Professional Documents
Culture Documents
Wacana Vol. 12 No.1 Januari 2009 Issn. 1411-0199
Wacana Vol. 12 No.1 Januari 2009 Issn. 1411-0199
Wacana Vol. 12 No.1 Januari 2009 Issn. 1411-0199
1411-
0199
SRI WIDAYANTI
Mahasiswa Program Magister IEP, PPSUB, Malang
S. M. Kiptiyah.
Dosen Jurusan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, UB
M. Iksan Semaoen
Dosen Jurusan SOSEK, Fakultas Pertanian, UB
ABSTRACT
This study aimed at analyzing, firstly, the factors influencing the coffee export of
Indonesia; secondly, the factors influencing the domestic coffee supply; and thirdly, the
factors influencing the domestic coffee demand.
This research used secondary data, time series data of 1975–1997 which were
collected from many resources, i.e. Statistical Center Bureau (BPS), Trade Department,
Indonesian Coffee Exporter Association, Forestry and Commercial Agricultural Enterprise
Department, and the Indonesian Bank. The factors influencing the coffee export of Indonesia
as well as the domestic coffee demand and supply were analyzed by simultaneous equation
model in the form of double logarithm using the two stage least square method (2SLS).
The research results show that the factors influencing the export quantity of coffee
were the coffee FOB price, the coffee price in domestic markets, the exchange rate and the
coffee supply of the previous year. The coffee export price had negative correlation with the
coffee export quantity of Indonesia with export supply elasticity toward the export price of
2.04. In other words, the increase of coffee export price was followed by the decrease of
coffee export quantity. This condition was due to the low quality of the coffee export of
Indonesia. The coffee price at domestic markets has positive correlation with the coffee
export quantity of Indonesia. Export was still conducted when the coffee price at domestic
markets increased because the demand for domestic coffee was still very low. Other factors
positively influencing the coffee export quantity were the exchange rate of rupiah and the
coffee supply of the previous year.
The factors influencing the domestic coffee supply were the domestic coffee price,
technology level and the coffee supply of the previous year. The domestic coffee price
positively related to the coffee supply at domestic markets with a supply elasticity of 0.04.
This means that the coffee farmers in Indonesia insufficiently responded to the change of
price as shown by the low adjustment coefficient of 0.07. The technology level had positive
correlation with the domestic coffee supply. This implies that the increase in coffee
productivity yielded an increase in coffee supply at domestic level. The factor influencing the
coffee demand at domestic level was the income level of the society with the coffee demand
elasticity toward the income of 0.59.
192
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
ABSTRAK
193
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
194
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
sebelumnya (t-1); Pft= Harga kopi asalan di dasarkan harga yang berlaku di pasar
pasar internasional (US $/kg); NT = Nilai dalam negeri Indonesia (Rp/kg).
tukar (Rp/$US); , = Intersep; i d. Harga kopi asalan di pasaran inter
i, i = koefisien regresi; ut , wt, zt = variabel nasioanal adalah harga kopi yang di-
pengganggu. hitung berdasarkan harga ekspor yang
merupakan harga f.o.b dengan satuan
Persamaan-persamaan diatas adalah $US/Kg.
(1) fungsi penawaran kopi asalan Indonesia e. Ekspor kopi Indonesia dalam penelitian
di pasaran domestik, (2) fungsi permintaan ini diukur berdasarkan jumlah ekspor
kopi asalan Indonesia di pasar domestik, setiap akhir tahun dan dinyatakan da-
(3) fungsi ekspor kopi asalan Indonesia. lam satuan ton.
Sedangkan persamaan (4) merupakan f. Nilai tukar dalam penelitian ini dinya
persamaan keseimbangan pasar (market takan dengan Rp/$US berdasarkan rata-
clearing) yang menunjukkan suatu keadaan rata tiap tahun.
bahwa model yang akan diuji atau ditaksir g. Tingkat teknologi kopi domestik di-
merupakan suatu kesatuan dalam sistem hitung berdasarkan tingkat produksi
ekonomi yang terjadi secara serentak. kopi per hektar (ton/ha).
Dengan demikian pendugaan masing- h. Pendapatan per kapita penduduk diukur
masing fungsi tidak dapat dilakukan secara berdasarkan GNP dibagi dengan jumlah
terpisah sehingga untuk menduga fungsi- penduduk dengan satuan rupiah.
fungsi tersebut digunakan, metode pangkat
dua terkecil dua tahap (two stage least
square). HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menghasilkan pendugaan-pen-
dugaan yang lebih mempunyai arti eko- Analisis Faktor-faktor Yang Ber-
nomi maka persamaan yang hendak di uji pengaruh Terhadap Ekspor Kopi
dijadikan dalam bentuk persamaan double Indonesia
logaritma (double log). Karena koefisien
regresinya dapat langsung me-nunjukkan Analisis faktor-faktor yang ber-
elastisitasnya. pengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia
menggunakan analisa 2SLS (two stage least
Pengukuran Variabel square). Metode 2SLS ini khusus diran-
Adapun variabel-variabel yang di- cang untuk kasus over identified dari suatu
analisis dalam penelitian ini diukur ber- persamaan simultan yaitu meliputi dua
dasarkan ketentuan-ketentuan sebagai penerapan OLS secara berturut-turut.
berikut : Hasil pendugaan fungsi ekspor kopi
a. Penawaran kopi adalah jumlah kopi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
asalan yang ditawarkan yang dihitung Untuk mengetahui apakah model
berdasarkan total produksi pada tahun fungsi ekspor kopi Indonesia dapat digu-
tertentu (ton). nakan atau tidak, digunakan Uji F. Dari
b. Permintaan kopi adalah jumlah per- hasil analisis nilai F hitung 9,85 sementara
mintaan kopi asalan di pasaran do- nilai F tabel (0,01) adalah 4,63. Nilai F
mestik yang di hitung berdasarkan hitung lebih besar dari F tabel artinya model
jumlah penawaran pada tahun tersebut double logaritma yang digumakan untuk
dikurangi dengan ekspor kopi asalan menganalisis faktor-faktor yang
dan dinyatakan dalam satuan ton. berpengaruh terhadap kuantitas ekspor kopi
c. Harga kopi asalan domestik adalah Indonesia dapat diterima.
harga kopi asalan yang dihitung ber-
195
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
195
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
produsen terbesar ketiga setelah Brasil dan tabel 2. Tabel tersebut memperlihatkan
Columbia) pada saat negara tersebut bahwa sebagian besar ( 70%) mutu kopi
mengalami kegagalan panen dikarenakan ekspor Indonesia adalah mutu sedang,
kualitas kopi Indonesia yang masih rendah tetapi lebih dari 90% (dari total mutu
belum dapat menyamai kualitas kopi dari sedang) adalah berupa mutu IV. Sehingga
negara Brasil yang terkenal dengan kopi dengan demikian dapat dikatakahan bahwa
berkualitas tinggi yang sangat diminati kopi yang di ekspor dari Indonesia sebagian
konsumen luar negeri. Komposisi mutu besar bermutu rendah.
ekspor kopi Indonesia dapat dilihat pada
Mutu kopi Indonesia yang rendah kopi Indonesia yang didominasi oleh kopi
tersebut menyebabkan posisi Indonesia di Robusta menjadi berkurang).
pasar kopi dunia menjadi lemah, sehingga (2) Harga kopi dalam negeri ber-
pada saat harga kopi di pasar internasional pengaruh nyata terhadap ekspor Indonesia
tinggi, Indonesia tidak dapat meningkatkan dan mempunyai hubungan yang positif,
volume ekspornya karena kualitas kopi dengan nilai elastisitas sebesar 1, 9246
Indonesia yang rendah dan tidak memenuhi artinya apabila harga kopi dalam negeri
standard kualitas yang diinginkan konsu- naik sebesar 1% maka jumlah kopi yang
men luar negeri seperti halnya negara diekspor akan bertambah 1,93%. Tetap
Brasil. dilakukannya aktivitas ekspor pada saat
(b) Pasar kopi dunia didominasi oleh harga dalam negeri meningkat menandakan
kopi jenis Arabika ( 75% dimana sebagian bahwa komoditi kopi lebih menguntungkan
besar di pasok oleh negara Brasil, padahal untuk di ekspor daripada di jual di dalam
ekspor kopi Indonesia 90 % adalah jenis negeri hal ini disebabkan permintaan kopi
Robusta. Kopi Robusta dibeli oleh dalam negeri yang amsih cukup rendah.
konsumen luar negeri (Roaster = penolah Permintaan kopi dalam negeri hanya
kopi) hanya sebagai campuran (blending). menyerap 25% dari total produksi kopi
Sehingga pada saat harga kopi tinggi yang nasional dan konsumsi kopi perkapita
disebabkan oleh kegagalan panen di negara pertahunnya hanya sekitar 0,3 kg.
Brasil (pasokan kopi Arabika di pasar dunia (3) Pendapatan masyarakat berpe-
menjadi berkurang) menyebabkan ngaruh yang nyata terhadap kuantitas
permintaan terhadap kopi Robusta menjadi ekspor kopi Indonesia dan mempunyai
berkurang. Hal ini berdampak pada ekspor koefisien fungsi yang negatif hal tersebut
197
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
dapat dijelaskan meningkatnya tingkat tahun t-1 meningkat maka jumlah ekspor
pendapatan konsumen Indonesia akan pada tahun t meningkat. Hal ini sejalan
meningkatkan permintaan terhadap kopi di dengan upaya pemerintah yang terus me-
pasaran dalam negeri, sehingga ekspor kopi macu laju pertumbuhan ekspor untuk
cenderung untuk menurun. Hal tersebut meningkatkan devisa yang diperoleh de-
ditunjang dengan hasil analisis pada fungsi ngan jalan meningkatkan produksi kopi
permintaan, dimana pendapatan masya- dalam negeri, dengan demikian apabila
rakat Indonesia mempunyai pengaruh yang produksi pada tahun t-1 meningkat maka
nyata terhadap permintaan kopi dalam pada tahun ke t cenderung untuk me-
negeri dan bertanda positif dengan nilai ningkatkan ekspornya.
elastisitas sebesar 0,589 artinya apabila (7) Permintaan kopi pada tahun t-1
pendapatan masyarakat naik dengan 1% tidak mempunyai pengaruh yang nyata
maka per-mintaan terhadap kopi dalam terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia
negeri akan bertambah sebesar 0,6%. hal ini berarti bahwa besar kecilnya
Dengan kenya-taan ini maka akan permintaan didalam negeri pada tahun t-1
mengakibatkan jumlah yang diekspor tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah
menjadi berkurang. ekspor kopi Indonesia pada tahun ke t.
(4) Harga teh (sebagai komoditi (8) Tingkat teknologi tidak berpe-
subsitusi kopi) menunjukkan pengaruh yang ngaruh nyata terhadap kuantitas ekspor
nyata terhadap kuantitas ekspor kopi kopi Indonesia dan mempunyai koefisien
Indonesia. Pengaruh harga teh ini di- fungsi yang negatif dengan nilai elastisitas
tunjukkan oleh koefisien fungsi yang sebesar 0,7108 yang artinya bahwa apabila
positif, hal ini berarti bahwa komoditi teh tingkat produktivitas kopi naik dengan 1 %
bersifat substitusi terhadap komoditi kopi maka ekspor kopi menurun sebesar
yaitu peningkatan harga komoditi teh 0,7108% atau dengan kata lain semakin
menyebabkan konsumen beralih lebih rendah tingkat teknologi semakin tinggi
banyak mengkonsumsi kopi. Dengan nilai jumlah kopi yang diekspor. Ini dapat pula
elastisitas 0,9450 mengandung arti bahwa diartikan bahwa peningkatan ekspor kopi
apabila harga teh naik dengan 1% maka selama ini ditunjang oleh tingkat teknologi
jumlah ekspor kopi akan bertambah sebesar yang rendah yang berarti pula bahwa
0,95%. perluasan areal tanam kopi selama ini tidak
(5) Nilai tukar mempunyai pengaruh diikuti sistem budidaya kopi dan pena-
yang nyata terhadap kuantitas ekspor kopi nganan pasca panen yang baik sehingga
Indonesia dan mempunyai koefisien fungsi berakibat pada kualitas kopi yang diekspor
yang positif, hal ini berarti apabila nilai juga rendah, hal ini juga dirasakan oleh para
tukar rupiah terhadap dollar melemah maka eksportir karena kopi yang dibeli dari
jumlah ekspor akan meningkat, hal ini petani kualitasnya rendah, sehingga eks-
cukup rasional karena setiap unit dollar portir jika ingin mendapatkan kualitas kopi
yang diperoleh dari kegiatan ekspor akan baik harus mengadakan sortasi lagi tetapi
memperoleh rupiah yang lebih banyak harga dengan resiko banyak kopi yang dibuang
di luar negeri menjadi lebih murah sehingga karena tidak memenuhi kualitas yang
menyebabkan jumlah yang diekspor juga diinginkan.
meningkat. (9) Ekspor kopi Indonesia tahun ke t-
(6) Penawaran kopi tahun t-1 mem- 1 mempunyai pengaruh positif terhadap
punyai pengaruh yang nyata terhadap ekspor kopi pada tahu ke t walaupun
kuantitas ekspor kopi Indonesia dan koefi- pengaruh tersebut tidak nyata, hal ini
sien fungsi mempunyai nilai yang positif berarti bahwa harga yang diharapkan tidak
berarti bahwa apabila penawaran kopi sesuai dengan yang terjadi. Dengan
198
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
Tabel 3. Hasil Analisis 2SLS Pendugaan Fungsi Penawaran Kopi Indonesia di Pasar Dalam
Negeri.
Berdasarkan hasil analisis 2 SLS untuk variabel bebas yang berpengruh nyata pada
menduga model fungsi penawaran kopi di tingkat kepercayaan 0,10 dan 0,15 yaitu
pasaran dalam negeri dapat diterima variabel harga teh sebagai komoditi
sebagai model yang baik, dalam hal ini subtitusi. Sedangkan dua variabel bebas
perolehan F ratio 206,195 > F tabel (0,01) yang berpengaruh tidak nyata pada tingkat
= 4,89. Koefisien determinasi yang kepercaayaan 0,01 adalah tingkat teknologi
diperoleh sebesar 0,979 berarti bahwa 98% dan penawaran kopi tahun sebelumnya.
variabel penawaran kopi Indonesia dipasar Harga kopi dalam negeri berpengaruh nyata
dalam negeri dapat dijelaskan oleh variabel pada tingkat kepercayaan 0,15.
bebas yang ada dalam model sisanya 2% Berdasarkan koefisien fungsi pena-
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain waran kopi Indonesia pada tahun t-1 dalam
yang tidak dimasukkan dalam model. jangka pendek dapat ditentukan koefisien
Apabila dilihat secara dari uji partial elastisitas jangka panjang seperti pada
dari masing-masing variabel ada satu Tabel 4.
199
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
Elastisitas harga dalam jangka panjang petani kopi Indonesia kurang respon
untuk penawaran kopi Indonesia ternyata terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
lebih besar dari pada elastisitas jangka Misalkan apabila terjadi perubahan harga
pendek. maka petani tidak dapat langsung merespon
Faktor-faktor yang berpengaruh dengan cepat, sehingga produksi yang
terhadap penawaran biji kopi didalam pasar dihasilkan tidak sesuai dengan yang
dalam negeri dapat dijelaskan sebagai diharapkan..
berikut : (3) Harga kopi dalam negeri. Dari
(1) Tingkat teknologi merupakan hasil analisis menunjukkan harga kopi
faktor yang sangat berpengaruh terhadap dalam negeri berpengaruh nyata pada taraf
kuantitas penawaaran atau produksi kopi kepercayaan 0,15. Sedangkan nilai koefi-
Indonesia. Dengan nilai elastisitas 0,5082 sien elastisitas dari harga kopi bernilai
dapat diartikan bahwa bila terjadi pening- positif sebesar 0,039 yang dapat diartikan
katan produktifitas sebesar 1% akan bahwa terjadinya peruabahan harga kopi
menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah sebesar satu persen akan menyebabkan
penawaran sebesar 0,5082 %. Hasil ter- kenaikan jumlah penawaran kopi sebesar
sebut mendukung langkah kebijaksanaan 0,039%. Keadaan ini sesuai dengan teori
pemerintah dalam hal pengembangan kopi yaitu semakin tinggi harga suatu komoditi
dalam negeri dengan tidak memperluas maka semakin tinggi pula penawarannya.
areal tanam melainkan dengan program (4) Harga teh tidak berpengaruh nyata
intensifikasi. Hal ini juga ditunjukkan terhadap penawaran kopi domestik dan
dengan laju perkembangan produksi se- mempunyai koefisien fungsi yang positif hal
besar 2,5% yang lebih besar dari laju ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya
perkembangan luas areal yang hanya 1,4 %. harga teh tidak mempengaruhi produsen
Keadaan ini menunjukkan perlu adanya untuk beralih memproduksi kopi.
inovasi dan penerapan teknologi yang tepat
terutama pada perkebunan rakyat yang Analisis Faktor-faktor yang Ber-
selama ini pengelolaannya kurang intensif. pengaruh Terhadap Permintaan
(2) Penawaran kopi tahun sebelumnya Kopi Dalam Negeri
(t-1) merupakan faktor yang berpengaruh
positif terhadap penawaran kopi Indonesia Permintaan kopi dalam negeri dihitung
tahun ke-t. Dengan nilai kofisisen regresi berdasarkan selisih antara jumlah pena-
sebesar 0,9318 diartikan bahwa setiap waran kopi dalam negeri dengan jumlah
kenaikan penawaran kopi tahun sebelumnya ekspor kopi Indonesia. Dari hasil analisis
sebesar 1 % maka akan terjadi kenaikan fungsi permintaan diperoleh hasil seperti
penawaran kopi pada tahun ke-t sebesar terlihat pada Tabel 5.
0,9318%. Hal ini dapat pula berarti bahwa
Tabel 5. Hasil Analisis 2 SLS Pendugaan Fungsi Permintaan Kopi Dalam Negeri
2
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
Berdasarkan hasil analisis 2SLS 49,11% dapat dijelaskan oleh variabel lain
tersebut diatas untuk menduga model yang tidak dimasukkan dalam model.
fungsi permintaan kopi dalam negeri secara Sedangkan uji t dilakukan pada masing-
statistik dapat diterima sebagai peramalan masing koefisien regresi menunjukkan
dalam hal ini fungsi permintaan kopi dengan bahwa variabel harga kopi dan harga teh
F ratio 4,4 > F tabel (0,05) = 2.26 sehingga tidak berpengaruh nyata sedangkan va-
dengan demikian secara berganda seluruh riabel pendapatan masyarakat berpengaruh
variabel yang dianalisa ber-pengaruh nyata nyata pada taraf 0,05 dan permintaan kopi
terhadap kuantitas per-mintaan kopi dalam tahun sebelumnya (t-1) berpengaruh nyata
negeri, sedang koefisien determinasi yang pada taraf 0,20.
diperoleh sebesar 0,5089 berarti 50,89% Berdasarkan elastisitas permintaan
variabel permintaan kopi dalam negeri kopi dalam negeri pada tahun sebelumnya
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dapat ditentukan koefisien elastisitas jangka
bebas yang terdapat dalam model, sisanya panjang seperti pada Tabel 6.
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa negeri meningkat sebesar 0,59% dalam
koefisien elastisitas jangka panjang selalu jangka pendek sedangkan dalam jangka
lebih besar dari koefisien elastisitas jangka panjang meningkat sebesar 0,88%.
pendek. (2) Permintaan kopi tahun sebelum
Faktor-faktor yang berpengaruh ter- nya (t-1) berpengaruh nyata pada taraf 0,20
hadap permintaan kopi dalam negeri secara terhadap kuantitas permintaan kopi dalam
parsial dapat dijelaskan sebagai berikut : negeri pada tahun ke t. Hal ini menunjuk-
(1) Pendapatan berpengaruh nyata kan bahwa permintaan kopi dalam negeri
terhadap kuantitas permintaan kopi dalam terpengaruh oleh perubahan-perubahan
negeri. Koefisien fungsi (elastisitas) dari permintaan kopi tahun sebelumnya. De-
pendapatan terhadap permintaan kopi da- ngan keadaan ini berarti tingkat penye-
lam negeri menunjukkan bahwa makin suaian pengguna kopi dalam negeri dalam
tinggi pendapatan konsumen semakin tinggi mengkonsumsi kopi cukup tinggi sehingga
permintaannya. Elastisitas penda-patan pengguna kopi telah bertindak rasional
terhadap permintaan kopi dalam negeri sesuai dengan yang diharapkan.
adalah sebesar 0,589. Hal ini berarti bahwa (3) Harga kopi tidak berpengaruh
apabila pendapatan masyarakat naik sebesar nyata terhadap kuantitas permintaan kopi
1% maka permintaan terhadap kopi dalam dalam negeri dengan koefisien fungsi harga
2
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
202
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199
203