijau
∆ℎ = |ℎ𝑒𝑘𝑠 − ℎ𝑟𝑒𝑓 |
= |(2,227 − 6,62) × 10−34 |
∆ℎ = 4,393 × 10−34
∆ℎ 4,393 × 10−34
𝐾𝑆𝑅 = = × 100%
ℎ 2,227 × 10−34
= 1,97% (3 𝐴𝑃)
ℎ = (2,23 ± 4,39) × 10−34
TUGAS PENDAHULUAN
EFEK FOTOLISTRIK

1. Jelaskan yang dimaksud dengan efek fotolistrik?


Jawab:
Efek fotolistrik merupakan gejala fisika yang pertama kali ditemukan oleh Hertz pada
tahun 1887. Efek Fotolistik adalah satu dari gejala lepasnya elektron dari permukaan suatu
benda. Bila seberkas cahaya (yang memenuhi syarat tertentu) jatuh pada permukaan suatu
benda maka elektron-elektron pada permukaan benda itu akan terbebaskan dari ikatannya
sehingga elektron-elektron tersebut terlepas. Efek foto listrik sendiri merupakan peristiwa
loncatan elektron dari suatu plat karena pegaruh cahaya yang datang. Dimana energi kinetik
elektron dapat diketahui dari potensial penghenti melalui hubungan . Dengan hubungan
energi kuantum Planck dapat diperoleh nilai tetapan Planck h.
2. Mengapa intensitas cahaya yang menumbuk plat metal tidak mempengaruhi tegangan atau
arus yang dihasilkan pada efek fotolistrik?
Jawab:
Menurut fisika klasik Penjelasan fisika klasik. Efek foto listrik bergantung pada
intensitasnya karena pada fisika klasik efekfotolistrik (1)memerlukannya frekuensi ambang
untuk menghasilkan efek fotolistrik. Berdasarkan fisika klasik, terjadi atau tidaknya efek
fotolistrik tergantung pada intentsitas cahaya, bukan pada frekuensi cahaya.
(2)Ketidakbergantungan potensial penghenti terhadap intensitas cahaya. Dalam fisika
klasik, seharusnya nilai potensial ini bergantung pada intensitas cahaya karena semakin
tinggi intensitas cahaya semakin besar energi yang diserap elektron sehingga Ek juga
semakin besar. (3)Tidak ada waktu tunda antara penyinaran sampai terjadinya arus
fotoelektrik. Menurut fisika klasik, jika intensitas cahaya sangat lemah makadiperlukan
waktu yang cukup lama bagi elektron untuk mengumpulkan energi sehingga dapat
melepaskan diri dari ikatannya. (4)Arus fotoelektrik sebanding terhadap intensitas cahaya.
Menrut fisika klasik, jika intensitas cahaya dinaikkan maka energi yang diterima elektron
akan meningkat. Akibatnya, energy yang dihasilkan juga meningkat sehingga arus
fotoelektrik juga meningkat.
Menurut fisika kuantum Energi fotoelektron bertambah dengan bertambahnya
frekuensicahaya yang datang, tetapi bukan intensitasnya, karena intensitas cahaya nilainya
berbanding lurus dengan besar tegangan yang mengalir pada rangkaiannya. Begitu pun
dengan arus yang mengalir juga berbanding lurus dengan nilai tegangan dan intensitas
cahayanya sehingga di hasilkan grafik yang linear. Frekuensi yang lebih tinggi
menghasilkan energi fotoelektron maksimal.Cahaya biru yang lemah menimbulkan elektron
dengan energilebih tinggi daripada yang ditimbulkan oleh cahaya merah yang kuat, meskipun
cahaya merah menghasilkan jumlah yang lebih besar. Karena Pada efekfoto listrik Stopping
potensial adalah tegangan potensial penghenti. Dimana nilai tegangan yang menyebabkan
elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik. Jika padap anjang
gelombang dari spektrum menunjukkan peristiwa perlambatan pada salah satu dari elektron
dan kehilangan energi tersebut serta energi tersebut teradiasi sebagai sebuah
foton. Pada rangkaian efek fotolistrik terdapat tegangan, dimana kutub positif dihubungkan
dengan kutub negatif. Maka terdapat nilai tegangan yang menyebabkan arus menjadi nol.
lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain.
Elektron dapat keluar meninggalkan permukaan metal karena ia menerima tambahan
energi dari cahaya. Jika intensitas cahaya ditambah maka jumlah elektron yang diemisikan
dari permukaan metal akan bertambah (ditandai dengan naiknya arus listrik di rangkaian
luar) akan tetapi energi kinetik maksimum elektron yang keluar tersebut tidak berubah. Jadi
energi kinetik elektron yang diemisikan bukan merupakan fungsi intensitas cahaya yang
jatuh di permukaan metal. Jika frekuensi cahaya dinaikkan dengan menjaga intensitasnya
tetap, energi kinetik maksimum elektron yang diemisikan akan bertambah tetapi jumlah
elektron yang diemisikan tidak berubah (arus listrik di rangkaian luar tidak berubah). Hal ini
berarti bahwa energi kinetik elektron bertambah apabila frekuensi cahaya bertambah.
Dengan perkataan lain frekuensi gelombang cahayalah (gelombang elektromagnit) yang
menentukan berapa besar energi elektron yang diemisikan dan bukan intensitasnya.

3. Apakah percobaan efek fotolistrik membuktikan sifat partikel dari gelombang atau sifat
gelombang dari partikel? Jelaskan!
Jawab:
Sifat gelombang dari partikel berdasarkan peristiwa efek fotolistrik dari Einstein, yang
kemudian didukung dengan percobaan yang dilakukan oleh Compton telah membuktikan
tentang dualisme (sifat kembar) cahaya, yaitu cahaya bisa berkelakuan sebagai gelombang,
tetapi cahaya juga dapat bersifat partikel.

4. Buatlah grafik hubungan antara frekuensi (Hz) terhadap energi fotoelektron maksimum (ev)
dari plat kalium (K) dan Cesium (Cs) yang disinari oleh cahaya biru (𝑓 = 668 THz) dan
ungu (𝑓 = 789 THz) untuk masing-masing plat!
Jawab:

Grafik diatas menjelaskan mengenai hubungan energi kinetik maksimum elektron dan
frekuensi cahaya. Apabila energi cahaya lebih besar dari energi ambang, pengubahan
frekuensi cahaya menjadi lebih tinggi tentunya akan meningkatkan kelakuan elektron yang
keluar dari setiap logam karena energi kinetiknya bertambah.

5. Buktikan bahwa persamaan untuk menentukan nilai tetapan Planck dari percobaan ini yaitu
ℎ=Δ𝑉/Δ𝑓𝑒
Jawab:
Besar muatan elektron fotolistrik dapat ditentukan dengan memberikan potensial penghenti.
Oleh karena itu, persamaan untuk mencari nilai konstanta Planck diturunkan dengan
persamaan
𝐸 = 𝐸𝑘 + 𝑊𝑜
1
𝑒𝑉𝑜 = 𝑚𝑣 2
2
∆𝑉
ℎ=
∆𝑓𝑒
Einstein mengemukakan bahwa semua energi foton diberikan kepada elektron sehingga
foton lenyap. Karena elektron terikat oleh energi ikat tertentu logam, maka diperlukan kerja
minimum yang disebut fungsi kerja atau energi ambang (𝑊𝑜 ). Apabila frekuensi cahaya f
sedemikian rupa sehingga hf ≤ 𝑊𝑜 , maka elektron tidak akan terlepas. Sedangkan jika hf ≥
𝑊𝑜 , maka elektron akan terlepas dari permukaan logam dengan energi kinetik maksimum
yang memenuhi persamaan:
𝐸𝐾𝑚 = ℎ𝑓 + 𝑊𝑜
1
𝑚𝑣 2 = ℎ𝑓 − ℎ𝑓𝑜
2
1 𝑐 𝑐
𝑚𝑣 2 = ℎ − ℎ
2 𝜆 𝜆𝑜
Hubungan antara panjang gelombang maksimum (𝜆) dengan tegangan pemicu (𝑉𝑜 ) adalah:
ℎ𝑐
𝐸 = ℎ𝑣 = = 𝑒𝑉𝑜
𝜆
𝐸 = ℎ𝑣 = 𝑒𝑉𝑜
ℎ𝑐
= = 𝑒𝑉𝑜
𝜆
= ℎ𝑓 = 𝑒𝑉𝑜
𝑒𝑉𝑜
ℎ=
𝑓

You might also like