Status Gizi Pada Anak Usia Sekolah Korban Erupsi Gunung Sinabung Di Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 105

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Skripsi Sarjana

2017

Status Gizi pada Anak Usia Sekolah


Korban Erupsi Gunung Sinabung di
Posko Pengungsian Kabanjahe
Kabupaten Karo

Mnautune, Min Arlin

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1528
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Status Gizi pada Anak Usia Sekolah Korban Erupsi Gunung Sinabung di
Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

SKRIPSI

Oleh :

Min Arlin Mnautune

131101077

Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Title of the Thesis : Nutritional Status of School-Aged Children ass the
Victims of Mount Sinabung Eruption at the Evacuation
Post Kabanjahe, Karo Regency
Name of Student : Min Arlin Manutune
Student ID Number : 131101077
Department : S1 (Undergraduate Degree) Nursing
Academic Year : 2017

ABSTRACT

Nutritional status is a person's body condition as a result of food consumption


that has become one of the problems that occur in Indonesia, especially on
School-Age Children as the victims of Mount Sinabung Eruption at the
Evacuation Post Kabanjahe, Karo Regency. The objective of the research was to
identify the nutritional status of school-aged children at the evacuation post of
Mount Sinabung eruption at Kabanjahe, Karo Regency. The research used
percentage descriptive analysis techniques. The samples were 70 children by the
age of 6-12 years old, taken by using total sampling technique. Te data were
gathered by using obserrvation sheets and body weight scales that had been
calibrated with weight measurement Body / age (BB / U). The result showed that
the children’s nutritional status was good (94.29%) it was dominated by 8 year-
old children (21.43%). It is recommended that the next researchers not only make
direct measurements of antopometry according to BB / U, but also use clinical,
biochemical, biophysical measurements. Indirect measurements are food
consumption surveys, verbal statistics, and ecological factors.

Keywords: Nutritional status, School-Age Children, Victims of Sinabung


Eruption

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Status Gizi pada Anak Usia Sekolah Korban Erupsi Gunung
Sinabung di Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo
Nama : Min Arlin Manutune
NIM : 131101077
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Tahun Ajaran : 2016/2017

ABSTRAK
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan
yang telah menjadi salah satu masalah yang terjadi di Indonesia, khususnya pada
anak usia sekolah korban erupsi gunung Sinabung yang tinggal di posko
pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi status gizi anak usia sekolah di posko pengungsian erupsi
gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo. Desain penelitian deskriptif,
jumlah sampel 70 orang anak dengan usia 6-12 tahun menggunakan total
sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan
penimbang berat badan yang sudah dikalibrasi dengan pengukuran BB/U.
Penelitian ini menggunakan teknik analisi deskriptif persentase. Hasil penelitian
menunjukkan status gizi anak adalah baik sebanyak (94,29%) di dominasi anak
usia 8 tahun sebanyak 21,43%. Saran untuk penelitian selanjutnya agar tidak
hanya melakukan pengukuran secara langsung yaitu antopometri menurut BB/U,
namun dapat juga menggunakan pengukuran secara langsung seperti klinis,
biokimia, biofisik. Pengukuran tidak langsung seperti survei konsumsi makanan,
statistik vikal dan faktor ekologi

kata kunci : Status gizi, anak usia sekolah, korban erupsi gunung Sinabung

Universitas Sumatera Utara


Kata Pengantar

Segala puji, hormat dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan hikmatNya kepada penulis hingga saat bini dapat menyelesaikan

skripsinya debngan judul “ Status Gizi pada Anak Usia Sekolah Korban Bencana

Erupsi Gunung Sinabung yang tinggal di Posko Pengungsian Kabanjahe

Kabupaten Karo” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk

menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar sarjana Keperawatan dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat dukungan dan

bantuan, bimbingan, dan data data baik secara tertulis maupun lisan dari berbagi

pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada teristimewa kepada bapak Yonatan Manutune, bapak Bernad

Aupe, Ibu Yomima Aupe, Ibu Dominggas Mobalen, adik Ivana Manutune, adik

Popy Manutune, adik Benebzon Manutune dan seluruh keluarga besar yang selalu

memberikan dukungan doa, motivasi dan materi kiranya Tuhan memberkati

selalu.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D. Selaku Dekan Keperawatan Fakultas

Keperawatan USU. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep., Ns. M.Kep. selaku

Wakil Dekan I, Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku

Wakil Dekan II dan Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.

Selaku Wakil Dekan III.

Universitas Sumatera Utara


2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing

dalam pembuatan skripsi ini yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, saran, masukan dan motivasi yang sangat

berharga serta membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kp, M.Kep dan Ibu Fatwa Imelda, S.Kep,

Ns, M.Biomed selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan

arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan semangat dan motivsi selama menjalani perkuliahan di

Fakultas Keperawatan USU.

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Fakultas Keperawatan USU dalam

memberikan ilmu dan bantuan sehingga penyusunan skripsi ini dapat di

selesaikan.

6. Bapak Zulkarnaen Tarigan selaku Kordinator posko pengungsian serta

adik-adik yang telah berpartisipasi untuk menjadi responden yang telah

membantu dalam penyelesaian penelitiani ini.

7. Bapak Khairul Bahri, ST selaku Kepala Balai Pengamanan Fasilitas

Kesehatan (BPFK) Medan yang telah membantu mengkalibrasi timbangan

berat badan dalam penelitian ini.

8. Pemerintah Indonesia Dirjen Dikti yang telah membantu dan memberikan

dukungan materi dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Rektorat Universitas Sumatera Utara yang memberikan motivasi dan

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara


10. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Papua Sumatera Utaraserta Sahabat-

sahabat seperjuangan Afirmasi Dikti di Medan (Abihud, Delan, Paulus,

Dwi Rahmana, Christin, Leriske, Ince, Dhedhe, Monalisa) dan Keluarga

Besar GKII pos yang selalu memberikan dukungan doa dan motivasi

selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

11. Teman-teman satu bimbingan(Abul ,Angelisi, Sarah dan Artah) yang

selalu berjuang bersama-sama dalam pengerjaan skripsi ini serta, sahabat-

sahabat seperjuangan di Fkep USU (Sri Yunita, sulastri, Rytha) yang

selalu memberikan semangat tidak lupa juga untuk seluruh teman-teman

stambuk 2013 yang slalu memberikan semangat dalam penyelesaian

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan yang membangun

dari semua pihak agar skripsi ini menjadi lebih baik dan penelitian ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, 15 Juli 2017

Min Arlin Manutune


(NIM : 131101077)

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
Bab 1. Pendahuluan ..................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ........................................................................... 8
1.2. Rumusan masalah ...................................................................... 8
1.3. Tujuan penelitian ........................................................................ 8
1.4. Manfaat penelitian ...................................................................... 8
Bab 2. Tinjauan pustaka ............................................................................ 10
2.1. Gizi .......................................................................................... . 10
2.1.1. Pengertian status gizi .................................................... 10
2.1.2. Angka kecukupan gizi .................................................... 11
2.1.3. Penilaian status gizi ........................................................ 12
2.1.4. Penerapan gizi seimbang pada anak usia sekolah ........... 15
2.2. Anak usia sekolah ........................................................................20
2.2.1. Tahapan perkembangan anak usia sekolah .................... 21
2.2.2. Tahapan pertumbuhan anak usia sekolah ...................... 28
2.3. Bencana erupsi ............................................................................. 33
2.3.1. Dampak Positif ............................................................... 34
2.3.2. Dampak negatif .............................................................35
Bab 3. Kerangka penelitian ......................................................................... 36
3.1. Kerangka konseptual ...................................................................36
3.2. Definisi operasional ....................................................................37
Bab 4. Metode penelitian .............................................................................38
4.1. Desain penelitian ......................................................................... 38
4.2. Populasi dan sampel penelitian ..................................................38
4.2.1. Populasi .......................................................................... 38
4.2.2. Sampel ...........................................................................’ 38
4.2.3. Tehnik sampling ............................................................. 38
4.3. Lokasi dan waktu penelitian .................................................... 39
4.3.1. Lokasi penelitian ............................................................ 39
4.3.2. Waktu penelitian ............................................................ 39
4.4. Pertimbangan etik .................................................................... 39
4.5. Instrumen penelitian ................................................................ 40
4.6. Validitas dab reliabilitas ..........................................................40
4.7. Pengumpulan data ...................................................................41
4.8. Analisa data .............................................................................42
Bab 5. Hasil dan pembahasan ..................................................................... 43
5.1. Hasil penelitian ....................................................................... 43
5.1.1. Karakteristk responden .................................................. 43
5.1.2. Status gizi ……………………………………………… 45
5.2 Pembahasan .............................................................................. 45
5.2.1. Gambaran status anak ...................................................... 45
Bab 6. Kesimpulan dan saran ......................................................................50
6.1. Kesimpulan .............................................................................. 51
6.2 Saran ......................................................................................... 51
6.2.1. Pendidikan keperawatan ............................................... 51

Universitas Sumatera Utara


6.2.2. Pelayanan keperawatan .................................................. 52
6.2.3. Penelitian keperawatan .................................................. 52
Daftar pustaka .............................................................................................. 52
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Lembar Observasi
Lampiran 4. Distribudi lembar observasi status gizi
Lampiran 5. Lembar Kategori Status Gizi Rujukan WHO-NHCS berdasarkan
Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Lampiran 6. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Keperawatan USU
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Mahasiswa
Lampiran 8 Surat Pernyataan Telah Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 9. Riwayat hidup

Halaman

Universitas Sumatera Utara


Skema 3.1 Kerangla konseptual penelitian ..................................................... 35

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap orang pasti menginginkan tubuhnya memiliki kesehatan yang prima.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari,orang tidak terlepas dari makanan karena

makanan adalah salah satu persyaratan pokok utama manusia, disamping

udara (oksigen). Makanan berfungsi dalam kehidupan manusia untuk

memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan, memperoleh energi,

mengatur metabolisme keseimbangan (air,mineral dan cairan) serta berperan

dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit

(Notoadmojo,2007).

Dari semuanya itu menunjukkan bahwa manusia hidup memerlukan

makanan, jika seseorang kekurangan makanan maka akan terlihat kurus karena

kekurangan gizi. Kekurangan gizi menjadi masalah yang umum terjadi di negara-

negara yang sedang berkembang, di Kenya malnutrisi kronis merupakan masalah

nasionaldengan rata-rata 33% (TB/U) yang menjelaskan seorang anak mewakili 3

anak(pendek) khususnya pada anak dengan status gizi jelek dan dampak dari

pelayanan kesehatan anak yang buruk. Kecenderungan yang terjadi di masa lalu

adalah ketika memasuki masa kekeringan, situasi berkembang ke arah yang

mengkhawatirkan dimana terjadi peningkatan proporsi 30-40% anak menderita

malnutrisi akibat keterbatasan pangan dan penyakit-penyakit infeksi yang

berkembang (Moh,2014).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data FAO (2006), sekitar 854 juta orang di duniamenderita

kelaparan kronis dan 820 juta diantaranya berada di negara berkembang. Dari

jumlah tersebut 350-450 juta atau lebih dari 50% diantaranya adalah anak-anak,

dan 13 juta diantaranya berada di Indonesia. Lebih dari sepertiga (36,1%) anak

anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang (LIPI,2004)

Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan,energi,

berpikir, beraktivitas fisik dan daya tahan tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan anak

adalah seluruh zat gizi yang terdiri dari zat gizi makro seperti karbohidrat,

protein, lemak serta zat gizi mikro seperti vitami n dan mineral. Kebutuhan energi

10-12 tahun lebih besar dari pada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan

relatif cepat terutama penambahan tinggi badan (Devi, 2012).

Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah

gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya

persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Masalah gizi lebih

disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai

dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan

(Almatsier, 2010).

Masalah gizi bukan menyangkup kesehatan saja melainkan juga aspek-aspek yang

lain. diluar aspek medik klasifikasi masalah gizi adalah karena kemiskinan,

budaya, pengetahuan/pengertian,distribusipangan dan bencana alam

(Khuraidi,1994). Oleh sebab itu penanganan atau perbaikkan gizi tidak hanya

diarahkan pada gangguan melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain

Universitas Sumatera Utara


misalnya, penyakit gizi KKP tidak cukup dengan memberikan makanan saja,

tetapi juga dilakukan perbaikkan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan dan

sebagainya ( Notoatmodjo, 2007).

Sekitar 30% dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak-anak, sehingga

status gizi anak perlu diperhatikan (Anwar, dkk. 2014). Berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,prevalensi Anak Usia Sekolah (6-14

tahun) Kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional Anak

Usia Sekolah Kurus (perempuan) adalah 10,9%. Selain masalah Anak Kurus,

terdapat juga masalah Anak Gemuk, yaitu Anak Usia Sekolah Gemuk (laki-laki)

adalah 9,5%, sedangkan prevalensi Anak Gemuk Usia Sekolah (perempuan)

adalah 6,4%.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan dasar tahun 2013, 11,2% anak usia 5-12

tahun mengalami gizi kurang. Dampak dari gizi kurang adalah badan menjadi

lemah karena kurang energi, mudah terserang penyakit infeksi, pertumbuhan

badan terhambat, menghambat prestasi belajar dan mengurangi produktivitas di

masa depan (Safitri, dkk. 2016). Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi

Pangan dan Gizi Nasional yang dikutip oleh Waryana (2010), penyebab kurang

gizi dapat dijelaskan sebagai berikut: penyebab langsung yaitu asupan makanan

anak dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak, penyebab tidak langsung

yaitu ketahanan pangan di keluarga,pola asuh anak, serta pelayanan kesehatan dan

kesehatan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


Status ekonomi, status kesehatan dan status pendidikan yang rendah saling terkait

antara satu dengan yang lain secara sangat erat dengan status gizi anak usia

sekolah. Status ekonomi yang rendah secara langsung dan tidak langsung

berpengaruh terhadap status gizi, sementara status gizi buruk dapat berpengaruh

terhadap prestasi belajar anak yang rendah (Soegeng, 2004).

Pada anak usia sekolah merupakan golongan yang mempunyai karakteristik

mulai mencoba mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan

norma. Karakteristik lain yaitu anak banyak menghabiskan waktu diluar rumah,

aktivitas fisik anak semakin meningkat, dan pada usia sekolah anak akan mencari

jati dirinya. Anak akan berada di luar rumah untukjangka waktu 4-5 jam.

Aktivitas fisik akan meningkat seperti pergi dan pulang sekolah, bermain dengan

teman meningkatkan kebutuhan energi. Apabila anak tidak memperoleh energi

sesuai kebutuhannya maka akan terjadi pengambilan cadangan lemakn untuk

memenuhi kebutuhan energi, sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya

(Khomsan, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh dr. Saptawati Bardosono, ahli gizi dari

Universitas Indonesia lima sekolah dasar di Jakarta didapatkan sebanyak 94,5 %

anak mendapatkan asupan gizi di bawa angka kecukupan gizi yang dianjurkan

yakni1.800 kcal. Dalam kaitannya dengan kesehatan, dari anak yang di teliti 40%

anak sering menderita penyakit infeksi tenggorokan , BB kurang sebanyak 56,4

%, bertubuh pendek sebanyak 35%, bertubuh kurus sebanyak 29,5% dan ada

sebanyak 7,3% anak yang terindikasi gizi buruk (Imran, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Karo secara geografis berada di dekat jejeran gunung berapi

wilayah Sumatera, di Karo ada 2 dari 129 gunung berapi aktif yang berada di

Indonesia yaitu gunung berapi Sinabung dan gunung berapi Sibayak.

Kabupaten Karo mengalami peristiwa erupsi gunung Sinabung cukup

mengejutkan pada tanggal 29 Agustus 2010. Kepala PVMBG menyatakan

Gunung Sinabung berbahaya dari status tipe B berubah menjadi tipe A.

Masyarakatagar mengungsisejauh 6 Km dari kaki gunung Sinabung. Erupsi

Sinabung juga mengakibatkan rusaknya pertanian dan perkebunan seluas 60

Ha.

Kejadian bencana ini memiliki dampak yang merugikan yaitu, rusaknya sarana

prasarana fisik, permukiman dan fasilitas umum. Dampak lain yang tidak

kalah pentingnya adalah permasalahan kesehatan seperti pelayanan kesehatan,

korban meninggal, penurunan status gizi masyarakat, anak usia sekolah, balita

serta bayi yang sedang menyusui. Sektor mata pencaharian utama sebahagian

besar masyarakat Kabupaten Karo adalah sektor pertanian. Masyarakat

mengungsi ke 21 titik pengungsian sebanyak 27.472 orang, korban

meninggal sebanyak dua orang (Kemenkes RI, 2010).

Salah satu keadaan yang memengaruhi ketersediaan pangan secara langsung

adalah bencana alam, misalnya kejadian gunung meletus. Kejadian gunung

meletus mengakibatkan tanaman pertanian menjadi hancur karena hangus dan

terkubur dalam hujan abu vulkanik, dan simpanan bibit tanaman serta simpanan

pangan keluarga mungkin hilang, terutama jika tidak ada tanda-tanda

peringatan (Pan American Health Organization, 2000). Bencana alam yang

Universitas Sumatera Utara


diikuti dengan pengungsian menimbulkan masalah kesehatan yang diawali

dari kurangnya air bersih, persediaan pangan yang tidak mencukupi ditempat

pengungsian, serta keadaan tempat pengungsian yang sering tidak memenuh

syarat kesehatan (Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan, 2001).

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, jumlah anak usia

5-9 tahun pada anak laki-laki mencapai 21.059 orang dan pada anak perempuan

mencapai 20.111 orang tahun 2014 dengan total keseluruhan mencapai 41.170

jiwa. Sedangkan jumlah anak berusia 10-14 tahun pada anak laki-laki mencapai

18.724 orang dan anak perempuan mencapai 17.804 dengan total keseluruhan

mencapai 36.528. Masyarakat korban bencana letusan Gunung Sinabung,

Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara tersebar di delapan lokasi penampungan,

mulai terserang penyakit demam, sesak nafas dan infeksi saluran pernafasan di

tengah pengungsian.Soalnya, selain menghirup udara bercampur abu vulkanik,

masyarakat pengungsi khususnya ada ratusan anak-anak yang berada di tengah

pengungsian yang sangat rentan dihinggapi penyakit di tengah musibah bencana

tersebut juga dipastikan kedinginan karena mengungsi di tempat terbuka yang

hanya beratapkan tenda serta masih banyak pengungsi yang kelaparan di tengah

malam, dapur umum belum maksimal dengan kondisi cuaca yang sangat dingin

apalagi tinggal di tempat terbuka membuat para pengungsi merasa tersiksa.

Kini keberadaan pengungsi erupsi gunung Sinabung sepertinya sudah terlupakan.

Hampir tidak ada pemberitaan di media massa terkait nasib mereka. Hingga

bulan Juni 2014, relokasi yang dijanjikan kepada para pengungsi juga tidak ada

kejelasan. Sebagai akibatnya, hingga kini banyak diantara korban erupsi Gunung

Universitas Sumatera Utara


Sinabung yang diperkirakan berjumlah 15.800 jiwa yang hidupnya terlunta-

lunta (wong, 2014).

Data yang didapat dari kepala posko bahwasannya mereka sudah berada di posko

tersebut selama 5 tahun. Terkait kebutuhan pangan boleh dikatakan cukup karena

mereka selalu mendapatkan pasokan dari pemerintah dan juga mendapatkan

bantuan dari orang-orang yang peduli dengan kejadian yang dialami oleh

pengungsi , sedangkan untuk pelayanan kesehatan sendiri tidak ada jadwal tetap

untuk melakukan pelayanan kesehatan di posko tersebut. Pekerjaan orangtua dari

anak di posko tersebut sebagian besar petani. Erupsi Sinabung menyebabkan

hilangnya mata pencaharian orangtua karena rusaknya lahan pertanian dan

perkebunan. Anak-anak juga masih tetap bersekolah karena untuk saat ini di

pindahkan ke Kabanjahe dan mereka juga mendapat bantuan transportasi untuk

mengantar jemput selama mereka masih berada di posko pengungsian. Mengenai

air persediaan mereka sangat cukup sedangkan tempat tinggal mereka bisa

dikatakan tidak layak karena tidurnya bercampur, polusi udarah akibat erupsi dan

lingkungan sekitar juga kurang bersih.

Faktor yang mempengaruhi status gizi anak yaitu rendahnya ketahanan

pangan rumah tangga kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan

yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Sedangkan

penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis

ekonomi, politik dan sosial termasukbencana alam yang mempengaruhi ketidak-

seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada

akhirnya mempengaruhi status gizi anak.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap

Status gizi anak usia sekolah korban erupsi gunung Sinabung di posko

pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah

adalah bagaimana status gizi anak usia sekolah korban erupsi gunung Sinabung di

posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi status gizi pada anak usia

sekolah korban erupsi gunung Sinabung di posko pengungsian Kabanjahe

Kabupaten Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi perguruan tinggi dalam hal ini Universitas

Sumatera Utara, bagi peneliti dalam hal ini mahasiswa, dan bagi pemerintah

khususnya pelayanan dinas kesehatan setempat pada anak yang mengalami

masalah gizi.

1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi

perawat pendidik untuk mengaplikasikan kepada masyarakat dalam

pembelajaran terkait dengan pengetahuan dan perilaku terhadap status

gizi pada anak usia sekolah.

Universitas Sumatera Utara


1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perawat

mengenai pentingnya pengetahuan gizi dalam meningkatkan perilaku

pemenuhan nutrisi tumbuh kembang anak yang baik. Penelitian ini juga dapat

menjadi bahan pertimbngan khusus dinas kesehatan setempat

1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian Keperawatan

Sebagai bahan pertimbangan dan pembelajaran dalam melakukan

suatu penelitian dalam bidang kesehatan. Meningkatkan kemampuan berpikir

analistis dan sistematis serta menerapkan ilmu gizi untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan di masyarakat dan melatih kerjasama dalam tim peneliti.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi,penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang digunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan

energi (Rusilanti, dkk. 2015).

2.1.1. Pengertian status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaanzat-zat gizi (Almatsier, 2010). Dibedahkan anatara status gizi

kurang, baik dan lebih. Status gizi merupakan ekspresi dari jeadaan

keseimbangandalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture

dalam bentuk variabel tertentu (Ibnu, dkk.. 2016). Ketidakseimbangan tersebut

dapat dilihat dari variabel pertumbuhan yaitu berat badan, tinggi/panjang

badan, lingkar kepala lingkar lengan dan panjang tungkai (Gibson, 1990).

Definisi lain menyebutkan bahwa status gizi adalah suatu keadaan fisik

seseorang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran gizi

tertentu (Yulianti,dkk. 2015).

Universitas Sumatera Utara


Status kondisi optimal adalah keadaan dimana terdapat keseimbangan

antara asupan dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas

sehari-haristatus gizi lebih terjadi apabila asupan zat gizi diperoleh dalam

jumlah berlebih, sedangkan status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami

kekurangan zat-zat gizi. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi

makanan yang bergantung pada jumlah dan jenispangan yang

dibeli,pemasukkan, distribusi dalam keluargadan kebiasaanmakan secara

perorangan (Rusilanti, dkk. 2015).

Faktor yang mempengaruhi status gizi, munculnya masalah gizi dapat

dilihat dari ketidakseimbangan antara pejamu, agens dan lingkungan. Unsur

pejamu meliputi: faktor geneti, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, keadaan

fisiologis, keadaan imunologis dan dan kebiasaan seseorang. Unsur sumber

penyakit meliputi: faktor gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, fisiologis,

genetis, psikis, fisik dan biologis. Unsur lingkungan meliputi tiga faktor yaitu

lingkungan (fisik, biologis, sosial), ekonomi dan biologis (suparisa, dkk. 2001)

2.1.2 Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi adalah jumlah zat-zat gizi yang hendaknya

dikonsumsi tiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian dari diet

normal rata-rata orang sehatt. AKG yang dianjurkan pertama kali di Indonesia

ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang

diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-

masing kelompok umur, gender dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya bila

Universitas Sumatera Utara


kelompok penduduk mempunyai rata-rata berat badan berbeda dengan

patokan yang digunakan maka maka perlu dilakukan penyesuaian berdasarkan

berat badan ideal (Almatsier,2010)

2.1.3. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan suatu proses pemeriksaan keadaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang objektif maupun

yang subjektif untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia

(Suparisa, dkk. 2001). Menurut Suparisa, dkk (2002) penilaian status gizi

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat

penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Secara umum

antropometri artinya ukuran tubuh. Antropometri secara umum digunakan

untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporasi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Pemeriksaan klinis merupakan metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat

pada jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut, mukosa oral atau organ-

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode

ini umumnya untuk survei klinis secara tepat untuk mendeteksi tanda-

tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

Disamping itu untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan

Universitas Sumatera Utara


melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau

riwayat penyakit (Fauzarrahman, 2013).

Pemeriksaan secara biokimia merupakan pemeriksaan secra

specimenyang diuji secra laboratories yang dilakukan berbagai macam

tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan

juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini

digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan

amlnutrisi yang lebih parah lagi. Penilaian secara biofisik merupakan

metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan). Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu

seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes

adaptasi gelap (Suparisa, 2002).

Menurut Supariasa, dkk. (2001) penilaian status gizi secara tidak

langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu : survei konsumsi makanan,

statistik vikal dan faktor ekologi. Survei pengumpulan makanan adalah

metode penggunaan status gizi secara tidak langsung dengan melihat

jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan konsumsi makan dapat memberikan gambaran tentang

konsumsi zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini

dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. Selain itu,

untuk mengukur status gizi dengan statistika vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab

Universitas Sumatera Utara


tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya

dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

Faktor ekologi digunakan untuk mengungkapkan bahwa malnutrisis

merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis dan lingklungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-

lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat pentingg untuk

mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk

melakukan program intervensi gizi (Supariasa, 2002).

Penelitian status gizi anak pada penelitian ini menggunakan penilaian

status gizi secara langsung. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score ini status

gizi anak dikategorikan sebagai berikut: Dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai

berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
Standar Baku antropometri WHO-NHCS
No Indeks yang dipakai Batas Sebutan Status

pengelompokkan Gizi

<-3 SD Gizi Buruk

-3 s/d -2 SD Gizi Kurang

1 BB/U -2 s/d -2 SD Gizi Baik

>-2 SD Gizi Lebih

<-3 SD Sangat Pendek

-3 s/d -2 SD Pendek

2 TB/U -2 s/d -2 SD Normal

>-2 SD Tinggi

<-3 SD Sangat Kurus

-3 s/d -2 SD Kurus

3 TB/BB -2 s/d -2 SD Normal

>-2 SD Gemuk

Sumber: Deples RI 2004

Penggunaan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB menggunakan indikator status

gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh

(M.Khumaidi, 1994)

2.1.4Penerapan gizi seimbang pada anak usia sekolah

. Penyusunan menu harus memperhatikan kecukupan gizi, dengan

berpedoman pada empet sehat lima sempurna serta memperhatikan variasi

dan kombinasi dari bahan yang digunakan, rasa, warna, bentuk, konsistensi

Universitas Sumatera Utara


dari masing-masing hidangan serta kesukaan atau kegemaran anak sehingga

dapat memperbaiki keadan gizi pada anak (Ruslianti, dkk. 2015)

Menu makanan untuk anak harus memenuhi syaraat sebagai berikut :

Sesuai dengan pola makan empat sehat lima sempurna, sesuai dengan

kebutuhan gizi anak usia sekolah, sesuai dengan kesenangan anak, yaitu

bervariasi dalam jenis, hidangan, warna, rasa dan bentukd. sesuai dengan

bahan yang berada dirumah dan sesuai dengan kemampuan belanja.

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan

kecerdasan anak. Anak yang makan makanan beragam dan seimbang nilai

gizinya akan tumbuh sehat dan aktif(Ruslianti, dkk. 2015)

Pemilihan bahan makanan bergizi merupakan tindakkan memilih bahan

pangan atau makanan dengan kualitas yang baik agar dapat menghasilkan

makanan yang bergizi. Pemilihan bahan makanan yang dimaksud meliputi

hal-hal berikut (Rusilanti, dkk. 2015). Dalam memilih bahan makanan

sebaiknya perhatikan zat gizi yang terkandung dalam bahan makanan

apakah mencukupi kebutuhan gizinya dalam memilih bahan makanan juga

harus memperhatikan kemampuan belanja dan keadaan ekonomi, pilihan

bahan makanan yang lebih dibutuhkan. Kualitas bahan makanan, seperti

beras, umbian-umbian, tepung-tepungan, daging, ayam, ikan, telur, tempe,

tahu, sayuran, buah-buahan, dan susu harus masih dalam keadaan baik dan

tidak busuk. (Ruslianti, dkk. 2015)

Universitas Sumatera Utara


Pemilihan bahan makanan dimaksudkan untuk mendapatkan bahanmakanan

yang aman dikonsumsi dan memenuhi syarat gizi. Cara memilih makanan

yang baik, sebagai berikut (Dian & Adriyana, 2011) :

a. Bahan pokok sumber zat tenaga (Karbohidrat)

Beras, pilih beras yang berbauh segar dan wangi, warna dan

bentuknya seragam, tidak banyak pasir, tidak pecah-pecah, kering, tidak

kusam, tidak berulat dan tidak berkutu.Singkon, ubi, kentang dan talas,

pilihlah yang bersih, segar, tidak busuk, berwarna baik dan bentuk yang

utuh.Tepung-tepungan, pilihlah yang bersi, tidak berkutu dan masih

dikemas dengan baik.

b. Bahan makanan sumber zat pembangun (Protein)

Daging, pilihlah daging yang masih segar, mengkilat, tidak bauh busuk,

tidak berlendir dan tidak berwarna kebiruan.Ayam, pilihlah ayam yang

masih segar, kulit mulus berwarna putih agak kemerahan atau

kekunimg-kuningan, tidak berbauh busuk dan bentuknya utuh.Ikan,

pilihlah ikan yang masih segar, insangnya merah, dagingnya kenyal dan

berbauh segar, kulit mengkilat, mata ikan terlihat bening menonjol,

bentuk masih lengkap dan jernih.Telur, pilih telur yang segar, kulit

bersih, tidak bersuara jika digoyangkan, jika dimasak ke air akan

tenggelam dan jika dilihat dengan cahaya matahari atau lampu terlihat

terang.Tempe dan tahu, pilihlah tempe dan tahu yang tidak berubah

warnanya, masih segar dan tidak berjamur.Susu, pilihlah susu yang

Universitas Sumatera Utara


bauhnya masih segar, kemasannya utuh, warnanya putih, agak krem,

tidak berbauh tengik dan bersih.

C. Bahan makanan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral)

Sayuran, pilihlah sayuran yang bersih, masih mudah, berwarna segar,

tidak layu dan mudah dipatahkan, berwarna segar, tidak layu dan

mudah dipatahkan, warnanya seragam dan tidak berbecak. Buah-buahan,

pilihlah sayuran yang bersih, padat tidak terlalu masak, kulit terlihat

licin, tidak berkeripu, tidak berlubang, bentuknya utuh dan tidak berulat.

Pengolahan bahan makanan adalah tindakkan mengelola bahan pangan

atau makanan dengan menggunakan teknik masak yang tepat, yang meliputi

menggoreng, mengukus, merebus dan menumis. Penyajian Makanan,

Makanan yang diberikan kepada anakusia 6-12 tahun harus memperhatikan

jumlah satau takaran serta frekuansi makan yang diajarkan dalam makan 3

kali sehari dengan penataan makanan yang menarik dan hidangan yang tepat

untuk anak serta ditambah 2 – 3 kali makanan selingan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi

ayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah400 g perorang perhari, yang

terdiri dari 250 g sayur (setara dengan 21/2 porsi atau 21/2 gelas sayur setelah

dimasak dan ditiriskan) dan 150 g buah. (setara dengan 3 buah pisang ambon

ukuran sedang atau 11/2 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah 14 jeruk

ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-

buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah.

Universitas Sumatera Utara


Pemberian makanan sehat bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi padaanak

golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria

anak yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya sertayang berat

badannya yang terletak dibawah garis merah.Bahan makananyang digunakan

dalam pemberian makanan sehat hendaknya bahan-bahan yang adaatau dapat

dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebihbesar.

Diutamakan bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan

sumber zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran

hijau, kelapa dan hasil olahannya. Menurut Tuti (2002), Makanan yang sehat

mencapai status gizi yang baik dan optimal dimulai dengan penyedian pangan

yang cukup. Penyedian pangan yang cukup diperoleh melalui produksi

pangan dalam negeri melalui upaya pertanian dalam menghasilkan bahan

makanan pokok, lauk pauk, sayur mayur, dan buah – buahan.

Masalah makan pada anak pada umumnya adalah masalah kesulitan

makan.Hal ini penting diperhatikan karena dapat menghambattumbuh

kembangoptimal pada anak. Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk

makan dan menolak makanan tertentu. Tujuan memberi makan pada anak

adalah untuk memenuhi kebutuhan zat yang cukup dalam kelangsungan

hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah sakit, untuk aktifitas, pertumbuhan dan

ikan perkembangan. Dengan memberikan makan, maka anak juga dididik agar

dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik serta menentu jumlah

makanan yang cukup dan bermutu.(Tuti, 2012)

Universitas Sumatera Utara


2.2 Anak usia sekolah

Menurut Buku Data Penduduk yang ditebirkan oleh Kementerian Kesehatan

Indonesia (2011), anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun

(Depkes, 2011), periode pubertas sekitar usia 12 tahun merupakan tanda akhir

masa kanak-kanak menengah (Potter & Perry, 2005; Wong, dkk. 2009). Menurut

Wong (2009), anak usia sekolah atau anak yang sudah sekolah akan menjadi

pengalaman Inti anak.

Periode ini anak-anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya

sendiri dalam hubungan dengan orangtua mereka, teman sebaya, dan orang

lain.Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengatahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu (Wong, dkk. 2009). Anak usia sekolah biasanya disebut

anak usia pertengahan, periode usia tengah merupakan periode usia 6-12 tahun

(Santrock, 2008). Periode pra-remaja atau pra-pubertas terjadi pada tahap

perkembangan usia sekolah, periode pra-remaja atau pra-pubertas menandakan

berakhirnya periode usia sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun, ditandai

dengan awitan pubertas (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Periode usia sekolah dibagi imenjadi tiga tahapan umur yaitu, tahap awal 6-

7 tahun, tahap pertengahan 7-8 tahun dan pra remaja 11-12 tahun (Poter & Perry,

2005).Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik

dibandingkan dengan kesehatan anak balita. Di pihak lain anak kelompok ini

kadang-kadang nafsu makan mereka menurun sehingga konsumsi makanan tidak

seimbang dengan kalori yang diperlukan. Anak sekolah adalah kelompok yang

Universitas Sumatera Utara


sudah terorganisasi sehingga mudah untuk dijangkau oleh program dan mudah

menerima upayah pendidikan. Ahli pendidikan berpendapat bahwa kelompok

umur ini sangan sensitif untuk menerima pendidikan, termasuk pendidikan gizi

(notoatmodjo, 2007).

Anak pada usia sekolah biasanya lebih kooperatif. Terkait ini,perlu

dipahami bahwa dalam berbagai posisi, anak dengan usia 6-8 tahun lebih

menyukai kehadiran orang tua. Namun, bagi anak yang berusia 11-12 tahun lebih

suka dengan privasi. Dalam fase ini, perkembangan anak membutuhkan

peningkatan pemisahan dari orang tua dan kemampuan dalam menemukan

penerimaan dalam kelompok yang sebaya serta berperan dalam

membandingkan masalah dan tantangan yang berasal dari dunia luar(Kennedy,

2012).

2.2.1 Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah

Beberapa pakar kesehatan anak menyampaikan berbagai pengertian tentang

perkembangan anak, menjelaskan bahwa perkembangan ialah bertambah

sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat di capai melalui tingkat kematangan

dan belajar. Perkembangan pada anak bisa terjadi pada perubahan bentuk dan

fungsi pematangan organ, mulai dari aspek sosial, emosional, hingga intelektual.

Adapun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan definisi bahwa

perembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks, serta besifat kualitatif yang pengukurannya lebih sulit daripada

pertumbuhan. Sedangkan, Depkes (2005) menjelaskan perkembangan sebagai

Universitas Sumatera Utara


bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lenih kompleks dalam kemampuan

gerak kasar, gerak hakus, berbicara dan berbahasa, sosialisasi dan kemandirian.

Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya. Dalam

tahap perkembangan anak di usia sekolah anak lebih banyak mengembangkan

kemampuannya dalam interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya

serta mulai mencoba untuk mengambil bagian dalam kelompoknya (Hidayat,

2005).Berdasarkan teori tumbuh kembang dalam Rusanti (2015), yaitu

1. Tahapan kognitif

Anak usia sekolah berada pada tahap konkret dengan perkembangan

kemampuan anak yang sudah mulai memandang secara realistis terhadap

dunianya dan mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain. Pada periode

ini anak mulai mampu mengelompokkan, menghitung, mengerutkandan mengatur

dalam penyelesaian masalah yang dirasakan anak. Sifat anak usia sekolah berada

dalam tahap reverbilitas yaitu, anak memiliki dua pandangan terhadap sesuatu.

Perkembangan anak usia sekolah memperlihatkan (Hurlock, 2014).

Menurut Piaget, dengan perkembangan koqnitif kemampuan anak sebagai

berikut, anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui

tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik,

seperti dalam penelitian piaget anak selalu memilih sesuatu atau ukuran yang

besar walaupun isinya sedikit, pada masa ini sifat dan pikiran anak bersifat

transduktif menganggap semuanya sama.

Status gizi berkaitan erat dengan kecerdasan kognitif seseorang(Hardinsyah,

2007).Statusgizi dan pola kebiasaan yang baik pada anakakan berdampak pada

Universitas Sumatera Utara


kecerdasan serta konsentrasi yang baikpula.Statusgizi berpengaruh besar terhadap

tingkat kecerdasan dan daya tangkappelajaran di kelas, sehingga anak yang

memilikistatusgizi yang baik akanlebih mudah memahami serta menangkap

pelajaran dan memperoleh prestasi disekolahnya. Begitu pula sebaliknya,

apabilastatusgizi anakkurang atau bahkan buruk, maka akan berdampak pada

pemahaman materipelajaran yang kurang serta menurunkanprestasibelajar.

2. Perkembangan Psikososial

Pada tahap ini anak akan sering tertarik dalam menyelesaikan sebuah

masalah atau tantangan dalam kelompoknya hal ini disebabkan oleh adanya

keinginan anak untuk mengambil setiap peran yang ada di lingkungan sosial

terutama dalam kelompok sebayanya. Keberhasilan anak dalam pencapaian

setiaphal yang mereka lakukan akan meningkatkan rasa kemandirian dan

kepercayaan diri anak. Anak yang mengalami inferioti harus diberikan dukungan

dalam menjalankan aktivitasnya (Sarafino, 2006).

Perkembangan psikososial menurut Erikson merupakan perkembangan

otonomi yang berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan

lingkungannya. Anak akan mulai berinisiatif dalam belajar dalam mencari

pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya dan apabila pada

tahap ini dilarang atau dicegah amaka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri

anak.Perkembangan anak usia sekolah menurut Kohlberg berada di tahap

konvensional (Muscari, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Anak pada usia sekolah dapat lebih memahami standar perilaku yang seharusnya

yang mereka terapkan pada kehidupan sehari-hari. Anak dalam tahap

konvensional, mula memahami bagaimana harus memperlakukan orang lain

sesuai dengan apa yang ingin di terima oleh mereka dari orang lain (Wong, 2009).

3. Perkembangan Psikoseksual ( Tahap laten)

Karakteristik perkembangan berdasarkan usia adalah sebagai berikut :

Pada usia 7 tahun : minat seks menurun dan kurang eksplorasi, perhatian pada

lawan jenis meningkat dimulai dari perasaan cinta terhadap anak laki-laki

atau sebaliknya. Pada usia 8 tahun : perhatian seksual meningkat, suka

mengintip, menceritakan lolucon cabul, ingin menambah informasi seksual

tentang kelahiran dan hubungan sekseual. Anak perempuan mengalami

peningkatan perhatian tentang menstruasi. Pada usia 9 tahun : lebih suka

berdiskusi dengan teman sebaya tentang topik seksual, memisahkan jenis

kelamin dalam permainan aktivitas.Pada usia 10 tahun : minat terhadap

tubuh dan penampilan meningkat, banyak anak mulai berkencan dan

berhubungan dengan lawan jenis dalam aktivitas kelompok.Pada usia 11-13

tahun : khawatir tentang, tekanan social agar tetap langsing dan menarik

merupakan sumber stress, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


a. Krisis perkembangan membuktikan makin banyak laporan tentang

masalah seksual pra remaja yang dimulai usia 10 tahun.

b.Mekanisme koping yang umum yang dimiliki anak : menggigit kuku,

ketergantungan keterampilan, pemecahan masalah bertambah,

humor,fantasi dan identifikasi.

c. Adanya rasa bersalah dengan konsekuensi emosi verkaitan dengan

seks play, ntung pada bagaiman tanggapan orang tua terhadap

perilaku tersebut

4. Perkembangan Moral

Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan pada perkembangan

kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu: (1) preconventional; (2)

conventional; (3)postconventional.

a. Fase Preconventional

Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya

sebagai dasar dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga

tahapan.Tahap satu didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak, yaitu

kebaikan adalah seperti apa yang saya mau, rasa cinta dan kasih sayang

akan menolong memahami tentang kebaikan, dan sebaliknya ekspresi

kurang perhatian bahkan mebencinya akan membuat mereka mengenal

keburukan.

Tahap dua, yaitu orientasi hukuman dan ketaatan , baik dan buruk

sebagai suatu konsekuensi dan tindakan. Tahap selanjutnya, yaitu anak

berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan. Anak

Universitas Sumatera Utara


menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka sendiri, oleh

karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan orangtua tidak

memberikan sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa

tindakannya bukan merupakan sesuatu yang buruk.

b. Fase Conventional

Pada tahap ini, anak berorientasi pada mutualitas hubungan interpersonal

dengan kelompok. Anak sudah mampu bekerjasama dengan kelompok dan

mempelajari serta mengadopsi norma-norma yang ada dalam kelompok selain

norma dalam lingkungan keluarganya. Anak mempersepsikan perilakunya

sebagai suatu kebaikan ketika perilaku anak menyebabkan mereka diterima

oleh keluarga atau teman sekelompoknya. Anak akan mempersepsikan

perilakunya sebagai suatu keburukan ketika tindakannya mengganggu

hubungannya dengan keluarga, temannya, atau kelompoknya. Anak melihat

keadilan sebagai hubungan yang saling menguntungkan antar individu. Anak

mempertahankannya dengan menggunakan norma tersebut dalam mengambil

keputusannya, oleh karena itu penting sekali adanya contoh karakter yang

baik, seperti jujur, setia, murah hati, baik dari keluarga maupun teman

kelompoknya.

c. Fase Postconventional

Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasar pada

prinsip yang dimiliki dan yang diyakini. Segala tindakan yang diyakininya

dipersepsikan sebagai suatu kebaikan. Ada dua fase pada tahapan ini, yaitu

orientasi pada hukum dan orientasi pada prinsip etik yang umum. Pada fase

Universitas Sumatera Utara


pertama, anak menempatkan nilai budaya, hukum, dan perilaku yang tepat

yang menguntungkan bagi masyarakat sebagai sesuatu yang baik. Mereka

mempersepsikan kebaikan sebagai susuatu yang dapat mensejahterakan

individu. Tidak ada yang dapat mereka terima dari lingkungan tanpa

membayarnya dan apabila menjadi bagian dari kelompok mereka harus

berkontribusi untuk pencapaian kelompok. Fase kedua dikatakan sebagai

tingkat moral tertinggi, yaitu dapat menilai perilaku baik dan buruk dari

dirinya sendiri. Kebaikan dipersepsikan ketika mereka dapat melakukan

sesuatu yang benar. Anak sudah dapat mempertahankan perilaku berdasarkan

standarmoral yang ada, seperti menaati aturan dan hukum yang berlaku di

masyarakat. Menurut Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada

tahap I tingkat pra-konvensional Kohlberg (Hukuman dan Kepatuhan), yaitu

mereka berupaya untuk menghindari hukuman, akan tetapi beberapa anak

usia sekolah berada pada tahap 2 (Instumental–Relativist orientation). Anak-

anak tersebut melakukan berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka

(Kozier, dkk. 2011).

5. Perkembangan spiritual

Menurut Fowler (2011), anak usia sekolah berada pada tahap

perkembanganspiritual, yaitu pada tahapan mitos–faktual. Anak-anak belajar

untuk membedakan khayalan dan kenyataan. Kenyataan (fakta) spiritual adalah

keyakinan yang diterima oleh suatu kelompok keagamaan, sedangkan khayalan

adalah pemikiran dan gambaran yang terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua

dan tokoh agama membantu anak membedakan antara kenyataan dan

Universitas Sumatera Utara


khayalan.Orangtua dan tokoh agama lebih memiliki pengaruh daripada teman

sebaya dalam hal spiritual.

Pada saat anak tidak dapat memahami peristiwa tertentu seperti penciptaan dunia,

mereka menggunakan khayalan untuk menjelaskannya. Pada masa ini, anak usia

sekolah dapat mengajukan banyak pertanyaan menegnai Tuhan dan agama dan

secara umum meyakini bahwa Tuhan itu baik dan selalu ada untuk membantu.

Sebelum memasuki pubertas, anak-anak mulai menyadari bahwa doa mereka

tidak selalu dikabulkan dan mereka merasa kecewa karenanya. Beberapa anak

menolak agama pada usia ini, sedangkan sebagian yang lain terus

menerimanya. Keputusan ini biasanya sangat dipengaruhi oleh orang tua

(Kozier, dkk 2011).

2.2.2. Tahap Pertumbuhan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan merupakan bertambah dan besarnya jumlah sel di seluruh

bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley & Wong 2000).

Sedangkan menurut Sutjiningsih (1998) pertumbuhan adalah adanya perubahan

dalam jumlah akibat pertambahan sel dan pembentukan protein baru, sehingga

meningkatkan jumlah dan ukuran sel di seluruh bagian tubuh.

Pertumbuhan pada fisik pada anak khususnya berat badan yang

mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, aktivitas motorik tinggi,

dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan (Hidayat, 2005). Jika mengacu

pada pengertian pertumbuhan anak tersebut, kita dapat menentukan ciri-ciri yang

menunjukkan pertumbuhan anak, yakni bertambahnya berat badan, tinggi badan,

Universitas Sumatera Utara


lingkaran kepala, tumbuh gigi tetap dan perubahan tubuh lainnya (Fida & Maya,

2012).

1. Tinggi badan

Secara estetika, anak yang memiliki perawakan tinggi memang lebih

enak dan sedap dipandang ketimbang anak berperawakan pendek. Meurut

seorang dokter dari divisi endokrinologi pertumbuhan terbagi menjadi tiga

tahap. Pertama dimulai dari bayi baru lahir hingga ia berusia 3 tahun.

Pada tahun pertama pencapaian tinggi badan mencapai 1,5 kali panjang

lahir. Sementara pada usia 2 tahun, rata-rata anak tumbuh sebanyak 6-10

cm per tahun. Kedua, tahapan pertumuhan anak yang akan berakhir ketika

ia memasuki pubertas (usia 6-12 tahun).

Pada tahapan ini, penambahan tinggi badan anak mencapai 5-7 cm

per tahun. Pada tahapan ini juga tinggi badan anak mulai kelihatan

memanjang, mengurus dan perutnya tidak buncit lagi. Ketiga, tahapan

pubertas (12-18 tahun), yang ditandai dengan percepatan dalam

pertumbuhan karena pengaruh hormon seksual. Pertumbuhan tinggi badan

anak melaju dengan cepat, kemudian secara perlahan terhenti. Dalam fase

ini, terlihat perbedahan yang mencolok antara anak laki-laki dengan anak

perempuan. Pada anak perempuan, masa purbetas terjadi lebih awal dan

tinggi badannya bisa mencapai 8 cm per tahun. Sedangkan, pada anak

laki-laki dapat mencapai 10 cm pertahun. Bila tahapan ini berakhir, maka

berakhir juga masa pertumbuhan anak.

Universitas Sumatera Utara


Dalam fase pertumbuhannya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tinggi badan seorang anak (Fida & Maya, 2012).Dapat dijabarkan sebagai

berikut :

Faktor genetik

Merupakan elemen dasar yang menentukan tinggi seorang anak.

Apabila kedua orang tuanya memiliki perawakan yang tinggi, maka secara

genetis, ia cenderung berperawakan tinggi juga. Meskipun demikian, ada

juga seorang anak yang berperawakan lebih tinggi dari orang tuanya. Hal

ini bisa terjadi karena ada konsep “potensi tinggi genetik” (seorang anak

dilahirkan berpotensi atau dapat mencapai tinggi dewasa tertrtentu yang

berada dalam rentang waktu tertentu).

b. Faktor hormon

Hormon yang berperan dalam proses pertumbuhan tinggi dan berat

badan anak antar lain hormon pertumbuhan, tiroid dan seks. Hormon

pertumbuhan berfungsi merangsang pertumbuhan tulang. Hormon tiroid

sangta dibutuhkan seorang anak untuk membantu melancarkan proses

metabolisme dalam tubuhnya. Sedangkan, hormon seks terdiri atas hormon

estrogen, progesteron dan androgen. Hormon ini bertugas dalam

pematangan seksual

Universitas Sumatera Utara


c. Faktor lingkungan

Berdasarkan imunisasi yang tepat, kasih sayang yang cukup, serta

pemenuhan kebutuhan ekonomi yang memadai menjadi beragam faktor

yang sangat mendukung pertumbuhan tinggi seorang anak. Imunisasi

sangat penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit yang dapat

menghambat pertumbuhan fisiknya. Perhatian dan kasih saynag penuh dari

orang tua bisa memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan anak,

terutama nafsu makan anak.

Selain itu, pemenuhan kebutuhan ekonomi yang baik dapat berdampak

terhadap ketersediaan pangan yang mengandung gizi seimbang. Apabila

kondisi ekonomi orang tua tidak mencukupi terhadap pemenuhan asupan

gizi yang baik, maka pertumbuhan anak dapat terganggu.

2. Lingkar kepala

Selama ini monitoring pertumbuhan pada anak didominasi oleh berat

dan tinggi badan. Sering kali, pertumbuhan lingkar kepala diabaikan.

Padahal, monitoring terhadap lingkar kepala sangat penting diperhatikan

guna mendeteksi gangguan perkembangan otak dan gangguan lainnya sejak

dini. Jika terlambbat mendeteksi, maka dapat memperburuk kelainan yang

sudah ada.

Pertumbuhan normal lingkar kepala

Ukuran kepala anak memang berbeda. Parameter yang sering kali dipakai

oleh seorang klinis untuk menentukan batas normal lingkar kepala menurut

skala Nellanus. Menurut skala ini, ukuran lingkar kepala normal adalah 30-

Universitas Sumatera Utara


37 cm. Saat anak berusia 5 tahun, biasanya ukuran kepala bertambah

sekitar 50 cm. Dan, ketika usianya memasuki umur 5-12 tahun,

pertumbuhan hanya naik sekitar 52-23 cm. Pertumbuhan tersebut mulai

menetap dan tidak membesar lagi setelah anak berusia 12 tahun.

Ukuran kepala anak dikatakan tidak normal jika besar ukuran lingkaran

kepala kurang atau lebih dari 2 standar deviasi sesuai usia menurut skala

Nelhalus. Anak dengan gangguan ini kadang disertai dengan ubun-ubunnya

telah tertutup semenjak lahir. Dalam kondisi semacam ini, perkembangan

otaknya juga bisa terganggu. Apabila perkembangan otak tidak optimal,

biasanya biasanya perkembangan motorik dan kecerdasannya juga tidak

maksimal.

Penyebab gangguan ukuran lingkar kepala ada beberapa faktor yang mem yang

mempengaruhi ukuran besar atau kecilnya pertumbuhan ukuran lingkar

kepala anak. Faktor yang paling sering terjadi ialah keturunan. Biasanya,

ukuran lingkar kepala anak tidak jauh berbeda dengan salh-satu orang

tuanya ketika ia dewasa kelak. Faktor lain yang berpengaruh adalah

gangguan saat dalam kandungan. Misalnya karena infeksi kehamilan,

kelainan kromosom, atau kelainan genetik.

Universitas Sumatera Utara


2.3.Bencana erupsi

Badan Penanggulanganan Bencana Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana

sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut

menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan

manusia.

Pengertian Erupsi adalah suatu proses pelepasan material dari gunung berapi

seperti lava, gas, abu dan lain sebagainya ke atmosfer bumi ataupun ke permukaan

bumi dalam jumlah yang tidak menentu. Erupsi ini dapat diartikan sebagai letusan

gunung berapi ataupun semburan minyak dan uap panas dari dalam perut bumi.

Erupsi gunung berapi terjadi karena adanya pergerakan atau aktivitas dari magma

dari dalam perut bumi yang berusaha keluar ke permukaan

bumi.(ilmugeografi.com)

Dalam bahasa Indonesia kata erupsi sering diterjemahkan sebagai letusan

sebenarnya terjemahan itu tidak sepenuhnya tepat, terjemahan tersebut hanya

tepat untuk tipe erupsi letusan. (wahyuancol, 2014).

Universitas Sumatera Utara


2.3.1. Dampak Positif

Dampak posistif bagi manusia yaitu tanah yang dilewati oleh abu vulkanis akibat

meletusnya gunung api tersebut, membuat tanahnya menjadi subur dan sangat

baik untuk bercocok tanam. Bagi penduduk sekitar yang bekerja menggarap lahan

untuk ditanami berbagai tanaman sayur atau lainnya, hal ini akan membawa

keuntungan. Pembangkit listrik baik didirikan di wilayah yang sering mengalami

letusan gunung. Timbulnya mata air yang mengandung banyak mineral. Mata air

ini biasa disebut dengan makdani biasa di manfaat untuk kegiatan wisata,

pemandian juga untuk pengobatan. .(ilmugeografi.com)

Membuka lapangan pekerjaan baru untuk warga sekitar pegunungan yaitu

sebagai penambang pasir. Materi vulkanik dari gunung berapi yang berupa pasir

dapat dijual dengan harga yang tinggi dan membantu perekonomian warga,Jenis

jenis hutanyang rusak akibat letusan, akan cepat digantikan dengan pepohonan

baru yang tumbuh membentuk suatu ekosistem baru. Berpotensi terjadi hujan

orografis di daerah vulkanis dan batu yang meluap tatkala terjadi letusan gunung

api berguna untuk bahan bangunan serta dampak meletusnya gunung api adalah

munculnya geyser atau sumber mata air panas yang bagus untuk kesehatan kulit.

.(ilmugeografi.com)

Dampak positif bagi lingkungan yaitu Menjadikan tanah sekitar letusan gunung

tambah subur, menghasilkan batu dan pasir bermutu baik untuk bahan bangunan,

energi panas yang berasal dari bumi berguna untuk pembangkit tenaga listrik,

sumber mineral, diantaranya gypsum, belerang, zeolit, dan lainnya. Sumber mata

air bagi pertanian, peternakan, dan sebagainya.(ilmugeografi.com)

Universitas Sumatera Utara


2.3.2. Dampak Negatif

Dampak negatif bagi manusia yaitu abu vulkanik yang panas akan merusak

segala yang dilewatinya, pencemaran udara oleh abu gunung api tersebut. Abu

gunung berapi memiliki beberapa kandungan zat berbahaya seperti : hidrogen

sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida dan material debu yang

kemungkinan mengandung racun. Melumpuhkan semua kegiatan masyarakat

sekitar, termasuk ekonomi yang berhenti serta bermacam material yang

dikeluarkan gunung berapi dapat memicu munculnya bibit penyakit, seperti

infeksi saluran pernapasan, batuk-batuk, sakit kulit, dan

sebagainya.(ilmugeografi.com)

Utamanya untuk gunung berapi yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata.

Dengan adanya bencana ini, pariwisata akan terhenti, pemasukan dari wisata pun

turut berhenti. Beberapa gunung api di Indonesia sebagai destinasi wisata

contohnya, gunung Merapi dan RinjaniTerjadinya kecelakaan akibat jalanan yang

licin berdebu, makanan terkontaminasi racun dan juga hujan debu yang

menghalangi pandangan dan mencemari udara sekitar yang menjadi penyebab

pemanasan global serta lahar panas mengakibatkan kebakaran hutan, sehingga

ekosistem hutan terancam. Termasuk satwa yang tinggal di

dalamnya.(ilmugeografi.com)

Dampak negatif bagi lingkungan yaitu Bahaya langsung saat gunung meletus

seperti awan panas, guguran material letusan gunung, bebatuan, abu vulkanik,

lava dan erois tanah. Bahaya tak langsung seperti terjadinya polusi udara oleh zat

beracun, air tercemar dan lahan rusak.(ilmugeografi.com)

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

Kerangka Penelitian

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah formulasi atausimplifikasi dari kerangka teori-

teori yang mendukung penelitian yang terdiri dari variabel-variabel serta

hubungan variabel yang satu dengan yang lain (Notoadmodjo, 2012).

Penelitian inidilakukan untuk mengetahui status gizi anak usia sekolah

korban erupsi gunung Sinabungdi posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten

Karo. Variabel penelitian iniadalah status gizi.

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep

Status Gizi :

Status Gizi Anak 1. Gizi Buruk

Usia Sekolah 2.Gizi Kurang

3. Gizi Baik

4. Gizi Lebih

Universitas Sumatera Utara


3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skal


Operasional a
Status Status gizi Timbangan Menggunakan 1. Gizi Buruk Ordi
Gizi adalah merek Gea lembar ( <-3,0 SD) nal
Keadaan observasi
tubuh anak 2.Gizi Kurang
usia sekolah ( <-2 SD )
korban
3. GiziBaik
bencana
(-2 Sd s/d +2 SD)
erupsi
sinabung
4. Gizi Lebih
sebagai
(>+2 SD )
akibat
penggunaan
zat gizi
yang diukur
dengan
indeks
antropometr
i WHO-
NHCS

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

Metode penelitian

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk

mengidentifikasi status gizi anak usia sekolah korban erupsi gunung Sinabung

di posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo..

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1.Popualsi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dan objek yang diteliti

(Notoadmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah

korban eupsi gunung Sinabung di posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

yang berjumlah 70 orang.

4.2.2.Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoadmodjo, 2012). Sampel penelitian ini dilakukan pada anak usia sekolah

yaitu usia 6-12 tahun di posko pengungsian gunung Sinabung Kabanjahe

Kabupatn Karo

4.2.3. Tehnik Sampling

Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Total

sampling yaitu dengan mengambil semua sampel yang berada didalam populasi.

Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimanajumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil Total Sampling karena

Universitas Sumatera Utara


menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kuirang dari 100 maka seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian.

4.3.Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pengungsian erupsi Gunung Sinabung yang terletak

diposko pengunsian gunung Sinabung di gedung GBKP simpang VI Kabanjahe

Kabupaten Karo.

4.3.2. Waktu Penelitian

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Meil

2017. Penelitian dilakukan siang sampe sore hari.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada

kordinator pengungsian dan orangtua anak. Setelah mendapat persetujuan , maka

peneliti melakukan pengumpulan data dimana peneliti mengukur langsung kepada

anak usia sekolah yang dibantu oleh asisten peneliti untuk melengkapi lembar

observasi. Peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan etik,

yaituinformed consent atau lembar persetujuan.

Lembar persetujuan diberikan kepada reponden yang akan diteliti dan

peneliti menjelaskan maksud, tujuan penelitian yang akan dilakukan dan manfaat

penelitian. Responden berhak menolak atau pun mengundurkan diri selama proses

penelitian (autonomy). Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

ini diminta untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut (informed consent).

Universitas Sumatera Utara


Untuk menjaga kerahasiaan responden (confidentiality), peneliti tidak

mencantumkan nama responden (anonimity) pada lembar pengumpulan data,

tetapi cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

Kerahasiaan informasi yang diberikan responden dijamin oleh peneliti dan hanya

digunakan dalam penelitian (non-maleficence) serta bermanfaat bagi peneliti

dalam menyelesaikan tugas akhir dan bagi responden untuk mengidentifikasi

status gizi anak dan diberikan intervensi selanjutnya (benefience).

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar

observasi dan mengukur langsung anak dengan pengukuran BB/U. Alat ukur yang

digunakan adalah dengan menggunakan timbangan yang sudah di Kalibrasi.

Lembar Observasimeliputi : Kode responden,hari/tanggal, umur dan berat badan.

4.6. Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun

tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur menurut situasi dan

kondisi tertentu (Notoadmodjo, 2012)

Uji Releabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dengan dipercaya atau dapat dikendalikan (Notoadmodjo,

2012).

Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini tidak dapat dilakukan karena

menurut Sugiyono (2005) instrumen dalam ilmu alam seperti timbangan telah

diakui validitas dan reliabilitasnya. Meskipun demikian setiap anak akan

ditimbang dengan sangat teliti.

Universitas Sumatera Utara


4.7. Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara :

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanan penelitian melalui bagian

pendidikan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan USU.Setelah mendapat

izin, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kordinator

pengungsian.Dan orangtua anak, setelah mendapat izin dari kordinator

pengungsian beserta orangtua dari anak yang akan menjadi responden di posko

pengungsian gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo yang telah dilakukan

pengumpulan data penelitian.

Pengisian lembar observasi oleh asisten penelitian yang sudah diberikan arahan

oleh peneliti.Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian kepada

orangtua responden. Setelah orangtua responden setuju agar anaknya dijadikan

sampel dari penelitian, maka peneliti memberikan surat persetujuan untuk menjadi

responden.

Responden dipersilahkan untuk mengisi data demografi yang dibantu oleh asisten

peneliti dan pengukuran BB.. Waktu pengisian lembar observasi pada siang

menjelang sore hari, pengisian data demografi selama 5 menit.Setelah diisi, data

demograpi dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya.

Apabila ada kuesioner yang tidak lengkap, maka responden diminta untuk

melengkapi disaat itu juga.

Universitas Sumatera Utara


4.8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dianalisa melalui beberapa tahap. Pertama,

memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa

semua jawaban telah diisi. Selanjutnya data diklarifikasi dengan mentabulasi

data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data dilakkan dengan menggunakan

teknik manual untuk mengetahui status gizi anak.

Dari hasil pengolahan data tersebut, maka diketahui frekuensi dan persentase

untuk mendiskripsikan tentang data demogrfi dan status gizi anak. Analisa data

status gizi anak.Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif presentase

untuk mengetahui gambaran tentang status gizi dengan mengukur berat badan

dengan satuan kilogram (kg) dan umur dengan satuan tahun kemudian dihitung

dengan tabel berdasarkan penghitungan indeks berat badan menurut umur anak 6-

12 tahun dengan bahan Baku Rujukan Indeks Antropometri WHO-NHC untuk

menghitung status gizi anak.

Setelah data diperoleh selanjutnya data dianalisis untuk menarik kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan Untuk menganalisis data digunakan teknik analisis

statistikdengan persentase, dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

P= Pesentase
F = Frekuensi
𝐹𝐹 N = Jumlah anak
𝑃𝑃 = 𝑥𝑥 100%
𝑁𝑁

Universitas Sumatera Utara


Bab 5

Hasil dan Pembahasan

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Mei 2017 di posko pengungsian

gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo, pada anak usia sekolah 6-12 tahun

yang diperoleh di tempat penelitian sebanyak 70 orang. Penyajian data hasil

penelitian meliputi karakteristik responden dan status gizi

5.1.1. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 80%. Jumlah responden perkelas di dapatkan dari

hasil penelitian yaitu kelas 3 SD sebanyak 21,43%. Umur responden yang paling

dominan adalah 8 tahun sebanyak 21,43%. Mayoritas pendidikan terakhir

orangtua responden adalah SMA sebanyak 74,20%. Serta mayoritas pekerjaanr

orangtua anak adalah petani sebanyak 98,57%. Data lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 5.1

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Responden
Anak Usia Sekolah di Posko Pengungsian Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo

Variabel Frekuensi (f) Persentase(%)


Jenis Kelamin
Laki-Laki 14 20
Perempuan 56 80
Kelas
1 SD 11 15,71
2 SD 10 14,29
3 SD 15 21,43
4 SD 14 20
5 SD 9 12,86
6 SD 11 15,71
Usia
6 tahun 6 8,57
7 tahun 7 10
8 tahun 15 21,43
9 tahun 9 12,86
10 tahun 12 7,14
11 tahun 12 7,14
12 tahun 9 12,86
Pendidikan
terakhirOrang
tua 11 15,71
SD 7 10
SMP 52 17,29
SMA
Pekerjaan Orangtua 1 1,53
PNS 69 98,57
Petani

Total 70 100

Universitas Sumatera Utara


5.1.2 Status gizi

Dari hasil penelitian data yang diperoleh menunjukkan bahwa status gizi anak usia

sekolah korban erupsi gunung Sinabung tepatnya di posko pengungsian GBKP

Kabanjahe Kabupaten Karo berstatus gizi baik sebanyak 94,29%.Untuk

lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Status Gizi Anak Usia
Sekolah di Posko Pengungsian Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo

Hasil Ukur Frekuensi (f) Persentase

Status Gizi
Gizi Kurang 3 4,29
Gizi Baik 66 94,29
Gizi Lebih 1 1,42

Total 70 100

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini pembahasan dilakukan untuk mengetahui status

gizi anak usia sekolah di posko pengungsian erupsi gunung Sinabung Kabanjahe

Kabupaten Karo.

5.2.1 Gambaran status Anak

Dari hasil penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dengan mayoritas anak yang

menjadi responden yaitu perempuan sebanyak 80% berbeda dengan penelitian

yang dilakukan Thata (2007) status gizi anak sekolah dasar mayoritas anak yang

menjadi responden adalah lakai-laki sebanyak 51,6% . adapun usia responden di

Universitas Sumatera Utara


dominasi anak dengan usia 8 tahun sebanyak 21,43% berbeda dengan penelitian

thaha (2007) dengan status gizi anak sekolah dasar yang di dominasi anak dengan

usia 7 tahun sebanyak 79,5%.

Karakteristik berdasarkan pendidikan orangtua pada penelitian ini yaitu SMA

sebanyak 74,29% Pendidikan orang tua responden memiliki peran yang penting.

Terutama ibu sangat berperan dalam memberikan gizi kepada keluarganya, ibu

banyak mendapat informasi tentang gizi dari petugas kesehatan di masyarakat,

televisi maupun sumber yang lain. Sebuah penelitian menujukkan bahwa sikap

yang diajarkan oleh orang tua terutama seorang ibu sangat mempengaruhi

perilaku dan asupan gizi anak mereka (Scaglioni, dkk. 2008). Umumnya

pendidikan orangtua sangat mempengaruhi status gizi anak dari tingkat

pengetahuannya berdasar tingkatan pendidikannya.Dalam hal ini pengetahuan

orangtua bisa dikatakan baik karena sudah berada selama 5 tahun di posko mereka

juga telah mendapat sosialisai penyuluhandari tim kesehatan seperti dinas

kesehatan setempat maupun dari luar sehingga memberikan informasi dan

pengetahuan kepada orangtua anak.

Faktor sosial ekonomi khususnya Kemiskinan merupakan faktor terbesar yang

mempengaruhi gizi anak. Anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung

rentan terhadap masalah gizi. Hal ini berkaitan dengan faktor ketersediaaan

makanan, keterbatasan akses makanan, pendidikan yang kurang dari orangtua,

pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi (Hitchock, Schubert

& Thomas, 1999).

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan orangtua responden

sebagian besar adalah petani sebanyak 98,57%. Status gizi seseorang dipengaruhi

oleh konsumsi makanan yang bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang

dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara

perorang (Rusilanti, dkk.2015). Soekirman (2006) mengemukakan pencegahan

gizi kurang akan sulit karena menyangkut status ekonomi yaitu penghasilan yang

kurang(kemiskinan). Kemiskinan menyebabkan orang tua tidak bisa memberikan

makanan yang bergizi seimbang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ariningsih

(2009) pada kelompok rumah tanggaberpendapatan rendahdidapatkankonsumsi

energi dan proteinnya masih di bawahstándar mínimum kecukupan energi maupun

protein.

Dalam hal ini erupsi Sinabung mengakibatkan rusaknya lahan pertanian dan

perkebunan sehingga menyebabkan hilangnya mata pekerjaan orangtua yang

dapat berdampak pada pemenuhan nutrisi anak. Pada penelitian ini hal tersebut

dapat diatasi karena selama mereka berada di posko pengungsian selalu

mendapatkan pasokan bahan pangan dari pemerintah sampai sekarang dan juga

mendapat pasokan dari aksi sosial dan lain-lain. Makanan yang dikonsumsi

berupa nasi dan lauk pauk yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan

pengolahan yang baik. Meskipun demikian orangtua anak tetap mencari pekerjaan

sampingan bahkan ada yang kembali ke ladang meskipun sudah dilarang sama

BMKGtanpa sepengetahuan kepala ataupun pengawas setempat.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian data yang di peroleh menunnjukan mayoritas anak berstatus gizi

baik sebanyak 94,29%. Status gizi baik pada penelitian ini dikarenakan perhatian

pemerintah yang sangat baik kepada pengunsi dalam bentuk pangan sehingga

anak-anak yang tinggal di posko pengungsian dapat terpenuhi kebutuhan

nutrisisehingga tidak di temukan gizi buruk meskipun di temukan anak dengan

gizi kurang dan lebih.Menurur Pudjiati (2000) , jika angka gizi diatas 50% dan

gizi buruk dibawa 10% maka daerah ini sangat memprihatinkan, namun status gizi

anak pada penelitian ini baik karena berstatus gizi baik diatas 50% dan tidak ada

status gizi burukwalaupun belum optimal karena masih ditemukan anak dengan

status gizi kurang dan lebih di wilayah ini. Hasil penelitian ini diasumsikan bahwa

status gizi anak di posko pengungsian berstatus gizi baik.Persentase pada

penelitian ini lebih besar dibandingkan hasil penelitian thaha (2007) yaitu gizi

baik sebanyak 77,0% dan juga oleh hasil penelitian yang dilakukan Riskesdas

Sumatera Selatan (2010) yaitu gizi baik sebanyak 77,8%

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya status gizi kurang sebanyak 4,29%.

Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang (Ningsih,

dkk. 2016). Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih sedikit

dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007). Meskipun mendapat perhatian

dalam kebutuhan pangan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

namun masih di dapatkan anak dengan gizi buruk.Salah satu faktor yang

mempengaruhi status gizi adalah aktivitas dan konsumsi pangan. Hal ini bisa

terjadi karena aktifitas anak dan kebiasaan makan yang tidak diawasi oleh

orangtua karena harus ke ladang , sehingga dapat mempengaruhi preferensi dan

Universitas Sumatera Utara


konsumsi pangan pada kehidupan yang akan datang, sehingga nantinya dapat

berpengaruh terhadap status gizinya. Anak usia sekolah sering diabaikan sebagai

kelompok sasaran gizi.Hal ini dikarenaka periode anak usia sekolah dasar sedang

dalamtumbuh kembang, sehingga membutuhkan pengetahuan dan asupan

gizidankesehatan yang mencukupiPemberian asupan makan tidak selalu dapat

dilaksanakandengan sempurna di masa tumbuh kembang anak (Judarwanto,

2010).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya anak dengan status gizi lebih

sebanyak 1,29%. Status gizi lebih pada penelitian ini dikarenakan anak telah

mengalaminya sejak kecil dan tidak diketahui pasti sejak usia berapa anak tersebut

mengalami kegemukan dan disebabkan karena ketidakseimbangan zat gizi dan

aktivitas anak.Kegemukan pada usia dewasa terjadi karena seseorang telah

mengalami kegemukan dari masa anak-anak (Suyono, 1986). Penelitian ini jauh

berbeda dengan hasil penelitian Ipriyona tahun 2011yang mendapatkan anak

dengan gizi lebih sebanyak 27%. Adapun penelitian Status gizi lebih akan

menyebabkan obesitas pada anak dan akan berisiko menderita penyakit

degeneratif dan berbedah juga dengan data dari Riskesdas 2007 menyatakan

prevalensi anak usia 6-14 tahun yaitu anak dengan gizi lebih sebanyak 7,8%.

Universitas Sumatera Utara


Bab 6

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang di peroleh dalam penelitian ini maka di dapatkan

beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil penelitian status gizi pada anak usia sekolah korban erupsi

gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo didapatkan mayoritas anak

berstatus gizi baik sebanyak 94,29%,

2. Keterbatasan dari orangtua responden baik pendidikan maupun pekerjaan

dapat diatasi karena telah mendapat sosialisasi dari tim kesehatan dan

mendapat pasokan dalam memenuhi kebutuhan nutris, dari pemerintah

maupun bantuan sosial kepada pengungsi yang telah berada diposko

selama lima tahun.

6.2. Saran

6.2.1. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi Fakultas

Kerperawatan dalam hal pendidikan bahwa semakin baik status gizi anak yang

berada di posko pengungsian erupsi gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten

Karo. Kemudian agar mahasiswa S1 Keperawatan dapat melatih soft sklis dalam

kegiatan promotif dan preventif seperti memberikan informasi dan edukasi yang

baik dan benar kepada guru/orangtua dan anak pada saat melakukan sosialisasi

penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara


6.2.2. Pelayanan Keperawatan

Diharapkan kepada pelayanan kesehatan setempat agar dapat melakukan

jadawal kunjungan tetap kepada anak di posko pengngsian dan meningkatkan

kemampuan berpikir analistis dan sistematis dalam menerapkan ilmu gizi untuk

dapat mengidentifikasi masalah tumbuh kembang anak yang berada di posko

pengungsian .

Dalam melakukan asuhan keperawatan kepada masyarakat tentang gizi anak usia

sekolah, perawat diharapkan lebih komprehensif dalam mengkaji faktor-faktor

yang mempengaruhi status gizi anak, sehingga semaksimal mungkin dapat

memberikan pelayanan yang tepat. Maka dari itu perlu dilakukan penyuluhan

yang lebih baik serta pemeriksaan kesehatan yang rutin terhadap status gizi anak,

kandungan gizi pada makanan, dampak kurang gizi dan yang terpenting adalah

pemberdayaan perawat/tenaga kesehatan .

6.2.3. Penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat sebagai bahan informasi dan saran bagi penelitian selanjutnya

agar dapat menggunakan metode pengukuran yang lebih terarah seperti

melakukan wawancara, kuesioner pertanyaan, pemeriksaan klinis, biokimia,

biofisik. Pengukuran tidak langsung seperti survei konsumsi makanan, statistik

vikal dan faktor ekologi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : GramediapustakaUtama

Anzarkusuma, I. S., Mulyani, E. Y., Jus’at, I., &Angkasa, D. (2014). Status Gizi
berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg
Tangerang. Indonesia Journal of Nutrition, 8 (2), 135-148

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta

Arisman. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC :
Jakarta. Edk 2

Dahlan, M. S. (2004). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT.


Arkans

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Pedoman
Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas), 2003. Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, jakarta 2003.

Departemen Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta:


Departemen Kesehatan RI; 2010.

Hidaya. (2005).). Gizi dan Kesehatan Anak Pra Sekolah. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

Hidayati, R. N. (2001). Hubungan Asupan Makanan Anak Dan Statyus Ekonomi


Keluarga Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Di Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Kemenkes, 2013. Profil kesehatan Indonesia 2012. Kemenkes RI

Marliyati, S., Nugraha, A., & Anwar, F. (2014). Asupan Vitamin A, dan Status
Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Jurnal Gizi dan Pangan, 9(2): 109—116

Notoadmojo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka


Cipta

Pahlevi, A. (2012). Determinan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar.


Ejournal kesehatan masyarakat, 7 (2) , 122-126

Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta : Depkes RI; 2014.

Rusilanti., Dahlia. M., & Yulianti. Y (2015). Gizi dan kesehatan anak pra
sekolah.Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Universitas Sumatera Utara


Siagian, D., Siagian, A., & Lubis, Z . (2012). Gambaran Status Gizi Anak Usia
Sekolah Dasar Daerah Eks-Transmigrasi dan Penduduk Lokal di
Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi Tahun (2012).
Ejournal kesehatan masyarakat,1 (2), 1-10

Santoso, S & Ranti, A.L. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.

Soetjiningsih, 2010.Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, EGC

Supariasa, N. D. I., Bakri, B., & Fajar, I. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta :
ECG.

Sutjiningsih (1998).Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta : D- Medika

Whalle& Wong (2000). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Wijayanti, H., Zulian, A., & Safitri, I. (2016). Modul Untuk Sekolah Dan Guru
Gizi Pada Anak Sekolah Dasar. Jakarta

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Min Arlin Manutune

NiIM : 131101077

Judul Penelitian : Status gizi pada anak usia sekolah korban erupsi gunung

Sinabung di posko penungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

Peneliti adalah mahasiswi program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi gamabaran status gizi pada anak usia sekolah korba erupsi

gunung Sinabung di posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

Saya mengharapkan kesediaan anak usia sekolah 6-12 tahununtuk menjadi

responden yang sudah di berikan izin dari orangtua. Partisipasi reponden dalam

penelitian ini bersifat sukarela sehingga dapat mengundurkan diri dalam keadaan

apapun namun sebelum itu saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan

pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian, sebagai berikut :

1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di program studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian ini untuk meningkatkan

praktik keperawatan

2. Jika anak bersedia untuk ikut dalam penelitian inimaka saya akan

memberikan informed consentdan lembar observasi. Lembar observasi BB

akan di isi oleh peneliti yang menimbang berat badan anak.

3. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko, apabila anak/orangtua responden

merasa tidak aman responden boleh mengundurkan diri dari penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin

kerahasiaannya. Hasil penelitian ini akan diberikan kepada institusi tempat

peneliti belajar dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas silahkan anak/orangtua anak yang menjadi

reponden untuk bertanya kepada peneliti atau asisten peneliti.

6. Jika anak/orangtua anak sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi

dalam penelitian ini maka, silahkan menandatangani lembar persetujuan

yang akan dilampirkan

Terimakasih atas partisipasinya dalam penelitian ini

Peneliti,

Min Arlin Manutune

131101077

Universitas Sumatera Utara


INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Min Arlin manutune

Nim : 131101077

Jurusan : S1 Keperawatan USU

Judul Penelitian : tatus gziz pada anak usia sekolah korban erupsi gunung
Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo

Medan, 2017

( )

Universitas Sumatera Utara


Lembar Observasi

Hari/Tanggal :

Berat Badan :

Umur/bulan :

Petunjuk

1. Observer berada pada posisi yang tidak mengaggu kenyamanan melainkan


dapat membantu responden jika ada yang kurang jelas, serta melakukan
penimbangan berat badan dengan teliti.
2. Observer memberikan petunjuk penilaian status gizi berdasarkan rujukan
WHO-NHCS

Status Gizi Statndar Deviasi

Gizi Buruk < -3,0 SD


Gizi Kurang < -2 SD
Gizi Baik -2 SD - +2 SD
Gizi Lebih > +2 SD

Universitas Sumatera Utara


Data Demografi
Karakteristik responden

Nama :

Kelas :

Pendidikan terakhir orangtua : □ SD □ SMP □ SMA □ D3 □ S1 □ Lainnya...

Pekerjaan orangtua : □ PNS □ Petani □ Wiraswasta □ Lainnya...

Universitas Sumatera Utara


Distribusi lembar observasi status gizi pada anak usia sekolah korban erupsi
gunung Sinabung di posko pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

No BB/U Bulan Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih


1 47/10 4 √
2 24/8 12 √
3 31/12 3 √
4 21/7 10 √
5 35/10 3 √
6 26/10 6 √
7 22/6 8 √
8 19/6 11 √
9 31/10 12 √
10 33/9 7 √
11 23/7 4 √
12 33/11 10 √
13 18/6 12 √
14 20/7 3 √
15 27/10 3 √
16 24/9 2 √
17 20/6 6 √
18 24/8 9 √
19 24/8 10 √
20 29/8 8 √
21 22/8 11 √
22 25/8 5 √
23 30/10 3 √
24 25/9 12 √
25 20/7 12 √
26 20/7 11 √
27 26/10 3 √
28 18/6 3 √
29 35/11 11 √
30 24/8 6 √
31 35/11 11 √
32 42/11 1 √
33 34/11 6 √
34 29/10 2 √
35 40/12 6 √
36 33/11 12 √
37 25/8 1 √

Universitas Sumatera Utara


38 24/8 12 √
39 23/11 10 √
40 25/10 10 √
41 19/9 4 √

42 59/10 5
43 33/12 9 √
44 40/12 1 √
45 21/9 6 √
46 38/12 1 √
47 35/10 2 √
48 39/11 8 √
49 33/12 3 √
50 44/12 10 √
51 26/8 1 √
52 30/9 2 √
53 34/11 7 √
54 43/11 6 √
55 23/8 11 √
56 37/12 7 √
57 40/11 4 √
58 24/8 12 √
59 24/7 9 √
60 29/8 8 √
61 25/8 6 √
62 24/9 2 √
63 32/11 7 √
64 23/10 8 √
65 21/8 10 √
66 23/7 6 √
67 30/9 1 √
68 19/6 2 √
69 24/7 6 √
70 28/12 6 √

Total 3 66 1

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
FREQUENCIES VARIABLES=J PTO K PO
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN
/BARCHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
Pendidikan
Terakhir Pekerjaan
Jenis Kelamin Orangtua Kelas Orangtua
N Valid 70 70 70 70

Missing 0 0 0 0
Mean 1,8000 2,5857 3,4857 1,9857

Std. Deviation ,40289 ,75167 1,64839 ,11952

Variance ,162 ,565 2,717 ,014

Minimum 1,00 1,00 1,00 1,00

Maximum 2,00 3,00 6,00 2,00

Universitas Sumatera Utara


Frequency Table

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 14 20,0 20,0 20,0

Perempuan 56 80,0 80,0 100,0


Total 70 100,0 100,0

Pendidikan Terakhir Orangtua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid SD 11 15,7 15,7 15,7

SMP 7 10,0 10,0 25,7


SMA 52 74,3 74,3 100,0
Total 70 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Kelas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid SD 1 11 15,7 15,7 15,7

SD 2 10 14,3 14,3 30,0


SD 3 14 20,0 20,0 50,0
SD 4 15 21,4 21,4 71,4
SD 5 9 12,9 12,9 84,3
SD 6 11 15,7 15,7 100,0
Total 70 100,0 100,0

Pekerjaan Orangtua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid PNS 1 1,4 1,4 1,4

Petani 69 98,6 98,6 100,0


Total 70 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Bar Chart

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
FREQUENCIES VARIABLES=BB U SG
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN
MEDIAN
/PIECHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Berat Badan Umur Status Gizi


N Valid 70 70 70

Missing 0 0 0
Mean 28,8000 9,2000 1,9714

Median 26,0000 9,0000 2,0000

Std. Deviation 7,88615 1,86190 ,23905

Variance 62,191 3,467 ,057

Minimum 18,00 6,00 1,00

Maximum 59,00 12,00 3,00

Universitas Sumatera Utara


Frequency Table

Berat Badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18,00 1 1,4 1,4 1,4
19,00 3 4,3 4,3 5,7
20,00 4 5,7 5,7 11,4
21,00 3 4,3 4,3 15,7
22,00 2 2,9 2,9 18,6
23,00 5 7,1 7,1 25,7
24,00 10 14,3 14,3 40,0
25,00 5 7,1 7,1 47,1
26,00 3 4,3 4,3 51,4
27,00 1 1,4 1,4 52,9
28,00 2 2,9 2,9 55,7
29,00 3 4,3 4,3 60,0
30,00 3 4,3 4,3 64,3
31,00 2 2,9 2,9 67,1
32,00 1 1,4 1,4 68,6
33,00 5 7,1 7,1 75,7
34,00 2 2,9 2,9 78,6
35,00 4 5,7 5,7 84,3
37,00 1 1,4 1,4 85,7
38,00 1 1,4 1,4 87,1
39,00 1 1,4 1,4 88,6
40,00 3 4,3 4,3 92,9
42,00 1 1,4 1,4 94,3
43,00 1 1,4 1,4 95,7
44,00 1 1,4 1,4 97,1
47,00 1 1,4 1,4 98,6
59,00 1 1,4 1,4 100,0
Total 70 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6,00 6 8,6 8,6 8,6
7,00 8 11,4 11,4 20,0
8,00 15 21,4 21,4 41,4
9,00 8 11,4 11,4 52,9
10,00 12 17,1 17,1 70,0
11,00 12 17,1 17,1 87,1
12,00 9 12,9 12,9 100,0
Total 70 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Status Gizi

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Gizi 3 4,3 4,3 4,3
Kurang
Gizi Baik 66 94,3 94,3 98,6
Gizi Lebih 1 1,4 1,4 100,0
Total 70 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Pie Chart

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
FREQUENCIES VARIABLES=BB U SG
/STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN
MEDIAN
/HISTOGRAM
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Berat Badan Umur Status Gizi


N Valid 70 70 70

Missing 0 0 0
Mean 28,8000 9,2000 1,9714

Median 26,0000 9,0000 2,0000

Std. Deviation 7,88615 1,86190 ,23905

Variance 62,191 3,467 ,057

Minimum 18,00 6,00 1,00

Maximum 59,00 12,00 3,00

Universitas Sumatera Utara


Frequency Table

Berat Badan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18,00 1 1,4 1,4 1,4
19,00 3 4,3 4,3 5,7
20,00 4 5,7 5,7 11,4
21,00 3 4,3 4,3 15,7
22,00 2 2,9 2,9 18,6
23,00 5 7,1 7,1 25,7
24,00 10 14,3 14,3 40,0
25,00 5 7,1 7,1 47,1
26,00 3 4,3 4,3 51,4
27,00 1 1,4 1,4 52,9
28,00 2 2,9 2,9 55,7
29,00 3 4,3 4,3 60,0
30,00 3 4,3 4,3 64,3
31,00 2 2,9 2,9 67,1
32,00 1 1,4 1,4 68,6
33,00 5 7,1 7,1 75,7
34,00 2 2,9 2,9 78,6
35,00 4 5,7 5,7 84,3
37,00 1 1,4 1,4 85,7
38,00 1 1,4 1,4 87,1
39,00 1 1,4 1,4 88,6
40,00 3 4,3 4,3 92,9
42,00 1 1,4 1,4 94,3
43,00 1 1,4 1,4 95,7
44,00 1 1,4 1,4 97,1
47,00 1 1,4 1,4 98,6
59,00 1 1,4 1,4 100,0
Total 70 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumu


Valid 6,00 6 8,6 8,6

7,00 8 11,4 11,4


8,00 15 21,4 21,4
9,00 8 11,4 11,4
10,00 12 17,1 17,1
11,00 12 17,1 17,1
12,00 9 12,9 12,9
Total 70 100,0 100,0

Status Gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumula


Valid Gizi Kurang 3 4,3 4,3

Gizi Baik 66 94,3 94,3


Gizi Lebih 1 1,4 1,4
Total 70 100,0 100,0

Histogram

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Nama : Min Arlin Manutune

Tempat/Tanggal Lahir : Sorong, 8 Januari 1996

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Bangau 1 Aspen Sorong, Papua Barat

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 25 Malanu Sorong (2001-2004)

2. SD Inpres 46 Malanu Sorong (2004-2007)

3. SMP Negeri 6 Malanu Sorong (2007-2010)

4. SMA Negeri 2 Kilo 10 (2010-2013)

5. S1 Keperawatan Reguler Fkep USU

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

You might also like