Efektivitas Strategi Permainan Dalam Mengembangkan: Self-Control Siswa

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan

Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN


SELF-CONTROL SISWA

Maya Masyita Suherman


Email: mayasuherman57@gmail.com
Guru Bimbingan dan Konseling

ABSTRACT
Background of the research is the low of students’ self-control in the school environment. The low of ability to
control themselves in students can lead to self-destructive behavior and others. One way that can be done to
develop students’ self-control is a game’s strategy. The study aims to test the effectiveness of the game’s strategy
in developing students’ self-control. The research was used a quantitative approach with Quasi-Experimental
method with the research design of nonequivalent control groups design. The population in the study were all
fourth grade students of SD Laboratorium Percontohan UPI on academic year 2015/2016. Samples were students
of class IV A and IV B of SD Laboratorium Percontohan UPI that is determined by random sampling. Data were
analyzed with nonparametric test statistics. The research instrument used is the scale of self-control. Results
showed empirically that game’ strategy is proven effective to develop self-control students. The effectiveness is
marked by an increased of posttest scores of students in the experimental group and a good responses of student.
Research recommendations addressed to: (1) BK teachers to work closely with the subject teacher in case of
training to master the basic techniques of playing so subject teachers can deliver the subject matter in the form of
a more varied game and make students more active; and (2) further research to develop the factors that influence
self-control in order to know the development of self-control in a comprehensive manner.
Keywords: Self-Control, Students of Elementary School, Strategy of Games

ABSTRAK
Penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan rendahnya self-control siswa di lingkungan sekolah. Rendahnya
kemampuan mengontrol diri pada siswa dapat berakibat pada perilaku yang merusak diri sendiri dan orang lain.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan self-control siswa adalah dengan strategi permainan.
Penelitian bertujuan menguji efektivitas strategi permainan dalam mengembangkan self-control siswa.Penelitian
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Quasi-Eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent
kontrol groups design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI
tahun ajaran 2015/2016. Sampel penelitian adalah siswa kelas IV A dan IV B SD Laboratorium Percontohan UPI
yang ditentukan secara randomsampling. Data dianalisis dengan statistik uji nonparametrik. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah skala self-control. Hasil penelitian menunjukkan secara empirik, strategi permainan teruji
efektif untuk mengembangkan self-control siswa. Efektivitas ditandai dengan meningkatnya skor posttest siswa
pada kelompok eksperimen dan respon siswa yang baik. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada: (1) guru BK
untuk dapat bekerja sama dengan guru mata pelajaran dalam hal pelatihan menguasai teknik dasar bermain agar
guru mata pelajaran dapat memberikan materi pelajaran dalam bentuk permainan yang lebih variatif dan membuat
siswa lebih aktif; dan(2) peneliti selanjutnya untuk mengembangkan faktor-faktor yang mempengaruhi self-
control agar dapat diketahui perkembangan self-control secara komprehensif.
Kata kunci: self-control, siswa sekolah dasar, strategi permainan

PENDAHULUAN individu itu sendiri. Hurlock (2004, hlm.


Self-control dibutuhkan agar individu dapat 225) menjelaskan individu yang memiliki
membimbing, mengarahkan dan mengatur self-control memiliki kesiapan diri untuk
segi-segi perilakunya yang pada akhirnya berperilaku sesuai dengan tuntutan norma,
mengarah kepada konsekuensi positif adat, nilai-nilai yang bersumber dari ajaran
yang diinginkan. Self-control memberikan agama dan tuntutan lingkungan masyarakat
keputusan melalui pertimbangan sadar tempat ia tinggal, emosinya tidak lagi
untuk mengintegrasikan tindakan yang meledak-ledak dihadapan orang lain,
akan dilakukan untuk mencapai hasil yang melainkan menunggu saat dan tempat yang
diinginkan atau tujuan yang ditentukan oleh lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya
194
Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan
Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

dengan cara-cara yang lebih diterima. Apabila obyek dan sebagainya. Agresi menurut
individu mampu menghindari situasi-situasi Murray (dalam Hall & Lindzey, 1993, hlm.
yang dapat memicu sifat-sifat negatif berarti 35) adalah suatu cara untuk melawan dengan
individu tidak membiarkan dirinya ikut kekerasan dengan tidak adil, melukai,
pada kecenderungan-kecenderungan untuk membunuh orang lain dan menghukum
bereaksi secara negatif. Perilaku kejahatan, orang lain.
nakal dan agresif merupakan beberapa Komisi Perlindungan Anak Indonesia
contoh perilaku-perilaku yang merusak dan (KPAI) (Harian Terbit,2015) menyatakan,
merugikan diri sendiri dan orang lain. Menurut kekerasan pada anak selalu meningkat
Thomas, Nathan & Finkel (2012, hlm. 22) setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI dari
kontrol diri dapat membantu seseorang untuk 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang
berperilaku sesuai dengan standar pribadi signifikan. “tahun 2011 terjadi 2178 kasus
atau sosial yang dapat menghindari agresi. kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada
Semakin tinggi self-control seseorang maka 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus”, 5 kasus
semakin rendah agresivitasnya. Sebaliknya tertinggi dengan jumlah kasus per bidang
semakin rendah self-control maka semakin dari 2011 hingga april 2015. Pertama, anak
tinggi agresivitasnya. berhadapan dengan hukum hingga April
Menurut ASCA (2012), self-control 2015 tercatat 6006 kasus. Selanjutnya kasus
merupakan salah satu kompetensi yang pengasuhan 3160 kasus, pendidikan 1764
perlu dimiliki oleh siswa kelas IV SD, kasus, kesehatan dan napza 1366 kasus
kompetensinya adalah “mereviu konsep serta pornografi dan cybercrime 1032 kasus.
tentang dirinya sebagai pengendali bagi Selain itu anak bisa menjadi korban ataupun
pikiran, perasaan dan perilakunya sendiri” pelaku kekerasan dengan lokus kekerasan
sehingga siswa SD dapat mengendalikan pada anak ada 3, yaitu di lingkungan
dirinya agar terhindar dari kenakalan- keluarga, sekolah dan masyarakat. 78 persen
kenakalan yang cukup memprihatinkan. anak menjadi pelaku kekerasan dan sebagian
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh besar karena mereka pernah menjadi korban
NASP (1998) bahwa self-control merupakan kekerasan sebelumnya atau pernah melihat
keterampilan penting yang harus dipelajari kekerasan yang dilakukan kepada anak lain
oleh anak. Self-control menjadi acuan dan menirunya. Anak-anak rentan menjadi
atas tindakan yang dilakukan. Anak-anak korban kekerasan justru dilingkungan rumah
yang tidak membuatpilihan untukperilaku dan sekolah.
mereka sendiri, melainkan bergantung pada Jenis kenakalan dengan fenomena-
anak-anak yang lain, orang tua, guru, atau fenomena yang telah dikemukakan dapat
orang dewasa untuk membuat pilihan bagi direduksi dengan mengembangkan kontrol
mereka, tidak belajar self-control. Anak-anak diri siswa. Chapple (2005) mengemukakan
inidapat mengikuti pilihan yang buruk dari terdapat korelasi antara variabel kontrol diri
orang lain dan tidak bertanggung jawab atas dan kenakalan remaja. Chapple menyebutkan
konsekuensi dari perilaku mereka. bahwa korelasi antara perilaku kenakalan
Bettencourt et al. (2006, hlm. 758) dengan kontrol diri banyak dijembatani oleh
mengemukakan orang yang mengalami konformitas pada teman sebaya, selain itu
kesulitan dengan self-control akan dapat faktor-faktor eksternal yang memengaruhi
mendorong untuk berprilaku agresif. William adalah keluarga dan lingkungan tempat
et al. (2005, hlm. 728) mengemukakan tinggal. Kenakalan remaja yang semakin
macam-macam bentuk agresi adalah agresi meningkat dewasa ini disebabkan karena
fisik yaitu misalnya memukul, menendang, individu belum memiliki kontrol diri yang
mencubit, ancaman kekerasan, mengambil baik. Apabila keterampilan kontrol diri
195
Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan
Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

dikembangkan sejak dini, maka remaja permainan pada intinya bersifat sosial dan
akan mampu mengendalikan diri dari melibatkan belajar dalam memperoleh
perilaku-perilaku nakal yang dapat merusak pengalaman serta mematuhi aturan-aturan
kehidupannya di masa depan. yang sudah ditentukan, pemecahan masalah,
Berdasarkan realitas di atas maka disiplin diri, kontrol emosional serta adopsi
dibutuhkan sebuah strategi bimbingan dan peran-peran pemimpin dalam kegiatan
konseling yang sesuai. Bimbingan dan permainan yang semuanya itu merupakan
konseling memiliki peranan penting untuk komponen terpenting dari sosialisasi dengan
membantu siswa SD agar memiliki self- lingkungan sekitarnya. Hal ini diperkuat
control yang baik. Strategi layanan BK yang oleh pendapat Solehuddin (2000, hlm. 87)
dapat dilakukan untuk mengembangkan self- yang mengatakan bahwa dilihat dari sifat
control siswa sekolah dasar adalah layanan dan sasaran kegiatannya, bermain memang
dasar dengan strategi bimbingan kelompok, memiliki beberapa ciri yang kontradiktif
karena menurut Hurlock (1989, hlm. 146) dengan belajar.
pada usia sekolah dasar anak diharapkan Penelitian terdahulu yang menjadi
memperoleh dasar-dasar pengetahuan landasan bagi efektivitas strategi permainan
yang dianggap penting untuk keberhasilan dalam mengembangkan self-controlsiswa
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa penelitian yang dilakukan oleh Haeny (dalam
dan mempelajari keterampilan penting Ambarita, 2010 hlm. 50). Program bimbingan
tertentu, sehingga siswa sejak dini diberikan kelompok melalui teknik permainan terdapat
keterampilan mengontrol dirinya agar dapat perbedaan yang signifikan penyesuaian diri
menghindari perilaku-perilaku nakal yang peserta didik sebelum dan sesudah diberi
akan berdampak negatif bagi kehidupan bimbingan kelompok. Senada dengan hasil
remaja dan dewasa nanti. penelitian kuasi ekperimen Ambarita (2015)
Bimbingan kelompok memiliki sifat yang yang menyatakan bahwa teknik permainan
beragam, mulai dari yang bersifat informatif efektif untuk meningkatkan penyesuaian
sampai pada yang sifatnya teraupetik. diri peserta didik kelas IV Sekolah
Sedangkan dalam prakteknya bimbingan Dasar Taruna Bakti. Rennie, L. Robyn
kelompok dapat dilakukan dengan berbagai (2000) mengungkapkan efektivitas terapi
teknik seperti diskusi, latihan, karya wisata, bermain berupa konseling kelompok dan
homerome program, dan sosiodrama serta konseling individual membantu anak dalam
simulasi permainan. mengahadapi berbagai masalah penyesuaian
Permainan memberikan kesempatan untuk diri, terutama masalah penyesuaian yang
memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, berasal dari sekolah yang di dalamnya
melatih imajinasi, memberikan peluang dapat meningkatkan konsep diri anak dan
untuk berinteraksi dengan lingkungan mengurangi perilaku agresi dan kenakalan
sekitar, serta untuk mengekspresikan diri pada anak usia sekolah dasar. Hasil penelitian
dengan cara-cara yang dapat diterima Hamonangan (2014) layanan bimbingan
secara sosial. Menurut Solehuddin (2000, kelompok melalui permainan efektif untuk
hlm. 84) bermain dapat dipandang sebagai meningkatkan kepercayaan diri siswa.
suatu kegiatan yang bersifat voluntir, Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh
spontan, terfokus pada proses, memberi studi pendahuluan dengan hasil ITP siswa
ganjaran secara instrinsik, menyenangkan, kelas V menunjukkan bahwa kematangan
aktif dan fleksibel. Semakin suatu aktivitas emosional siswa 22,74% dan kesadaran
memiliki ciri-ciri tersebut, berarti aktivitas tanggung jawab 15,84% yang artinya bahwa
itu semakin merupakan bermain. Menurut siswa di SD Laboratorium Percontohan UPI
Blum (dalam Rusmana, 2009b, hlm. 14) tergolong memiliki self control yang rendah
196
Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan
Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

ditandai dengan rendahnya kemampuan Sehingga dengan adanya hubungan yang


siswa dalam mengendalikan emosi, menjaga interaktif tersebut anggota kelompok akan
stabilitas emosi, rendahnya kesadaran merasa lebih mudah dan leluasa, karena
bertanggung jawab atas tindakan pribadi dan anggotanya merupakan teman sebaya mereka.
disiplin yang rendah. Selain itu dengan melakukan bimbingan
White, Flynt dan Landert (dalam Jennifer kelompok yang memanfaatkan dinamika
dkk, 2010) menekankan bahwa konselor kelompok ini, siswa juga belajar untuk
sekolah dasar perlu menyadari kebutuhan memahami dan mengendalikan diri sendiri,
perkembangan siswa dan memahami bahwa memahami orang lain, memahami kehidupan
permainan merupakan aktivitas alami anak- lingkungannya, dan dapat meningkatkan
anak. Konselor sekolah dapat menggunakan self-controlnya.
strategi permainan untuk perubahan perilaku Dengan demikian perpaduan bimbingan
pada anak. Permainan merupakan kegiatan kelompok melalui dinamika kelompok
yang menyenangkan bagi mereka yang yang didalamnya terdapat permainan
terlibat didalamnya, dan sering melibatkan kelompok dimungkinkan dapat membantu
kreativitas, fleksibilitas, pengambilan meningkatkan self-control siswa, karena
resiko, rasa ingin tahu, serta kemampuan dalam kelompok yang efektif diharapkan
beradaptasi. Menurut Rusmana (2009a hlm. adanya kerjasama, etiket dan sikap yang
27) mekanisme pelaksanaan permainan baik pada orang lain, serta kemandirian
pada proses bimbingan menggunakan dari setiap anggotanya. Permainan dan
metode pembelajaran ekperiensial bimbingan kelompok merupakan perpaduan
(experienciallearning). Metode pembelajaran yang harmoni, karena keduanya memiliki
eksperiensial adalah metode mengajar yang kesamaan prinsip yaitu kebersamaan, maka
mengakomodasi tiga jenis pembelajaran, dengan kebersamaan inilah akan terbentuk
yaitu kognitif, emosional dan fisik. suatu kelompok yang dinamis dan diharapkan
Dalam permainan tidak hanya terdapat dalam kelompok dapat terbentuk perilaku
unsur kegembiraan dan kesenangan saja, siswa yang positif, yakni kemampuan
karena melalui bermain anak akan belajar mengontrol diri.
berbagai hal yang ada disekelilingnya secara
menyenangkan sehingga anak menyelidiki Konsep dasar self-control dan strategi
dan memperoleh pengalaman yang kaya baik permainan
dengan dirinya sendiri, lingkungan maupun Self-control merupakan suatu kecakapan
orang lain disekitarnya. Menurut penelitian individu dalam kepekaan membaca
Gaulden (dalam Rennie, 2000, hlm. 9) teknik situasi diri dan lingkungannya, selain itu
permainan dalam setting kelompok efektif juga kemampuan untuk mengontrol dan
dalam perkembangan konseling anak-anak mengelola perilaku sesuai dengan situasi
di sekolah dasar yang bermanfaat untuk dan kondisi agar sesuai dengan orang lain,
membantu anak yang memiliki masalah menyenangkan orang lain, dan menutupi
dengan penyesuaian diri di dalam kelas. perasaannya (Ghufron & Risnawita, 2010).
Dalam bimbingan kelompok ini anggota Messina (dalam Ghufron & Risnawita, 2010)
yang dihadapi bukanlah bersifat individual, menambahkan bahwa kontrol diri merupakan
tetapi terdiri atas beberapa orang yang tingkah laku yang terfokus pada keberhasilan
akan memanfaatkan dinamika kelompok mengubah pribadi, menangkalself destructive,
secara bersama-sama untuk membahas perasaan outonomi, atau bebas dari pengaruh
topik/permasalahan dan belajar untuk orang lain, kebebasan menentukan tujuan,
lebih mengembangkan dirinya termasuk kemampuan untuk memisahkan perasaan
mengembangkan self-control mereka. dan pikiran rasional dan tingkah laku yang
197
Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan
Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

terfokus pada tanggung jawab pribadi. karena terkadang anak tidak mampu
Lazarus juga mengemukakan (1976, hlm. 34) mengatakan apa yang dirasakan tetapi hanya
bahwa kontrol diri merupakan pemahaman bisa menunjukkan perasaan dalam bentuk
tentang pengungkapan diri baik, baik perilaku.
pengungkapan diri positif maupun negatif, Strategi permainan sebagai salah
sehingga individu dapat menyadari hal-hal satu teknik dalam bimbingan kelompok
yang bisa membangkitkan ekspresi-ekspresi maksudnya adalah kegiatan yang dilakukan
positif maupun negatif dalam diri. Pendapat oleh konselor/guru BK teradap sejumlah
lain dikemukakan oleh Carter & Alex siswa sesuai dengan tahapan dan prosedur
(2012, hlm. 5) bahwa dalam diri seseorang bimbingan kelompok yang didalamnya
terdapat suatu sistem pengaturan diri (self terdapat unsur permainan.
regulation) yang memusatkan perhatian Langkah-langkah permainan dalam
pada pengontrolan diri (self-control). Proses bimbingan kelompok ini mengikuti prosedur
pengontrolan diri ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan bimbingan kelompok pada
diri mengatur dan mengendalikan perilaku umumnya, hanya saja dengan menggunakan
dalam menjalani kehidupan sesuai dengan teknik permainan, yaitu: fase pemanasan,
kemampuan individu dalam mengendalikan fase tindakan dan fase integrasi. Tahap-tahap
perilaku. Apabila individu itu mampu yang terdiri dari empat fase tersebut diuraikan
mengendalikan perilakunya dengan baik sebagai berikut: (1) Fase awal (pemanasan)
maka individu tersebut dapa menjalani yaitu tahap pengakraban dan persiapan
kehidupan dengan baik. Kesimpulan dari untuk melakukan aktivitas permainan; (2)
beberapa pengertian tentang kontrol diri Fase transisi; (3) Fase tindakan (tahap inti)
adalah kemampuan untuk mengendalikan yaitu tahap pelaksanaan permainan; dan (4)
diri, mengontrol dorongan-dorongan negatif Fase integrasi (tahap akhir) berupa kegiatan
dan mengendalikan perilaku kearah yang diskusi kelompok dan penutupan.
positif. Self-control yang dimaksud dalam
Permainan memberikan kesempatan untuk penelitian ini adalah kemampuan siswa
memperoleh pengetahuan tentang segala kelas IV SD Laboratorium Percontohan
sesuatu, melatih imajinasi, memberikan UPI dalam memonitor dirinya sendiri,
peluang untuk berinteraksi dan penyesuaian mengontrol pikiran, mengambil keputusan
diri dengan lingkungan sekitar, serta untuk dan mengontrol perilaku sesuai dengan
mengekspresikan agresi dalam cara-cara situasi dan kondisi sehingga tahu apa
yang dapat diterima secara sosial. Menurut kekurangan yang ada pada individu, serta
Scrok dan Blum (Rusmana, 2009b hlm. senantiasa berusaha untuk menguatkan
4) permainan pada intinya bersifat sosial dirinya secara positif.Kemampuan siswa
dan melibatkan belajar dalam memperoleh SD kelas IV Laboratorium Percontohan UPI
pengalaman serta mematuhi aturan-aturan dalam mengontrol diri ditandai dengan aspek
yang sudah ditentukan, pemecahan masalah kontrol perilaku (behavior control), kontrol
(problemsolving), disiplin dalam diri, kognitif (cognitive control), dan kontrol
kontrol emosional, serta adopsi peran-peran keputusan (decisional control).
pemimpin dalam pelaksanaan kegiatan Strategi permainan adalah perencanaan
permainan dan pengikut yang semuanya itu yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain
merupakan komponen-komponen terpenting untuk mengembangkan self-control siswa
dalam sosialisasi dengan lingkungan kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI
sekitarnya. Permainan merupakan salah Tahun Ajaran 2015/2016.Strategi permainan
satu teknik yang dipakai dalam bimbingan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
dan konseling khususnya terhadap anak suatu teknik bimbingan dan konseling yang
198
Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan
Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

dilakukan secara berkelompok dimana digunakan pada dua sampel independen non
peneliti menggunakan permainan-permainan parametrik.
yang dapat mengembangkan self-control
anggota kelompok. Dalam pelaksanaan Prosedur Penelitian
kegiatan ini dilaksanakan oleh semua Langkah awal dari penelitian ini adalah
anggota dengan aturan dan ketentuan yang observasi ke sekolah yang akan dijadikan
berlaku, dengan suasana yang rileks dan sasaran penelitian. Obeservasi bertujuan
menyenangkan. untuk memeroleh gambaran langsung
Tujuan penelitian adalah menghasilkan mengenai siswa, guru, sarana dan prasarana
data empirik mengenai efektivitas strategi sekolah dan lingkungan sekolah serta
permainan dalam mengembangkan self- permasalahan-permasalahan yang ada.
control siswa kelas IV SD Laboratorium Setelah menemukan permasalahan yang
UPI Tahun Ajaran 2015/2016. adapun akan diteliti, kemudian dilanjutkan dengan
tujuan khusus yang ingin dicapai ialah: (1) mencari literature yang mendukung dalam
Memperoleh gambaran profil self-control penyususnan proposal penelitian dan
Siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI instrument.
Tahun Ajaran 2015/2016; (2) Memperoleh Pretest dilaksanakan dengan menyebarkan
rancangan strategi permainan dalam angket self-control pada siswa kelas IV
mengembangkan self-control siswa; dan (3) SD Laboratorium Percontohan UPI.
Mengetahui efektivitas strategi permainan Pretest dilakukan sebagai tes awal untuk
dalam mengembangkan self-control siswa. mendapatkan data mengenai gambaran
umum kontrol diri siswa kelas IV.
METODE PENELITIAN Pemilihan kelompok eksperimen dan
Pengumpulan data pada penelitian kelompok kontrol dilakukan secara simple
dilaksanakan dengan menggunakan angket, random sampling. Adapun kelas yang terpilih
jurnal harian yang diisi oleh siswa dan menjadi kelompok eksperimen adalah kelas
dengan observasi. IV A dan kelas kontrol adalah kelas IV B.
Instrumen yang digunakan dalam Pemberian perlakuan / treatmen dilakukan
penelitian dikembangkan berdasarkan sebanyak lima kali dan setiap selesai
pengembangan dan perumusan teori pemberian treatmen siswa diberikan jurnal
mengenai self-control. Pada penelitian ini harian untuk melihat hasil dari treatmen yang
dikembangkan atas dasar perspektif teori diberikan.
self-control dari Averill (1973). Pada akhir pertemuan siswa diberikan
posttest. Posttest diberikan setelah
Analisis Data dilaksanakannya treatmen sebanyak lima
Dalam melakukan uji efektivitas kaitannya kali. Hasil tes tersebut selanjutnya diolah dan
dengan intervensi strategi permainan dalam dianalisis oleh peneliti.
mengembangkan self-control siswa, yang
harus dipenuhi adalah dengan melakukan HASIL PENELITIAN
uji perbandingan, yaitu selisih skor antara Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir
pretest dan postest kontrol diri siswa, setengah dari keseluruhan jumlah siswa
sehingga dari hasil analisis tersebut didapat kelas IV SD Laboratorium Percontohan UPI
hipotesis penelitian. Teknik analisis data Tahun Ajaran 2015/2016 memiliki tingkat
yang digunakan dalam penelitian ini self-control sedang, dan sisanya berada pada
menggunakan uji U Mann-Whitney melalui kategori tinggi dan rendah dengan persentase
bantuan program SPSS version 18.0. uji U yang seimbang.
Mann-Whitney merupakan pengujian yang Hasil pretest seluruh aspek self-control

199
Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan
Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

terhadap siswa kelas IV SD Laboratorium SIMPULAN


Percontohan UPI ditemukan bahwa aspek Berdasarkan temuan penelitian dapat
cognitive control merupakan aspek yang dirumuskan simpulan sebagai berikut:
paling dominan yaitu sebesar 33% pada 1. Gambaran umum self-control siswa
kategori tinggi. Aspek cognitive control kelas IV SD Laboratorium Percontohan
adalah kemampuan individu dalam UPI tahun ajaran 2015/2016 berada
mengelola informasi yang tidak diinginkan pada tingkat kategori sedang, artinya
dengan cara menginterpretasi, menilai, siswa menunjukkan kemampuan yang
atau menggabungkan suatu kejadian dalam cukup baik dalam megendalikan situasi
suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi berdasarkan faktor dari dalam diri
psikologis atau untuk mengurangi tekanan. dan lingkungan, mampu mengetahui
Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu cara menghadapi stimulus yang tidak
memperoleh informasi dan melakukan dikehendaki, melakukan penilaian,
penilaian. Dengan informasi yang dimiliki meskipun masih takut memilih bebagai
oleh individu mengenai suatu keadaan kemungkinan tindakan dan hanya mampu
yang tidak menyenangkan, individu dapat memilih sedikit hasil dari tindakan.
mengantisipasi keadaan tersebut dengan 2. Rancangan strategi permainan
berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian dalam mengembangkan Self-control
berarti individu berusaha menilai dan dilaksanakan dalam tujuh sesi. Sebelum
menafsirkan kedaan atau peristiwa dengan intervensi dilakukan, diawali dengan
cara memperhatikan segi-segi positif scara pretest terlebih dahulu dan setelah ke enam
objektif. sesi dilaksanakan, siswa diberi posttest.
Rata-rata post-test kelompok eksperimen Pelaksanaan sesi intervensi dimulai
sejumlah 32,87 dan jumlah posttest kelompok dengan kemampuan cognitivecontrol
kontrol adalah 16,80. Hal ini memperlihatkan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan
bahwa ternyata jumlah rata-rata posttest dengan decisional control dan terakhir
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada behavioral control.
jumlah posttest kelompok kontrol. Dengan 3. Strategi permainan efektif dalam
demikian H0 ditolak yang artinya terdapat mengembangkan self-control
perbedaan antara rata-rata kelompok siswa. Efektivitas ditandai dengan
eksperimen dengan kelompok kontrol, meningkatnya skor posttest siswa pada
sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi kelompok eksperimen dan respon
permainan efektif dalam mengembangkan siswa yang baik, selama mengikuti sesi
self-control siswa. intervensi.

DAFTAR RUJUKAN
Ambarita. (2015). Efektivitas teknik permainan untuk meningkatkan penyesuaian diri peserta didik sekolah dasar.
(Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
ASCA. (2012). National Model : A framework for school counseling programs. [online].Tersedia :www.
schoolcounselor. (15 Februari 2014).
Averill. (1973). Personal control over aversive stimuli and its relationship to stress. Psychological Bulletin, 80 (4),
hlm. 286-303.
Bettencourt Ann, et al. (2006). Personality and aggressive behavior under provoking and neutral conditions: a
meta-analytic review. Journal of Psychological: Bulletin by the American Psychological Association,
132 (5), hlm. 751-777.
Chapple Hay, Rian C. Meldrum & Alex R. Piquero. (2012). Negatif cases in the nexus between self-control, sosial
bonds and delinguency. Journal of Youth Violence and Juvenile Justice, 2 (1), hlm. 3-25.

200
Efektivitas Strategi Permainan dalam Mengembangkan
Self-Control Siswa.... (Maya Masyita Suherman) ISSN 1412-565 X

Ghufron, M.R., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar Ruz Media.
Gufron, M. Nur. (2003). Hubungan kontrol diri dan persepsi remaja teradap penerapan disiplin orangtua dengan
prokrastinasi akademik. [online]. Diakses dari http://www.damandiri.or.id. (24 November 2014).
Hamonangan, H.R. (2014). Efektivitas layanan bimbingan kelompok melalui permainan untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Hall C.S & Lindzey, G. (1993). Teori-teori kepribadian (klinis). Yogyakarta: Kanisius.
Harian Terbit.(2015). Kasus kekerasan pada anak tahun 2015. [online]. Tersedia: http://books.google.co.id .
(15Februari 2014)
Hurlock B, Elizabeth. (2004). Alih Bahasa: Istiwidayanti&Soedjarwo. Psikologi perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Hurlock B, Elizabeth. (1981).Developmental psychology, a life-span approach. New Delhi: tata McGraw-Hill
Publishing Company Ltd.
Hurlock B, Elizabeth. (1980).Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Jennifer, dkk. (2010). Child centered play therapy research. Canada: John Wiley & Sons, Inc. All rights reserved.
Lazarus, R.S. (1976). Pattern of adjusmen. Tokyo: McGraw-Hill. Kogakusha, Ltd.
National Association of School Psychologists. (2002). Handout was published on NIVT website. Amerika: NASP
National Association of School Psychologists. (1998). Self-control skills for children. Amerika: NASP.
Rennie, R. L. (2000). A comparison study of the effectiviness of individual and group play therapy in treating
kindergarten children with adjustment problems. (Disertation). School of post graduate, University of
North Texas.
Rusmana, N. (2009b). Permainan (play & games): permainan untuk para pendidik, pembimbing, pelatih dan
widyaiswara . Bandung: Rizqi Press.
Rusmana, N. (2009a). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah: metode, teknik dan aplikasi. Bandung: Rizqi
Press.
Solehuddin, M. (2000). Konsep dasar pendidikan prasekolah.Bandung: Rizqi Pres

201

You might also like